• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, otonomi daerah, pajak daerah, retribusi daerah, UU No. 32 Tahun 2004

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, otonomi daerah, pajak daerah, retribusi daerah, UU No. 32 Tahun 2004"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 ABSTRAK

Huslandari, Afrilyanita, Ery. 2009. Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Pajak dan Retribusi Daerah di Kabupaten Probolinggo pada Era Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004. Skripsi, Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. H. Edi Suhartono, S.H, M.Pd, (II) Rusdianto Umar, S.H, M.Hum.

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, otonomi daerah, pajak daerah, retribusi daerah, UU No. 32 Tahun 2004

Sesuai dengan amanat perubahan UUD 1945 yang tertuang dalam pasal 18 ayat (2) pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pengembangan otonomi daerah di Indonesia. Berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah berbasis kepada titik berat otonomi daerah yang diletakkan di daerah Kabupaten dan Kota. Dalam menyelenggarakan urusan rumah tangganya, daerah membutuhkan dana atau uang karena faktor keuangan merupakan hal yang esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Agar kemandirian daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri terwujud, Pemerintah Daerah diberi kesempatan untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerah, salah satunya dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. PAD adalah salah satu sumber keuangan daerah yang terdiri dari empat jenis pendapatan yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian tentang peningkatan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Probolinggo pada era otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang: (1) sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Probolinggo pada era otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, (2) kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 di Kab. Probolinggo, (3) peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah tahun anggaran 2004-2008 di Kab. Probolinggo, (4) upaya Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo dalam rangka meningkatkan PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, (5) kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo dalam meningkatkan PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah, (6) upaya Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian dilakukan di Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo. Sumber data terdiri dari data kepustakaan dan data lapangan. Data kepustakaan bersumber dari dokumen yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Sedangkan data yang bersumber dari lapangan

(2)

2

diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah reduksi data, display data/penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk mendapatkan kebenaran pemaparan dilakukan dengan cara triangulasi yakni menggunakan sumber, metode, dan teori.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sumber-sumber PAD Kab. Probolinggo berasal dari pajak daerah dengan enam jenis sumber penerimaan, retribusi daerah dengan dua puluh enam jenis sumber penerimaan dan merupakan sumber PAD yang terbesar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dengan satu jenis sumber penerimaan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang terdiri dari sepuluh jenis sumber penerimaan; (2) kontribusi pajak daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 25,73%, sedangkan retribusi daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 40%; (3) peningkatan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Probolinggo dari tahun anggaran 2004-2008 selalu mengalami peningkatan. Begitu pula dengan target dan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, secara keseluruhan pencapaian target yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik dalam arti penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara keseluruhan setiap tahunnya selalu melebihi target yang dicanangkan; (4) upaya Pemerintah Kab. Probolinggo melalui Dinas Pendapatan dalam meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah dilakukan melalui cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan wajib pajak dengan instansi terkait dan memberikan penyuluhan/pembinaan sehingga diharapkan wajib pajak sadar dalam membayar pajak/tidak ada rasa terpaksa untuk membayar pajak, melakukan pengawasan/monitoring terhadap aparat yaitu dengan adaya tim evaluasi, memberikan hadiah pada wajib pajak yang membayar pajak tepat waktu, dan memberikan hukuman kepada wajib pajak yang tidak membayar tepat waktu. Sedangkan ekstensifikasi mengali sumber-sumber PAD yang baru sesuai dengan perundang-undangan; (5) kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kab. Probolinggo dalam meningkatkan PAD yang berasal pajak dan retribusi daerah adalah minimnya sarana dan prasarana petugas, Sumber Daya Manusia (SDM) aparat yang rendah, dan kurangnya investor untuk mengelola tempat-tempat wisata yang berpotensi; (6) upaya Pemerintah Kab. Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah adalah mengajukan dana kepada Kepala Daerah untuk keperluan sarana dan prasana dalam melaksanakan tugas, menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya dengan melakukan promosi, meningkatkan SDM.

Berdasarkan penelitian ini disarankan supaya dilakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah, memberikan sanksi hukum yang tegas pada wajib pajak yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya, mendata ulang retribusi daerah dengan baik, meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan tempat parkir sehingga dapat memasukkan pajak parkir sebagai pajak daerah guna meningkatkan PAD, menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya di daerah, dengan melakukan promosi potensi-potensi daerah yang unggul dan menciptakan suasana yang kondusif serta meningkatkan kualitas intelektual maupun kualitas moral aparat.

(3)

3 A. Latar Belakang

Pasca perubahan UUD 1945 ketentuan normatif tentang otonomi daerah yang berkaitan dengan hirarkhi pemerintahan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), mekanisme pemilihan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Kepala Daerah, serta hubungan antara pemerintah pusat dan daerah semakin jelas dan tegas, dibandingkan dengan sebelum perubahan UUD 1945, karena hanya menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan undang-undang.

Sesuai dengan amanat perubahan UUD 1945 yang tertuang dalam pasal 18 ayat (2) pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Sejalan dengan itu Abdullah (2002:16) menyatakan bahwa:

Asas otonomi dan tugas pembantuan merupakan dasar pelaksanaan otonomi daerah yaitu penyerahan tanggungjawab kepada daerah untuk mengelola potensi yang ada di daerah sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing daerah. Dalam rangka pelaksanaan otonomi dan tugas pembantuan dibentuk dan disusun daerah propinsi, daerah kabupaten dan kota yang berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Faktor keuangan merupakan hal yang esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya, ini berarti dalam

penyelenggaraan urusan rumah tangganya, daerah membutuhkan dana atau uang. Kemudian untuk mewujudkan kemandirian daerah dalam pembangunan dan mengurus rumah tangganya sendiri, maka Pemerintah Daerah diberi kesempatan untuk menggali sumber-sumber keuangan yang ada di daerah.

Untuk memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup. Dalam hal ini daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, salah satunya yaitu daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak daerah yang sudah disetujui oleh Pemerintah Pusat (Kaho, 2002:126).

(4)

4 B. Rumusan Masalah

1. Apasajakah sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Probolinggo tahun anggaran 2004-2008?

2. Bagaimanakah kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun anggaran 2004-2008 di Kabupaten Probolinggo?

3. Bagaimana peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah tahun anggaran 2004-2008 di Kabupaten Probolinggo?

4. Bagaimanakah upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah?

5. Kendala-kendala apa yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah?

6. Bagaiamana upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Probolinggo tahun anggaran 2004-2008

2. Mengetahui kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tahun anggaran 2004-2008 di Kabupaten Probolinggo

3. Mengetahui peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah tahun anggaran 2004-2008 di Kabupaten Probolinggo

4. Mengetahui usaha Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah

5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah

(5)

5

6. Mengetahui upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan bagi:

1. Lembaga Pemerintahan dalam hal ini Dispenda Kabupaten Probolinggo: hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam merencakan program kerja selanjutnya sesuai dengan yang diharapkan. 2. Lembaga dalam hal jurusan PPKn: hasil penelitian ini dapat digunakan

sebagai bahan dokumentasi dan menambah pembendaharaan karya ilmiah yang berkaitan dengan materi perkuliahan, selain itu juga dapat menambah kepustakaan Universitas Negeri Malang dalam rangka meningkatkan dan mewujudkan misinya misalnya seperti tertuang dalam Tri Darma Tinggi. 3. Pengembangan Ilmu Pengetahuan: hasil penelitian ini berguna untuk

menambah khasanah dan wawasan keilmuan dibidang pemerintahan. 4. Penelitian Lanjutan: diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi

kontribusi bagi penelitian lanjutan untuk penelitian sejenis. E. Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian dilakukan di Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo. Sumber data terdiri dari data kepustakaan dan data lapangan. Data kepustakaan bersumber dari dokumen yang berkaitan dengan pajak dan retribusi daerah. Sedangkan data yang bersumber dari lapangan diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah reduksi data, display data/penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk mendapatkan kebenaran pemaparan dilakukan dengan cara triangulasi yakni menggunakan sumber, metode, dan teori.

F. Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sumber-sumber PAD Kab. Probolinggo berasal dari pajak daerah dengan enam jenis sumber penerimaan, retribusi daerah dengan dua puluh enam jenis sumber penerimaan dan merupakan sumber PAD yang terbesar, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

(6)

6

dengan satu jenis sumber penerimaan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang terdiri dari sepuluh jenis sumber penerimaan; (2) kontribusi pajak daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 25,73%, sedangkan retribusi daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 40%; (3) peningkatan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Probolinggo dari tahun anggaran 2004-2008 selalu mengalami peningkatan. Begitu pula dengan target dan realisasi

penerimaan pajak dan retribusi daerah, secara keseluruhan pencapaian target yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik dalam arti penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara keseluruhan setiap tahunnya selalu melebihi target yang dicanangkan; (4) upaya Pemerintah Kab. Probolinggo melalui Dinas Pendapatan dalam meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah dilakukan melalui cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan wajib pajak dengan instansi terkait dan memberikan penyuluhan/pembinaan sehingga diharapkan wajib pajak sadar dalam membayar pajak/tidak ada rasa terpaksa untuk membayar pajak, melakukan pengawasan/monitoring terhadap aparat yaitu dengan adaya tim evaluasi, memberikan hadiah pada wajib pajak yang membayar pajak tepat waktu, dan memberikan hukuman kepada wajib pajak yang tidak membayar tepat waktu. Sedangkan ekstensifikasi mengali sumber-sumber PAD yang baru sesuai dengan perundang-undangan; (5) kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kab. Probolinggo dalam meningkatkan PAD yang berasal pajak dan retribusi daerah adalah minimnya sarana dan prasarana petugas, Sumber Daya Manusia (SDM) aparat yang rendah, dan kurangnya investor untuk mengelola tempat-tempat wisata yang berpotensi; (6) upaya Pemerintah Kab. Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah adalah mengajukan dana kepada Kepala Daerah untuk keperluan sarana dan prasana dalam melaksanakan tugas, menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya dengan melakukan promosi, meningkatkan SDM.

(7)

7 G. Pembahasan

1. Sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Probolinggo Tahun Anggaran 2008

Berdasarkan UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terbagi menjadi dua yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten/kota. Pembagian ini dilakukan sesuai pada wilayah administrasi propinsi atau kabupaten/kota yang bersangkutan. UU No. 34 Tahun 2000 secara tegas

menetapkan sebelas jenis pajak daerah yaitu empat jenis pajak propinsi dan tujuh jenis pajak kabupaten/kota. Jenis-jenis pajak yang dikelola/dipungut oleh

pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut. (1) pajak hotel

(2) pajak restoran (3) pajak hiburan (4) pajak reklame

(5) pajak penerangan jalan

(6) pajak pengambilan dan pengelolaan bahan galian C (7) pajak parkir.

Sedangkan berdasarkan hasil penemuan penelitian dilapangan, ditemukan bahwa jenis pajak daerah yang dipungut oleh Pemerintah Daerah Kab.

Probolinggo hanya enam jenis, yaitu: (1) pajak hotel

(2) pajak restoran (3) pajak hiburan (4) pajak reklame

(5) pajak penerangan jalan

(6) pajak pengambilan dan pengolahan bahan galian golongan C.

Menurut peneliti, pajak daerah yang seharusnya dipungut oleh Pemerintah Kab. Probolinggo harus sesuai dengan UU No. 34 Tahun 2004 yang lebih

khususnya di atur dalam Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah, sehingga jenis pungutannya berjumlah tujuh jenis pajak daerah.

Diharapkan dengan masuknya pajak parkir sebagai pajak daerah, dapat menambah jumlah penerimaan pajak daerah. Namun, sesuai dengan penjelasan UU No.32

(8)

8

Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah pasal 2 ayat (2), daerah Kabupaten/Kota dapat tidak memungut salah satu atau beberapa jenis pajak yang telah ditetapkan, apabila potensi pajak di daerah Kabupaten/Kota tersebut dipandang kurang memadai.

Selain jenis pajak tersebut diharapkan Pemerintah Kab. Probolinggo melalui Peraturan Daerah menetapkan jenis pajak lainnya sesuai kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Penetapan jenis pajak lainnya harus benar-benar bersifat spesifik dan potensial di daerah.

2. Kontribusi Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran 2004-2008

Pajak daerah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah dari sektor PAD diharapkan mampu menjadi pendukung utama dalam pembiayaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Sesuai dengan temuan penelitian dikemukakan bahwa penerimaan dari sektor pajak daerah Kab. Probolinggo dari sisi jumlah penerimaan selalu mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pajak daerah sebagai salah satu jenis PAD diharapkan mampu memberikan kontribusi yang cukup tinggi, sehingga diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dana dan memeratakan kesejahteraan masyarakat sehingga daerah mampu melaksanakan otonomi, yaitu mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Tetapi berdasarkan temuan penelitian kontribusi pajak daerah terhadap PAD dari tahun anggaran 2004-2008 rata-rata hanya 25, 73%, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD masih belum cukup tinggi. Padahal menurut peneliti, pajak daerah merupakan salah satu sumber PAD yang cukup potensial untuk dikembangkan lebih lanjut terutama di wilayah Kab. Probolinggo. Hal ini terbukti dari hasil penelitian terdahulu, bahwa kontribusi pajak daerah terhadap PAD di Kota Malang selalu memberikan kontribusi yang cukup tinggi, yaitu rata-rata 45% pertahun (Purwaningsih, 2006:40).

Menurut Kaho (2002:131) pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah sebagai wajib pajak, penyerahan dilakukan berdasarkan

(9)

9

undang, pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang dan/atau peraturan hukum lainnya, hasil pungutan pajak daerah

dipergunakan untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik. Hal ini sesuai dengan kenyataan di lapangan, bahwa pajak daerah yang terdiri dari enam jenis dipungut oleh Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo dan digunakan untuk keperluan menyejahterakan masyarakat dan pembangunan di wilayah Kab. Probolinggo. Dana yang berasal dari pajak daerah memang tidak dapat dirasakan langsung oleh masyarakat, karena pajak daerah tidak sama dengan retribusi daerah. Kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah

memang tidak tinggi jika dibandingkan dengan kontribusi retribusi daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Sedangkan untuk kontribusi retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah menduduki tingkat pertama, karena berdasarkan temuan penelitian penerimaan dari retribusi daerah merupakan penerimaan yang paling tinggi, dimana kontribusi retribusi daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 40% , hal ini disebabkan banyaknya jenis retribusi daerah yang dipungut oleh Pemerintah Kab. Probolinggo. Selain dilihat dari banyaknya jenis retribusi daerah, hal yang mempengaruhi tingginya penerimaan dari retribusi ini karena retribusi daerah merupakan pungutan wajib bagi pengguna jasa atau layanan, dan dalam pemungutannya terdapat paksaan.

Menurut Kaho (2002:152) ciri-ciri mendasar yang melekat dari retribusi daerah adalah retribusi dipungut oleh daerah, dalam pemungutannya terdapat paksaan secara ekonomis, adanya kontraprestasi yang secara langsung dapat ditunjuk, retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan, atau menggunakan jasa yang disediakan daerah.

Maka dapat disimpulkan, dengan adanya paksaan secara ekonomis dalam pemungutannya, dan kontraprestasi secara langsung dapat mempengaruhi jumlah penerimaan yang berasal dari retribusi daerah.

(10)

10

3. Peningkatan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Kabupaten Probolinggo Tahun anggaran 2004-2008

Berdasarkan temuan penelitian tentang peningkatan pajak dan retribusi daerah Kab. Probolinggo tahun anggaran 2004-2008, ditemukan bahwa pajak daerah dan retribusi daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan

Begitu pula dengan target dan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, berdasarkan temuan penelitian diketahui secara keseluruhan pencapaian target yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik dalam arti penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara keseluruhan setiap tahunnya selalu melebihi target yang dicanangkan.

Sebagai daerah otonom, Pemerintah Kab. Probolinggo selalu berupaya untuk meningkatkan PAD setiap tahunnya. Dari beragam jenis pajak daerah yang dipungut Pemerintah Kab. Probolinggo, angka realisasi pajak tertinggi diperoleh dari realisasi pajak penerangan jalan. Dari tahun anggaran 2004-2008, pajak penerangan jalan selalu memberikan kontribusi yang cukup tinggi pada

penerimaan pajak daerah. Sedangkan dari sektor retribusi daerah, angka realisasi retribusi yang tertinggi diperoleh dari realisasi retribusi pelayanan kesehatan. Dari tahun anggaran 2004-2008, retribusi pelayanan kesehatan selalu memberikan kontribusi paling tinggi pada retribusi daerah.

Peningkatan pajak dan retribusi daerah dari tahun anggaran 2004-2008 tidak lepas dari kinerja Pemerintah Kab. Probolinggo melalui Dinas Pendapatan, terutama dalam mencanangkan target penerimaan. Pemerintah Kab. Probolinggo harus memperhatikan situasi dan kondisi perekonomian serta politik yang kondusif, karena kedua hal ini dapat dikatakan sebagai dua sisi mata uang dan dapat menentukan hitam-putihnya realisasi penerimaan. Kegiatan ekonomi yang melaju pesat dengan ditopang oleh kestabilan kondisi sosial politik daerah akan memberikan peluang bagi daerah untuk mengoptimalkan pencapaian target yang didukung oleh kemampuan dan kesadaran masyarakat untuk memenuhi

kewajibannya dalam membayar pajak daerah dan retribusi daerah. Menurut peneliti, dalam menentukan targetnya Pemerintah Kab.

Probolinggo harus menempuh berbagai cara. Adapun cara-cara tersebut adalah: 1. Melihat potensi wajib pajak daerah dan wajib retribusi daerah

(11)

11

2. Melihat pertumbuhan perolehan pajak daerah dan retribusi daerah dari tahun ke tahun

3. Melihat rata-rata penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah pada periode-periode sebelumnya

4. Prediksi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa mendatang yang memiliki dampak langsung terhadap pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah.

4. Upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam Rangka Meningkatkan PAD yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Berdasarkan temuan penelitian tentang upaya Pemerintah Kab. Probolinggo dalam rangka meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah ditemukan bahwa upaya untuk meningkatkan pajak daerah dapat dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dilakukan dengan cara mengumpulkan wajib pajak dengan instansi terkait dan memberikan

penyuluhan/pembinaan sehingga diharapkan wajib pajak sadar dalam membayar pajak/tidak ada rasa terpaksa untuk membayar pajak. Intensifikasi juga dilakukan dengan melakukan pengawasan/monitoring terhadap aparat yaitu dengan adaya tim evaluasi, memberikan hadiah pada wajib pajak yang membayar pajak tepat waktu, dan memberikan hukuman kepada wajib pajak yang tidak membayar tepat waktu. Sebagai contoh, jika suatu desa membayar pajak tepat waktu maka

pemerintah daerah memberikan hadiah komputer kepada perangkat desa. Sedangkan ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengali sumber-sumber PAD yang baru sesuai dengan perundang-undangan.

Berdasarkan temuan penelitian pula, bahwa upaya untuk meningkatkan pajak daerah dilakukan dengan intensifikasi yaitu membuka/memperbaiki tempat wisata contohnya wisata Pantai Bentar, memberi sosialisasi atau penyuluhan pada masyarakat tentang pentingnya membayar pajak, melakukan penjaringan terhadap pelaku reklame yang tidak mempunyai ijin dan tidak membayar pajak. Dalam hal melakukan penjaringan terhadap pelaku reklame yang tidak mematuhi peraturan daerah, Dispenda juga bekerja sama dengan instansi terkait misalnya Satpol PP,

(12)

12

dan Dinas Perijinan dalam mengetahui wajib pajak reklame yang tidak memiliki ijin serta tidak membayar pajak, sehingga dapat diberikan sanksi.

Berdasarkan temuan penelitian pula dapat diketahui bahwa upaya dalam meningkatkan retribusi daerah dilakukan dengan cara mendata ulang pedagang pasar dan memberikan sanksi apabila sulit untuk membayar retribusi daerah. Hal ini merupakan upaya secara intensifikasi.

Berdasarkan temuan penelitian yang sudah dipaparkan di atas sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sidik (dalam Purwaningsih, 2006:21), bahwa upaya dalam meningkatkan pajak daerah dilakukan melalui cara

intensifikasi dan ekstensifikasi.

Intensifikasi merupakan suatu tindakan yang lebih giat, teliti, ketat, dan sesuai aturan. Apabila dikaitkan dengan intensifiksi pajak dan retribusi daerah, maka dapat diartikan sebagai salah satu usaha penyempurnaan yang telah ditetapkan. Adapun tujuan dari intensifikasi pajak dan retribusi daerah tersebut adalah untuk mencapai suatu tingkat pendapatan tertentu dari pajak dan retribusi daerah.

Keberhasilan intensifikasi dan ekstensifikasi pajak dan retribusi daerah tergantung pada usaha-usaha yang dilakukan oleh Pem. Kab/Kota. Diketahui bahwa upaya yang dilakukan telah membawa hasil yang baik, yaitu melebihi target yang ditentukan.

Selain berbagai upaya intensifikasi dan ekstensifikasi, menurut peneliti masih ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan pajak dan retribusi daerah. Faktor tersebut adalah:

(1) meningkatkan pelayanan bagi masyarakat yang memerlukan perijinan pada pelayanan satu atap

(2) meningkatkan koordinasi antarunit kerja terkait

(3) mempermudah pembayaran pajak daerah dengan menyediakan loket pembayaran pajak daerah di setiap wilayah yang dekat dengan objek pajak, sehingga dapat memudahkan dalam pembayaran pajak

(4) pembagian tugas yang jelas pada aparat, agar tidak terjadi tumpang tindih dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya.

(13)

13

Dalam temuan penelitian, pengawasan/monitoring terhadap aparat adalah upaya yang dilakukan Pemerintah Kab. Probolinggo. Dalam hal ini, peneliti juga sependapat, karena pengawasan yang efektif perlu dilakukan dalam upaya peningkatan pajak dan retribusi daerah. Melalui pengawasan dapat diketahui apakah sesuatu sesuai dengan rencana, dapat diketahui kesulitan dan kelemahan dalam bekerja untuk kemudian diperbaiki. Dinas Pendapatan tidak lepas dari keharusan akan adanya pengawasan. Apalagi yang dikelola Dinas Pendapatan adalah uang daerah yang merupakan tulang punggung tegaknya otonomi daerah. Oleh karena itu, setiap penyimpangan/ketidaksesuaian dengan rencana dapat menggoyahkan sendi-sendi penyelenggaraan otonomi daerah.

5. Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam Meningkatkan PAD yang berasal dari Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Upaya Pemerintah Kab. Probolinggo dalam meningkatkan pajak dan retribusi daerah melalui Dispenda tidak selalu berjalan dengan lancar. Banyaknya permasalahan dilapangan sehingga menimbulkan berbagai kendala dalam

meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah. Berdasarkan temuan penelitian diketahui bahwa kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kab. Probolinggo dalam meningkatkan PAD yang berasal dari pajak daerah dan retribusi daerah adalah sarana dan prasarana petugas kurang memadai jika

dibandingkan dengan luasnya objek yang mau diteliti, aparat/petugas yang kurang mencukupi, Sumber Daya Manusia (SDM) aparat/petugasnya yang rendah, padahal dalam upaya meningkatkan PAD dibutuhkan managerial skill sebagai perencana untuk meningkatkan PAD, kurangnya dana untuk mendukung sarana dan prasarana. Selain itu kendala dalam meningkatkan PAD juga berasal dari wajib pajak sendiri yang kurang sadar akan pentingnya membayar pajak, serta kurangnya investor untuk untuk mengelola tempat-tempat wisata yang cukup berpotensi di wilayah Kab. Probolinggo seperti sumber air panas yang terletak di Kecamatan Tiris, air terjun yang terletak di Kecamatan Bremi.

Lahirnya UU No. 32 Tahun 2004 ternyata membawa suasana baru, dimana suatu daerah otonom diberi kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab

(14)

14

dalam menggali sumber pendapatan/potensi yang ada di daerahnya sendiri. Kemandirian suatu daerah dapat dilihat dari mampu tidaknya daerah dalam mengelola potensi yang ada di daerah. Hal ini merupakan suatu keuntungan bagi daerah untuk mengelola potensi yang ada di daerahnya, tetapi juga menjadi beban bagi suatu daerah, karena Pemerintah Daerah dituntut kesiapannya dan tidak semua daerah mempunyai kemampuan yang memadai.

Tindakan Pemerintah Kab. Probolinggo dalam melaksanakan otonomi daerah melalui Dinas Pendapatan dengan meningkatkan PAD merupakan tindakan yang tepat, mengingat masalah keuangan merupakan hal yang terpenting bagi kemajuan daerah. Akan tetapi, upaya dalam meningkatkan pajak dan retribusi daerah tidak selalu berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan daerah. Banyaknya permasalahan yang ada di lapangan menjadi kendala/hambatan.

Dari berbagai kendala yang dihadapi Pemerintah Kab. Probolinggo, kendala yang paling berpengaruh menurut peneliti adalah minimnya sarana dan prasarana petugas dalam menjalankan tugas, dan kurangnya investor yang mengelola tempat-tempat wisata. Menurut peneliti, sarana dan prasarana petugas sebagai alat yang digunakan manusia dalam melakukan aktivitasnya menduduki posisi sentral dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Untuk memperlancar daya kerja Pemerintah Daerah khususnya petugas Dinas Pendapatan, diperlukan adanya peralatan yang baik dalam arti cukup dalam jumlah, efisien, efektif, serta praktis dalam penggunaanya. Seperti diketahui bahwa wilayah Kab. Probolinggo yang cukup luas sehingga memerlukan sarana dan prasarana yang cukup untuk melakukan peninjauan/pendataan dan penagihan pada objek pajak dan retribusi daerah. Kurangnya investor yang mengelola tempat-tempat wisata merupakan suatu kendala yang juga berpengaruh dalam meningkatkan PAD. Menurut peneliti, banyaknya tempat yang berpotensi yang bisa dijadikan tempat wisata di Kab. Probolinggo masih belum tersentuh oleh tangan inverstor. Tempat wisata yang dikelola oleh Pemerintah Kab. Probolinggo hanya Pantai Bentar, Air Terjun Madakaripura, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Arung Jeram,

Ronggojalu. Padahal, di Kab. Probolinggo masih banyak tempat yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata, seperti Sumber air panas di Tiris, dan Air Terjun di Bremi. Selain kendala-kendala yang dipaparkan dalam temuan penelitian,

(15)

15

menurut peneliti masih banyak kendala yang dihadapi oleh Pem. Kab. Probolinggo. Kendala tersebut adalah:

(1) kurangnya promosi tempat wisata ke daerah lain, hal ini memang menuntut kreatifitas kepala daerah. Pemerintah Daerah Kab. Probolinggo diharapkan bisa menarik investor untuk menanamkan modal/mengolah tempat wisata yang berpotensi

(2) kurang mantapnya sistem informasi dan komunikasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat

(3) adanya wajib pajak daerah yang membayar pajak tidak sesuai dengan perhitungan yang benar.

Adanya berbagai macam kendala dalam upaya peningkatan pajak daerah menyebabkan terhambatnya proses peningkatan pajak daerah.

Di samping itu, selain kendala-kendala yang dipaparkan dalam temuan penelitian, menurut peneliti masih ada kendala-kendala lain yang dihadapi dalam meningkatkan retribusi daerah adalah:

(1) sistem pendataan yang belum akurat

(2) belum optimalnya fungsi pelayanan terhadap masyarakat.

6. Upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam Mengatasi Kendala-Kendala dalam Upaya Meningkatkan PAD yang berasal dari Pajak Daerah Retribusi Daerah

Berdasarkan temuan penelitian tentang upaya Pemerintah Kab.

Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal pajak dan retribusi daerah, dapat diketahui bahwa upaya mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah yang dilakukan Pemerintah Kab. Probolinggo cukup banyak demi peningkatan PAD tersebut. Upaya dalam mengatasi kendala bermula dari

melakukan perencanaan dari bawah yaitu mengajukan dana kepada Kepala Daerah untuk keperluan sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas,

mendatangi wajib pajak ke daerah-daerah atau sistem jemput bola, meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) aparat dengan cara memberikan pembinaan

(16)

16

aparatur, penataran, diklat fungsional, diklat jabatan dan pendidikan lanjutan gratis pada aparat.

Selain upaya yang dipaparkan dalam temuan penelitian, menurut peneliti masih ada upaya yang harus dilakukan, antara lain; (1) pemberian sanksi secara tegas bagi wajib pajak yang terlambat/tidak membayar pajak. Pemberian sanksi ini bisa berupa penahanan/hukuman penjara, menghentikan pelayanan misalnya memutuskan pelayanan air minum, telepon, dan listrik. Pemutusan pelayanan merupakan cara yang tegas, dan efektif untuk meningkatkan pembayaran. Namun, tindakan tersebut seringkali tidak dilaksanakan. Akibatnya, tindakan seperti teguran merupakan satu-satunya langkah yang dilakukan dan langkah tersebut tidak efektif; (2) mensosialisasikan Peraturan Daerah (Perda) kepada wajib pajak dan wajib retribusi melalui media cetak dan elektronik; (3) melakukan pendataan potensi retribusi daerah bekerja sama dengan lembaga/instansi terkait;

(4)frekuensi jam kerja pemungutan ditingkatkan/ditambah; (5) setiap bulan secara periodik mengadakan evaluasi permasalahan dan hambatan yang terjadi di

lapangan; (6) mengubah Perda yang sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang; (7) meningkatkan kesejahteraan karyawan.

Dari semua upaya tersebut, diharapkan perolehan pajak daerah dan retribusi daerah dapat memberikan sumbangan yang signifikan terhadap PAD, sehingga Pemerintah Kab. Probolinggo mampu melaksanakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004.

H. Kesimpulan

1. Sumber-sumber PAD Kabupaten Probolinggo tahun anggaran 2008 berasal dari pajak daerah dengan enam jenis sumber penerimaan, retribusi daerah dengan dua puluh enam jenis sumber penerimaan, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dengan satu jenis sumber penerimaan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang terdiri dari sepuluh jenis sumber

penerimaan. Jumlah penerimaan yang paling besar berasal dari retribusi daerah dan jumlah penerimaan paling kecil berasal dari hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.

2. Kontribusi pajak daerah terhadap PAD tahun anggaran 2004-2008 rata-rata 25,73%. Sedangkan kontribusi retribusi daerah terhadap PAD tahun anggaran

(17)

17

2004-2008 rata-rata 40%. Meskipun pajak daerah kontribusinya tidak sebesar retribusi daerah, tetap saja pajak daerah merupakan sumber pendapatan yang cukup potensial dan penerimaannya bersifat rutin setiap bulan. Begitu pula dengan retribusi daerah yang merupakan sumber pendapatan yang potensial sehingga kedua-duanya harus selalu ditingkatkan guna meningkatkan PAD tanpa mengabaikan penerimaan PAD lainnya.

3. Peningkatan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Probolinggo dari tahun anggaran 2004-2008 selalu mengalami peningkatan. Begitu pula dengan target dan realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah, secara keseluruhan

pencapaian target yang telah ditetapkan dapat terealisasi dengan baik dalam arti penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah secara keseluruhan setiap

tahunnya selalu melebihi target yang dicanangkan.

4. Upaya Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam rangka meningkatkan Pendapatan Asli Daerah yang berasal dari Pajak dan Retribusi Daerah dilakukan melalui cara intensifikasi dan ekstensifikasi.

5. Kendala-kendala yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Probolinggo dalam meningkatkan PAD yang berasal dari pajak dan retribusi daerah adalah sarana dan prasarana petugas kurang memadai jika dibandingkan dengan luasnya objek yang mau diteliti, aparat/petugas yang kurang mencukupi, SDM aparat/ petugasnya yang rendah, padahal dalam upaya meningkatkan PAD dibutuhkan managerial skill sebagai perencana untuk meningkatkan PAD, kurangnya dana untuk mendukung sarana dan prasarana. Selain itu kendala dalam

meningkatkan PAD juga berasal dari wajib pajak sendiri yang kurang sadar akan pentingnya membayar pajak, serta kurangnya investor untuk untuk mengelola tempat-tempat wisata yang cukup berpotensi di wilayah Kab. Probolinggo seperti sumber air panas yang terletak di Kecamatan Tiris, air terjun yang terletak di Kecamatan Bremi.

6. Upaya Pemerintah Kab. Probolinggo dalam mengatasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan PAD yang berasal pajak dan retribusi daerah, bermula dari melakukan perencanaan dari bawah yaitu mengajukan dana kepada Kepala Daerah untuk keperluan sarana dan prasarana dalam melaksanakan tugas, mendatangi wajib pajak ke daerah-daerah atau sistem jemput bola,

(18)

18

meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) aparat dengan cara memberikan pembinaan aparatur, penataran, diklat fungsional, diklat jabatan dan pendidikan lanjutan gratis pada aparat.

I. Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut.

1. Mengingat banyaknya masalah dalam keterlambatan dalam membayar pajak, maka hendaknya perlu dilakukan pembinaan dan penyuluhan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dan retribusi daerah.

2. Mengingat adanya wajib pajak yang lalai dalam melaksanakan

kewajibannya membayar pajak, maka hendaknya diberikan sanksi hukum yang tegas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 3. Mengingat masih adanya potensi retribusi yang belum terdata dengan baik,

maka hendaknya Pemerintah Kab. Probolinggo mempunyai kebijakan untuk mendata potensi retribusi tersebut menjadi bagian dari retribusi daerah guna meningkatkan PAD.

4. Mengingat pajak parkir yang tidak menjadi bagian dari pajak daerah karena potensi pajak parkir dianggap kurang memadai, maka hendaknya Pemerintah Kab. Probolinggo lebih meningkatkan pelayanan dalam penyelenggaraan tempat parkir sehingga dapat memasukkan pajak parkir sebagai pajak daerah guna meningkatkan PAD.

5. Mengingat banyaknya tempat yang berpotensi untuk dijadikan tempat wisata tetapi masih belum dikelola dengan baik, maka usaha yang dapat dilakukan Pemerintah Kab. Probolinggo adalah dengan menarik investor agar bersedia menanamkan modalnya di daerah, dengan melakukan promosi potensi-potensi daerah yang unggul serta menciptakan suasana yang kondusif.

6. Mengingat rendahnya kualitas SDM aparat, maka untuk meningkatkan PAD dari sumber pajak dan retribusi daerah maka usaha yang dilakukan Pemerintah Kab. Probolinggo adalah meningkatkan kualitas SDM terutama aparat perpajakan, baik kualitas intelektual maupun kualitas

(19)

19

moralnya, sehingga mampu menggali sumber-sumber pajak dan retribusi daerah baik melalui cara intensifikasi maupun ekstensifikasi dengan menggali objek-objek pajak yang baru.

Referensi

Dokumen terkait

Tetapi, bila koordinat dari suatu vektor disajikan sebagai baris atau kolom dalam suatu matriks, maka secara esensi penyajian bergantung pada urutan vektor-vektor basis. Begitu

Pada saat pengendara tersebut memarkirkan mobilnya maka secara otomatis mobil tersebut pun akan terdeteksi oleh sebuah sensor yang berada di slot tersebut karena pada dasarnya

Menurut  Buya  Syafii,  siapapun  tidak  akan  menemukan  konsep  tentang  negara  dalam  al‐Quran  baik  secara    terurai  maupun  tidak  terurai.  Dengan 

TV kampus sebagai media penyiaran komunitas terutama diselenggarakan oleh institusi pendidikan yang locus of interestnya adalah media rekam dan dengan focus of interest

c) Membuat karya tulis berupa tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang epidemiologi/kesehatan yang tidak dipublikasikan dalam bentuk buku dan atau makalah..

Manusia hidup di bumi yang kaya akan sumber daya alam, yang sejak awal diciptakan alam dengan kekayaan dan keindahan yang merupakan penunjang kesejahteraan

Segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberikan kesempatan bagi hamba-Nya yang sangat lemah ini untuk dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Nihilisme

Proses kegiatan pembelajaran di dalam kelas yang dilakukan oleh seorang guru haruslah meliputi persiapan materi, persiapan menyampaikan dan mendiskusikan materi, memberikan