• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1 Pendahuluan"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

1.1

1.1 Latar Belakang.Latar Belakang.

Kota Palembang telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yaitu RTRW Kota Kota Palembang telah memiliki Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yaitu RTRW Kota Palembang tahun 1999-2009. Sebagai dasar hukum utama dalam pemanfaatan dan Palembang tahun 1999-2009. Sebagai dasar hukum utama dalam pemanfaatan dan pengenadalian

pengenadalian pemanfaatpemanfaatan ruang di Kota Palembang saat ini adalah Peraturan Daerahan ruang di Kota Palembang saat ini adalah Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Nomor 8 Tahun 2000 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palembang Tahun 1999-2009. Dengan demikian usia RTRW tersebut sudah 10 Kota Palembang Tahun 1999-2009. Dengan demikian usia RTRW tersebut sudah 10 tahun.

tahun.

Pada tahun 2004 pernah dilakukan revisi terhadap RTRW Kota Palembang, akan tetapi Pada tahun 2004 pernah dilakukan revisi terhadap RTRW Kota Palembang, akan tetapi revisi tersebut belum dituangkan dalam produk hukum sebagai aturan pelaksanaannya, revisi tersebut belum dituangkan dalam produk hukum sebagai aturan pelaksanaannya, sehingga peraturan tata ruang yang baku di Kota Palembang masih berpedoman pada sehingga peraturan tata ruang yang baku di Kota Palembang masih berpedoman pada Perda Nomor 8 tahun 2000 tersebut, dimana Perda tersebut masih rnengacu pada RTRW Perda Nomor 8 tahun 2000 tersebut, dimana Perda tersebut masih rnengacu pada RTRW Kota Palembang Tahun 1999-2009.

Kota Palembang Tahun 1999-2009.

Dalam rentang waktu 10 tahun tersebut, perkembangan Kota Palembang terutama Dalam rentang waktu 10 tahun tersebut, perkembangan Kota Palembang terutama pembangunan fisik sangat cepat. Terlihat dengan semakin banyaknya pembangunan pembangunan fisik sangat cepat. Terlihat dengan semakin banyaknya pembangunan gedung, rumah, jalan, dan sebagainya. Terlihat pula kemunculan pusat-pusat gedung, rumah, jalan, dan sebagainya. Terlihat pula kemunculan pusat-pusat pertumbuhan baru antara lain di kawasan Sako, Sukarami dan Jakabaring. pertumbuhan baru antara lain di kawasan Sako, Sukarami dan Jakabaring. Perkembangan kawasan perkotaan tersebut berpengaruh pada peruntukan kawasan, Perkembangan kawasan perkotaan tersebut berpengaruh pada peruntukan kawasan, baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya perlu baik yang sesuai maupun yang tidak sesuai. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya perlu dilakukan evaluasi terhadap RTRW yang sudah ada.

dilakukan evaluasi terhadap RTRW yang sudah ada.

Perumusan RTRW tingkat Kabupaten/Kota berpedoman pada Undang-undang Nomor 26 Perumusan RTRW tingkat Kabupaten/Kota berpedoman pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menitikberatkan pada aspek pengendalian Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menitikberatkan pada aspek pengendalian yang didalamnya terdapat unsur pengawasan/monitoring dan

yang didalamnya terdapat unsur pengawasan/monitoring dan law enforcementlaw enforcement bagibagi pelanggar tata ruang sudah dinyatakan secara jelas berikut aturan mainnya. Hal pokok pelanggar tata ruang sudah dinyatakan secara jelas berikut aturan mainnya. Hal pokok lain yang secara jelas dicantumkan dalam UU Tata Ruang yang baru adalah mengenai lain yang secara jelas dicantumkan dalam UU Tata Ruang yang baru adalah mengenai presentase Ruang Terbuka Hijau (RTH), yaitu seluas 30% dari total luas wilayah, presentase Ruang Terbuka Hijau (RTH), yaitu seluas 30% dari total luas wilayah, sedangkan peraturan yang ada saat ini belum mengatur tentang hal tersebut. Untuk sedangkan peraturan yang ada saat ini belum mengatur tentang hal tersebut. Untuk dapat mengakomodasi hal tersebut, tentunya harus diketahui kondisi eksisting RTH yang dapat mengakomodasi hal tersebut, tentunya harus diketahui kondisi eksisting RTH yang ada dan bagaimana supaya dapat mencapai 30% serta dimana saja lokasi yang akan ada dan bagaimana supaya dapat mencapai 30% serta dimana saja lokasi yang akan direkomendasikan sebagai RTH.

direkomendasikan sebagai RTH.

Dari sisi kebijakan pemerintah, saat ini telah terbit peraturan dibidang penataan ruang Dari sisi kebijakan pemerintah, saat ini telah terbit peraturan dibidang penataan ruang yaitu dengan terbitnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. yaitu dengan terbitnya Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Dengan adanya Undang-undang baru tersebut, maka sudah pasti peraturan-peraturan di Dengan adanya Undang-undang baru tersebut, maka sudah pasti peraturan-peraturan di bawahnya berpedoman pada undang-undang ini. Sebagai contoh, dalam UU Penataan bawahnya berpedoman pada undang-undang ini. Sebagai contoh, dalam UU Penataan Ruang sebelumnya yaitu UU Nomor 24 Tahun 1992, hanya dimuat 2 (dua) pokok Ruang sebelumnya yaitu UU Nomor 24 Tahun 1992, hanya dimuat 2 (dua) pokok kandungan utama yakni Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang. Jadi yang kandungan utama yakni Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang. Jadi yang ditekankan adalah lebih kepada aspek

ditekankan adalah lebih kepada aspek  pla planninning-ng-nyanya saja, sedangkan aspeksaja, sedangkan aspek pengendalian dengan

pengendalian dengan law law  enforcement enforcement  tidak dinyatakan secara gamblang. Dalam UUtidak dinyatakan secara gamblang. Dalam UU

No.26 tahun 2007, aspek pengendalian yang didalamnya ada unsur

No.26 tahun 2007, aspek pengendalian yang didalamnya ada unsur

pengawasan/monitoring dan

pengawasan/monitoring dan law enforcement law enforcement  bagi pelanggar tata ruang sudahbagi pelanggar tata ruang sudah dinyatakan secara jelas berikut aturan mainnya.

dinyatakan secara jelas berikut aturan mainnya.

Beranjak dari hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap RTRW yang Beranjak dari hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan evaluasi terhadap RTRW yang sudah ada. Setidaknya terdapat hal utama perlunya dilakukan evaluasi, yaitu untuk sudah ada. Setidaknya terdapat hal utama perlunya dilakukan evaluasi, yaitu untuk menyelaraskan antara kondisi pemanfaatan ruang dengan aturan yang ada dan menyelaraskan antara kondisi pemanfaatan ruang dengan aturan yang ada dan menyelaraskan aturan yang sudah ada dengan aturan yang baru. Evaluasi tersebut juga menyelaraskan aturan yang sudah ada dengan aturan yang baru. Evaluasi tersebut juga bertujuan untuk menghindari adanya penyimpangan yang lebih besar lagi dari bertujuan untuk menghindari adanya penyimpangan yang lebih besar lagi dari pemanfaatan ruang yang telah ada.

(2)

Dokumen lain yang terkait erat dengan RTRW kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Dokumen lain yang terkait erat dengan RTRW kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Dalam dokumen RTRW Nasional Tahun 2020 sebagaimana tercantum Nasional (RTRWN). Dalam dokumen RTRW Nasional Tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, yang merupakan Hasil Penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, yang merupakan Hasil Penyempurnaan RTRWN yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997, di wilayah RTRWN yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997, di wilayah Propinsi Sumatera Selatan Kota Palembang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional Propinsi Sumatera Selatan Kota Palembang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), sehingga dengan demikian RTRW Kota Palembang harus menyelaraskan dimensi (PKN), sehingga dengan demikian RTRW Kota Palembang harus menyelaraskan dimensi ruang dan aktivitas dengan kehendak RTRWN tersebut.

ruang dan aktivitas dengan kehendak RTRWN tersebut.

Kebijakan Kota Palembang didasarkan pada pencapaian visi dan misi Kota Palembang Kebijakan Kota Palembang didasarkan pada pencapaian visi dan misi Kota Palembang dengan prioritas utama pengembangan Kota Palembang sebagai Kota internasional yang dengan prioritas utama pengembangan Kota Palembang sebagai Kota internasional yang perlu ditunjang oleh penyediaan infrastruktur, yang seluruhnya perlu diterjemahkan dalam perlu ditunjang oleh penyediaan infrastruktur, yang seluruhnya perlu diterjemahkan dalam dimensi ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Selain itu, dengan dimensi ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Selain itu, dengan terdapatnya pemekaran wilayah Kota Palembang dari 8 kemudian 14 kecamatan dan terdapatnya pemekaran wilayah Kota Palembang dari 8 kemudian 14 kecamatan dan terakhir menjadi 16 Kecamatan yang memerlukan penyediaan sarana dan prasarana serta terakhir menjadi 16 Kecamatan yang memerlukan penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan yang lebih merata tiap wilayah.

pelayanan yang lebih merata tiap wilayah.

1.2

1.2 Kedudukan Dan Fungsi RTRW Kota Palembang.Kedudukan Dan Fungsi RTRW Kota Palembang. a.

a. Kedudukan RTRW Kota Palembang.Kedudukan RTRW Kota Palembang.

Rencana tata ruang wilayah Kota Palembang adalah penjabaran RTRW provinsi kedalam Rencana tata ruang wilayah Kota Palembang adalah penjabaran RTRW provinsi kedalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kota Palembang yang sesuai dengan fungsi kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kota Palembang yang sesuai dengan fungsi dan peranannya didalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. dan peranannya didalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Dalam operasionalisasinya, rencana umum tata ruang rencana pola ruang operasional. Dalam operasionalisasinya, rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dap

kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dap at mencakup hinggaat mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang Kota Palembang.

Kota Palembang.

b. Fungsi RTRW Kota Palembang b. Fungsi RTRW Kota Palembang

Fungsi RTRW Kota Palembang adalah sebagai: Fungsi RTRW Kota Palembang adalah sebagai: 1.

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) danAcuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang;(RPJMD) Kota Palembang; 2.

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kota Palembang;Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kota Palembang; 3.

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota Palembang;Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota Palembang; 4.

4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota Palembang yang dilakukan pemerintah,Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota Palembang yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;

masyarakat, dan swasta; 5.

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah Kota Palembang;wilayah Kota Palembang; 6.

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah KotaDasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah Kota Palembang yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan Palembang yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan 7.

(3)

Dokumen lain yang terkait erat dengan RTRW kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Dokumen lain yang terkait erat dengan RTRW kota adalah Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN). Dalam dokumen RTRW Nasional Tahun 2020 sebagaimana tercantum Nasional (RTRWN). Dalam dokumen RTRW Nasional Tahun 2020 sebagaimana tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, yang merupakan Hasil Penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008, yang merupakan Hasil Penyempurnaan RTRWN yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997, di wilayah RTRWN yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 1997, di wilayah Propinsi Sumatera Selatan Kota Palembang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional Propinsi Sumatera Selatan Kota Palembang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), sehingga dengan demikian RTRW Kota Palembang harus menyelaraskan dimensi (PKN), sehingga dengan demikian RTRW Kota Palembang harus menyelaraskan dimensi ruang dan aktivitas dengan kehendak RTRWN tersebut.

ruang dan aktivitas dengan kehendak RTRWN tersebut.

Kebijakan Kota Palembang didasarkan pada pencapaian visi dan misi Kota Palembang Kebijakan Kota Palembang didasarkan pada pencapaian visi dan misi Kota Palembang dengan prioritas utama pengembangan Kota Palembang sebagai Kota internasional yang dengan prioritas utama pengembangan Kota Palembang sebagai Kota internasional yang perlu ditunjang oleh penyediaan infrastruktur, yang seluruhnya perlu diterjemahkan dalam perlu ditunjang oleh penyediaan infrastruktur, yang seluruhnya perlu diterjemahkan dalam dimensi ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Selain itu, dengan dimensi ruang sesuai dengan daya dukung dan daya tampung. Selain itu, dengan terdapatnya pemekaran wilayah Kota Palembang dari 8 kemudian 14 kecamatan dan terdapatnya pemekaran wilayah Kota Palembang dari 8 kemudian 14 kecamatan dan terakhir menjadi 16 Kecamatan yang memerlukan penyediaan sarana dan prasarana serta terakhir menjadi 16 Kecamatan yang memerlukan penyediaan sarana dan prasarana serta pelayanan yang lebih merata tiap wilayah.

pelayanan yang lebih merata tiap wilayah.

1.2

1.2 Kedudukan Dan Fungsi RTRW Kota Palembang.Kedudukan Dan Fungsi RTRW Kota Palembang. a.

a. Kedudukan RTRW Kota Palembang.Kedudukan RTRW Kota Palembang.

Rencana tata ruang wilayah Kota Palembang adalah penjabaran RTRW provinsi kedalam Rencana tata ruang wilayah Kota Palembang adalah penjabaran RTRW provinsi kedalam kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kota Palembang yang sesuai dengan fungsi kebijakan dan strategi pengembangan wilayah Kota Palembang yang sesuai dengan fungsi dan peranannya didalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. dan peranannya didalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan. Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan Strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan kedalam rencana struktur dan rencana pola ruang operasional. Dalam operasionalisasinya, rencana umum tata ruang rencana pola ruang operasional. Dalam operasionalisasinya, rencana umum tata ruang dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis dijabarkan dalam rencana rinci tata ruang yang disusun dengan pendekatan nilai strategis kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dap

kawasan dan/atau kegiatan kawasan dengan muatan subtansi yang dap at mencakup hinggaat mencakup hingga penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar penetapan blok dan subblok yang dilengkapi peraturan zonasi sebagai salah satu dasar dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan dalam pengendalian pemanfaatan ruang sehingga pemanfaatan ruang dapat dilakukan sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata sesuai dengan rencana umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana rinci tata ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang ruang dapat berupa rencana tata ruang kawasan strategis dan rencana detail tata ruang Kota Palembang.

Kota Palembang.

b. Fungsi RTRW Kota Palembang b. Fungsi RTRW Kota Palembang

Fungsi RTRW Kota Palembang adalah sebagai: Fungsi RTRW Kota Palembang adalah sebagai: 1.

1. Acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) danAcuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palembang;(RPJMD) Kota Palembang; 2.

2. Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kota Palembang;Acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah Kota Palembang; 3.

3. Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota Palembang;Acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah Kota Palembang; 4.

4. Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota Palembang yang dilakukan pemerintah,Acuan lokasi investasi dalam wilayah Kota Palembang yang dilakukan pemerintah, masyarakat, dan swasta;

masyarakat, dan swasta; 5.

5. Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di Pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang di wilayah Kota Palembang;wilayah Kota Palembang; 6.

6. Dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah KotaDasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah Kota Palembang yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan Palembang yang meliputi penetapan peraturan zonasi, perijinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan

disinsentif, serta pengenaan sanksi; dan 7.

(4)

1.3

1.3 Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kota Palembang.Dasar Hukum Penyusunan RTRW Kota Palembang.

Beberapa dasar hukum dan peraturan yang mendasari penyusunan RTRW Kota Palembang Beberapa dasar hukum dan peraturan yang mendasari penyusunan RTRW Kota Palembang ini antara lain:

ini antara lain:

1.

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II danUndang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 73, Kotapraja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1821);

Tambahan Lembaran Negara Nomor 1821); 2.

2. Undang-Undang Nomor Undang-Undang Nomor 32 Tahun 32 Tahun 2004 tentang 2004 tentang Pemerintahan Pemerintahan Daerah Daerah (Lembaran(Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) Negara RI Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Tahun 2008 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4844);

Lembaran Negara RI Nomor 4844); 3.

3. Undang-Undang Nomor 26 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentaTahun 2007 tentang Penataan ng Penataan Ruang (LembaraRuang (Lembaran Negaran Negara RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725);

RI Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4725); 4.

4. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang WilayahPeraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RI Nasional (Lembaran Negara RI Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4833);

Nomor 4833); 5.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan PenataanPeraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RI Ruang (Lembaran Negara RI Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 5103);

Nomor 5103); 6.

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan TataPeraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor Tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5160);

5160); 7.

7. Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 6 Tahun Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan2008 tentang Urusan Pemerintahan Kota Palembang (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun 2008 Nomor 6);

Kota Palembang (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun 2008 Nomor 6); 8.

8. Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Struktur OrganisasiPeraturan Daerah Kota Palembang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah (Lembaran Daerah Kota Palembang Tahun 2008 Nomor 10).

2008 Nomor 10).

1.4

1.4 Profil Wilayah Kota Palembang.Profil Wilayah Kota Palembang. 1.4.1

1.4.1 Profil Kependudukan.Profil Kependudukan. a

a Jumlah Jumlah dan dan Pertumbuhan Pertumbuhan Penduduk.Penduduk.

Jumlah penduduk Kota Palembang tahun 2008 tercatat sebanyak 1.417.047 jiwa, dengan Jumlah penduduk Kota Palembang tahun 2008 tercatat sebanyak 1.417.047 jiwa, dengan pertumbuhan rata-rata 2,01 % per tahun. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini pertumbuhan rata-rata 2,01 % per tahun. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi ini disamping adanya pertumbuhan penduduk alami (kelahiran-kematian) juga disebabkan disamping adanya pertumbuhan penduduk alami (kelahiran-kematian) juga disebabkan adanya urbanisasi. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling

adanya urbanisasi. Kecamatan dengan jumlah penduduk paling tinggi adalah Kecamatan Ilirtinggi adalah Kecamatan Ilir Timur II, disusul oleh Kec. Seberang Ulu I dan Kec. Ilir Barat I.

Timur II, disusul oleh Kec. Seberang Ulu I dan Kec. Ilir Barat I.

Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tinggi (lebih dari 2 %) adalah kecamatan Ilir Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tinggi (lebih dari 2 %) adalah kecamatan Ilir Barat II (2,24%), Kec. Plaju (2,20%), Kec. Seberang Ulu II (2,18 %), Kec. Seberang Ulu I Barat II (2,24%), Kec. Plaju (2,20%), Kec. Seberang Ulu II (2,18 %), Kec. Seberang Ulu I (2,15 %), Kec. Ilir Timur I (2,11%), Kec. Kertapati (2,08), Kec. Ilir Barat II (2,04%) dan (2,15 %), Kec. Ilir Timur I (2,11%), Kec. Kertapati (2,08), Kec. Ilir Barat II (2,04%) dan Kec. Kemuning (2,02%). Kecamatan yang tinggi pertumbuhan penduduknya tersebut Kec. Kemuning (2,02%). Kecamatan yang tinggi pertumbuhan penduduknya tersebut sebagian besar terdapat di wilayah Palembang Ulu (Kec. Plaju, Seberang Ulu I, Kertapati sebagian besar terdapat di wilayah Palembang Ulu (Kec. Plaju, Seberang Ulu I, Kertapati dan Seberang Ulu II). Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan dan Seberang Ulu II). Dilihat dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan wilayah Palembang Ulu pada lima tahun terakhir cukup cepat dan menarik penduduk untuk wilayah Palembang Ulu pada lima tahun terakhir cukup cepat dan menarik penduduk untuk bertempat tinggal di wilayah tersebut. Wilayah ini cukup menarik karena kebijakan bertempat tinggal di wilayah tersebut. Wilayah ini cukup menarik karena kebijakan pemerintah daerah baik provinsi maupun kota yang banyak mengarahkan pembangunan di pemerintah daerah baik provinsi maupun kota yang banyak mengarahkan pembangunan di wilayah ini. Beberapa kawasan di wilayah ini telah berkembang menjadi pusat perkantoran wilayah ini. Beberapa kawasan di wilayah ini telah berkembang menjadi pusat perkantoran

(5)

antara lain di Jl. Gubernur Ahmad Bastari (Jalan Poros Jakabaring), kawasan pendidikan di antara lain di Jl. Gubernur Ahmad Bastari (Jalan Poros Jakabaring), kawasan pendidikan di Jl. Ahmad Yani, Pasar Induk Jakabaring, Terminal tipe B Jakabaring, RSUD BARI, Jl. Ahmad Yani, Pasar Induk Jakabaring, Terminal tipe B Jakabaring, RSUD BARI, perumahan Ogan Permata Indah, Perumahan Taman Ogan

perumahan Ogan Permata Indah, Perumahan Taman Ogan Permai dan stadion internasionalPermai dan stadion internasional Bumi Sriwijaya Jakabaring.

Bumi Sriwijaya Jakabaring.

Wilayah dengan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah kecamatan Sako (1,62%), Wilayah dengan pertumbuhan penduduk paling rendah adalah kecamatan Sako (1,62%), Kec. Gandus (1,

Kec. Gandus (1,84%) 84%) dan Kec. Bukit Kdan Kec. Bukit Kecil (1,81%). Secil (1,81%). Sebelum tahun 2000, kecamebelum tahun 2000, kecamatan Sakoatan Sako merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kawasan Sako merupakan kecamatan dengan pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi. Kawasan Sako saat ini telah menjadi kota satelit bagi pusat Kota Palembang.

saat ini telah menjadi kota satelit bagi pusat Kota Palembang.

Tabel I.1 Tabel I.1

Jumlah Penduduk Kota Palembang (jiwa)Tahun 2003-2008 Jumlah Penduduk Kota Palembang (jiwa)Tahun 2003-2008

No. Kecamatan No. Kecamatan Penduduk Rata-Rata Penduduk Rata-Rata 2003 2003 2004 2004 2005 2005 20062006 20072007 2008 2008 PertumbuhanPertumbuhan 1

1 Ilir Ilir Barat Barat IIII 60.76160.761 62.032 62.032 63.264 63.264 64.70864.708 65.92365.923

66.966 66.966 2,042,04 2 Gandus 2 Gandus 48.50248.502 49.015 49.015 50.078 50.078 51.18251.182 52.12552.125 52.973 52.973 1,841,84 3

3 Seb. Seb. Ulu Ulu II 142.587142.587 146.403 146.403 149.135 149.135 152.607152.607 155.521155.521

157.933 157.933 2,152,15 4 Kertapati 4 Kertapati 74.73874.738 76.417 76.417 77.978 77.978 79.73679.736 81.22581.225 82.520 82.520 2,082,08 5

5 Seb. Seb. Ulu Ulu IIII 82.90282.902 85.109 85.109 86.889 86.889 88.83388.833 90.48290.482

91.933 91.933 2,182,18 6 Plaju 6 Plaju 76.99676.996 79.155 79.155 80.749 80.749 82.58182.581 84.12984.129 85.464 85.464 2,202,20 7

7 Ilir Ilir Barat Barat II 106.727106.727 109.952 109.952 112.099 112.099 114.668114.668 116.833116.833

118.671

118.671 2,242,24

8

8 Bukit Bukit KecilKecil 45.40845.408 45.865 45.865 46.789 46.789 47.85047.850 48.74848.748

49.522

49.522 1,811,81

9

9 Ilir Ilir Timur Timur II 75.44875.448 77.450 77.450 78.674 78.674 80.59980.599 82.19182.191

83.409 83.409 2,112,11 10 Kemuning 10 Kemuning 80.24680.246 81.865 81.865 83.423 83.423 85.35185.351 86.97386.973 88.331 88.331 2,022,02 11

11 Ilir Ilir Timur Timur IIII 154.864154.864 157.602 157.602 160.818 160.818 164.449164.449 167.522167.522

170.192 170.192 1,981,98 12 Kalidoni 12 Kalidoni 86.41886.418 87.718 87.718 89.617 89.617 91.59691.596 93.28193.281 94.795 94.795 1,941,94 13 Sako 13 Sako 90.22990.229 90.263 90.263 92.214 92.214 94.25194.251 95.98695.986 72.396 72.396 1,621,62 14 Sukarame 14 Sukarame 161.609161.609 163.705 163.705 167.066 167.066 170.828170.828 174.015174.015 104.700 104.700 1,881,88 15 Sematang 15 Sematang Borang Borang --- - - -- - - -25.148 25.148 16 Alang-Alang 16 Alang-Alang Lebar Lebar - - - - -- - - - -72.094 72.094 TOTAL TOTAL 1.287.435 1.312.551 1.338.793 1.369.239 1.394.954 1.417.0471.287.435 1.312.551 1.338.793 1.369.239 1.394.954 1.417.047 2,012,01

Sumber Palembang Dalam Angka, 2008 Sumber Palembang Dalam Angka, 2008

Dari

Dari hasil prohasil proyeksi penduduk yeksi penduduk didapat kdidapat kesimpulan esimpulan bahwa bahwa penduduk Kopenduduk Kota Pta Palembangalembang mempunyai jumlah penduduk yang beragam, terutama pada beberapa kecamatan mempunyai jumlah penduduk yang beragam, terutama pada beberapa kecamatan mempunyai jumlah penduduk yang besar dibanding dengan kecamatan lainnya. Hal ini mempunyai jumlah penduduk yang besar dibanding dengan kecamatan lainnya. Hal ini dapat dimengerti karena beberapa kecamatan tersebut mempunyai tingkat mobilitas yang dapat dimengerti karena beberapa kecamatan tersebut mempunyai tingkat mobilitas yang tinggi karena adanya kagiatan seperti perdagangan dan jasa, pemerintahan atau karena tinggi karena adanya kagiatan seperti perdagangan dan jasa, pemerintahan atau karena kelengkapan fasilitas baik pendidikan, kesehatan, peribadatan dan lain-lain. Tapi pada kelengkapan fasilitas baik pendidikan, kesehatan, peribadatan dan lain-lain. Tapi pada beberapa kecamatan lain menunjukan pertumbuhan penduduk yang kurang tinggi, hal ini beberapa kecamatan lain menunjukan pertumbuhan penduduk yang kurang tinggi, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya fasilitas atau kondisi alam yang kurang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kurangnya fasilitas atau kondisi alam yang kurang mendukung (daerah banjir, rawa) sehingga sebagian penduduk lebih memilih tempat mendukung (daerah banjir, rawa) sehingga sebagian penduduk lebih memilih tempat tinggal yang mempunyai kelengkapan

tinggal yang mempunyai kelengkapan fasilitas guna mendukung aktifitasnya.fasilitas guna mendukung aktifitasnya.

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Kota Palembang, rata

Berdasarkan proyeksi pertumbuhan jumlah penduduk Kota Palembang, rata––ratarata

pertumbuhan mencapai 1,99 % pertahun. Dalam perkembangan lima tahun sampai tahun pertumbuhan mencapai 1,99 % pertahun. Dalam perkembangan lima tahun sampai tahun 2010 jumlah

2010 jumlah penduduk penduduk Kota Kota Palembang Palembang mencapai 1.474.724 mencapai 1.474.724 jiwa, jiwa, tahun tahun 2020 me2020 mencapaincapai 1.800.568

(6)

b.

b. Kepadatan PendudukKepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk di Kota Palembang pada tahun 2008 sebesar 3.537 jiwa/km2 atau Kepadatan penduduk di Kota Palembang pada tahun 2008 sebesar 3.537 jiwa/km2 atau sekitar 36 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk di Kota Palembang tidak merata. Di wilayah pusat sekitar 36 jiwa/Ha. Kepadatan penduduk di Kota Palembang tidak merata. Di wilayah pusat kota kepadatan penduduk tinggi sedangkan di wilayah pinggiran berkepadatan rendah. kota kepadatan penduduk tinggi sedangkan di wilayah pinggiran berkepadatan rendah. Wilayah kecamatan dengan kepadatan penduduk paling

Wilayah kecamatan dengan kepadatan penduduk paling tinggi adalah kecamatan Ilir Timur Itinggi adalah kecamatan Ilir Timur I yaitu 12.832 jiwa/km2, disusul kemudian dengan kecamatan Ilir Barat II (10.766) dan Kec. yaitu 12.832 jiwa/km2, disusul kemudian dengan kecamatan Ilir Barat II (10.766) dan Kec. Kemuning (9.815). Semua kecamatan tersebut terletak di pusat kota.

Kemuning (9.815). Semua kecamatan tersebut terletak di pusat kota.

Kecamatan dengan kepadatan penduduk rendah adalah Kec. Sematang Borang sebesar 489 Kecamatan dengan kepadatan penduduk rendah adalah Kec. Sematang Borang sebesar 489  jiwa/km2

 jiwa/km2 dan dan Kec. Kec. Gandus Gandus sebesar sebesar 770 770 jiwa/km2. jiwa/km2. Kecamatan Kecamatan lain lain yang yang terletak terletak didi pinggiran kota juga berkepadatan penduduk rendah antara lain kecamatan Sukarami, pinggiran kota juga berkepadatan penduduk rendah antara lain kecamatan Sukarami, Alang-Alang Lebar dan Kertapati.

Alang-Alang Lebar dan Kertapati.

Faktor jumlah penduduk, pertumbuhan dan perkembangannya ini dapat mempengaruhi : Faktor jumlah penduduk, pertumbuhan dan perkembangannya ini dapat mempengaruhi :

1.

1. Luas kebutuhan ruangLuas kebutuhan ruang 2.

2. Kebutuhan akan jenis fasilitas, pelayananya dan Kebutuhan akan jenis fasilitas, pelayananya dan besaran-besarannyabesaran-besarannya 3.

3. Klasifikasi KotaKlasifikasi Kota 4.

4. Pertumbuhan kotanya sendiriPertumbuhan kotanya sendiri 5.

5. Pola Pengaturan Kota dan Kemungkinan perluasanPola Pengaturan Kota dan Kemungkinan perluasan 6.

6. kemungkinan penyediaan lapangan pekerjaankemungkinan penyediaan lapangan pekerjaan..

Untuk mencapai salah satu tujuan penataan ruang yaitu terciptanya keseimbangan Untuk mencapai salah satu tujuan penataan ruang yaitu terciptanya keseimbangan perkembangan wilayah antar kawasan, maka kebijakan pemerataan jumlah dan kepadatan perkembangan wilayah antar kawasan, maka kebijakan pemerataan jumlah dan kepadatan penduduk harus dilaksanakan. Faktor jumlah penduduk merupakan faktor utama dalam penduduk harus dilaksanakan. Faktor jumlah penduduk merupakan faktor utama dalam mendorong perkembangan wilayah. Dengan kenaikan jumlah penduduk, maka akan mendorong perkembangan wilayah. Dengan kenaikan jumlah penduduk, maka akan mendorong perkembangan kegiatan sosial ekonomi penduduk dan perkembangan fisik mendorong perkembangan kegiatan sosial ekonomi penduduk dan perkembangan fisik kawasan.

kawasan.

Wilayah-wilayah kecamatan yang mempunyai kepadatan sangat tinggi seperti Kec. Ilir Wilayah-wilayah kecamatan yang mempunyai kepadatan sangat tinggi seperti Kec. Ilir Timur I dan Ilir Barat II harus bisa dikurangi kepadatannya, karena kalau hal ini dibiarkan Timur I dan Ilir Barat II harus bisa dikurangi kepadatannya, karena kalau hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh pada menurunnya daya dukung lingkungan di wilayah-wilayah maka akan berpengaruh pada menurunnya daya dukung lingkungan di wilayah-wilayah tersebut.

tersebut.

Arahan kepadatan penduduk, dirumuskan sebagai pedoman dalam memberikan alokasi dan Arahan kepadatan penduduk, dirumuskan sebagai pedoman dalam memberikan alokasi dan distribusi penduduk di wilayah perencanaan. Arahan kepadatan penduduk, dikelompokkan distribusi penduduk di wilayah perencanaan. Arahan kepadatan penduduk, dikelompokkan menjadi kepadatan sangat tinggi (>250 jiwa/Ha), tinggi (150-250 jiwa/Ha), sedang (50

menjadi kepadatan sangat tinggi (>250 jiwa/Ha), tinggi (150-250 jiwa/Ha), sedang (50——

150 jiwa/Ha) dan rendah (<50 ji

150 jiwa/Ha) dan rendah (<50 jiwa/Ha).wa/Ha). Rencana ke

Rencana kepadatan penduduk dengapadatan penduduk dengan tingkat n tingkat kepadatan penduduk kepadatan penduduk tinggi direncanatinggi direncanakan dikan di SWK Pusat Kota dan Jakabaring, sedangkan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk SWK Pusat Kota dan Jakabaring, sedangkan kawasan dengan tingkat kepadatan penduduk sedang di SWK Sukarami, Kertapati,Plaju, Lemabang, dan kawasan dengan kepadatan sedang di SWK Sukarami, Kertapati,Plaju, Lemabang, dan kawasan dengan kepadatan rendah di Gandus, Sako dan Alang

rendah di Gandus, Sako dan Alang-Alang Lebar.-Alang Lebar.

Untuk rencana kepadatan penduduk per kecamatan di masa mendatang beberapa Untuk rencana kepadatan penduduk per kecamatan di masa mendatang beberapa kecamatan diprediksi akan mempunyai kepadatan tinggi (>200 jiwa/hektar), yaitu Kec. Ilir kecamatan diprediksi akan mempunyai kepadatan tinggi (>200 jiwa/hektar), yaitu Kec. Ilir Timur I, kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang adalah Kec. Ilir Barat II, Timur I, kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang adalah Kec. Ilir Barat II, Kec.Kemuning, sedangkan kecamatan yang diprediksi akan mempunyai kepadatan rendah Kec.Kemuning, sedangkan kecamatan yang diprediksi akan mempunyai kepadatan rendah yaitu Kec. Gandus, Seberang Ulu I, Kertapati, Seberang Ulu II, Plaju, Ilir Barat I, Bukit yaitu Kec. Gandus, Seberang Ulu I, Kertapati, Seberang Ulu II, Plaju, Ilir Barat I, Bukit Kecil, Ilir Timur II, Kalidoni, Sako, Sukarami, Sematang Borang dan Alang-Alang Lebar. Kecil, Ilir Timur II, Kalidoni, Sako, Sukarami, Sematang Borang dan Alang-Alang Lebar. Kecamatan yang diprediksi masih berkepadatan rendah tersebut disebabkan masih luasnya Kecamatan yang diprediksi masih berkepadatan rendah tersebut disebabkan masih luasnya cadangan lahan yang belum terbangun di

(7)

Tabel I.2

Rencana Kepadatan Penduduk Per Kecamatan

No Kecamatan Luas

(ha)

Tahun 2020 Tahun 2030

Kriteria

Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan

1 Ilir Barat II 622 85.330 137,19 104.425 167,89 Sedang

2 Gandus 6.878 65.929 9,59 79.115 11,50 Rendah

3 Seberang Ulu I 1.744 203.861 116,89 252.184 144,60 Rendah

4 Kertapati 4.256 105.645 24,82 129.794 30,50 Rendah

5 Seberang Ulu II 1.069 119.086 111,40 147.748 138,21 Rendah

6 Plaju 1.517 110.967 73,15 137.944 90,93 Rendah

7 Ilir Barat I 1.977 154.808 78,30 193.198 97,72 Rendah

8 Bukit Kecil 992 61.416 61,91 73.483 74,08 Rendah

9 Ilir Timur I 650 107.160 164,86 132.043 203,14 Tinggi

10 Kemuning 900 112.289 124,77 137.148 152,39 Sedang

11 Ilir Timur II 2.558 215.337 84,18 261.981 102,42 Rendah

12 Kalidoni 2.792 119.377 42,76 144.666 51,81 Rendah

13 Sako 1.804 87.794 48,67 103.100 57,15 Rendah

14 Sukarame 3.698 130.922 35,40 157.726 42,65 Rendah

15 Sematang Borang 5.146 30.497 5,93 35.813 6,96 Rendah

16 Alang-Alang Lebar 3.458 90.150 26,07 108.606 31,41 Rendah

LUAS KOTA PALEMBANG 40.061 1.800.568 44,95 2.198.974 54,89 Rendah

Sumber:Hasil analisis, 2009. Keterangan:

Lebih dari 400 jiwa/Ha : Sangat tinggi Antara 201 - 400 jiwa/Ha : Tinggi

Antara 151 – 200 jiwa/Ha : Sedang Dibawah 150 jiwa/Ha : Rendah (sumber SNI 2003-1733-2004)

(8)

I - 9 No Ke ca ma ta n 2008 Pe rtumbu ha n 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 1 I l i r Ba ra t I I 66,966 0.0204   68,332   69,726   71,148   72,600   74,081   75,592   77,134 78,708 2 Ga nd us 52,973 0.0184   53,948   54,940   55,951   56,981   58,029   59,097   60,184 61,292 3 Se b. Ul u I 157,933 0.0215  161,329  164,797  168,340  171,960  175,657  179,433  183,291 187,232 4 Ke rta p a ti 82,520 0.0208   84,236   85,989   87,777   89,603   91,467   93,369   95,311 97,294 5 Se b. Ul u I I 91,933 0.0218   93,937   95,985   98,077  100,216  102,400  104,633  106,914 109,244 6 Pl a ju 85,464 0.022   87,344   89,266   91,230   93,237   95,288   97,384   99,527 101,716 7 I l i r Ba ra t I 118,671 0.0224  121,329  124,047  126,826  129,667  132,571  135,541  138,577 141,681 8 Buki t Ke ci l 49,522 0.0181   50,418   51,331   52,260   53,206   54,169   55,149   56,148 57,164 9 I l i r Ti mu r I 83,409 0.0211   85,169   86,966   88,801   90,675   92,588   94,542   96,536 98,573 10 Ke mun i ng 88,331 0.0202   90,115   91,936   93,793   95,687   97,620   99,592  101,604 103,656 11 I l i r Ti mu r I I 170,192 0.0198  173,562  176,998  180,503  184,077  187,722  191,438  195,229 199,094 12 Ka l i doni 94,795 0.0194   96,634   98,509  100,420  102,368  104,354  106,378  108,442 110,546 13 Sa ko 72,396 0.0162   73,569   74,761   75,972   77,202   78,453   79,724   81,016 82,328 14 Suka ra me 104,700 0.0188  106,668  108,674  110,717  112,798  114,919  117,079  119,280 121,523 15 Se ma ta ng Bora ng 25,148 0.0162   25,555   25,969   26,390   26,818   27,252   27,694   28,142 28,598 16 Al an g-Al ang Le b a r 72,094 0.0188   73,449   74,830   76,237   77,670   79,130   80,618   82,134 83,678 1,417,047 0.0199 1,445,596 1,474,723 1,504,442 1,534,763 1,565,700 1,597,264 1,629,469 1,662,327 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 80,313     81,952   83,624   85,330   87,070   88,847   90,659   92,508   94,396   96,321   98,286  100,291  102,337 104,425 62,419     63,568   64,738   65,929   67,142   68,377   69,635   70,917   72,222   73,550   74,904   76,282   77,686 79,115 191,257    195,369  199,570  203,861  208,244  212,721  217,294  221,966  226,738  231,613  236,593  241,680  246,876 252,184 99,317    101,383  103,492  105,645  107,842  110,085  112,375  114,712  117,098  119,534  122,020  124,558  127,149 129,794 111,626    114,059  116,546  119,086  121,682  124,335  127,046  129,815  132,645  135,537  138,492  141,511  144,596 147,748 103,954    106,241  108,578  110,967  113,408  115,903  118,453  121,059  123,722  126,444  129,226  132,069  134,975 137,944 144,855    148,099  151,417  154,808  158,276  161,822  165,446  169,152  172,941  176,815  180,776  184,825  188,965 193,198 58,199     59,252   60,324   61,416   62,528   63,660   64,812   65,985   67,179   68,395   69,633   70,894   72,177 73,483 100,653    102,777  104,946  107,160  109,421  111,730  114,087  116,494  118,953  121,462  124,025  126,642  129,314 132,043 105,750    107,886  110,066  112,289  114,557  116,871  119,232  121,641  124,098  126,604  129,162  131,771  134,433 137,148 203,037    207,057  211,156  215,337  219,601  223,949  228,383  232,905  237,517  242,220  247,016  251,906  256,894 261,981 112,690    114,877  117,105  119,377  121,693  124,054  126,460  128,914  131,415  133,964  136,563  139,212  141,913 144,666 83,662     85,017   86,394   87,794   89,216   90,662   92,130   93,623   95,139   96,681   98,247   99,839  101,456 103,100 123,808    126,135  128,506  130,922  133,384  135,891  138,446  141,049  143,701  146,402  149,155  151,959  154,815 157,726 29,061     29,532   30,011   30,497   30,991   31,493   32,003   32,521   33,048   33,584   34,128   34,681   35,242 35,813 85,251     86,854   88,487   90,150   91,845   93,572   95,331   97,123   98,949  100,809  102,704  104,635  106,602 108,606 1 ,6 95 ,8 53 1 ,7 30 ,0 59 1, 76 4, 959 1, 80 0, 56 8 1 ,8 36, 90 1 1 ,8 73 ,9 71 1, 91 1, 794 1, 95 0, 38 6 1 ,9 89, 76 1 2 ,0 29 ,9 37 2 ,0 70 ,9 30 2, 11 2, 755 2 ,1 55, 43 1 2 ,1 98, 97 4

Rencana (Proyeksi) Jumlah Penduduk Per Kecamatan

Sumber: Hasil Analisis 2009

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palembang

1.4.2 Profil Perekonomian a. Economic Base Wilayah

Pada tahap awal pembangunan ekonomi suatu daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi ini mengandung unsur dinamis, perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, pemakaian indiktor pertumbuhan ekonomi (economic growth) sampai saat ini masih dipakai untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri diukur melalui perkembangan dari tahun ke tahun.

Sejalan dengan perkembangan Kota Palembang yang didukung oleh Visi Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan, mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya untuk mempercepat pertumbuhan kota dengan memanfaatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh Kota Palembang. Untuk mengetahui peluang pertumbuhan ekonomi di Kota Palembang, terlebih dahulu perlu diketahui sektor-sektor yang menjadi unggulan. Sektor unggulan yang dimaksud disini adalah sektor-sektor perekonomian yang di pandang penting bagi perkembangan wilayah yang bersangkutan. Penentuan sektor unggulan dimaksudkan untuk mengetahui arah dan rencana pemerintah Kota Palembang yang berkaitan dengan pengembangan sektor potensial untuk mengusahakan peningkatan pendapatan daerah, peningkatan pemeratan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja dan pemanfaatan potensi daerah secara optimal.

Terdapat beberapa indikator yang berpengaruh dalam penentuan sektor-sektor unggulan didasarkan pada beberapa indikator/variabel, yaitu :

Penentuan Sektor Basis

Penentuan sektor basis digunakan dengan menggunakan metoda perhitungan Location Quotient (LQ). Metode LQ ini dapat mengidentifikasikan sektor yang terspesialisasi di wilayah yang bersangkutan. Selain itu, dari metode LQ ini dapat diketahui potensi sektor

(9)

1.4.2 Profil Perekonomian a. Economic Base Wilayah

Pada tahap awal pembangunan ekonomi suatu daerah, umumnya perencanaan pembangunan ekonomi ini mengandung unsur dinamis, perubahan dan perkembangan. Oleh karena itu, pemakaian indiktor pertumbuhan ekonomi (economic growth) sampai saat ini masih dipakai untuk memantau perbaikan ekonomi suatu daerah. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri diukur melalui perkembangan dari tahun ke tahun.

Sejalan dengan perkembangan Kota Palembang yang didukung oleh Visi Kota Palembang sebagai Kota Metropolitan, mengindikasikan bahwa perlu adanya upaya untuk mempercepat pertumbuhan kota dengan memanfaatkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh Kota Palembang. Untuk mengetahui peluang pertumbuhan ekonomi di Kota Palembang, terlebih dahulu perlu diketahui sektor-sektor yang menjadi unggulan. Sektor unggulan yang dimaksud disini adalah sektor-sektor perekonomian yang di pandang penting bagi perkembangan wilayah yang bersangkutan. Penentuan sektor unggulan dimaksudkan untuk mengetahui arah dan rencana pemerintah Kota Palembang yang berkaitan dengan pengembangan sektor potensial untuk mengusahakan peningkatan pendapatan daerah, peningkatan pemeratan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja dan pemanfaatan potensi daerah secara optimal.

Terdapat beberapa indikator yang berpengaruh dalam penentuan sektor-sektor unggulan didasarkan pada beberapa indikator/variabel, yaitu :

Penentuan Sektor Basis

Penentuan sektor basis digunakan dengan menggunakan metoda perhitungan Location Quotient (LQ). Metode LQ ini dapat mengidentifikasikan sektor yang terspesialisasi di wilayah yang bersangkutan. Selain itu, dari metode LQ ini dapat diketahui potensi sektor yang ada dalam wilayah yang bersangkutan untuk diekspor ke wilayah lainnya ataupun tidak (dalam arti hanya melayani/memenuhi kebutuhan sendiri).

Ada tiga kondisi yang dapat dicirikan dari hasil perhitungan dengan metode LQ pada suatu wilayah, yaitu :

1. Jika Nilai LQ > 1, maka sektor yang bersangkutan disamping dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri juga memberikan peluang untuk diekspor ke wilayah lainnya. Dapat dikatakan pula bahwa wilayah tersebut terspesialisasi pada sektor yang bersangkutan (sektor basis).

2. Jika nilai LQ = 1, maka sektor yang bersangkutan hanya dapat memenuhi kebutuhan

wilayah itu sendiri.

3. Jika nilai LQ < 1, maka sektor yang bersangkutan tidak cocok untuk memenuhi

kebutuhan wilayahnya sendiri. Dapat dikatakan juga bahwa wilayah tersebut tidak terspesialisasi pada sektor tersebut.

Berdasarkan nilai LQ sektor ekonomi Kota Palembang dapat diketahui bahwa sumber-sumber perekonomian yang merupakan sektor unggulan dan menjadi sektor basis untuk mendukung pengembangan wilayah Kota Palembang hingga tahun 2007, memperlihatkan bahwa di Kota Palembang terdapat 5 (lima) sektor basis, yaitu sektor listrik, gas dan air bersih; sektor bangunan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa, dimana pada sektor-sektor ini nilai LQ-nya adalah > 1. Dalam kurun waktu antara tahun 2003-2007, sektor basis/unggulan di Kota Palembang cukup banyak berubah, karena pada tahun-tahun sebelumnya sektor basis di Kota Palembang berjumlah 7 (tujuh) sektor. Sedangkan pada tahun 2007, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran tidak lagi menjadi sektor basis. Hal ini dimungkinkan dapat terjadi karena adanya penurunan kualitas produksi sektor-sektor tersebut.

(10)

Tabel I.4

Koefisien LQ Sektor Ekonomi Kota Palembang Tahun 2003 -2007

No Sektor/Sub Sektor Ekonomi 2003 2004 2005 2006 2007

1 Pertanian 0.05 0.05 0.04 0.04 0.16

2 Pertambangan dan Penggalian 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 3 Industri Pengolahan 2.35 2.35 2.28 2.21 0.73 4 Listrik, Gas dan Air Bersih 2.98 3.11 3.06 3.06 2.76

5 Bangunan 1.05 1.07 1.05 1.05 2.39

6 Perdagangan, Hotel dan 1.48 1.54 1.53 1.50 0.91 7 Angkutan dan Komunikasi 2.78 2.88 2.90 2.93 3.21 8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 1.67 1.74 1.74 1.70 1.47

9 Jasa-jasa 1.61 16.56 1.63 1.60 5.78

Sumber : Hasil Analisis, 2009.

Laju pertumbuhan rata-rata.

Dalam menentukan laju pertumbuhan rata-rata setiap sektor perekonomian, indikator yang digunakan untuk menentukan bahwa suatu sektor merupakan sektor unggulan di daerah adalah :  jika laju pertumbuhan rata-rata sektor di daerah mempunyai nilai lebih besar daripada nilai total laju pertumbuhan perekonomian di daerahnya dan laju pertumbuhan rata-rata sektor di propinsi.

Anggapan yang digunakan dalam analisis ini adalah jika suatu daerah sebagian besar pendapatannya atau kesempatan kerjanya bersumber dari sektor yang cepat pertumbuhannya, maka daerah tersebut akan tumbuh diatas tingkat pertumbuhan propinsi. Dengan demikian, sektor yang laju pertumbuhannya tinggi merupakan sektor unggulan. Sektor unggulan di Kota Palembang cenderung didominasi oleh kegiatan yang notabene berkembang di kawasan perkotaan. Hal ini menunjukkan karateristik yang kuat mengenai perkembangan perekonomian Kota Palembang dalam skala regional. Sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang memiliki peranan paling besar dan memiliki keunggulan yang relatif tinggi dibandingkan sektor lainnya, dimana pada tahun 2007 laju pertumbuhannya mencapai sebesar 12,11% terhadap perekonomian Kota Palembang. Selanjutnya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor bangunan merupakan sektor yang memiliki laju pertumbuhan kedua dan ketiga dalam menumbuhkan perekonomian Kota Palembang. Tumbuhnya sektor–sektor tersebut berkaitan erat dengan posisi Kota Palembang yang tepat berada di tengah propinsi Sumatera Selatan serta fungsi dan perannya sebagai ibukota propinsi.

Dalam perkembangan selanjutnya, seluruh sektor unggulan tersebut perlu dipacu pertumbuhannya sehingga perekonomian Kota Palembang memiliki kekuatan untuk memposisikan wilayahnya sebagai Kota Metropolitan di Propinsi Sumatera Selatan sesuai dengan visi dan misi yang diembannya. Dengan mengamati laju pertumbuhan yang ada, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa dan sektor industri pengolahan merupakan sektor yang memiliki laju yang lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Kondisi ini sesuai dengan kedudukan Kota Palembang sebagai kota industri dan jasa yang telah terbentuk pada beberapa bagian wilayah kota.

(11)

Tabel I.5

Laju Pertumbuhan Sektor Unggulan Kota Palembang

No. Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata 1 Industri Pengolahan 3.42 3.61 3.72 3.79 4.54 3.816 2 Listrik, Gas, dan Air Minum 6.61 7.97 7.17 9.54 6.36 7.53 3 Bangunan 8.52 8.53 8.08 8.7 8.45 8.456 4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.78 8.47 8.97 7.95 8.1 8.254 5 Pengangkutan dan Komunikasi 7.03 13.41 14.63 13.62 12.11 10.754 6 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 5.62 9.26 9.62 8.12 8.8 8.284 7 Jasa-jasa 6.48 4.74 7.29 7.78 7.04 6.666 Sumber : Hasil Analisis, 2008.

Kontribusi Sektor 

Indikator lain yang digunakan untuk mengetahui bahwa suatu sektor merupakan sektor unggulan di Kota Palembang adalah perbandingan antara kontribusi sektor tersebut terhadap perekonomian Kota Palembang. Indikator yang digunakan sebagai petunjuk dalam menentukan sektor unggulan adalah jika kontribusi sektor terhadap total PDRB Kota Palembang lebih besar dari 10%, maka sektor tersebut memiliki peran besar terhadap perekonomian Kota Palembang.

Setelah mengamati laju pertumbuhan sektor unggulan di Kota Palembang, menunjukkan bahwa sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor yang memiliki keunggulan lebih tinggi dibandingkan sektor lainnya. Namun, apabila melihat kontribusi sektor tersebut relatif berada dibawah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hal ini terlihat secara riil kegiatan sektor industri serta sektor perdagangan, hotel dan restoran menunjukkan kinerja yang tinggi dalam mendukung perkembangan Kota Palembang.

Secara persentase, dalam kurun waktu tahun 2003-2007 sektor industri pengolahan memberikan kontribusi sebesar 40,46% terhadap perekonomian Kota Palembang serta diikuti oleh sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi sebesar 19,69%. Kondisi ini memberikan implikasi bahwa kedua sektor tersebut merupakan penyumbang yang vital dalam menumbuh kembangkan roda perekonomian Kota Palembang, sehingga memerlukan support   yang lebih besar dalam meningkatkan kinerja kedua sektor tersebut. Hal ini akan terkait pula dengan aspek lainnya yang berperan dalam menciptakan kedua sektor tersebut sebagai sektor unggulan di Kota Palembang, diantaranya adalah daya serap terhadap tenaga kerja yang dapat ditampung.

Tabel I.6

Kontribusi Sektor Kota Palembang Atas Dasar Harga Konstan 2000 Dengan Migas Tahun 2003-2007

No. Sektor Tahun

2003 2004 2005 2006 2007 Rata-Rata

1 Industri Pengolahan 42.81 41.68 40.38 39.19 38.25 40.46

2 Listrik, Gas, dan Air Minum 1.40 1.42 1.43 1.46 1.45 1.43

3 Bangunan 7.38 7.52 7.60 7.72 7.82 7.61

4 Perdagangan, Hotel dan Restoran 19.07 19.44 19.79 19.97 20.16 19.69 5 Pengangkutan dan Komunikasi 10.26 10.94 11.71 12.44 13.02 11.67 6 Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 6.18 6.35 6.50 6.57 6.68 6.46

7 Jasa-jasa 11.92 11.74 11.76 11.85 11.85 11.82

(12)

b. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi

Analisis Shift and Share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor (industri) di region dengan wilayah orientasi (nasional). Metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ. Metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan, sedangkan metode Shift and Share  memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya. Dalam penganalisaannya meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.

Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (Analisis Shift Share) merupakan salah satu model analisis kegiatan ekonomi untuk mengetahui sumber-sumber penyebab pertumbuhan suatu region/wilayah. Analisis Shift and Share juga sering digunakan untuk mengukur perubahan kesempatan kerja pada suatu wilayah. Menurut analisis shift-share, perubahan kesempatan kerja dalam suatu wilayah relatif terhadap perubahan kesempatan kerja nasional yang dipandang sebagai dampak netto dari tiga pengaruh yaitu: pengaruh pertumbuhan nasional, pengaruh bauran industri/kinerja sektor, dan pengaruh perubahan pangsa regional yang dilihat dari besar kontribusi yang diberikan kepada nasional.

Komponen efek pertumbuhan nasional menunjukkan pengaruh perubahan kesempatan kerja nasional terhadap perubahan kesempatan kerja regional. Efek pertumbuhan nasional menjawab pertanyaan: “Berapa besarkah pertumbuhan kesempatan kerja di wilayah X seandainya wilayah tersebut tumbuh dengan laju yang sama dengan pertumbuhan nasional?” Efek bauran industri menunjukkan pengaruh bauran industri terhadap perubahan kesempatan kerja pada suatu wilayah. Contohnya pada suatu wilayah yang memiliki proporsi kesempatan kerja relatif tinggi dalam industri yang cepat-tumbuh, misalnya lapangan kerja jasa, diharapkan memiliki pertumbuhan kesempatan kerja yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah yang dengan proporsi yang relatif tinggi dalam industri yang lambat-tumbuh, seperti industri pengolahan. Efek yang ketiga, pangsa kesempatan kerja wilayah, menunjukkan pengaruh pangsa suatu wilayah dalam total kesempatan kerja nasional dalam tiap-tiap kategori lapangan pekerjaan/sektor.

Asumsi yang digunakan dalam analisis ini yaitu ‘Perubahan perekonomian regional/wilayah relatif terhadap perubahan perekonomian skala nasional (wilayah orientasi) dalam satu periode, yang dipandang sebagai hasil pengaruh dari pertumbuhan ekonomi nasional, komposisi ekonomi regional dan kontribusi ekonomi regional terhadap nasional’.

Adapun komponen Pertumbuhan Ekonomi Region (R) :

1. N (National Growth Effect ) :

Dampak pertumbuhan ekonomi nasional

2. M ( Industry Mix Effect ) :

Komposisi kegiatan ekonomi/sektor regional

3. S (Regional Share Effect ) :

Share/kontribusi masing-masing kegiatan ekonomi/sektor di region terhadap kegiatan ekonomi/sektor sejenis dalam skala nasional dalam satu periode.

Rumus yang digunakan dalam perhitungan analisis ini adalah :

R = N + M + S

Keterangan :

R : Total perubahan perekonomian regional

(13)

Tabel I.7

Komposisi Perubahan Perekonomian Kota Palembang

No

. Sektor

Jumlah PDRB di Kota Palembang Komposisi Perubahan Perekonomian Th 2006 Th 2007 R-absolut N M S 1 Pertanian 110.439 116.094 5.655 74.697.626 71.153,13 -74.763.125

2 Pertambangan dan Penggalian - - -

-3 Industri Pengolahan 5.485.441 5.734.651 249.210 2.897.300.227 -770.766,19 -2.896.280.251

4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 204.440 217.441 13.001 3.761.696 319.609,82 -4.068.305 5 Bangunan 1.080.857 1.172.161 91.304 336.989.595 2.454.448,41 -339.352.740 6 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2.795.938 3.022.420 226.482 1.754.562.933 8.966.116,06 -1.763.302.567

7 Pengangkutan dan Komunikasi 1.741.812 1.952.723 210.911 552.903.383 14.776.706,87 -567.469.179 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 920.101 1.001.097 80.996 169.234.177 3.035.788,52 -172.188.969 9 Jasa-Jasa 1.659.064 1.775.897 116.833 580.489.903 5.349.683,57 -585.722.754 TOTAL 13.998.092 14.992.484 994.392 6.369.939.541 34.202.740,18 -6.403.147.889

Sumber : Hasil Analisis, 2009.

Berdasarkan tabel analisis di atas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 Kota Palembang

memiliki peningkatan nilai PDRB sebesar Rp. 994.392 juta. Secara kondisi ideal,

seharusnya peningkatan nilai PDRB Kota Palembang adalah sebesar Rp. 6.369.939.541 juta. Jadi terdapat kekurangan pertambahan nilai PDRB Kota Palembang sebesar Rp. 6.368.945.148,84 juta terhadap kondisi idealnya. Hal ini merupakan pengaruh dari Industri Mix Effect (M) dan Regional Share Effect (S) yang terjadi di Kota Palembang. Artinya, kondisi perekonomian Kota Palembang sudah dapat menyumbang/memberikan kontribusi nilai ekonomi terhadap Provinsi Sumatera Selatan, namun kontribusi yang diberikan belum sepenuhnya maksimal.

Nilai M sebesar 34.202.740,18 mengindikasikan bahwa kinerja seluruh sektor perekonomian yang terdapat di Kota Palembang sudah cukup maksimal. Namun demikian, sektor industri pengolahan memiliki nilai M sebesar -770.766,19, yang artinya kinerja sektor industri pengolahan belum maksimal sehingga mempengaruhi kinerja sektor lainnya di Kota Palembang (kinerja sektor ditandai dengan nilai -). Nilai deviasi sektor-sektor perekonomian di Kota Palembang cukup baik, namun untuk sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan memberikan nilai (-). Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan kedua sektor ini berada jauh di bawah pertumbuhan total di nasional.

Kontribusi per sektor maupun kontribusi sektor secara total di Kota Palembang terhadap Provinsi Sumatera Selatan sangat kurang, hal ini ditandai dengan nila S s ebesar ’negatif’ Rp. 6.403.147.889 juta. Kegiatan ekonomi di Kota Palembang belum dapat memberikan kontribusi terhadap nasionalnya. Selama kurun waktu tahun 2006-2007, Kota Palembang mengalami perubahan struktur perekonomian akibat adanya selisih nilai PDRB terhadap kondisi ideal (mengacu pada pertumbuhan nasional) sebesar Rp 6.386.945.148,84 juta yang diakibatkan dari adanya penurunan nilai kontribusi PDRB dari sektor industri pengolahan dan pertambangan dan penggalian. Dengan kata lain, selama kurun waktu tersebut, perekonomian Kota Palembang mengalami penurunan akibat dari kinerja ekonomi/sektor yang berada dalam kondisi kurang baik dan tidak mengalami pertumbuhan.

c. Pergerakan Barang dan Jasa Intra dan Inter Kota

Pola persebaran barang yang terjadi saat ini memperlihatkan keadaan pergerakan barang dan jasa yang masuk dari beberapa tempat, kemudian mengumpul dan disebarkan ketempat tujuan tertentu. Jenis produksi yang dihasilkan umumnya berupa produksi primer atau hasil olahan industri dan pola pemasaran yang terjadi umumnya memiliki pola internal dan eksternal.

Pintu masuk barang dan penumpang di Kota Palembang melalui pintu-pintu utama antara lain Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II, stasiun Kereta Api Kertapati, Terminal Karya Jaya, Terminal Alang-Alang Lebar, Pelabuhan Boom Baru, Pelabuhan 35 Ilir.

(14)

d. Pola Persebaran Kegiatan Perekonomian Dalam Kota

Persebaran kegiatan perekonomian di Kota Palembang memiliki beberapa karakteristik sesuai dengan perkembangan yang terjadi. Namun secara umum, kegiatan ekonomi di Kota Palembang cenderung didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa yang berkembang di sekitar pusat kota. Pada beberapa tahun terakhir, perkembangan sarana perdagangan dan  jasa semakin berkembang dan berpola linear (ribbon development)  yaitu menjalar mengikuti jaringan jalan utama kota. Indikasi yang menunjukkan hal tersebut adalah semakin banyaknya pembanguan ruko (rumah toko) di sepanjang jalur jalan. Sedangkan sarana perekonomian rakyat, seperti pasar telah tersebar pada masing-masing kecamatan. Sementara kegiatan perindustrian relatif berkembang pada wilayah-wilayah tertentu yang berada di luar kawasan pusat kota, hal ini dimungkinkan telah sesuai dengan arahan pemanfaatan lahan dan pertimbangan bahwa kegiatan industri memerlukan ruang yang besar dan akses yang langsung dapat melakukan hubungan regi onal.

e. Kemampuan Keuangan Daerah

Pemerintah mempunyai fungsi yang penting agar kegiatan pembangunan tetap berjalan, baik dari sisi alokasi, distribusi maupun stabilisasi. Guna menjalankan fungsinya pemerintah membutuhkan dana yang bersumber dari masyarakatnya maupun swasta.

Selama kurun waktu 1995 sampai dengan 2002 dana yang dibutuhkan oleh pemerintah Kota Palembang terus mengalami peningkatan yang cukup berarti. Namun demikian, komposisi yang dialokasikan untuk pengeluaran rutin dan pembangunan relatif kurang seimbang. Kondisi ini dapat dilihat dari persentase pengeluaran rutin yang lebih besar bila dibandingkan dengan pengeluaran pembangunan.

Tabel I.8

Realisasi Pendapatan Daerah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) TA 2003 - 2007

No Tahun  Anggaran

Realisasi

Realisasi PAD Persentase Realisasi PAD terhadap Pendapatan Daerah (%) Pendapatan Daerah (Rp) ( Rp ) 1. 2003 547.308.148.900,65 63.522.968.156,65 11,61 2. 2004 600.278.292.190,00 61.568.178.324,00 10,26 3. 2005 698.327.409.737,72 81.030.970.687,46 11,6 4. 2006 891.823.700.337,37 92.041.247.508,30 10,32 5. 2007 1.082.226.879.063,49 109.635.673.670,98 10,13 Sumber : Bagian Keuangan Setda Kota Palembang, 2008

f. Pendapatan Asli Daerah

Salah satu sumber pendapatan pemerintah Kota Palembang yang digunakan untuk membiayai pembangunan berasal dari PAD yang terdiri dari pajak, retribusi, laba BUMD dan penerimaan lain-lain. Dari tahun 1998/1999 sampai dengan nilai 2001 nilai PAD didominasi oleh pajak, sedangkan pada tahun 2002 mulai digeser oleh retribusi.

Pemberlakuan desentralisasi fiskal melalui pelaksanaan UU No. 25 Tahun 1999 ternyata telah memacu pemerintah Kota Palembang untuk menggali potensi penerimaan, sehingga dapat diharapkan dapat berdampak positif terhadap nilai PAD. Namun demikian, seperti halnya dengan pemerintah Kabupaten-Kota yang lainnya ternyata kontribusi PAD terhadap penerimaan total daerah rata-rata hanya sekitar 10%.

(15)

Tabel I.9

Perkembangan Nilai Pendapatan Asli Daerah Kota Palembang Tahun 2006-2007

Jenis Penerimaan Penerimaan Th 2006 Penerimaan Th 2007 I. 1 Pajak Daerah

Pajak Hotel Pajak Restoran Pajak Hiburan Pajak Reklame

Pajak Penerangan Jalan Pajak Peng.Galian C Pajak Parkir Rp. 4.535.807.247,00 Rp. 8.693.872.955.80 Rp. 1.793.524.705,00 Rp. 3.628.407.134,00 Rp. 24.844.879.752,00 Rp. 507.830.032,00 Rp. 1.053.027.000.,00 Rp. 4.954.301.974,00 Rp. 10.762.760.474,00 Rp. 2.624.997.097,00 Rp. 4.121.043.626,73 Rp. 26.896.727.353,33 Rp. 732.704.132.,00 Rp. 1.394.332.950,00 Jumlah I.1 2. Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 4. Lain-lain yang sah

Rp. 45.057.348.825,80 Rp. 40.375.914.272,50 Rp. 821.389.463,07 Rp. 10.948.198.417,00 Rp. 51.486.867.607,06 Rp. 48.572.158.218,00 Rp. 2.366.826.716,28 Rp. 39.702.466.760,13 Jumlah Penerimaan PAD Rp 97.202.850.978,37 Rp. 142.128.319.364,47

Sumber : BPS, Palembang dalam angka, dan Pemkot; Laporan Perhitungan APBD

g. Struktur Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Kota Palembang. Struktur Penerimaan APBD

Pembahasan mengenai perkembangan dan potensi penerimaan keuangan daerah untuk pembangunan masa mendatang dilaksanakan berdasarkan UU No.29 Tahun 1999. Menurut undang-undang tersebut, pendapatan daerah terdiri dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DAU, Bagi hasil dan DAK), lain-lain pendapatan yang sah dan pinjaman daerah. PAD meliputi pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengolahan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan, lain-lain pendapatan yang sah. Sedangkan dana perimbangan (revenue sharing) meliputi bagian daerah dari Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan bangunan, dan sumberdaya alam. Sementara itu DAU (unconditional grants) ditentukan berdasarkan formula khusus dan DAK (conditional grants) ditetapkan berdasarkan persetujuan dari pemerintah pusat.

Pada dasarnya struktur pendapatan Kota Palembang tidak jauh berbeda dengan kondisi pendapatan Kabupaten-Kota di indonesia, dimana kontribusi PAD masih relatih kecil yaitu 39,67%. Hal tersebut sangat memprihatinkan mengingat fungsi dari Kota Palembang itu sendiri selain Kota Metropolitan, yaitu sebagai Kota Interregional dan sebagai salah satu Pusat Pertumbuhan Pulau Sumatera. Namun demikian, kontribusi terhadap PAD yang tertinggi terbesar berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk “intergovermental grants” yang meliputi bagi hasil dan DAU, yaitu sekitar 22,56%.

Struktur Pengeluaran APBD

Struktur pengeluaran secara garis besar terdiri dari dua kelompok, yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 1.15 berikut diketahui bahwa pengeluaran pemerintah masih didominasi oleh belanja rutin, yaitu sebesar 73,05%, sedangkan belanja pembangunan hanya sebesar 21,66%. Sementara itu sebagai perbandingan komposisi pengeluaran pemerintah Kabupaten-Kota se-Indonesia meliputi pengeluaran rutin sebesar 68,01% dan pengeluaran pengembangan sebesar 31,99%. Komposisi pengeluaran Kota Palembang relatif lebih timpang bila dibandingkan dengan kondisi pengeluaran Kabupaten-Kota secara keseluruhan.

Sebagian besar pengeluaran rutin dialokasikan untuk belanja jalan, irigasi, dan jaringan, yaitu sebesar 26,41% dari total pengeluaran. Sedangakan untuk pengeluaran pembangunan porsi terbesar diserap oleh sektor belanja pegawai, yaitu sebesar 19,03% dari pengeluaran total.

(16)

h. Potensi Investasi

Sebagai pusat pertumbuhan wilayah di Sumatera Selatan, maka Kota Palembang telah berkembang menjadi pusat kegiatan perdagangan, jasa, industri, pemerintahan, pendidikan dan pariwisata. Potensi investasi yang berkembang antara terdapat di hampir semua sektor. Di sektor industri masih sangat terbuka potensi investasi di sektor ini, antara lain industri pengolahan bahan makanan, industri energi, industri kimia, industri makanan dan minuman. Potensi sektor industri didukung oleh melimpahnya dumber daya alam di sekitar Kota Palembang, banyaknya tenaga kerja, adanya lahan yang masih cukup luas dan prospek pemasaran hasil industri yang sangat baik.

Di sektor perdagangan kota ini memiliki potensi antara lain perdagangan ritel dan perdagangan barang-barang konsumsi. Jumlah penduduk yang besar menjadi faktor pendorong yang kuat bagi perkembangan sektor perdagangan. Di sektor pariwisata, saat ini Kota Palembang dan Provinsi Sumatera Selatan sedang giat meningkatkan sektor pariwisata. Potensi investasi di sektor ini antara lain usaha di bidang akomodasi seperti hotel dan penginapan, restoran dan rumah makan, usaha jasa wisata seperti penjualan tiket, paket wisata dan sebagainya.

Perkembangan kota yang pesat memutuhkan perkembangan infrastruktur yang lebih baik dan lengkap, sehingga kebutuhan investasi di bidang ini juga sangat potensial misal investasi di bidang transportasi (angkutan umum, taksi), air bersih, pengelolaan persampahan dan sebagainya. Nilai investasi di Kota Palembang juga mengalami peningkatan baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing.

Pada tahun 2006, nilai investasi yang berasal dari pihak asing hanya sebesar Rp. 10.000.000,- dan sebesar Rp. 17.038.000,- adalah modal pihak dalam negeri. Namun pada tahun 2007, nilai investasi di Kota Palembang sebagian besar berasal dari investasi Asing. Hal ini mempengaruhi kinerja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan maupun Pemerintah Kota Palembang dalam upaya pengembangan kota. Dengan pengoptimalan sumber daya alam maupun manusia di Kota Palembang diharapkan dapat menarik investasi baik dalam negeri maupun investasi luar negeri di tahun mendatang, terutama investasi dalam negeri.

1.4.3 Profil Fisik Dan Lingkungan. a. Letak Geografis.

Secara geografis, posisi Kota Palembang terletak antara 20 52’ sampai 30 5’ Lintang Selatan

dan 1040 37’ sampai 1040 52’ Bujur Timur dengan ketinggian rata-rata 8 meter dari

permukaan. Secara administrasi Kota Palembang berbatasan dengan :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Pangkalan Benteng, Desa Gasing dan Desa

Kenten Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyu Asin.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Balai Makmur Kecamatan Banyu Asin I Kabupaten

Banyu Asin.

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bakung Kecamatan Indralaya kabupaten

Ogan Ilir.

 Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sukajadi Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten

Banyu A

sin.

b. Topografi dan Kemiringan Lereng

Terdapat perbedaan karakter topografi yang agak berbeda antara Seberang Ulu dan Seberang Ilir. Bagian wilayah Seberang Ulu pada umumnya mempunyai topografi yang relatif datar dan sebagian besar dengan tanah asli berada di bawah permukaan air pasang maksimum Sungai Musi (+ 3,75 m di atas permukaan laut) kecuali lahan-lahan yang telah dibangun (dan akan dibangun) dimana permukaan tanah telah mengalami penimbunan

Gambar

Tabel I.1Tabel I.1
Diagram Sistem Lalu Lintas Sungai Dalam Kota Palembang
Tabel I.28 Skalogram No  Fungsi  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  11  12  13  14  15  16 1  Pendidikan a

Referensi

Dokumen terkait

axis frontal : superior, terlihat lead I negatif dan lead AVF juga negatif., sehingga gambarannya seperti gelombang S yang dalam. Baseline yang digunakan untuk menyatakan lead

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Prioritas Nasional Tahun 2019- 2024, ditetapkan 6 (enam) Sasaran Strategik Kementerian Dalam Negeri. Adapun tujuan dan Sasaran

NO SASARAN PENJELASAN UNIT ORGANISASI PELAKSANA SUMBER DATA INDIKATOR KINERJA UTAMA 14 Jumlah SDM yang difasilitasi untuk meningkat- kan kemampuan kerja dan pengetahuan terkait

Penetapan Target Spesifikasi Produk Agar mudah dalam mengidentifikasi kendala yang mungkin dihadapi untuk mencapai solusi optimal, spesifikasi desain disusun

friendship juga dapat diupayakan dengan Promoting inclusive and pluralistic theologies dan Opposing prejudice- supporting ideologies.(Burch-Brown &amp; Baker, 2016)

Atas dasar pertimbangan dan kondisi tersebut, maka Puslitbang Peternakan melakukan kegiatan pengembangan sistem usahatani ternak tanaman pangan berbasis kambing di Kabupatern

Namun penulis ingin menganalisa dan menghitung perpindahan panas yang terjadi dalam ketel uap pipa air (water tube boiler) dengan data kapasitas uap boiler yang

7ahan #akar diesel dari ran.kaian tekanan rendah mendapat tekanan dari pompa #alin.#alin. atau pompa roda .i.i Jika ke!epatan mesin menin.kat maka tekanan terse#ut