• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIBUALAMO Seri Ilmu-ilmu Sosial dan Kependidikan Volume 3, Nomor 1, Tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HIBUALAMO Seri Ilmu-ilmu Sosial dan Kependidikan Volume 3, Nomor 1, Tahun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Online ISSN 2621-0363

http://journal.unhena.ac.id

ANALISIS PENERIMAAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR TERHADAP

PENDAPATAN ASLI DAERAH PROVINSI MALUKU UTARA

Sidin Usman1, Boas Lana2

1,2Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Bumi Hijrah (UNIBRAH) Kode Pos 97852 Kota Tidore Kepulauan Provinsi Maluku Utara

E-mail: sidindino59@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberpa besar kontribusi serta pertumbuhan penerimaan pajak kendaraan bermotor PKB-BBNKB terhadap PAD Provinsi Maluku Utara pada tahun 2010-2016. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kuantitatif. Instrument analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisa Pertumbuhan Pajak dan Analisa kontribusi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efektivitas penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor (PKB), dan Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) memberikan kontribusi cukup efektif, namun BPKPAD harus membuka sistem portal pajak online atau e-POS secara online bagi kabupaten/kota yang sulit dikontrol dari aspek penerimaannya. Sedangkan dilihat dari kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor PKB-BBNKB terhadap PAD Provinsi Maluku Utara cukup baik, yakni rata-rata penerimaan Rp. 23.172.164.154,57 miliyar/tahun atau 0,47 terhadap pendapatan asli daerah daerah (PAD).

Kata kunci : Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, Pendapatan Asli Daerah. ABSTRACT

This study aims to find out how much contribution and the growth of PKB-BBNKB motor vehicle tax receipts to PAD North Maluku Province in 2010-2016. The data analysis method used is quantitative descriptive analysis. The analytical instrument used in this study is the Analysis of Tax Growth and Analysis of contributions. The results showed that the effectiveness of motor vehicle tax revenue (PKB) and motor vehicle name transfer fees (BBNKB) contributed quite effectively, but BPKPAD had to open an online or e-POS tax portal system online for districts / cities that were difficult to control aspects of acceptance. Whereas seen from the contribution of PKB-BBNKB motor vehicle tax revenue to North Maluku Province PAD is quite good, namely the average revenue of Rp. 23,172,164,154.57 billion / year or 0.47 for regional local revenue (PAD).

Keywords : Motor Vehicle Tax (PKB), Motor Vehicle Name Transfer Fee (BBNKB), Regional Original Income

1. PENDAHULUAN

Pajak sangat besar dalam penerimaan pendapatan nasional Negara/daerah. ini tercermin di dalam APBN/ APBD, dimana setiap tahun kontribusi pajak dapat meningkatkan efektifitas penerimaan kas daerah. Pada tahun 2017 ini peranan pajak yang dihimpun oleh direktorat jenderal pajak direncanakan sebesar 80 % dari APBN. Dalam rangka peningkatan penerimaan negara, direktorat jenderal pajak telah melakukan segala upaya agar penerimaan dari sektor pajak semakin meningkat. Salah satunya adalah dengan mengoptimalkan peran badan pendapatan daerah sebagai ujung tombak dan mitra direktorat jenderal

pajak dalam menghimpun penerimaan negara, dan daerah

Sumber-sumber pendapatan daerah relatif terprediksi dan stabil sebab sistem pendapatan daerah tersebut diatur oleh undang-undang dan peraturan daerah yang bersifat mengikat, dan dapat dipaksakan.

Sumber pendapatan daerah menurut ketentuan perundangan No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan No. 25 Tahun 1999 perimbangan keuangan yang merupakan koreksi dari UU No. 5 Tahun 1978 dan UU No. 32 Tahun 1956. Kedua undang undang tersebut mengalami revisi dan perubahan menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang mengatur tentang

(2)

pemerintahan daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antar pemerintah pusat dan daerah. Dalam jangka pendek proses UU desentralisasi tersebut memiliki perubahan yang sangat dratis dalam perbaikan ruang pemerintahan lokal dan penguasaan daerahnya. Yakni, pemerintah pusat mengurangi intervensi terhadap pemerintahan daerah.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Pajak

Pajak berasal dari bahasa Jawa, yaitu “ajeg” yang berarti pungutan teratur pada waktu tertentu. “Pa-ajeg” berarti pungutan teratur terhadap hasil bumi sebesar 40 persen dari yang dihasilkan petani untuk diserahkan kepada raja dan pengurus desa.

Menurut Anastasia Diana ad al dalam buku perpajakan Indonesia (2010:1), bahwa pengertian Pajak adalah kontribusi wajib pada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan didugunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Soemarsaid Moertono ad al (2013:14).

Menurut Undang-Undang No. 28 tahun 2007, pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa. Sifat memaksa ini telah diatur juga dalam undang-undang yang sama pada pasal 1 ayat 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Di mana pasal tersebut berisi hak dan kewajiban wajib pajak, wewenang dan kewajiban aparat pemungut pajak, juga sanksi perpajakan. Jadi wajib pajak dalam hal ini masyarakat akan dikenakan sanksi jika tidak memenuhi kewajiban membayar pajak. Adapun pengertian pajak secara umum yaitu iuran wajib yang dibayar oleh rakyat kepada negara tanpa memperoleh kontra prestasi atau balas jasa secara langsung yang mana digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah.

2.2. Fungsi Alokasi

Fungsi alokasi disebut sebagai fungsi pembiayaan, yakni pendapatan pajak yang diperoleh dari masyarakat dialokasikan atau digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin adalah pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan bersifat rutin, seperti membayar gaji pegawai negeri sipil (PNS), membeli perlengkapan dan peralatan kegiatan pemerintahan, dan lain-lain. Sedangkan pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang digunakan untuk kegiatan pembangunan negara seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, jembatan, dan sebagainya

2.3. Fungsi Distribusi Pajak

Fungsi distribusi merupakan pemerataan atas pendapatan masyarakat dan pembangunan negara/ daerah. Indonesia merupakan negara kepulauan terdiri dari banyak pulau besar maupun kecil yang terpisah oleh perairan/laut, hal tersebut mengakibatkan sulitnya sarana transportasi sehingga ada beberapa wilayah yang tidak mudah terjangkau, maka secara otomatis hal itu menimbulkan perbedaan pula dalam pemerataan pembangunan ekonomi daerah.

a. Fungsi Regulasi dan Stabilisasi

Fungsi regulasi dan stabilisasi mencakup 2 (dua) poin, yakni sebagai regulator dan staabilisator. Fungsi regulasi ini yaitu pajak berfungsi untuk mengatur kegiatan ekonomi, misalnya untuk meningkatkan investasi, negara membuat kebijakan penurunan tarif pajak untuk merangsang para pengusaha menanamkan modalnya (investasi), sehingga masyarakat akan berpikir 2 (dua) kali lipat untuk membeli barang luar negeri karena harganya yang mahal akibat ada tambahan pajak impor yang melekat pada harga barang tersebut, sehingga masyarakat akan cenderung memilih barang produksi dalam negeri yang tidak ada pajak impornya dibanding dengan barang dari luar negeri).

b. Fungsi budgetair (sumber keuangan negara) Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan (Resmi, 2011:3). Waluyo (2008:6) mengatakan bahwa pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran pemerintah.

c. Fungsi regularend (pengatur)

Fungsi Regulerend yang ditulis Waluyo ad al dalam bukunya Perpajakan Indonesia menyatakan bahwa pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi (2003:8).

2.4. Pungutan Pajak Daerah

Pedoman tata cara pemungutan pajak daerah diatur keputusan Menteri dalam negeri No.170 tahun 1997 dan keputusan menteri dalam negeri No. 43 tahun 1999, dan Sistem pemungutan pajak daerah atau sistem pemungutan daerah berdasarkan ketentuan dalam pasal 7 UU. Pajak daerah Menurut Kurniawan dan Purwanto (2004:126) menegaskan mekanisme ungutan pajak, antara lain:

a. Pajak yang terutang dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah

b. Kewajiban Pajak Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak Kewajiban (tunggakan) pajak dibayar sendiri oleh wajib pajak, wajib pajak mendaftarkan diri, menghitung, membayar/menyetor, dan melaporkan sendiri jumlah pajak yang terutang dengan surat

(3)

pemungutan pajak, mekanisme ini dikenal sebagai cara self assessment system, dalam sistem ini wajib pajak harus bersifat aktif dan fiskus bersifat pasif, yakni hanya melakukan penyuluhan, pengawasan, dan pemeriksaan dalam rangka uji kepatuhan dalam laporan wajib pajak atas jumlah pajak yang terutang. Wajib pajak yang memenuhi kewajiban pembayaran pajak dengan cara membayar sendiri/ menggunakan sistem self assessment, diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan surat pemberitahuan pajak daerah.

2.5. Konsep Dasar Pajak Kendaraan Bermotor

Menurut Kurniawan ad al (2004:53) kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua atau lebih, beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik, berupa motor atau peralatan lain yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga. Siahaan (2010:175) mendefinisikan kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda dua beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) adalah pajak atas kepemilikan atau penguasaan kendaraan bermotor beroda dua atau lebih beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan.

3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini, peneliti mengunakanakan metode analisis deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2010:29), yaitu suatu analisis yang mengumpulkan, menyusun, mengelolah hasil data observasi, wawancara, dokumentasi, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan sehingga dapat ditarik kesimpulan

Analisas data yang digunakan peneliti adalah analisis deskriptif kuantitatif, yakni suatu konsep kajian yang mengumpulkan, menyusun, mengelolah, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran suatu keadaan tertentu sehinga dapat ditarik kesimpulan. Dalam mengelolah dan menganalisis data hasil penelitian. Instrument analisis yang digunakan sebagai berikut:

a. Analisa Pertumbuhan Pajak

Keterangan

G : Tingkat pertumbuhan pajak

Pajak(t) : Jumlah penerimaan Pajak sekarang

Pajak (t–1) : Jumlah penerimaan pajak tahun sebelumnya

b. Analisa kontribusi:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

a.

Efektivitas Pengelolaan Peneromaan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor (PBB), dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB).

Mardiasmo (2009) menyatakan bahwa efektivitas merupakan metode pengembangan organisasi untuk mencapai peluang dan sasaran yang diharapkan, melalui prinsip komitmen, dan kreativitas kemampuan mengelola potensi pendapatan nasional ataupun daerah.

Berdasarkan hasil penelitian realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor kabupaten/ kota maluku uatara selama 7 tahun sebagai dasar pengembangan keefektivan pengelolaan penerimaan pendapatan pajak asli daerah menunjukan bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor diketahui bahwa Kontribusi objek pajak kendaraan bermotor yang masuk dari kabupaten/kota provinsi maluku utara tahun 2011 Rp. 16.219.298.999,00 dan tahun 2010 Rp. 13,170,034,273,00 pencapaian penerimaan pajak kendaraan 1,23 % ada kontribusi penrimaan terdap pajak pendapatan daerah asli daerah(PPAD).

Kemudian Kontribusi objek pajak kendaraan bermotor tahun 2013 Rp. 23.170.034.273,00 naik rasio efektifitas 1,25 %. Artinya penerimaan objek pajak PKB tahun 2012, penerimaan mencapai Rp.19.109.397.413,00, terjadi selisih 4,06 % dari tahu sebelumnya. Untuk objek pajak kendaraan bermotor tahun 2014-2016 terjadi upaya pajak (tax

effort) dari badan pengelolaan keuangan, pendapatan,

dan asset daerah (BPKPAD) maluku utara. Efektivitas penerimaan dalam tahun bersangkutan 29,92 % atau 9,97 % cenderung sangat efektif.

Dari data di atas dapat digambarakan dalam diagram batang adalah untuk menggambarkan jumlah data yang diuji sebanyak sembilan kabupaten/kota dengan total penerimaaan pajak, sebagai berikut:

(4)

Grafik 4.1

Efektivitas Penerimaan Objek Pajak Kendaaraan Bermotor Terhadap Pendapatan Daerah 2016-2017

Diagram di atas memperlihatkan tingkat efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor, berdasarkan data tersebut maka dalam perhitungan historis waktu 7 tahun dapat diketahui penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor (PPKB) terbesar yaitu Rp 34,153,315,862 miliyar tahun 2016. Sedangkan jumlah pendapatan pajak kendaraan bermotor (PPKB) tahun 2017 mancapai angka Rp. 13,170,034,273 meliyar, hal ini menunjukan kurang efektif. Oleh karena itu, rata- rata penerimaan objek pajak kendaraan bermotor dalam hitungan 7 tahun sebesar Rp.162.205.149.083,00 meliar 23,17 %, hal tersebut menunjukan bahwa penerimaan objek pajak kendaraan bermotor dapat memberikan kontribusi cukup efektif. Namun, efektivitas penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor dari 7 kabupaten, dan 2 kota diperlukan pengembangan“joint

collection system” atau kantor cabang untuk

penarikan, penagihan pendapatan objek pajak daerah yang benar-benar efisien administrasi, transparansi, dan akuntanbilitas didukung oleh teknologi informasi perpajakan (TIP/TIK), di setiap unit kerja kabupaten/ kota untuk mengupdate langsung melalui aplikasi

online system/portal pajak online (contoh mlt// pajakoline.malut.go.id) bekerja sama dengan pihak

perbankan, atau BPKPAD dapat menyediakan

“e-POS secara online” bagi daerah kabupaten/kota

yang sulit dikontrol dari aspek penerimaan.

Sedangkan pada tingkat efektivitas penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2010 dari pendapatan BBNKB Rp.10.406.967.968,00 atau 1,99 %, Penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor tahun 2010-2016 dari tahun ke tahun menunjukkan rata-rata penerimaan sebesar 0,47 % rata-rata-rata-rata kontribusi penerimaan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) terhadap pendapatan asli daerah (PAD)

Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) merupakan penyumbang PAD terbesar pada tahun 2016 Rp. 45.093.778.185,00 atau 0,52 % dibanding Penerimaan pendapatan pajak PKB tahu 2016 sebesar Rp. 34.153.315.862,00 atau setara 1,15 % kontribusinya terhadap Pendapatan pajak daerah (PPD). Untuk itu, efektivitas pengelolaan bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) antar provinsi sangat diperlukan biaya pengumpulan relatif rendah, dan mudah administrasinya. Data table 4.3.2 di atas, BBNKB penyumbang terbesar adalah wilayah UPTB SAMSAT kota Ternate tahun 2016 Rp.21.972.273892,00. Halut Rp.8.100.126.439,00, dan yang terkecil kabupaten Morotai Rp.392.209.250,00.

Selanjutnya, untuk Provinsi Maluku Utara jumlah fisik kendaraan “35.970 unit yang sudah memiliki PKB

dan administrasi BBNKB”, dari jumlah data ternyata

ada “2078 unit PKB-BBNKB” kendaraan bermotor yang berasal dari luar Provinsi Maluku Utara. Peneliti melakukan intensifikasi PKB dan BBNKB, bahwa pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara menghadapi kesulitan yang tidak terdeteksi secara akurat terkait dengan transaksi kendaraan bermotor. Untuk itu, pemerintah daerah, melalui BPKAD harus melacak jumlah dan jenis kendaraan baru dan mutasi kendaraan lama yang masuk ke daerah. Kerugian daerah dari “2078 unit PKB-BBNKB” mencapai angka Rp. 3.740.400.000,00/Tahun, karena sistem transaksi beban pajak dibayarkan di luar Provinsi Maluku Utara, hal ini berdampak pada distorsi perekonomian daerah (konsumen pembelian kendaraan bermotor

dari luar daerah Maluku Utara mencapai 0,5 % dari jumlah total kendaraan di atas).

b.

Kontribusi Penerimaan Pendapatan Pajak Kendaraan Bermotor

(5)

T. Guritno (1997:76), merupakan aktivitas ekonomi melalui media ankutan jasa kendaraan bermotor, yang juga bagian dari distribusi penerimaan pendapatan asli daerah.

Kontribusi objek penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor tehadap pendapatan pajak lain yang sah, rata-rata pertahun Rp.23.172.164.144,71 (2,30%) dari target penerimaan pajak daerah. Sedangkan penerimaan pendapatan pajak lain yakni pajak bahan bakar kendaraan bermotor, pajak air permukaan, dan pajak rokok rata-rata penerimaan pertahun 2010 sampai dengan tahun 2016 mencapai angka rata-rata Rp.343.097.255,841, atau 12,23 % kontribusi penerimaan pajak terhadap PAD Provinsi Maluku Utara atau kontribusi penerimaan PKB-BBNKB terhadap objek pendapatan pajak lain yang sah Rp. 12,24 % Tahun.

Kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor (PKB) dan bea balik nama kendaraan (BBNKB) rata-rata penerimaan tahun 2010-2016 Rp. 23.172.164.154,57 / tahun setara 0,05 atau 1,06 % terhadap penerimaan pendaptan daerah. Sedangkan jumlah kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor dalam tahun bersangkutan akan dibagikan kemasing-masing daerah atau wilayah berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah. Porsi pembagian pejak kendaraan bermotor dihitung secara proporsional dan tertimbang dengan memperhatikan unsur luas wilayah, jumlah indeks penduduk miskin, dan total PAD penerimaan tahun sebelumnya.

Pajak kendaraan bermotor adalah pendapatan pajak provinsi yang dipungut setiap tahun dari masing-masing kabupaten/kota dibagi hasilkan bedasarkan presentase yang telah ditentukan. Pajak bagi hasil kendaraan PKB dan BBNKB 70 % sektor pembiayaan provinsi, dan 30 % penerimaan pajak kabupaten/ kota. Penerimaan 30 %, dan 10 % alokasi pajak kendaran bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor tersebut dialokasikan untuk membangun/ atau pemeliharaan jalan serta meningkatkan modal dan sarana transportasi umum. Alokasi pendapatan PKB-BBNKB 10 % tersebut agar dapat meminimalkan terjadi kecelakaan lalulintas yang berakibat karena kerusakan jalan dan sarana prasarana lainnya.

c.

Data Pertumbuhan Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor Kabupaten/Kota Terhadap PAD Maluku Utara.

Data Pertumbuhan Pajak Kendaraan Bermotor kabupaten halmahera barat terhadap Penerimaan Pendapatan daerah maluku uatara rata-rat capaian tahun 2010-2016 Rp.1.030.223.503,71 / Tahun. Pertumbuhan pendapatan pajak di kabupaten halmahera barat tahun 2013 Rp. 1.042.954.905,00. Rasio pertumbuhan dari tahun sebelumnya Rp.180.749.471,00 atau setara 20%. Tahun 2015 Rp. 1.492.216.816,00 Pertumbuhan pendapatan Rp.741.681.654,00 atau 98%, dan tahun 2016. Rp.1.671.168.068,00, angka

pertumbun Rp.178.951.257,00, atau mencapaian penerimaan Rp.119%. Penerimaan pendapatan tersebut menunjukan proses perencanaan pajak dikelola dengan baik efisien, dan efektif sehingga dapat memberikan kontribusi yang maksimum dalam artian penghasilan pajak lebih baik dari penerimaan sebelumnya

Dari perhitungan diketahui bahwa pertumbuhan pendapatan kabupaten Halmahera Tengah mengalami fluktusi atau tidak tetap. tahun 2011 Rp. 328.926.324,00 angka pertumbuhan mines -33% atau angka pertumbuhan -162.127.051,00. Terjadi devisit penerimaan pendapatan pajak dari penerimaan sebelunya. Penyebab devisit penerimaan pendapatan pajak kendaraan tersebut, karen pemilik kendaraan bermotor cenderung mengambil posisi untuk pasif tidak membayar pajak. Pendapatan tahun 2013 naik Rp. 1.184.344.604,00 atau 96%, dan pada tahun 2016. Rp. 932.287.514,00 atau (-21%). Mines 21%, karena rendahnya resiko deteksi oleh aparatur pengelola pajak kendaraan bermotor, termasuk tingkat kerumitan peraturan pembayaran pajak (complexity of

rule), kerumitan dalam membayar pajak, maka akan

menimbulkan penghindaran bayar pajak.

Dari perhitungan diatas, diketahui bahwa pertumbuhan pendaptan pajak kendaraan bermotor tahun 2010. Rp. 645.128.975,00, dan 2011. Rp. 1.002.784.825,00. Pertumbuhan pendapatan mencapai 55% atau setara Rp. 357.655.850,00. Rata-rata Rp. 1.547.625.489,71/tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa tingkat kesadaran bayar pajak kendaraan di walayah Halmahera timur cenderung baik, karena rata-rata pertahun penerimaan bisa mencapai 28,14%.

Pertmbuhan pendapatan pajak kota tidore kepulauan dapat memberikan kontribusi besar bagi pendapatan pajak daerah maluku utra. Pendapatan pajak tahun 2010 mencapai Rp. 1.336.988.586,00, dan tahun 2011. Rp. 1.350.146.759,00 atau dapat memberikan kontribusi pada PAD 98 %. Tahun 2016. Rp. 3.049.642.144,00 atau angka pertumbuhan Rp. 600.612.919,00 capaian sama dengan 24 % dari pendapatan tahun 2014. Pertumbuhan pajak terjadi secara siqnifikan di UPTB - SAMSAT kota tidore kepulauan, karena bidang sengketa pajak mampu memaksimalkan perencanaan pajak (tax planning) dengan baik, artinya apabilah terjadi penunggak pajak, maka pihak UPTB berkoordinasi dengan kepolisian daerah untuk secara priodik ataupun acak melakukan operasi STNK.

Selanjutnya data permbuhan penerimaan pajak kota ternate rata-rata penerimaan tahun 2010-2016. Rp.12.072.241.329,14/tahun, dengan pertumbuhan pertahun Rp.1.554.156.853,71/ Tahun atau 21% kontribusi penerimaan terhap pendapatan daerah (PAD). Pertumbuhan pajak UPTB samsat yang cuku besar, karena manajemen pendapatan pada unit pelaksana teknis badan (UPTB) Samsat bekerja sama dengan pihak perbankan, mekanisme ini diberlakukan untuk menekan tejadinya percaloan atau pengelapan/

(6)

penyeludupan pajak (tax evasion). Bayar melalui sistem perbankan (BANK) agar pengelolaan pendapatan lebih transparansi, dan akuntabel, terhindar dari prinsip-prinsip kapitalisasi/pengalihan bentuk pajak ketempat lain. Unit pelaksana teknis badan (UPTB) Samsat kota ternate, telah menyediakan layanan

aplikasi berbasis website dan android. Aplikasi ini

berfungsi memudahkan masyarakat dalam akses besaran tagihan pajak kendaraan.

Data pertumbuhan pajak kendaraan bermotor kabupaten halmahera barat tahun 2010. Rp. 2.893.363.558,00. Tahun 2011 Rp. 3.356.965.824,00 atau angaka pertumbuhan mencapai 16%. Tahun 2012. penerimaan Pendapatan pajak menlami penurunan 14 %, setara Rp. 2.880.931.430,00, atau terjadi penurunan pertumbuhan Rp.-476.034.394,00. Tahun 2013 naik Rp. 3.642.777.296,00, atau capaian 26%, dan Tahun 2014. Rp. 4.988.468.922,00, dengan angka pertumbuhan Rp. 1.345.691.626,00 atau 36%. Tahun 2016 Rp. 5.440.678.799,00 atau capaian penerimaan 12%. Rata-rata penerimaan pendapatan pajak UPTB Samsat tobel Rp. 4.002.791.569,42/Tahun. Capaian penerimaan pendapatan pajak yang cukup besar, karena penerapan sistem administrasi bayar pajak dapat dilakukan secara massif.

Selanjutnya data pertumbuhan pajak kendaraan bermotor kabupaten halmahera selatan Tahun 2010-2016, rata-rata penerimaannya Rp. 1.137.707.146,42/ tahun atau kontrbusi penerimaan pajak 10,7%. terhadap pendapatan daerah. Penerimaan pajak kendaraan bermotor sudah cukup baik, terbukti angka penerimaan pada tahun. 2016. Rp. 2.766.455.301,00 atau 75%.

Sedangkan diketahui bahwa pertumbuhan penerimaan pajak kendaraan bermotor di kabupaten kepulauan sula rata-rata pertumbuhan dari tahun 2010-2016, mencapai 33,71 % atau angka penerimaan Rp. 323.247.419,28/tahun.

Selanjutnya diketahui bahwa pertumbuhan penerimaan pajak mulai tahun 2010 Rp. 114.924.098,00, tahun 2011 Rp. 70.210.586,00 atau angka pertumbuhan menurun Rp.-44.713.512,00 atau -38%. Penerimaan pendapatan UPTB Samsat kabupaten Morotai rata-rata Rp. 297.564.893,00/ Tahun atau 2,85 % kontribusi penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah

d.

Rasio Pertumbuhan Penerimaan Pendapat Daerah (PAD) Maluk Utara

Data Pertumbuhan Penerimaan Pendapatan Daerah (PAD) Maluku Utara menunjukan pada taun 2016 pendapatan pajak daerah memberikan kontribusi sebesar Rp. 1.529.352.219.657,00 triliun terdapat PAD provinsi maluku utara. Selisih target mencapai angka Rp. 1.065.088.893,00 meliar atau selisih 2,31%. sedangkan Pertumbuhan objek pajak setiap tahun terhadap PAD mencapai rasio efektifitas 84%

hasil penelitian yang telah diolah, maka diperoleh jumlah rata-rata pendapatan pajak daerah(PPD) selama tahun 2010-2016 menembus angka rasio pertumbuhan Rp. 1.529.352.219.657,00 triliun. Kemudian untuk rata-rata pendapatan pajak kendaran bermotor (PKB) dan bea biaya balik nama (BBNKB) berjumlah Rp. 162.105.149.083,00, dan nilai rata-rata kontribusi yaitu sebesar 10%.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

a. Efektivitas penerimaan pendapatan pajak kendaraan bermotor (PKB), dan Bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) memberikan kontribusi cukup efektif, namun BPKPAD harus membuka sistem portal pajak online atau e-POS secara online bagi kabupaten/kota yang sulit dikontrol dari aspek penerimaannya.

b. Kontribusi penerimaan pajak kendaraan bermotor PKB-BBNKB terhadap PAD provinsi maluku utara pada tahun 2010-2016 memberikan kontribusi cukup baik, yakni rata-rata penerimaan Rp. 23.172.164.154,57 miliyar/tahun atau 0,47 terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Provinsi Maluku Utara.

5.2 Saran

a. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan metode lain dalam penentuan sampel seperti purposive sampling.

b. Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas wilayah cakupan dan menambah jumlah sampel yang diteliti sehingga diperoleh hasil penelitian dengan tingkat analisis lebih akurat

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana (2010). Perpajakan Indonesia. Yogyakarta,Cv. Andi Offset

Budi Supriyatno. (2009). Manajemen Pemerintahan. Jakarta, Cv. Median Berlian.

Chabib Soleh (2009). Pengelolaan Keuangan dan Aset daerah.

Chairil Anwar Pohan (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hasan, M. Iqbal. (2002). Pokok-Pokok Materi

Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Hasan siahaan. (2009). Manajemen resiko pada perusahan dan Birokrasi. PT. Gramedia, Jakarta

(7)

Kurniawan, Panca dan Purwanto, Agus. (2004). Pajak

dan Retribusi Daerah di Indonesia. Malang:

Bayumedia Publishing.

Mahmudi(2007). Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah. Yogyakarta. PT.Glara Aksara Pratama.

Mahmudi(2010).Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta.PT.Glara Aksara Pratama. Resmi, Siti. (2011). Perpajakan Teori dan Kasus Edisi

6 Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Sekaran, Uma. (2014). Metodologi Penelitian Untuk

Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Siahaan, Marihot P. (2008). Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Siahaan, Marihot P. (2010). Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada.

Sedarmayanti. (2007). Manajemen sumber Daya Manusia, Roformasi Birokrasi dan Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: PT. Rifika Adiutama.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Thomas Sumerson. (2013).Tax Review dan Strategi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan penelitian yang diteliti dari 24 item pernyataan kuesioner yaitu variabel budaya organisasi rata-rata sebesar 4,17 kategori tinggi, yang berarti bahwa

Kesimpulan yang dapat di hasilkan dari penelitian tentang harga diri pada wanita yang menopause yang mengungkapkan pengalaman dan yang dialaminya saat ini adalah yaitu harga diri

Dari hasil bimbingan teknis yang telah dilakukan Perwakilan BPKP Provinsi Maluku Utara pada tujuh kabupaten dan kota tersebut, sebanyak 733 desa telah mengimplementasikan

Hamzah Qatha‟ berupa Hamzah yang selalu diucapkan dengan ber-harkah fathah, dhammah atau kasrah.Tidak gugur pengucapannya baik di awal permulaan kalimat atau ditengah-tengah

Dengan demikian untuk para investor di Bursa Efek Indonesia sebelum mengambil keputusan dalam membeli saham disarankan untuk mempertimbangkan frekuensi perdagangan

Sebuah penelitian (disertasi) yang menulis tentang analisa akar sejarah metode susastra dalam tradisi Islam. Tulisan ini mengulas wacana susastra Alqur’an abad ke

Untuk menguji keberhasilan proses registrasi yang telah dilakukan, maka dapat dilakukan pencarian identitas pasien tersebut menggunakan Menu Pencarian Data Pasien Lama,

Rusdiyanto (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balance Scorecard pada PDAM Kabupaten Semarang” menjelaskan tentang