• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka diuraikan tentang konsep teori penelitian. Tinjauan pustaka meliputi konsep kesehatan jiwa, konsep gangguan jiwa, konsep pengetahuan, sikap dan dukungan keluarga .

A.Tinjauan Pustaka

1. Konsep Kesehatan Jiwa

a. Definisi Kesehatan Jiwa

Kesehatan jiwa menurut UU no 18. Tahun 2014 adalah kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial, sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontrubusi untuk komunitasnya.

Karl Menninger mendefinisikan orang yang sehat jiwanya adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia. (AH.Yusuf. dkk, 2014)

Clausen mengatakan bahwa orang yang sehat jiwa adalah orang yang dapat mencegah gangguan jiwa akibat berbagai stresor, serta dipengaruhi oleh besar kecilnya stressor, intensitas, makna, budaya, kepercayaan, agama dan sebagainya.

(2)

b. Kriteria Kesehatan Jiwa

World Health Organization (WHO) pada tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat jiwanya adalah orang dapat melakukan hal berikut:

1) Menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun kenyataan itu buruk.

2) Merasa bebas secara relative dari ketegangan dan kecemasan. 3) Memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan hidupnya. 4) Merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima

5) Berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan saling memuaskan.

6) Mempunyai daya kasih sayang yang benar

7) Menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari

8) Mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan konstruktif.

2. Konsep Gangguan Jiwa

a. Definisi Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut PPDGJ adalah syndrome pola perilaku seseorang yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan ( distress) atau hendaya ( impairment ) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku, biologi, dan gangguan itu tidak hanya terletak di dalam

(3)

hubungan antara orang itu tetapi juga dengan masyarakat ( Maslim, 2002, Maramis, 2010 ). Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007).

Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi. Gangguan jiwa bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi. Di masyarakat banyak beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa, ada yang percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan oleh gangguan roh jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena kutukan atau hukuman atas dosanya, Kepercayaan yang salah ini hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat (Notosoedirjo, 2005).

b. Penyebab Gangguan Jiwa

Manusia bereaksi secara keseluruhan – somato – psiko – sosial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, unsur ini harus diperhatikan. Gejala gangguan jiwa yang menonjol adalah unsur psikisnya, tetapi yang sakit dan menderita tetap sebagai manusia seutuhnya ( Meramis, 2010 ).

(4)

1) Faktor somatic (somatogenik )

Yakni akibat gangguan pada neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, termasuk tingkat kematangan dan perkembangan organik, serta faktor prenatal dan perinatal.

2) Faktor psikologik (psikogenik )

Yang terkait dengan interaksi ibu dan anak,peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam keluarga, pekerjaan, permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelegensi, tingkat perkembangan emosi,konsep diri, dan pola adaptasi, juga akan mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah, Apabila keadaan ini kurang baik, maka dapat mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu, dan rasa bersalah yang berlebihan.

3) Faktor sosial budaya

Yang meliputi faktor kestabilan keluarga, pola mengasuh anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan.

Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.

(5)

c. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa

Pencegahan kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh kemajuan (Stuart dan Laraia, 2005 ). Pada gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79% pada tahun ke dua (Yosep, 2006) . Kekambuhan biasa terjadi karena adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis harja, 2007).

Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di rumah sakit, menurut Sullinger.(1988) adalah :

1) Klien:

Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara teratur.

2) Dokter (pemberi resep):

Makan obat yang teratur dapat mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak terkontrol.

(6)

3) Penanggung jawab klien:

Setelah klien pulang ke rumah maka perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program adaptasi klien di rumah. 4) Keluarga:

Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan), hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan mengurangi stress, cara terapi biasanya: Mengumpulkan semua anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan wawasan baru kepada klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan situasi dan pengalaman baru. Setelah klien pulang kerumah , sebaiknya klien melakukan perawatan lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai program kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang menangani klien dapat menganggap

(7)

rumah klien sebagai “ruangan perawatan”. Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat membuat kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah dan after care di puskesmas.

3. Konsep Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan seseorang dengan orang lain berbeda-beda, sehingga dengan demikian pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung memperkaya kehidupan .Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman dalam membentuk tindakan seseorang.

Pengetahuan adalah “segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu. Pengetahuan “merupakan hasil tahu setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba”. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Soekanto,

(8)

bahwa “ pengetahuan merupakan “ hasil penggunaan panca indera dan akan menimbulkan kesan dalam pikiran manusia.

b. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman seseorang dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep baru. Untuk mengukur tingkat pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan;

1). Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu spesifik dari suatu bahan yang diterima atau dipelajari. Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain: Menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2). Pemahaman (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang objek yang diketahui dan menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

(9)

3). Penerapan (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi nyata.

4). Analisis (analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalm komponen- komponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5). Sintesis (synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Atau menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada.

6). Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi /penilaian terhadap suatu materi/objek

c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan 1). Tingkat Pendidikan

yakni upaya untuk memberikan pengetahuan sehingga terjadi perubahan prilaku positif yang meningkat. Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut

(10)

2). Informasi

Seseorang yang mendapatkan informasi lebih banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas

3). Pengalaman

Yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang besifat informal. Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih luas, sedangkan semakin tua umur seseorang maka pengalamanya semakin banyak.

4). Budaya dan agama

Tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan. Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau tidaknya dengan budaya yang ada dan dengan agama yang dianutnya.

5). Sosial Ekonomi

Yakni kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ( Maliono dkk. 2007 ) adalah : Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang bila ekonomi baik, tingkat pendidikan tinggi maka tingkat pengetahuan akan tinggi pula.

(11)

d. Cara Memperoleh Pengetahuan

1). Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a). Cara coba salah ( Trial and Error )

Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin sebelum adanaya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba. Kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.

b). Cara kekuasaan atau otoritas

Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpim-pemimpin masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima, mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.

c). Berdasarkan penalaran pribadi

Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu

(12)

2). Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular atau disebut metodeologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Va Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita dengan penelitian ilmiah.

e. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara-cara tersebut yang dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu:

1). Orang yang memiliki otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang dianggapnya lebih tau. Pada zaman modern ini, orang yang ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya.

2). Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern menyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan

(13)

hanyalah pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena persepsi indera, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pencicipan dengan lidah

3). Akal

Dalam kenyataanya ada pengetahuan tertentu yang bias dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bias mempersepsinya dengan indra terlebih dahulu, pengetahuan diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi akal

4). Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang langsung intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang langsung dirasakan

f. Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari sabjek penelitian atau responden dapat dilihat dari hasil penngisian kuesioner tentang apa yang maksud dengan segala sesuatu mengenai penyakit yang diderita anggota keluarga meliputi defenisi, tanda dan gejala, gejala umum, jenis , etiologinya (Notoatmodjo, 2007).

(14)

Menurut Arikunto (2011) pengetahuan seseorang diketahui dan diinterprestasikan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut , yaitu :

1) Baik : Bila nilai atau skor x ≥ dari nilai mean/median 2) Kurang : Hasil nilai atau skor x ≤ dari nilai mean/median

Pengetahuan ialah merupakan hasil “ tahu ” dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga ( Soekidjo, Notoadmodjo. 2010 ). Jadi pengetahuan adalah semua yang diketahui melalui panca indra terhadap sesuatu objek.

Selama ini masyarakat masih belum mengetahui cara penanganan anggota keluarga dengan gangguan jiwa. Hal ini karena mereka masih menganggap menderita gangguan jiwa merupakan suatu aib. Ada juga penderita gangguan jiwa yang sengaja disembunyikan pihak keluarganya. Keterlambatan penanganan atau pengobatan akan berdampak buruk bagi penderita gangguan jiwa, kekambuhan menjadi lebih sering, pengobatan menjadi semakin sulit dan akhirnya akan mengantar penderita pada keadaan kronis yang berkepanjangan.

(15)

g. Hal-hal yang perlu diketahui keluarga dalam perawatan gangguan jiwa:

1) Klien yang mengalami gangguan jiwa adalah manusia yang sama dengan orang lainnya; mempunyai martabat dan memerlukan perlakuan manusiawi 2) Klien yang mengalami gangguan jiwa mungkin dapat

kembali ke masyarakat dan berperan dengan optimal apabila mendapatkan dukungan yang memadai dari seluruh unsur masyarakat. Pasien gangguan jiwa bukan berarti tidak dapat “sembuh”

3) Klien dengan gangguan jiwa tidak dapat dikatakan “sembuh” secara utuh, tetapi memerlukan bimbingan

dan dukungan penuh dari orang lain dan keluarga 4) Tujuan perawatanadalah

a) Meningkatkan Kemandirian klien . b) Pengobatan optimal dan peran dalam masyarakat c) Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah d) Klien memerlukan pemenuhan kebutuhan aktivitas sehari-hari seperti makan, minum dan berpakaian serta kebersihan diri dengan optimal. Keluarga berperan untuk membantu pemenuhan kebutuhan ini sesuai tahap-tahap kemandirian pasien

(16)

5) Kegiatan sehari- hari seperti melakukan pekerjaan rumah (ringan), membantu usaha keluarga atau bekerja (seperti orang normal lainnya) merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan yang mungkin berguna bagi klien 6) Berilah peran secukupnya pada klien sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimiliki. Pemberian peran yang sesuai dapat meningkatkan harga diri klien 7) Berilah motivasi pada klien sesuai dengan kebutuhan (tidak dibuat-buat) dalam rangka meningkatkan moral dan harga diri. . 8) Kembangkan kemampuan yang telah dimiliki oleh klien pada waktu yang lalu, kemampuan masa lalu berguna untuk menstimulasi dan meningkatkan fungsi klien sedapat mungkin.

4.Konsep Sikap a. Definisi Sikap

Menurut Gordon Allport (1980) salah satu tokoh terkenal di bidang psikologi sosial dan psikologi kepribadian bahwa sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Dapat dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksudkan merupakan kecendrungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu

(17)

apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. ( Notoatmodjo. 2010 ), mendefinisikan Pengertian sikap dengan sangat sederhana bahwa sikap itu suatu sindrom atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek. Sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian, dan gejala kejiwaan yang lain. Menurut Allport(1954) yang dikutip oleh Sarwono dan Meinarno (2009), bahwa sikap merupakan kesiapan mental, yaitu suatu proses yang berlangsung dalam diri seseorang, bersama dengan pengalaman individual masing - masing, mengarahkan dan menentukan respons terhadap berbagai objek dan situasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu proses penilaian yang dilakukan seseorang terhadap suatu objek atau situasi yang disertai adanya perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau berprilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya.

Sikap merupakan reaksi / respon yg masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus/ objek. Pengetahuan dan paparan informasi yang diperoleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari baik dari pendidikan maupun pekerjaan dapat membentuk sikap seseorang ( Notoatmodjo, 2007 ).

(18)

b. Komponen Pokok Sikap

Menurut Azwar S , struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang sangat menunjang yaitu:

1) .Komponen Kognitif

Komponen kognitif berisi persepsi dan kepercayaan yang dimiliki oleh individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini).

2) Komponen afektif

Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.

3) Komponen konatif

Komponen konatif merupakan komponen perilaku yang cenderung untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

(19)

c. Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1). Menerima (receiving)

Bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek).

2.) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan terlepas dari hal tersebut, pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3). Menghargai (valuing)

Artinya subyek atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap obyek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan orang lain merespons.

(20)

4). Bertanggung jawab (responsible)

Sikapyang palingtinggi tingkatanya adalah bertanggung Jawab terhadap apa yang diyakininya. Seseorang yang Telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinan, dia harus berani mengambil resiko bila ada orang lain yang mencemoohkan atau ada resiko lainnya.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Beberapa faktor yang ikut berperan dalam membentuk sikap antara lain:

1). Pengalaman pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk Dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.

2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Orang lain disekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita, seseorang yang tidak kita ingin kecewakan atau seseorang yang berarti khusus bagi kita akan mempengaruhi pembentukan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh: Orang tua, teman dekat, guru, suami dan istri.

(21)

3). Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.

4). Media massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televise, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.

5). Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam arti individu

6). Pengaruh faktor emosional

Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. (Aswar, 2000)

(22)

d. Pembentukan sikap

Sikap dibentuk melalui empat macam pembelajaran sebagai berikut:

1). Pengkondisian klasik ( classical conditioning)

Proses pembelajaran dapat terjadi ketika suatu stimulus/rangsang yang lain, sehingga rangsangan yang pertama menjadi suatu isyarat bagi rangsangan yang kedua.

2). Pengkondisian Instrumental (instrumental conditional)

Proses pembelajaran terjadi ketika suatu prilaku mendatangkan hasil yang menyenangkan bagi seorang, maka perilaku tersebut akan diulangi kembali. Sebaliknya, bila prilaku mendatangkan hasil yang tidak menyenangkan bagi seseorang, maka prilaku tersebut tidak akan diulangi lagi atau dihindari.

3). Belajar melalui pengamatan

Proses pembelajaran dengan cara mengamati prilaku orang lain, kemudian dijadikan sebagai contoh untuk berprilaku serupa. Banyak prilaku yang dilakukan seseorang hanya karena mengamati perbuatan orang lain.

(23)

4). Perbandingan sosial (sosial comparison)

Proses pembelajaran dengan membandingkan orang lain untuk mengecek apakah pandangan kita mengenai sesuatu hal adalah atau salah disebut perbandingan sosial.

e. Cara pengukuran sikap

Secara umum sikap dapat di ukur dengan menggunakan skala Likert. Skala ini biasa digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang tentang gejala atau masalah yang ada di masyarakat atau yang dialaminya. Bentuk pernyataan sikap antara lain sangat setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju (Hidayat, 2008)

Tabel 2.1 Skala Likert

Pernyataan Positif Nilai Pernyataan negatif Nilai

Sangat setuju : SS 4 Sangat setuju : SS 1

Setuju : S 3 Setuju : S 2

Tidak setuju : TS 2 Tidak setuju : TS 3

Sangat tidak setuju : STS 1 Sangat tidak setuju : STS 4

Cara interprestasi dapat berdasarkan persentase sebagaimana berikut ini:

a. Angka : 0 - 25 % : Sangat Tidak setuju (sangat tidak baik) b. Angka : 26 – 50 % : Tidak Setuju (Tidak Baik)

c. Angka : 51 – 75 % : Setuju (Baik)

(24)

5. Konsep Dukungan Keluarga a. Definisi dukungan keluarga

Dukungan keluarga merupakan bentuk pemberian dukungan terhadap anggota keluarga lain yang mengalami permasalahan, yaitu memberikan dukungan pemeliharaan, emosional untuk mencapai kesejahteraan anggota keluarga dan memenuhi kebutuhan psikososial (Potter & perry, 2009 ). Klien dengan gangguan jiwa perlu dukungan keluarga untuk kesembuhannya.

Dukungan keluarga adalah suatu bentuk prilaku pelayanan yang dilakukan oleh keluarga, yaitu dukungan keluarga internal, seperti dukungan istri, suami, atau dukungan dari saudara kandung, dan dukungan keluarga eksternal diluar keluarga inti ( friedman. 2010, nuraenah 2012 ). Dukungan keluarga pada umumnya akan menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara dan rekan kerja. Menurut Setiadi (2008) bentuk dukungan keluarga terdiri dari 4 macam dukungan yaitu :

1) Dukungan Informasional

Menurut Hause dan Newman ( 1977, dalam Friedman, 2010 ) dukungan informasi adalah dukungan dalam bentuk komunikasi tentang opini atau

(25)

kenyataan yang relevan tentang kesulitan-kesulitan pada saat ini, misalnya nasehat dan informasi-informasi yang dapat menjadikan individu lebih mampu untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi. Dukungan informasi keluarga merupakan suatu dukungan atau bantuan yang diberikan oleh keluarga dalam bentuk memberikan saran atau masukan, nasehat atau arahan, dan memberikan informasi-informasi penting yang sangat dibutuhkan keluarga dalam upaya meningkatkan status kesehatannya ( Nuraenah. 2012, dalam Bomar, 2004)

2) Dukungan Penilaian

Dukungan penilaian adalah dukungan dari keluarga dalam bentuk memberikan umpan balik, membimbing dan memberik an penghargaan melalui respon positif dalam memecahkan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota kepada klien gangguan jiwa dengan menunjukan respon positif yaitu memberikan support, penghargaan, dan penilaian yang positif.

(26)

3) Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental adalah dukungan atau bantuan penuh dari keluarga dalam bentuk memberikan bantuan tenaga, dana, maupun meluangkan waktu untuk membantu dan melayani serta mendengarkan klien gangguan jiwa dalam menyampaikan perasaannya menurut ( Bomar. 2004, oleh Nuraenah 2012 )

4) Dukungan Emosional

Dukungan emosional merupakan bantuan emosional, pernyataan tentang cinta, perhatian, penghargaan, dan simpati dan menjadi bagian dari kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki perasaan negatif yang khususnya disebabkan oleh stress. Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi. Diantaranya menjaga hubungan emosional, meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kasih sayang, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan

(27)

B. Kerangka Teori

Kerangka Teori dalam penelitian ini dimulai dengan menjelaskan tentang pengertian sehat jiwa menurut uu no.18 Tahun 2014, berikutnya tentang pengertian gangguan jiwa menurut Yosep (2007), berikutnya tentang pengertian pengetahuan menurut (knowledge), pengertian sikap menurut Notoatmojo (2007), dan bentuk dukungan keluarga menurut Setiadi (2008).

Skema 2.1 Kerangka Teori Penelitian

PENGETAHUAN -.Pengertian

- Tingkat pengetahuan

- Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan - Cara memperoleh Pengetahuan

- Sumber Pengetahuan Dukungan Keluarga: - .dukungan informasi - .dukungan penilaian - .dukungan instrumental - .dukungan emosional Gangguan Jiwa - Pengertian - Penyebabdan gejala - Pencegahan kekambuhan SIKAP - Pengertian - Struktur sikap - Sehat Jiwa

(28)

C. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan konsep yang dipakai sebagai landasan dalam berpikir untuk melakukan penelitian yang dikembangkan berdasarkan teori, dimana disusun berdasarkan berbagai variabel yang ada dalam penelitian (Nursalam, 2008) . Hubungan antara variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada skema berikut ini:

Skema 2.2 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiono, 2011)

Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Adanya hubungan pengetahuan keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa

2. Adanya hubungan sikap keluarga dengan dukungan keluarga dalam merawat klien gangguan jiwa

Pengetahuan keluarga tentang gangguan jiwa

Dukungan Keluarga Dalam

Merawat Klien gangguan jiwa Sikap keluarga terhadap klien

gangguan jiwa

(29)

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Tentang HIV/AIDS Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan tentang HIV/AIDS antara lain jenis kelamin, usia (Merakou,

Richards (1997 dalam Chiva, dkk., 2007) mendefinisikan kemampuan pembelajaran organisasi (organizational learning capability) sebagai karakteristik ataupun faktor

Tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup, hasil penelitian menunjukkan bahwa tingginya signifikansi perbandingan dari pasien

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah sebagai berikut (Putri dkk, 2012). 1) Lingkungan fisik meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi

Faktor yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah sosial ekonomi yang rendah, hygine perorangan yang jelek, lingkungan yang tidak bersih, perilaku yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor motivasi dan keyakinan dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku berbagi pengetahuan dan mereka meningkatkan

Warisno (2007) telah meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan Pemerintah Propinsi Jambi, dengan variabel

Kondisi sosial ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi status gizi balita.Pada kondisi sosial ekonomi yang rendah, juga berhubungan erat dengan tingkat pendidikan