ELEKTROCONVULSIVE
THERAPY (ECT)
BY
DEFINISI
Terapi elektrokonvulsif adalah suatu
pengobatan untuk menimbulkan kejang
grand mal secara artificial dengan
melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang pada satu atau dua pelipis
melalui kedua pelipis (ECT bilateral) atau
melalui satu pelipis (ECT unilateral)
SEJARAH ECT
Penggunaan terapi ECT digunakan pada tahun 1938 Ugo Cerletti dan Lucio Bini (psikiatri italia) dg menggunakan arus listrik
Pengobatan kejang obat-obatan/Pharmakologika convulsive therapy
Woikhardt,1798 Menggunakan kompor Meduna,1933 Menggunakan larutan
kompor 25% yg disuntikan IM
Pada tahun 1930 mengobati kejang dg menyuntikan insulin kemudian dg obat lain seperti Camphorin oil dan Metrazol (obat anti kejang)
Macam2 ECT
1.
ECT Convensional
Timbul Kejang dpt di lihat dgn
nyata
Menimbulkan perasaan takut pd
penderita
Penderita merasa di siksa dan tdk
Lanjutan…..
2. ECT dgn premedikasi dan
Anastesi
. Tdk timbul kejang
Penderita tdk takut bila di beri
ECT ulang
Lebih manusiawi
Mengurangi resiko akibat
kejang/fraktur
Memerlukan banyak tenaga medis
Indikasi
1.
Depresi berat 6-10 X
2.
Skizoprenia katatonik 20-30 x
3.
Skizoprenia episode akut 30x
4.
Resisten thp Psikofarmaka 12x
Kontra indikasi
1.
Gangguan jiwa dgn sistem gx
kardiovasculer
2.
GGA/GGK
3.
Kemamilan karena dpt
menyebabkan keguguran
4.
Penyakit tulang dpt
menyebabkan cidera
Efek samping ECT
1.
Fraktur Vertebra
2.
Fraktur Exsteremitas
3.
Kehilangan daya ingat sesaat
4.
Kebingungan
Persiapan ECT
1.
Pemeriksaan fisik
kardio.paru,dan lab mengetahui
kontra indikasi
2.
Infomconsent
3.
Puasa 6 jam mencegah muntah
atau aspirasi
Lanjutan…..
5.
Kandung kemih dan rektum
kosongkan
6.
Gigi palsu di lepaskan
7.
Tidur telentang dgn baju longar
8.
Prontal dan temporal di
bersihkan dgn alkohol dan jeli
penghantar listrik
9.
Antara rahang atas dan bawah
Lanjutan………
10.
Dagu di tahan untuk
mencegah luxatio rahang
11.
Lengan dan kaki di pegangi
12.
Elektroda dgn tekanan sedang
13.
Setelah selese ECT.Observasi
TTV.Bila sadar bantu orientasi
dan menjelaskan yg sedang
terjadi
Insuline comaterapy Dengan memakai insuline sehingga penderita jatuh dalam coma
Pengobatan-2 tersebut diatas timbul karena dulu ada anggapan bahwa gangguan schizophrenia dan
epilepsi tidak pernah terjadi secara bersamaan dan juga bahwa gejala-2 psikosis akan menghilang sementara sesudah terjadinya kejang spontan
Tujuan utama ECT adalah menyebabkan konvulsi yang besar pada otak
Mesin ECT pada dasarnya adalah sebuah
transformator yg mengubah arus listrik sehigga ini akan ditransmisikan ke tulang tengkorak pasien pada saat terjadi kejutan
TEORI-TEORI TENTANG ECT
1. Teori psikologik
Teori ini merupakan teori paling awal dalam menjelaskan cara kerja ECT yg timbul dalam konteks penjelasan dominan thd psikologis
gangguan jiwa dan pengobatanya,teori ini dapat dibedakan :
a. Teori psikoanalitik
a. Teori psikoanalitik
Fear (ketakutan) :mempostulatkan bahwa ketakutan thd ECT adalah agen yang efektif
Regresion (kemunduran) :mempostulatkan bahwa ECT menyebabkan kemunduran sifat kekanak-kanakan yg
merupakan sebuah pengobatan
Phunisment (hukuman) :memandang bahwa ECT
sebagai sebuah hukuman yg mana pasien memperlakukan dirinya dg keras tetapi kemudian memaafkanya dan
seolah-olah sebagai figur orang tua,yg menentukan hukuman dan memberikan maaf
Lanjutan teori tentang ECT
b. Teori non psikoanalitik
Teori psikologik non psikoanalitik menganggap cara kerja ECT sebagai sebuah pengobatan yg menyebabkan sebuah perubahan tingkah laku menetap dan jelas harus mempunyai hubungan dg perubahan sistem saraf pusat,teori ini
dibedakan :
Teori kerusakan otak :berdasarkan pada penemuan dimana respon subjek terhadap test Roarschach adalah sama dg setelah pelaksanaan ECT atau kerusakan otak (Summerskill et al., 1952),namun kerusakan ini tidak menjelaskan perubahan sifat dan pembelajaran thd
neuropatologik
Teori amnesik :teori yg melibatkan ECT sebagai penyebab amnesia yg merupakan efeknya yg menguntungkan,ditemukan bahwa amnesia biasanya merupakan hal yg baik untuk pra
pengobatan yg segera,jadi pengalaman-2 psikotik yg baru saja terjadi sepertinya lebih dipengaruhi daripada pengalaman -2 normal pada masa lampau (Stainbrook, 1946)
Lanjutan teori tentang ECT
2. Teori neurofisiologis
ECT menyebabkan banyak perubahan fisiologis yaitu :Anti convuksan,anti delirium dan teori neurogenesis
a.Teori konvulsan
Setelah penggunaan ECT ambang kenjang menjadi meningkat dan
lama kejang menjadi singkat,proses-2 penghambatan yg bermanifestasi pd ictal dan periode segera posictal,aliran darah cerebral (CBF) dan angka metabolisme glukosa menunjukan distribusi yg
menurun,aktivitas gelombang pelan (delta) pd EEG meningkat dan menetap
Ambang kejang
Penggunaan ECT meningkatkan transmisi GABA Aergic yg menyumbang thd peningkatan ambang kejang atau bahwa transmisi antagonis GABA Aergic yg menyebabkan kejang merupakan
Lanjutan teori anti convulsan
Lama kejang
Menurunya lama kejang bergantung pd kemanjuran ECT dan
meningkatnya ambang kejang,substrat neurobiologi melibatkan disosiasi antara ambang kejang dg lama kejang meliputi kafein
Ekspresi kejang dan proses penghambatnya
Karena kejang meningkat,aktifitas lonjakan seringkali hilang dan amplitudo serta durasi gelombang pendek meningkat
Aliran darah serebral (CBF) dan angka metabolisme serebral
(CMR)
Scan otak menunjukan bahwa ECT mempengaruhi otak dg meningkatkan metabolisme dan aliran darah ke daerah tertentu di
otak,namun masih belum diketahui bagaimana meningkatnya aliran darah bisa mengurangi depresi
Lanjutan teori tentang ECT
Meningkatnya aktivitas gelombang pelan EEG
Suatu tanda peningkatan aktivitas gelombang pelan dalam periode interiktal mungkin terjadi beberapa minggu atau beberapa bulan setelah ECT,gelombang
pelan ini mencerminkan GABA Aergic interneuron yg menghambat sel-2 piramidal atau penggabungan durasi lama sesudah hiperpolarisasi karena arus kaium dalam sel-2 kortek piramidal atau keduanya
b. Teori antidelirium/Tidur
Bahwa ECT mengarah pada perubahan EEG (aktivitas
delta),sama halnya seperti yg terlihat pada tidur normal dan berhubungan dg peningkatan keadaan klinis.
c. Teori meningkatnya neurogenesis
Formasi hipokampus :tempat u/melanjutkan proses
neurogenesis selama masa hidup dewasa hewan maupun manusia,ECT memberikan pengaruh yg besar pd struktur
limbik diensefalon,struktur yg status biokimianya mengalami gangguan pd depresi berat,ECT mungkin mengembalikan
Lanjutan tentang teori ECT
3. Teori neurokimia
Pada pasien depresi terjadi penurunan trasmisi serotonin yg menetap setelah penyembuhan sedangkan pada kajian tentang CSF dan
neuroendokrin juga menunjukan terjadi kerusakan sistem transmisi dopaminergic.
Serotonin
Peragsangan 5HT 1a presinaptik somatodendritik dan 5HT 1d ujung autoreseptor dan blokade dari 5HT 2a,5HT 2c dan 5HT T3 reseptor postsinaps,keduanya mengarah pd pembentukan gejala-2 depresi jadi dg pemberian ECT tidak menyebabkan peningkatan level 5HT.
Norefinefrin (NE)
Bahwa terdapat efek yg sama pada reseptor alfa pada ECT,ECS dan obat-2an antidepresan sementara pengaruh pada sinap oleh NE dan beta reseptor tetap tidak bisa disimpulkan
Lanjutan teori tentang ECT
Dopamin (DA)
ECS mengarah pd peningkatan sintesis dan perubahan DA dan peningkatan DA yg diperantarai sifat,pada pasien depresi beberapa kajian menemukan
penurunan CSF HVA level dan kajian ECT telah menunjukan ketidakbermaknaan perubahan HVA urin,plasma HVA atau CSF HVA.
GABA
Ditemukanya peningkatan GABA pada penerima ECT dibandingkan dengan yg tidak sehingga menghambat transmisi glutamat dan mungkin menghambat
eksitasi epileptogenik dan memperantarai efek anti depresan pada kejang total 4. Teori neuroendokrin
Bahwa ECT bekerja dg mengkoreksi disregulasi dari neuropeptida melalui rangsangan diensepalon,meningkatnya produksi dan pelepasan dari beberapa neuropeptida yg diantaranya menunjukan pengaruh antidepresan yg sementara (TRH),disregulasi vegetatif dan neuroendokrin yg merupakan karakteristik dari depresi dan diperantarai oleh struktur sentrosepalik ditingkatkan dengan ECT
PARAMETER UTAMA PADA ECT
1. Jumlah kelistrikan (muatan)
Jumlah listrik yang dialirkan melalui sebuah titik pada waktu tertentu,jumlah kelistrikan diukur menggunakan satuan “Coulombs atau milicoulombs” 2. Tegangan
penyebab terjadinya aliran listrik,meningkatnya tegangan akan menyebabkan
meningkatnya jumlah kelistrikan sehingga listrik akan mengalir melalui titik tertentu tiap detik.
3. Arus listrik
Jumlah aliran muatan kelistrikan,sejumlah muatan kelistikan atau muatan yg bergerak melalui sebuah titik pada setiap detik,arus listrik diberikan satuan yg lebih spesifik yaitu “Amps” satu amps adalah sama dg 1 coulombs per detik
4. Nilai ambang
Jumlah kelistrikan atau muatan yg dibutuhkan u/ memproduksi sebuah kekejangan pada pasien tertentu.karena semua manusia berbeda maka akan memerlukan jumlah kelistrikan yg berbeda u/ menimbulkan sebuah kekejangan pada masing-2 orang, nilai ambang
seseorang dari 25 – 1000 milicoulombs. 5. Resistensi (hambatan)
Sesuatu yang melawan aliran listrik,hambatan mencoba u/ mengurangi arus,semakin besar hambatan semakin rendah arus yg mengalir.simbol u/ hambatan “R”dg satuan “Ohm”
INDIKASI MEDIS
Depresi berat
o Depresi berat dg ggn bipolar I
o Depresi delusional atau psikotik
o Depresi dg ciri melankolik
-Retardasi psikomotor,terbangun didini hari,variasi
ulnar,penurunan nafsu makan berat badan dan agitasi
Episoda manik
Pemasangan elektroda bilateral selama ECT lebih efektif
dari unilateral
Skizoprenia
o Skizoprenia akut
o Skizoprenia dg gejala positif yg jelas,katatonia atau
gejala afektif
DOSIS TERAPI ECT
Terapi ECT biasanya diberikan 2-3 kali seminggu
Depresi berat 6 – 12 terapi kadamg sampai 20 kali
sesion
Episoda manik 8 – 20 kali terapi
Skizoprenia 15 kali terapi
Katatonia dan delirium 1 – 4 kali terapi
•
Frekwensi Seminggu 2 – 3 kali,banyaknya terapi
biasa 6 kali,bila 6 kali tidak ada perubahan tidak
dilanjutkan lagi,paling sedikit 3 kali setelah ada perubahan
afek dan tingkah laku ECT dihentikan dan dilanjutkan dg
psikotropika
KONTRA INDIKASI PEMBERIAN ECT
ECT tidak memiliki kontraindikasi yang mutlak
Kehamilan berisiko tinggi atau kehamilan trimester pertama Pasien dg lesi yg cukup luas pd sistem syaraf pusat
Memiliki resti u/ menglami edema dan herniasi setelah ECT Pasien dg hipetensi
Pasien yg memiliki peningkatan tekanan intracerebral Resti mengalami perdarahan cerebral
EFEK SAMPING ECT
Sakit kepala Sakit otot Mual
Gangguan mental berupa confusion 30 -1 jam setelah terapi
Efek pd sistem syaraf :Delirium dan konfulsi segera setelah terapi Gangguan daya ingat
• Memori jangka pendek • Memori jangka panjang
Efek sistemik :Aritmia jantung transient dan ringan selama ECT,Aritmia lain sekunder dari takikardi selam kejang Disklokasi mandibula
Fraktur tulang Lidah tergigit
Fase-fase yg terjadi Pada saat ECT
1.
Fase latens :Selama 2-5 detik,yg
menampakan adanya tremor pada mata
2.
Fase kejang tonik :Selama lebih kurang 10
detik
3.
Fase kejang klonik :Selama lebih kurang
30 detik
4.
Fase apneu
5.
Fase napas spontan
6.
Fase mulai sadar :Lebih kurang 5 menit
sesudah kejang berhenti
PENEMPATAN ELEKTRODA
•
Elektroda ditempatkan dipelipis 3 cm
diatas garis yg menghubungkan sudut mata
dan liang telinga
•
Penempatan elektroda ada yg secara
CARA MENGERJAKAN ECT
Tempat tidur yang beralas datar (beralas papan)
Penderita lurus dan terlentang,sebaiknya dg suatu bantal kecil dibawah bahunya
Perawat memasukan spatel dan mengadakan fixasi rahang bawah Perawat mengadakan fixasi pada bahu dan siku kanan kiri serta lutut
dan pinggul kanan kiri
Kemudian elektroda ditempatkan secara bitemporal
Pada saat kejang terjadi fixasi yg disebutkan diatas lakukan secara keras tetapi memungkinkan suatu fleksibilitas dalam mengikuti gerakan-2 kejang
Sesudah kejang berhenti,kepala px dimiringkan untuk mencegah aspirasi dan bila perlu bantu pernapasanya
MEKANISME KERJA ECT
• Mengubah aktivitas neurotransmiter,mengubah metabolit elektrolit. Cara kerja :
1. Meningkatkan sirkulasi darah di otak dg meningkatakan MAO aktivity
2. Memperbaiki EEG dg mengurangi frekwensi,meningkatkan amplitudonya
3. Efek terhadap tingkah laku seperti meningkatkan nafsu makan dan menimbulkan euphoria
4. Efek pada tekanan darah dg meningkatkan Nor epinephirin dan menurunkan detak jantung karena Vagal Inhibition
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE ECT
Persiapan alat dan obat-obatan :
Alat konvulsator lengkap dg alat monitoring,elektroda ECT dan EEG,pasta/gel elektroda dan chart paper
Alat-alat ventilasi meliputi : Tubing mask,ambu bags dan gudel Alat-alat intubasi,bite block sesuai ukuran
Cuff tekanan darah,oximeter pulse,stetoskop,reflek hamer,jarum suntik dan infuset
Tabung oksigen yg sudah dipersiapkan Alat penghisap lendir
Cairan alkohol,NaCL,kain kasa,plester Obat-obatan Seperti : Glikopirulat,Sulfas
atropin,Midazolam,Caffein,Penthotal,Diazepam brevital,Diprivan dan Suksinil kolin
PERSIAPAN PASIEN
• Sebelum terapi ECT dilakukan pengkajian baik fisik maupn psikologis meliputi :
a. Pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah,suhu,nadi dan pernafasan b. Pemeriksaan penunjang diagnostik bila diperlukan seperti :EEG,EKG,RO
Thorax,CT-Scan,dan RO Tulang belakang c. Pemeriksaan darah dan urine bila diperlukan
d. Pemeriksaan gigi,terutama bila menggunakan gigi palsu
e. Pemeriksaan mata,bila menggunakan kontak lens agar diepaskan f. Keadaan rambut dan kulit diupayakan agar bersih sehingga tidak
menghambat peletakan elektroda
g. Pasien dipuasakan 3 -4 jam sebelum ECT
h. Vesika urinaria dan rectum sebaiknya dikosongkan
i. Perhatikan obat-obat yg digunakan px terutama obat yg dapat
menghambat,memperlambat,maupun memperpanjang ambang kejang j. Kaji tingkat kecemasan keluarga maupun px
k. Kaji tingkat pengetahuan px maupun klg thd prosudur,kegunaan maupun side efek terapi ECT
MASALAH KEPERAWATAN
• Masalah keperawatan yg sering timbul : 1.Ketakutan yang berlebihan2.Kecemasan (sedang,berat dan ringan) 3.Penolakan terhadap ECT
4.Kurang pengetahuan tentang ECT
TUJUAN KEPERAWATAN
Secara umum :
1.Menurunkan tingkat kecemasan px maupun klg 2.PX dapat kooperatif selama terapi dilakukan
3.Keluarga dapat memahami prosudur terapi,manfaat dan efek sampig 4.Keluarga mendukung mau bekerjasama baik dg perawat maupun dokter
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PRE ECT
• Tindakan keperawatan pada px maupun klg :
1. Membantu mengurangi tingkat kecemasan dan rasa takut akibat persepsi yg salah thd tindakan ECT
2. Pasien sering kali mempersepsikan bahwa tidakan ECT merupakan suatu hukuman yg kurang manusiawi
3. Memberikan kesempatan pada px maupun klg u/ mengungkapkan perasaan,terutama pengetahuan tentang ECT
4. Memberikan pendidikan kesehatan dan informasi mengenai prosudur ECT,manfaat maupun efek samping
5. Menginformasikan persyaratan administratif u/ menandatangani informed consent/surat persetujuan ECT
6. Memastikan kembali bahwa px tidak menggunakan gigi palsu,kontak lens,kaca mata,pemerah kuku maupun bibir yg dapat menghalangi pelaksanaan ECT 7. Menganjurkan px u/ menggunakan baju yg bersih dan longgar
8. Kandung kencing dalam keadaan kosong,kulit bersihterutama pada area yg akan dipasang elektroda,u/ menunjang penempelan elektroda
Lanjutan intervensi keperawatan
9. Memberikan obat premidikasi seperti : Sulfas atropin diberikan 30 -60 menit sebelum ECT dg dosis (0,01 mg/kgBB IM) U/ mengurangi sekresi
pernafasan dan mulut,mencegah bradikardia
10. Penthotal/thiopental diberikan secara perlahan-lahan melalui intra vena dg dosis 4 -7 mg/kgBB Memberikan efek tidur yg tidak terlalu dalam sehingga masa pemulihanya cepat dan tidak menimbulkan muntah
11. Suksinil kolin merupakan obat pelemas otot,diberikan setelah pemberian
anasthesi dg dosis 0,5 -1 mg/kgBB IV dg penyuntikan yg cepat dan akan beraksi setelah 30 -60 detik dg masa kerja yg cukup singkat kurang dari 10 menit efek samping yg perlu diperhatikan adanya bradikardi dan peningkatan tekanan intra kranial
12. Perhatikan adanya fasikulasi otot –otot dari atas kebawah hilangnya fasikulasi otot pada jari –jari kaki menunjukan tercapainya relaksasi maksimal
13. Pasien akan terjadi apnoe Beri oksigen melalui sangkup muka dg tekanan positif menggunakan bag atau sirkut mapleson C dg aliran oksigen 51/menit 14. Lakukan hiperventilasi sehingga px dpt bernafas secara spontan
15. Pasang bite block pada mulut px,perhatikan lidah jangan sampai tergigit selama px kejang
16. Apabila tidak ditemukan hal-2 yg membahayakan selanjutnya px siap dilakukan ECT
ASUHAN KEPERAWATAN POST ECT
Tindakan segera setelah selesai ECT Kepala pasien dimiringkan
Ktrol nadi
Ukur tekanan darah
Catat dan laporkan efek samping yg timbul Kolaborasi dengan dokter
Lakukan tindakan sesuai dg program dokter
Lanjutan asuhan keperwatan post ECT
Pengkajian
1. Tingkat kesadaran
2. Monitor tanda-tanda vital (bradikardi) 3. Mual dan muntah
4. Sakit kepala 5. Agitasi
Masalah keperawatan
1. Hilangnya kesadaran 2. Gangguan rasa nyaman 3. Nyeri kepala (sakit kepala) 4. Mual muntah
Lanjutan keperawatan post ECT
Prinsip intervensi post ECT
1. Keikut sertaan dalam tindakan
Memberikan pendidikan tentang ECT termasuk tindakan dan prosudur Efek yg diharapkan atau diakibatkan
Pasien dan keluarga dianjurkan u/ mengekspresikan perasaan
2. Mempertahankan intergritas biologis
Cek semua peralatan yg diperlukan sebelum dipakai Pertahan jalan nafas yg sdekuat
Posisi kepala dimiringkan sampai px sadar betul
Bantu px untuk ambulan (dari tidur,duduk,berdiri,jalan)
Beri analgesik atau anti emetik sesuai kebutuhan bila px ada keluhan
3. Pertahankan intergritas dan harga diri
Beri dukungan pada pasien Pelihara privacy pasien Orientasikan pasien
Bantu klg u/ memahami tingkah laku px sehubungan dg adanya amnesia dan kebingungan
Lanjutan keperawatan post ECT
Tindakan keperawatan post ECT
1. Jalan napas px harus selalu terpelihara dg baik
2. Posisi kepala dimiringkan u/ mencegah aspirasi oleh scret atau muntahan (suction harus tersedia dalam keadaan siap pakai)
3. Monitor tanda-tanda vital (Tensi,Nadi,Pernapasan)sampai px sadar betul 4. 10 – 15 menit setelah tindakan biasanya px sadar,tetapi masih
mengantuk oleh karena pengaruh ECT
5. Orientasi px bila sudah sadar betul oleh karena px bingung dan
ketakutan melihat situasi sekelilingnya,orientasi dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan px
6. Bantu pasien u/ ambulasi atau berjalan keruang perawatan
7. Waspadai terjadinya postual hipotensi pada saat px berubah posisi,dari duduk keposisi berdiri
8. Pada beberapa px kadang-2 terjadi agitasi setelah sadar,lakukan fixaxi dg hati-2 bila perlu
Lanjutan tindakan keperawatan post ECT
9. Perkenankan px tidur lebih kurang 1 jam setelah kembali keruangan bila px menginginkan
10. Setelah bangun beri px minum bila tidak ada minat dan muntah bantu px makan
11. Orientasikan kembali lingkunganya kemudian ikutkan pada aktivitas rutin bangsal
12. Perawat harus sensitif terhadap kebingungan px yg disebabkan oleh pengobatan,observasi derajat kebingungan nya dan bila perlu laporkan ke dokter
13. Pada beberapa px setelah tindakan ECT mengalami sakit kepala ringan sampai berat dan sakit otot,kerjasama dg dokter u/ pemberian obat
analgesik
14. Perawat harus mengkaji sakit kepala px bila itu merupakan masalah (adanya tekanan intra kranial)
15. Kadang-2 px mengeluh mual dan muntah setelah tindakan ECT,hal ini dapat diatasi dg pemberian obat anti emetik
Aplikasi peran perawat dlm pemberian ECT
•
Pengkajian
1.
Kaji emosi klien & tingkat interaksi klien
dgn yg lainnya
2.
Gali ada keinginan,rencana,percobaan
bunuh diri
3.
Kaji tingkat kecemasan
4.
Identifikasi kemampuan mengingat saat
ini dan lalu
5.
Identifikasi pengetahuan klien dan
keluarga thp efek samping,kemungkinan
resiko
6.
Periksa TTV
Diagnosa
1.
Ceamas sedang dan berat
2.
Kurang pegetahuan
3.
Resiko terjadi injuri
4.
Resiko aspirasi
5.
Penurunan curah jantung
6.
Perubahanproses pikir
Intervensi keperawatan
1.
Sebelum pelaksanaan tind
Pastikna telah mendapat persejuan. Pastiakan ada hasil lab,EKG,Rontgen
Ukur tanda2 vital,lepas gigi palsu,kontak
lensa,kenakan pakain yang longgar
Berikan obat anti kolenjergik sebelu untuk
mengurangi sekresi air liur
Tetap berada di dekat pasien untuk mengurang
kecemasa dan ketakutan,memepertahankan pengetahuan positf thp pengetahuan
prosedur,beri kesempatan mengungkapkan perassaan
•
Intervensi keperawatan saat tin
Pertahankan jalan
nafas,siapkan suction
Kaji anastesi agar baik
Ob TTV dan denyut jantung
catat jumlah kejang selama
tindakan
Pertahan posisi lengan dan kaki
•
Intervensi kepew setalah tidk
Monitor nadi,pernapasan,TD,tiap 15 mnt,temani
pasien 1 jam pertama sampai sadar
Atur pasien miring kanan agar untuk mencegah
terjadi aspirasi
Orientasi klien pada waktu yang tepat
Jelaskan tentang apa yang terjadi pad pasien
Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya,dan kecemasan sehub tind ect
Evaluasi
Evaluasi yang efektif tergantung
dari kemampuan membuat
kriteria hasil atau kriteia
evaluasi yang telah di buat
sesuai diagnosa kep
Kriteria hasil/evaluasi
1. Cemas menurun
2. Klien mengatakan mengerti efek samping dan resiko
3. Tidak luka dan injuri
4. Tidak terjdi aspirasi
5. Ferfusi jantung adekuat
6. Mempertahankan orientasi realitas
7. Klien membutuhkan perawatan diri secara penuh setiap hari
8. Klien meningkatkan kemampuandlm berpatipadsi thp aktifitas trapiutik sesuai dgn kemampuan