• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE KERJA DISPERINDAG KOMPLIT.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "METODE KERJA DISPERINDAG KOMPLIT.pdf"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

1

PROYEK :

Pembangunan Gedung Dua Lantai

Disperindagkop & UKM DIY

Jl.kusumanegara No. 126 yogyakarta

(2)

2

METODE PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN GEDUNG 2 LANTAI DISPERINDAGKOP & UKM DIY

Jl.Kusumanegara no. 126 Yogyakarta

A. PEKERJAAN PERSIAPAN

A.1

Pendahuluan

Proyek Pembangunan Pembangunan Gedung 2 Lantai DISPERINDAGKOP & UKM DIY ini merupakan Pekerjaan yang dibiayai dari sumber pendanaan : APBD DIY 2015. Jangka Waktu penyelesaian pekerjaan tersebut direncanakan berlangsung selama 90 (sembilan puluh ) hari kalender atau setara 3 (tiga) bulan.

A.2

Lingkup Pekerjaan

Secara umum Komplek Bangunan ini merupakan bangunan baru di Jl.Kusumanegara no. 126 Yogyakarta, nantinya akan meliputi pekerjaan : Pembangunan Gudang Kantor, Lanskap, dan Bengkel.

A.3

Tahap Pelaksanaan Umum

Kontraktor Pelaksana akan menyiapkan dan menyampaikan hal-hal berikut : gambar-gambar, dokumen-dokumen dan informasi yang diperlukan jika hal tersebut tercantum dalam Dokumen Kontrak kepada Konsultan Pengawas untuk dimintakan persetujuannya :

a. Gambar konstruksi dan gambar kerja b. Metode pelaksanaan konstruksi c. Data-data produk material

Bilamana dokumen-dokumen tersebut diatas disyahkan oleh Konsultan Pengawas, maka akan merupakan bagian daripada Spesifikasi Teknis dari Kontrak. Seluruh jenis pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan elevasi, dimensi dan detail yang ditampakkan pada Gambar Konstruksi yang sudah disyahkan. Apabila diperlukan oleh Konsultan Pengawas untuk melaksanakan suatu item pekerjaan tertentu, maka kami juga akan menyampaikan uraian-uraian material yang diperlukan, peralatan yang dibutuhkan, denah konstruksi, standard dan tata laksana kerja yang berhubungan dengan gambar-gambar konstruksi tersebut untuk disyahkan oleh Konsultan Pengawas.

A.4

Manajemen Pelaksanaan

A.4.1

Manajemen Lokasi

Manajemen Lokasi merupakan sistem pengaturan tata kerja di lapangan yang meliputi pengaturan tata letak direksi keet, gudang material, barak kerja, dan penempatan alat berat (Apabila diperlukan). Dalam hal ini Pihak Kontraktor menggunakan lahan proyek / menyewa lahan milik penduduk setempat.

Direksi keet dibangun untuk menunjang pelaksanaan pekerjaan. Pada direksi keet ditempatkan perabot dan perlengkapan kantor, gambar kerja, dokumen spesifikasi teknis, jadwal pelaksanaan dan perlengkapan P3K. Barak / Gudang digunakan untuk menyimpan peralatan dan material agar terjaga keamanan dan

(3)

3 terlindung dari kondisi cuaca yang dapat merusak/mengurangi kualitas material.

A.4.2

Manajemen Material

Sistem Manajemen Material merupakan kumpulan manajemen yang berfungsi mendukung kelengkapan perputaran aliran material dari pembelian material sampai dengan pengontrolan volume dan aliran waktu penggunaan material dalam proyek. Untuk menghindari keterlambatan atau kehabisan stok material yang di pesan maka perusahaan memiliki beberapa supplier untuk satu jenis material

A.4.3

Manajemen Alat

Sistem manajemen alat merupakan kumpulan manajemen yang mendukung pelaksanaan proyek yang mencakup penggunaan alat yang seefisien mungkin termasuk akses pergantian alat yang satu dengan yang lain. Alat yang digunakan sesuai Daftar Alat Yang Digunakan dan atau menyesuaikan kondisi lapangan.

A.4.4

Manajemen SDM

Sistem manajemen tenaga merupakan kumpulan manajemen yang mendukung pelaksanaan proyek yang mencakup penggunaan tenaga yang seefisien mungkin sehingga proyek dapat berjalan sesuai target. Sistem manajemen Tenaga Inti / Tenaga Ahli ini dilakukan dengan mengirimkan tenaga ahli ke lokasi proyek satu minggu sebelum proyek dimulai untuk mengadakan persiapan proyek. Tenaga ahli yang ditempatkan di lapangan sesuai Daftar Personil yang ditugaskan serta Struktur Organisasi, Tugas dan Tanggung Jawab dan atau menyesuaikan kondisi lapangan.

Personil-personil Tenaga Ahli sebagai berikut : a. 1 (satu) orang Site Manajer

b. 1 (satu) orang Site Engineer c. 2 (satu) orang pelaksana lapangan d. 1 (satu) orang surveyor

e. 1 (satu) orang logistik f. 1 (satu) orang administrasi

(4)

4

A.4.5

Tugas Dan Tanggung Jawab

a. Direktur :

 Bertanggung Jawab kepada Pengguna Jasa / Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

 Melakukan koordinasi kerja dengan Pengguna Jasa/ PPK, agar pekerjaan berjalan lancar dan sesuai dengan spesifikasi (tepat mutu, tepat waktu, tepat biaya)

 Menentukan kebijakan pelaksanaan pekerjaan b. Site Manager :

 Bertanggung Jawab kepada Direktur

 Memimpin, mengawasi dan membawahi tenaga teknis pelaksanaan pekerjaan secara langsung dan melaporkannya kepada Direktur.

 Membuat laporan opname atas pekerjaan yang terpasang.  Melaksanakan pekerjaan sesuai metode, jadwal dan spesifikasi.  Merencanakan dan menyediakan tenaga kerja dan peralatan. c. Petugas K3:

 Bertanggung Jawab kepada Team Leader

 Mengawasi dan membawahi tenaga teknis pelaksanaan dan pekerja mengenai aspek keamanan dan keselamatan pekerjaan.

d. Pelaksana :

 Bertanggung Jawab kepada Site Manager

(5)

5 melaporkannya kepada Koordinator Pelaksana.

 Membuat laporan opname atas pekerjaan yang terpasang sesuai bidangnya.  Melaksanakan pekerjaan sesuai metode, jadwal dan spesifikasi.

 Menyediakan tenaga kerja dan peralatan. e. Logistik :

 Bertanggung Jawab kepada Site Manager

 Mendatangkan, mengatur dan mengawasi jadwal pengiriman material dan peralatan serta kebutuhan lainnya, agar pekerjaan berjalan sesuai metode, jadwal dan Net Work Planing serta penempatan tidak mengganggu jalannya pekerjaan.

 Mengelola dan mengawasi material dan peralatan.  Bertanggung jawab terhadap mutu material

 Melaksanakan semua test laboratorium yang diperlukan dalam pekerjaan f. Administrasi :

 Bertanggung Jawab kepada Site Manager.

 Melaksanakan tata usaha proyek mencatat hasil kemajuan proyek berupa laporan harian, laporan mingguan, laporan bulanan, gambar yang diperlukan, serta administrasi lapangan lainnya yang diperlukan berdasarkan laporan Pelaksana

 Melaksanakan tata usaha kepegawaian, kerumahtanggaan dan kesekretariatan proyek  Melakukan penagihan beserta kelengkapan administrasi pekerjaan sesuai ketentuan  Mengatur administrasi keuangan lapangan.

 Penyelesaian keuangan proyek, untuk keperluan : upah tenaga kerja, pengadaan material, dan lainnya.

A.5

Inspeksi, Pengujian Dan Pengetesan

A.5.1

Bahan-Bahan Dan Peralatan

1. Bahan-bahan dan peralatan yang akan digunakan harus diperiksa, diuji dan di tes sebagaimana yang tercantum dalam kontrak. Untuk mempersingkat waktu pemeriksaan, pengujian dan pengetesan maka Kontraktor Pelaksana akan mengajukan kepada Konsultan Pengawas dua salinan seluruh pemesanan bahan termasuk gambar-gambar dan informasi lainnya yang mencakup bahan dan alat yang akan digunakan atau mengajukan bukti lainnya melalui

2. surat, email atau facsimile. Pemeriksaan, pengujian dan pengetesan bahanbahan dan alat tersebut tidak serta merta membebaskan tanggung jawab Kontraktor Pelaksana untuk menyediakan material dan alat yang memenuhi persyaratan sesuai kontrak.

3. Seluruh pengujian dan pengetesan harus dilaksanakan oleh Kontraktor Pelaksana akan dan disaksikan oleh Konsultan Pengawas, sesuai dengan standardisasi dan persyaratan. Pengujian dan pengetesan dilaksanakan dilapangan dimana diperlukan. Pengujian dan pengetesan yang dilaksanakan di luar lokasi pekerjaan dilakukan dilaboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

(6)

6 dengan persyaratan yang ada di kontrak. Kontraktor Pelaksana akan tidak berhak untuk memperoleh tambahan pembayaran atau perpanjangan waktu untuk penyelesaian pekerjaan berkenaan dengan penolakan bahan atau alat yang tidak sesuai dengan persyaratan yang ada dikontrak atau karena tertundanya waktu karena pelaksanaan ulang pengujian dan pengetesan.

5. Kontraktor Pelaksana akan menyiapkan bahan-bahan yang akan di test dan bersedia membantu dan bekerjasama guna memberikan izin pelaksanaan pengetesan ditempat kerja dilapangan termasuk juga menghentikan pekerjaan untuk keperluan pengetesan.

6. Kontraktor Pelaksana akan menyerahkan satu (1) asli dan satu (1) salinan untuk setiap hasil laporan pengetesan dan catatancatatan lainnya untuk pekerjaan Sipil, arsitektur dan M&E dengan format yan g disetujui oleh Konsultan Pengawas dalam waktu 7 hari setelah selesainya pengetesan

A.5.2

Pengetesan Di Laboratorium Dan Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana akan melaksanakan pengetesan lapangan untuk seluruh pekerjaan Sipil, Arsitektur dan M&E sesuai dengan yang disyaratkan dalam kontrak .

2. Untuk pengetesan-pengetesan tersebut Kontraktor Pelaksana akan boleh menyiapkan alat-alat laboratorium sendiri ataupun dari laboratorium dan alat-alat pihak ketiga yang sudah disetujui oleh Konsultan Pengawas.

3. Kontraktor Pelaksana akan mengajukan kepada Konsultan Pengawas bukti bahwa alat alat pengetesan yang digunakan sudah dikalibrasi dengan benar sebelum dilakukannya pengetesan baik itu dilaboratorium sendiri atau laboratorium pihak ketiga yang sudah disetujui Konsultan Pengawas. Selama pelaksanaan konstruksi Kontraktor Pelaksana akan tetap harus mempertahankan alat instrument tersebut terkalibrasi dari badan sertifikasi resmi. Informasi kalibrasi tersebut harus dimasukkan oleh

4. Kontraktor Pelaksana akan dalam Sistem QA&QC Kontraktor Pelaksana akan.

- Kontraktor Pelaksana akan menyiapkan skedul pengetesan lapangan dan laboratorium dengan mempertimbangkan dan mengkorelasikan juga Skedul Pelaksanaan dan Kemajuan pekerjaan dan mengajukannya kepada Konsultan Pengawas untuk dikaji. - Dalam pengetesan Kontraktor Pelaksana akan mengikuti prosedur QA&QC yang sudah

disetujui guna meyakinkan bahwa bahan-bahan dan alat sudah sesuai dengan persyaratanpersyaratan Konsultan Pengawas dan hal-hal lain yang tercantum dalam Kontrak.

- Konsultan Pengawas berhak menyaksikan pengetesan yang dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana akan guna keperluan pengendalian mutu pekerjaan dan sebagai bagian dari audit system QA&QC Kontraktor akan. Alat pengetesan laboratorium atau lapangan harus setiap saat disiapkan dan dapat diakses oleh Konsultan Pengawas. Setiap kesaksian pengetesan dari Konsultan Pengawas bukan berarti Kontraktor Pelaksana akan lepas dari kewajiban yang tercantum dalam Kontrak.

5. Kontraktor Pelaksana akan menunjukkan lokasi-lokasi pengetesan termasuk juga pengetesan yang diarahkan oleh Konsultan Pengawas dan memasukkan hal tersebut dalam laporan

(7)

7 pengetesan.

6. Satu asli dan satu salinan dari masing-masing laporan pengetesan dan catatan-catatan lainnya sesuai dengan yang ada dalam Dokumen Kontrak sesuai format yang disetujui oleh Konsultan Pengawas akan diajukan ke Konsultan Pengawas sesegera mungkin dalam waktu maksimum 3 hari.

A.5.3

Jaminan Mutu Pekerjaan

1. Faham dengan Standard-standard dan Peraturan. Dalam pengadaan bahan-bahan yang ada di item pekerjaan adalah tanggung jawab Kontraktor Pelaksana akan untuk memverifikasi persyaratan-persyaratan secara rinci dalam standard dan peraturan guna meyakini bahwa bahan-bahan yang disiapkan sudah memenuhi atau melampaui standard dan peraturan yang berlaku.

2. Penolakan atas item pekerjaan yang tidak sesuai standard

3. Konsultan Pengawas mempunyai hak untuk menolak item pekerjaan yang tidak memenuhi persyaratan minimum yang ada.

A.6

Survey Dan Pengukuran

A.6.1

Titik Kontrol Survey

1. Penggunaan titik control survey untuk elevasi dan sudut dilapangan untuk memulai pekerjaan nantinya akan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Pembuatan BM dan referensi nantinya akan dilakukan oleh Kontraktor Pelaksana akan setelah disetujui oleh Konsultan Pengawas 2. Setiap titik control survey yang rusak akibat dari Kontraktor Pelaksana akan atau Subpenyedia harus diganti oleh Kontraktor Pelaksana akan dengan biaya sendiri. Titik kontrol yang diperbaiki akan diperiksa oleh Konsultan Pengawas atas biaya Kontraktor Pelaksana akan. 2. Kontraktor akan boleh membuat titik kontrol sementara, akan tetapi masing-masing titik

ditempatkan dilokasi yang mantap dan aman dari gangguan pelaksanaan pekerjaan Kontraktor akan atau Subpenyedia. Setiap titik bantu harus secara akurat berhubungan dengan titik control survey yang permanen.

3. Masing-masing titik control survey termasuk yang sementara harus secara rutin diperiksa oleh Kontraktor Pelaksana akan selama pelaksanaan konstruksi guna meyakinkan bahwa titik-titik tersebut tidak rusak atau bergeser.

A.6.2

Survey Lapangan

1. Kontraktor Pelaksana akan secara bersamaan atau segera setelah memulai setting out melakukan pengukuran dan menyiapkan profil potongan melintang dan memanjang dari kondisi lapangan yang ada (0%)sesuai dengan instruksi dari Konsultan Pengawas untuk persiapan Gambar-gambar Konstruksi ataupun untuk setting out struktur.

(8)

8

A.6.3

Pematokan (Staking Out) Pekerjaan Konstruksi

1. Kontraktor Pelaksana akan bertanggung jawab untuk menentukan patok untuk pengukuran dan harus menyiapkan tenaga surveyoryang berpengalaman dan cakap dalam pekerjaan tersebut yang disetujui oleh Konsultan Pengawas.

2. Kontraktor Pelaksana akan dalam penawarannya harus memasukkan semua bahan-bahan, buruh dan alat survey termasuk juga patok-patok, template dan lain-lain yang dibutuhkan penyedia dalam melaksanakan setting out setiap pekerjaan yang dilaksanakan. Kontraktor Pelaksana akan menggunakan alat survey yang mempunyai keakuratan yang baik guna menetapkan titik survey yang benar dan untuk kontrol atas hasil pengukuran nantinya. 3. Apabila pada saat pengukuran selama masa konstruksi terdapat kesalahan atas posisi

bangunan, elevasi, dimensi dll, maka Kontraktor Pelaksana akan atas instruksi Konsultan Pengawas harus memperbaiki kesalahan tersebut atas biaya penyedia sendiri sampai Konsultan Pengawas menerima hasil pengukuran dimaksud

A.6.4

Data Survey Dan Perhitungan

Kontraktor Pelaksana akan menyerahkan seluruh data survey, informasi, perhitungan, hasil-hasil dan catatan-catatan lain kepada Konsultan Pengawas segera setelah dokumen dimaksud siap diserahkan.

A.6.5

Survey Untuk Pengukuran Volume Pekerjaan

Apabila Pembayaran Bulanan berdasarkan persentase pekerjaan aktual terhadap total kuantitas pekerjaan, maka penyedia harus mengukur volume/kuantitas pekerjaan dimaksud yang dilaksanakan pada bulan bersangkutan dengan teknik pengukuran alat survey kecuali jika pengukuran volume pekerjaan bisa langsung dilakukan berdasarkan gambar-gambar yang sudah disetujui. Pengukuran volume pekerjaan dengan alat survey hanya bisa dilakukan dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor Pelaksana akan memberitahukan Konsultan Pengawas dalam waktu 24 jam sebelum pelaksanaan pengukuran tersebut.

A.7

Mobilisasi Dan Biaya Tidak Langsung Personil (Indirect Cost)

A.7.1

Umum

Mobilisasi dimaksudkan disini adalah transportasi dari tempat asal ke lokasi pekerjaan untuk peralatan penyedia, personil inti dan staff lainnya berdasarkan jadwal. Apabila mobilisasi alat dan personil yang ada dalam daftar yang dibuat penyedia sudah lengkap dan dapat beroperasi, maka penyedia harus mengajukan dokumentasi yang diperlukan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan dan sertifikasi pembayaran.

A.7.2

Jadwal dan pemberitahuan transportasi alat

Bersamaan dengan pengajuan skedul pelaksanaan dan rencana kerja penyedia harus menyerahkan ke Konsultan Pengawas rencana mobilisasi alat ke lokasi pekerjaan. Kontraktor Pelaksana akan terus memberitahukan Konsultan Pengawas untuk kedatangan alat, dan bahan-bahan penyedia dilapangan.

(9)

9 1. Biaya tidak langsung personil, Kontraktor Pelaksana akan memasukkan semua biaya tidak

langsung personil Kontraktor Pelaksana akan, seperti : mobilisasi, gaji, biaya cuti, Jamsostek, THR dan bonus personil.

2. Kontraktor Pelaksana akan menyiapkan jumlah personil minimum seperti berikut : a. 1 (satu) orang Site Manajer

b. 1 (satu) orang Site Engineer c. 2 (satu) orang pelaksana lapangan d. 1 (satu) orang surveyor

e. 1 (satu) orang logistik f. 1 (satu) orang administrasi

3. Jamsostek pekerja sesuai peraturan pemerintah untuk seluruh staf inti dan pekerja/buruh dilapangan.

a. Biaya pengamanan eksternal (Social cost) minimum perbulan 0.09 % dari total nilai pengajuan kontrak.

b. Kontraktor Pelaksana akan terus memberitahukan Konsultan Pengawas untuk kedatangan personil.

A.7.3

Rapat Pra Konstruksi (Pre Construction Meeting)

Dalam waktu 3 atau 7 hari setelah Penandatanganan Kontrak, Kontraktor Pelaksana akan harus mengikuti Rapat Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang dihadiri UnMuha/PCC, Manajemen Konstruksi, dan Kontraktor Pelaksana akan untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis dalam proyek ini.

A.8

Demobilisasi

A.8.1

Umum

Demobilisasi mencakup pemulangan peralatan penyedia dan personil inti serta staff lainnya dari lokasi pekerjaan . Apabila demobilisasi alat dan personil yang ada dalam daftar yang dibuat penyedia sudah dipulangkan dari lokasi pekerjaan, maka penyedia harus mengajukan dokumentasi yang diperlukan ke Konsultan Pengawas untuk persetujuan dan sertifikasi pembayaran.

A.9

Pengadaan Sarana

A.9.1

Bouwkeet (bangunan sementara).

Kontraktor Pelaksana menyediakan dan mendirikan semua bangunan sementara (bouwkeet) untuk digunakan sebagai ruang kerja/kantor direksi dan staff petugas lapangan, sebagai ruang rapat koordinasi, dan gudang penyimpanan dan perlindungan bahan bangunan. Setelah berakhirnya pekerjaan, Kontraktor Pelaksana Pelaksana wajib membongkar dan menyingkirkan bangunan sementara tersebut dari lokasi.

A.9.2

Pembangkit tenaga sementara

Setiap pembangkit tenaga sementara atau penerangan buatan yang dipergunakan untuk pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor Pelaksana, termasuk pemasangan sementara kabel-kabel, meteran dan

(10)

10 sebagainya. Setelah pekerjaan selesai Kontraktor Pelaksana wajib menyingkirkan semua barang tersebut dari lokasi pekerjaan, yang semua beban menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

A.9.3

Air kerja.

Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan apabila mungkin didapat dari sumber yang sudah ada di lokasi kegiatan dan sebelumnya harus dikoordinasikan kepada Penanggung Jawab Kegiatan.

A.9.4

Jalan Masuk

Tempat Pekerjaan dan Jalan Sementara/jalan masuk ke tempat pekerjaan harus diadakan oleh Kontraktor Pelaksana bilamana diperlukan atau disesuaikan d engan kebutuhan dan kepentingan lokasi kegiatan tersebut. Selama pekerjaan Kontraktor Pelaksana harus memelihara seluruh jalan-jalan sementara dan sebagainya yang mungkin diperlukan untuk memasuki bagian pekerjaan dan menyingkirkan/membersihkan kembali pad a waktu penyelesaian pekerjaan atau jika diperintahkan juga memperbaiki seg ala kerusakan yang diakibatkan.

A.9.5

Iklan

Kontraktor Pelaksana tidak diijinkan memuat/memasang iklan dalam bentuk apapun di dalam Iokasi kegiatan, tanpa izin Pihak Penanggung Jawab Kegiatan.

A.10

Pengaman lapangan

A.10.1

Perlindungan Terhadap Milik Umum

Kontraktor Pelaksana harus menjaga agar jalan umum, dan hak memakai jalan, bersih dari alat-alat mesin, bahan-bahan bangunan dan sebagainya serta memelihara kelancaran lalu lintas, baik bagi kendaraan umum maupun pejalan kaki, selama kontrak berlangsung. Kontraktor Pelaksana harus bertanggung jawab atas gangguan dan pemindahan yang terjadi atas utilitas (Perlengkapan umum) seperti saluran air, telepon, listrik dan sebagainya yang disebabkan oleh operasi-operasi Kontraktor Pelaksana

A.10.2

Perlindungan Terhadap Bangunan yang Ada

Selama masa-masa pelaksanaan Kontrak, Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan, utilitas, jalan-jalan, saluran-saluran pembuangan dan sebagainya di tempat pekerjaan, dan kerusakan-kerusakan sejenis yang disebabkan karena operasi-operasi Kontraktor Pelaksana dalam arti kata yang luas. Itu semua harus diperbaiki oleh Kontraktor Pelaksana hingga dapat diterima oleh Penanggung Jawab Kegiatan.

A.10.3

Penjagaan dan Pemagaran Sementara

Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas penjagaan, penerangan dan perilindungan terhadap pekerjaan yang dianggap penting selama pelaksanaan kontrak, siang malam. Penanggung Jawab Kegiatan tidak bertanggung jawab terhadap Kontraktor Pelaksana, dan Sub Kontraktor Pelaksana, atas kehilangan dan kerusakan bahan-bahan bangunan atau peralatan atau pekerjaan yang sedang dalam peiaksanaan. Kontraktor Pelaksana wajib mengadakan, mendirikan dan memelihara pagar sementara dari seng gelombang tinggi 3m dengan finishing cat, semua material seng yang dipakai harus baru dan tidak berkarat

(11)

11

A.10.4

Perlindungan Pekerjaan

Kontraktor Pelaksana bertanggung jawab atas keamanan seluruh pekerjaan termasuk bahan- bahan bangunan dan perlengkapan instalasi di tempat pekerjaan, hingga kontrak selesai dan diterima oleh Penanggung Jawab Kegiatan.

A.10.5

Gangguan Pada Tetangga

Segala pekerjaan yang menurut Penanggung Jawab Kegiatan mungkin akan menyebabkan gangguan pada penduduk yang berdekatan, hendaknya dilaksanakan sesuai pengarahan Penanggung Jawab Kegiatan, dan semua resiko akibat gangguan ini menjadi beban Kontraktor Pelaksana.

A.10.6

Pelaksanaan pekerjaan di luar lokasi pekerjaan.

Apabila Kontraktor Pelaksana melaksanakan pekerjaan di luar lokasi pekerjaan supaya memberitahukan kepada Konsultan Pengawas atau Penanggung Jawab Kegiatan untuk diadakan pemeriksaan.

(12)

12

B. PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN

B.1

Lingkup Pekerjaan

a. Menyediakan tenaga kerja, peralatan dan alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan hasil yang baik dan sempurna.

b. Pekerjaan ini meliputi : Semua penggalian penimbunan kembali, pengurangan di bawah lantai, pengerjaan tanah kasar dan alur pipa-pipa sub drainage serta pekerjaan-pekerjaan teknis. Penggalian dan penimbunan kembali untuk pekerjaan mekanikal dan elektrikal termasuk bab ini.

c. Penyediaan pompa untuk membuang air tanah waktu pekerjaan galian dan pengecoran.

B.2

Pekerjaan Persiapan

a. Kontraktor menyediakan tenaga kerja, bahan perlengkapan, alat dan sarana pengangkutan serta peralatan lain yang diperlukan untuk pekerjaan tanah.

b. Kontraktor terlebih dahulu mempelajari Laporan Penyelidikan Tanah (Geotechnical Investigation Report) yang telah dilaksanakan di lokasi proyek, sebelum memulai pekerjaan tanah. Ringkasan Boring Log telah dilampirkan pada Dokumen lelang, sedangkan Laporan lengkapnya bisa diminta pada Pemilik Pekerjaan melalui Manajemen Konstruksi dengan permohonan tertulis.

c. Semua penggalian dan cara pengukuran sesuai ketentuan spesifikasi teknik dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi atau wakilnya (Pengawas Lapangan).

d. Karena sifat tanah yang berbeda, ada kemungkinan terjadi perubahan perancangan pada pelaksanaan pekerjaan tanah. Perubahan tersebut dilakukan Kontraktor dengan persetujuan Manajemen Konstruksi.

B.3

Syarat Pelaksanaan

a. Penggalian harus dilakukan dengan hati-hati dan memperhatikan kondisi eksisting yang ada

b. Penggalian harus dilakukan untuk mencapai garis elevasi permukaan dan kedalaman - kedalaman yang perlu untuk pondasi, lantai dan lain-lain yang dipersyaratkan atau diperlihatkan maupun diindikasikan pada gambar-gambar dengan cara yang sedemikian sehingga pekerjaan ini dapat selesai dengan baik sesuai dengan spesifikasi ini dengan disetujui oleh Konsultan Pengawas/Perencana.

c. Penggalian tanah mencakup pemindahan tanah serta batu -batuan lain yang dijumpai dalam pekerjaan. d. Penggalian untuk pondasi harus mempunyai lebar yang cukup untuk pembangunan

e. maupun memindahkan rangka/bekisting yang diperlukan dan juga untuk mengadakan pembersihan. f. Kalau terjadi kesalahan dalam penggalian tanah untuk dasar pondasi sehingga dicapai kedalaman yang melebihi apa yang tertera dalam gambar, maka kelebihan dari pada galian harus diurug kembali dengan pasir dan dilakukan pemadatan sesuai yang dipersyaratkan biaya akibat pekerjaan tersebut ditanggung oleh Kontraktor Pelaksana.

g. Lapisan atau hasil galian daerah pembangunan yang dipakai kembali, ditimbun di tempat yang ditunjuk dan atas persetujuan Konsultan Pengawas untuk digunakan dalam pekerjaan landscaping.

h. Kalau dijumpai akan-akar/bahan yang bisa melapuk pada keadaan yang diperlihat kan dalam gambar-gambar maka akar bahan tersebut harus diangkat dan diurug kembali dengan pasir sampai padat.

(13)

13 tanah asal yang sesuai dengan perhitungan struktur. Dalam hal pengeboran untuk keperluan pondasi harus dipastikan tanah galian tidak mengganggu/ mengotori area di luar proyek, dan diharuskan untuk menyediakan bak penampung lumpur sementara, semua biaya menjadi beban Kontraktor Pelaksana. j. Penggalian harus dengan memperhatikan kemungkinan adanya instalasi bawah tanah seperti : air

bersih, kabel feeder, kabel FO, kabel telepon, dll. Jika terdapat kerusakan pada instalasi-instalasi ini maka kontraktor harus memperbaiki dengan biaya dari kontraktor

B.4

Level Lapangan

Level lapangan dan titik-titik atau kontur dianggap berlaku pada BM (bench mark) utama. Bilamana Kontraktor tidak yakin dengan ketepatan dari peil pengukuran BM utama maka Kontraktor menyatakan hal ini secara tertulis kepada Manajemen Konstruksi sebelum penggalian, pengukuran dan pemadatan dimulai.Klaim ketidaktepatan pel pengukuran tidak akan dipertimbangkan.

B.5

Galian

B.5.1

Uraian Umum

1. Pekerjaan ini meliputi seluruh pekerjaan galian pondasi seperti yang disebutkan/ditunjukkan dalam gambar atau sesuai dengan petunjuk Manajemen Konstruksi, termasuk di dalamnya adalah pekerjaan galian untuk septictank, reservoir, pit, saluran-saluran dan pekerjaan-pekerjaan lain sesuai gambar. 2. Galian tanah untuk septictank, reservoir, saluranair, pondasi dan galian-galian lainnya sesuai dengan

peil-peil yang tercantum di dalam gambar.

3. Semua bekas-bekas pondasi bangunan lama, batu, jaringan jalan / aspal, akar dan pohon-pohon yang terdapat di bagian pondasi yang akan dilaksanakan dibongkar dan dibuang. Bekas-bekas pipa saluran yang tidak terpakai disumbat. Biaya untuk pekerjaan ini sudah diperhitungkan dalam biaya penawaran. 4. Galian tanah untuk pondasi, khususnya pile cap, dilaksanakan sesuai dengan yang ditentukan dalam gambar rencana. Dalamnya semua galian sesuai dengan gambar dan mendapat persetujuan dari Manajemen Konstruksi sebelumnya. Dasar galian bebas dari lumpur, humus dan air, dalam keadaan bersih dan padat, sampai dapat diberi lapisan pasir urug sesuai gambar.

5. Kontraktor melaporkan hasil pekerjaan penggalian tanah yang telah selesai, dan menurut pendapatnya sudah dapat digunakan untuk pemasangan pondasi, khususnya pile cap, kepada Manajemen Konstruksi untuk dimintakan persetujuannya. Semua pekerjaan yang dilaksanakan tanpa persetujuan Manajemen Konstruksi, dapat mengakibatkan dibongkarnya kembali pekerjaan tersebut. Pekerjaan pembongkaran dan pemasangan kembali pondasi atau pile cap adalah menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6. Penggalian dilakukan pada bagian-bagian yang lebih tinggi dari elevasi tanah yang direncanakan untuk ketinggian dasar struktur dan dasar pondasi, dan bila ada juga untuk parit pipa serta saluran drainase. Hasil- hasil galian diangkut ke tempat-tempat dimana diperlukan pengurugan, bila memang memenuhi syarat sebagai tanah urug, atau ke tempat lain yang disetujui Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini Kontraktor hendaknya menyediakan satu tempat yang disetujui Manajemen Konstruksi untuk menampung tanah hasil galian, yang setelah mencapai jumlah tertentu, segera disingkirkan ke tempat lain yang ditunjuk oleh Manajemen Konstruksi.

(14)

14 Konstruksi.

8. Penggalian sesuai dengan garis dan elevasi yang telah tertera pada gambar rencana.

9. Kemiringan sisi galian membentuk sudut kemiringan yang aman dengan memperhatikan stabilitas kemiringan lereng untuk jenis tanah di lokasi kerja. Untuk penentuan sudut kemiringannya, disamping perlu mempelajari Laporan Penyelidikan Tanah terdahulu, juga perlu meninjau karakteristik visual lapisan tanah yang dijumpai di lokasi kerja.

10. Kontraktor menjaga pengaruh-pengaruh luar kepada lubang galian seperti air tanah, hujan, air permukaan, kelongsoran, lumpur yang masuk, maupun juga benda-benda lain yang tidak diinginkan. Biaya untuk pekerjaan ini sudah diperhitungkan dalam biaya penawaran.

11. Jika ada kerusakan-kerusakan yang terjadi akibat hal-hal tersebut di atas, maka penyedia bertanggung jawab penuh atas segala kerusakan tersebut dan memperbaikinya kembali sesuai dengan instruksi Manajemen Konstruksi.

12. Untuk galian-galian yang memotong saluran-saluran di bawah tanah, baik itu berupa kabel listrik, telekomunikasi, saluran air dan sebagainya, maka Kontraktor bertanggung jawab penuh agar tidak terjadi gangguan/kerusakan pada saluran-saluran tersebut, untuk kemudian segera melapor kepada Manajemen Konstruksi, dan bila diperlukan, memindahkannya ke tempat yang disetujui Manajemen Konstruksi.

13. Penyimpanan/pembuangan tanah galian tidak boleh mengganggu kedudukan patok-patok/bouwplank, atau bagian-bagian yang tidak diperbolehkan terganggu kedudukannya.

B.5.2

Kedalaman galian

Kedalaman galian dilaksanakan sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar rencana. Namun demikian, bila diperlukan, atau bila diperintahkan oleh Manajemen Konstruksi, lubang galian digali lebih dalam sampai kedalaman yang diperlukan/ ditentukan, dan sampai didapat dasar galian yang bersih. Setelah galian selesai, permukaan tanah diratakan, dibasahi seperlunya dan dipadatkan dengan baik.

B.5.3

Penggalian tanah untuk pondasi dan pile cap

a. Penggalian dilakukan sesuai dengan kebutuhan lebar lantai kerja pondasi atau pile cap, dimana lereng tanah disebelah kiri-kanan galian dimiringkan keluar arah pondasi atau pile cap, dengan sudut kemiringan yang aman dan stabil sehingga tidak menimbulkan keruntuhan.

b. Untuk pekerjaan penggalian tanah yang cukup luas dan dalam, serta bila lokasinya memungkinkan, maka dipertimbangkan penggunaan alat berat dengan kapasitas yang sesuai. Kecuali dinyatakan lain dalam gambar rencana, dasar dari galian datar (waterpass). Jika pada dasar galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah yang berongga (tidak padat), maka bagian itu dikeluarkan seluruhnya, dan lubang yang terjadi diisi dengan pasir.

c. Setiap kelebihan galian di bawah permukaan yang telah ditentukan diurug kembali sampai permukaan semula (yang direncanakan) dengan pasir , untuk mencegah turunnya struktur atas yang akan dikerjakan. Pekerjaan pengurugan kembali tersebut dilaksanakan dengan biaya Kontraktor.

d. Penggalian lapisan 15 cm terakhir dari dasar pondasi dilakukan dengan tangan, tidak diperbolehkan menggunakan alat-alat berat, agar bisa didapatkan dasar galian yang rata dan bersih.

e. Air yang tergenang di lapangan atau galian yang ditimbulkan oleh mata air, hujan, kebocoran pipa-pipa, atau sebab-sebab lainnya selama pelaksanaan pekerjaan, dikeringkan dan dipompa keluar atas biaya

(15)

15 Kontraktor, dimana hal ini sudah diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan pekerjaan.

f. Jika tanah galian longsor secara terus menerus, maka Kontraktor membuat turap penahan tanah atau sheet pile atas biaya Kontraktor. Hal ini juga sudah diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan galian di dalam penawaran.

B.5.4

Penggalian batuan dan batuan besar

Batu-batu besar yang dijumpai pada waktu pengisian dikeluarkan atas biaya Kontraktor. Hal ini sudah diperhitungkan dan termasuk dalam harga satuan galian.

B.6

Pengawasan Penggalian

Semua galian diperiksa terlebih dulu oleh Manajemen Konstruksi sebelum lapisan lantai kerja, pembesian, dan elemen-elemen lain dipasang. Bila dipadatkan keadaan kurang memuaskan atau ternyata peil galian yang tercantum dalam galian belum mencapai kedalaman yang disyaratkan, maka Kontraktor mendapat ijin Manajemen Konstruksi sebelum galian selanjutnya dilaksanakan.

B.7

Lantai Kerja

a. Apabila konstruksi beton bertulang akan langsung terletak di atas tanah, maka dibawahnya dibuat lantai kerja yang rata.

b. Sebelum lantai kerja ini dibuat, maka semua lapisan tanah di bawahnya akan dipadatkan dan diratakan dengan baik, serta kemudian dilapisi dengan lapisan pasir setebal yang disyaratkan dalam gambar. c. Lapisan pasir ini juga selanjutnya dipadatkan sesuai dengan prosedur pemadatan, sampai didapatkan

permukaan yang padat dan rata, hal mana diperiksa dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi. d. Untuk memadatkan tanah digunakan alat pemadat tanah yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

Lantai kerja dibuat dari beton mutu K-125 menurut N1-2, atau setara dengan fc’ – 10 Mpa menurut SKSNI-T15- 1991, kecuali bila disebutkan lain dalam spesifikasi ini.

e. Tebal dan peil lantai kerja sesuai dengan gambar. Jika tidak dinyatakan secara khusus dalam gambar, maka tebal lantai kerja diambil setebal 10 cm.

B.8

Pengurugan Tanah

a. Material yang digunakan untuk sub-grade memenuhi standar spesifikasi AASHTO-M.57-64 dan diperiksa terlebih dahulu di laboratorium tanah yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

b. Material yang dipakai untuk timbunan atau sub-grade memenuhi syarat pemadatan tanah untuk mencapai 95% dari berat jenis kering maksimum (maximum dry density) menurut AASHTO-T.99. c. Bila tanah galian ternyata tidak baik atau kurang dari jumlah yang dibutuhkan, maka penyedia

mendatangkan tanah urug yang baik dan cukup jumlahnya serta mendapatkan persetujuan dari Manajemen Konstruksi.

d. Pengurugan tanah dibentuk sesuai dengan peil ketinggian, kemiringan dan ukuran-ukuran yang tercantum dalam gambar rencana atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Manajemen Konstruksi. e. Untuk mendapatkan hasil pemadatan yang baik, tanah urug ditempatkan dalam lapisan-lapisan

setebal maksimum 20 cm dan dipadatkan sebaik baiknya dengan penambahan air secukupnya sehingga didapat pemadatan yang optimum. Bila permukaan tanah akhir akan dibuat miring, maka kemiringan tanah diselesaikan secara rata atau bertangga sebagaimana diminta oleh Manajemen

(16)

16 Konstruksi.

f. Alat berat tidak boleh digunakan di tempat-tempat yang oleh Manajemen Konstruksi. dianggap berbahaya atau dengan jarak yang kurang dari 45 cm terhadap saluran, batas-batas atau pekerjaan lain yang mungkin bisa menjadi rusak oleh karenanya.

g. Pengurugan kembali dari pondasi atau pile cap dilaksanakan dengan memadatkan tanah urug dalam lapisan- lapisan setebal maksimum 20 cm. Pengurugan ini tidak boleh dilaksanakan sebelum diperiksa dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

B.9

Urugan Pasir

a. Bagian-bagian yang harus diurug sampai mencapai ketinggian yang ditentukan, tanah urugan harus cukup baik, bebas dari sisa (rumput/akar-akar lain-lainnya).

b. Pengurugan harus dilakukan lapis demi lapis tebal maksimal hamparan 30 cm setiap lapisan, kemudian tanah tersebut dilembabkan sebelum dilakukan pemadatan menggunakan alat stamper minimal setara MTR 80 dengan cbr 4% rendam air.

c. Semua urugan kembali di bawah atau disekitar bangunan dan pengerasan harus sesuai dengan gambar rencana. Material untuk penimbunan ini harus memenuhi spesifikasi ini.

d. Tanah sisa urugan atau tanah yang tidak dapat dipakai harus dibuang keluar site atau atas petunjuk Konsultan Pengawas/Perencana, dengan biaya Kontraktor Pelaksana.

e. Urugan pasir disiram air kemudian ditumbuk hingga padat.

f. Bahan urugan pasir bersih, dan disetujui oleh Manajemen Konstruksi.

B.10

Tempat Pembuangan Material

a.Tempat pembuangan material hasil galian, sampah atau bongkaran menjadi tanggung jawab Kontraktor. b.Kontraktor menjaga tempat pembuangan material agar tidak merusak lingkungan.

c.Timbunan tanah bekas galian dibuat dan diatur sedemikian rupa sehingga aman dari terjadinya longsoran.

B.11

Pemompaan Air Tanah (Dewatering)

Penggalian tanah dikerjakan dalam keadaan kering. Bila karena adanya hujan, air permukaan lingkungan, air tanah atau mata air sehingga lokasi pekerjaan atau galian menjadi tergenang, maka Kontraktor bertanggung jawab untuk merencanakan sistem pemompaan air tanah yang sudah dimasukkan dalam biaya penawaran lelang. Pemompaan dapat dikerjakan dengan memompa secara langsung, atau cara-cara lain yang disetujui Manajemen Konstruksi.

(17)

17

C. PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN

C.1

Pekerjaan Pasangan Dinding Bata

C.1.1

Lingkup pekerjaan

Meliputi pengadaan bahan dan pemasangan dinding sisi dalam/luar bangunandan dinding pembatas ruangan, pagar atau sesuai gambar.

C.1.2

Bahan

a. Batu bata yang dipasang adalah dari mutu yang terbaik, produk lokal dan disetujui Konsultan Pengawas dan harus memenuhi NI-10

b. Semenyang digunakan satu merek dan harus memenuhi NI-18 ex SEMEN GRESIK, setara c. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2

d. Air yang digunakan adalah air bersih tidak mengandung zat lain seperti asam, minyak, lumpur dan harus memenuhi PUBI -1982 Pasal 9.

C.1.3

Bahan dinding untuk bagian dalam bangunan dan dinding luar bangunan

Batu bata merah biasa yang dipakai mengalami pembakaran sampai matang, bila direndam didalam air tetap utuh, tidak pecah atau hancur. Ukuran tebal batu bata dapat disesuaikan dengan tebal dinding akhir (finish) yang disyaratkan dalam gambar. Batu bata ringan ataupun jenis lainnya dapat digunakan untuk dinding jika disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Sebelum pekerjaan dimulai, memberikan contoh bahan kepada Manajemen Konstruksi Pengawas untuk dimintakan persetujuannya. Contoh batu bata yang telah disetujui disimpan di kantor proyek. Apabila bahan yang datang tidak sesuai dengan contoh yang telah disetujui, maka Manajemen Konstruksi /Pengawas berhak menolak bahan tersebut dan segera mengeluarkan bahan tersebut dari lokasi proyek dalam waktu 2 kali 24 jam.

C.1.4

Bahan untuk campuran siar bata

Bahan yang dipakai memakai pasir dan semen dengan perbandingan 1: 3 untuk pekerjaan pasangan bata trassram dan perbandingan 1 : 5 untuk pekerjaan pasangan bata biasa.

C.1.5

Pelaksanaan

a. Sebelum batu bata dipasang, batu bata tersebut direndam dalam air sampai gelembung udara tidak terlihat lagi. Batu bata yang dipasang utuh, kecuali untuk pasangan sudut dapat memakai batu bata pecahan. mengerjakan pengukuran bangunan (uitzet) secara teliti dan sesuai gambar.

b. Selama 1 (satu) hari pemasangan dinding bata tidak boleh lebih dari 1 (satu) meter dan pengakhiran pemasangan pada satu hari dibuat bertangga menurun dan tidak tegak bergigi, untuk menghindari retaknya dinding dikemudian hari.

c. Pada semua pasangan bata ½ batu, satu sama lain dapat mengikat dengan sempurna, tidak dibenarkan menggunakan batu bata pecahan kecuali untuk pasangan

(18)

18 lasan.Pada pasangan batu bata 1 batu dan pasangan yang lebih tebal disusun sesuai dengan petunjuk/peraturan yang seharusnya.

d. Pada tiap pertemuan tegak lurus terdapat ikatan pemasangan yang sempurna kecuali di tiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton yang merupakan bingkai.

e. Setiap pertemuan tegak lurus, terdapat ikatan pemasangan yang sempurna, kecuali ditiap-tiap pertemuan dimana ada tiang-tiang beton merupakan bingkai.

f. Bidang dinding yang luasnya lebih dari 10 m2 ditambah kolom dan balok penguat (beton praktis) dengan ukuran 13x13 cm, pembesian 4 bh Æ 10 mm, beugel (ring) Æ 8 mm tiap jarak 15 cm.

g. Seluruh keliling kosen-kosen pintu dan jendela, diberi kolom dan balok beton dengan ukuran 13x13 cm, pembesian 4 bh Æ 10 mm, beugel (ring) Æ 8 mm tiap jarak 15 cm. h. Semua pasangan baru, dijaga tidak terkena sinar matahari langsung dan Kontraktor

Pelaksanamenyediakan karung- karung yang digunakan untuk menutup pasangan serta keadaannya basah, selain karung goni, juga dapat digunakan kajang bogor atau lainnya untuk menutup pasangan tersebut.

i. Pembuatan lubang pada pasangan dinding untuk steger sama sekali tidak diperkenankan. j. Bagian pasangan dinding yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan beton (kolom,

balok, listplank beton dan lain-lain) diberi stek-stek besi beton Æ 10 mm jarak 60 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian kolom beton dan pada bagian yang tertanam dalam pasangan batu bata sekurang-kurangnya 40 cm, kecuali ditentukan lain oleh Manajemen Konstruksi/Pengawas, pemasangan stek besi dilakukan sebelum beton dicor. Di tempat yang akan terdapat kosen pintu, kosen jendela, lubang ventilasi dan lain-lain, penempatan pasangan batu bata hendaknya disesuaikan.

k. Lubang-lubang untuk instalasi listrik, plumbing, AC atau lain–lain dimana diperlukan adanya instalasi listrik, plumbing, AC dan lain-lainnya, yang ditanam pada dinding, maka dibuat pahatan secukupnya, pahatan tersebut setelah dipasang pipa ditutup dengan adukan yang sama, bila pahatannya untuk diisi lebih dari 1 (satu) pipa, lubang pahatan tersebut dibungkus kawat nyamuk.

C.1.6

Syarat-Syarat Pelaksanaan

a. Bahan-bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini, sebelum dipasang terlebih dahulu diserahkan contoh-contohnya kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

b. Semua bahan yang dipasang harus baru, baik, tidak cacat, Warna dan tekstur bahan harus seragam.

c. Pasangan batu bata/ batu merah, dengan menggunakan aduk campuran 1pc : 5 pasir pasangan 1pc : 3 pasir untuk trasram.

d. Untuk semua dinding luar, semua dinding lantai dasar mulai dari permukaan sloof sampai ketinggian 30 cm diatas permukaan lantai dasar, dinding di daerah basah setinggi 160 cm dari permukaan lantai, serta semua dinding yang pada gambar menggunakan symbol aduk trasram/kedap air digunakan aduk rapat air dengan campuran 1 pc : 3 pasir pasang.

(19)

19 e. Batu bata merah yang digunakan batu bata merah ex. Lokal dengan kualitas terbaik, siku dan

sama ukurannya 5 x 11 x 23 cm, atau yang disetujui Konsultan Pengawas/Perencana. f. Sebelum digunakan batu bata harus direndam dalam bak air atau drum hingga jenuh.

g. Setelah bata terpasang dengan aduk, nat/siar-siar harus dikerok sedalam 1 cm dan bersihkan dengan sapu lidi dan kemudian disiram air.

h. Pasangan dinding batu bata sebelum diplester harus dibasahi dengan air terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok serta dibersihkan.

i. Pemasangan dinding batu bata dilakukan bertahap, setiap tahap berdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom praktis.

j. Bidang dinding ½ batu yang luasnya lebih besar dari 12 m2 ditambahkan kolom dan balok penguat (kolom & balok praktis) dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4 diameter 12 mm, beuguel diameter 8 mm jarak 20 cm.

k. Pembuatan lubang pasangan untuk perancah/steiger sama sekali tidak diperkenankan. l. Pembuatan lubang pada pasangan bata yang berhubungan dengan setiap bagian pekerjaan

beton (kolom) harus diberi penguat stek-stek besi beton diameter 8 mm jarak 50 cm, yang terlebih dahulu ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan beton dan bagian yang ditanam dalam pasangan bata sekurang-kurangnya 30 cm kecuali ditentukan lain.

m. Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5% yang patah atau lebih dari 2 bagian tidak boleh digunakan.

n. Pasangan batu bata untuk dinding ½ batu harus menghasilkan dinding finish setebal 15 cm dan untuk dinding 1 batu finish adalah 25 cm, pelaksanaan harus cermat, rapi dan benar-benar tegak lurus.

o. Dinding bata yang baru dipasang harus dibasahi dengan air terus menerus selama paling sedikit 7 hari dan tidak diperkenankan terkena sinar matahari langsung.

p. Antara sambungan dinding dengan kolom, pondasi dan balok harus dipasang angkur besi beton dengan diameter 8 panjang 50 cm dan beton yang berhubungan langsung dengan dinding bata harus diketrik atau dikasarkan dulu agar pasangan tembok dapat merekat dengan baik. q. Siar-siar pasangan bata harus dikerok dan dibersihkan sebelum spesie menjadi kering sehingga

membentuk lekukan agar supaya plesteran dapat merekat dengan baik.

C.1.7

Syarat Pemeliharaan

a. Kontraktor Pelaksana wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan dilaksanakan sedemikian rupa hingga tak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.

b. Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaan, maka c. Kontraktor Pelaksana wajib memperbaiki sampai dinyatakan diterima oleh PPK, biaya

yang timbul untuk pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana

d. Kontraktor Pelaksana wajib melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.

e. Biaya yang diadakan untuk pengamanan hasil pekerjaan ini menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

(20)

20

C.2

Pekerjaan Plesteran Dan Acian Dinding

C.2.1

Lingkup pekerjaan

a. Termasuk dalam pekerjaan plesteran ini adalah penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan termasuk alat-alat bantu dan alat-alat angkut yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan plesteran dinding, sehingga dapat dicapai hasil plesteran yang bermutu baik. b. Pekerjaan plesteran dinding dikerjakan pada permukaan dinding, kolom-kolom beton,

balok-balok beton, listplank beton, serta bagian lain yang diplester.

c. Plesteran boleh dikerjakan apabila seluruh instalasi jaringan listrik, telepon, antenna TV, kabel data, AC, air bersih, air panas, air kotor/ bekas, air hujan, sudah selesai dipasang.

C.2.2

Bahan

a. Semenharus memenuhi NI-8 (dipilih dari satu produk untuk seluruh pekerjaan). b. Pasir harus memenuhi NI-3 pasal 14 ayat 2.

c. Air harus memenuhi NI-3 pasal 10. d. Penggunaan adukan plesteran :

- Adukan 1 pc : 3 pasir, dipakai untuk plesteran rapat air atau mortar DRYMIX untuk seluruh plesteran.

- Adukan 1 pc : 5 pasir, dipakai untuk seluruh plesteran dinding lainnya.

- Seluruh permukaan plesteran difinish acian dari bahan PC atau tertentu atas pentujuk Konsultan Pengawas..

C.2.3

Pelaksanaan

a. Permukaan dinding yang akan diplester dibersihkan dari kotoran, debu, partikel lain. b. Pencampuran menggunakan mesin mixer.

c. Pencampuran air secara bertahap dan diaduk sampai rata selama 3-4 menit.

d. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan pasangan telah selesai dipasang, kolom dan ring balok telah dicor, bobokan untuk instalasi listrik (pipa), AC, instalasi air bersih dan instalasi lainnya telah ditanam dalam dinding.

e. Dinding pasangan bata yang akan diplester, sebelumnya selalu disirami air sampai jenuh selama 3 hari, agar adukan plesteran dapat melekat dengan baik pada dinding.

f. Plesteran halus (acian) dapat dilaksanakan sesudah plesteran berumur 8 hari (kering benar). g. Pasangan kepala plesteran dibuat pada jarak 100 cm, dipasang tegak lurus dan menggunakan

potongan kecil kayu plywood, untuk patokan kerataan dinding, potongan plywood tersebut dilepas apabila kepala plesteran telah mongering.

h. Ketebalan plesteran mencapai ketebalan permukaan dinding/kolom yang dinyatakan dalam gambar. Tebal plesteran 15-20 mm. Jika ketebalan melebihi dari 2 cm diberi tambahan kawat ayam (wire mesh), untuk memperkuat daya lekat plesteran.

i. Seluruh pertemuan bidang plesteran dengan keliling kosen dibuat tali air ukuran 5 x 5 mm, atau 6 x 6 mm atau sesuai permintaan, hasil pengerjaan lurus, rata, rapih, baik dan tidak bergelombang.

(21)

21 5mm untuk setiap jarak 200 cm. Jika melebihi, berkewajiban memperbaikinya dengan biaya atas tanggungan Pihak Kami.

k. Kelembaban plesteran dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar, tidak terlalu tiba-tiba dan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan dilindungi dari terik matahari langsung dengan bahan penutup yang dapat mencegah penguapan air secara cepat.

l. Jika terjadi keretakan sebagai akibat pengeringan yang tidak baik, atau akibat lainnya, maka plesteran tersebut dibongkar dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Manajemen Konstruksi / Pengawas dengan biaya atas tanggungan Pihak Kami. Selama 7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai penyedia selalu menyiram dengan air sampai jenuh sekurangkurangnya 1 kali sehari.

m. Sudut-sudut luar dinding : - Seluruh sudut vertical, dikerjakan dengan baik, tegak dan lurus. n. Pekerjaan finishing (pengecatan) dapat dilakukan apabila plesteran telah berumur lebih dari

21 (dua puluh satu) hari, dan plesteran tersebut sudah benar-benar dalam keadaan kering.

(22)
(23)

23

D. PEKERJAAN BETON

D.1

Lingkup Pekerjaan

a. Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan -bahan peralatan serta pengangkutan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan yang tercantum dalam gambar, serta pekerjaan yang berhubungan dengan beton, seperti acuan, besi, plat bondeck / plat combideck, beton dan admixtures. Juga termasuk di dalam l ingkup pekerjaan ini adalah pengamanan baik pekerja maupun fasilitas lain di sekitar sehingga pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan aman. b. Di dalam penawaran harga satuan beton oleh kontraktor harus sudah mencakup join-join pembesian

di dalam join antara kolom, balok, tie beam,dll.

D.2

Pengadaan, Mutu Dan Kinerja Beton

Kecuali ditentukan lain dalam persyaratan selanjutnya, maka sebagai dasar pelaksanaan digunakan peraturan sebagai berikut :

a. Standart Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung 03 - SNI - 1726-2002

b. Tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung SNI 03 – 2847 – 2002 c. Persyaratan umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1082)-NI-3

d. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 / NI-8 e. Mutu dan Cara Uji Semen Portland (SII 0013 -81) f. Mutu dan Cara Uji Semen Beton (SII 0052-80)

g. ASTM C-33 Standart Specification for Concrete Agregates. h. Baja Tulangan Beton (SII 0136-84)

i. Jaringan Kawat Baja Las untuk Tulangan Beton (SII 0784 -83) j. American Society for Testing Material ( ASTM )

k. Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah Setempat

l. Petunjuk Perencanaan Struktur Bangunan untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran pada bangunan Rumah dan Gedung (SKBI-2.3.5.3.1987 UDC : 699.81 : 624.04)

D.3

Bahan-Bahan

D.3.1

Semen Portland

Semen yang boleh digunakan untuk pembuatan beton harus dar i jenis semen yang telah ditentukan dalam SII 0013-81 dan harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dalam standart tersebut. Semua yang akan dipakai harus dari satu merk yang sama dan dalam keadaan baru. Semen yang dikirim harus terlindung dari huja n dan air. Semen harus terbungkus dalam sak (kantong) asli dari pabriknya dan dalam keadaan tertutup rapat. Semen harus disimpan di gudang dengan ventilasi yang baik, tidak lembab dan diletakkan pada tempat yang tinggi, sehingga aman dari kemungkinan yang tidak diinginkan. Semen tersebut tidak boleh ditumpuk lebih dari 10 sak. System penyimpanan semen harus diatur sedemikian rupa, sehingga semen tersebut tidak tersimpan terlalu lama. Semen yang diragukan mutunya dan rusak akibat salah penyimpanan, seperti membatu, tidak diijinkan untuk dipakai. Bahan yang telah ditolak harus segera dikeluarkan dari lapangan paling lambat dalam waktu 2 (dua) hari atas biaya

(24)

24 Kontraktor. Semen ex Holcim, Gresik 50 kg

D.3.2

Agregat

Pada pembuatan beton, ada dua ukuran agregat yang di gunakan, yaitu agregat kasar / batu pecah dan agregat halus / pasir beton. Kedua jenis agregat ini diisyaratkan sebagai berikut :

a. Agregat Kasar, ukuran besar ukuran nominal maksimum agregat kasar harus tidak melebihi 1/5 jarak terkecil antara bidang sampin g dari cetakan, atau 1/3 dari tebal pelat. Atau ¾ jarak bersih minimum antar baja tulangan, berkas baja tulangan atau tendon pratekan atao 30 mm. Gradasi Agregat tersebut secara keseluruhan harus sesuai dengan yang diisyaratkan oleh ASTM agar tidak terjadi adanya sarang kerikil atau rongga dengan ketentuan sebagai berikut :

b. Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang bersih, tajam dan bebas dari bahan bahan organik, lumpur dan kotoran lainnya. Kadar Lumpur harus lebih kecil dari 4% berat. Agregat halus terdiri dari butir-butir beraneka ragam besarnya dan apabila diayak harus memenuhi syarat sebagai berikut :

Kontraktor harus mengadakan pengujian sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi ini. Jika sumber agregat berubah karena suatu hal, maka Kontraktor wajib untuk memberitahukan secara tertulis kepada Konsultan Pengawas. Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaanya dan harus dicegah supaya tidak terjadi pencampuran dengan tanah.

D.3.3

Air Untuk Campuran beton

Air yang digunakan untuk campuran beton harus bersih, tidak boleh mengandung mi nyak, asam alkali, garam, zat organis atau bahan lain yang dapat merusak beton atau besi beton. Air tawar yang dapat diminum umumnya dapat digunakan. Air tersebut harus diperiksa pada laboratorium yang disetujui oleh Konsultan Pengawas. Jika air pada lokas i pekerjaan tidak memenuhi syarat untuk digunakan, maka Kontraktor harus mencari air yang memadai untuk itu.

D.3.4

Besi Beton

Besi Beton harus selalu menggunakan besi beton ulir (deformed bars) untuk tulangan utama dan sengkang kecuali ditentukan lain dalam gambar. Agar diperoleh hasil pekerjaan yang baik, makan Baja tulangan yang digunakan harus memenuhi ketentuan -ketentuan berikut ini :

a. Tidak boleh mengandung serpih-serpih, lipatan-lipatan, retak-retak, gelombang-

Sisa di atas ( % Berat )

Ayakan 31.50 mm 0

Ayakan 4.00 mm 90-98

Selisih antar 2 ayakan berikutnuya

01-10

Sisa di atas ( % berat )

Ayakan 4.00 mm ≥ 0.2

Ayakan 1.00 mm ≥ 10

(25)

25 gelombang, cerna-cerna yang dalam, atau berlapis-lapis.

b. Untuk tulangan utama (tarik / tekan lentur) harus digunakan baja tulangan deform (BJTD), dengan jarak antara dua sirip melintang tidak boleh lebih dari 70 % diameter nominalnya, dan tinggi siripnya tidak boleh kurang dari 5 % diameter nominalnya.

c. Tulangan dengan Ø ≤12 mm dipakai BJTP U 24 (polos), dan untuk tulangan dengan Ø 16 mm memakai BJTD U 39 (deform) bentuk ulir.

d. Kualitas dan diameter nominal dari baja tulangan yang digunakan harus dibuktikan dengan sertifikat pengujian laboratorium, yang pada prinsipnya menyatakan nilai kuat leleh dan berat per meter panjang dari bahan tulangan dimaksud. Kontraktor harus mengajukan brosur atau hasil tes tulangan pada proyek sebelumnya yang memenuhi syarat dan dapat digunakan pada pekerjaan ini dan dimasukkan dalam usulan data teknis.

e. Diameter nominal baja tulangan (baik deform / BJTD) yang digunakan harus ditentukan dari sertifikat pengujian tersebut dan harus ditentukan dari rumus :

d = 4.029 √ B , atau d = 12.47√ G d = diameter nominal dalam mm

B = berat baja tulangan (N/mm) G = berat baja tulangan (kg/m)

f. Toleransi berat batang contoh yang diijinkan di dalam pasal ini sebagai berikut : DIAMETER ULANGAN BAJA

TULANGAN

TOLERANSI BERAT YANG DIIJINKAN

Ø < 10 mm ± 7 %

10 mm < Ø < 16 mm ± 6 % 16 mm < Ø < 28 mm ± 5 %

Ø > 28 mm ± 4 %

g. Toleransi Ukuran Diameter adalah sebagai berikut

DIAMETER TULANGAN BAJA TULANGANTOLERANSI DIAMETER YANG DIIJINKAN

Ø 8 mm ± 0.4 mm

Ø 12 mm ± 0.4 mm

Ø 16 mm ± 0.5 mm

Ø 19 mm ± 0.5 mm

h. Sebelum pengiriman baja tulangan dilakukan, Penyedia Barang/Jasa harus menunjukan sample, hasil Uji Tarik dan Diameter yang akan digunakan. Hal ini akan mempermudah dan dapat menjaga kualitas. Dilokasi proyek kontraktor harus menyediakan alat untuk mengukur diameter tulangan polos yaitu sket mat/jangka sorong dan alat untuk mengukur diameter tulangan deform/ulir yaitu meteran dan timbangan.

i. Semua tulangan yang dipakai pada proyek ini baja tulangan deform / Ulir

(26)

26 tulangan harus lonjoran / tidak ditekuk.

k. Pemakaian besi beton jenis yang tidak sesuai dengan ketentuan di atas, harus mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas. Besi Beton harus berasal dari satu pabrik (manufactures). Tidak dibenarkan untuk menggunakan merk besi beton yang berlainan dengan untuk pekerjaan ini. Besi beton harus dilengkapi dengan mill certificate / sertifikat

D.3.5

Admixtures Material Tambahan

Dalam keadaan tertentu boleh dipakai bahan campuran tambahan untuk memperbaiki sifat suatu campuran beton. Jenis, Jumlah bahan yang ditambahkan dan cara penggunaan bahan tambahan harus dapat dibuktikan melalui hasil uji. Hasil uji ini dengan menggunakan bahan semen dan agregat yang akan dipakai pada proyek ini. Bahan campuran tambahan yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur, memperlambat atau mempercepat pengikatan dan atau pengerasan beton harus memenuhi “Specification for Chemical Admixtures for Concrete“ (ASTM C494) atau memenuhi standart Umum Bahan Bangunan Indonesia.

D.3.6

Beton dan Adukan Beton Segar

a. Kuat tekan target beton yang digunakan dalam pekerjaan ini menggunakan kuat tekan K250 b. Benda uji harus adalah silinder beton dengan diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, yang untuk

setiap 10 m3 produksi adukan beton harus diwakili minimal dua buah benda uji. Tata cara pembuatan benda uji tersebut harus mengikuti ketentuan yang terdapat di dalam standar Metoda Pembuatan dan Perawatan Benda Uji Beton di Laboratorium (SK SNI M-62-1990-03) c. Untuk kekentalan adukan, setiap 5 m3 adukan beton harus dibuat pengujian slump,

dengan ketentuan sebagai berikut :

Bagian Konstruksi Nilai Slump (mm)

a. Footplate 100 ± 20

b. Lantai Basement 100 ± 20

c. Kolom Struktur 100 ± 20

d. Balok struktur 100 ± 20

e. Pelat Lantai 100 20

d. Benda Uji Beton harus teridentifikasi, dan dikelompokan berdasar waktu pemakaian saat penuangan mortal pada Formwork/Bekesting. Untuk pekerjaan ini dilokasi proyek kontraktor harus menyediakan alat slump test minimal 1 unit untuk uji workability dan cetakan silinder beton/kubus beton sebanyak 10 unit Untuk pembuatan benda uji beton.

e. Apabila ada hal-hal yang belum tercakup di dalam persyaratan teknis ini, Pelaksana harus mengacu pada seluruh ketentuan yang tercakup di dalam Bab 5, Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal ( SK SNI T-15-1990-03 ).

D.4

Pengujian Mutu Bahan

D.4.1

Umum

a. Kontraktor harus bertanggung jawab untuk melaksanakan segala pengujian termasuk mempersiapkan contoh benda uji dengan jumlah sesuai dengan yang diisyaratkan.

(27)

27 b. Kontraktor harus menyerahkan hasil pengujiannya setelah hasil uji diperoleh untuk

persetujuan oleh konsultan pengawas.

c. Jika pengujian dan pelaksanaan tidak memenuhi syarat, maka Kontraktor harus melaksanakan pengujian ulang dengan campuran yang lain dan selanjutnya mengevaluasi kembali hasil uji tersebut hingga diperoleh hasil yang diinginkan.

d. Semua pengujian dan pemeriksaan di lapangan harus dilakukan sesuai dengan pengarahan Konsultan Pengawas.

e. Untuk semua bahan semen dan besi beton yang dikirim ke lapangan, Kontraktor harus mendapatkan salinan sertifikat pengujian dari Pabrik, dimana pengujian dilakukan secara berkala, dengan cara sesuai dengan spesifikasi ini.

D.4.2

Laboratorium Penguji

a. Sebelum pekerjaan beton dilakukan, Kontraktor wajib mengusulkan suatu laboratorium penguji material yang akan digunakan pada proyek ini. Laboratorium bertanggung jawab untuk melakukan semua pengujian dengan spesifikasi ini.

b. Kecuali ditentukan lain, Kontraktor harus menyediakan peralatan penguji di lapangan seperti tersebut berikut ini, berikut tenaga ahli yang menguasai bidangnya.

c. Alat Penguji agregat kasar dan agregat halus.

d. Alat Pengukur kadar air (moisture content) dari agregat e. Alat Pengukur kelecakan beton (slump)

f. Alat pembuat benda uji, termasuk bak penyimpanan untuk merawat benda uji pada temperatur yang normal dan terhindar dari sengatan matahari.

g. Jika menggunakan beton Ready Mix, maka peralatan yang disebut (a) dan (b) di atas harus dipersiapkan pada pabrik beton ready mix.

D.4.3

Pengujian Agregat

a. Pengujian Pendahuluan Agregat

Kontraktor harus melakukan pengujian pendahuluan agregat sebagai berikut: 1) Sieve analysis

2) Pengujian Kadar lumpur dan Kotoran lain. 3) Pengujian Unsur Organis

4) Pengujian kadar clorida dan Sulfat.

Hasil pengujian tersebut harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan (a) dan (b) dengan pengujian kadar air dari tiap jenis agregat harus dilakukan terhadap contoh untuk setiap Trial Mix.

b. Benda Uji Agregat

Kontraktor harus melaksanakan pengujian atas agregat yang akan digunakan untuk menghasilkan beton seperti yang disyaratkan. Jumlah minimum untuk pengujian agregat yang dipakai untuk pekerjaan beton adalah sebagai berikut :

Type Pengujian Minimum Satu Contoh

Sieve Analysis Setiap Minggu

(28)

28 Clay, Silt, dan Kotoran Setiap Hari

Kadar Organis Setiap Minggu

Kadar Klorida dan Sulfat Setiap 500 m3 Beton

Jika hasil pembuatan beton yang dilakukan oleh kontraktor tidak memuaskan, maka konsultan pengawas berhak untuk meminta pengujian tambahan dengan beban biaya Kontraktor. Dan sebaliknya mungkin jumlah pengujian dapat dikurangi jika hasil yang diperoleh ternyata memuaskan.

c. Pengujian Beton

1) Benda Uji Beton, Benda Uji harus diberi kode / tanda yang menunjukan tanggal pengecoran, lokasi pengecoran dari bagian struktur yang bersangkutan. Benda uji harus diambil sebelum beton dituang ke lokasi penggocoran sesuai dengan yang disaratkan oleh konsultan pengawas.Jumlah benda uji beton :

i. Pada awal pelaksanaan, harus dibuat minimum 1 benda uji per 1,50 m3 beton hingga cepat dapat diperoleh 30 benda uji yang pertama benda uji harus berbentuk silinder berukuran 15 cm x 30 cm. benda uji bentuk lainya dapat digunakan bentuk lainya dapat digunakan bila disetujui oleh konsultan pengawas. Selanjutnya pengambilan benda uji sebanyak 3 (tiga) buah dilakukan setiap satu mixer . Benda uji tersebut ditentukan secara acak oleh konsultan pengawas dan harus dirawat sesuai dengan persyaratan.

ii. Jumlah uji beton untuk uji kuat tekan dari setiap tekan dari setiap mutu beton mutu yang dituang pada suatu hari harus diambil minimal satu kali. Pada setiap satu kali pengambilan contoh beton harus dibuat dua buah spesimen kubus. Satu data hasil uji kuat tekan adalah hasil rata-rata dari uji tekan dua spesimen ini yang diuji pada umur yang ditentukan, yaitu umur 7 hari dan 28 hari.

iii. Jika hasil uji beton kurang memuaskan, maka konsultan pengawas dapat meminta jumlah benda uji yang lebih besar dari ketentuan di atas. Dengan beban biaya ditangung oleh kontrator.

2) Laporan Hasil Uji Beton, Kontraktor harus membuat laporan tertulis atas uji beton dari boratorium penguji untuk disahkan oleh Konsultan Pengawas. Laporan tersebut harus dilengkapi dengan perhitungan tekanan beton Karakteristik.

3) Evaluasi Kualitas Beton berdasarkan Hasil Uji Beton

i. Deviasi Standart – S, Deviasi Standart produksi neton ditetapkan berdasarkan jumlah 30 buah hasil tes kubus atau silinder. Deviasi yang dihitung dari jumlah contoh kubus yang kurang dari 30 buah harus dikoreksi dengan faktor pengali seperti tercantum dalam tabel berikut :

(29)

29 ii. Kuat Tekan Rata-rata ( fcr ), Target fcr yang digunakan sebagai dasar dalam

menentukan proporsi campuran beton harus diambil sebagai nilai yang terbesar dari Formula berikut ini :

fcr = fc’ + 1.64 s atau fcr = fc’ + 2.64 S – 40 kg/cm2

iii. c) Kuat Tekan sesungguhnya, Tingkat kekuatan suatu beton dikatakan tercapai dengan memuaskan, jika kedua syarat berikut dipenuhi :

1. Nilai rata-rata dari semua pasangan hasil uji yang masing masing terdiri dari hasil uji kuat tekan tidak kurang (fc’ + 0.82 N)

2. Tidak satupun dari hasil uji tekan (rata-rata dari 2 benda uji) mempunyai nilai di bawah 0.85 fc. Bila salah satu dari kedua syarat di atas tidak dipenuhi, maka harus diambil langkah untuk meningkatkan rata-rata hasil uji kuat tekan berikutnya atas rekomendasi KP.

iv. Pengujian Tidak Merusak (Non Destructive Test), Jika hasil Evaluasi terhadap mutu beton yang disyaratkan ternyata tidak dapat dipenuhi, maka jika diminta oleh Konsultan Pengawas, Kontraktor harus melaksanakan pengujian beban dan lain-lain. Semua biaya pengujian ini menjadi tanggung jawab Kontraktor. Lokasi dan banyaknya pengujian akan ditentukan secara khusus dengan melihat kasus perkasus.

d. Pengujian Besi Beton

1) Benda Uji Besi Beton

i. Sebelum besi beton dipesan, Kontraktor wajib mengambil benda uji besi beton masing-masing 2 buah dengan ukuran panjang 100 cm sesuai dengan diameter dan mutu yang akan digunakan. Selanjutnya benda uji besi beton harus diambil dengan disaksikan oleh Konsultan Pengawas sebanyak 2 buah untuk setiap 20 ton untuk masing masing diameter besi beton. Uji besi beton terdiri dari uji tarik dan uji lentur.

ii. Pengujian mutu besi juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh Konsultan Pengawas. Contoh besi beton yang diambil untuk pengujian tanpa disaksikan Konsultan Pengawas tidak diperkenankan dan hasil uji dianggap tidak sah. Semua biaya uji tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

iii. Benda uji harus diberi tanda dengan kode yang menunjukkan tanggal pengiriman, lokasi terpasang bagian struktur yang bersangkutan dan lain-lain data yang perlu dicatat.

(30)

30 pengawas.

v. Pengetesan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu oleh pengawas. Besi beton yang digunakan harus diuji minimal 5 batang perdiameter tiap pendatangan material. Semua biaya percobaan tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

vi. Jika akibat suatu alasan, seperti hasil uji yang kurang memuaskan, maka Konsultan Pengawas berhak untuk meminta pengambilan contoh benda uji lebih besar dari yang ditentukan di atas, dengan beban biaya ditanggung oleh kontraktor.

2) Laporan Hasil Uji Besi Beton, Kontraktor harus membuat dan menyusun hasil uji besi beton dari laboratorium penguji untuk diserahkan kepada Konsultan Pengawas dan laporan tersebut harus dilengkapi dengan kesimpulan apakah kualitas besi beton tersebut memenuhi syarat yang telah ditentukan.

D.5

Syarat-syarat Pelaksanaan

D.5.1

Slump

Selama pelaksanaan harus ada pengujian slump, yang jika tidak ditentukan secara khusus adalah antara 8 – 12 cm untuk beton umumnya, sedang tiang bor slump sebagai berikut, Beton diambil sebelum dituangkan ke dalam cetakan beton (begisting). Cetakan slump dibasahkan dan ditempatkan di atas permukaan yang rata. Cetakan diisi sampai kurang lebih sepertiganya. Kemudian beton tersebut ditusuk-tusuk 25 kali dan setiap tusukan harus masuk sampai dengan satu lapisan di bawahnya. Setelah bagian atas diratakan, segera cetakan diangkat perlahan-lahan dan diukur penurunannya.

D.5.2

Persetujuan Konsultan Pengawas

Sebelum semua tahap pelaksanaan berikutnya dilaksanakan, Kontraktor harus mendapatkan persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawas. Laporan harus diberikan kepada Konsultan Pengawas paling lambat 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. Hal-hal khusus akan didiskusikan secara lebih mendalam antara semua pihak yang berkepentingan. Semua tahapan pelaksanaan tersebut harus dicatat secara baik dan jelas sehingga mudah untuk ditelusuri jika suatu saat data tersebut dibutuhkan untuk pemeriksaan.

D.5.3

Persiapan dan Pemeriksaan

Kontraktor tidak diijinkan untuk melakukan pengecoran beton tanpa ijin tertulis dari Konsultan Pengawas. Kontraktor harus melaporkan kepada konsultan Pengawas tentang kesiapannya untuk melakukan pengecoran dan laporan tersebut harus disampaikan beberapa hari sebelum waktu pengecoran, sesuai dengan kesepakatan di lapangan, untuk memungkinkan Konsultan Pengawas melakukan Pemeriksaan sebelum pengecoran dilaksanakan. Kontraktor harus menyediakan fasilitas yang memadai seperti tangga ataupun fasilitas lain yang dibutuhkan agar Konsultan Pengawas dapat memeriksa pekerjaan secara aman dan mudah. Tanpa fasilitas tersebut, Kontraktor tidak akan diizinkan untuk melakukan pengecoran. Semua koreksi yang terjadi akibat pemeriksaan tersebut harus segera diperbaiki dalam waktu 1 x 24 jam dan selanjutnya kontraktor 1 x 24 jam selanjutnya kontraktor harus mengajukan ijin lagi untuk dapat melaksanakan pengecoran. Tidak dibenarkan adanya penambahan waktu akibat koreksi yang timbul, kecuali ditentukan

Referensi

Dokumen terkait