• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME PERPAJAKAN : PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN 24 : ANDHIKA WAHYUDIONO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESUME PERPAJAKAN : PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN 24 : ANDHIKA WAHYUDIONO"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME PERPAJAKAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN 24

DOSEN MATA KULIAH :

ANDHIKA WAHYUDIONO, S.Pd., M.Pd

KELOMPOK 5

MAHASISWA :

NOVIA QURROTA AYUN/21201763

MURIAHANA ARISTA/21201751

DHEA AYU MARTASARI/21201769

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945

FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK

ADMINISTRASI PUBLIK

2020

(2)

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN 24

I. PENGERTIAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 23

Pajak penghasilan atau yang disingkat PPH menurut pasal 23 adalah pajak yang dilakukan pemotongan atas penghasilan atau pendapatan yang diambil dari modal, penyerahan jasa, hadiah dan penghargaan. PPH Pasal 23 dalam artian luas adalah Pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak dalam negeri serta badan usaha tetap dengan nama dan bentuk apapun yang berasal dari modal penyerahan jasa meliputi deviden, bunga, royalti, hadiah dan penghargaan penghasilan sehubungan dengan penggunaan harta dan imbalan jasa tertentu.

Pajak penghasilan pasal 23 biasanya akan diterapkan atau dibebankan saat terjadi satu transaksi diantara kedua belah pihak. Kedua belah pihak yang dimaksud adalah kesepakatan diantara penjual atau orang yang akan menerima penghasilan dengan pihak yang akan memberi jasa yang nantinya dia yang akan mendapatkan beban PPh pasal 23. Tindak lanjutnya ialah pihak pemberi penghasilan atau di sini adalah pembeli akan memotong beban pajak. Setelah itu akan melaporkannya ke kantor pajak atau pihak yang berwenang.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

Definisi PPh Pasal 4 ayat (2) atau juga disebut PPh Final adalah pajak penghasilan yang dikenakan atas beberapa jenis penghasilan yang didapatkan dan pemotongan pajaknya bersifat final serta tidak dapat dikreditkan dengan pajak penghasilan terutang. Istilah ‘Final’ di sini artinya pemotongan pajaknya dilakukan hanya sekali dalam sebuah masa pajak.PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia.Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia. Pemanfaatan kredit pajak di luar negeri ini dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena pajak ganda.Ada beberapa situasi dimana seorang wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar pajak, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Oleh karena itu, jenis pajak ini, yaitu PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24), mungkin dapat berlaku untuk Anda.

Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan saham dan surat berharga lainnya.

(3)

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda bergerak.

3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak bergerak. 4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan. 5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.

6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan. 7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.

8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).

Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia, telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk menutup pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.Apabila penghasilan luar negeri mengalami perubahan, maka wajib pajak diharuskan melakukan pembetulan SPT tahun pajak yang bersangkutan.

II. HAK DAN KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK PPh PASAL 23 24 :

Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak Menurut Purwono (2010:202), Hak dan kewajiban pemotong/ pemungut PPh Pasal 23 pada dasarnya sama dengan hak dan kewajiban pemotong/ pemungut PPh 21 yaitu sebagai berikut :

 Hak bagi pemotong pajak 23 adalah sebagai berikut :

Pemotong pajak dapat mengajukan permohonan keberatan dan banding, sesuai dengan UU No. 6 Tahun 1983 tentang KUP jo UU No. 16 Tahun 2000 jo UU No. 27 tahun 2007. Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak Menurut Purwono

(2010:207) Hak dan Kewajiban Penerima Penghasilan yang dipotong/dipungut PPh Pasal 23 adalah sangat ringkas dan sederhana. Pada prinsipnya, penerima penghasilan hanya

berkewajiban membayar PPh pasal 23 atas penghasilan yang diperolehnya.

 Kewajiban Pemotong Pajak Pasal 23 adalah :

1. Mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) setempat dan mempunyai NPWP. 2. Mengambil dan mengisi sendiri formulir-formulir yang diperlukan dalam rangka

pemenuhan kewajiban perpajakannya.

3. Menghitung, memotong, dan menyetorkan PPh Pasal 23 yang terutang untuk setiap bulan takwim.

4. Melaporkan penyetoran tersebut dengan menggunakan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa ke Kantor Pelayanan Pajak setempat.

5. Memberikan bukti pemotongan PPh Pasal 23 kepada penerima pembayaran 6. Membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 23 untuk masing-masing

(4)

Masa, dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja tersebut selama 10 Tahun sejak berakhirnya tahun pajak yang bersangkutan.

III. SUBJEK PAJAK

a. SUBJEK PAJAK PPh PASAL 23

Sedangkan pihak atau subjek yang dikenakan jenis PPh Final PP 23/2018 ini adalah para pelaku usaha yakni usaha kecil dan menengah (UKM).

Subjek pemotong PPh Final PP 23/2018

Pelaku usaha sebagai subjek yang dikenakan jenis PPh Final PP 23/2018 ini menyetorkan sendiri kewajiban pajaknya setiap bulan pada tahun pajak berjalan.

Objek jenis PPh atau pajak penghasilan pasal 23 ini di antaranya: · Dividen

· Bunga · Royalti

· Hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain kepada Orang Pribadi

· Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan

· Imbalan sehubungan dengan jasa industri, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

b. SUBJEK PAJAK PPh PASAL 24 Subjek yang dikenakan PPh 24:

Jenis PPh 24 ini dikenakan pada wajib pajak yang memiliki sumber penghasilan sebagai objek PPh Pasal 24.

Subjek pemotong PPh 24:

Pihak atau subjek yang memotong pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 adalah wajib pajak badan maupun orang pribadi pemberi penghasilan atau dari pengalihan harta/aset di luar negeri.

Subjek PPh Pasal 24 yaitu wajib Pajak dalam negeri yang terutang pajak atas seluruh penghasilan, termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Sementara, yang menjadi objek PPh Pasal 24 adalah penghasilan yang berasal dari luar negeri.

(5)

Diatur dalam Pasal 24 ayat 3 UU PPh, dalam menghitung batas jumlah pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan, perlu diperhatikan penentuan sumber penghasilan sebagai berikut:

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.

2. Penghasilan berupa bunga, royalti dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta bergerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.

3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak.

4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada.

5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

6. Penghasilan dan pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.

7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap itu berada. 8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap

adalah negara tempat bentuk usaha tetap itu berada.

Objek PPh Pasal 24

Objek pajak penghasilan jenis PPh Pasal 24 ini dikenakan atas:

· Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang memberikan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.

· Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.

· Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak.

· Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada. · Penghasilan BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau

melakukan kegiatan.

· Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.

(6)

· Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.

· Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

IV. HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PASAL 23 DAN 24 HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PASAL 23 :

-. Mengajukan gugatan atas pelaksanaan Surat Paksa, -. SPMP(Surat Perintah Melakukan Penyitaan)

-. Pengumuman Lelang,

-. Keputusan Pencegahan dalam rangka penagihan,

PPh Pasal 23 kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong PPh Pasal 23 oleh pihak yang wajib membayarkan:

1. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti; dan hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong PPh Pasal 21

2. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:

1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat (2); dan

2. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21.

Dalam hal Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada tarif tersebut di atas.

HAK DAN KEWAJIBAN WAJIB PAJAK PASAL 24 : -. memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri,

-. untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki di Indonesia.

V. TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONGAN PPh PASAL 23 DAN 24  TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONG PPh PASAL 23 :

(7)

Berdasarkan aturan yang berlaku dan tercantum dalam UU PPh, tarif PPh 23 dibedakan atas dua jenis. Berikut ini ulasannya:

1. Tarif PPh 23 sebesar 15%

Wajib pajak diharuskan membayar PPh sebesar 15% dari jumlah bruto atas dividen, bunga, royalti, dan hadiah, penghargaan, bonus, atau sejenisnya, selain yang belum dipotong oleh PPh Pasal 21.

Seperti yang tercantum di dalam Pasal 4 ayat (1) UU 36 Tahun 2008 tentang PPh, dividen yang dimaksud termasuk dividen yang diterima oleh pemegang polis dari perusahaan asuransi serta pembagian sisa hasil usaha koperasi. Bunga adalah diskonto, premium, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang. Sementara yang dimaksud dengan royalti adalah imbalan atas penggunaan hak.

2. Tarif PPh 23 sebesar 2%

Wajib pajak diharuskan membayar PPh sebesar 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain yang berkaitan dengan penggunaan harta. Sewa dan penghasilan lain yang berasal dari penggunaan tanah dan bangunan dikecualikan dari pajak ini Dasar hukumnya dapat kita temukan pada pasal 4 ayat (2) bagian d.

Tarif ini juga berlaku untuk jumlah bruto dari imbalan jasa teknik, jasa konstruksi, jasa manajemen, dan jasa konsultan. Selain itu, ada beberapa jenis jasa lain yang dikenakan tarif PPh 23 2%, yaitu jasa penilai, jasa akuntansi, jasa hukum, jasa perancang, jasa pengolahan limbah, jasa penerbitan/percetakan, jasa penerjemahan, jasa sertifikasi, dan lain sebagainya seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.

 Pemotong PPh Pasal 23 antara lain: a. Badan pemerintah

b. Subjek pajak badan dalam negeri c. Penyelenggaraan kegiatan d. Bentuk Usaha Tetap (BUT)

e. Perwakilan perusahaan luar negeri lainnya

f. Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri tertentu yang ditunjuk Direktur Jenderal Pajak sesuai dengan KEP-50/PJ/1994, di antaranya: Akuntan, arsitek, dokter, notaris, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), kecuali camat, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas. Orang pribadi yang menjalankan usaha yang menyelenggarakan pembukuan atas pembayaran berupa sewa.Wajib pajak orang pribadi ini hanya melakukan pemotongan PPh Pasal 23 atas sewa selain tanah dan bangunan saja.

(8)

Tarif dari pajak penghasilan (PPh Pasal 23) dikenakan atas Dasar Pengenaan Pajak (DPP) atau jumlah bruto dari penghasilan. Di dalam PPh Pasal 23, terdapat dua jenis tarif yang diberlakukan, yaitu 15% dan 2% tergantung dari objek pajaknya.

Di bawah ini adalah tarif dan objek pajak yang terkena PPh Pasal 23 yang berlaku di Indonesia.sebagai berikut :

1. Dikenakan 15% dari jumlah bruto atas:

· dividen kecuali pembagian dividen kepada orang pribadi dikenakan final, bunga, dan royalti;

· hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21. 2. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa tanah dan/atau bangunan.

3. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, dan jasa konsultan.

4. Dikenakan 2% dari jumlah bruto atas imbalan jasa lainnya, misalnya: a. Jasa penilai;

b. Jasa aktuaris;

c. Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan; d. Jasa hukum;

e. Jasa arsitektur;

f. Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape; g. Jasa perancang;

h. Jasa pengeboran di bidang migas kecuali yang dilakukan BUT; i. Jasa penunjang di bidang penambangan migas;

j. Jasa penambangan dan jasa penunjang di bidang penambangan selain migas; k. Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;

l. Jasa penebangan hutan.

5. Untuk yang tidak ber-NPWP dipotong 100% lebih tinggi dari tarif PPh Pasal 23.

6. Yang dimaksud dengan jumlah bruto adalah seluruh jumlah penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap. Tidak termasuk:

a) Pembayaran gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dibayarkan WP penyedia tenaga kerja kepada tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, berdasarkan kontrak dengan pengguna jasa;

b) Pembayaran atas pengadaan/pembelian barang atau material (dibuktikan dengan faktur pembelian)

(9)

c) Pembayaran kepada pihak kedua (sebagai perantara) untuk selanjutnya

dibayarkan kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan pihak ketiga disertai dengan perjanjian tertulis)

d) Pembayaran penggantian biaya (reimbursement), yaitu penggantian

pembayaran sebesar jumlah yang nyata-nyata telah dibayarkan pihak kedua kepada pihak ketiga (dibuktikan dengan faktur tagihan atau bukti pembayaran yang telah dibayarkan kepada pihak ketiga).Jumlah bruto tersebut tidak berlaku:

· atas penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa katering; · dalam hal penghasilan yang dibayarkan sehubungan dengan jasa, telah

dikenakan pajak yang bersifat final.

Untuk memahami lebih mudah tentang bagaimana perhitungan PPh Pasal 23, ilustrasi di bawah ini akan menjelaskannya kepada Anda.

 Penghitungan PPh Pasal 23 menggunakan tarif dikalikan dengan jumlah bruto.

PT Insan Media Print adalah perusahaan yang bergerak di bidang penerbitan buku dan percetakan. Perusahaan ini melakukan sejumlah pembayaran yang terkait dengan PPh Pasal 23 kepada

beberapa pihak dengan rincian:

1. Pembayaran terhadap royalti tiga orang penulis: Damayanti dengan NPWP

01.444.888.2.987.000, Nurmadina NPWP 01.888.555.2.456.000, dan Azzahra yang belum memiliki NPWP. Royalti yang diberikan kepada Damayanti sebesar Rp25.000.000. Royalti untuk Nurmadina sebesar Rp10.000.000, dan royalti untuk Azzahra sebesar Rp5.000.000. 2. Pembayaran bunga pinjaman kepada BRI dengan NPWP 03.111.222.2.541.000 untuk bulan September sebesar Rp1.500.000.

Jadi, perhitungan pajak penghasilan (PPh Pasal 23) untuk PT Insan Media Print adalah sebagai berikut:

1. Untuk pembayaran royalti kepada penulis: Damayanti 15% x Rp25.000.000 = Rp3.750.000 Nurmadina 15% x Rp10.000.000 = Rp1.500.000 Azzahra 15% x Rp5.000.000 = Rp750.000

Karena Azzahra masih belum memiliki NPWP, maka dikenakan tambahan PPh sebesar 100% dengan nominal = 100% x Rp750.000 = Rp750.000

Dengan demikian, Azzahra akan terkena pemotongan sebesar Rp750.000 + Rp750.000 = Rp1.500.000. Setelah melakukan pemotongan PPh Pasal 23, penulis akan mendapatkan hasil bukti pemotongan.

2. Untuk pembayaran atas bunga pinjaman pada BRI, tidak dikenakan PPh Pasal 23. Sebab termasuk penghasilan yang dibayarkan atau terutang kepada bank dan merupakan pengecualian terhadap PPh Pasal 23.

(10)

 Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Dividen

Atas penghasilan berupa dividen akan dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto

Contoh 1:

PT. Solusindo membayar dividen kepada CV Perkasa pada bulan maret 2009 sebesar Rp. 200.000.000,00. PPh pasal 23 dipotong PT. Solusindo adalah: 15% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00

Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Bunga, termasuk Premium, Diskonto, dan Imbalan karena Jaminan Pengembaliian Utang.

Atas penghasilan berupa bunga dikenakan pemotongan PPh pasl 23 sebesar 15 % dari jumlah bruto.

PPh Pasal 23 = 15% x Bruto PPh Pasal 23 = 15% x Bruto Contoh 2:

PT Karya Utama membayar bunga atas pinjaman membayarkan bunga kepada PT Indo Jaya sebesar Rp. 80.000.000,00. PPh pasal 23 yang dipotong PT Karya Utama adalah: 15% x Rp. 80.000.000,00 = Rp. 12.000.000,00

Cara Menghitung PPh Pasal 23 atas Royalti Atas pengahsilan yang berupa royalti akan dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah Bruto.

 Cara menghitung PPh pasal 23 atas hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya Atas hadiah atau penghargaan yang diberikan melalui suatu perlombaan yang diterima Wajib Pajak badan termasuk BUT dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 15% dari jumlah bruto. Contoh 3:

CV. Perdana mendapat hadiah sebuah mobil senilai Rp. 200.000.000,00 atas undian tabungan yang diselenggarakan Bank Artha Raya. PPh pasal 23 yang dipotong Bank Artha Raya adalah: 15% x Rp. 200.000.000,00 = Rp. 30.000.000,00

 Cara menghitung PPh pasal 23 atas sewa da penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

Atas penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta (kecuali sewa dan penhasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan atau bangunan) dikenakan

pemotongan PPh pasl 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. PPh Pasal 23 = 15% x Bruto

PT. Sejahtera Raya menyewa sebuah traktor milik susanto dengan nilai sewa sebesar Rp.

10.000.000,00 PPh pasal 23 yang dipotong PT. Sejahtera Raya adalah: 2% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 200.000,00 Apabila susanto belum memiliki NPWP, maka PPh pasal 23 yang dipotong PT Sejahtera Raya adalah: 4% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 400.000,00

(11)

 Cara menghitung PPh pasal 23 atas imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain

Atas penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa

konstruksi, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotonng pajak penghasilan pasal 21 dikenakan pemotongan PPh pasal 23 sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai. PPh Pasal 23 = 2% x Bruto PPh Pasal 23 = 2% x Bruto

 TATA CARA PERHITUNGAN PEMOTONG PPh PASAL 24 Mekanisme Penghitungan PPh Pasal 24

PAJAK Penghasilan (PPh) Pasal 24 adalah salah satu jenis pelunasan PPh dalam tahun berjalan yang merupakan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh WP dalam negeri. Atas pajak tersebut, WP dapat mengkreditkan pajak terutang dalam tahun pajak yang sama.

Untuk lebih memahami perhitungan PPh Pasal 24, berikut adalah beberapa ulasan contoh soal perhitungan PPh Pasal 24.

· Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri (PPh Pasal 24) Kasus dan Pertanyaan:

PT Sinar Gemilang di Semarang memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2014 sebagai berikut:

Penghasilan dalam negeri Rp400.000.000 Penghasilan dari Vietnam (tarif pajak 20%) Rp200.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014? Jawaban:

Penghitungan PPh Pasal 24 adalah sebagai berikut: 1) Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dalam negeriRp400.000.000 Penghasilan dari VietnamRp200.000.000 Jumlah Penghasilan NetoRp600.000.000 2) Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp 600.000.000 =Rp150.000.0003. 3) Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang (Rp200.000.000 : Rp600.000.000) x Rp150.000.000 = Rp49.999.999 (dibulatkan) Rp50.000.0004. 4) Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri: 20% x Rp200.000.000

=Rp40.000.000

Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebesar

(12)

dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

· Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Dalam Negeri Kasus dan Pertanyaan:

PT Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2015 sebagai berikut:

Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak yang berlaku 30%). Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp200.000.000

Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2014? Jawaban

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut:

1) Menghitung total penghasilan kena pajak: Penghasilan dari Belanda Rp600.000.000 Penghasilan dari dalam negeri(Rp200.000.000) Jumlah Penghasilan NetoRp400.000.000 2) Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp 400.000.000 =Rp100.000.000 3) Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang (Rp600.000.000 : Rp400.000.000) x Rp100.000.000 =Rp150.000.000

4) Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri: 30% x Rp600.000.000 =Rp180.000.000

Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp150.000.000. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

· Perhitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Luar Negeri Kasus dan Pertanyaan:

PT Selaras Abadi pada tahun 2013 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:

Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif pajak yang berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif pajak yang berlaku 25%). Di dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000

(13)

Jawaban:

Penghitungan PPh pasal 24 adalah sebagai berikut: 1. Menghitung total penghasilan kena pajak:

Penghasilan dalam negeri Rp300.000.000 Penghasilan dari luar negeri Rp500.000.000 Jumlah Penghasilan Neto Rp800.000.000 2. Menghitung total PPh terutang:

Pajak terhutang 25% x Rp800.000.000 =Rp200.000.000 3. Menghitung PPh maksimum yang dapat dikreditkan:

(penghasilan Luar Negeri : total penghasilan) x total PPh terutang (Rp300.000.000 : Rp800.000.000) x Rp200.000.000 =Rp75.000.000

4. Menghitung PPh yang terutan atau dipotong di Luar Negeri: 40% x Rp300.000.000 =Rp120.000.000

Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah Rp75.000.000.

PPh pasal 24 Ketentuan pasal 24 UU PPh Mengatur tentang perhitungan besarnya pajak atas penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dpat dikreditkan terhadap pajak penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak dalam negeri.

Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut: 1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut (accrual basis).

2. Penggabungan penghasilan lainnya dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan tersebut (cash basis).

3. Penggabungan penghasilan yang berupa dividen (pasl 18 ayat 2 UU PPh) dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen tersebut ditetapkan sesuai dengan keputusan menteri keuangan.

Contoh 1:

PT Mandiri menerima dan memperoleh pengahsilan neto dari sumber luar negeri dalam tahun 2009 sebagai berikut:

1. Hasil usaha di negara jerman dalam tahun pajaj 2009 sebesar Rp 700.000.000,00. 2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Corp.” sebsar Rp 1.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2007 yang ditetapkan RUPS tahun 2007, dan baru dibayarkan tahun 2009.

3. Di negara inggris memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di “DEF Corp.” sebesarRp. 2000.000.000,00. saham tersebut tidak diperdagangkan di bursa efek. Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2008 yang berdasarkan keputusan menteri keuangan dittetapkan diperoleh tahun 2009.

(14)

4. Penghasilan berupa bunga semester II tahun 2009 sebesar Rp 500.000.000,00 dari bangkok bank di thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan april 2010. Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dan dalam tahun pajak 2009 adalah penghasilan pada angka 1,2,3. sedangkan penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri dalam tahun pajak 2010. Batas maksimum kredit pajak Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan sebagai berikut:

1. Pengahasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehhubungan dengan penggunaan harta gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.

3. Penghasilan berupa sew sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah negara tempat harta tersebut terletak.

4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat kedudukan atau berada. 5. Penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.

7. Kuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada.

8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.

Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah diantara 3 unsur/perhitungan berikut ini: 1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.

2. (penghasilan luar negeri : seluruh penghasilan kena pajak) x PPh atas seluruh yang dikenakan tarif pasal 17.

3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

Cara Melaksanakan Kredit Pajak Luar Negeri Untuk melaksanakan perkreditan pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri, wajib pajak wajib menyampaikan permohonan kepad direktur jendral pajak dengan dilampiri:

1. Laporan keuangan daei penghasilan yamg berasal dari luar negeri. 2. Fotokopi surat pemberitahuan pajak yang disampaikan di luar negeri.

(15)

3. Dokumen pembayaran paja di luar negeri. Penyampaian permohonan kredit pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh.

VI. PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 DAN 24 DITANGGUNG PEMERINTAH  PAJAK PPh PASAL 23 DITANGGUNG PEMERINTAH

Pembebasan pajak penghasilan (PPh) Pasal 23 merupakan salah satu dari sekian banyak insentif yang disediakan pemerintah dalam rangka penanganan pandemi virus Corona atau Covid-19. Insentif tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan No. 28/2020.

Dengan insentif itu, penghasilan wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong dalam PPh Pasal 21, bebas dari potongan PPh Pasal 23.

Meski begitu, pembebasan PPh Pasal 23 hanya berlaku untuk imbalan yang berasal dari pihak tertentu, antara lain badan/instansi pemerintah, rumah sakit dan pihak lain. Pembebasan juga diberikan melalui Surat Keterangan Bebas Pemotongan PPh Pasal 23.

Seperti insentif pajak Covid-19 lainnya, pembebasan PPh Pasal 23 juga mengharuskan wajib pajak untuk melaksanakan pelaporan realisasi insentif paling lambat 20 Juli untuk periode masa pajak April 2020 hingga masa pajak Juni 2020.

Kemudian, pelaporan realisasi untuk periode masa pajak Juli 2020 sampai dengan masa pajak September 2020, paling lambat 20 Oktober 2020.

PPh yang ditanggung pemerintah adalah Pajak Penghasilan yang ditanggung Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam :

1) Peraturan Pemerintah No. 45 Tahun 1994 dan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2001. Dalam hal tidak seluruhnya penghasilan berasal dari proyek yang dibiayai dengan bantuan/hibah luar negeri, maka penghitungannya dilakukan dengan cara sebagaimana dimaksud dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak No.: SE-25/PJ.223/1987 tanggal 4 Agustus 1987 jo SE-27/PJ.223/1987 tanggal 7 Agustus 1987.

2) Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan.

 PAJAK PPh PASAL 24 DITANGGUNG PEMERINTAH

Pajak Penghasilan Pasal 24 mengatur tentang hak Wajib Pajak untuk memanfaatkan kredit pajak di luar negeri. Hal ini bertujuan supaya Wajib Pajak tidak terkena pajak ganda, karena telah melakukan pembayaran pajak asetnya di luar negeri.

(16)

PPh Pasal 24 mengatur nominal pajak yang dibayarkan di luar negeri yang berfungsi sebagai pengurang nilai pajak terutang yang dimiliki di Indonesia.

Dengan kata lain, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri. Syarat utama memanfaatkan fasilitas ini adalah nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi utang pajak yang ingin dibayar di Indonesia.

Berdasarkan ketentuan PPh Pasal 24, Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) yang memiliki atau menerima penghasilan dari kegiatan usaha di luar negeri, seperti misalnya pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, penghasilan berupa bunga, royalti, dan imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan lainnya, boleh dikreditkan terhadap pajak yang terutang di tahun pajak yang sama.

Aturan KMK 164/2002 ini sebelumnya dibuat untuk meringankan beban pajak ganda yang mungkin terjadi karena pengenaan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri. Penyampaian permohonan kredit pajak luar negeri dilakukan bersamaan dengan penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Tahunan.

Belum lama ini, Menteri Keuangan menerbitkan perubahan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2018 tentang Pelaksanaan Pengkreditan Pajak atas Penghasilan dari Luar Negeri. Apa tujuan dari diterbitkannya aturan baru tersebut? Aturan ini diterbitkan guna meningkatkan kemudahan dan kepastian terkait kredit pajak luar negeri.

Selain itu, juga mendorong Wajib Pajak (WP) baik Orang Pribadi maupun Badan untuk dapat mengklaim manfaat P3B (Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda). Di antara lain, dapat berupa pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah atau pembebasan dari pengenaan pajak di luar negeri. Berawal dari sini, PPh 24 menjadi peraturan Pajak Penghasilan dari pemerintah Indonesia untuk menghindari pembayaran ganda oleh warga Negara Indonesia.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Ulasan lengkap pajak penghasilan; jenis-jenis pph, subjek, objek dan contoh

https://klikpajak.id/blog/perhitungan/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/ Yasmita,surya.dkk. 2018. Mengenal pph pasal 23 dan siapa saja yang menjadi wajib pajaknya https://smconsult.co.id/id/mengenal-pph-pasal-23-dan-siapa-saja-yang-menjadi-wajib-pajaknya/ (diakses pada 31 Maret 2021)

Mas karebet .2017. Perpajakan PPh pasal 23 dan 24

https://www.slideshare.net/mobile/maskarebet2/perpajakan-pph-pasal-23-dan-24(diakses pada 3 April 2021)

Cermati.com.2019. Pph pasal 23 penjelasan tarif dan perhitungannya

https://www.cermati.com/artikel/pph-pasal-23-penjelasan-tarif-dan-perhitungannya (diakses pada 2 April 2021)

Mukarromah,awwaliatul.2021.Memahami hak dan kewajiban wajib pajak dalam proses pemeriksaan

https://news.ddtc.co.id/memahami-hak-dan-kewajiban-wajib-pajak-dalam-proses-pemeriksaan-28208(diakses pada 3 April 2021)

Juli Ratnawati, Retno Indah Hernawati. 2016. Dasar – Dasar Perpajakan

https://books.google.co.id/books/about/Dasar_Dasar_Perpajakan.html?id=uSJADAAAQBAJ&re dir_esc=y( diakses pada 3 April 2021)

Utami,Novia widya.2018.Kemudahan PPh 24 bagi Wajib Pajak yang Memiliki Aset di Luar Negerihttps://klikpajak.id/blog/bayar-pajak/pph-24/(diakses pada 1 April 2021)

Fitriya.2020.Pajak penghasilan,jenis PPh,objek PPh,subjek PPh,tarif,dan contoh.

https://klikpajak.id/blog/perhitungan/pajak-penghasilan-jenis-pph-objek-subjek-tarif-perhitungan/ (Diakses pada 2 April 2021)

Atpesi.2017. Contoh soal perhitungan PPh pasal 24 https://atpetsi.or.id/contoh-soal-perhitungan-pph-pasal-24/#.YGbl27d8p-G(diakses pada 1 April 2021)

Harmony.2021.PPh pasal 23(pajak penghasilan pasal 23),penjelasan dan perhitungannya.

https://www.harmony.co.id/blog/simak-penjelasan-dan-cara-menghitung-pajak-penghasilan-pph-pasal-23( diakses pada 31 Maret 2021)

Ebook akuntansi perpajakan

Referensi

Dokumen terkait

Pajak Penghasilan Pasal 23 merupakan Pajak Penghasilan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal

b) Faktor psikologis : minat, kecerdasan, bakat, motivasi dan kemampuan kognitif. Namun, terkait dalam penelitian ini, faktor yang ingin diungkap atau dijadikan

PPh pasal 23 adalah pajak yang harus dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Badan Dalam Negeri dan Bentuk Usaha Tetap yang berasal dari

PPh Pasal 23 adalah pajak penghasilan dalam tahun berjalan yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk Usaha

Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 23 adalah pajak yang dipotong atas penghasilan yang diterima atau diperoleh wajib pajak dalam negeri (orang pribadi dan badan) dan

bank konvensional nilai minimum rasio LDR dimiliki oleh Bank Bukopin sedangkan nilai maksimum dimiliki oleh Bank Mandiri, hal ini dikarenakan nominal dari loan

RPJPD Kabupaten Polewali Mandar merupakan suatu dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka waktu 20 (dua puluh) tahun, yang penyusunannya berpedoman

Sebanyak 1 g hati mencit betina dihomogenasi dalam 10 ml dapar tris-kalium klorida 150 mM:50 mM pH 7,2 yang dijaga pada suhu dingin kemudian disentrifuga dengan kecepatan 3000