• Tidak ada hasil yang ditemukan

PPh Pasal 23

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PPh Pasal 23"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN

PPh Pasal 23

PPh Pasal 23

””

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai Tugas

(Makalah ini dibuat untuk memenuhi nilai Tugas mata kuliah Pajak Penghasilan)mata kuliah Pajak Penghasilan) Achmad Badjuri, S.E., M.Si., A.kt

Achmad Badjuri, S.E., M.Si., A.kt

Oleh:

Oleh:

Kelompok D1 Akuntansi

Kelompok D1 Akuntansi

Rizki

Rizki Teguh

Teguh Saputra

Saputra

(15.05.52.0317

(15.05.52.0317))

Rajaza

Rajaza Deva

Deva Prabowo

Prabowo

(15.05.52.0331

(15.05.52.0331))

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

TAHUN AKADEMIK 2015/2016

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pajak Penghasilan Pasal 23.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari  berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam  pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan  baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan

terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Pajak Penghasilan Pasal 23 dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Semarang,15 Mei 2017

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar Daftar Isi BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Makalah

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 23 2.2 Pemotong PPh Pasal 23

2.3 Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 2.4 Objek PPh PASAL 23

2.5 Penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23 2.6 Menghitung PPh Pasal 23

2.7 Tarif PPh pasal 23

2.8 Pengenaan PPh atas dividen dibedakan sebagai berikut. 2.9 Pengenaan PPh atas bunga dibedakan sebagai berikut. 2.10 Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut. 2.11 Dasar Hukum PPh atas Bunga, Dividen

2.12 Pengenaan PPh atas Royalti dibedakan sebagai berikut. 2.13 Pengenaan PPh Atas Hadiah

2.14 Contoh perhitungan PPh Pasal 23 BAB III. PENUTUP

3.1Kesimpulan Daftar Pustaka

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

 Negara Indonesia merupakan Negara berkembang, yang terdiri dari ribuan pulau yang memiliki budaya yang beraneka ragam, lautan, dan sumberdaya alam yang melimpah. Dengan perkembangan yang terjadi saat ini mendorong pemerintah untuk melakukan perubahan di segala sektor demi meningkatkan pendapatan atau kas negara guna membiayai pembangunan.

Dalam melakukan perubahan tersebut, pastilah memerlukan dana yang sangat besar, dan dana itu berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), dimana sebagian besar bersumber dari penerimaan  pajak. Ini menjelaskan bahwa pajak memiliki peranan yang sangat penting dalam

kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak sendiri merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan

Pajak penghasilan pasal 23, selanjutnya disingkat PPh pasal 23, adalah pajak yang di potong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan  jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21. PPh pasal 23 ini dibayar atau terutang oleh badan pemerintah atau subjek pajak dalam negeri,  penyelenggaraan kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri

lainnya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pemotong pemotong PPh pasal 23 ? 2. Bagaimana tarif PPh Pasal 23 ?

3. Bagaimana PPh atas Bunga, Dividen, Royalti, Hadiah ? 4. Bagaimana Contoh perhitungan PPh Pasal 23 ?

1.3. Tujuan

1. mengetahui pengertian dari PPh Pasal 23 2. mengetahui Siapa pemotong PPh Pasal 23

3. mengetahui Apa saja yang termasuk objek PPh Pasal 23 4. mengetahui Apa saja yang dikecualikan dari PPh Pasal 23

5. mengetahui Kapan saat terutang, pemungutan dan pelaporan PPh Pasal 23 6. mengetahui Bagaimana cara menghitung tarif PPh Pasal 23

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian PPh Pasal 23

Pajak penghasilan pasal 23, selanjutnya disingkat PPh pasal 23, adalah pajak yang di potong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan  jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21. Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa lainnya dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015.

2.2 Pemotong PPh Pasal 23

Berikut ini pihak-pihak yang termasuk pemotong PPh Pasal 23: 1. Badan pemerintah.

2. Subjek pajak badan dalam negeri. 3. Penyelenggara kegiatan.

4. Bentuk usaha tetap

5. Perwakilan perusahaan di luar negeri lainnya

6. Orang pribadi sebagai wajib pajak dalam negeri tertentu, yang ditunjuk oleh kepala kantor pelayanan pajak sebagai pemotong PPh Pasal 23, yaitu :

7. Akuntan, arsitek, dokter, notaris, pejabat pembuat akta tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas;

8. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukaan atas  pembayaran berupa sewa

2.3 Penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23

Berikut ini termasuk penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 23 (selanjutnya disebut wajib pajak PPh pasal 23 )

1. Wajib pajak dalam negri (orang pribadi dan badan) 2. Bentuk usaha tetap (BUT)

(6)

2.4 Objek PPh PASAL 23

Penghasilan yang dikenakan PPh Pasal 23 ( selanjutnya disebut objek PPh Pasal 23) sesuai dengan pasal 23 UU No. 36 tahun 2008, yaitu :

1. Dividen

2. Bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan sehubungan dengan jaminan  pengembalian utang

3. Royalti

4. Hadiah, penghargaan, bonus dan sejenisnya selain yang telh dipotong pajak  penghasilan adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri orang pribadi yang berasal dari penyelenggara kegiatan sehubungan dengan pelaksanaan suatu kegiatan. Perbedaan penghasilan berupa hadiah dan  penghargaan yang dipotong PPh pasal 21 dengan yang dipotong PPh pasal 23 adalah untuk PPh pasal 23, wajib pajaknya bisa wajib pajak dalam negeri orang  pribadi maupun wajib pajak dalam negeri badan, tetapi untuk PPh pasal 21 wajib  pajaknya adalah wajib pajak dalam negeri orang pribadi sebagaimana dimaksud

dalam pasal 21 ayat (1) huruf e UU PPh;

5. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai  pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (2) UU PPh;

6. Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 UU PPh.

2.5 Penghasilan yang dikecualikan dari pemotongan PPh pasal 23

Beberapa jenis penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan PPh pasal 23 (bukan objek PPh pasal 23) sesuai dengan pasal 23 ayat (4) UU No. 17 tahun 2000 yaitu:

1. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada bank;

2. Sewa yang dibayarkan atau terutang sehubungan sewa guna usaha dengan hak opsi;

3. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan  bertempat kedudukan di indonesia dengan syarat:

4. Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan

5. Bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor;

(7)

6. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif 7. Sisa hasil usaha koperasi yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggotanya 8. Penghasilan yang dibayar atau terutang kepada badan usaha atas jasa keuangan

yang berfungsi sebagai penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan. Badan usaha yang dimaksud adalah perusahaan pembiayaan yang telah mendapat izin menteri keuangan; BUMN/BUMD yang khusus memberikan pembiayaan kepada usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi (UMKM) termasuk perseroan terbatas (PT)  permodalan nasional madani. Penghasilan yang dimaksud adalah imbalan yang

diberikan atas penyaluran pinjaman/pembiayaan termasuk pembiayaan syariah. 2.6 Menghitung PPh Pasal 23

PPh Pasal 23 dihitung dengan mengalikan tarif dan jumlah bruto penghasilan, yang diformulasikan sebagai berikut.

Dasar pengenaan pajak = jumlah bruto penghasilan

2.7 Tarif PPh pasal 23

Tarif 15% (lima belas persen) dikenakan atas penghasilan berupa: a. Dividen

 b. Bunga c. Royalti

d. Hadiah, bonus, dan penghargaan lain yang tidak dipotong PPh Pasal 21. e. Tarif 2% (dua persen) dikenakan atas penghasilan berupa:

f. Sewa,

g. Imbalan jasa yang tidak dipotong PPh Pasal 21.

2.8 Pengenaan PPh atas dividen dibedakan sebagai berikut.

1. Dividen yang diterima wajib pajak luar negeri dikenakan tarif 20%

2. Dividen yang diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri dikenakan tarif 10% ( sepuluh persen ) bersifat final (dibahas dalam bab 4)

3. Dividen yang diterima oleh wajib pajak berbentuk koperasi yang dividen tersebut berasal dari cadangan laba tidak dibagi dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak).

(8)

4. Dividen yang diterima oleh wajib pajak berbentuk perseroan terbatas (PT) dan  badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD) dengan

syarat :

5. Dividen tersebut berasal dari cadangan laba tidak dibagi, dan

6. PT dan BUMN/BUMD tersebut mempunyai kepemilikan saham pada pemberi dividen paling rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah saham disetor, dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak).

7. Dividen selain memenuhi ketentuan huruf a sampai d dikenakan tarif 15% (lima  belas persen) PPh pasal 23 (tidak final).

2.9 Pengenaan PPh atas bunga dibedakan sebagai berikut.

1. Bunga yang diterima oleh wajib pajak luar negeri dikenakan tarif 20% (dua  puluh persen)

2. Bunga berupa bunga obligasi atau diskonto obligasi yang diperdagangkan di  bursa efek indonesia dikenakan tarif 15% (lima belas persen) bersifat final

3. Bunga yang dibayarkan oleh nasabah kepada bank dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak).

4. Bunga yang dibayarkan oleh bank kepada nasabah dikenakan tarif 20% (dua  puluh persen)

5. Bunga yang diterima oleh anggota koperasi atas simpanan di koperasi dengan  jumlah tidak melebihi Rp 240.000 ribu ( dua ratus empat puluh ribu rupiah )

sebulan dikecualikan dari pengenaan PPh (bukan objek pajak )

6. Bunga yang diterima oleh anggota koperasi atas simpanan di koperasi dengan  jumlah melebihi Rp 240.000 ( dua ratus empat puluh ribu rupiah ) sebulan

dikenakan tarif 10% (sepuluh persen) bersifat final.

7. Bunga pinjaman selain memenuhi ketentuan huruf a sampai dengan f dikenakan tarif 15% (lima belas persen) PPh Pasal 23.

2.10 Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut.

1. Hadiah undian dikenakan tarif 25% bersifat final ( dibahas dalam bab 4 )

2. Hadiah penghargaan yang diterima wajib pajak orang pribadi dikenakan tarif  pasal 17 UU PPh sesuai ketentuan PPh Pasal 21 ( dibahas dalam bab 5 )

3. Hadiah penghargaan diterima oleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap dikenakan tarif 20% ( dua puluh persen )

4. Hadiah penghargaan yang diterima wajib pajak badan dikenakan tarif 15% (lima  belas persen) PPh pasal 23.

(9)

Jika penerima penghasilan yang dikenakan PPh pasal 23 tersebut ternyata tidak memiliki NPWP, akan dikenakan tarif 100% ( seratus persen lebih tinggi dari tarif yang sebenarnya.

Contoh :

 Nadia menerima royalti dari PT Bahagia. Nadia tidak memiliki NPWP. Atas royalti tersebut, nadia dikenakan PPh Pasal 23 dengan tarif 200% x 15%.

2.11 Dasar Hukum PPh atas Bunga, Dividen JENIS PENGHASILAN PENGENAAN PAJAK PENGHITUNGAN PENERIMA DIVIDEN

Bukan objek pajak - PT, Koperasi, BUMN/BUMD dengan syarat tertentu

PPh Pasal 23 15 % x jumlah bruto Wajib pajak dalam negeri

PPh Pasal 26 20% x jumlah bruto ( final )

Wajib pajak luar negeri

PPh Pasal 17 ayat (2) c

10% x jumlah bruto (final)

Wajib pajak dalam negeri orang  pribadi BUNGA Bukan Objek Pajak - Perusahaan reksa dana atas bunga obligasi

PPh Pasal 23 15% x jumlah bruto Wajib pajak dalam negeri

PPh pasal 26 20% x jumlah bruto (final)

Wajib pajak luar negeri

PPh Pasal 4 ayat (2)

20% x jumlah bruto Wajib pajak dalam negeri atas bunga deposito, tabungan 15% x jumlah bruto Bunga obligasi

 pasar modal

Tarif PPh Pasal 23 untuk royalti adalah 15%. Namun jika si penerima royalti tidak mempunyai NPWP, tarifnya dinaikkan menjadi 30% [Pasal 23 ayat (1a) UU PPh]. Sedangkan yang menjadi DPP-nya adalah jumlah bruto royalti yang terutang atau kita bayarkan, dengan nama dan dalam bentuk apapun.

(10)

a) Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusasteraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, disain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;

 b) Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;

c) Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial;

d) Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada butir a, b, atau c di atas, berupa: e) Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau

keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat o ptik, atau teknologi yang serupa; Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

f) Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan g) Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan

atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana disebut di atas.

2.13 Pengenaan PPh Atas Hadiah

Pengenaan PPh atas hadiah dibedakan sebagai berikut :

a) Hadiah undian dikenakan tarif 25% bersifat final ( dibahas dalam bab 4 )

 b) Hadiah penghargaan yang diterima wajib pajak orang pribadi dikenakan tarif  pasal 17 UU PPh sesuai ketentuan PPh Pasal 21 ( dibahas dalam bab 5 )

c) Hadiah penghargaan diterima oleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha tetap dikenakan tarif 20% ( dua puluh persen )

d) Hadiah penghargaan yang diterima wajib pajak badan dikenakan tarif 15% (lima  belas persen) PPh

(11)

2.14 Contoh perhitungan PPh Pasal 23 Contoh 1

Pada 1 juli 2016, PT perdana membayarkan dividen tunai sebagai berikut.  NAMA PEMEGANG

SAHAM

JUMLAH PENYERTAAN JUMLAH DIVIDEN PT Ananda 10% Rp 10.000.000

Bank Mandiri (BUMN) 26% Rp 26.000.000 PT Setia Jaya 30% Rp 30.000.000 CV Putra 19% Rp 19.000.000 Tuan Hakim 15% Rp 15.000.000

Berikut penghitungan PPh yang dipotong oleh PT Perdana atas pembayaran dividen.  NAMA PEMEGANG

SAHAM

PPh YANG DIPOTONG KETERANGAN Pt Ananda PPh Pasal 23 :

15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000

Penerima adalah PT, Tetapi jumlah penyertaan kurang dari 25% dari total saham beredar

Bank Mandiri (BUMN) Bukan objek pajak Penerima adalah BUMN dan jumlah penyertaannya lebih dari 25% dari total saham beredar.

PT Setia Jaya Bukan objek pajak Penerima adalah PT dan  jumlah penyertaannya lebih dari 25% dari total saham beredar.

CV Putra PPh Pasal 23:

15% x Rp 19.000.000 = Rp 2.850.000

-Tuan Hakim PPh Pasal 17 ayat (2c) 10% x Rp 15.000.000 = Rp 1.500.000

(12)

Contoh 2

PT ABC pada bulan agustus 2016 membayarkan royalty sebagai berikut. Penerima Jumlah Keterangan

Tuan A Rp 35.000.000 Mempunyai NPWP, menikah dengan 2 tanggungan

Tuan B Rp 24.000.000 Tidak mempunyai NPWP, tidak menikah tanpa tanggungan  Nona X Rp 75.000.000 Mempunyai NPWP, tidak

menikah, tanpa tanggungan  Nyonya Y Rp 9.500.000 Tidak mempunyai NPWP,

menikah, tanpa tanggungan, dan suami berpenghasilan.

PPh yang dipotong oleh PT ABC atas pembayaran royalti tersebut adalah :  NAMA PENULIS PPh YANG DIPOTONG TAMBAHAN PPh KARENA TIDAK BER-NPWP TOTAL PPh YANG DIPOTONG Tuan A 15% x Rp 35.000.000 =Rp 5.200.000 - Rp 5.250.000 Tuan 15% x Rp 24.000.000 =Rp 3.600.000 100% x Rp 3.600.000 =Rp 3.600.000 Rp 7.200.000  Nona X 15% x Rp 75.000.000 =Rp 11.250.000 - Rp 11.250.000  Nyonya Y 15% x Rp 9.500.000 100% x Rp 1.425.000 = Rp 1.425.000 Rp 2.850.000 Contoh 3

PT jaya Abadi menerima bunga atas pemberian pinjaman kepada PT Perdana senilai Rp 5.500.000

PPh Pasal 23 yang dipotong oleh PT Perdana adalah : 15% x Rp 5.500.000 = Rp 825.000

(13)

Contoh 4

Pada bulan juli 2016, tuan akbar menerima bunga atas simpanan deposito di bank Danamon senilai

Rp 60.000.000

Penghasilan bunga tersebut tidak dikenakan PPh Pasal 23, tetapi dikenakan PPh  pasal 4 ayat (2) final sebesar 20% x Rp 60.000.000 = Rp 12.000.000

Contoh 5

Tuan Hakim adalah salah satu anggota koperasi mandiri sejahtera. Pada bulan agustus 2016, ia menerima bunga simpanan dari koperasi sebesar Rp 500.000 dan menerima  pembagian sisa hasil usaha koperasi sebesar Rp 1.500.000

Penghasilan bunga tersebut tidak dikenakan PPh pasal 23, tetapi dikenakan PPh  pasal 4 ayat (2) final sebesar 10% x Rp 500.000 = Rp 50.000

Penghasilan pembagian sisa hasil usaha koperasi tidak dikenakan PPh pasal 23 karena bukan merupakan objek pajak.

Contoh 6

Dalam rangka dies natalis ke 20, PT Swaragama menyelenggarakan kegiatan dengan memberikan hadiah/penghargaan kepada para pesertanya sebesar Rp 100.000.000. stay cool group band merupakan salah satu penerima hadiah tersebut dengan nilai Rp 10.000.000 sebelum dipotong pajak. Stay cool group band belum memiliki npwp.

PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT swaragama atas hadiah yang diterima oleh stay cool group band adalah :

(14)

Contoh 7

PT ABC pada bulan agustus 2016 membayarkan royalty sebagai berikut. Penerima Jumlah Keterangan

Tuan A Rp 35.000.000 Mempunyai NPWP, menikah dengan 2 tanggungan

Tuan B Rp 24.000.000 Tidak mempunyai NPWP, tidak menikah tanpa tanggungan

 Nona X Rp 75.000.000 Mempunyai NPWP, tidak menikah, tanpa tanggungan

 Nyonya Y Rp 9.500.000 Tidak mempunyai NPWP, menikah, tanpa tanggungan, dan suami berpenghasilan.

Hadiah

Dalam rangka dies natalis ke 20, PT Swaragama menyelenggarakan kegiatan dengan memberikan hadiah/penghargaan kepada para pesertanya sebesar Rp 100.000.000. stay cool group band merupakan salah satu penerima hadiah tersebut dengan nilai Rp 10.000.000 sebelum dipotong pajak. Stay cool group band belum memiliki npwp.

Jawab:

PPh pasal 23 yang dipotong oleh PT swaragama atas hadiah yang diterima oleh stay cool group band adalah :

200% x 15% x Rp 10.000.000 = Rp 3.000.000  NAMA PENULIS PPh YANG

DIPOTONG TAMBAHAN PPh KARENA TIDAK BER-NPWP TOTAL PPh YANG DIPOTONG Tuan A 15% x Rp 35.000.000 =Rp 5.200.000 - Rp 5.250.000 Tuan 15% x Rp 24.000.000 =Rp 3.600.000 100% x Rp 3.600.000 =Rp 3.600.000 Rp 7.200.000  Nona X 15% x Rp 75.000.000 =Rp 11.250.000 - Rp 11.250.000  Nyonya Y 15% x Rp 9.500.000 100% x Rp 1.425.000 = Rp 1.425.000 Rp 2.850.000

(15)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pajak penghasilan pasal 23, selanjutnya disingkat PPh pasal 23, adalah pajak yang di potong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan bentuk usaha tetap yang berasal dari modal, penyerahan  jasa, atau penyelenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh pasal 21.Pemerintah telah menambahkan objek PPh Pasal 23 menjadi 62 jenis jasa lainnya dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 141/PMK.040/2015. PPh Pasal 23 adalah pajak yang dikenakan  pada penghasilan atas modal, penyerahan jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong PPh Pasal 21. Tarif PPh 23 ada dua yaitu 15% dan 2% tergantung pada objek pajaknya.

(16)

Daftar Isi

https://www.online-pajak.com/id/pph-pajak-penghasilan-pasal-23

http://www.pajak.go.id/content/seri-pph-pajak-penghasilan-pasal-23

Referensi

Dokumen terkait

PPh Pasal 23 adalah Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri (orang pribadi atau badan), serta bentuk usaha tetap

Ketentuan dalam PPh 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap yang berasal

PPH Pasal 23 dalam artian luas adalah Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri serta badan usaha tetap dengan nama dan

PPh terutang atas Pajak penghasilan pasal 23 pada tahun 2018 adalah sebesar Rp 74.529.550,00, jumlah PPh pajak terutang pph 23 pada tahun 2018 merupakan

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal

Ketentuan dalam pasal 23 UU PPh mengatur pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari

Pajak Penghasilan (PPh) 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap

“Pajak Penghasilan Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT)