• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isolasi dan Identifikasi Kapang Endofit.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isolasi dan Identifikasi Kapang Endofit."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KAPANG ENDOFIT DALAM RIMPANG TEMU GIRING

(Curcuma heyneana Val. & van Zijp) SERTA ANALISIS SECARA KUANTITATIF

TERHADAP METABOLIT SEKUNDER YANG DIHASILKAN

Indriana Rahmawati, Putri Moortiyani Al Asna

Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Jalan Semarang 5 Malang 65145, Indonesia

indrianarahmawati94@gmail.com

ABSTRAK

Tanaman temu giring merupakan tanaman berkhasiat obat. Beberapa spesies kapang endofit hidup dalam jaringan berbagai jenis tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk 1) isolasi dan identifikasi kapang endofit dalam rimpang temu giring, 2) mengobservasi secara histologik letak kapang endofit dalam jaringan rimpang temu giring, dan 3) menganalisis secara kuantitatif terhadap metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang endofit dalam rimpang temu giring. Isolasi dan identifikasi dilakukan dengan cara menginokulasikan secara aseptik potongan rimpang temu giring pada

medium Czapek Agar, kemudian diinkubasikan pada suhu 25-27o C selama 7x24 jam, selanjutnya

identifikasi dilakukan dengan pengamatan morfologi dan mikroskopis koloni kemudian dirujukkan pada buku kunci identifikasi jamur. Observasi histologik letak kapang endofit dilakukan dengan pembuatan preparat irisan rimpang temu giring kemudian diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya. Metabolit sekunder diperoleh dari supernatan hasil kultur cair kapang endofit dalam

medium Czapek cair yang diinkubasikan pada suhu ruang (26-27o C) dengan pengocokan

berkecapatan 120 rpm selama 7x24 jam, setelah itu metabolit sekunder dianalisiskan secara kuantitatif dengan menggunakan metode spektrofotometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, 1) terdapat 5 spesies kapang endofit yang berhasil diisolasi dari rimpang temu giring yaitu Fusarium

sporotrichioides, Aspergillus versicolor, Aspergillus terreus, Fusarium oxysporum, dan Cladosporium sphaerospermum, 2) miselium kapang endofit terletak di sel-sel parenkim pada

jaringan korteks rimpang temu giring, 3) setiap spesies kapang endofit rimpang temu giring mampu menghasilkan metabolit sekunder yang dianalisiskan yaitu kadar alkaloid berkisar antara 0,31-0,84 g/L, flavonoid berkisar antara 0,70 – 2,30 g/L, terpenoid berkisar antara 0,02 - 0,07 g/L, dan fenol berkisar antara 1,97 – 5,75 g/L.

Kata Kunci: kapang endofit, rimpang temu giring, metabolit sekunder PENDAHULUAN

Tanaman dapat berpotensi sebagai obat karena mengandung senyawa aktif hasil metabolisme sekunder seperti alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, saponin,

glikosida, tanin, dan lain sebagainya (Wink, 2010).Salah

satu jenis tanaman yang telah teridentifikasi dan terbukti berpotensi sebagai tanaman berkhasiat obat adalah temu giring (Curcuma heyneana Val. & van Zijp) dari genera

Curcuma yang tergolong famili Zingiberaceae. Rimpang

temu giring merupakan bagian tanaman temu giring yang biasanya dimanfaatkan untuk obat. Berbagai jenis tanaman khususnya dalam jaringan tanaman dapat dijumpai kapang endofit. Kapang endofit mengambil sedikit nutrisi dari tubuh inangnya, namun tidak bersifat patogen dan tidak menyebabkan kematian inangnya (Deacon, 2006). Beberapa spesies kapang endofit yang telah berhasil diisolasi dari jaringan berbagai jenis tanaman ternyata mampu menghasilkan metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bidang

kesehatan dan pertanian (Strobel & Daisy, 2003). Ada kemungkinan bahwa di dalam jaringan rimpang temu giring juga terdapat kapang endofit penghasil senyawa-senyawa aktif yang bersifat antimikroba. Spesies-spesies kapang endofit dalam rimpang temu giring masih belum teridentifikasi sehingga perlu diteliti.

Spesies-spesies kapang endofit harus ditumbuhkan pada medium cair yang bersifat spesifik agar dapat tumbuh dan menghasilkan senyawa metabolit sekunder. Fitriyah dkk (2013) menyatakan bahwa kapang endofit dapat ditumbuhkan dalam medium Czapek. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam medium Czapek cair sebagai hasil metabolisme sekunder kapang endofit tersebut dapat di analisis secara kuantitatif untuk memastikan kandungan senyawa yang terdapat di dalamnya. Penulis membatasi penelitian ini pada senyawa-senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol. Apabila penelitian ini berhasil mengungkapkan adanya spesies kapang endofit penghasil

(2)

senyawa-senyawa aktif yang hidup dalam jaringan rimpang temu giring maka diharapkan dapat membantu bidang Farmasi dalam hal penyiapan bahan alami yang langsung diperoleh melalui kultur kapang endofit penghasil senyawa aktif tersebut. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengidentifikasi spesies-spesies kapang endofit yang terdapat dalam rimpang temu giring (Curcuma heyneana Val. & v. Zijp), 2) mengobservasi secara histologik letak kapang endofit dalam jaringan rimpang temu giring, dan 3) menganalisis secara kuantitatif metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol dalam supernatan hasil kultur cair setiap spesies kapang endofit pada rimpang temu giring.

METODE Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif yang bertujuan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi spesies-spesies kapang endofit dalam rimpang temu giring, mengobservasi secara histologik letak kapang endofit dalam jaringan rimpang temu giring serta untuk menganalisis secara kuantitatif metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid dan fenol dari supernatan hasil kultur cair setiap spesies kapang endofit dalam rimpang temu giring.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua kapang endofit yang ditemukan dalam tanaman temu giring yang terdapat di lahan UPT Materia Medica Batu. Sampel yang digunakan adalah semua spesies kapang endofit rimpang tanaman temu giring.

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dimulai pada bulan September 2014 sampai bulan April 2015, bertempat di Laboratorium

Mikrobiologi, Jurusan Biologi, Fakultas MIPA,

Universitas Negeri Malang dan di Laboratorium Kimia Universitas Muhammadiyah Malang.

Alat dan Bahan

Alat: cawan petri, Erlenmeyer 100 mL,

mikropipet 10 mL, sentrifuge, lampu spiritus, jarum inokulum, Laminar Air Flow (LAF), autoklaf, oven kering, tabung reaksi, skalpel, pinset, cover glass, object

glass, inkubator, shaker, dan mikroskop cahaya.

Bahan: aquades steril, kapas, kasa, komponen

medium Czapek antara lain NaNO3, KCl, MgSO4,

FeSO4.7H2O, K2HPO4, Saccharose, dan agar powder,

aluminium foil, rimpang temu giring sehat, alkohol 70%,

alkohol 95%, NaOCl 1%, kloramfenikol, tisu,

Lactophenol, dan Lactophenol cotton blue.

Prosedur Kerja Isolasi kapang endofit

Rimpang temu giring yang sehat dicuci bersih dengan air kemudian direndam di dalam NaOCl 1% selama 1 menit kemudian dibilas dengan aquades steril, lalu direndam di dalam alkohol 70% selama 1 menit, selanjutnya dibilas lagi dengan aquades steril (Patel dkk., 2013). Rimpang dipotong dengan ketebalan 0,5 cm. Setiap potongan diinokulasikan diatas medium lempeng Czapek agar yang mengandung kloramfenikol (100 mg/L media), kemudian diinkubasikan di dalam inkubator pada

suhu 25-27oC selama kurang lebih 7x24 jam. Setelah

diinkubasi, dilakukan pembuatan biakan murni kapang endofit di medium miring dan medium lempeng untuk pengamatan makroskopis koloni, meliputi: warna koloni, diameter koloni, sifat koloni, dan warna bagian dasar koloni.

Pembuatan preparat dan identifikasi kapang endofit

Identifikasi kapang endofit dilakukan dengan membuat preparat kapang endofit melalui metode Slide

culture. Setelah preparat siap digunakan, dilakukan

pengamatan ciri mikroskopis pada setiap isolat kapang

endofit kemudian dirujukkan pada buku kunci

identifikasi fungi.

Pembuatan kultur cair spesies kapang endofit

Menurut (Sharma dan Kumar, 2013), isolat murni kapang endofit yang tumbuh di medium lempeng

dipotong dengan ukuran 5 cm2 kemudian diinokulasikan

ke dalam 80 mL medium Czapek cair, lalu diinkubasikan dengan pengocokan berkecepatan 120 rpm selama 7x24 jam pada suhu ruang. Hasil pengocokan kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 10 menit pada suhu ruang. Supernatan hasil sentrifugasi digunakan untuk menganalisis kadar beberapa metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol.

Observasi secara histologik letak kapang endofit dalam jaringan rimpang Temu Giring

Rimpang temu giring yang sehat dan telah disterilisasikan permukaannya selanjutnya diiris setipis mungkin secara melintang kemudian hasil irisan diletakkan pada kaca benda yang ditetesi aquades steril lalu ditutup dengan kaca penutup. Preparat diamati dengan menggunakan mikroskop cahaya kemudian hasil pengamatan di foto dengan menggunakan kamera digital.

Analisis secara kuantitatif metabolit sekunder yang terkandung dalam supernatan hasil kultur cair kapang endofit

Kandungan metabolit sekunder pada supernatan hasil kultur cair kapang endofit diujikan di Laboratorium Kimia, Universitas Muhammadiyah Malang dengan menggunakan metode spektrofotometer.

(3)

Teknik Analisis Data

Data ciri-ciri makroskopis dan mikroskopis kapang endofit yang diperoleh selanjutnya dideskripsikan kemudian dirujukkan pada buku kunci identifikasi fungi untuk menentukan nama spesies kapang endofit. Analisis letak kapang endofit dilakukan melalui pengamatan pada preparat irisan melintang rimpang temu giring. Hasil uji secara kuantitatif metabolit sekunder dianalisis secara

kimia dengan metode spektrofotometer untuk

menentukan kadar metabolit sekunder alkaloid,

flavonoid, terpenoid, dan fenol yang dihasilkan oleh setiap spesies kapang endofit yang ditemukan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Isolasi dan Identifikasi Kapang Endofit dalam Rimpang Temu Giring

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima spesies kapang endofit yang berhasil diisolasi dari rimpang temu giring yaitu Fusarium sporotrichioides,

Aspergillus versicolor, Aspergillus terreus, Fusarium oxysporum, dan Cladosporium sphaerospermum (lihat

Gambar 1).

Gambar 1. Ciri Mikroskopis Isolat Kapang Endofit dari

Rimpang Temu Giring.

Keterangan: a. Fusarium sporotrichioides, b.

Aspergillus versicolor, c. Aspergillus terreus,

d. Fusarium oxysporum, dan e.

Cladosporium sphaerospermum

Spesies-spesies kapang yang berhasil

diidentifikasi dalam penelitian ini adalah spesies-spesies kapang endofit pada rimpang temu giring yang tidak dapat menyebabkan kerugian atau penyakit bagi tanaman temu giring. Adapun Doolotkeldieva dan Bobusheva (2014) menyatakan berdasarkan hasil penelitiannya bahwa Fusarium, Aspergillus, dan Cladosporium merupakan genus-genus kapang yang sering ditemukan sebagai endofit dalam jaringan sistem perakaran tanaman inang. Berdasarkan beberapa laporan hasil penelitian

sebelumnya, spesies-spesies kapang endofit yang

ditemukan dalam rimpang temu giring dalam penelitian ini ternyata juga ditemukan sebagai kapang endofit pada tanaman lainnya.

Beberapa hasil penelitian menyebutkan bahwa spesies kapang Fusarium sporotrichioides diantaranya ditemukan sebagai kapang endofit daun Dioscorea

pentaphylla (Shankar & Shashikala, 2010). Aspergillus versicolor ditemukan sebagai kapang endofit diantaranya

pada daun Ocimum sanctum,dan akar tanaman tomat (Sharma & Kumar, 2013; Chadha dkk.,2015). Aspergillus

terreus juga ditemukan sebagai kapang endofit pada daun

dan akar tumbuhan Jatropha curcas, dan daun Ocimum

sanctum (Singh, 2013; Sharma & Kumar, 2013). F.oxysporum ditemukan pada daun dan ranting tanaman

obat Antidesma madagascariense (Jeewon dkk., 2013).

Cladosporium sphaerospermum telah ditemukan sebagai

kapang endofit pada akar tanaman kedelai kultivar Daemangkong (Hamayun dkk.,2009) dan akar tanaman

Dendrobium crumenatum (Mangunwardoyo dkk., 2012).

Berdasarkan informasi mengenai spesies-spesies kapang endofit yang juga ditemukan pada beberapa jenis tanaman lainnya tersebut maka hasil penelitian ini memperkuat pembuktian tentang adanya beberapa spesies kapang endofit yang terdapat juga dalam rimpang temu giring.

Hasil Observasi Histologik Letak Kapang Endofit dalam Jaringan Rimpang Temu Giring

Hasil pengamatan histologik mengenai letak kapang endofit dalam jaringan rimpang temu giring menunjukkan bahwa miselium kapang endofit terletak diruang antar sel pada jaringan korteks (lihat Gambar 2a). Miselium kapang endofit tidak dijumpai dalam jaringan vaskular, namun kadang-kadang miselium kapang endofit dapat menembus dinding sel parenkim pada jaringan korteks (lihat Gambar 2b).

Gambar 2. Pengamatan Mikroskopis Letak Kapang

Endofit dalam Jaringan Rimpang Temu Giring. Keterangan: a. Bagian yang di tunjuk adalah miselium kapang endofit yang terletak di ruang antar sel parenkim pada jaringan korteks, b. Bagian yang ditunjuk adalah miselium kapang endofit menembus dinding sel parenkim

(4)

Jaringan korteks yang digunakan sebagai tempat hidup miselium kapang endofit berisi sel-sel parenkima berdinding tipis yang mempunyai ruang antar sel yang berisi udara dan air. Miselium kapang endofit yang dapat menembus dinding sel parenkim akan berada dalam sitoplasma sel yang berisi air (85-90%), garam, karbohidrat, protein, dan lemak (Setjo dkk., 2004). Adanya kandungan air, substansi organik dan anorganik yang tersedia dalam jaringan rimpang temu giring dapat menjadi sumber nutrisi yang dibutuhkan oleh kapang untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Hal tersebut merupakan manfaat yang diperoleh oleh kapang endofit dalam bersimbiosis dengan tanaman inangnya. Kapang endofit hanya mengambil sedikit nutrisi sehingga tidak sampai menyebabkan kematian inangnya (Deacon, 2006). Adapun tanaman inang yang ditempati oleh kapang endofit juga mendapat manfaat, misalnya; perlindungan dari serangan mikroba patogen dan serangga predator melalui beberapa macam senyawa metabolit sekunder

yang dihasilkan oleh kapang endofit. Hal ini

menunjukkan adanya hubungan simbiosis mutualisme antara kapang endofit dengan tanaman inangnya.

Analisis secara Kuantitatif Metabolit Sekunder dari Supernatan Hasil Kultur Cair Kapang Endofit

Setiap spesies kapang endofit rimpang temu giring mampu menghasilkan metabolit sekunder yang diujikan yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol. Kadar kandungan metabolit sekunder pada supernatan hasil kultur cair setiap spesies kapang endofit dalam rimpang temu giring dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Hasil Analisis secara Kuantitatif Metabolit

Sekunder pada Supernatan Hasil Kultur Cair Kapang Endofit Rimpang Temu Giring

Kode

Isolat Nama spesies kapang

Metabolit sekunder (g/L) Alka-loid Flavo-noid Terpe-noid Fenol A Fusarium sporotrichioides 0,52 1,34 0,04 3,76 B Aspergillus versicolor 0,39 0,94 0,03 2,37 C Aspergillus terreus 0,84 2,30 0,07 5,75 D Fusarium oxysporum 0,34 0,79 0,03 2,19 E Cladosporium sphaerospermum 0,31 0,70 0,02 1,97

Berdasarkan data uji kuantitatif metabolit sekunder dapat diketahui bahwa kapang endofit rimpang

temu giring A.terreus paling berpotensi dalam

menghasilkan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol dengan kadar yang lebih tinggi dibandingkan senyawa alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol yang dihasilkan oleh kapang endofit rimpang temu giring

F.sporotrichioides, A.versicolor, F.oxysporum, dan

C.sphaerospermum. Kapang endofit A.terreus mampu

menghasilkan fenol dengan kadar 5,75 g/L dan flavonoid

dengan kadar 2,30 g/L. Hasil tersebut lebih tinggi daripada hasil yang diperoleh dari penelitian Sharma dan Kumar (2013) yang melaporkan bahwa ekstrak etil asetat miselium kapang endofit A.terreus yang diisolasi dari daun Ocimum sanctum menghasilkan fenol dengan kadar 0,01 g/100 mL dan flavonoid dengan kadar 0,002 g/100mL. Adanya kemampuan tertinggi dari A.terreus

dalam menghasilkan senyawa-senyawa metabolit

sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, terpenoid, dan fenol

mengindikasikan bahwa spesies kapang tersebut

mempunyai peranan yang lebih tinggi dalam hal

perlindungan terhadap mikroorganisme yang

menyebabkan peyakit pada rimpang temu giring dibandingkan dengan keempat spesies kapang endofit lainnya.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa spesies-spesies kapang endofit yang berhasil diidentifikasi dari rimpang temu giring berpotensi sebagai sumber penghasil keempat senyawa metabolit sekunder yang di deteksi. Senyawa-senyawa tersebut sangat dibutuhkan dalam bidang farmasi maupun pertanian, khususnya sebagai senyawa-senyawa yang bersifat antimikroba. Hasil penelitian ini dapat menjadi dasar atas saran dalam hal penyediaan senyawa-senyawa metabolit sekunder melalui pembiakkan spesies-spesies kapang penghasilnya, selain dengan mengekstraksi rimpang temu giring sebagai tanaman penghasil seyawa berkhasiat obat. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar atas saran untuk

penelitian lebih lanjut yang bertujuan untuk

mengeksplorasi spesies-spesies kapang endofit yang berasal dari berbagai jenis tanaman khususnya tanaman berkhasiat obat. Penelitian lain juga dapat dilakukan misalnya penelitian terapan yang bertujuan untuk menguji efektivitas senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang endofit terhadap serangga hama pada tanaman, sehingga dapat membantu dalam upaya pengendalian hayati serangga hama.

SIMPULAN

Kesimpulan dalam penelitian ini ialah 1) kapang endofit yang berhasil diisolasi dari rimpang temu giring yaitu Fusarium sporotrichioides, Aspergillus versicolor,

Aspergillus terreus, Fusarium oxysporum, dan

Cladosporium sphaerospermum, 2) kapang endofit dalam

jaringan rimpang temu giring terletak di sel-sel parenkim pada jaringan korteks dan terdapat juga di ruang antar sel parenkim, dan 3) spesies- spesies kapang endofit dalam rimpang temu giring mampu menghasilkan alkaloid dengan kadar yang berkisar antara 0,31-0,84 g/L, flavonoid berkisar antara 0,70 – 2,30 g/L, terpenoid berkisar antara 0,02 - 0,07 g/L, dan fenol berkisar antara 1,97 – 5,75 g/L. Saran yang dapat diberikan ialah 1) perlu dilakukan penelitian sejenis yang bertujuan untuk

(5)

mengeksplorasi spesies-spesies kapang endofit yang berasal dari berbagai jenis tanaman berkhasiat obat, 2) perlu dilakukan penelitian terapan yang bertujuan untuk menguji efektivitas senyawa-senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh kapang endofit terhadap serangga hama pada tanaman sebagai upaya pengendalian hayati serangga hama.

DAFTAR PUSTAKA

Chadha, N., Prasad, R.,& Varma, A. 2015. Plant Promoting Activities of Fungal Endophyte Associated with Tomato Roots From Central Himalaya, India, and Their Interaction with

Piriformospora indica. Indternational Journal of Pharma and Bio Sciences.6(1):333-343.

Deacon, J.W. 2006. Fungal Biologi 4th Edition. Australia

: Blackwell Publishing.

Doolotkeldieva, T & Bobusheva, S. 2014. Endophytic Fungi Diversity of Wild Terrestrial Plants in

Kyrgyzstan.Global Advanced Research

Journal of Microbiology 3(9):163-176.

Fitriyah, D., Christine, & Saryono.2013. Skrining Aktivitas Antimikroba dan Uji Fitokimia dari Kapang Endofit Tanaman Dahlia (Dahlia

variabilis). Journal Indonesian Chemistry Acta 3 (2) : 50-55.

Hamayun, M., Khan, SA., Ahmad, N., Sheng Tang, D., Mo kang, S., In Na, C., Young Sohn, E., Hyun Hwang, Y., Hyun Shin, D., Hyun Lee, B., Guk Kim, J., & Jung Lee, In. 2009.

Cladosporium sphaerospermum as a new

plant growth promoting endophyte from the roots of glycine max (L.)Merr.World Journal

Microbiology Biotechnology Springer

25:627-632.

Jeewon, R., Itto, J., Mahadeb, D., Jaufeerally, Y., Kai Wang, H., & Rong Liu, A. 2013. DNA

Based Identification and Phylogenetic

Characterisation of Endophytic and Saprobic Fungi From Antidesma madagascariense, a Medicinal Plant in Mauritius. Journal of

Mycology : 1-10.

Mangunwardoyo, W., Suciatmih, & Gandjar, I. 2012. Frequency of Endophytic Fungi Isolated From Dendrobium crumenatum (Pigeon

Orchid) and Antimicrobial Activity.

Biodiversitas 13(1):34-39.

Patel, C., Yadav, S., Rahi, S & Dave, A. 2013.Studies on Biodiversity of Fungal Endophytes of Indigenous Monocotaceous and Dicotaceous Plants and Evaluation of their Enzymatic

Potentialities.International Journal of

Scientific and Research Publications 3(7):

1-5.

Setjo,S., Kartini, E., Saptasari, M. &Sulisetijono. 2004.

AnatomiTumbuhan. Malang :Jica.

Shankar, NB & Shashikala, J. 2010.Diversity and Structure of Fungal Endophyte in some

Climbers and Grass Species of Malnand Region, Western Ghats, Southern India.

Mycosphere 1(4):265-274

Sharma, R & Kumar, V. 2013. Isolation Characterization and Antioxidant Potential of Endophytic Fungi of Ocimum sanctum Linn. Lamiaceae.

Indian Journal of Applied Research

3(7):5-10.

Strobel, G & Daisy, B. 2003.Bioprospecting for Microbial Endophyte and Their Natural Products. Microbiology and Molecular

Biology Reviews 67(4): 491-502.

Wink, M. 2010. Biochemistry of Plant Secondary

Gambar

Gambar 1.  Ciri  Mikroskopis  Isolat  Kapang  Endofit  dari  Rimpang Temu Giring.

Referensi

Dokumen terkait

Adrianto, Reza, Kevin, dan Ganda ialah anak-anak biasa yang memutuskan berjualan koran di jalanan setelah jam sekolah demi mendapatkan uang untuk menambah uang

KATA PENGANTAR Segala puji Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang

SMA Negeri Bali Mandara memilki banyak budaya yang berkaitan dengan karakter siswa, yang sudah diterapkan oleh seluruh warga sekolah salah satunya yaitu TTM dan 5S. TTM

Adapun repertoar yang dimiliki Talempong Pacik cukup banyak dengan spesifikasi yang tidak sama di tiap-tiap daerah, namun demikian secara konseptual musikal, antara satu

Setiap agama mengandung suatu ajaran moral yang menjadi pegangan bagi perilaku para penganutnya. Untuk beberapa aturan yang khususnya mendetail memang hanya berlaku

Penelitian terkait yaitu program sistem informasi manajemen pengendalian persediaan bahan baku pada suatu perusahaan salah satunya persediaan bahan perpipaan pada satuan

Berbagai permasalahan yang muncul sebagai akibat dari perkembangan pembangunan yang sangat pesat dan tidak terkontrol yang berdampak pada penyempitan area resapan sehingga pada