• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Aktivitas fisik a. Definisi

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan tubuh yang diakibatkan kerja otot rangka dan meningkatkan keluarnya tenaga dan energi atau pembakaran kalori. Aktivitas fisik mencangkup di sekolah, ditempat kerja aktivitas dalam keluarga/rumah tangga.

Data dari Riskesdas (2013) menyebutkan bahwa menurut jenis kelamin proporsi aktivitas fisik sedikit lebih besar pada perempuan yaitu 74,2% dibandingkan laki-laki sebesar 73,1%. Sedangkan menurut tempat tinggal proporsi aktivitas fisik lebih tinggi di pedesaan dibandingkan dengan perkotaan (Kemenkes, RI 2015).

Pedoman American Cancer Society (ACS) tentang aktivitas fisik untuk penyintas kanker adalah sebagai berikut 1) melakukan kembali aktivitas normal sehari-hari setelah diagnosis; 2) usahakan untuk berolahraga setidaknya 150 menit per minggu;

3) serta latihan kekuatan minimal 2 hari seminggu (Rock et al., 2012).

Secara umum manfaat aktivitas fisik adalah sebagai berikut:

1) Manfaat fisik/biologis meliputi: menjaga tekanan darah tetap stabil/normal, meningkatkan daya tahan tubuh, menjaga berat badan ideal, menguatkan tulang dan otot, meningkatkan kelenturan tubuh dan meningkatkan kebugaran tubuh.

2) Manfaat aktivitas fisik secara psikis/mental: dapat mengurangi stress, meningkatkan rasa percaya diri, membangun rasa sportivitas, memupuk tanggung jawab danmembangun kesetiakawanan sosial.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik seseorang di pengaruhi oleh faktor yaitu faktor lingkungan (makro dan mikro) dan faktor individual (Wilda dan Sazeli, 2013).

1) Faktor Lingkungan

(2)

8

Lingkungan Makro seperti faktor sosial ekonomi akan berpengaruh terhadap aktivitas fisik. Pada kelompok masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi relatif rendah, memiliki waktu luang yang relatif sedikit bila dibandingkan masyarakat dengan latar belakang sosial ekonomi yang relatif lebih baik.

Lingkungan mikro yang berpengaruh terhadap aktivitas fisik adalah pengaruh dukungan masyarakat sekitar. Dewasa ini sudah terjadi perubahan dukungan masyarakat terhadap aktivitas fisik, masyarakat sudah beralih kurang saling memperhatikan/peduli terhadap orang yang masih berjalan kaki kalau pergi ke pasar, ke kantor dan ke sekolah. Penggunaan kendaraan bermotor menjadi populer yang mengarah kepada kebutuhan. Masyarakat lebih banyak menggunakan mesin cuci, mesin pembajak tanah, mobil dan sepeda motor. Perubahan pandangan masyarakat terhadap alat dan barang yang mempermudah pekerjaan ini, telah menyebabkan aktivitas fisik masyarakat menjadi berkurang. Kebiasaan masyarakat untuk mengisi waktu luang dengan bermain diluar rumah sudah mulai ditinggalkan diganti dengan kebiasaan menonton televisi, main playstation dan berinternet. Kehidupan di kota- kota besar sudah tidak aman dan nyaman untuk melakukan kegiatan bersepeda atau berjalan diluar rumah karena kurangnya lahan untuk aktivitas tersebut dan kurang aman dari kejahatan-kejahatan. Dampak urbanisasi ini juga berpengaruh terhadap aktivitas fisik.

2) Faktor Individu

Faktor Individu seperti Pengetahuan dan persepsi seseorang tentang manfaat hidup sehat, berolahraga, berpikir positif, tubuh jadi bugar akan mempengaruhi seseorang untuk melakukan aktivitas fisik. Orang yang memiliki pengetahuan dan persepsi yang baik terhadap hidup sehat akan melakukan aktivitas fisik dengan baik, karena mereka yakin dampak aktivitas fisik tersebut terhadap kesehatan. Apalagi orang yang mempunyai motivasi dan harapan untuk mencapai kesehatan optimal, akan terus melakukan aktivitas fisik sesuai anjuran kesehatan. Faktor lain yang juga berpengaruh seseorang rutin melakukan aktivitas fisik atau tidak adalah faktor umur, genetic, jenis kelamin dan kondisi suhu dan geografis.

(3)

9

2. Kelangsungan Hidup Penyintas Kanker Payudara a. Definisi

American Society of Clinical Oncology (2005-2020) menyebutkan seseorang yang pernah menderita kanker biasanya disebut penyintas/penderita kanker. Hidup dengan riwayat kanker berbeda untuk setiap orang. Tetapi kebanyakan orang memiliki kepercayaan bahwa hidup berbeda setelah kanker. Reaksi umum yang dialami orang setelah kanker adalah lebih menghargai hidup, lebih menerima diri sendiri, merasa lebih cemas, dan tidak tahu bagaimana mengatasinya setelah perawatan berakhir.

Penyintas kanker artinya hidup dengan kanker yang dimulai dari hasil diagnosis dan menerima perawatan dalam waktu yang lama. Perawatan yang mereka lakukan dapat menurunkan kemungkinan kambuhnya kanker atau membantu mencegah penyebaran kanker.

b. Fase Bertahan Hidup

Ada 3 fase penyintas untuk bertahan hidup:

1) Tingkat kelangsungan hidup akut : dimulai saat diagnosis dan berlanjut hingga akhir pengobatan awal. Fokus pada Perawatan kanker.

2) Masa hidup yang diperpanjang: dimulai pada akhir perawatan awal dan berlangsung selama beberapa bulan. Fokus pada efek kanker dan pengobatan.

3) Bertahan hidup permanen adalah ketika bertahun-tahun telah berlalu sejak pengobatan kanker berakhir dan kecil kemungkinan kanker kembali lagi. Fokus pada efek jangka panjang dari kanker dan pengobatan.

c. Tingkat Kelangsungan Hidup

Berdasarkan data American Cancer Society tahun 2016-2017 sekitar 3,5 juta wanita di Amerika serikat mengalami riwayat kanker payudara dan 246.660 wanita dengan kasus baru didiagnosis pada tahun 2016. Usia rata-rata yang di diagnosis kisaran 61 tahun. Sekitar 19 % kanker payudara terjadi pada wanita lebih muda dari usia 50 dan sekitar 44% terjadi pada mereka yang lebih tua dari usia 65 tahun. Skrining mamografi dapat membantu mendeteksi kanker payudara di tahap awal. Tingkat kelangsungan hidup relatif 5, 10 dan 15 tahun untuk kanker payudara wanita masing- masing adalah 89%, 83% dan 78%. Lebih dari setengah (61%) kasus didiagnosis

(4)

10

pada tahap terlokalisasi, yang kelangsungan hidup relatif 5 tahun adalah 99%. Selain stadium, faktor terkait kanker yang mempengaruhi kelangsungan hidup termasuk tingkat tumor, status reseptor hormon, dan status HER2 (Human Epidermal growth factor Receptor 2). Tingkat kelangsungan hidup kanker payudara wanita telah meningkat dari waktu ke waktu karena penggunaan mamografi yang luas dan perbaikan dalam pengobatan.

Tingkat kelangsungan hidup dapat memberikan gambaran tentang persentase individu dengan jenis dan stadium kanker yang sama dalam jangka waktu tertentu (biasanya 5 tahun) setelah didiagnosis kemudian dihitung untuk harapan hidup normal.Tingkat kelangsungan hidup adalah perkiraan dan seringkali didasarkan pada hasil sebelumnya dari sejumlah besar orang yang menderita kanker tertentu, tetapi mereka tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi pada kasus orang tertentu.

Tingkat kelangsungan hidup dikelompokkan berdasarkan seberapa jauh kanker telah menyebar, tetapi usia Anda, kesehatan secara keseluruhan, seberapa baik respons kanker terhadap pengobatan (WHO, 2020). Berdasarkan data American Cancer Society tahun 2017, tingkat kelangsungan hidup relatif untuk wanita yang didiagnosis dengan kanker payudara adalah 91% (5 tahun setelah didiagnosis), 86% setelah 10 tahun dan 80 % setelah 15 tahun.

Dalam menginterpretasikan kelangsungan hidup ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut (American Cancer Society, 2018):

1) Berdasarkan pada pengalaman rata-rata wanita dan tidak memprediksi prognosis individu karena berbeda karakteristik setiap pasien dan tumor juga mempengaruhi kelangsungan hidup kanker payudara.

2) Tingkat kelangsungan hidup jangka panjang didasarkan pada pengalaman wanita yang didiagnosis dan dirawat bertahun-tahun yang lalu dan tidak melakukan pemeriksaan deteksi dan pengobatan dini.

d. Stadium Saat Diagnosis

Kelangsungan hidup kanker payudara bervariasi berdasarkan stadium saat diagnosis (Gambar 2.1a). Tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun secara keseluruhan adalah 99% untuk penyakit lokal, 85% untuk penyakit regional dan 27% untuk penyakit

(5)

11

stadium jauh. Kelangsungan hidup setiap tahap bervariasi berdasarkan ukuran tumornya. Misalnya wanita dengan penyakit regional, kelangsungan hidup relatif 5 tahun (95%) untuk tumor ukuran kurang dari atau sama dengan 2 cm, kelangsungan hidup 85% untuk ukuran tumor 2,1-5,0 cm dan kelangsungan hidup 72% untuk ukuran tumor paling besar dari 5 cm. Di Amerika salah satu faktor keberlangsungan hidup dilihat dari faktor ras/etnis yang wanita yang berkulit hitam lebih rendah (85%) dari pada wanita kulit putih (92%). Untuk setiap tahap penyakit, wanita API (Asian/Pacific Islander) memiliki kelangsungan hidup tertinggi dan wanita NHB (Non Hispanic White) memiliki kelangsungan hidup terendah (Gambar 2.1b). Faktor lain yang mempengaruhi keberlangsungan hidup rendah adalah kemiskinan, pendidikan rendah, dan kurangnya asuransi kesehatan (American Cancer Society, 2019).

Gambar 2.1 Kelangsungan Hidup dan Stadium Khusus Kanker Payudara Wanita menurut Ras/Etnis, tahun 2007-2013, Amerika Serikat. American Cancer Society. (2019).

3. Kanker Payudara a. Definisi

Kanker adalah sekelompok besar penyakit yang dapat dimulai di hampir semua organ atau jaringan tubuh ketika sel abnormal tumbuh tak terkendali, melampaui batas

(6)

12

biasanya untuk menyerang bagian tubuh yang berdampingan dan menyebar ke organ lain (WHO, 2020). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2015 menyebutkan bahwa kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.

b. Tanda dan gejala kanker payudara

Gejala kanker payudara yang paling umum adalah adanya benjolan atau perubahan bentuk di sekitar payudara.

Berikut ini gejala lain yang disebabkan oleh kanker payudara antara lain (WHO, 2020):

1) Pembengkakan seluruh atau sebagian payudara (meski tidak terasa benjolan) 2) Skin dimpling (terkadang terlihat seperti kulit jeruk)

3) Nyeri payudara atau puting

4) Retraksi puting (berputar ke dalam)

5) Kulit puting atau payudara yang merah, kering, mengelupas atau menebal 6) Keluarnya cairan dari puting (selain ASI)

7) Kelenjar getah bening yang membengkak (terkadang kanker payudara dapat menyebar ke kelenjar getah bening di bawah lengan)

c. Penanggulangan Kanker Payudara

Penanggulangan kanker payudara menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun 2015 adalah sebagai berikut:

1) Pencegahan primer

Pencegahan primer yang dilakukan adalah promosi kesehatan. Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mengeliminasi dan meminimalkan penyebab dan faktor risiko kanker termasuk mengurangi kerentanan individu. Kegiatan tersebut merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat agar peduli dan menjaga kesehatan dan meningkatkan perilaku sehat individu masing-masing melalui perilaku CERDIK (Cek kesehatan berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik, Diet sehat, Istirahat cukup, serta Kelola stres).

2) Deteksi dini/screening dan pengobatan segera (pencegahan sekunder)

(7)

13

Ada dua komponen deteksi dini yaitu skrining dan early diagnosis (edukasi penemuan dini). Screening merupakan upaya pemeriksaan yang dilakukan untuk membedakan masyarakat yang sehat dan masyarakat yang sakit atau berisiko terkena penyakit. early diagnosis adalah upaya pemeriksaan pada masyarakat yang merasakan adanya gejala. Salah satu bentuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang gejala dan tanda kanker payudara ialah SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri).

3) Upaya kuratif dan rehabilitatif (pencegahan tersier)

Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan investigasi diagnostik. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup dan meningkatkan kualitas hidup. Perioritas pengobatan ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh. Standar pengobatan kanker dengan cara operasi, radioterapi, kemoterapi dan hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi.

4) Pelayanan paliatif

Pelayanan paliatif dilakukan pada pasien kanker sejak diagnosis ditegakkan dan pengobatan harus dilakukan secara terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup penyintas kanker payudara.

5) Faktor risiko

Berikut ini faktor risiko berhubungan dengan kanker payudara:

a) Faktor risiko yang berhubungan dengan diet

Faktor-faktor yang memperberat terjadinya risiko kanker payudara adalah peningkatan berat badan, diet ala barat tinggi lemak (western style), mengkonsumsi alkohol dan merokok. Faktor-faktor yang menurunkan risiko terjadinya kanker payudara adalah meningkatkan konsumsi serat, buah, sayur dan melakukan aktivitas fisik.

b) Faktor hormon dan faktor reproduksi

1. Menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12 tahun) 2. Menopause pada usia lebih tua (lebih dari 50 tahun)

(8)

14 3. Belum pernah melahirkan

4. Infertilitas

5. Melahirkan anak pertama pada usia relatif tua (lebih dari 35 tahun) 6. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama.

7. Tidak memberikan ASI pasca kehamilan

8. Penggunaan hormon estrogen lebih dari 8-10 tahun, telah terbukti dapat meningkatkan risiko timbulnya kanker payudara. First pregnancy pada usia lebih dari 35 tahun mempunyai risiko 1,5-4 kali lebih besar dibandingkan usia 20-34 tahun, sedangkan nulliparity 1,3-4 kaliberisiko terkena kanker payudara (Asharianti, 2019).

c) Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk timbulnya kanker payudara. Secara epidemiologi tercatat wanita usia lebih dari 50 tahun mempunyai kemungkinan berkembang menderita kanker payudara lebih besar (Asharianti, 2019).

d) Riwayat radiasi

Riwayat radiasi sebelumnya pada daerah payudara/dada, jika didapatkan pada masa pertumbuhan saat payudara masih berkembang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.

e) Riwayat keluarga

Pada Kanker Payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara yaitu gen BRCA1 (breast cancer 1), BRCA2 (breast cancer 2).

f) Adanya riwayat penyakit tumor jinak

Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas, seperti termasuk atipikal ductal hiperplasia.

g) Terapi

Terapi kanker payudara ada 5 (lima) yaitu operasi : Breast Conserving Surgery (BCS) atau mastektomi, radioterapi, kemoterapi, hormonal dan terapi biologik. Perawatan bedah untuk kanker payudara melibatkan Breast Conserving Surgery (BCS) atau mastektomi. Jika BCS digunakan secara tepat untuk kanker lokal atau regional dan

(9)

15

diikuti dengan radiasi ke payudara, kelangsungan hidup jangka panjang sama dengan mastektomi. Namun, beberapa pasien membutuhkan mastektomi karena tumor besar atau banyak. Semakin banyak wanita yang memenuhi syarat BCS memilih mastektomi karena berbagai alasan, termasuk keengganan untuk menjalani terapi radiasi setelah BCS atau takut kambuh (Desantis et al., 2014).

h) Klasifikasi kanker payudara

Berdasarkan data dari PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) pada Tahun 2003, didapatkan data prognosis daya tahan hidup penderita Kanker Payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut:

1) Stadium 0 : 10-years survival rate 98%

2) Stadium I : 5-years survival rate 85%

3) Stadium II : 5-years survival rate 60-70%

4) Stadium III : 5-years survival rate 30-50%

5) Stadium IV : 5-years survival rate 15%

4. Teori Health Belief Model (Model Kepercayaan Kesehatan)

Teori Health Belief Model (HBM) merupakan teori psikologi yang menjelaskan dan memprediksi perilaku kesehatan dengan memusatkan kepada keyakinan (belief) individu tentang kesehatan dan perilaku kesehatan. Teori HBM terdiri atas enam konstruk yaitu persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, cues to action dan efikasi diri yang akan disajikan dalam tabel 2.1 (Glanz et al 1997 dalam Murti 2018)

(10)

16

Tabel 2.1 Konsep, definisi dan aplikasi teori Health Belief Model

Konstruk Definisi Aplikasi

Persepsi Kerentanan (perceived susceptibility)

Keyakinan/persepsi individu tentang kemungkinan untuk mengalami penyakit atau masalah kesehatan.

Menentukan populasi berisiko, tingkat risiko, risiko perorangan berdasarkan

karakteristik/perilakunya,

meningkatkan persepsi kerentanan jika terlalu rendah.

Persepsi keparahan/

persepsi keseriusan (perceived severity)

Keyakinan individu tentang keseriusan suatu penyakit dan akibatnya

Menentukan akibat dari suatu risiko untuk mengalami penyakit.

Persepsi manfaat (perceived benefits)

Persepsi individu tentang efikasi dari tindakan yang disarankan untuk mengurangi

risiko/keseriusan dampak penyakit

Menentukan tindakan yang akan diambil, bagaimana, dimana, kapan

melakukan tindakan,

mengklarifikasi efek positif yang diharapkan.

Persepsi hambatan (perceived

barriers)

Persepsi individu tentang biaya uang dan biaya psikologis dari tindakan- tindakan yang disarankan

Mengidentifikasi dan mengurangi hambatan, melalui pemberian keyakinan kembali, dorongan dan bantuan

Stimulus untuk bertindak (cues to action)

Stimulus yang mengaktifkan

“kesiapan untuk bertindak”

(readiness to act)

Memberikan informasi tentang cara melakukan tindakan, meningkatkan kesadaran dan mengingatkan.

Efikasi diri (self-efficacy)

Keyakinan individu tentang

kemampuannya untuk melakukan tindakan/perilaku

Pemberian pelatihan, panduan untuk melakukan tindakan.

Sumber : Murti, B. (2018)

(11)

17 5. Meta analisis

a. Definisi

Meta analisis merupakan studi epidemiologi yang menggabungkan dan memadukan secara statistik hasil-hasil dari sejumlah penelitian primer independen yang dipandang bisa digabungkan (combinable), yang menguji hipotesis yang sama, dengan cara yang sama, sehingga akhirnya diperoleh suatu ikhtisar kuantitatif. Meta-analisis tidak hanya menggabungkan data secara tidak langsung, tetapi juga melakukan eksplorasi epidemiologi dan mengevaluasi hasil-hasil, sehingga disebut “epidemiology of results”. Dalam meta analisis, temuan-temuan penelitian menggantikan individu- individu sebagai unit analisis (Egger dan Smith, 1997 dalam Murti, 2018).

b. Forest Plot

Forest plot adalah diagram yang menunjukan selayang pandang informasi dari beberapa studi yang diteliti dalam meta analisis dan estimasi tentang hal-hal keseluruhan. Forest plot menunjukkan secara visual besarnya variasi (heterogenitas) antara hasil-hasil studi. Heterogenitas adalah variasi hasil estimasi pengaruh antar studi yang diteliti. Penelitian biasanya menggunakan statistik I² untuk mengkuantifikasikan dispersi effect size dalam sebuah meta analisis. Statistik I² tidak terpengaruh oleh jumlah studi dalam meta analisis, sehingga memungkinkan perbandingan I² untuk berbagai analisis, meskipun jumlah studi berbeda. Statistik I2 memiliki rentang dari 0% hingga 100%.

Dalam meta-analisis peneliti dapat memilih antara model fixed effect atau random effect. Model efek tetap (fixed effect model) merupakan model statistik yang digunakan dalam menggunakan efek dari berbagai studi dalam meta analisis yang mengasumsikan homogenitas pengaruh lintas studi yang digabungkan, sedangkan model efek random (random effect model) merupakan model statistik yang digunakan dalam menggabungkan efek dari berbagai studi meta analisis dimana heterogenitas antar studi dimasukkan ke dalam estimasi gabungan (pooled estimate) dengan cara memasukkan antar studi. Jika I2 <50%, maka dianggap homogen dan menggunakan model fixed effect tetapi ketika I2 >50% dianggap heterogenitas sangat tinggi dan model yang digunakan untuk meta analisis adalah random effect (Murti, 2018).

(12)

18 c. Funnel Plot

Funnel plot adalah diagram dalam meta analisis yang digunakan untuk mencontohkan kemungkinan bias publikasi. Funnel plot menunjukkan relasi antara effect size studi dan besar sampel/ standar error dari effect size dari berbagai studi yang diteliti. Bias publikasi adalah kecenderungan editor dan peneliti untuk mempublikasikan artikel yang menghasilkan temuan positif, khususnya ketika menyangkut temuan baru, dibandingkan melaporkan hasil yang tidak signifikan. Variabel yang mempengaruhi terjadinya bias publikasi sebagai berikut besar sampel (lebih banyak terjadi pada studi kecil), jenis desain (lebih banyak terjadi pada studi observasional), sponsorship, konflik kepentingan dan prasangka tentang hubungan yang di teliti (Delgado- Rodriguez, 2001 dalam Murti 2018).

d. Kelebihan dan Kelemahan Meta analisis

Tabel 2.2 Kelebihan dan kelemahan meta analisis (Murti, 2018)

Kelebihan Kekurangan

1) Meta-analisis merupakan respons logis dari persoalan eksplorasi informasi

2) Meta-analisis memberikan akurasi hasil yang lebih baik daripada yang dapat diharapkan dari kajian tradisional

3) Meta-analisis dibutuhkan untuk mengatasi temuan-temuan penelitian yang kontroversial atau ambigu

4) Meta-analisis merupakan teknik ilmiah yang efisien 5) Meta-analisis dapat meningkatkan generalisasi temuan

6) Meta-analisis memberikan kausa statistik yang tinggi karena menggabungkan besar sampel dari sejumlah penelitian.

1) GIGO principle “Garbage-In, Garbage- Out Procedure”

Hasil meta analisis valid hanya jika data studi primer valid. Validitas meta analisis juga tergantung prosedur melakukan meta analisis.

2) “Apples and oranges effect”:

kecenderungan untuk mencampur segala estimasi efek dan berbagai studi primer yang heterogen, sehingga perlu dilakukan skrining, kriteria inklusi dan eksklusi, dan penelitian kualitas.

3) “Publication Bias” (File Drawer Effect):

kecenderungan peneliti, editor, dan penerbit untuk menerbitkan hasil studi primer yang menunjukkan efek signifikan.

Variabel yang mempengaruhi terjadinya bias seperti besar sampel, jenis desain, sponsorship, konflik kepentingan.

Sumber : Murti (2018)

(13)

19 6. Aplikasi Review Manager

Review Manager (RevMan) adalah perangkat lunak The Cochrane Collaboration untuk mempersiapkan dan memelihara review cochrane. RevMan memfasilitasi persiapan protokol dan ulasan lengkap, termasuk teks, karakteristik studi, tabel perbandingan, dan data studi. Itu dapat melakukan meta-analisis dari data yang dimasukkan, dan menyajikan hasilnya secara grafis. Review Manager (RevMan) yang digunakan adalah Versi 5.3 (Cochrane, 2014).

Gambar 2.2. Aplikasi RevMan versi 5.3. Cochrane (2014).

B. Penelitian Relevan

Berikut beberapa contoh judul penelitian yang hampir sama untuk digunakan sebagai bukti tidak adanya plagiarisme antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan diteliti :

1) Penelitian Kushi et al. (2007) dengan judul “Lifestyle factors and survival in women with breast cancer”, meneliti faktor gaya hidup dan kelangsungan hidup wanita penderita kanker payudara. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel dependen dimana peneliti juga meneliti kelangsungan hidup penyintas kanker payudara. Perbedaan dalam penelitian ini adalah metode penelitiannya dimana peneliti menggunakan beberapa Metode penelitian untuk menemukan hasil dengan menggunakan dua uji coba yaitu studi RCT (Randomised Controlled Trials) dan Prospective cohort studies.

(14)

20

2) Penelitian Speck et al. (2010) dengan Judul “An update of controlled physical activity trials in cancer survivors: A systematic review and meta-analysis”, melakukan pembaharuan uji aktivitas fisik terkontrol pada penderita kanker.

Persamaan dengan penelitian ini adalah peneliti ini meneliti variabel independen (aktivitas fisik) dan metode penelitiannya sama yaitu systematic review dan meta- analysis. Perbedaan dari penelitian ini adalah variabel dependen, di dalam penelitian ini sangat luas yaitu uji diagnosis penderita kanker payudara, colon, lung, ovarium, leukemia, prostat, lymphoma, sarcoma, stomach and testicular.

3) Penelitian Fong et al. (2012) dengan judul “Physical activity for cancer survivors:

Meta-analysis of randomised controlled trials”, melakukan penelitian dengan tujuan mengevaluasi secara sistematik efek aktivitas fisik pada pasien setelah menyelesaikan pengobatan yang berkaitan dengan kanker. Persamaan dalam penelitian ini adalah variabel yang independen (aktivitas fisik). Perbedaan dalam penelitian ini adalah metode penelitian menggunakan RCT (Randomised Controlled Trials).

4) Penelitian Ballard-Barbash et al. (2012) dengan Judul “Physical activity, biomarkers, and disease outcomes in cancer survivors: A systematic review”, melakukan penelitian tentang aktivitas fisik, biomarker dan hasil penyakit penderita kanker. Persamaan dalam penelitian ini adalah pada variabel independen (aktivitas fisik) sedangkan perbedaan dalam penelitian ini adalah hanya melakukan hasil dari systematic review.

C. Kebaruan Penelitian

Kebaruan dari penelitian ini dibandingkan penelitian sebelumnya, penelitian ini merupakan studi meta analisis yang menggabungkan hasil dari penelitian-penelitian primer untuk dapat mengetahui estimasi pengaruh dari variabel yang diteliti.

Penelitian ini melaporkan secara kuantitatif dari studi penelitian primer yang sudah digabungkan dengan melakukan meta-analisis.

(15)

21 D. Kerangka Berpikir

Keterangan:

: tidak diteliti : diteliti

Gambar 2.3 Kerangka Berfikir. Aplikasi Teori Health Belief Model

E. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya pengaruh aktivitas fisik terhadap kelangsungan hidup penyintas kanker payudara.

Persepsi Kerentanan (jenis kelamin, riwayat keluarga kanker payudara)

Persepsi Keseriusan

Penyakit

“ Kanker payudara merupakan

Penyebab kematian pertama

pada wanita”

Persepsi Ancaman

Isyarat bertindak (cue to action) Keluarga mendukung dalam pengobatan dan

perawatan Efikasi Diri

Rutin melakukan pengobatan dan perawatan/terapi

Persepsi Hambatan Biaya Pengobatan dan perawatan mahal

Melakukan Perilaku Sehat

Aktivitas Fisik

Persepsi Manfaat Perawatan dapat

menurunkan kemungkinan kambuhnya

kanker/membantu mencegah penyebaran

kanker

Referensi

Dokumen terkait

Informasi ini dapat memandu para produsen dalam merumuskan kebijakan yang kompatibel untuk mencapai tujuan produksi mereka.Berdasarkan latar belakang di atas dapat

Setelah studi perbandingan biaya pada proyek yang dijadikan obyek penelitian, sesuai dengan research question atau rumusan masalah “apa dan bagaimana” pada bab I, maka

Dengan penemuan baru tersebut di atas, maka persoalan diatesis dalam BMK, BM dan BI sudah jelas sehingga pembahasan yang berkaitan dengan diatesis, terutama aktif &gt;&lt; pasif,

c) Pengujian bentuk distribusi waktu selang kedatangan dan waktu pelayanan dengan menggunakan Uji Chi Kuadrat dan uji visual... Data yang dioiah dalam penulisan tugas akhir ini

Periode rata – rata yang diperlukan dalam pengumpulan piutang yakni 365 hari dibagi dengan perputaran piutangnya yaitu 3,9 kali 93 hari ( 3 Bulan 3 hari ). 3.99 penjualan

bahwa dalam rangka mengoptimalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan sebagai arah dan tujuan pedoman budaya kerja organisasi maka Kepala

Tingkat bagi hasil dan komunikasi pemasaran terpadu secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan nasabah untuk menabung pada Bank Muamalat

[r]