• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Internet saat ini menjadi sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pada zaman modern seperti sekarang ini internet menjadi kebutuhan yang mendasar. Hal ini sesuai hasil penelitian CISCO melalui 2011 Cisco Connected World Technology Report dalam [1] yang menyatakan bahwa satu dari tiga mahasiswa dan profesional muda menganggap Internet sama pentingnya dengan kebutuhan dasar manusia seperti udara, air, makanan dan tempat tinggal. Hal ini menunjukkan semakin bertumbuhnya peran jaringan dalam kehidupan sehari-hari.

Meskipun internet menjadi kebutuhan penting, namun harga bandwidth internet hingga sekarang masih menjadi komoditi yang cukup mahal. Referensi [2] menyatakan internet di Indonesia selain kualitasnya yang rendah, tarif layanan internet dinilai masih sangat mahal. Tarif per 1Mbps+ 1 Mbps untuk layanan Indonesia Internet Exchange (IIX) saat ini mencapai 3,5 juta rupiah per bulan. Disebutkan hal lain pula selain akses internet yang masih lambat, World Economic Forum 2011 menyebutkan bandwidth di Indonesia masih mahal. Harga koneksi internet 512 kbps bertarif 600 ribu rupiah per bulan. Dengan pendapatan 2,57 juta rupiah per bulan, harga koneksi pita lebar Indonesia masih 23 persen dari pendapatan penduduk. Sehingga apabila suatu organisasi ingin menambahkan bandwidth internetnya maka memerlukan dana yang besar. Namun kebutuhan akan bandwidth internet makin lama semakin besar, dikarenakan aplikasi internet makin bertambah banyak.

Dengan seiring penambahan aplikasi yang membutuhkan koneksi internet tentu akan menambah beban operasional bandwidth. Menurut [3] di Indonesia dengan jumlah pengguna internet riil lebih dari 100 juta orang tentunya membutuhkan konsumsi bandwidth yang sangat besar. Apalagi, volume trafik internet di Indonesia, dalam sepuluh tahun terakhir melonjak hingga 2 juta persen. Kebutuhan bandwidth makin meningkat seiring berkembangnya smarthphone dan ragam apikasi yang menyertainya. Aplikasi-aplikasi yang membutuhkan koneksi internet diantara email, aplikasi E-government, aplikasi jejaring sosial, perbankan online, game online dan lain-lain. Sepertinya halnya yang dijelaskan pada [4] bahwa jumlah aplikasi juga akan terus

(2)

2

bertambah dengan jumlah kapasitas yang berbeda-beda, sehingga perlu adanya pengaturan maksimal agar optimasi komunikasi data bisa tetap berjalan dengan baik. Kondisi kapasitas jaringan sebuah insitusi atau organisasi tentunya juga berbeda-beda, dengan keterbatasan kapasitas bandwidth yang dihadapkan dengan volume aplikasi yang juga berbeda-beda. Tidak jarang dengan bandwidth yang terbatas diikuti pengiriman volume aplikasi atau data yang cukup besar menyebabkan waktu tunggu yang cukup lama sehingga efisiensi waktu dan pengeluaran sulit tercapai.

Internet mempunyai peranan dalam berbagai bidang tidak terkecuali dalam bidang pemerintahan. Berbagai kemudahan multi layanan dapat menghasilkan proses yang cepat, akurat dan fleksibel dengan adanya internet. Bagi organisasi yang dalam proses bisnisnya membutuhkan koneksi internet, dengan tersedianya bandwidth yang memadai, tentu dapat menunjang kegiatan operasional komunikasi berbasis informasi digital. Tidak terkecuali institusi kehutanan di bidang litbang membutuhkan internet yang tentunya secara terus-menerus untuk mencari dan menggali informasi di media internet untuk meng update referensi penelitian dan pengembangannya serta menyebarluaskan hasil penelitian tersebut ke media-media publikasi, khususnya website agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat serta penentu kebijakan.

Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH) merupakan satuan kerja Unit Pelaksana Teknis Eselon IIb di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Kementerian Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan mempunyai 4 Satker pusat litbang, 2 UPT tingkat Balai Besar dan 13 UPT tingkat Balai. Sehingga total ada 19 unit satuan kerja (satker) litbang, dimana tiap satker mempunyai unit pengelolaan jaringan komputer sebagai sarana dokumentasi dan proses data dan informasi guna meningkatkan kelancaran proses administrasi dan kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di bidang kehutanan. BBPBPTH hingga saat ini telah menyediakan infrastruktur jaringan LAN dan Internet untuk memperlancar aktivitas baik yang bersifat penelitian maupun kegiatan penunjang yang bersifat non penelitian.

Di dalam penggunaan internet yang secara terus-menerus dan diakses oleh seluruh pengguna yang ada tanpa adanya pengaturan, tentunya akan berakibat pengalokasian bandwidth yang tidak sesuai dengan kepentingan dan manfaatnya bagi

(3)

3

organisasi. Dapat dibayangkan bila tidak ada pengelolaan bandwidth, akan terjadi dominasi atau penguasaan bandwidth pada komputer-komputer tertentu yang melakukan aktivitas download cukup besar. Sedangkan pada komputer yang mengakses internet hanya browsing dengan aktivitas rendah, maka akan mendapat jatah bandwidth yang kecil sehingga mempunyai waktu tunggu loading data menjadi lebih lama. Selain mengenai pentinngnya alokasi bandwidth agar mengurangi terjadinya penguasaan bandwidth pada penggunaan yang kurang tepat, hal yang lebih penting lagi adalah manajemen bandwidth internet untuk dengan tujuan yang selaras dengan visi dan misi dari organisasi BBPBPTH.

Dikarenakan layanan internet diselenggarakan di organsasi BBPBPTH, maka kebijakan mengenai alokasi bandwidth dan tingkatan prioritas jenis aplikasi internet, harus sesuai dengan nilai-nilai organsasi. Sehingga akan memperjelas arah penggunaan internet melalui mekanisme manajemen bandwidth internet. Nilai-nilai organisasi dapat disimpulkan melalui faktor-faktor nilai organisasi yang terukur yang umumnya disebut

Measureable Organizational Value (MOV). Measurable Organization Value (MOV)

merupakan tujuan keseluruhan yang ingin dicapai dari suatu proyek dan mengukur kesuksesan proyek tersebut Billows 1996; Smith 1999 dalam [5]. Kriteria penting dari MOV adalah sebagai berikut:

1. Tujuan proyek

2. Mengukur keberhasilan 3. Harus terukur

4. Memberikan nilai bagi organisasi 5. Harus disepakati

6. Harus dapat dibuktikan pada akhir proyek 7. Memandu proyek sepanjang siklus hidupnya

8. Harus menyesuaikan dengan strategi dan tujuan organisasi

Kebijakan yang dihasilkan dari analisis MOV ini memegang peranan penting agar segala pengaturan operasional, dalam hal ini pengelolaan bandwidth internet dalam organisasi, tidak lepas dari visi dan misinya. Berikut beberapa item untuk mengembangkan MOV yang di organisasi sesuai dengan Tabel 2.1.

(4)

4

Tabel 2.1. Komponen pengembangan Measurable Organization Value (MOV)

No Proses pengembangan MOV

1 Identifikasi dampak daerah yang diinginkan -Strategis

-Pelanggan -Pembiayaan -Operasional -Sosial

2 Identifikasi nilai yang diinginkan pada proyek IT

-Better- Apa yang diinginkan organisasi untuk dilakukan lebih baik? -Faster– Apa yang diinginkan organisasi untuk dilakukan lebih cepat -Cheaper- Apa yang diinginkan organisasi untuk dilakukan lebih murah?

-Do more- Apa yang diinginkan organisasi untuk dilakukan lebih dari sekarang? Penggunaan internet di lingkup BBPBPTH selain dari pegawainya sebagai pengguna tetap, juga digunakan oleh pengguna yang tidak tetap yaitu para tamu yang berkunjung ke kantor BBPBPTH. Para tamu yang datang baik secara perorangan, berkelompok dalam jumlah kecil maupun dalam jumlah besar, dan terkadang pula diselenggarakan rapat koordinasi dari berbagai instansi yang tentunya para tamu tersebut menginginkan koneksi internet. Beberapa kali pula meskipun tidak rutin, diselenggarakan kegiatan pelatihan bidang riset bioteknologi dan pemuliaan yang bersifat short course, dimana para peserta maupun pengajarnya membutuhkan koneksi internet.

Untuk menangani berbagai keperluan tersebut diatas, perlu dilakukan upaya optimalisasi manajemen bandwidth internet yang sesuai dengan nilai-nilai dan kebutuhan organisasi, meningkatkan keamanan dengan menerapkan otentikasi dan otorisasi kepada pengguna internet lingkup BBPBPTH, baik untuk karyawan maupun tamu/pengunjung BBPBPTH. Ditambah pula selain jumlah komputer karyawan, pengguna gadget maupun laptop yang semakin banyak, menuntut untuk mendapatkan akses internet melalui jaringan BBPBPTH. Serta pengalokasian bandwidth saat tidak terpakai di luar jam kerja, untuk penggunaan internet di perumahan dinas, yang letaknya cukup dekat dengan lingkungan kantor BBPBPTH.

Penerapan manajemen bandwidth memungkinkan kita untuk memberikan prioritas yang tepat untuk lalu lintas jaringan terkait pendidikan dan bisnis, sementara pada saat yang sama memungkinkan lalu lintas hiburan pada tingkat prioritas yang lebih rendah [6]. Penerapan manajemen bandwidth sekaligus implementasi

(5)

5

keamanan melalui otentifikasi dan otorisasi pengguna internet adalah menjadi dasar yang sesuai dengan petunjuk keamanan informasi yang tertuang dalam Panduan Manajemen Keamanan Informasi [7]. Menurut panduan tersebut menyatakan bahwa sejalan dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, ancaman terhadap keamanan informasi juga meningkat. Serangan virus, worm, dan malware dapat melumpuhkan bahkan menghancurkan suatu sistem informasi yang telah dibangun dan dikembangkan dengan susah payah. Sehingga otentikasi setiap pengguna yang akan memanfaatkan sistem maupun sumber daya jaringan komputer sangat diperlukan untuk mengurangi kelemahan keamanan sistem dan dampak kerusakannya.

Manajemen bandwidth yang diterapkan saat ini masih menggunakan Queue tree yang menerapkan pembagian bandwidth berdasarkan IP address komputer pengguna yang dikehendaki. Tanpa mengetahui IP address dari komputer tersebut digunakan oleh siapa. Sehingga cukup menyulitkan untuk mengatur bandwidth sesuai kebutuhan dan juga hanya menerapkan pengaturan bandwidth berdasarkan kelompok maupun per

user/pengguna. Untuk manajemen bandwidth, dapat memanfaatkan hardware dan

software yang telah tersedia di BBPBPTH yaitu menggunakan Mikrotik RB450G. Manajemen bandwidth tetap menggunakan produk tersebut karena berdasarkan hasil penelitian dari Haimi Ardyansah dkk [8] menyatakan bahwa pada Mikrotik tidak hanya dapat mengatur bandwidth tetapi juga bisa mengoptimalkan penggunaan bandwidth sehingga hanya sedikit bandwidth yang terbuang. Selain itu Standar deviasi yang didapat untuk data bandwidth yang menggunakan Mikrotik lebih kecil, yang menunjukkan data lebih stabil bila dibandingkan dengan data yang tidak menggunakan Mikrotik.

Maka dari pernyataan-pernyataan di atas maka perlu dilakukan penelitian bagaimana manajemen bandwidth di BBPBPTH dengan menggunakan Mikrotik, agar layanan internet yang terselenggara dapat mendukung kelancaran kerja dan meningkatkan produktivitas kinerja karyawan dan tentunya sesuai dengan visi, misi, nilai dan tujuan organisasi BBPBPTH.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian pada bagian latar belakang, rumusan masalahnya adalah bahwa penggunaan internet di lingkup BBPBPTH adalah kurang optimalnya manajemen

(6)

6

bandwidth nya, baik dalam alokasi bandwidth, prioritas trafik lalu lintas data internet serta pemanfaatan bandwidth internet setelah jam kerja ke perumahan dinas BBPBPTH yang sesuai dengan visi, misi dan nilai organisasi BBPBPTH. Sehingga dengan demikian perlu dilakukan upaya optimalisasi manajemen bandwidth internet.

1.3 Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian terdahulu mengenai manajemen bandwidth internet diantaranya adalah:

1. Anwar dan Jazi Eko Istiyanto [9] melakukan penelitian Implimentasi manajemen

bandwidth dengan menggunakan Mikrotik RouterOS dengan menggunakan

skenario Simple Queue dan Queue Tree. Hasil penelitiannya adalah dengan menerapkan manajemen bandwidth Simple Queue mempunyai kelebihan prioritas IP client dan penjadwalan limitasi bandwidth, sedangkan Queue Tree mampu mengatur bandwidth berdasarkan jenis paket. Implementasi dilakukan pada 2 user melalui otentikasi Hotspot.

2. Alfon Indra Wijaya, dan L. Budi Handoko [10] melakukan penelitian bandwidth manajemen menggunakan Mikrotik untuk menerapkan kontrol penggunaan internet, menerapkan manajemen bandwidth dan menstabilkan koneksi internet. Metode yang menjadi dasar dalam penelitian ini adalah HTB (Hierarchical Token Bucket). Hasil dari penelitian ini adalah script – script konfigurasi yang nantinya di implementasikan pada PC Router untuk mengatur penggunaan bandwidth pada masing – masing komputer klien.

3. Nadia Asri [11] melakukan perubahan manajemen bandwidth dari metode trafik kontrol CBQ ke bandwidth management yang dapat mendukung kebutuhan yaitu dengan menggunakan Hierarchical Tocken Bucket (HTB) yang mampu membagi bandwidth dalam kelompok-kelompok tertentu dengan cara membentuk hirarki dari alokasi bandwidth terbesar sampai bandwidth yang digunakan oleh end user.

4. A.Hizbulah [12] melakukan manajemen bandwidth menggunakan Mikrotik RB 750 dengan metode Queue Tree dengan berbagai level prioritas serta melakukan pengujian filterisasi unsur pornografi dan pornoaksidengan menggunakan DNS

(7)

7

Nawala dan Mikrotik RB750. Hasil penelitiannya filterisasi menggunakan konfigurasi Firewall Mikrotik lebih optimal, namun cara settingnya lebih rumit. 5. Tafaul Mujahidin [13] melakukan penelitian OS MIKROTIK sebagai

manajemen bandwidth dengan menerapkan metode Per Connection Queue pada PT. Time Excelindo selaku ISP agar dapat melayani konsumen-konsumennya berupa warnet-warnet maupun kantor instansi dengan alokasi bandwidth yang merata.

6. Reska Aliansyah, dkk [14] membuat perancangan dan implementasi manajemen bandwidth menggunakan Router VYATA di PT. Ginting Jaya Energi Palembang. Dalam penelitiannya menggunakan metodologi Network Development Life Cycle yang membuat tahapan analysis, design, simulation/prototyping, implementation, monitoring, management.

7. Inthi Ba’u Surotih [15] melakukan penelitian manajemen bandwidth pada sistem operasi linux dengan metode untuk memastikan semua penggunanya dapat mengakses Internet dengan cara membatasi user yang tidak memiliki hak akses dalam jaringan dilakukan proses autentikasi menggunakan username dan password. Rule manajemen bandwidth yang digunakan adalah metode Hierarchical Token Bucket (HTB). HTB yang dibuat menjalankan mekanisme “borrowing” dan “prioritizing” bandwidth untuk masing-masing kategori kelasnya.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengefektifkan pengendalian trafik penggunaan internet dan mengatur alokasi bandwidth internet secara lebih optimal sesuai dengan visi, misi dan tujuan organisasi Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan (BBPBPTH).

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian mengenai optimalisasi manajemen bandwidth internet pada Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan mempunyai manfaat sebagai berikut:

(8)

8

1. Dapat memberikan layanan koneksi internet secara lebih merata, penggunaan yang adil kepada penggunanya lingkup BBPBPTH baik internal maupun eksternal, sesuai dengan kebutuhan dan visi, misi, nilai dan tujuan institusi Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

2. Hasil konfigurasi manajemen bandwidth internet dapat diterapkan kepada institusi litbang kehutanan pada satuan kerja yang lain karena terdapat profil proses bisnis yang serupa.

3. Memberikan kemudahan pembuatan profil pengguna berdasarkan jabatan pegawai, berbagi pakai device dan kontrol pengguna dalam menggunakan hak akses internet dan jaringan di lingkup Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Gambar

Tabel 2.1.  Komponen pengembangan Measurable Organization Value (MOV)

Referensi

Dokumen terkait

Hepatitis B kronik dapat berlanjut menjadi sirosis hepatis yang merupakan komplikasi   paling banyak, dan merupakan perjalanan klinis akhir akibat nekrotik sel ±

Membuktikan sifat-sifat ortogonalitas, yaitu ortogonalitas-P (Phytagorean Orthogonality), ortogonalitas-I (Isosceles Orthogonality), ortogonalitas-BJ (Birkhoff-James

Keseimbangan labil : Sebuah pararel epipedum miring ( balok miring ) yang bidang diagonalnya AB tegak lurus pada bidang alasnya diletakkan diatas bidang datar, maka ia dalam

Segala keperluan dan peralatan bagi menjayakan latihan klinikal adalah menggunakan kemudahan sedia ada jabatan (tertakluk kepada ketua jabatan berkenaan). Jika

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pendekatan dapat diartikan sebagai metode ilmiah yang memberikan tekanan utama pada penjelasan konsep dasar yang kemudian dipergunakan sebagai sarana

Audit, Bonus Audit, Pengalaman Audit, Kualitas Audit. Persaingan dalam bisnis jasa akuntan publik yang semakin ketat, keinginan menghimpun klien sebanyak mungkin dan harapan agar