• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENAMPILAN ANAK SAPI KETURUNAN BRANG-BAL DI NTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENAMPILAN ANAK SAPI KETURUNAN BRANG-BAL DI NTB"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Telah dilakukan pengamatan mengenai penampilan anak sapi hasil persilangan antara Brangus X Bali di NTB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, pedet jantan hasil persilangan tersebut memiliki bobot lahir yang lebih berat dari pada pedet betina. Bobot lahir clan ukuran tubuh pedet hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk menunjukkan nilai yang lebih baik, jika dibandingkan dengan bobot lahir clan ukuran tubuh pedet yang berasal dari sapi Bali mumi. Hasil pemberian pakan tambahan, menunjukkan respons yang lebih baik jika dibandingkan dengan pellet yang tdak mendapatkan pakan tambahan, yakni 21% lebih berat.

Kata kusci: F1BrangusxBali, pertumbuhan, performans

Propinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah sentra produksi sapi potong. Namun demikian, dilaporkan bahwa populasi temak sapi potong pada tahun terakhir ini menurun dari 568.304 ekor pada tahun 1995 (DMAs PETERNAKAN, 1996) menjadi 450.152 (DINAS PETERNAKAN, 1997) pada tahun berikutnya. Oleh karena itu upaya peningkatan produktivitas clan pengembangan perlu dilakukan. Peningkatan populasi dapat dilakukan dengan memperbanyak jumlah kelahiran, menekan tingkat kematian clan mengatur jumlah pemotongan ternak sapi. Sedangkan peningkatan produktivitas ternak dapat dilakukan dengan persilangan seperti yang sedang dikembangkan melalui program Brangunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan pellet hasil persilangan pejantan Brangus dengan sapi Bali induk. Data penampilan pedet hasil persilangan diharapkan dapat dijadikan awal dari upaya untuk memprediksi tingkat produktivitas

sapi potong dimasa mendatang.

Penelitian mengenai pertumbuhan anak sapi potong hasil persilangan antara Brangus X Bali di lakukan di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat pada tahun anggaran 1998/1999. Pengamatan dilakukan secar periodik setiap bulannya dengan cars melakukan penimbangan clan pengukuran langsung di lapang. Peubah yang diamati meliputi bobot lahir, bobot pedet sebelum di sapih, clan ukuran tubuh seperti tinggi pundak, panjang badan, lingkar dada, tinggi pinggul, clan lebar pinggul. Data dianalisa secara deskriptif. Sedangkan mengenai respon terhadap pakan, ternak dikelompokkan menjadi dua kelompok perlakuan yaitu kelompok I adalah tanpa pemberian pakan tambahan, clan kelompok II diberi pakan tambahan berupa dedak sebanyak 2 kg/ekor/hari, selama 3 bulan. Parameter yang diamati adalah pertambahan bobot hidup. Data yang di peroleh dianalisis dengan menggunakan

-r,

test berdasarkan STEEL clan ToRRIE (1991).

Seminar Nasional Peternakan clan Veieriner2000

PENAMPILAN ANAK SAPI KETURUNAN BRANG-BAL DI NTB

HAsToNo, I-W MATH us,EKoHANDIWIRAwAN,I-GEDEPuru, clan P. SrrvtitoRANG Balai Penelitian Ternak P.O. Box 221, Bogor 16002

ABSTRAK

PENDARULUAN

(2)

Bobot lahir

Pertumbuhan

Seminar Nasional Peternakan clan Vetertner 2000

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot lahir anak jantan lebih berat dibanding dengan bobot lahir anak betina (Tabel 1). Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan DJAGRA et al. (1979), AzzAM clan NEILSEN (1987), THALIB (1988), NATAL et al. (1995), clan ENDHI et al. (1997). Namun demikian bobot lahir anak sapi hasil persilangan ini lebih besar bila dibanding dengan bobot lahir anak sapi Bali murni sebagai yang telah dilaporkan oleh PANE (1990) yang menerangkan bahwa bobot lahir sapi Bali di Pulau Bali rata-rata adalah 16 kg, sedangkan PANJAITAN et al. (1998) menerangkan bahwa bobot lahir anak sapi Bali di Pulau Lombok adalah 13,6 t 2,6 kg.

Tabel 1. Pertumbuhan pedet hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk sampai dengan umur 6 bulan

Dilaporkan bobot lahir berkorelasi positif dengan pertumbuhan (KEMP et al., 1988). Oleh karena itu parameter ini penting untuk diketahui clan merupakan titik awal untuk memprecliksi pertumbuhan ternak selanjutnya. Sedangkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bobot lahir antara lain adalah bangsa pejantan clan jenis kelamin (AZZAM clan NEILSEN, 1987). BARKER et al. (1979) menyatakan bahwa bobot lahir, rata-rata pertambahan bobot hidup pra sapih, clan bobot sapih di pengaruhi oleh faktor genetik dengan nilai heritabilitas secara berurutan sebesar 0,40; 0,30; clan 0,30. Sedangkan faktor lingkungan yang berpengaruh antara lain induk terhadap kemampuan produksi susu, iklim (musim) clan tatalaksana pemeliharaan yaitu masing-masing sebesar 0,60; 0,70 ; clan 0,70. Hasil penelitian yang dilakukan di Pulau Timor pada sapi Bali menunjukkan bahwa bobot lahir, pertumbuhan anak sapi, clan bobot hidup sapi dewasa dipengaruhi oleh kuantitas clan kualitas pakan (WIRDAHAYATI clan BAMUALIM, 1990). DJAGRA et al. (1979) menyatakan bahwa bobot lahir dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur induk, clan masa kelahiran. Induk yang pertama kali melahirkan akan menghasilkan peclet lebih kecil bila dibandingkan dengan pedet yang lahir kemudian. Dilaporkan pula bahwa, temperatur yang panas akan menurunkan bobot lahir (YUSRAN et al., 1991). Namun demikian sebagai patokan, besar bobot lahir berkisar 5-8% dari bobot induk (SIREGAR et al., 1985).

Secara biologis pertambahan bobot hidup harian pedet hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk pada penelitian tidak terlalu buruk pada kondisi pedesaan bila 8 1 Umur pedet (bulan)

Jantan NPertumbuhan Betina N

Lahir (0) 27,54t3,45 99 23,66t4,36 125 1 38,61t2,88 13 34,25t3,21 10 2 56,91t8,86 33 49,96t7,27 19 3 73,28t8,53 52 66,34t9,91 29 4 94,80t7,57 35 84,02t10,33 21 5 111,72t12,34 37 96,20t13,81 18 6 125,60t9,87 21 114,41t14,53

is,

(3)

dibanding dengan hasil yang dicapai ZULBADRI et al. (1994), yang menyatakan bahwa pertambahan bobot hidup harian pada sapi potong hanya mencapai kurang dari 0,35 kglekor/hari. Sementara ENDHI et al. (1997) melaporkan bahwa pertambahan bobot hidup sapi hasil persilangan di NT13 tanpa pemberian pakan tambahan mencapai 0,51 kg/ekor/hari. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh faktor bangsa atau umur yang berbeda sebagai yang dilaporkan SUBANDIUYO (1995) pada ternak domba. Pada penelitian ini bangsa yang digunakan adalah hasil persilangan antara pejantan (semen) Brangus dengan sapi Bali induk clan berumur 1-6 bulan.

Ukuran tubuh

Berbagai ukuran tubuh anak sapi hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk pada waktu lahir sampai umur 6 bulan tertera pada Tabel 2. HARDJOSUBROTO (1994) menyatakan bahwa beberapa ukuran tubuh seperti tinggi gumba, lingkar dada clan panjang badan dapat merupakan indikator bagi bobot hidup sapi. Oleh karena itu, ukuran tubuh dapat dijadikan alat untuk menduga bobot hidup apabila tidak dilakukan penimbangan.

Tabel 2. Ukuran tubuh sapi anak hasil persilangan Brangus x Bali pada waktu lahir sampai dengan umur 6bulan SeminarNasional Peternakan clan Veteriner 2000

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ukuran tubuh anak sapi jantan ini lebih besar bila clibandingkan dengan anak betina. Keadaan ini sesuai dengan hasii-hasil penelitian yang ada bahwa anak jantan secara konsisiten lebih besar dari anak betina pada semua bangsa sapi. Sedangkan ENDHI

Umur (Bulan) Tinggibadan Panjang badanUkuran tubuh (cm)Lingkardada Tinggi

pinggul Lebarpinggul Jaittan Jumlah (ekor) Lahir(0) 99 67,36 :k 3,8 58,22 ±5,25 69,18 ± 4,22 72,14 ± 4,27 19,97 ± 2,02 1 13 73,69 ± 3,97 65,23 ± 7,63 81,85 ± 4,24 79,07 ± 3,05 20,69 ± 1,71 2 33 81,27 ± 5,07 72,88 ± 5,21 92,69 ± 7,46 87,54 ± 3,82 23,66± 2,33 3 52 86,75 ± 5,16 77,98 ± 5,16 100,07 ±5,82 91,90 ±4,95 24,85 ± 2,44 4 35 91,37 ± 5,16 84,28 ± 4,38 108,94 ±6,9 97,05 ± 4,36 27,51 ± 2,51 5 37 97,28 ± 3,96 91,28 ± 4,72 114,34 ± 5,78 101,81 ± 3,97 27,00 ± 2,42 6 21 101,76 ± 5,38 93,70 ± 6,23 121,57 ± 5,91 107,62 ± 5,21 28,62 ± 2,52 Betina Jumlah (ekor) Lahir(0) 125 64,81 ± 4,59 56,22 ± 6,23 67,60 ± 6,89 69,46 ± 4,67 19,28 ± 1,71 1 10 72,30 ± 3,74 60,30 ± 3,92 79,10 ± 3,36 76,00 ± 4,17 21,20 ± 1,40 2 19 76,42 ± 4,72 69,79 ± 5,80 90,63 ± 6,93 81,95 ± 4,58 22,42 ± 2,08 3 29 81,65 ± 5,58 75,07 ± 5,94 93,62 ± 8,13 86,48 ± 6,63 24,27 ± 2,03 4 21 90,10 ± 3,94 82,53 ± 4,49 103,42 ± 5,20 94,73 ± 3,94 26,42 ± 1,35 5 18 93,23 ± 2,98 85,41 ± 5,37 111,53 ± 5,72 99,06 ± 3,15 27,60 ± 3,65 6 18 96,05 ± 4,40 92,22 ± 6,80 117,66 ± 6,22 101,39 ± 4,59 27,65 ± 2,49

(4)

et al. (1997) melaporkan bahwa ukuran tubuh sapi Bali di Pulau lombok sampai dengan umur 4

bulan tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3.Ukuran tubuh sapi anak hasil inseminasi buatan anam Bali >< Bali sampai dengan umur4bulan

Sumber: ENDHI et al. (1997)

Seminar Nasional Peternakan dan Peteriner 2000

Dari Tabel 2 dan Tabel 3, terlihat bahwa ukuran tubuh anak hasil persilangan antara pejanatan Brangus dengan sapi Bali Induk lebih besar bila dibandingkan dengan anak sapi Bali mumi. Hal ini ada kemungkinan berhubungan dengan pengaruh heterosis dari persilangan bangsa tersebut, sebagai diutarakan oleh WARWICK dalam HANDIWIRAWAN et al. (1998) yang menerangkan bahwa persilangan antar bangsa diketahui memiliki tingkat heteregositas yang tinggi, sehingga dapat memberikan penampilan produksi yang tinggi pada hasil keturunannya.

Perlakuan pakan

Respon pedet terhadap pakan tambahan yang diberikan cenderung meningkat bila dibanding dengan pemberian pakan secara tradisional seperti tertera pada Tabel 4.

Tabel 4.Pertambahan bobot hidup harian selama3 bulan pemberian konsentat

Pakan merupakan salah satu faktor yang menentukan kecepatan laju pertumbuhan sapi. Apabila pakan tidak diperhatikan baik dari jumlah maupun kualitasnya, maka pertumbuhan akan terhambat. Sebagaimana pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pedet yang mendapat pakan tambahan sebanyak 2 kg/ekor/hari memberikan pertambahan bobot hidup harian yang lebih tinggi baik pada pedet jantan maupun betina berturut-turut adalah 0,762 kg/ekor/hari dan 0,66 kg/ekor/hari Tabel 4). Dibandingkan dengan laju pertumbuhan pedet yang tidak diberi pakan tambahan yaitu hanya mencapai 0,641 kg/ekor/hari untuk pedet jantan dan 0,533 kg/ekor/hari untuk pedet betina. Hasil ini lebih rendah bila dibanding dengan yang dilaporkan ENDHiet al. (1997) bahwa pertambahan bobot hidup mencapai 0,85 kg pada sapi persilangan yang diberi pakan tambahan. Perbedaan ini sangat dimungkinkan oleh beberapa hal diantaranya adalah bangsa atau jumlah serta kualitas pakan yang 83 Umur (bulan) Jantan Tanpa n Pertambahan konsentrat Betina bobot n hidup harian Jantan (gr) Diberi n konsentrat Betina n 3-4 717,2 10 600 10 864,33 7 715,66 7 4-5 746 10 400 10 747,66 " 7 652,33 7 5-6 462 10 600 10 676,19 7 612,66 7 Rataan 641,73 10 533,33 10 762,72 7 660,27 7

Umur (hari) Tinggi badan Panjang badan Ukuran tubuh (cm)Lingkar dada Tinggi pinggul Lebar pinggul

<30 63,20t6,01 56,00t5,31 98,80t5,60 66,80t4,38 16,80t4,38 31-60 75,83t0,69 62,83t5,15 84,50t6,75 78,33t1,37 22,00t 0,00 61-90 76,73t8,89 71,73t7,74 91,18t9,46 80,27t8,83 22,20t1,33 91-120 81,73t8,02 79,46t7,50 97,18t8,71 84,73t6,83 23,80t2,00

(5)

Seminar Nasional Peternakan dan I'etermer 2000

diberikan berbeda. HANDIWIRAWAN et al. (1995) meiaporkan bahwa laju pertumbuhan sapi jantan peranakan FH yang masih muda berumur 6-9 bulan, dengan pemberian konsentrat sebanyak ldan 2 kg/ek/h laju pertambahan bobot hidup harian meningkat sangat nyata (P<0,01) bila dibandingkan dengan yang tidak diberi konsentrat (0,59 t 0,08 vs 0,62 t 0,07 vs 0,20 t 0,07 kg/ek/h).

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bobot lahir sapi anak hasil persilangan antara pejantan (semen) Brangus dengan sapi Bali induk cukup tinggi bila dibandingkan dengan bangsa sapi Bali mumi. Sedangkan bobot lahir pedet hasil persilangan antara Brangus dengan sapi Bali induk lebih rendah bila dibandingkan dengan pedet hasil persilangan antara Brangus dengan induk keturunan Simental, Limousin, dan Brahman . Laju pertambahan bobot hidup harian sampai umur 6 bulan cukup baik pada pedet jantan maupun betina. Demikian pula dengan pemberian pakan tambahan konsentrat sebanyak 2 kg/ekor/hari selama 3 bulan memberikan hasil pertambahan bobot hidup lebih tinggi mencapai 762,72 gr/ekor/hari untuk pedet jantan sedangkan pedet betina 660,27 gr/ekor/hari . Ukuran tubuh onak sapi persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk lebih besar bila dibandingkan dengan sapi Bali mumi. Kemudian bila dibandingkan dengan hasil persilangan antara sapi induk bangsa lainnya dengan pejantan Brangus tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Sedangkan ukuran tubuh pada waktu lahir sapi anak hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk tergolong kecil bila dibandingkan dengan anak dari hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi induk dari bangsa lainnya. Disarankan perlu penelitian lebih lanjut untuk mengetahui produktivitas yang menyangkut kinerja produksi dan reproduksi dari sapi hasil persilangan antara pejantan Brangus galur Lombok dengan induk sapi Bali. Hal ini diperlukan untuk dapat dijadikan suatu acuan apakah program Brangusisasi yang dikembangkan dapat dipakai sebagai upaya peningkatan produktivitas temak sapi Lokal.

DAFTAR PUSTAKA

AzzAM, S. M. and M. K. NIELSEN. 1987. Genetic parameter for gastation length, birth date and firstbreeding date in beefcattle. J. Anim. Sci. 64 : 338.

BARKER, J. S. P., D.J. BRETT, D.F. DE FREDERICK, and L.J. LAMBOURN. 1975. A Course Manual in Tropical BefCatle Production . A.A.U.S.S.

DwAs PETERNAKAN PROPINSI NUSA TENwARA BARAT. 1997. Laporan Tahunan 1996/1997 . DINAs PETERNAKAN DAERAH TINGKAT II LOMBOKTENGAH. 1998. Laporan Tahunan 1997/1998 .

DIAGRA, I.B.K., LANA, dan SULANDRA. 1979. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap berat lahir dan beret sapih sapi Bali. Pros. Seminar Keahlian di Bidang Petemakan. Theme Sapi Bali. Fakultas Kedokteran Hewan dan Petemakan Universitas Udayana, Denpasar.

ENDHi, D. S., I-W. MATHIUS, SANTOSO, E. HANDIwmAwAN, dan A. SuDiBYO. 1997. Laporan akhir hasil penelitian. Pengkajian pemanfaatan Teknologi Inseminasi Buatan dalam Usaha Peningkatan Populai dan Produktivitas Sapi Potong Nasional Diproduksi Nusa Tenggara Barat. Puslitbang Petemakan bekerja sama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian dan Pengembangan Pertanian . Badan Litbang Pertanian.

HANDiwiRAwAN, E., M. RANGKUTI, SOEPENO, dan B. SETIADI. 1995 . Keragaan sapi Peranakan Friesan Holstein jantan yang sedang bertumbuh dengan perbaikan pakan. Pros. Seminar Petemakan dan Veteriner . Cisarua, Bogor, 7-8 Nopember 1995. Jilid 2. Puslitbang Petemakan. Badan Litbang Pertanian . Departemen Pertanian. hal. 611-616.

(6)

Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 2000

HANDiwmAwAN, E. D. SETIAwAN, I-W MATHIUS, SANTOSO, dan A. SuDIBYo. 1998. Ukuran tubuh anak sapi Bali dan persilangannya di Nusa Tenggara Barat. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid I. Puslitbang Peternakan . Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. hal. 254-259.

KEW, R.A., J.W. WILTON, and L.R. ScAEFFER. 1988. Phenotypic and genetic parameter estimates for gestation length. Calving ease and birth weigh in Simental cattle. Can. J. Anim. Sci. 68:291 .

NATAL, S.T., S. RAcHmAwATI, dan P. SITORUS. 1995. Bobot lahir, lingkar dada dan bobot badan anak sapi hasil persilangan antara pejantan Bos Taurus dengan induk sapi lokal di Kabupaten Lombok Barat, NTB. Pros. Seminar Peternakan dan Veteriner. Cisarua, Bogor, 7-8 Nopember 1995. Jilid 2. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. hal. 471-474.

PANE. I. 1990. Upaya peningkatan mutu genetik sapi Bali di P3 Bali. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali. 20-22 September 1990. Fakultas Petemakan Universitas Udayana. Denpasar, Bali. hal. A 42- A 54.

PANiAITAN, T.S., W. ARIF, A. SAuxi, A. MuzAm, I. BAsuKU, dan A.S. WAwD. 1998. Pengaruh pemberian tambahan pakan pada induk bunting dan setelah melahirkan terhadap pertumbuhan anak, berahi kembali dan keberhasilan IB pada usaha pertanian sapi potong di Pulau Lombok. Pros. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner. Jilid 1. Puslitbang Peternakan. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. hal. 272-278.

SIREGAit, A. R., Ch. THALIB, K. DwiYANTo, P. SITEPu, U. KusNADi, H. PRASETYo, dan P. SITORUS. 1985. Perfomance sapi Bali di Nusa Tenggara Timur dan sapi Madura di Pulau Madura. Direktorat Jenderal Peternakan . Jakarta.

SuBANDRiyo, 1995. Penyesusian bobot sapih domba Jawa terhadap standar umur sapih. J. Penelitian Peternakan Indonesia 2:18-21.

THALIB, C. 1988. Pengaruh bangsa pejantan, jenis kelamin dan musim terhadap bobot lahir dan lama kebuntingan pedet hasil persilangan Bos Taurus X Bos Banteng. Pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia. Cisarua, Bigor 8-10 Nopember 1988. Jilid 1 : Ruminansia Besar. Puslitbang Petemakan. Badan Litbang Pertanian. departemen Pertanian. hal. 175-179.

WmDAHAYATI. R. B. dan A. BAmuALim. 1990. Penampilan produksi dan struktur populasi ternak sapi Bali di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali. 20-22 September 1990. Fakultas Petemakan Universitas Udayana. Denpasar, Bali. hal. Cl-5.

YusRAN, M.A., K. MA'sum, dan N. KUSumA. 1991 . Perbandingan daya tahan panas sapi betina dewasa antara sapi Bali dengan persilangannya dengan Bos Taurus. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali, tanggal 2-3

September 1991 . Fapet Universitas Hasanudin, Ujung Pandang.

ZULBARDI, M., M. SUTRISNO, U. UmUASui, A.A. KARTo, S.B. SIREGAR, dan T.D. CHANIAGO. 1994. Penggemukan sapi potong dan dampak ekonominya di kawasan industri Jawa Timur. Pros. Seminar Nasional Sains dan Teknologi Peternakan : 25-26 Januari 1994.

Gambar

Tabel 1. Pertumbuhan pedet hasil persilangan antara pejantan Brangus dengan sapi Bali induk sampai dengan umur 6 bulan
Tabel 2. Ukuran tubuh sapi anak hasil persilangan Brangus x Bali pada waktu lahir sampai dengan umur 6 bulan SeminarNasional Peternakan clan Veteriner 2000
Tabel 3. Ukuran tubuh sapi anak hasil inseminasi buatan anam Bali &gt;&lt; Bali sampai dengan umur 4 bulan

Referensi

Dokumen terkait

Bangunan kontruksi habitus Andi serta masyarakat dalam struktur sosial di pinrang saling terkait dan dibangkitkan kembali dalam proses kontestasi di arena pilkada.Adanya

diameter tubulus seminiferus terbaik adalah mimba dengan dosis 100 mg/kg BB dan Bagian ekstrak campuran biji pepaya (carica papaya L.) dan ekstrak daun mimba (Azadirachta

- lakukan survei ke rencana lokasi penempatan pos hidrologi. - lakukan kegiatan dokumentasi di lokasi pos tersebut dengan mengisi kartu survei dan membuat sket dan

Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang dipengaruhi banjir rob adalah dengan memilih bibit padi yang dapat beradaptasi

Air adalah sumber daya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup semua makhluk hidup. Air juga sangat diperlukan untuk kegiatan industri, perikanan, pertanian dan

Selatan danPapua, Negeri di Maluku. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Yang dimaksud dengan Perangkat Desa lainnya dalam ketentuan

Abdul Momen, dalam wawancaranya dengan Benar News (2019) menyatakan bahwa setiap bulan Pemerintah Bangladesh harus mengeluarkan sekitar 300 juta dolar AS atau 3,6

Rendahnya tingkat indeks demokrasi di Sumatera barat dipengaruhi oleh tiga aspek yang diukur dengan Indeks Demokrasi Indonesia (IDI), yakni kebebasan Sipil