• Tidak ada hasil yang ditemukan

Elektro Konvulsi Terapi (Ect)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Elektro Konvulsi Terapi (Ect)"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ELEKTROCONVULSIVE

THERAPY (ECT)

BY

(2)

DEFINISI

 Terapi elektrokonvulsif adalah suatu

pengobatan untuk menimbulkan kejang

grand mal secara artificial dengan

melewatkan aliran listrik melalui elektrode

yang dipasang pada satu atau dua pelipis

melalui kedua pelipis (ECT bilateral) atau

melalui satu pelipis (ECT unilateral)

(3)

SEJARAH ECT

 Penggunaan terapi ECT digunakan pada tahun 1938 Ugo Cerletti dan Lucio Bini (psikiatri italia) dg menggunakan arus listrik

 Pengobatan kejang obat-obatan/Pharmakologika convulsive therapy

 Woikhardt,1798 Menggunakan kompor  Meduna,1933 Menggunakan larutan

kompor 25% yg disuntikan IM

 Pada tahun 1930 mengobati kejang dg menyuntikan insulin kemudian dg obat lain seperti Camphorin oil dan Metrazol (obat anti kejang)

(4)

Macam2 ECT

1.

ECT Convensional

Timbul Kejang dpt di lihat dgn

nyata

Menimbulkan perasaan takut pd

penderita

Penderita merasa di siksa dan tdk

(5)

Lanjutan…..

2. ECT dgn premedikasi dan

Anastesi

. Tdk timbul kejang

Penderita tdk takut bila di beri

ECT ulang

Lebih manusiawi

Mengurangi resiko akibat

kejang/fraktur

Memerlukan banyak tenaga medis

(6)

Indikasi

1.

Depresi berat 6-10 X

2.

Skizoprenia katatonik 20-30 x

3.

Skizoprenia episode akut 30x

4.

Resisten thp Psikofarmaka 12x

(7)

Kontra indikasi

1.

Gangguan jiwa dgn sistem gx

kardiovasculer

2.

GGA/GGK

3.

Kemamilan karena dpt

menyebabkan keguguran

4.

Penyakit tulang dpt

menyebabkan cidera

(8)

Efek samping ECT

1.

Fraktur Vertebra

2.

Fraktur Exsteremitas

3.

Kehilangan daya ingat sesaat

4.

Kebingungan

(9)

Persiapan ECT

1.

Pemeriksaan fisik

kardio.paru,dan lab mengetahui

kontra indikasi

2.

Infomconsent

3.

Puasa 6 jam mencegah muntah

atau aspirasi

(10)

Lanjutan…..

5.

Kandung kemih dan rektum

kosongkan

6.

Gigi palsu di lepaskan

7.

Tidur telentang dgn baju longar

8.

Prontal dan temporal di

bersihkan dgn alkohol dan jeli

penghantar listrik

9.

Antara rahang atas dan bawah

(11)

Lanjutan………

10.

Dagu di tahan untuk

mencegah luxatio rahang

11.

Lengan dan kaki di pegangi

12.

Elektroda dgn tekanan sedang

13.

Setelah selese ECT.Observasi

TTV.Bila sadar bantu orientasi

dan menjelaskan yg sedang

terjadi

(12)

 Insuline comaterapy Dengan memakai insuline sehingga penderita jatuh dalam coma

 Pengobatan-2 tersebut diatas timbul karena dulu ada anggapan bahwa gangguan schizophrenia dan

epilepsi tidak pernah terjadi secara bersamaan dan juga bahwa gejala-2 psikosis akan menghilang sementara sesudah terjadinya kejang spontan

 Tujuan utama ECT adalah menyebabkan konvulsi yang besar pada otak

 Mesin ECT pada dasarnya adalah sebuah

transformator yg mengubah arus listrik sehigga ini akan ditransmisikan ke tulang tengkorak pasien pada saat terjadi kejutan

(13)

TEORI-TEORI TENTANG ECT

1. Teori psikologik

Teori ini merupakan teori paling awal dalam menjelaskan cara kerja ECT yg timbul dalam konteks penjelasan dominan thd psikologis

gangguan jiwa dan pengobatanya,teori ini dapat dibedakan :

a. Teori psikoanalitik

(14)

a. Teori psikoanalitik

 Fear (ketakutan) :mempostulatkan bahwa ketakutan thd ECT adalah agen yang efektif

 Regresion (kemunduran) :mempostulatkan bahwa ECT menyebabkan kemunduran sifat kekanak-kanakan yg

merupakan sebuah pengobatan

 Phunisment (hukuman) :memandang bahwa ECT

sebagai sebuah hukuman yg mana pasien memperlakukan dirinya dg keras tetapi kemudian memaafkanya dan

seolah-olah sebagai figur orang tua,yg menentukan hukuman dan memberikan maaf

(15)

Lanjutan teori tentang ECT

b. Teori non psikoanalitik

Teori psikologik non psikoanalitik menganggap cara kerja ECT sebagai sebuah pengobatan yg menyebabkan sebuah perubahan tingkah laku menetap dan jelas harus mempunyai hubungan dg perubahan sistem saraf pusat,teori ini

dibedakan :

 Teori kerusakan otak :berdasarkan pada penemuan dimana respon subjek terhadap test Roarschach adalah sama dg setelah pelaksanaan ECT atau kerusakan otak (Summerskill et al., 1952),namun kerusakan ini tidak menjelaskan perubahan sifat dan pembelajaran thd

neuropatologik

 Teori amnesik :teori yg melibatkan ECT sebagai penyebab amnesia yg merupakan efeknya yg menguntungkan,ditemukan bahwa amnesia biasanya merupakan hal yg baik untuk pra

pengobatan yg segera,jadi pengalaman-2 psikotik yg baru saja terjadi sepertinya lebih dipengaruhi daripada pengalaman -2 normal pada masa lampau (Stainbrook, 1946)

(16)

Lanjutan teori tentang ECT

2. Teori neurofisiologis

ECT menyebabkan banyak perubahan fisiologis yaitu :Anti convuksan,anti delirium dan teori neurogenesis

a.Teori konvulsan

Setelah penggunaan ECT ambang kenjang menjadi meningkat dan

lama kejang menjadi singkat,proses-2 penghambatan yg bermanifestasi pd ictal dan periode segera posictal,aliran darah cerebral (CBF) dan angka metabolisme glukosa menunjukan distribusi yg

menurun,aktivitas gelombang pelan (delta) pd EEG meningkat dan menetap

 Ambang kejang

Penggunaan ECT meningkatkan transmisi GABA Aergic yg menyumbang thd peningkatan ambang kejang atau bahwa transmisi antagonis GABA Aergic yg menyebabkan kejang merupakan

(17)

Lanjutan teori anti convulsan

 Lama kejang

Menurunya lama kejang bergantung pd kemanjuran ECT dan

meningkatnya ambang kejang,substrat neurobiologi melibatkan disosiasi antara ambang kejang dg lama kejang meliputi kafein

 Ekspresi kejang dan proses penghambatnya

Karena kejang meningkat,aktifitas lonjakan seringkali hilang dan amplitudo serta durasi gelombang pendek meningkat

 Aliran darah serebral (CBF) dan angka metabolisme serebral

(CMR)

Scan otak menunjukan bahwa ECT mempengaruhi otak dg meningkatkan metabolisme dan aliran darah ke daerah tertentu di

otak,namun masih belum diketahui bagaimana meningkatnya aliran darah bisa mengurangi depresi

(18)

Lanjutan teori tentang ECT

 Meningkatnya aktivitas gelombang pelan EEG

Suatu tanda peningkatan aktivitas gelombang pelan dalam periode interiktal mungkin terjadi beberapa minggu atau beberapa bulan setelah ECT,gelombang

pelan ini mencerminkan GABA Aergic interneuron yg menghambat sel-2 piramidal atau penggabungan durasi lama sesudah hiperpolarisasi karena arus kaium dalam sel-2 kortek piramidal atau keduanya

b. Teori antidelirium/Tidur

Bahwa ECT mengarah pada perubahan EEG (aktivitas

delta),sama halnya seperti yg terlihat pada tidur normal dan berhubungan dg peningkatan keadaan klinis.

c. Teori meningkatnya neurogenesis

Formasi hipokampus :tempat u/melanjutkan proses

neurogenesis selama masa hidup dewasa hewan maupun manusia,ECT memberikan pengaruh yg besar pd struktur

limbik diensefalon,struktur yg status biokimianya mengalami gangguan pd depresi berat,ECT mungkin mengembalikan

(19)

Lanjutan tentang teori ECT

3. Teori neurokimia

Pada pasien depresi terjadi penurunan trasmisi serotonin yg menetap setelah penyembuhan sedangkan pada kajian tentang CSF dan

neuroendokrin juga menunjukan terjadi kerusakan sistem transmisi dopaminergic.

 Serotonin

Peragsangan 5HT 1a presinaptik somatodendritik dan 5HT 1d ujung autoreseptor dan blokade dari 5HT 2a,5HT 2c dan 5HT T3 reseptor postsinaps,keduanya mengarah pd pembentukan gejala-2 depresi jadi dg pemberian ECT tidak menyebabkan peningkatan level 5HT.

 Norefinefrin (NE)

Bahwa terdapat efek yg sama pada reseptor alfa pada ECT,ECS dan obat-2an antidepresan sementara pengaruh pada sinap oleh NE dan beta reseptor tetap tidak bisa disimpulkan

(20)

Lanjutan teori tentang ECT

 Dopamin (DA)

ECS mengarah pd peningkatan sintesis dan perubahan DA dan peningkatan DA yg diperantarai sifat,pada pasien depresi beberapa kajian menemukan

penurunan CSF HVA level dan kajian ECT telah menunjukan ketidakbermaknaan perubahan HVA urin,plasma HVA atau CSF HVA.

 GABA

Ditemukanya peningkatan GABA pada penerima ECT dibandingkan dengan yg tidak sehingga menghambat transmisi glutamat dan mungkin menghambat

eksitasi epileptogenik dan memperantarai efek anti depresan pada kejang total 4. Teori neuroendokrin

Bahwa ECT bekerja dg mengkoreksi disregulasi dari neuropeptida melalui rangsangan diensepalon,meningkatnya produksi dan pelepasan dari beberapa neuropeptida yg diantaranya menunjukan pengaruh antidepresan yg sementara (TRH),disregulasi vegetatif dan neuroendokrin yg merupakan karakteristik dari depresi dan diperantarai oleh struktur sentrosepalik ditingkatkan dengan ECT

(21)

PARAMETER UTAMA PADA ECT

1. Jumlah kelistrikan (muatan)

Jumlah listrik yang dialirkan melalui sebuah titik pada waktu tertentu,jumlah kelistrikan diukur menggunakan satuan “Coulombs atau milicoulombs” 2. Tegangan

penyebab terjadinya aliran listrik,meningkatnya tegangan akan menyebabkan

meningkatnya jumlah kelistrikan sehingga listrik akan mengalir melalui titik tertentu tiap detik.

3. Arus listrik

Jumlah aliran muatan kelistrikan,sejumlah muatan kelistikan atau muatan yg bergerak melalui sebuah titik pada setiap detik,arus listrik diberikan satuan yg lebih spesifik yaitu “Amps” satu amps adalah sama dg 1 coulombs per detik

4. Nilai ambang

Jumlah kelistrikan atau muatan yg dibutuhkan u/ memproduksi sebuah kekejangan pada pasien tertentu.karena semua manusia berbeda maka akan memerlukan jumlah kelistrikan yg berbeda u/ menimbulkan sebuah kekejangan pada masing-2 orang, nilai ambang

seseorang dari 25 – 1000 milicoulombs. 5. Resistensi (hambatan)

Sesuatu yang melawan aliran listrik,hambatan mencoba u/ mengurangi arus,semakin besar hambatan semakin rendah arus yg mengalir.simbol u/ hambatan “R”dg satuan “Ohm”

(22)

INDIKASI MEDIS

 Depresi berat

o Depresi berat dg ggn bipolar I

o Depresi delusional atau psikotik

o Depresi dg ciri melankolik

-Retardasi psikomotor,terbangun didini hari,variasi

ulnar,penurunan nafsu makan berat badan dan agitasi

 Episoda manik

Pemasangan elektroda bilateral selama ECT lebih efektif

dari unilateral

 Skizoprenia

o Skizoprenia akut

o Skizoprenia dg gejala positif yg jelas,katatonia atau

gejala afektif

(23)

DOSIS TERAPI ECT

 Terapi ECT biasanya diberikan 2-3 kali seminggu

 Depresi berat 6 – 12 terapi kadamg sampai 20 kali

sesion

 Episoda manik 8 – 20 kali terapi

 Skizoprenia 15 kali terapi

 Katatonia dan delirium 1 – 4 kali terapi

Frekwensi Seminggu 2 – 3 kali,banyaknya terapi

biasa 6 kali,bila 6 kali tidak ada perubahan tidak

dilanjutkan lagi,paling sedikit 3 kali setelah ada perubahan

afek dan tingkah laku ECT dihentikan dan dilanjutkan dg

psikotropika

(24)

KONTRA INDIKASI PEMBERIAN ECT

 ECT tidak memiliki kontraindikasi yang mutlak

 Kehamilan berisiko tinggi atau kehamilan trimester pertama  Pasien dg lesi yg cukup luas pd sistem syaraf pusat

 Memiliki resti u/ menglami edema dan herniasi setelah ECT  Pasien dg hipetensi

 Pasien yg memiliki peningkatan tekanan intracerebral  Resti mengalami perdarahan cerebral

(25)

EFEK SAMPING ECT

 Sakit kepala  Sakit otot  Mual

 Gangguan mental berupa confusion 30 -1 jam setelah terapi

 Efek pd sistem syaraf :Delirium dan konfulsi segera setelah terapi  Gangguan daya ingat

• Memori jangka pendek • Memori jangka panjang

 Efek sistemik :Aritmia jantung transient dan ringan selama ECT,Aritmia lain sekunder dari takikardi selam kejang  Disklokasi mandibula

 Fraktur tulang  Lidah tergigit

(26)

Fase-fase yg terjadi Pada saat ECT

1.

Fase latens :Selama 2-5 detik,yg

menampakan adanya tremor pada mata

2.

Fase kejang tonik :Selama lebih kurang 10

detik

3.

Fase kejang klonik :Selama lebih kurang

30 detik

4.

Fase apneu

5.

Fase napas spontan

6.

Fase mulai sadar :Lebih kurang 5 menit

sesudah kejang berhenti

(27)

PENEMPATAN ELEKTRODA

Elektroda ditempatkan dipelipis 3 cm

diatas garis yg menghubungkan sudut mata

dan liang telinga

Penempatan elektroda ada yg secara

(28)

CARA MENGERJAKAN ECT

 Tempat tidur yang beralas datar (beralas papan)

 Penderita lurus dan terlentang,sebaiknya dg suatu bantal kecil dibawah bahunya

 Perawat memasukan spatel dan mengadakan fixasi rahang bawah  Perawat mengadakan fixasi pada bahu dan siku kanan kiri serta lutut

dan pinggul kanan kiri

 Kemudian elektroda ditempatkan secara bitemporal

 Pada saat kejang terjadi fixasi yg disebutkan diatas lakukan secara keras tetapi memungkinkan suatu fleksibilitas dalam mengikuti gerakan-2 kejang

 Sesudah kejang berhenti,kepala px dimiringkan untuk mencegah aspirasi dan bila perlu bantu pernapasanya

(29)

MEKANISME KERJA ECT

• Mengubah aktivitas neurotransmiter,mengubah metabolit elektrolit. Cara kerja :

1. Meningkatkan sirkulasi darah di otak dg meningkatakan MAO aktivity

2. Memperbaiki EEG dg mengurangi frekwensi,meningkatkan amplitudonya

3. Efek terhadap tingkah laku seperti meningkatkan nafsu makan dan menimbulkan euphoria

4. Efek pada tekanan darah dg meningkatkan Nor epinephirin dan menurunkan detak jantung karena Vagal Inhibition

(30)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PRE ECT

Persiapan alat dan obat-obatan :

 Alat konvulsator lengkap dg alat monitoring,elektroda ECT dan EEG,pasta/gel elektroda dan chart paper

 Alat-alat ventilasi meliputi : Tubing mask,ambu bags dan gudel  Alat-alat intubasi,bite block sesuai ukuran

 Cuff tekanan darah,oximeter pulse,stetoskop,reflek hamer,jarum suntik dan infuset

 Tabung oksigen yg sudah dipersiapkan  Alat penghisap lendir

 Cairan alkohol,NaCL,kain kasa,plester  Obat-obatan Seperti : Glikopirulat,Sulfas

atropin,Midazolam,Caffein,Penthotal,Diazepam brevital,Diprivan dan Suksinil kolin

(31)

PERSIAPAN PASIEN

• Sebelum terapi ECT dilakukan pengkajian baik fisik maupn psikologis meliputi :

a. Pemeriksaan tanda-tanda vital : Tekanan darah,suhu,nadi dan pernafasan b. Pemeriksaan penunjang diagnostik bila diperlukan seperti :EEG,EKG,RO

Thorax,CT-Scan,dan RO Tulang belakang c. Pemeriksaan darah dan urine bila diperlukan

d. Pemeriksaan gigi,terutama bila menggunakan gigi palsu

e. Pemeriksaan mata,bila menggunakan kontak lens agar diepaskan f. Keadaan rambut dan kulit diupayakan agar bersih sehingga tidak

menghambat peletakan elektroda

g. Pasien dipuasakan 3 -4 jam sebelum ECT

h. Vesika urinaria dan rectum sebaiknya dikosongkan

i. Perhatikan obat-obat yg digunakan px terutama obat yg dapat

menghambat,memperlambat,maupun memperpanjang ambang kejang j. Kaji tingkat kecemasan keluarga maupun px

k. Kaji tingkat pengetahuan px maupun klg thd prosudur,kegunaan maupun side efek terapi ECT

(32)

MASALAH KEPERAWATAN

• Masalah keperawatan yg sering timbul : 1.Ketakutan yang berlebihan

2.Kecemasan (sedang,berat dan ringan) 3.Penolakan terhadap ECT

4.Kurang pengetahuan tentang ECT

TUJUAN KEPERAWATAN

Secara umum :

1.Menurunkan tingkat kecemasan px maupun klg 2.PX dapat kooperatif selama terapi dilakukan

3.Keluarga dapat memahami prosudur terapi,manfaat dan efek sampig 4.Keluarga mendukung mau bekerjasama baik dg perawat maupun dokter

(33)

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA PRE ECT

• Tindakan keperawatan pada px maupun klg :

1. Membantu mengurangi tingkat kecemasan dan rasa takut akibat persepsi yg salah thd tindakan ECT

2. Pasien sering kali mempersepsikan bahwa tidakan ECT merupakan suatu hukuman yg kurang manusiawi

3. Memberikan kesempatan pada px maupun klg u/ mengungkapkan perasaan,terutama pengetahuan tentang ECT

4. Memberikan pendidikan kesehatan dan informasi mengenai prosudur ECT,manfaat maupun efek samping

5. Menginformasikan persyaratan administratif u/ menandatangani informed consent/surat persetujuan ECT

6. Memastikan kembali bahwa px tidak menggunakan gigi palsu,kontak lens,kaca mata,pemerah kuku maupun bibir yg dapat menghalangi pelaksanaan ECT 7. Menganjurkan px u/ menggunakan baju yg bersih dan longgar

8. Kandung kencing dalam keadaan kosong,kulit bersihterutama pada area yg akan dipasang elektroda,u/ menunjang penempelan elektroda

(34)

Lanjutan intervensi keperawatan

9. Memberikan obat premidikasi seperti : Sulfas atropin diberikan 30 -60 menit sebelum ECT dg dosis (0,01 mg/kgBB IM) U/ mengurangi sekresi

pernafasan dan mulut,mencegah bradikardia

10. Penthotal/thiopental diberikan secara perlahan-lahan melalui intra vena dg dosis 4 -7 mg/kgBB Memberikan efek tidur yg tidak terlalu dalam sehingga masa pemulihanya cepat dan tidak menimbulkan muntah

11. Suksinil kolin merupakan obat pelemas otot,diberikan setelah pemberian

anasthesi dg dosis 0,5 -1 mg/kgBB IV dg penyuntikan yg cepat dan akan beraksi setelah 30 -60 detik dg masa kerja yg cukup singkat kurang dari 10 menit efek samping yg perlu diperhatikan adanya bradikardi dan peningkatan tekanan intra kranial

12. Perhatikan adanya fasikulasi otot –otot dari atas kebawah hilangnya fasikulasi otot pada jari –jari kaki menunjukan tercapainya relaksasi maksimal

13. Pasien akan terjadi apnoe Beri oksigen melalui sangkup muka dg tekanan positif menggunakan bag atau sirkut mapleson C dg aliran oksigen 51/menit 14. Lakukan hiperventilasi sehingga px dpt bernafas secara spontan

15. Pasang bite block pada mulut px,perhatikan lidah jangan sampai tergigit selama px kejang

16. Apabila tidak ditemukan hal-2 yg membahayakan selanjutnya px siap dilakukan ECT

(35)

ASUHAN KEPERAWATAN POST ECT

 Tindakan segera setelah selesai ECT  Kepala pasien dimiringkan

 Ktrol nadi

 Ukur tekanan darah

 Catat dan laporkan efek samping yg timbul  Kolaborasi dengan dokter

 Lakukan tindakan sesuai dg program dokter

(36)

Lanjutan asuhan keperwatan post ECT

 Pengkajian

1. Tingkat kesadaran

2. Monitor tanda-tanda vital (bradikardi) 3. Mual dan muntah

4. Sakit kepala 5. Agitasi

 Masalah keperawatan

1. Hilangnya kesadaran 2. Gangguan rasa nyaman 3. Nyeri kepala (sakit kepala) 4. Mual muntah

(37)

Lanjutan keperawatan post ECT

 Prinsip intervensi post ECT

1. Keikut sertaan dalam tindakan

 Memberikan pendidikan tentang ECT termasuk tindakan dan prosudur  Efek yg diharapkan atau diakibatkan

 Pasien dan keluarga dianjurkan u/ mengekspresikan perasaan

2. Mempertahankan intergritas biologis

 Cek semua peralatan yg diperlukan sebelum dipakai  Pertahan jalan nafas yg sdekuat

 Posisi kepala dimiringkan sampai px sadar betul

 Bantu px untuk ambulan (dari tidur,duduk,berdiri,jalan)

 Beri analgesik atau anti emetik sesuai kebutuhan bila px ada keluhan

3. Pertahankan intergritas dan harga diri

 Beri dukungan pada pasien  Pelihara privacy pasien  Orientasikan pasien

 Bantu klg u/ memahami tingkah laku px sehubungan dg adanya amnesia dan kebingungan

(38)

Lanjutan keperawatan post ECT

 Tindakan keperawatan post ECT

1. Jalan napas px harus selalu terpelihara dg baik

2. Posisi kepala dimiringkan u/ mencegah aspirasi oleh scret atau muntahan (suction harus tersedia dalam keadaan siap pakai)

3. Monitor tanda-tanda vital (Tensi,Nadi,Pernapasan)sampai px sadar betul 4. 10 – 15 menit setelah tindakan biasanya px sadar,tetapi masih

mengantuk oleh karena pengaruh ECT

5. Orientasi px bila sudah sadar betul oleh karena px bingung dan

ketakutan melihat situasi sekelilingnya,orientasi dapat diulang-ulang sesuai kebutuhan px

6. Bantu pasien u/ ambulasi atau berjalan keruang perawatan

7. Waspadai terjadinya postual hipotensi pada saat px berubah posisi,dari duduk keposisi berdiri

8. Pada beberapa px kadang-2 terjadi agitasi setelah sadar,lakukan fixaxi dg hati-2 bila perlu

(39)

Lanjutan tindakan keperawatan post ECT

9. Perkenankan px tidur lebih kurang 1 jam setelah kembali keruangan bila px menginginkan

10. Setelah bangun beri px minum bila tidak ada minat dan muntah bantu px makan

11. Orientasikan kembali lingkunganya kemudian ikutkan pada aktivitas rutin bangsal

12. Perawat harus sensitif terhadap kebingungan px yg disebabkan oleh pengobatan,observasi derajat kebingungan nya dan bila perlu laporkan ke dokter

13. Pada beberapa px setelah tindakan ECT mengalami sakit kepala ringan sampai berat dan sakit otot,kerjasama dg dokter u/ pemberian obat

analgesik

14. Perawat harus mengkaji sakit kepala px bila itu merupakan masalah (adanya tekanan intra kranial)

15. Kadang-2 px mengeluh mual dan muntah setelah tindakan ECT,hal ini dapat diatasi dg pemberian obat anti emetik

(40)

Aplikasi peran perawat dlm pemberian ECT

Pengkajian

1.

Kaji emosi klien & tingkat interaksi klien

dgn yg lainnya

2.

Gali ada keinginan,rencana,percobaan

bunuh diri

3.

Kaji tingkat kecemasan

4.

Identifikasi kemampuan mengingat saat

ini dan lalu

5.

Identifikasi pengetahuan klien dan

keluarga thp efek samping,kemungkinan

resiko

6.

Periksa TTV

(41)

Diagnosa

1.

Ceamas sedang dan berat

2.

Kurang pegetahuan

3.

Resiko terjadi injuri

4.

Resiko aspirasi

5.

Penurunan curah jantung

6.

Perubahanproses pikir

(42)

Intervensi keperawatan

1.

Sebelum pelaksanaan tind

Pastikna telah mendapat persejuan. Pastiakan ada hasil lab,EKG,Rontgen

Ukur tanda2 vital,lepas gigi palsu,kontak

lensa,kenakan pakain yang longgar

Berikan obat anti kolenjergik sebelu untuk

mengurangi sekresi air liur

Tetap berada di dekat pasien untuk mengurang

kecemasa dan ketakutan,memepertahankan pengetahuan positf thp pengetahuan

prosedur,beri kesempatan mengungkapkan perassaan

(43)

Intervensi keperawatan saat tin

Pertahankan jalan

nafas,siapkan suction

Kaji anastesi agar baik

Ob TTV dan denyut jantung

catat jumlah kejang selama

tindakan

Pertahan posisi lengan dan kaki

(44)

Intervensi kepew setalah tidk

Monitor nadi,pernapasan,TD,tiap 15 mnt,temani

pasien 1 jam pertama sampai sadar

Atur pasien miring kanan agar untuk mencegah

terjadi aspirasi

Orientasi klien pada waktu yang tepat

Jelaskan tentang apa yang terjadi pad pasien

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan

perasaannya,dan kecemasan sehub tind ect

(45)

Evaluasi

Evaluasi yang efektif tergantung

dari kemampuan membuat

kriteria hasil atau kriteia

evaluasi yang telah di buat

sesuai diagnosa kep

(46)

Kriteria hasil/evaluasi

1. Cemas menurun

2. Klien mengatakan mengerti efek samping dan resiko

3. Tidak luka dan injuri

4. Tidak terjdi aspirasi

5. Ferfusi jantung adekuat

6. Mempertahankan orientasi realitas

7. Klien membutuhkan perawatan diri secara penuh setiap hari

8. Klien meningkatkan kemampuandlm berpatipadsi thp aktifitas trapiutik sesuai dgn kemampuan

(47)
(48)
(49)
(50)
(51)

Referensi

Dokumen terkait

sangat 5enting dalam kelistrikan karena eera5a si-atn4a da5at men4im5an muatan listrik% mele=atkan arus olakalik (32) dan menahan arus searah (D2)/

medan listrik  muatan bergerak menghasilkan arus internal  terjadi distribusi ulang muatan tambahan dari luar hingga tercapai keseimbangan elektrostatis  medan listrik di

Hal-hal yang berhubungan dengan arus listrik, arus listrik adalah besaran scalar, arah arus listrik searah dengan arah gerak muatan positif seandainya dapat bergerak, arus

Didalam suatu rangkaian, arus listrik dapat didefinisikan sebagai muatan listrik yang bergerak di dalam sambungan atau dalam komponen, dimana arus listrik akan mengalir terus

Saklar adalah alat yang digunakan untuk memutuskan dan menyalurkan aliran arus listrik ke titik beban yang berupa lampu (instalasi penerangan).Saklar terdiri dari

Dalam cabang ilmu fisika, medan magnet adalah suatu medan yang dapat dihasilkan oleh bahan magnet atau muatan yang bergerak (arus listrik).. Muatan listrik (arus listrik) yang

medan listrik  muatan bergerak menghasilkan arus internal  terjadi distribusi ulang muatan tambahan dari luar hingga tercapai keseimbangan elektrostatis  medan listrik

Aliran listrik yang timbul karena pergerakan muatan akan menimbulkan arus pada suatu aliran