• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

41

IMPLEMENTASI MULTIPLE INTELLIGENCE DENGAN STRATEGI QUANTUM TEACHING UNTUK

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DAN AKTIVITAS SISWA

KELAS XI-3 SMA NEGERI 1 BOJONEGORO Oleh :

Dwikoranto

FMIPA-Unesa E-mail:dwi_bsc.saja@yahoo.co.id

Telah dilakukan penelitian di SMAN 1 Bojonegoro. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, untuk mendeskripsikan aktifitas guru dan siswa, untuk mengetahui respon siswa selama kegiatan belajar mengajar. Jenis Penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui beberapa tahapan, perencanaan, tindakan dan pengamatan, refleksi dan revisi, tahapan tersebut dilakukan selama tiga kali putaran. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, dan dokumentasi Sedangkan untuk analisis mengunakan distribusi kualitatif. Pada Siklus I dilakukan pembelajaran sesuai RPP yang telah dibuat, observasi menunjukkan kekurangan dalam KBM diantaranya pemotivasian yang terlalu lama, penyampaian tujuan yang kurang transparan, minimnya penjelasan dalam mengerjakan LKS, penulisan LKS kurang sistematis, kurangnya pengontrolan kelas dan setting tempat duduk yang kurang mendukung, dalam merangkum guru kurang mengikutsertakan siswa serta kurang maksimalnya penggunaan inteligensi yang dimiliki siswa dalam menyelesaikan masalah sehingga diperoleh nilai rata–rata 55 dengan ketuntasan kelas sebesar 38%. Kemudian dilakukan refleksi dan revisi dan hasilnya diterapkan pada siklus II. Observasi menunjukkan kekurangan pada penyampaian tujuan pembelajaran karena tergesa–gesa, dalam menghubungkan materi dengan fenomena sehari – hari kurang jelas, dalam menyimpulkan materi tidak tertulis sistematis namun banyak siswa yang mulai memaksimalkan dalam menggunakan inteligensinya sehingga diperoleh niali rata–rata sebesar 63,75 dengan ketuntasan kelas sebesar 60%, kemudian dilakukan refleksi dan revisi dan hasilnya diterapkan pada siklus III. Observasi menunjukkan adanya perbaikan dan KBM berjalan dengan lancar sehingga diperoleh nilai rata – rata sebesar 74 dengan ketuntasan kelas sebesar 81%. Berdasarkan hasil analisis secara kuantitatif keterampilan pengelolaan pembelajaran oleh guru meningkat dari putaran 1 sampai 3, yaitu berturut–turut pada putaran 1 sebesar 64,5%, putaran 2 sebesar 72% dan putaran 3 sebesar 83%. Aktivitas siswa juga meningkat dari siklus I ke siklus III sedangkan prestasi belajar dari siklus pertama hingga siklus ketiga mengalami kenaikan berturut – turut sebesar 38%, 60 % dan 81% . Dari hasil angket respon siswa menunjukkan bahwa sikap siswa bersifat positif ditandai dengan prosentase sebesar 81.73% dan yang negatif atau tidak mendukung diterapkannya penelitian ini sebesar 18.27%. Maka dapat disimpulkan keterampilan guru dan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran menggunakan ”Pendekatan Multiple Intelligensi Dengan Strategi Quantum Teaching” mengalami peningkatan dan perbaikan serta mendapat respon positif

Kata kunci: Quantum Teaching, Multiple Intelligence

PENDAHULUAN

Dalam Pembukaan UUD 45 dirumuskan bahwa salah satu tujuan

mendirikan bangsa adalah “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” karena dengan bangsa yang cerdas

(2)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

42 berarti bangsa tersebut memiliki

masyarakat yang cerdas, sehingga diharapkan kedepannya bangsa tersebut mampu untuk keluar dari krisis, kemiskinan dan mampu menghadapi persaingan global dengan negara lain. Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) dapat dilakukaan dengan meningkatkan kualitas pendidikan melalui suatu program pendidikan yang dilaksanakan secara sistemacis dan terarah berdasar seperangkat kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi saat ini yaitu kurikulum 2006 yang dikenal dengan nama “Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan” (KTSP), salah satu tujuan daripada KTSP ini adalah meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengembangkan kurikulum, mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia (Mulyasa, 2007: 22), hal itu menunjukkan bahwa pada kurikulum KTSP ini sekolah dan satuan pendidikan sebaiknya meningkatkan mutu pendidikan dengan memperdayakan sumberdaya yang tersedia semaksimal mungkin. Jadi sekolah sebaiknya menggunakan sumberdaya yang dimiliki baik sarana prasarana maupun siswa dalam sekolah tersebut, termasuk keunikan yang dimiliki tiap – tiap siswa yaitu kecenderungan kecerdasan siswa satu dengan yang lainnya memiliki perbedaan

Namun pada realitanya pola pikir tradisional dalam pembelajaran yang menekankan pada kemampuan tertentu yaitu logika dan bahasa serta pembelajaran yang bersifat konvensional bahkan monoton tanpa adanya inovasi, kreasi masih melekat pada lembaga sekolah pada umumnya, padahal sekolah dituntut untuk mengembangkan kurikulum dan mengelola sedemikian hingga pembelajaran yang berlangsung menjadi semakin baik. Jadi suatu kekeliruan jika prestasi siswa hanya diukur dari kemampuan logika dan bahasa dan suatu hal yang memprihatinkan jika guru terjebak oleh pembelajaran konvesional tersebut. Hal itu terbukti dari hasil wawancara dari pihak guru setempat yang menyatakan bahwa siswa lebih banyak dilibatkan dengan soal – soal logika-matematis atau hitungan dengan tingkat kesulitan yang tinggi serta adanya kesulitan untuk mengaplikasikan secara nyata dalam penggunaan metode dimana siswa diharapkan lebih aktif dan lebih kritis dalam menyikapi pelajaran yang siswa pelajari. Dari pernyataan itu terlihat bahwa terdapat kecenderungan guru dalam mengukur prestasi belajar siswa dengan satu kecerdasan saja yaitu kecerdasan logis – matematis yang sebenarnya siswa memiliki potensi, karakter, keunikan dalam meningkatkan keberhasilan belajar itu sendiri serta kesulitan guru dalam mengubah keadaan kelas menjadi lebih aktif khususnya kepada siswa. Berdasarkan observasi

(3)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

43 peneliti di kelas XI-3 SMA Negeri 1

Bojonegoro terdapat masalah dalam kelas

Jadi dapat disimpulkan bahwa lembaga sekolah perlu memperhatikan kepentingan dari pihak siswa yang sebenarnya memiliki cara tersendiri dalam meraih keberhasilan belajar, hal itu seiring dengan yang dipaparkan oleh Howard Gardner pada tahun 1983 bahwa terdapat 7 kecerdasan yang dimiliki oleh seorang anak , yaitu :Linguisic, Musical, Logical Mathematical, Visual – Spatial, Bodily Kinestetic, Intrerpersonal, Intrapersonal. Beliau juga menyatakan bahwa “tidak semua orang mempunyai minat dan kemampuan yang sama dan tidak semua dari kita belajar dengan cara yang sama” (Gardner, 2003: 25). Berdasarkan pernyataan di atas berarti siswa memiliki kecenderungan kecerdasan yang berbeda dan memiliki perbedaan cara menyelesaikan masalah dalam dunia pendidikan , maka diharapkan melalui Multiple Intelligence ini dapat mengakomodasi siswa dengan keunikan pola pikirnya yang berbeda dalam mencapai suatu tujuan tertentu dan dapat meningkatkan antusiasme siswa dalam belajar.

Untuk itu dilakukan pendekatan dengan Multiple Intelligence (kecerdasan Majemuk) dalam pembelajaran agar siswa mempunyai kesempatan ikut serta dalam meningkatkan keberhasilan belajarnya sendiri, mengembangkan dan memperkuat kecerdasan siswa

serta sarana dan prasarana yang terfasilitasi memiliki peran aktif dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligence akan menjadi lebih membantu keberhasilan belajar apabila guru memiliki motivasi dan kekreatifan dalam mengokestra /mengubah pembelajaran serta adanya keberanian untuk keluar dari zona aman dalam mengajar dan merancang pengajaran (zona atau keadaan yang tetap bertahan pada satu arah dalam hal ini pembelajaran yang monotan ) cara untuk keluar dari zona aman yaitu dengan mencoba pembelajaran yang lebih variatif, inovatif dan kreatif, hal itu dapat dilakukan dengan cara yang terintegritas dalam Quantum Teaching yaitu “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” (De Porter, 2000:5).

RUMUSAN MASALAH

1. Apakah dengan menggunakan “Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Respirasi Kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro” dapat meningkatkan prestasi belajar siswa?

2. Bagaimanakah respon siswa terhadap “Penerapan Pendekatan Multiple Intelligence dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok

(4)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

44 Bahasan Respirasi Kelas XI-3

SMA Negeri 1 Bojonegoro”? 3. Bagaimanakah aktifitas guru dan

aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung

dengan menggunakan

“Pendekatan Multiple Intelligence dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Respirasi Kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro”?

TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan peneliti dalam menulis ini adalah:

1. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan “Penerapan Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Respirasi Kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro”.

2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap “Penerapan Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Respirasi Kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro”. 3. Mendeskripsikan aktifitas guru

dan aktifitas siswa selama pembelajaran berlangsung dengan menggunakan “Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strategi Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan

Respirasi Kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro”.

B. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang dilakukan adalah berupa penelitian tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas digunakan dalam beberapa siklus. Menurut Prabowo penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan kolektif oleh kelompok sosial termasuk juga pendidikan yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan yang mendesak dalam kelompok tersebut, (Prabowo, 1998: 55).

Subyek yang akan diteliti adalah siswa kelas XI-3 di SMA Negeri 1 Bojonegoro yang terdiri dari satu kelas.

Penelitian ini dilakukan di kelas XI-3 SMA Negeri 1 Bojonegoro pada awal September sampai Oktober 2009.

Penelitian ini adalah jenis penelitian tindakan kelas (Clasroom action research ) yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru yang bekerjasama dengan peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran dikelas, perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik, dan untuk mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik dalam proses pembelajaran secara reflektif dan pengembangan keterampilan

(5)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

45 guru dalam melaksanakan proses

pembelajaran di kelas.

Gambar 2.1 Skema Penelitian tindakan Kelas (Suharsimi, A. 2007: 106). 1. Tahap perencanaan tindakan

(planning)

Tahap ini merupakan tahap merencanakan pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar diantaranya yaitu lembar diagnosa intelegensi, membuat silabus, menyusun RPP, menyiapkan LKS dan LES, lembar penilaian, lembar pengamatan pembelajaran, lembar pengamatan aktivitas guru dan aktivitas siswa, lembar respon siswa.

2. Tahap pelaksanaan tindakan (action) dan pengamatan (observation)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melakukan kegiatan yang telah direncanakan dalam RPP, yakni melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan multiple intelligence dalam strategi Quantum Teaching . Pada tahap ini juga dilakukan tindakan pengambilan diagnosa kecerdasan siswa yang nantinya diharapkan dapat mengetahui kecenderungan kecerdasan yang dimiliki siswa, pengamatan/observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan memakai lembar pengamatan. Pengamatan ditujukan

Putaran 3 Perencanaan 1

Tindakan dan Pengamatan Refleksi

Perencanaan yang direvisi

Tindakan dan Pengamatan Refleksi

Perencanaan yang direvisi

Tindakan dan Pengamatan Refleksi

Putaran 1

(6)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

46 pada guru dan siswa pada saat

kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3. Tahap refleksi (reflecting)

Refleksi dilakukan dengan mengkaji perencanaan yang telah dibuat, tindakan yang telah dilakukan, dan hasil pengamatan yang dilakukan. Dengan melakukan refleksi diperoleh keterangan mengenai kekurangan yang terjadi pada suatu putaran dan dilakukan perbaikan perencanaan yang digunakan pada putaran berikutnya sesuai dengan hasil evaluasi.

4. Perbaikan rencana (Revisi)

Tahap ini dilakukan dengan pembuatan atau perumusan langkah-langkah perbaikan berdasarkan hasil refleksi yang telah dilakukan. Hasil perbaikan ini diwujudkan dalam

perencanaan pada putaran berikutnya.

Intrumen yang digunakan terdiri dari :

a. Daftar Diagnosa Inteligensi b. Lembar Pengamatan

c. Tes

d. Lembar angket respon siswa

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil diagnosa awal Intelligence di dapat setelah siswa menjawab pertanyaan pada “Tes Diagnosa Awal”, secara rinci hasil tersebut dapat dilihat pada lampiran I, sedangkan hasil perhitungan tes diagnosa dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.3. Hasil Diagnosa Inteligensi

No Indikator Pernyataan Tes Diagnosa Intelligence Skor Kelas(%) 1 Linguistik: suka membaca buku,mudah bercerita,

memiliki kemampuan kosakata yang baik

13,45 2 Logis – Matematis: lebih bisa menyelesaikan soal

perhitungan daripada penalaran, menghitung secara tepat

12,21 3 Kinestetik: selalu ingin bergerak bila duduk berlama –

lama, suka melakukan praktikum di laboratorium

12,83 4 Visual: suka mencoret – coret buku dengan gambar,suka

membaca buku yang banyak gambar daripada membaca buku teks

15,36

5 Interpersonal: mempunyai teman banyak, suka berteman & bekerjasama dalam kelompok

17,93 6 Musik : peka terhadap ritme, mudah menangkap musik 12,83 7 Intrapersonal : Dapat berkonsentrasi diri dengan baik,

pengenalan diri yang dalam, suka kerja sendiri,percaya diri besar, mandiri tidak menggantungkan orang lain, mampu memotivasi diri sendiri

13,76

Dari tabel di atas didapatkan skor yang apabila dilihat secara keseluruhan sangat bervariasi dimana

untuk inteligensi linguistik sebesar 13,45% dan inteligensi logis – matematis sebesar 12,21 %,

(7)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

47 inteligensi kinestetik sebesar 12,83

%, inteligensi visual sebesar15,36 % dan inteligensi interpersonal 17,93% inteligensi musik 12,83% dan inteligensi intrapersonal 13,76%. Ini menjelaskan bahwa ketuju inteligensi siswa berbeda – beda antara siswa satu dengan lainnya dengan prosentase yang berbeda pula tiap individunya, untuk itu diperlukan kepandaian guru dalam mengelola kelas beserta perancangan pengajarannya sehingga masing – masing siswa dapat menerima materi IPA dengan baik, perancangan pengajaran tersebut dibuat sedemikian rupa sesuai dengan kecerdasan yang siswa miliki agar pembelajaran terasa menyenangkan bagi siswa untuk itu diperlukan data inteligensi siswa tiap individunya .Walaupun data ini belum bisa digunakan sebagai hasil final untuk mengetahui inteligensi siswa akan tetapi data ini dapat digunakan

sebagai diagnosa awal untuk mengetahui kecenderungan kecerdasan siswa. Apabila data tersebut dilihat secara detail intelligensi yang lebih dominan adalah inteligensi Interpersonal sebesar 17,93 % dan paling sedikit adalah inteligensi logis – matematis yakni sebesar 12, 21 %. Berdasarkan analisa diketahui dari ketujuh inteligensi tersebut yang sesuai dengan pelajaran IPA adalah inteligensi linguistik, logis- matematis, visual, kinestetik dan intrapersonal maka peneliti menggunakan kelima inteligensi tersebut dalam pembelajaan terutama pada perancangan pengajaran dalam bentuk lembar kegiatan siswa, sedangkan untuk inteligensi musik dan intrapersonal tidak digunakan dalam perancangan tetapi bisa diterapkan dalam kelas pada saat tertentu sebagai refresh.

Rangkuman Hasil Pengamatan Siklus I sampai dengan Siklus III 1. Pengamatan Inteligensi Siswa

Tabel 4.13 Inteligensi Siswa Dari Siklus I Hingga Siklus II

No Inteligensi Siklus(%) S1 S2 S3 1 Linguistik 72 81 90 2 Logis-Mat 59 64 73 3 Visual 62 67 79 4 Kinestetik 65 77 84 5 Interpersonal 63 80 84

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa dari siklus I sampai pada siklus ke III menunjukkan aktivitas siswa yang diketahui melalui lembar penilaian inteligensi siswa ketika siswa mengerjakan LKS dengan menggunakan intelligensi baik

dominan maupun tidak menunjukkan peningkatan dari siklus ke siklus yang berarti siswa menggunakan inteligensi dominannya dengan baik dan melatih untuk mengembangkan inteligensi yang kurang dominan, maka diharapkan untuk selanjutnya

(8)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

48 siswa dapat menggunakan dan

melatih inteligensinya dalam belajar

maupun dalam kehidupan nyata untuk menyelesaikan masalah. 2. Pengamatan Kemampuan Inteligensi Siswa thd Prestasi Belajar Siswa

58,7 60 72,5 55 68,7 77,5 53,7 65 73,8 56,3 61,3 72,5 0 10 20 30 40 50 60 70 80 P ros e nt a s e N il a i Lingu istik Logis -Mat Visual Kines tetik Intelligensi

Grafik Hubungan Intelligensi Vs Hasil Belajar

Siklus1 Siklus2 Siklus3

Gambar 4.9 Grafik Hubungan Inteligensi dengan prestasi Belajar Dari grafik terlihat bahwa pretasi

belajar siswa pada siklus I untuk siswa yang kategori inteligensi linguistik memiliki prosentase sebesar 58,7 %, siswa dengan inteligensi logis-matematis sebesar 60 %, siswa dengan inteligensi visual sebesar 65 %, siswa dengan inteligensi kinestetik sebesar 56,3 %, sedangkan pada siklus II inteligensi linguistik prestasi belajar siswa naik menjadi 60 %yang berarti peningkatan prestasi belajarnya paling kecil yaitu 1,3 % dan pada inteligensi logis – matematis naik signifikan yaitu sebesar 68,7% yang berarti peningkatan prestasi belajar untuk inteligensi ini sangat besar hal ini dikarenakan siswa mampu mengatasi masalah lebih komplek dalam mengerjakan soal sedangkan pada kecerdasan visual mengalami peningkatan sebesar 65 % yang berarti peningkatannya cukup besar yaitu 11,3 % jadi siswa dengan kecerdasan ini mampu dalam mengerjakan soal lalu untuk siswa

dengan kecerdasan kinestetik memiliki prosentase sebesar 61,8 % yang berarti siswa cukup mampu dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan pada siklus III untuk siswa dengan kecerdasan dominan linguistik, logis – matematis, kinestetik berturut – turut memiliki prosentase prestasi belajar sebesar 72,5 %, 77,5 %, 72,5 % yang ketiga inteligensi tersebut memiliki peningkatan yang rata – rata sama yaitu 12 % berarti untuk siswa dengan ketiga inteligensi tersebut mampu menyelesaikan soal dengan baik begitu juga pada siswa dengan inteligensi dominan berupa visual mengalami peningkatan yang tidak jauh dari inteligensi lainnya yaitu sebesar 73,8 % dengan prosentase peningkatan sebesar 9 %. Jadi pada siklus ke III siswa mampu mencapai prestasi belajar dengan baik.

3. Pengelolaan Pembelajaran Strategi Quantum Teaching

Hasil yang diperoleh berdasarkan data dari putaran I

(9)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

48 sampai putaran III dapat terlihat dalam grafik sebagai berikut

60 65 70 75 80 85 Prosentase perolehan nilai I II III Siklus

Grafik Pengelolaan Pembelajaran

Gambar 4.10 Grafik Pengelolaan Pembelajaran Dari grafik 4.10 terlihat bahwa

pengelolaan pembelajaran dari siklus I hingga siklus III mengalami peningkatan berturut turut 64.5 %, 72 %, 83 %.

4. Prestasi Belajar Siswa

Data yang diperoleh didasarkan pada nilai rata – rata siswa tiap siklus

dan proses siswa yang sudah mencapai ketuntasan belajar tiap siklus. Hasil dari analisis data tes formatif dari siklus I,II,III dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.14 Klasifikasi Prestasi Belajar

No Uraian S1 SII SIII

1 Jumlah siswa 32 32 32

2 Nilai rata- rata 55 63,75 74 3 Σsiswa yang tuntas 12 19 26 4 Σsiswa belum tuntas 20 13 6 5 Prosentase Ketuntasan 38 60 81 Dari tabel di atas diperoleh

prosentase kenaikan rata- rata kelas dari tes formatif yaitu dari siklus 1 ke siklus II kenaikannya sebesar 16 % dan dari siklus II ke siklus III mengalami kenaikan sebesar 10,25 %. Dari analisis di atas menunjukkan nilai rata – rata kelas semakin baik dan meningkat selain itu ketuntasan belajar juga semakin meningkat hal itu bisa terlihat dari grafik ketuntasan kelas. 5. Angket Respon Siswa

Analisis respon siswa didapat dari angket dimana angket merupakan lembaran yang harus diisi dan digunakan untuk mengetahui tingkat

respon obyek terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas. Angket dalam penelitian ini diberikan semua kelas XI-3 yang telah mengikuti proses belajar mengajar

Angket yang diberikan siswa meliputi 6 aspek penilaian menarik tidaknya cara guru mengajar, jelas tidaknya instrumen yang diberikan (LKS dan buku siswa), membantu pemahaman atau tidak dengan diterapkannya pembelajaran multiple intelligensi dengan strategi quantum teaching, minat tidaknya siswa jika pembelajaran yang peneliti lakukan digunakan kembali dalam

(10)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

49 pembelajaran materi lain, menarik

tidaknya pelajaran IPA setelah menggunakan pembelajaran multiple intelligence dengan strategi quantum teaching, senang tidaknya pembelajaran menggunakan pembelajaran multiple intelligence dengan strategi quantum teaching

Ketertarikan siswa terhadap cara guru mengajar sebesar 87,5 % , kejelasan LKS dan buku siswa mendapat respon 68,7 %, pemahaman materi dengan menggunakan multiple intelligence dengan strategi quantum teaching sebesar 78,1 %, kesependapatan pembelajaran dengan menggunakan multiple intelligence dengan strategi quantum teaching dilakukan pada materi lain memperoleh respon sebesar 81,2 % dan prosentase ketertarikan siswa terhadap IPA setelah menggunakan multiple inteligence dengan strategi quantum teaching adalah 84,3 % lalu prosentase kesenangan siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan multiple intelligence dengan strategi quantum teaching adalah sebesar 90,6 %, dari data tersebut ternyata prosentase respon paling rendah adalah tentang kejelasan LKS dan Buku siswa yang telah dipelajari prosentase tersebut didapatkan karena siswa masih belum terbiasa dengan soal – soal yang mencakup 4 kecerdasan karena pada umumnya siswa dihadapkan pada soal yang mengarah pada satu kecerdasan yaitu kecerdasan logis- matematis namun demikian masih dikategorikan respon positif karena masih di atas 65 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa

siswa mempunyai minat dan berantusiasme terhadap IPA dengan menggunakan pendekatan multiple intelligensi dengan strategi quantum teaching yang berarti respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multiple intelligensi berstrategi quantum tteaching direspon positif (baik dilakukan)

D. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah didapat maka dapat disimpulkan:

1. Penerapan “Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strattegi Quantum Teaching Pada Pokok Bahasan Respirasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 2. Berdasarkan hasil analisis secara

kuantitatif keterampilan pengelolaan pembelajaran oleh guru meningkat dari putaran 1 sampai 3, yaitu berturut – turut pada putaran 1 sebesar 64,5 %, putaran 2 sebesar 72 % dan putaran 3 sebesar 83 %. Dan aktivitas siswa (berdasar penggunaan inteligensi siswa) juga meningkat dari siklus I ke siklus III.

3. Siswa memiliki antusiasme yang tinggi terhadap IPA setelah menggunakan pembelajaran dengan menerapkan “Pendekatan Multiple Intelligence Dengan Strategi Quantum Teaching Pada Pokok Bahasan Respirasi yang berarti respon siswa terhadap pembelajaran tersebut direspon positif.

SARAN

Seiring dengan hasil penelitian dan hasil data yang diperoleh serta

(11)

Dwikuranto,Mmplementasi MI dengan strategi Quantum Teaching, 2011 Desember

50 simpulan di atas maka didalam

penelitian ini dapat dikemukakan saran– saran antara lain:

4. Untuk penelitian serupa hendaknya dilakukan perbaikan–perbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik.

5. Penelitian akan lebih baik jika guru menerangkan dengan cara dan sarana yang memenuhi dalam strategi quantum teching yaitu sarana dan prasarana yang lebih modern khususnya dalam bidang ICT.

6. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya terlebih dahulu menerapkan tiap kecerdasan dalam tiap satu kali pertemuan sehingga terlihat jelas dalam memantau kemampuan inteligensi siswa untuk menyelesaikan persoalan dan dapat memantau perkembangan inteligensi tiap siswa.

DAFTTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal . 2002 . Profesionalisme Guru Dalam Pembelajaran . Surabaya : Insan Cendekiawan.

De Porter. 2000. Quantum Teaching. Boston : Allyn Bacon.

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengolahan Data Untuk Pelaporan Hasil Belajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Gardner.2003.Multiple Intelligence

(Kecerdasan Majemuk): Teori dalam Praktek.New York: Basic Books.

Gunawan, W. 2007. Genius Learning Strategy(Petunjuk Praktis Untuk Menerapkan Accelerated Learning ).Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Hibbard, K. 1994. Performance Assesment In The Classroom. New York: Mc Graw Hill.

Jasmine, J. 2007. Mengajar Dengan Metode Kecerdasan Majemuk. Bandung: NUANSA.

Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 1995.Didaktik Asas – Asas Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Prabowo. 1998. Metode Penelitian.

Surabaya. UNESA Press.

Riduwan. 2003.Skala Pengukuran Variabel variabel Penelitian.Bandung: Alfabeta. Ruwanto. 2006.Asas- Asas IPA.

Yogyakarta: Yudhistira.

Sardiman. 2001. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Seregeg, Wayan.2 003. Menyusun Laporan Penelitian Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta.

Suharsimi, A. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Suparno, P. 2004. Teori Intelegensi Ganda dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta: Kanisius.

Suwaji. 2004. Pengaruh Penerapan Metode Intelligensi Ganda Dengan Menggunakan Media Pembelajaran VCD Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Alat–Alat Optik Di SMP NEGERI 3ISidoarjo.Skripsi.Tidak

Dipublikasikan. Unipres: UNESA. Usman, Uzer. 2007. Menjadi Guru

Profesioanal. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA

Usman, Uzer. 1993. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Rosdakarya.

Warsidi. 2004. Belajar Efektif IPA SMU Kelas X. Surakarta: Mitra Mandiri.

Gambar

Gambar 2.1 Skema Penelitian tindakan Kelas (Suharsimi, A. 2007: 106).
Tabel 4.3. Hasil Diagnosa Inteligensi
Grafik Hubungan Intelligensi Vs Hasil Belajar
Grafik Pengelolaan Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 60 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan bahwa Perangkat Daerah terdiri atas Sekretariat Daerah, Dinas Daerah dan Lembaga

Ketersediaan pejantan di dalam kelompok peternak sangat terbatas dimana hanya ada satu pejantan yang digunakan sebagai pemacek untuk 54 ekor betina produktif pada

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terpaan akses situs porno pasca kebijakan pemblokiran situs porno di internet mempunyai pengaruh

Dalam rangka penyusunan Tugas Akhir pada jurusan Teknik Industri di Universitas Kristen Maranatha Bandung, dengan judul “Analisis Persaingan Jasa Travel Jurusan Bandung-Cirebon

(3) Kebijakan Militer Sultan Muhammad Al-Fatih dalam upaya penaklukan Konstantinopel serta dampak penaklukkannya. Metode penelitian pada skripsi ini mencakup tiga tahapan,

25 Dapat diartikan, walaupun di undang-undang telah diatur batasan usia untuk melakukan perkawinan yaitu bagi minimal berusia 19 tahun dan bagi wanita minimal berusia

September 2006 setelah air lumpur dibuang ke laut melalui Kali Porong, persoalan muncul yakni kematian ikan dan biota air lainnya di sepanjang Kali Porong. Hasil

Tahapan perancangan sistem merupakan tahapan awal untuk menentukan kecepatan, jarak sensor dan waktu tempuh kereta pada simulasi penutupan portal pintu kereta api secara