• Tidak ada hasil yang ditemukan

9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - U PAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS KELAS IV MELALUI STRATEGI INQUIRING MINDS WANT TO KNOW MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI SD NEGERI 1 LESMANA - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori - U PAYA MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN PRESTASI BELAJAR IPS KELAS IV MELALUI STRATEGI INQUIRING MINDS WANT TO KNOW MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL DI SD NEGERI 1 LESMANA - repository perpustakaan"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sikap Rasa Ingin Tahu

Sikap dan perilaku seseorang dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan karakter dirinya. Samani (2012: 43) mendefinisikan karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakter digunakan sebagai pijakan seseorang dalam berpikir, bertindak, dan bersikap. Pikiran dan tindakan yang ditunjukkan seseorang merupakan wujud sebuah karakter dalam diri. Kemendiknas (2010: 3) menyebutkan karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak.

(2)

sejumlah nilai, moral, dan norma seperti jujur, berani bertindak, dapat dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan serangkaian sikap dan sifat manusia yang dapat dilihat melalui tindakan seseorang kepada orang lain. Sikap dan sifat tersebut terbentuk karena hereditas pengaruh lingkungan yang membedakan dengan manusia lain.

Pembentukan karakter melalui pendidikan bukan hanya dilakukan oleh pihak sekolah tetapi peran serta orang tua dan lingkungan juga membentuk karakter anak didik. William & Schnaps dalam Zubaedi (2011: 15) menjelaskan character education is any delibate approach by which school personnel, often in conjunction with parents and community members, help children adn youth become caring, principle and responsible. Penjelasannya mengenai pendapat tersebut adalah pendidikan karakter didefinisikan sebagai usaha yang dilakukan oleh para pengelola sekolah, bahkan yang dilakukan bersama-sama dengan orang tua dan anggota masyarakat untuk membantu anak-anak dan remaja agar menjadi atau memiliki sifat peduli, berpendirian, dan bertanggung jawab.

(3)

pendidikan moral, pendidikan watak yang bertujuan mengembangkan kemampuan siswa untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya mewujudkan siswa untuk dapat menjadi manusia seutuhnya. Penanaman watak yang baik ditunjukkan dengan melakukan kebaikan sehari-hari yang ditanamkan oleh pihak sekolah, orang tua, dan masyarakat.

Nilai pendidikan karakter bangsa terdiri dari religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Salah satu nilai pendidikan karakter yang diangkat dalam penelitian ini adalah sikap rasa ingin tahu.

(4)

(Surakhmad, 2012: 6) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

Sikap rasa ingin tahu mendorong untuk selalu mencari informasi yang belum dipahami, sikap tersebut akan selalu timbul jika sudah mengetahui jawaban atas infromasi lain. Aly (201: 3) menyebutkan rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya, rasa ingin tahu tidak dapat dipuaskan, jika salah satu soal dapat dipecahkan, maka timbul soal lain yang menunggu penyelesaian. Akal budi manusia tidak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya, selalu timbul keinginan untuk menambah pengetahuan itu.

Ciri-ciri orang yang memiliki sikap rasa ingin tahu yang tinggi adalah :

a. Senang mengajukan pertanyaan. b. Selalu timbul rasa penasaran.

c. Menggali, menjejaki dan menyelidiki.

d. Tertarik pada berbagai hal yang belum ditemukan jawabannya.

e. Mengintai, mengintip dan membongkar berbagai hal yang masih kabur.

(5)

mengetahui apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Rasa ingin tahu akan terus muncul ketika sudah menemukan jawabannya karena sifat alamiah manusia yang tidak puas dengan apa yang sudah diketahuinya. Sikap rasa ingin tahu ditunjukkan dengan berusaha menemukan sesuatu yang belum diketahuinya, senang mengajukan pertanyaan, dan tertarik untuk mempelajari hal-hal yang belum diketahuinya.

Rasa ingin tahu di sekolah dapat diketahui dengan indikator. Daryanto (2013: 138) menjelaskan indikator rasa ingin tahu di sekolah dan di kelas yaitu :

a. Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.

b. Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya.

c. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu. d. Eksplorasi lingkungan secara terprogram.

e. Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).

(6)

Tabel 2.1 indikator rasa ingin tahu di sekolah dasar

Nilai Indikator Indikator

Rasa ingin tahu:

Bertanya kepada guru dan teman tentang

sesuatu tentang gejala alam yang baru terjadi.

Membaca atau

mendiskusikan gejala alam yang baru terjadi. Bertanya kepada guru

tentang sesuatu yang didengar dari radio sesuatu yang terkait

dengan materi

pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa sikap rasa ingin tahu siswa sekolah dasar untuk kelas 4 yaitu:

a. Siswa mampu bertanya dan membaca sumber belajar selain buku teks tentang materi tersebut, mereka mengupayakan untuk dapat memahami materi dari sumber yang berbeda misalnya internet dan artikel.

(7)

c. Siswa bertanya mengenai sosial, ekomomi, budaya, dan teknologi yang baru mereka dengar sehingga mereka dapat menemukan jawaban dari pertanyaan yang mereka tanyakan.

d. Siswa bertanya mengenai apa yang mereka lihat dan dengar di lingkungan, hal tersebut tidak berkaitan dengan materi yang disampaikan guru di kelas.

Indikator sikap rasa ingin tahu kelas IV di sekolah dasar yaitu siswa mampu bertanya dan mencari pengetahuan diluar buku teks, bertanya tentang apa yang dilihat di masyarakat sekitar, dapat memahami peristiwa yang terjadi di lingkungan hidupnya serta dapat bertanya tentang materi yang telah diajarkan tetapi di luar kelas dan jam pelajaran. Sikap rasa ingin tahu diambil sebagai salah satu permasalahan dalam penelitian ini karena sikap tersebut dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam pembelajaran melalui penerapan strategi Inquiring Minds Want To Know yang menuntut siswa untuk dapat memikirkan tentang sebuah topik atau pertanyaan yang belum pernah dibahas sebelumnya sehingga dapat menciptakan pembelajaran aktif di kelas.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian prestasi belajar

(8)

menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome).

Prestasi merupakan hasil pengetahuan, prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/dikerjakan.

Prestasi dapat juga diartikan sebagai hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan. Hamdani (2011: 137) mengemukakan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan serangkaian usaha baik secara individu maupun perubahan kemampuan seseorang yang bersifat relatif tetap. Prestasi dapat diwujudkan baik secara individual maupun kelompok.

(9)

Belajar diartikan sebagai aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Hal tersebut diperoleh bukan hanya dalam pendidikan melainkan dari lingkungannya. Aunurrahman (2009: 38) menyatakan belajar adalah aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Belajar dapat merubah tingkah laku seseorang di lingkungannya. Hamalik (2006: 28) menyatakan belajar merupakan suatu proses, suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan.

Pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu tindakan dan perubahan yang terjadi dalam diri sendiri mengenai tentang tingkah laku. Belajar tidak hanya suatu tindakan untuk mendapat pengetahuan dari sesuatu yang terjadi di lingkungan tetapi belajar dapat dilihat dari tingkah laku yang dilakukan seseorang melalui pengalaman yang didapat saat di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekitar.

Manusia selalu mengejar prestasi dalam hidupnya, prestasi disesuaikan dengan bidang yang ditekuninya. Arifin (2011: 12) menyatakan prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing.

(10)

dapat berupa kemampuan, keahlian, dll sesuai pernyataan Hamdani (2011: 138) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar yang dilakukan sepanjang kehidupan manusia yang mengakibatkan adanya perubahan tingkah laku dan kemampuan seseorang. Prestasi belajar hanya dapat diketahui jika telah dilakukan penilaian terhadap hasil belajar siswa.

Jenis prestasi dapat diukur dari sebuah indikator. Muhibbin (2013: 217) menyatakan indikator prestasi belajar yaitu sebagai berikut

Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

A. Ranah Cipta

1. Dapat memberikan contoh; 2. Dapat menggunakan secara

(11)

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

2. Menunjukkan sikap menolak

1. Kesediaan

berpartisipasi/terlibat; 2. Kesediaan memanfaatkan

1. Menganggap penting dan bermanfaat;

2. Menganggap indah dan harmonis;

3. Mengagumi

1. Mengakui dan menyakini;

(12)

Ranah/Jenis Prestasi Indikator Cara Evaluasi

2. Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari gerak mata, tangan , kaki dan anggota tubuh lainnya

1. Kefasihan

melafalkan/mengucapkan 2. Kecakapan membuat mimik

(13)

Jenis prestasi afektif lebih menekankan pada sikap dalam proses pembelajaran dan dapat diukur dengan tes tertulis, obervasi, dan skala sikap. Jenis prestasi psikomotor, lebih menekankan pada kecakapan mengoordinasikan mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya. Prestasi dapat terwujud melalui pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan indikator-indikator dan pemilihan cara evaluasi secara tepat.

Belajar yang dilakukan oleh seseorang memiliki tahap-tahap dalam proses belajar agar tercapainya hasil belajar. Muhibbin (2011: 109-113) mengutip beberapa pendapat ahli tentang tahapan-tahapan dalam proses belajar, yaitu:

1) Jerome S. Bruner

Belajar merupakan aktifitas yang berproses didalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap. Proses belajar siswa menempuh tiga tahap yaitu:

a) Tahap Informasi (tahap penerimaan materi)

Seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. Diantara informasi yang memperoleh itu ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus, dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya yang telah dimiliki.

b) Tahap Transformasi (tahap pengubahan materi)

(14)

abstrak atau konseptual supaya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, tahap ini akan berlangsung sulit apabila tidak disertai dengan bimbingan.

c) Tahap evaluasi (tahap penilaian materi)

Siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi. 2) Arno F. Wittig

Setiap proses belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: a) Acquisition (tahap perolehan/penerimaan informasi)

Siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru. Tahap ini terjadi asimilasi antara pemahaman dan perilaku baru dalam keseluruhan perilakunya. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.

b) Storage (tahap penyimpanan informasi)

Siswa secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition.

c) Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi).

(15)

memecahkan masalah. Proses retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.

3) Albert Bandura

Setiap proses belajar (yang dalam hal ini terutama belajar sosial dengan menggunakan model) terjadi dalam urutan tahapan peristiwa yang meliputi:

a) Tahap perhatian (attentional phase)

Para siswa/siswi pada umumnya memusatkan perhatian pada obyek materi atau perilaku model yang lebih menarik terutama karena keunikannya dibanding dengan materi atau perilaku lain yang sebelumnya telah mereka ketahui. Guru dapat mengekspresikan suara dengan intonasi khas ketika menyajikan pokok meteri atau bergaya dengan mimik tersendiri ketika menyajikan contoh perilaku tertentu agar dapat menarik perhatian siswa.

b) Tahap penyimpanan dalam ingatan (retention phase)

(16)

c) Tahap reproduksi (reproduction phase)

Simbolis yang berisi informasi pengetahuan dan perilaku yang telah tersimpan dalam memori para siswa itu diproduksi kembali, untuk mengidentifikasi tingkat penguasaan para siswa, guru dapat menyuruh mereka membuat atau melakukan lagi apa-apa yang telah mereka, misalnya dengan menggunakan saran post-test.

d) Tahap motivasi (motivation phase)

Guru dianjurkan untuk memberi pujian, hadiah atau nilai tertentu kepada siswa yang kinerja memuaskan. Sementara itu, kepada mereka yang belum menunjukan kineija yang memuaskan perlu diyakinkan arti penting penguasaan materi atau perilaku yang disajikan guru dalam kehidupan mereka.

(17)

untuk memahami gejala atau memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

Proses belajar dilakukan dengan baik agar dapat mengembangkan potensi siswa. Trianto (2011:10) menjelaskan tentang proses belajar sebagai berikut:

a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengontruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

b) Anak belajar dari mengalami. Anak mcncatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.

d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan ketrampilan yang dapat diterapkan.

e) Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.

(18)

g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan seseorang.

Penjelasan dari beberapa ahli di atas mengenai proses belajar yang dilakukan oleh siswa maka dapat disimpulkan bahwa belajar bukan hanya menghafal, tetapi hal yang dialami siswa merupakan awal belajar, sehingga hal yang dialami peseta didik dapat melatih siswa dalam memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, pengetahuan yang dimiliki peseta didik merupakan cermin pemahaman yang mendalam tentang suatu masalah sehingga siswa dapat belajar dari hal-hal yang dilakukan dan dijumpai setiap harinya, sehingga dapat lebih memudahkan dan mengembangkan potensi siswa.

Belajar yang efektif dapat diciptakan dari lingkungan belajar yang mendukung prosesnya. Trianto (2011: 12) menjelaskan pentingnya lingkungan belajar yang dimaksud adalah:

a) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa.

b) Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.

(19)

d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

Penjelasan di atas membahas pentingnya lingkungan belajar bagi siswa. Belajar yang paling afektif dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa karena siswa akan cenderung lebih aktif dalam menerima pelajaran. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang hanya memusatkan pada hafalan akan menciptakan siswa yang mudah mengingat tetapi gagal dalam memecahkan masalah dalam kehidupannya kelak.

(20)

Prestasi belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor baik faktor dalam dan faktor luar. Mulyasa (2013: 190) berpendapat faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:

a) Faktor internal (1) Fisiologis

Kondisi jasmani atau fisik seseorang yang dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu kondisi jasmani pada umumnya dan kondisi yang berkaitan dengan fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama panca indera.

(2) Psikologis

(21)

b) Faktor Eksternal

(1) Faktor sosial menyangkut hubungan antarmanusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Faktor ini termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada umumnya. Peran keluarga dan guru atau fasilitator dalam keberhasilan prestasi belajar sangat berpengaruh karena efektivitas pengelolaan faktor bahan, lingkungan dan instrumen sebagai faktor-faktor utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hampir seluruhnya bergantung pada guru.

(2) Faktor nonsosial adalah faktor-faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya.

(22)

b. Fungsi utama prestasi

Prestasi belajar memiliki fungsi utama. Arifin (2011:12) menyebutkan fungsi prestasi adalah sebagai berikut:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan.

3) Hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi biasanya menyebut sebagai "tendensi keingintahuan (couriosty) merupakan kebutuhan umum manusia".

4) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong siswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.

5) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan.

(23)

Pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi utama prestasi adalah sebagai indikator yang muncul dari dalam dan luar dari suatu pendidikan. Prestasi belajar juga sebagai indikator daya serap atau kecerdasan yang dimiliki siswa proses belajar siswa menjadi fokus utama dan pertama yang harus diperhatikan dalam melakukan pembelajaran, selain itu pretasi merupakan informasi dalam melakukan inovasi pendidikan, dengan adanya prestasi maka guru dapat mengukur dan mempertimbangkan dalam memutuskan untuk melakukan perubahan pendidikan di sekolah.

c. Prinsip-Prinsip Pengukuran Prestasi Belajar

Prestasi belajar dapat diukur melalui tes yang disebut dengan tes prestasi belajar. Azwar (2010: 18-21) beberapa prinsip dasar dalam pengukuran prestasi belajar sebagai berikut:

1) Tes Prestasi harus mengukur hasil belajar yang telah dibatasi secarajelas sesuai dengan tujuan instruksional.

Prinsip ini menjadi langkah pertama dalam menyusun tes prestasi belajar, yaitu langkah pembatasan tujuan ukur. Identifikasi dan pembatasan tujuan ukur harus bersumber dan mengacu pada tujuan instruksional yang telah digariskan bagi suatu program. 2) Tes Prestasi harus mengukur suatu sampel yang representatif dari

hasil belajar dan materi yang dicakup oleh program instruksional atau pengajaran.

(24)

Untuk dapat dikatakan mengukur hasil belajar materi pelajaran secara keseluruhan, sampel pertanyaan yang termuat dalam tes harus representatif yakni harus menanyakan semua bagian materi yang dicakup oleh suatu program secara proporsional.

4) Tes Prestasi harus berisi butir-butir dengan tipe yang paling cocok guna mengukur hasil belajar yang diinginkan.

Hasil belajar yang hendak diukur akan menentukan tipe perilaku yang harus diterima sebagai bukti tercapainya tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Tujuan pengukuran prestasi belajar adalah pengungkapkan proses mental atau kompetensi tingkat tinggi guna pemecahan masalah maka dapat dipilih tipe butir esai, atau tipe pilihan ganda.

5) Tes Prestasi harus dirancang sedemikian rupa agar sesuai dengan tujuan penggunaan hasilnya.

(25)

6) Reliabilitas tes prestasi harus diusahakan setinggi mungkin dan hasil ukurannya harus ditafsirkan dengan hati-hati.

Informasi mengenai reliabilitas suatu tes haruslah menjadi salah satu pertimbangan penting dalam melakukan interprestasi hasil ukur tes yang bersangkutan. Untuk itulah, biasanya selain adanya laporan mengenai koefisien relibilitas setiap tes perlu juga dilengkapi dengan laporan besarnya eror standar dalam pengukuran.

7) Tes Prestasi harus dapat digunakan untuk meningkatkan belajar pada anak didik.

Tujuan utama pengukuran prestasi belajar, baik formatif maupun sumatif, adalah membantu mereka dalam belajar haruslah dapat dikomunikasikan kepada para siswa. Bila para siswa telah dapat memandang tes sebagai sarana yang menolong mereka, di samping sebagai dasar pemberian angka atau nilai rapot, maka fiingsi tes sebagai motivator dan pengarah dalam belajar telah tercapai.

(26)

3. Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 1) Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial memberi wawasan mengenai displin ilmu sosial yang dikaji dan dikemas sesuai dengan kebutuhan siswa. Susanto (2013: 137) menjelaskan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji berbagai disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberi wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada siswa, khususnya ditingkat dasar dan menengah. Pengetahuan sosial disajikan dengan ilmu yang beragam. IPS merupakan sebuah mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah,geografi dan ekonomi serta ilmu sosial lainnya (Sapriya, 2008: 6).

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari mengenai ilmu sosial berupa sejarah, geografi, dan ekonomi serta lainnya yang memberikan wawasan dan pengetahuan untuk pendidikan dasar dan menengah. IPS dikemas untuk memberikan pemahaman mengenai pengetahuan sosial.

(27)

sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Pendidikan IPS mempelajari kehidupan yang disesuaikan dengan pemahaman siswa. Pendidikan IPS di sekolah dasar merupakan bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat (Susanto, 2013: 137).

Uraian para ahli dapat disimpulkan bahwa pendidikan IPS merupakan adaptasi dari ilmu sosial yang mempelajari manusia dalam aspek seluruh kehidupannya yang disajikan secara ilmiah untuk mencai tujuan pendidikan. Pendidikan IPS diterapkan dalam pendidikan formal di Indonesia dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas.

b. Tujuan Mata Pelajaran IPS

(28)

di sekolah dasar dikelompokkan menjadi 4 komponen, sebagaimana yang dikemukakan oleh Chapin & Messick (1992) yaitu:

1) Memberikan kepada siswa pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam kehidupan bemasyarakat pada masa lalu, sekarang dan masa yang akan datang.

2) Menolong siswa untuk mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah atau memproses informasi.

3) Menolong siswa untuk mengembangkan nilai/sikap demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat.

4) Menyediakan kesempatan kepada siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.

(29)

1) Memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap masyarakat atau lingkungannya, melalui pemahaman terhadap nilai-nilai sejarah dan kebudayaan masyarakat.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar dan mampu menggunakan strategi yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial yang kemudian dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah sosial.

3) Mampu menggunakan model-model dan proses berpikir serta membuat keputusan untuk menyelesaikan isu dan masalah yang berkembang di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

5) Mampu mengembangkan berbagai potensi sehingga mampu membangun masyarakat.

6) Memotivasi seseorang untuk bertindak berdasarkan moral.

7) Fasilitator di dalam suatu lingkungan yang terbuka dan tidak bersifat menghakimi.

(30)

9) Menekankan perasaan, emosi dan derajat penerimaan atau penolakan siswa terhadap materi pembelajaran IPS yang diberikan. Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD adalah membekali siswa sebagai persiapan menjadi warga masyarakat yang mampu memecahkan masalah-masalah sosial yang dihadapinya dan menyerasikan kehidupannya, IPS juga bertujuan untuk menjadikan peseta didik berpikir kritis sehingga siswa dapat memikirkan sebelum bertindak serta menjunjung kepedulian terhadap sesama.

c. Ruang Lingkup

Ruang lingkup IPS mencakup beberapa aspek. Badan Standar Nasional Pendidikan (2010: 102) menyebutkan ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Manusia, tempat dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 4. Materi Pokok

(31)

Penelitian ini dilakukan pada kompetensi dasar perkembangan teknologi produksi komunikasi dan transportasi sebagai materi yang akan digunakan di dalam penelitian ini. Materi tersebut akan diambil dari BSE IPS Kelas IV SD Sadiman.

5. Strategi Inquiring Minds Want To Know

Strategi Inquiring Minds Want To Know merupakan strategi kelas penuh yang melibatkan siswa hingga akhir pembelajaran, dalam strategi ini terdapat langkah-langkah dan variasi pembelajaran. Sesuai yang dikemukakan Mell Silberman (2005:112-113) menyatakan strategi Inquiring Minds Want To Know melibatkan siswa secara penuh dalam

kegiatan belajar mengajar karena strategi tersebut memusatkan pada pikiran tentang sebuah pertanyaan yang ditimbul sebelum mengetahui jawaban sebenarnya. Strategi ini menstimulus rasa ingin tahu siswa dengan mendorong siswa untuk memikirikan tentang sebuah topik atau pertanyaan. Siswa lebih cenderung mengingat suatu pengetahuan tentang materi pelajaran yang belum pernah dibahas sebelumnya jika mereka dilibatkan semenak awal dalam pengalaman kegiatan belajar satu kelas penuh.

6. Tahap-tahap strategi Inquiring Minds Want To Know

(32)

a. Buat satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang dapat membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk mengetahui lebih lanjut atau mau mendiskusikannya dengan teman. Pertanyaan tersebut harus dibuat yang sekiranya hanya diketahui oleh sebagian kecil siswa. 1) Pengetahuan sehari-hari (―Mengapa padi dapat menjadi beras?‘)

2) Bagaimana (―bagaimana jika teknologi tidak mengalami

perkembangan?‖)

3) Definisi (―Apakah tujuan pembelajaran itu?‖)

4) Ide pokok (― Menurut kalian,apa yang yang harus dibahas dalam pembelajaran ini?‖)

5) Cara kerja sesuatu (―Bagimana cara menggunakan handphone?‖) 6) Produk/hasil (―Apa yang dihasilkan dari mesin perontok padi?‖) 7) Solusi (―Bagaimana jika ban sepeda kalian bocor ketika berangkat

sekolah?‖)

b. Anjurkan siswa untuk menjawab apa saja sesuai dengan dugaan mereka. Gunakan kata-kata; coba pikirkan, apa kira-kira? Dan lain-lain c. Jangan memberikan jawaban secara langsung. Tampung semua dugaan-dugaan. Biarkan siswa bertanya-tanya tentang jawaban yang benar.

d. Gunakan pertanyaan tersebut sebagai jembatan untuk mengerjakan apa yang akan Anda kerjakan pada siswa. Jangan lupa beri jawaban yang benar ditengah-tengah anda menyampaikan pelajaran.

Variasi dalam pembelajaran menggunakan strategi Inquiring Minds

(33)

a. Pasangkan siswa dan perintahkan mereka untuk secara kolektif

membuat dugaan.

b. Sebagai ganti pertanyaan, katakan kepada siswa apa yang hendak

Anda ajarkan dan mengapa hak itu menarik. Cobalah untuk menghangatkan tahap pengenalan sebelum pembelajaran dengan cara

seperti mengiklankan sebuah film yang akan ditayangkan.

c. Cobalah membumbui pengantar ini dengan cara membuat atraksi

terhadap sebuah film/bioskop.

Uraian di atas dapat disimpulkan strategi Inquiring Minds Want To

Know memiliki kelebihan yaitu dapat mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis dan dinamis selian itu dalam strategi ini juga dapat

mengembangkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Berpikir kritis, logis dan dinamis dihasilkan dari setiap dugaan siswa sebelum

mengetahui jawaban yang tepat atas pertanyaan dari guru namun strategi ini juga memiliki kekurangan yaitu dalam membuat

perencanaan pembelajaran mengalami hambatan karena kebiasaan belajar siswa selain itu strategi ini juga memerlukan waktu yang

(34)

7. Media Video

a. Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Guru, buku teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal (Arsyad, 2007: 3).

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaruan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar. Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan efisien dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan. Guru dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pembelajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia untuk itu guru harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pembelajaran, berikut merupakan pengetahuan dan pemahaman media pembelajaran.

(35)

2) Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. 3) Seluk-beluk proses belajar.

4) Hubungan antara strategi mengajar dan media pendidikan. 5) Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran. 6) Pemilihan dan penggunaan media pendidikan.

7) Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan. 8) Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran. 9) Usaha inofasi dalam media pendidikan.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan pada umunya dan tujuan pembelajaran di sekolah pada khususnya. Media dapat dijadikan sebagai alat komunikasi agar pembelajaran sesuai dengan tujuan.

b. Penggunaan Media

Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan- perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Arsyad (2007: 6-7) menyatakan ada tingkatan utama modus belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).

(36)

siswa sebagai penerima menafsirkan simbol-simbol tersebut sehingga dipahami sebagai pesan (decoding). Cara pengolahan pesan oleh guru dan murid digambarkan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3 Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media Pesan diproduksi dengan: Pesan dicema dan

diinterpretasidengan:

Berbicara, menyanyi, memainkan <—> Mendengaikan alat music Menvisualisasikan melalui film,

gambar, model, patung, grafik,

kartun, gerakan nonverbal<—> Mengamati foto, lukisan, Menulis atau mengarang <—> membaca

Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan. Dengan demikian, siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan.

c. Pengertian Media audio dan media visual 1) Media Audio

(37)

2) Media Visual

Adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar diam seperti film strip (film rangkai), slides (film bingkai), foto, gambar atau lukisan, dan cetakan. Adapula media visual yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun (Djamarah, 2006: 141).

Uraian di atas disimpulkan bahwa media audio visual merupakan media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar.Jenis media ini mempunyai keterampilan yang lebih baik. 3) Manfaat media audio visual

Media audo visual mempunyai manfaat dalam pembelajaran. Sadiman (2010: 17) menyatakan secara umum media audio visual mempunyai manfaat sebagai berikut:

a) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). b) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti

misalnya:

(2) Objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model.

(3) Objek yang terlalu kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar.

(38)

(5) Kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal.

(6) Objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain. (7) Konsep yang terlalu luas dapat divisualkan dalam bentuk

film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

c) Penggunaan media audio visual secara tepat dapat mengatasi sikap pasif siswa. Dalam hal ini media audio visual berguna untuk:

(1) Menimbulkan kegairahan belajar.

(2) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan.

(3) Memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

(39)

Video dapat memudahkan proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuannya. Isjoni dan Ismail (2008: 46) menyatakan bahwa penggunaan video dapat membantu memudahkan pemahaman pelajar berkaitan dengan isi pelajaran yang dipelajari dan dapat membantu guru mencapai tujuan pembelajaran.

Media video memiliki manfaat yang dijabarkan oleh beberapa ahli. Prastowo (2012: 302) menjelaskan manfaat media video, antara lain:

a) Memberikan pengalaman yang tak terduga pada siswa.

b) Memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bisa dilihat.

c) Menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi siswa.

d) Menunjukkan cara menggunakan alat atau perkakas.

(40)

Media video dalam pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai pernyataan Prastowo (2015: 303) kelebihan media video dalam pembelajaran yaitu:

a) Dapat menunjukkan kembali gerakan tertentu. Gerakan yang ditunjukkan tersebut dapat berupa rangsangan yang serasi atau berupa respon yang diharapkan dari siswa.

b) Penampilan siswa dapat segera dilihat untuk dikritik atau dievaluasi.

c) Dapat memperkokoh efek tertentu, dapat memperkokoh belajar maupun nilai hiburan dari penyajian tersebut.

d) Mendapatkan isi dan susunan yang masih utuh dari materi pelajaran atau latihan yang dapat digunakan secara interaktif dengan buku kerja atau benda lain yang biasa digunakan di lapangan.

e) Informasi yang disajikan secara serentak pada waktu yang sama di lokasi (kelas) yang berbeda dan dengan jumlah peserta yang tidak terbatas.

f) Pembelajaran dengan video merupakan suatu kegiatan pembelajaran mandiri, di mana siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing dapat dirancang.

Kekurangan media video dalam pembelajaran yaitu:

(41)

b) Menyusun naskah atau skenario video bukanlah pekerjaan yang mudah, disamping menyita banyak waktu.

c) Biaya produksi video sangat tinggi dan hanya sedikit orang yang mampu mengerjakannya.

d) Apabila gambar pada pita video ditransfer ke film, hasilnya tidak bagus.

e) Layar monitor yang kecil akan membatasi jumlah penonton, kecuali jaringan monitor dan sistem proyeksi video diperbanyak.

f) Jumlah grafis pada garis untuk video terbatas, yakni separuh dari jumlah huruf grafis untuk film atau gambar diam.

g) Perubahan yang pesat dalam teknologi menyebabkan keterbatasan sistem video menjadi masalah yang berkesinambungan.

(42)

semakin pesat maka video memiliki keterbatasan dan menjadi masalah yang berkelanjutan.

Kekurangan media video, guru dapat mengatasinya yaitu dengan mempersiapkan terlebih dahulu alat yang akan digunakan dalam menampilkan video sehingga tidak menyita waktu pelajaran, selain itu pihak sekolah yang mengharapkan penggunaaan video digunakan secara rutin dalam pembelajaran sehingga pihak sekolah mengupayakan alat yang digunakan dalam penggunaan media video dapat dioperasikan dengan mudah sehingga menjadikan pembelajaran aktif dan menarik.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sayip Eko widodo (2014: 7) dengan judul skripsi ―Pengaruh Srategi Inquiring Minds Want To Know

dengan Media Video terhadap Kemampuan Mendeskripsikan Daur Hidup Hewan pada Kelas IV SD N Tertek Pare Kabupaten Kediri Tahun Ajaran 2013/2014‖ menyatakan srategi Inquiring Minds Want

(43)

2. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasari Widiyaningrum (2013: 15) dengan judul skripsi ―Penerapan Model Pembelajaran Inquiring Minds

Want To Know dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri Tiyaran 01 Sukoharjo Tahun Ajaran 2012/2013‖. Hasil penelitian ini ialah adanya peningkatan hasil belajar IPA melalui penerapan model pembelajaran Inquiring Mind Want to Know, hal ini dapat dilihat dari nilai siswa yang di atas KKM ≥ 65 dari sebelum tindakan sampai sesudah tindakan. Pada siklus I nilai siswa meningkat 33,33% dari pra siklus, dan nilai siklus II meningkat 50% dari siklus I. Penelitian di atas memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian ini.. Persamaannya terdapat pada strategi yang di gunakan yaitu strategi Inquiring Minds Want To Know dan penggunaan media audio visual, perbedaan penelitian di atas dengan penelitian ini terdapat pada mata pelajaran dan materi yang digunakan. Mata pelajaran penelitian di atas merupakan mata pelajaran IPA, sedangkan penelitian ini menggunakan mata pelajaran IPS. Hasil kedua penelitian tersebut adalah strategi Inquiring Minds Want To Know dan media audio visual dapat meningkatkan hasil belajar terbukti dari setiap siklus mengalami peningkatan.

C. Kerangka Berpikir

(44)

memunculkan ide atau dugaan positif terhadap hal yang dijumpai siswa. Guru merupakan kendali utama dari meningkatkan mutu, memiliki pengaruh yang sangat besar sebab itu guru dituntut untuk dapat mencari dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Penguasaan materi oleh siswa terhadap materi yang disampaikan guru merupakan syarat dalam mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran. Permasalahan yang ada bahwa siswa kelas IV di SD Negeri 1 Lesmana dalam mata pelajaran IPS yaitu siswa kurang menguasai materi yang disampaikan guru dikarenakan dalam menyampaikan materi masih bersifat abstrak, oleh karena itu guru perlu menggunakan suatu strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran.

Siswa belum menerapkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh. Selain itu rasa ingin tahu siswa yang dirasa kurang saat pembelajaran berlangsung, oleh karena itu, penelitian ini menerapkan strategi Inquiring Minds Want To Know dengan harapan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan

(45)

prestasi belajar siswa lebih baik pula. Untuk memberikan penjelasan dapat digambarkan dalam kerangka berpikir sebagai berikut:

Bagan 2.1 Skema Kerangka Berpikir

Skema di atas dapat disimpulkan bahwa kerangka berpikir yang ada pada penelitian tindakan kelas ini yaitu kondisi awal yang ada pada kelas IV SD N 1 Lesmana menunjukan bahwa rasa ingin tahu siswa dan prestasi belajar IPS masih rendah. Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi wawancara kepada guru kelas yang menyatakan bahwa rasa ingin tahu siswa pada saat pembelajaran masih kurang hal ini dapat dilihat dari siswa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan guru, siswa belum membaca sumber buku di luar buku teks mata pelajaran IPS, selain itu siswa sangat jarang bertanya mengenai materi yang telah disampaikan guru baik di dalam maupun di luar jam pelajaran, selain itu, rendahnya prestasi belajar siswa juga dibuktikan dari nilai ulangan harian siswa selama 3 tahun materi perkembangan teknologi

Kondisi Awal

Tindakan Hasil yang diharapkan

(46)

produksi komunikasi dan transportasi tergolong masih rendah dan belum mencapai KKM.

Permasalahan yang ada di kelas IV SD Negeri 1 Lesmana membutuhkan solusi untuk dapat mengatasi permasalahan siswa mengenai rendahnya rasa ingin tahu dan prestasi belajar IPS yang masih rendah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diterapkan pembelajaran kelas utuh dengan menerapkan strategi Inquiring Minds Want To Know. Pada pembelajaran Inquiring Minds Want To Know, siswa diarahkan membuat dugaan atas apa yang disampaikan dan ditayangkan melalui video dan dilakukan secara berpasangan untuk memperebutkan bintang penghargaan yang disediakan guru.

Penggunaan pembelajaran kelas utuh melalui penerapan strategi Inquiring Minds Want To Know pada penelitian tindakan kelas ini diharapkan juga dapat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran IPS yang memperhatikan tujuan pembelajaran IPS, maka pembelajaran IPS akan semakin bermakna dan siswa akan terbantu dalam memahami materi yang diajarkan sehingga prestasi belajar IPS siswa akan meningkat dan memuaskan. D. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 dapat disimpulkan bahwa sikap rasa ingin tahu siswa
Tabel 2.2 Jenis, Indikator dan Cara Evaluasi Prestasi
Tabel 2.2 dapat disimpulkan bahwa jenis prestasi dibagi
Tabel 2.3 Proses Belajar Mengajar Menggunakan Media
+2

Referensi

Dokumen terkait

unit II akan dinyatakan released (lulus uji) dan diterima sebagai bahan baku. Apabila susu segar dari KUD tidak memenuhi persyaratan yang ditentukan maka untuk mempertahankan

Eel head and bone contained oleic acid in high amount, so it have the potency to be developed as a source of omega-9 fatty acids.. In the human health, oleic acid is beneficial for

lll/c, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas llmu Pendidikan (FlP) Universitas Negeri Malang masa jabatan tahun 2008 - 2012 lelah berakhir masa

Berdasarkan temuan hasil penelitian di lapangan melalui instrumen wawancara maupun pengamatan langsung bahwa pembentukan karakter siswa model melalui model pembelajaran

Langkah pertama yang dilaksanakan peneliti melakukan studi pendahuluan. Studi pendahuluan dilaksanakan berdasarkan kepada kajian empirik dan teori. Dalam hal ini peneliti

Nurul Satria Abdi, M.. PERENCANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN INDIVIDUAL KULIAH KERJA NYATA REGULER UNIVERSITAS

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa partisipasi peserta didik dalam mengikuti pembelajaran PAI materi shalat jum’at dengan menggunakan metode field

sedangkan pola akses yang dihasilkan proses data mining menggunakan data sesungguhnya dari webserver Universitas Respati Yogyakara adalah seperti yang ditunjukkan pada