• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik,"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Frasa kesejahteraan sosial mengalami pergeseran dalam pemahaman dan penggunaannya. Kesejahteraan sosial menunjuk kondisi kehidupan yang baik, terpenuhinya kebutuhan materi untuk hidup, kebutuhan spiritual, kebutuhan sosial seperti ada tatanan (order) yang teratur, konflik dalam kehidupan dapat dikelola, keamanan dapat dijamin, keadilan dapat ditegakkan sehingga setiap orang memiliki kedudukan yang sama di depan hukum, tereduksinya kesenjangan sosial ekonomi (Fitzpatrick, 2001 : 6). Midgley (2005:21) mengkonseptualisasikan dalam 3 kategori pencapaian kesejahteraan, yakni pertama, sejauh mana masalah sosial itu dapat diatur. Kedua, sejauh mana kebutuhan dapat dipenuhi. Ketiga, sejauh mana kesempatan untuk meningkatkan taraf hidup dapat diperoleh. Semuanya ini bisa diciptakan dalam kehidupan bersama, baik ditingkat keluarga, komunitas maupun masyarakat secara luas.

Diskursus tentang kesejahteraan telah lama dilakukan oleh banyak filsuf Yunani dan Romawi kuno. Perdebatan tersebut berawal dari keyakinan tentang perubahan sosial yang tidak pernah berhenti di dalam kehidupan masyarakat. Perubahan sosial ini merupakan sebuah proses menuju kondisi kehidupan yang semakin baik, umumnya orang menyebut dengan kondisi yang sejahtera (well-being) (Soetomo, 2009 : 3).

Bila kesejahteraan adalah tujuan akhir dari perkembangan masyarakat maka pembangunan adalah cara pencapaiannya. Kedua frasa ini sering kali dibicarakan

(2)

secara terpisah. Pembangunan ditujukan pada persoalan teknis (instrument) sedang kesejahteraan dipandang mampu diakomodir hanya dalam kegiatan pelayanan masyarakat akibatnya konsep kesejahteraan menjadi semakin sempit dan dirasa dapat dipayungi oleh 1 departemen tertentu dalam pemerintahan di Indonesia. Alur logika berpikir yang terpisah seperti ini akan membuka peluang keduanya untuk berdiri sendiri sebagai sebuah kepentingan yang praktis. Artinya, pembangunan berdiri sebagai rasionalitas instrumental tanpa mengindahkan nilai (value) demikian pula kesejahteraan akan kehilangan makna sehingga terjebak dalam persoalan yang sama yaitu bertolok ukur pada pencapaian dengan ukuran materiil.

Banyak pemikir ekonomi telah mengembangkan berbagai pendekatan alternatif. Pada tahun 1970 Hans Singer dan Richard Jolly berpendapat tentang peran penting ketenagakerjaan dalam pembangunan. Di tahun 1980, Paul Streeten dan Frances Stewart mengemukakan ide bahwa kebutuhan dasar adalah prioritas penting dalam pembangunan. Pada tahun 1980, Amartya Sen mendefinikan pembangunan sebagai perluasan kapabilitas manusia untuk mencapai nilai (value). Pembangunan dipandang sebagai dinamika kemanusiaan. Didasari oleh pemikiran ini, Mahbub ul Haq memperkenalkan pembangunan sebagai proses membentuk ekosistem dimana manusia dapat mencapai kehidupan yang bermartabat. Mahbub ul Haq meninggalkan konsep pertumbuhan ekonomi dan mengembangkan konsep Human Development Index (HDI) sebagai tolok ukur kesejahteraan masyarakat. Human Development Index merupakan mengambil 3 area penting, yaitu, ketahanan hidup, pengetahuan dan proses menikmati

(3)

kehidupan yang layak tersebut. Pada dekade ini, paradigma pembangunan telah mengalami perkembangan yang signifikan (Kelley, 1991 : 316).

Karya-karya Sen berdampak besar terhadap perkembangan paradigma baru dalam dunia pembangunan mulai dari tahun 2000. Pembangunan diartikan ulang sebagai frasa yang mengikutsertakan kemanusiaan sebagai pokok pikiran. Pendekatan kapabilitas Sen menantang pandangan ekonomi dunia pada masa itu. Sen menjelaskan bahwa pilihan sosial dan diskusi publik mungkin dilakukan dan memang dibutuhkan. Ia memengaruhi ide dan keputusan yang dibuat oleh pelaku pembangunan lainnya. Termasuk didalamnya kebijakan Milennium Development Goals.

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Millenium Development Goals? 2. Apa pokok-pokok pemikiran Amartya Sen?

3. Bagaimana kebijakan global Millennium Development Goals dalam perspektif pemikiran Amartya Sen?

2. Keaslian Penelitian

Penelitian ini berupaya menganalisis kebijakan global Millennium Development Goals dalam perspektif ekonomi Amartya Sen. Sejauh penelusuran dan pengamatan mengenai karya-karya ilmiah dalam Fakultas Filsafat dan berbagai Fakultas lain belum ada pembahasan mengenai pemikiran Amartya Sen

(4)

dalam kebijakan Millennium Development Goals. Peneliti menemukan beberapa karya ilmiah yang menggunakan kajian pembangunan diantaranya :

1. Haryanto, Sri. 1998. Telaah Kritis Etika Sosial terhadap Moralitas Pembangunan Ekonomi Orde Baru. S-1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini merumuskan etika sosial sebagai dasar moralitas pembangunan ekonomi di Indonesia. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah pembangunan orde baru yang ditinjau dari kacamata etika sosial.

2. Ananta, Andreas Arinda, Paradigma Ekonomi Liberal di Indonesia dalam Perspektif Krisis Ilmu Thomas Kuhn. S-1 Filsafat, Universitas Gadjah Mada. Skripsi ini membahas tentang perspektif ilmiah Thomas Kuhn fase krisis ilmu untuk menganalisa paradigma ekonomi liberal. Pokok dari penelitian ini adalah tinjauan teori fase krisis Thomas Kuhn terhadap paradigma ekonomi liberal. 3. Oktaviani, Maureen. 2009. Millennium Development Goals : Sistem

Pendidikan Indonesia. S-1 Ilmu Komunikasi, Universitas Atma Jaya. Fokus kajian skripsi ini adalah poin kedua dalam Millennium Development Goals, yaitu pendidikan. Skripsi ini membahas mengenai pendidikan dan kebijakan-kebijakannya yang telah dicanangkan oleh Indonesia berdasarkan kebijakan publik Republik Indonesia.

4. Nuryani. 2011. Peran Millennium Development Goals dalam Melestarikan Lingkungan Hidup di Indonesia. S-1 Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Fokus kajian dalam penelitian ini adalah poin ke delapan dari Millennium Development Goals. Skripsi ini mengulas peran serta

(5)

MDGs sebagai rezim global untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang memprioritaskan pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.

Peneliti menemukan beberapa penelitian dengan menggunakan objek formal pemikiran Amartya Sen, antara lain :

1. Yalasena, Andika. Pendekatan Kapabilitas Amartya Sen sebagai Kritik Terhadap Kesetaraan John Rawls. S-1, Universitas Indonesia. Pada halaman pertama disebutkan skripsi ini mengaji prinsip kesetaraan dan keadilan yang Amartya Sen tawarkan sebagai upaya menjawab permasalahan ketidakbebasan. 2. Dosiwoda, J.Adrian. Pajak Penghasilan dan Pembangunan Manusia di

Indonesia : Evaluasi terhadap korelasi antara prinsip keadilan dan prinsi efisiensi dalam penarikan pajak penghasilan individu menggunakan konsep kebebasan dari Amartya Sen. S-1, Universitas Indonesia. Skripsi ini mengulas tentang pemikiran konseptual keadilan melalui kebebasan individu Amartya Sen dalam mengevaluasi sistem pajak penghasilan individu di Indonesia.

3. Rujikarwati, Erdi. Pemikiran Kebebasan Amartya Sen Terhadap Kehidupan Masyarakat Sebuah Kajian Filsafat Sosial, S-2, Universitas Indonesia. Penelitian ini membahas mengenai konsep kebebasan Amartya Sen sebagai upaya untuk menghindari berbagai kekurangan dan bencana sehingga melalui kebebasan yang utuh, masyarakat mampu mengembangkan dirinya dan berperan aktif dalam pembangunan.

4. Sahadewa, Ngurah Weda. Refleksi Filosofis Tentang Kapabilitas Dalam Buku “Idea of Justice” Karya Amartya Sen, Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini konsep kapabilitas, khususnya yang terdapat dalam buku Idea of Justice karya

(6)

Amartya Sen. Penelitian ini juga mengaji tentang pentingnya peran kapabilitas untuk pencapaian kesejahteraan.

Peneliti tidak menemukan penelitian yang mengaji Millenium Development Goals dalam kerangka pemikiran Amartya Sen sehingga dapat disimpulkan bahwa belum ada skripsi atau naskah akademis lainnya yang melakukan penelitian ini.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memberi manfaat, antara lain : 1. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat sebagai upaya pembelajaran untuk menganalisis dalam perspektif filsafat dan memberikan telaah kritis terhadap masalah aktual. Diharapkan hal ini kelak membantu peneliti dalam upaya menyesuaikan pemikiran – pemikiran filsafat berdasarkan keadaan.

2. Bagi Perkembangan Ilmu Filsafat

Penelitian ini diharapkan mampu menginventaris salah satu teori Amartya Sen khususnya yang tentang Pendekatan Entitlement, Pendekatan Kapabilitas dan Human Development. Kajian-kajian terhadap karya Amartya Sen cenderung masih kurang dilakukan, mengingat Amartya Sen merupakan salah satu pemikir dalam bidang filsafat ekonomi kontemporer. Kelangkaan ini khususnya terjadi di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemantik untuk selanjutnya memunculkan lebih banyak ketertarikan terhadap interpretasi filosofis lain terhadap pemikiran Amartya Sen.

(7)

Penelitian ini dilakukan dengan bertolak dari permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di Indonesia, oleh karenanya sangat disayangkan apabila manfaat penelitian ini tidak kembali pada pihak yang menginspirasinya. Peneliti memiliki harapan yang besar akan manfaat yang dapat diberikan penelitian ini bagi masyarakat, bangsa, dan negara, dalam isu-isu pembangunan dan permasalahan-permasalahan ekonomi-politik yang dihadapi oleh masyarakat.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membahas pertanyan-pertanyaan yang telah dikemukan di rumusan masalah, yaitu :

1. Mendeskripsikan pengertian dan poin pokok yang terdapat dalam Millenium Development Goals.

2. Menguraikan pokok-pokok pemikiran Amartya Sen.

3. Menganalisis Millennium Development Goals dalam perspektif pemikiran Amartya Sen

C. Tinjauan Pustaka

Pembangunan merupakan sebuah proses multidimensional. Pembangunan yang bersifat multidimensi tersebut menjadikan definisi mengenai pembangunan sangat beragam dan senantiasa terus diperdebatkan. Pandangan mengenai pembangunan mengalami perubahan dan perbaikan secara terus menerus dari berbagai aspek. Dimensi pembangunan sangat luas, yakni ekonomi, sosial, politik,

(8)

legal, institusional, teknologi, lingkungan hidup, agama, budaya dan lain sebagainya (Sunmer, 2008 : 25).

Mansour Fakih menjelaskan bahwa untuk memahami pembangunan perlu melihat sejarah yang dimulai pada akhir Perang Dunia Kedua. Gagasan pembangunan pertama kali menjadi diskursus, ditandai dengan ungkapan Presiden Harry S. Truman pada tanggal 20 Januari 1949 yang melontarkan kebijakan pemerintah Amerika Serikat, yaitu dengan istilah “keterbelakangan” (underdevelopment). Menurut Mansour Fakih disebutkan itu merupakan saat pertama dibukanya diskursus tentang pembangunan (Fakih, 2001).

Konsep pertama yang diutarakan tentang pembangunan adalah pembangunan merupakan proses perubahan struktural di masyarakat. Kata kunci dari pembangunan adalah proses, dalam artian terjadi sebuah perubahan pada 1 dimensi, misalnya, perubahan sosial yang terjadi dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Perubahan yang terjadi pada 1 dimensi tersebut akan membawa dampak perubahan pada dimensi yang lain, misalnya terjadinya perubahan status sosial dimasyarakat, hubungan kerja, dan lain sebagainya (Sunmer, 2008 : 26).

Negara mengalami perubahan setiap waktu, baik itu berupa peningkatan ekonomi maupun perubahan sosial di masyarakat. Proses perubahan ini telah berjalan dalam jangka waktu yang panjang dan proses tersebut yang dimaknai sebagai pembangunan. Pembangunan tidak hanya berarti proses perubahan yang baik. Krisis, kelaparan, dan permasalahan-permasalan sosial lainnya juga merupakan bagian dari pembangunan karena hal tersebut dapat diakomodasi

(9)

dalam prespektif yang luas dari perubahan ekonomi dan sosial (Sunmer, 2008 : 26).

Potter (2008) mengutip Thomas (2000) mengkategorikan terdapat perbedaan definisi pembangunan yang seringkali digunakan, antara lain :

1. Pembangunan sebagai perubahan yang fundamental dan struktural, contohnya adalah pertumbuhan dan pemasukan.

2. Pembangunan sebagai campur tangan dan aksi-aksi yang dilakukan dengan tujuan untuk perbaikan.

3. Pembangunan sebagai perbaikan, dengan manfaat yang baik sebagai hasil keluaran.

4. Pembangunan sebagai jalan untuk perbaikan, meliputi perubahan yang dapat memfasilitasi pembangunan dimasa mendatang.

Defini yang diajukan oleh Thomas mengarahkan pada pengertian bahwa pembangunan tidak hanya berupa proses peningkatan-peningkatan semata. Peningkatan merupakan 1 dimensi yang dilingkupi oleh pembangunan pembangunan, misalnya pendapatan per individu mengalami peningkatan, seiring dengan peningkatan tersebut akan muncul berbagai masalah, seperti konsumsi bahan pangan yang naik mengakibatkan bertambahnya jumlah sampah. Pembelian alat transportasi (mobil, motor, dan lain sebagainya) meningkat menyebabkan tingkat kemacetan yang tinggi, permasalahan parkir, polusi dan lain sebagainya (Potter, 2008 : 33).

Pembangunan juga dapat dimaknai sebagai instrumen untuk mengukur perkembangan maupun perubahan yang terjadi didalam masyarakat. Berdasarkan

(10)

pada pengertian ini, pembangunan mampu menetapkan target-target dan indikator-indikator yang dapat diukur dan dapat dikomparasikan dengan target tersebut. Pengertian tersebut yang diadaptasi oleh praktisi-praktisi dalam agen pembangungan internasional. Permasalahan-permasalahan seperti kemiskinan, pendidikan, dan kesehatan merupakan dimensi mendasar dari kesejahteraan. Millennium Development Goals, sebagai bagian dari pembangunan, memiliki peran penting untuk mengupayakan, mengukur dan menilai perubahan-perubahan yang terjadi didalam masyarakat terkait permasalahan-permasalahan tersebut.

D. Landasan Teori

Setiap individu memiliki gambaran atas kualitas hidup yang ingin dicapainya. Kualitas hidup tersebut merupakan tatanan yang menggambarkan kehidupan yang kebutuhan-kebutuhan didalamnya telah terpenuhi. Kualitas hidup juga merupakan pengembangan dari kebutuhan-kebutuhan pokok yang telah disesuaikan dengan tujuan dan cita-cita. Oleh karena itu, jika kondisi tersebut belum terpenuhi, akan muncul usaha-usaha pencapaian kualitas hidup. Usaha-usaha inilah salah satunya yang melatarbelakangi kebutuhan manusia untuk menjadi makhluk ekonomi.

Menurut Georg Friedrich List (1789-1846) dalam Medema (2004) , terdapat 5 tahap kehidupan ekonomi manusia, diantaranya : (1) perburuan dan perikanan, (2) peternakan, (3) pertanian, (4) pertanian dan kerajinan setempat, (5) pertanian, industri, perniagaan internasional. Masalah-masalah ekonomi telah dilakukan sejak peradaban awal dalam bentuk perburuan. Meskipun pada saat itu ekonomi belum berdiri sebagai ilmu, melainkan seni, yaitu seni mencukupi kebutuhan, seni

(11)

melengkapi alat-alat berburu (yang saat ini dikenal sebagai alat-alat modal atau alat produksi), dan lain sebagainya.

Cabang ilmu yang secara sistematis membedakan perlaku manusia yang ekonomis dan yang non ekonomis baru timbul pada zaman modern, namun istilah ekonomi sudah dikenal sejak zaman kejayan kebudayaan Yunani, sekitar empat abad sebelum Masehi (Soule, 1994:11).

Kesejahteraan sebagai tujuan pembangunan merupakan bentuk perkembangan dan perubahan sosial dalam ekonomi. Pembangunan diterjemahkan dari Bahasa Inggris, yaitu development. Mansour Fakih (2003) mengemukakan bahwa kata development dapat diartikan sebagai salah satu teori bahkan ideologi tentang perubahan sosial, akan tetapi juga dapat diartikan sebagai sebuah realitas dalam kehidupan masyarakat, sehingga merupakan konsep yang netral. Sebagai konsep dan pengertian yang netral, perubahan dalam kehidupan masyarakat menuju kondisi ideal tersebut sering menggunakan kata perkembangan masyarakat maupun pembangunan masyarakat secara bergantian.

Dalam pengertian sebagai realitas dan fenomena sosial, pembangunan masyarakat dapat terjadi melalui proses dan mekanisme alamiah. Bagi Heraklitus perubahan terjadi secara terus menerus. Proses perubahan alami ini bersifat dialektis. Tiap hal memiliki sifat yang berlawanan dan dalam keberbedaannya itu memiliki kesatuan. Perubahan merupakan benturan dari unsur-unsur yang berlawanan dalam kehidupan masyarakat, yang pada akhirnya membawa kematangan dalam kehidupan yang lebih baik. Pemikiran ini selanjutnya mewarnai pemikiran-pemikiran berikut tentang perubahan masyarakat yang

(12)

diharapkan di masa datang. Masyarakat selalu berubah secara dinamis, yakni berevolusi menjadi dewasa (matang) lalu hancur dan berikutnya tumbuh lagi seperti perubahan dalam mikro organisme (Midgley, 2005:59).

Charles Darwin dan Herbert Spencer (Ritzer, 1983:26, Midgley, 2005:61) serta pengikutnya merupakan pemikir yang mempercayai bahwa seleksi alam akan menyisakan masyarakat yang terbaik dan mampu bertahan. Oleh sebab itu usaha intervensi dalam proses perubahan yang dilakukan oleh negara menuju tercapainya kesejahteraan justru mengganggu dan melemahkan dan akhirnya menghancurkan masyarakat (Midgley, 2005:61).

Georg Hegel dan Karl Marx (Ritzer, 1983:15, Medgley, 2005:63) berada dalam logika yang sama, namun memiliki perbedaan penjelasan tentang terjadinya perubahan. Hegel menekankan bahwa sebab perubahan itu adalah benturan perkembangan ide manusia, yang diekspresikan melalui benturan antara tesis dan antitesis yang kemudian menyatu dalam sintesis. Namun antitesis yang dikemukakan oleh Karl Marx untuk membantah pemikiran Hegel adalah sebaliknya bukanlah benturan ide yang menyebabkan perubahan itu, akan tetapi karena konflik kepentingan materi (Susetiawan, 2000:11).

Adam Smith (Midgley, 2005:62, Rapley, 2007:15) adalah orang yang pertama kali menyatakan bahwa perubahan sosial itu terjadi karena aktivitas ekonomi manusia. Perubahan yang terjadi di masyarakat, yang ditandai oleh industri manufaktur dan perdagangan asing, yang berakibat kepada kesejahteraan manusia, adalah akibat dari aktivitas ekonomi. Perekonomian itu diatur oleh hukum alam sehingga menjadi sistem yang mandiri dan mengatur dirinya sendiri.

(13)

Pada awal revolusi industri, Smith menentang apa pun ide intervensi pemerintah yang berlebihan terhadap para merkantilis, bagaimana pun intervensi pemerintah harus minimal.

Smith percaya akan hak untuk mempengaruhi kemajuan ekonomi diri sendiri dengan bebas, tanpa dikendalikan oleh perkumpulan dan atau negara. Ia memandang pembangunan ekonomi sebagai proses pertumbuhan ekonomi dan perkembangan ekonomi dengan memanfaatkan mekanisme pasar. Suatu perekonomian akan tumbuh dan berkembang jika mekanisme pasar berjalan baik dan sempurna. Syarat yang dibutuhkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah investasi dan spesialisasi yang kontrol melalui mekanisme pasar.

Pemikiran ekonomi tersebut yang kemudian dianggap sebagai dasar-dasar perkembangan perdagangan bebas dan kapitalisme, sehingga Smith kerap dianggap sebagai salah satu pelopor sistem ekonomi kapitalis. Menurutnya setiap individu cenderung akan mencari keuntungan untuk dirinya, tetapi dia dituntun oleh “invisible hand” untuk mencapai tujuan akhir yang bukan menjadi bagian keinginannya. Dengan jalan mengejar kepentingan dirinya sendiri dia sering memajukan masyarakat lebih efektif.

Amartya Sen mengkritik pemikiran tersebut. Menurutnya pemikiran Smith tidak cukup memadai untuk menjelaskan motif tindakan ekonomi karena terperangkap dalam Ego. Sementara bagi Sen, ego atau self-interested tidak pernah memenuhi syarat untuk menjawab keseluruhan motif tindakan ekonomi manusia. Motif ekonomi individu tidak bisa hanya berasal dari dalam dirinya, melainkan dari banyak faktor di luar diri.

(14)

E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan buku “Metode Penelitian Filsafat” (Bakker dan Zubair, 1990) model yang diterapkan dalam penelitian ini adalah “penelitian mengenai masalah aktual” (model 6.A). Objek material dalam penelitian ini adalah Millennium Development Goals sebagai paradigma pembangunan global. Objek formal penelitian ini yaitu filsafat ekonomi, khususnya dalam pemikiran ekonomi Amartya Sen. Penelitian ini tidak berpretensi untuk meneliti kembali mengenai Millennium Development Goals, namun meninjaunya secara filosofis dalam kajian penelusuran hakikat tersembunyi. Penelitian ini berusaha mengurai bentuk pemikiran Amartya Sen dalam pembangunan Millenium Development Goals. 2. Bahan Penelitian

Untuk memperoleh jawaban atas rumusan masalah yang diajukan, proses yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan. Ada pun materi penelitian terkait yang digunakan adalah sebagai berikut:

a. Pustaka Primer

Data primer yaitu data yang menjadi rujukan utama bagi proses penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah karya-karya Amartya Sen, antara lain: 1. Sen, Amartya. 1981. Poverty and Famine : An Essay on Entitlement and

Deprivation. Oxford : Clarendon.

2. Sen, Amartya. 1999. Development as Freedom. New York: A Division of Random House Inc.

(15)

3. United Nations. 2003. Indicator for Monitoring the Millennium Development Goals. New York : United Nations Publication.

b. Pustaka Sekunder

Selain buku – buku yang dicantumkan tersebut, sumber pustaka sekunder dalam penelitian ini diperoleh melalui naskah akademik yang diterbitkan dalam buku, transkrip wawancara, artikel maupun oleh jurnal dalam kampus dalam dan luar negeri, yang aksesnya diperoleh melalui internet, antara lain :

1. Morris, Christopher. 2010. Amartya Sen Contempory Philosophy in Focus. New York : Cambridge University Press.

2. Kuklys, Wiebke. 2005. Amartya Sen’s Capability Approach: Theoretical Insight and Empirical Application. New York : Springer.

3. Devereux, Stephen. 2001. Sen’s Entitlement Approach : Critiques and Counter-Critiques. Oxford Development Studies Vol 29 No 3.

Serta sumber-sumber sekunder yang lainnya dapat dilihat di daftar pustaka. 3. Alur Penelitian

Penelitian ini menjalani beberapa tahapan yaitu sebagai berikut :

1. Inventarisir data: mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian mengenai paradigma pembangunan Millennium Development Goals dan studi kepustakaan pemikiran Amartya Sen baik berupa buku, jurnal dan artikel untuk kemudian dikaji lebih lanjut.

2. Klasifikasi data: memilah data yang telah diperoleh menjadi data primer dan data sekunder. Pemilahan dan klasifikasi dilakukan pada sumber seperti buku, jurnal dan artikel yang memiliki keterkaitan dengan objek penelitian. Data

(16)

primer digunakan sebagai referensi utama, sementara data sekunder adalah data penunjang penelitian.

3. Analisis data: dengan melalukan analisis terhadap data yang diperoleh dengan metode yang dipilih untuk melakukan penelitian. Data yang dianalisis mencakup data primer dan data sekunder mengenai obyek material dan formal terkait.

4. Penyusunan hasil: merupakan penulisan yang akan dilakukan secara sistematis dan koreksi terhadap penelitian.

4. Analisis Hasil

Hasil penelitian ini dianalisis menggunakan metode hermeneutika filsafati dengan unsur-unsur metodis pada model penelitian pandangan filosofis di lapangan yang merujuk pada buku Metode Penelitian Filsafat (Bakker dan Zubair, 1993: 107-113), antara lain :

1. Deskripsi

Menguraikan hasil pemahaman secara sistematis mengenai paradigma pembangunan Millennium Development Goals dan pemikiran Amartya Sen agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai topik penelitian.

2. Interpretasi

Data mengenai Millennium Development Goals yang telah diperoleh dari penelitian lapangan maupun studi kepustakaan kemudian dianalisis melalui teori ekonomi Amartya Sen.

(17)

Data yang diperoleh dipahami dengan memperhatikan fenomena-fenomena khusus. Diselidiki pengaruh dan pandangan pandangan melalui fenomena-fenomena yang terjadi dengan demikian konsepsi aktual dalam situasi atau masalah akan menjadi lebih jelas.

4. Analisis kritis

Menunjukkan pemikiran Amartya Sen yang terdapat dalam Millennium Development Goals dan menganalisis potensi yang dimiliki oleh Millennium Development Goals untuk dapat menjadi sumbangan dalam pembangunan.

F. Hasil Yang Dicapai

Hasil yang dicapai melalui penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Memperoleh pemahaman mengenai pengertian, tujuan dan hasil yang dicapai oleh Millennium Development Goals.

2. Memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif dan objektif mengenai teori dalam filsafat ekonomi, khususnya teori Amartya Sen.

3. Menemukan kesesuaian antara pokok ide Millenium Development Goals dengan prinsip-prinsip pemikiran Amartya Sen.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini merupakan gambaran umum mengenai isi dari keseluruhan pembahasan, yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengikuti alur pembahasan yang terdapat dalam penulisan skripsi ini. Adapun sistematika penulisan adalah sebagai berikut :

(18)

1. BAB I berupa pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka sebagai dasar dari landasan teori, metode yang dipakai dalam penelitian, hasil yang dicapai dalam penelitian, dan sistematika penulisan.

2. BAB II membahas mengenai masalah aktual yang dikaji yaitu Millenium Development Goals. Pembahasan mengenai Millennium Development Goals meliputi sejarah, pengertian dan tujuan utama yang hendak dicapai dengan Millennium Development Goals. Dalam bab ini juga akan dibahas mengenai posisi Millennium Development Goals dalam pembangunan.

3. BAB III membahas teori ekonomi secara umum. Kemudian sebagai objek formal penelitia, secara khusus akan dipaparkan mengenai teori pembangunan ekonomi Amartya Sen yaitu pendekatan entitlement, pendekatan kapabilitas dan human development.

4. BAB IV berisi hasil penelusuran ide pokok dan prinsip-prinsip Millennium Development Goals dan tinjauan Millennium Development Goals dalam pemikiran Amartya Sen serta potensi-potensi yang dimiliki oleh Millennium Development Goals yang berlandaskan pemikiran Amartya Sen.

5. Bab V merupakan penutup, didalamnya memuat rangkaian penulisan penelitian yang berisikan kesimpulan dan saran.

Referensi

Dokumen terkait

Disain platform menggunakan tiga buah motor servo yang berfungsi sebagai penggerak segitiga yang dihubungkan dengan IMU, seperti yang dapat dilihat pada Gambar

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

Kata bercetak miring yang termasuk kata tidak baku terdapat

Ruang OSIS terletak disebelah barat bersebelahan dengan kelas X. Ruang ini difungsikan untuk kegiatan yang berhubungan dengan OSIS dan untuk penyimpanan

prestasi kerja karyawan kebanyakan dari kemampuan tiap individu yang beraneka ragam dan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan para pegawai memiliki tingkat

LOGISTIK & FASILITAS - PERALATAN KEPALA SEKSI PELAYANAN KEPALA SEKSI JANG-OP KEPALA UNIT KOMUNIKASI KEPALA UNIT TI /SI KEPALA UNIT MAK-MIN KEPALA UNIT PEKERJA /SDM KEPALA

Penelitian ini juga menghasilkan rancangan strategi pengembangan dan pemanfaatan bangunan Indis berupa penetapan Kawasan Cagar Budaya dan Bangunan Cagar Budaya, insentif

Jadi, dapat dikatakan bahwa penyewa tersebut diizinkan untuk menggunakan tanah, bahwa adalah mungkin untuk menyebutkan suatu penggunaan dengan tujuan khusus dalam akta