Nama
Nama : Cicci Chairunisa Mas’um: Cicci Chairunisa Mas’um NIM
NIM : PO.71.4.201.14: PO.71.4.201.14.1.007.1.007
LOGBOOK MODUL 7 LOGBOOK MODUL 7 DIABETES PADA LANSIA DIABETES PADA LANSIA Kasus
Kasus
Tn. G. Berusia 70 tahun, mengeluh sering lemas dan tidak bertenaga, aktifitas saat ini Tn. G. Berusia 70 tahun, mengeluh sering lemas dan tidak bertenaga, aktifitas saat ini sudah banyak dikurangi. Kebiasaan Tn. G yang masih dilakukan saat ini adalah tetap sudah banyak dikurangi. Kebiasaan Tn. G yang masih dilakukan saat ini adalah tetap merokok dan makan yang tidak teratur. Tn. G. juga selalu marah
merokok dan makan yang tidak teratur. Tn. G. juga selalu marah – – marah bila marah bila keluarganya tidak membertikan makanan yang banyak dan kopi yang manis. Tn. G keluarganya tidak membertikan makanan yang banyak dan kopi yang manis. Tn. G sering keluar rumah untuk beli makanan di warung. Tn. G dulu pernah dirawat di RS sering keluar rumah untuk beli makanan di warung. Tn. G dulu pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.
karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri.
Aktivitas 1 Aktivitas 1
Deskripsikan mekanisme terjadinya perubahan fisiologis pada lanjut usia Deskripsikan mekanisme terjadinya perubahan fisiologis pada lanjut usia
a.
a. Masalah Sensori PersepsiMasalah Sensori Persepsi
Perubahan penglihatan pada lansia awalnya dimulai dengan terjadinya awitan Perubahan penglihatan pada lansia awalnya dimulai dengan terjadinya awitan presbiopi,
presbiopi, kehilangan kehilangan kemampuan kemampuan akomodatif. akomodatif. Kerusakan Kerusakan kemampuan kemampuan akomodasiakomodasi terjadi karena otot- otot silaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan lensa kristalin terjadi karena otot- otot silaris menjadi lemah dan lebih kendur, dan lensa kristalin mengalami sclerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk mengalami sclerosis, dengan kehilangan elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan pada (penglihatan jarak dekat).
memusatkan pada (penglihatan jarak dekat).
Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinker pupil Ukuran pupil menurun (miosis pupil) dengan penuaan karena sfinker pupil mengalami sclerosis. Katarak juga dapat terjadi akibat meningkatnya kekeruhan lensa mengalami sclerosis. Katarak juga dapat terjadi akibat meningkatnya kekeruhan lensa Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat Kristal yang terjadi dari waktu ke waktu. Penglihatan yang kabur dan seperti terdapat suatu selaput di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran suatu selaput di atas mata adalah suatu gejala umum, yang mengakibatkan kesukaran dalam memfokuskan penglihatan dan membaca.
dalam memfokuskan penglihatan dan membaca.
Hal diatas merupakan proses menua yang terjadi secara umum pada lansia. Hal diatas merupakan proses menua yang terjadi secara umum pada lansia. Sedangkan lansia dengan DM terjadi kerusakan oksidatif hal ini terjadi karena suatu Sedangkan lansia dengan DM terjadi kerusakan oksidatif hal ini terjadi karena suatu proses
proses menghilangnya menghilangnya secara secara perlahanperlahan – – lahan kemampuan jaringan untuk lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga dapat terjadi stress tidak dapat memperbaiki kerusakan yang diderita sehingga dapat terjadi stress oksidatif.
oksidatif.
Stress oksidatif adalah suatu kondisi tidak seimbang antara pembetukan Stress oksidatif adalah suatu kondisi tidak seimbang antara pembetukan radikal bebas dan aktioksidan pada tingkat seluler, stress oksidatif berpotensi radikal bebas dan aktioksidan pada tingkat seluler, stress oksidatif berpotensi meningkatkan komplikasi vascular diabetes dengan empat jalur metabolik: PKC meningkatkan komplikasi vascular diabetes dengan empat jalur metabolik: PKC (Protein Kinase-C
(Protein Kinase-C Pathway), AGEP Pathway), AGEP (Advanced Glycation (Advanced Glycation End ProduEnd Products Pathway),cts Pathway), Hexosamine pathway (PAHA), aldose reductase (AR). Stres oksidatif juga dapat Hexosamine pathway (PAHA), aldose reductase (AR). Stres oksidatif juga dapat menyebabkan disfun
menyebabkan disfungsi sel β dan insulin resisten.gsi sel β dan insulin resisten. Kontrol glukosa yang baik danKontrol glukosa yang baik dan antioksidan yang
antioksidan yang kuat dapat menurunkan kuat dapat menurunkan stres oksidatif, dan memperbaiki stres oksidatif, dan memperbaiki fungsi selfungsi sel β
β dan memperbaiki sensitifitas insulin.dan memperbaiki sensitifitas insulin. a.
DAG (Diacyg
DAG (Diacyglycerol) dan PKC adalah lycerol) dan PKC adalah molekul molekul yang yang banyak banyak berperan dalam faalberperan dalam faal vaskuler seperti: vaskuler seperti: - Permeabilitas meningkat - Permeabilitas meningkat - Vasodilatasi - Vasodilatasi - Aktivasi endotel - Aktivasi endotel
- Sinyal pertumbuhan Vascular Growth Factor Expression (VGFE) - Sinyal pertumbuhan Vascular Growth Factor Expression (VGFE)
Inhibitor PKC adalah ruboxistaurin mesylate, mempunyai afinitas tinggi terhadap Inhibitor PKC adalah ruboxistaurin mesylate, mempunyai afinitas tinggi terhadap isoform
isoform β1 β1 dan dan β2, β2, mampu mampu memblokir memblokir abnormalitas abnormalitas vaskuler vaskuler di di endotel endotel dan dan selsel kontraktil mesangial serta disfungsi glomerulus.
kontraktil mesangial serta disfungsi glomerulus. b.
b. AGEP / Advanced Glycation End Products PathwayAGEP / Advanced Glycation End Products Pathway
AGEP dapat mengubah fungsi sel dengan mengikat reseptor AGEP, satu reseptor AGEP dapat mengubah fungsi sel dengan mengikat reseptor AGEP, satu reseptor membran. Ikatan ini
membran. Ikatan ini dapat merangsang sinyal dapat merangsang sinyal PKC sehingga menyPKC sehingga menyebabkan disfungsiebabkan disfungsi sel. Inhibitor pembentukan AGEP adalah Aminoguanidine, pada binatang dapat sel. Inhibitor pembentukan AGEP adalah Aminoguanidine, pada binatang dapat memblok
memblok peristiwa peristiwa diatas, diatas, secara ksecara klinik linik penggunaan penggunaan terbatas karena terbatas karena masalahmasalah toksisitas. Kita mengetahui bahwa mikrotrombus yang dirangsang oleh AGEP toksisitas. Kita mengetahui bahwa mikrotrombus yang dirangsang oleh AGEP berakibat
berakibat hipoksia hipoksia lokal, lokal, meningkatkan meningkatkan angiogenesis angiogenesis dan dan akhirnya akhirnya progresiprogresi mikroangiopati. Seperti pada penglihatan
mikroangiopati. Seperti pada penglihatan c.
c. Hexosamine PathwayHexosamine Pathway
Melalui aktivasi GFAT (glucosamine fructose amidotransferase) disebabkan oleh Melalui aktivasi GFAT (glucosamine fructose amidotransferase) disebabkan oleh kadar
kadar glukosa glukosa darah darah yang yang tinggi, tinggi, TGF-TGF-β yang meningkat dapat menyebabkanβ yang meningkat dapat menyebabkan akumulasi ko
akumulasi komponen mponen matriks matriks protein mesangprotein mesangium dan ium dan menghambat menghambat proliferasi selproliferasi sel (meningkatnya MMPs / matriks metallo proteins). Akumulasi matriks mesangial (meningkatnya MMPs / matriks metallo proteins). Akumulasi matriks mesangial adalah tanda glomerulosklerosis diabetes.
adalah tanda glomerulosklerosis diabetes. d.
d. Aldose Reductase or Polyol PathwayAldose Reductase or Polyol Pathway Pada kon
Pada kondisi normal, disi normal, metabolisme metabolisme gula tidak gula tidak dilakukan pdilakukan pada jalur poliol. ada jalur poliol. AldoseAldose reductase (AR) hanya akan aktif apabila glukosa intrasel melebihi nilai hiperglikemi. reductase (AR) hanya akan aktif apabila glukosa intrasel melebihi nilai hiperglikemi. Proses AR menggunakan NADP (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) untuk Proses AR menggunakan NADP (nicotinamide adenine dinucleotide phosphate) untuk mereduksi glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dioksidasi menjadi fruktosa mereduksi glukosa menjadi sorbitol, yang kemudian dioksidasi menjadi fruktosa lewat
lewat sorbitol sorbitol dehydrogenase dehydrogenase (SDG) (SDG) . . AR AR dapat dapat mengaktifkan mengaktifkan produksi produksi TNFα.TNFα. Kadar sorbitol mengakibatkan kerusakan mikrovaskular. AR- inhibitor ternyata Kadar sorbitol mengakibatkan kerusakan mikrovaskular. AR- inhibitor ternyata mampu mencegah kelainan mikroangiopati.
mampu mencegah kelainan mikroangiopati.
Soal : Soal :
Seorang perempuan usia 72 tahun datang ke Poli Puskesmas dengan keluhan sudah 2 malam Seorang perempuan usia 72 tahun datang ke Poli Puskesmas dengan keluhan sudah 2 malam ini sulit tidur, bangun lebih awal dan tidak bisa tidur kembali. GDS 140 mg/dl Bangun tidur ini sulit tidur, bangun lebih awal dan tidak bisa tidur kembali. GDS 140 mg/dl Bangun tidur badannya teras
badannya terasa a pegal-pegal pegal-pegal dan tidak dan tidak nyaman. nyaman. Kondisi ini Kondisi ini dialami dialami sejak sejak klien klien akan akan operasioperasi katarak.
katarak.
Apa masalah utama yang dihadapi oleh klien tersebut? Apa masalah utama yang dihadapi oleh klien tersebut? A. Cemas
A. Cemas B. Keletihan B. Keletihan
C. Gangguan pola tidur C. Gangguan pola tidur
D. Ketidakefektifan koping
E. Gangguan persepsi sensori : penglihatan
b. Kekuatan otot dalam mobilisasi dan ambulasi
Seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduran kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran
sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tersebut (Stanley, 2006).
Soal :
Seorang laki – laki berusia 65 tahun datang ke Puskesmas dengan keluhan tangan tremor dan jantung berdebar .Pemeriksaan tanda vital .T. 140/80.mmHg Nafas : 20 kali/menit ,Nadi 80 kali/menit.
Apa tindakan keperawatan utama pada pasien diatas a. Melatih relaksasi
b. Melatih kekuatan oto c. Latihan mobilisasi d. Senam
e. Berlari
c. Penurunan fungsi kardiovaskuler
Diabetes menyebabkan factor risiko terhadap PJK yaitu bila kadar glucose darah naik terutama bila berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga gula darah (glukoosa) tersebut dapat menjadi pekat, dan ini mendorong terjadinya pengendapan atherosclerosis pada arteri koroner. Pasien dengan diabetes cenderung mengalami gangguan jantung pada usia yang masih muda. Diabetes yang tidak terkontrol dengan kadar glukosa yang tinggi dalam darah cenderung menaikan kadar kolesterol.
Soal :
Lansia usia 70 tahun dengan diagnose diabetes mellitus datang ke sebuah poliklinik dengan keluhan badan lemas, pusing, pandangan mata kabur, ekstremitas tremor, jantung berdebar, dada terasa sesak dan serasa mau jatuh saat berjalan. Pasien tampak pucat, mengalami penurunan kesadaran (Apatis), tachypnea, setelah diperiksa didapatkan data : TD 90/60 mmHg, Nadi 58 x/menit, Suhu 36,5 0C, RR 24x/menit, GDS 140 mg/dl, HB 14 gr/dl, ureum 40 mg/dl, asam urat 5 mg/dl, natrium 140 mmol/L, kalium 4.0 mmol/L, Sa O2 92%, PO2 80 mmHg, PCO2 34 mmHg dan HCO3 24 mmol/L.
Apakah prioritas masalah keperawatan pada lansia diatas ? a. Perubahan perfusi serebral
b. Penurunan curah jantung c. Pola nafas tak efektif d. Hiperglikemi
d. Penurunan fungsi Neurogical
Seiring dengan pertambahan usia maka akan terjadi penurunan fungsi organ tubuh termasuk pancreas dampaknya adalah defesiensi insulin dan resistensi insulin sehingga glukosa tidak mampu di transport ke dalam sel dan bertumpuk dalam darah sehingga kadar gula di dalam darah meningkat membuat gluconeogenesis dan lipolysis meningkat akibatnya akan terjadi pembentukan energi asam lemak bebas dan kolesterol sehingga terjadi peningkatan LDL dan penurunan fungsi HDL hal ini mengakibatkan pembentukan plak – plak pada pembuluh darah. Artherosclerosis membuat penurunan
suplai darah ke pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah atau penurunan darah ke vaskuler perifer (pembuluh darag di lengan, kaki dan organ bawah perut mengakibatkan kesemutan, akral dingin dan baal sehingga terjadi penurunan fungsi neurogical
Kerusakan serabut saraf pada umumnya dimulai dari distal/ujung menuju ke proksimal/pangkal, sedangkan proses perbaikan mulai dari proksimal ke distal. Oleh karena itu pada umumnya pasien mengeluhkan rasa baal atau nyeri pada ujung-ujung jari kaki (Vinik, 2002). Dibandingkan dengan serabut saraf dengan diameter besar, terlihat bahwa pada awalnya yang lesi adalah serabut saraf kecil (De Cherney, 1999).
Penderita nyeri neuropati dengan keluhan nyeri yang berat (terutama pada kaki) umumnya menunjukkan kelainan neurologik yang ringan berupa gangguan sensorik bagian distal kaki sedangkan refleks masih dalam batas normal. Pasien yang mengalami
kerusakan saraf tanpa nyeri sering menunjukkan gejala neurologik seperti refleks yang negatif (Scadding, 1999). Hal ini berarti bahwa kerusakan saraf pasien dengan nyeri lebih ringan daripada pasien tanpa nyeri.
Kematian neuron menyebabkan timbulnya gejala negatif dari sistem saraf seperti gangguan sensorik dengan manifestasi berupa rasa baal, rasa tebal, anestesi, gangguan motorik berupa kelumpuhan atau gangguan otonom berupa impotensi.
Akan tetapi bila lesi ringan, maka terjadi degenerasi akson (survival response). Respon ini menyebabkan terjadinya perubahan fenotip untuk mempersiapkan proses regenerasi. Proses regenerasi menimbulkan distorsi dari signal, seperti munculnya reseptor, saluran ion baru, sprouting ujung saraf dengan neuromanya, yang kesemuanya dapat menimbulkan nyeri.
Proses tersebut terbukti pada pemeriksaan biopsi saraf pada penderita neuropati dengan nyeri berat, dimana tampak adanya degenerasi serabut saraf afferen yang dengan atau tanpa mielin dengan tunas-tunas barunya (sprouting) (Scadding, 1999). Tunas baru yang tumbuh ini dapat memunculkan nyeri.
Soal :
Manakah dibawah ini, dikenali perawat sebagai manifestasi saraf otonom pada saat mrngalami kejang
b. Perubahan rasa dan bicara c. Meingkatnya sensasi epigastrik
d. Tidak dapat mengingat kejadian sebelum kejang e. Pengalaman aura atau sensasi
e. Penurunan Fungsi Bladder Dan Seksual
Diabetes mellitus penyebab periferal neuropaty yang menyebabkan rentensio urin. Penyakit ini merusak saraf kandung kemih, distensi tidak nyeri dari kandung kemih. Pasien dengan diabetes kronis kehilangan sensasi dari kandung kemih, sebelum kandung kemih melakukan dekompensata. Serupa dengan cedera pada sakrum, pasien akan sulit untuk berkemih, mereka mungkin mempunyai hypocontractile bladder.
- Pada pria
Jangka panjang diabetes pada pria bisa menyebabkan kerusakan pada sistem saraf, yang terlibat dalam proses ereksi kompleks. Hal ini berarti pria dengan diabetes mungkin menderita disfungsi ereksi (DE) dan tidak mampu untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi. Sebanyak sepertiga dari pria dengan diabetes pada akhirnya akan mengalami impotensi.
Bahkan, beberapa pria baru mengetahui bahwa mereka mengidap diabetes ketika mereka mencari pengobatan terkait masalah disfungsi ereksi mereka. Namun Anda tidak perlu cemas, hal ini dapat di atasi dengan mengatur pola diet yang tepat dan ditunjang dengan konsumsi obat-obatan atau insulin.
- Pada perempuan
Sejumlah wanita dengan diabetes dapat menderita vaginitis berulang (radang vagina), yang biasanya disebabkan jamur infeksi. Kondisi ini akan membuat hubungan seks terasa tidak nyaman dan menyakitkan. Bahkan pada beberapa perempuan, mungkin akan mengalami gatal atau sensasi seperti terbakar, dan
keluarnya cairan putih.
Perempuan dengan diabetes juga bisa mendapatkan sistitis berulang - salah satu penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK). Selain itu, beberapa bukti menunjukkan bahwa perempuan dengan diabetes cenderung memiliki masalah dengan gairah, dan klitoris (pusat saraf seks pada perempuan) mungkin tidak merespon rangsangan dengan cara yang biasa.
Soal :
Seorang laki-laki usia 70 tahun datang ke seorang tanaga kesehatan dan mengatakan bahwa dirinya belakangan ini sering mengalami kasus mengompol. Pasien mengatakan bahwa dirinya tidak sadar sudah mengompol secara tiba-tiba, mengalir terus menerus dan volumenya sedikit dan tidak terjadi saat batuk maupun bersin. Saat diperiksa didapatkan data bahwa pembesaran prostat sudah grade 2 dan pasien dikatakan mengalami inkontinensia
overflow.
Apakah tindakan keperawatan yang harus segera dilakukan pada lansia tersebut ? a. Melakukan tindakan pembedahan
c. Melakukan terapi pengosongan kemih cepat d. Mengajarkan latihan otot dasar pelvis
e. Melakukan terapi kompres di daerah buli-buli AKTIFITAS 2
Jelaskan mekanisme resistensi insulin pada lanjut usia
a. Perubaan komposisi tubuh (massa otot, peningkatan jaringan lemak)
Resistensi insulin sering ditemukan pada orang dengan adipositas visera (yaitu, kandungan jaringan lemak yang tinggi di bawah dinding otot perut - yang berbeda dengan adipositas subkutan atau lemak antara kulit dan dinding otot , khususnya di tempat lain pada tubuh, seperti pinggul atau paha), hipertensi, hiperglikemia dan dislipidemia yang disertai trigliserida tinggi, partikel small dense low-density lipoprotein (sdLDL) partikel, dan penurunan kadar kolesterol HDL. Sehubungan dengan adipositas viseral , banyak bukti
menunjukkan dua hubungan erat dengan resistensi insulin. Pertama, tidak seperti jaringan adiposa subkutan, sel-sel adiposa viseral menghasilkan sejumlah besar sitokin pro-inflamasi seperti tumor necrosis factor-alpha (TNF-a), dan interleukin-1 dan -6, dll. Pada banyak model eksperimental, sitokin pro-inflamasi ini sangat mengganggu aksi normal insulin dalam lemak dan sel-sel otot, dan mungkin menjadi faktor utama dalam menyebabkan resistensi insulin seluruh tubuh yang diamati pada pasien dengan adipositas viseral. Banyak perhatian ke produksi sitokin pro-inflamasi berfokus pada jalur IKK-beta/NF-kappa-B, jaringan protein yang meningkatkan transkripsi gen sitokin. Kedua, adipositas viseral terkait dengan akumulasi lemak dalam hati, suatu kondisi yang dikenal sebagai penyakit hati berlemak nonalkohol (NAFLD). Hasil yang berlebihan NAFLD adalah pelepasan asam lemak bebas ke dalam aliran darah (karena meningkatnya
lipolisis), dan peningkatan produksi glukosa hepatik, yang keduanya mempunyai efek memperburuk resistensi perifer insulin dan meningkatkan kecenderungan diabetes mellitus tipe 2.
Soal :
Penurunan komposisi tubuh pada massa otot dan peningkatan jaringan lemak mengakibatkan a. Penurunan massa otot terutama pada otot lurik atau rangka
b. Pertambahan usia
c. Penurunan fungsi organ tunuh d. Sering lapar
e. Sering haus dan buang air kecil b. Menurunnya aktivitas fisik
Penyerapan glukosa oleh jaringan tubuh pada saat istirahat membutuhkan insulin, sedangkan pada otot yang aktif tidak disertai kenaikan kadar insulin walaupun kebutuan glukosa meningkat. Hal ini dikarenakan pada waktu seseorang beraktivitas fisik, terjadi peningkatan kepekaan reseptor insulin di otot yang aktif. Masalah utama yang terjadi pada diabetes melitus tipe 2 adalah terjadinya resistensi insulin yang menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel. Saatbseseorang melakukan aktivitas fisik, akan terjadi kontraksi otot yang pada akhirnya akan mempermudah glukosa masuk ke dalam
sel. Hal tersebut berarti saat seseorang beraktivitas fisik, akan menurunkan resistensi insulin dan pada akhirnya akan menurunkan kadar gula darah (Ilyas, 2011).
Soal :
Resistensi insulin akibat menururnnya aktivitas fisik di pengaruhi oleh a. Penurunan kecepatan translokasi GLUT-4
b. Sering marah
c. Makan yang berlemak d. Terlalu banyak olahraga e. Makan berlebihan
c. Perubahan pola makan
Leptin akan menurunkan selera makan, dan penurunannya akan berkontribusi pada peningkatan adiposit dan perubahan komposisi ini terlihat pada orang tua. Adiponektin,
merupakan protein dengan kemampuan anti-inflamasi, yang mana kemudian diketahui memiliki efek mengurangi resistensi insulin. Kadarnya yang tinggi pada orang tua terkait dengan penurunan risiko diabetes (Kanaya, Harris, et al., 2004).
Selanjutnya, pada usia tua terjadi sekresi insulin yang tidak adekuat. Sebagai respon dari peningkatan kadar glukosa, insulin normalnya disekresikan dalam dua fase, fase pertama sebagai fase inisial (0-10 menit), yang diikuti oleh fase kedua (10-120 menit)
yang secara berkelanjutan dibutuhkan untuk menjaga darah dalam kondisi euglikemia. Sebuah studi menunjukkan pada orang tua terjadi reduksi sebesar 50% pada sekresi sel β pancreas. Penuaan juga dicirikan oleh berkurangnya frekuensi dan amplitudo dari pengeluaran periodik insulin normal. Kehilangan irama normal ini penting karena irama
ini menghambat pengeluaran glukosa dari hepar.
Meskipun mekanisme ini belum sepenuhnya dimengerti, salah satu hipotesa yang mungkin adalah gangguan pada fisiologi inkretin derivat gut. Inkretin merupakan dua hormon gastrointestinal yaitu Gastric Inhibitory Polypeptide (GIP) dan Glucagon-Like Peptide-1 (GLP-1), yang mana mempertinggi sekresi insulin saat adanya pemasukan glukosa dari oral. Pada orang tua normal tanpa diabetes, pengeluaran dari GLP-1 lebih besar setelah pemasukan glukosa tapi tidak meningkatkan insulin sesuai yang
diharapkan, menandakan adanya resisten sel β pancreas. Begitu diabetes berkembang, sekresi GLP-1 berkurang, dan sel-sel β menjadi resisten terhadap efek GIP (Toft-Nielsen, Damholt., 2001).
Soal :
Ny.M, usia 70 tahun,dirawat dengan DM, mengeluh tidak ada nafsu makan. , ia dianjurkan melakukan diet dengan ketat.tapi pasien suka makan permen bonbon, Perawat mengampirinya dan mengatakan : Ny M, saya sebenarnya kecewa setiap kali harus menyatakan bahwa sangat penting untuk taat pada diet yang dianjurkan ., Hal ini sudah sering kita bicarakan bersama. Tetapi tidak peduli dan
mengecewakan.
a. Membatasi minum kopi dan teh
c. Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
d. Berikan minum dan kurangi makanan yang terlalu manis
e. Batasi pemberian makanan yang tinggi kalori (gula,makanan berlemak ). d. Perubahan neurohormonal
Faktor perubahan neurohormonal khusunya penurunan kadar DHES dan IGF-1 plasma, serta meningkatnya stres oksidatif. Pada usia lanjut diduga terjadi age related
metabolic adaptation, oleh karena itu munculnya diabetes pada usia lanjut kemungkinan karena aged related insulin resistance atau aged related insulin inefficiency sebagai hasil dari preserved insulin action despite age (Rochmah, 2006).
Soal :
Perubahan neurohormonal pada lansia sehingga menyebabkan resistensi insulin di akibatkan karena penurunan dehydroepandrosteron (DHEAS) plasma sehingga mengakibatkan
a. Penurunan respon stimulus growth hormone b. Penurunan fungsi organ tubuh
c. Penurunan ambilan glukosa d. Pertambahan usia
e. Penyakit degeneratif AKTIVITAS 3
Identifikasi kata kunci pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri Identifikasi kata kunci pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri Jawab : Usia, pola hidup dan riwayat Diabetes Melitus
AKTIVITAS 4
Identifikasi seacara mandiri data tambahan yang saudara perlukan untuk merumuskan masalah keperawatan
Jawab :
a. Pasien berusia 70 tahun
b. Pasien mengelus lemas dan tidak bertenaga c. Pasien tetap merokok dan makan tidak teratur
d. Pasien selalu marah – marah bila keluarganya tidak memberikan makanan yang banyak dan kopi manis
e. Pasien sering keluar rumah untuk membeli makanan diwarung
f. Pasien pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri
AKTIVITAS 5
Diskusikan data tambahan yang saudara yang perlukan untuk merumuskan masalah
keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi hiperglikemia yang sudah di idenfitifkasi individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
Jawab :
a. Pasien berusia 70 tahun
b. Pasien mengelus lemas dan tidak bertenaga c. Pasien tetap merokok dan makan tidak teratur
d. Pasien selalu marah – marah bila keluarganya tidak memberikan makanan yang banyak dan kopi manis
e. Pasien sering keluar rumah untuk membeli makanan diwarung
f. Pasien pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darahnya tinggi dan sempat tidak sadarkan diri
AKTIVITAS 6
Identifikasi masalah keperawatan pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus
Jawab :
a. Intoleransi aktivitas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Resiko cedera
AKTIVITAS 7
Diskusikan masalah keperawatan pada kasus diabetes pada lanjut usia yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
Jawab :
a. Intoleransi aktivitas
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Resiko cedera
AKTIVITAS 8
Identifikasi faktor – faktor yang berhubungan dan faktor resiko pada kasus diabetes pada lanjut usia
Jawab :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
c. Resiko cedera dengan faktor resiko pasien mengeluh sering lemas dan ti dak bertenaga AKTIVITAS 9
Diskusikan faktor – faktor yang berhubungan dengan dan faktor resiko pada kasus diabetes pada lanjut usia yang sudah diidentifikasi secara individu/mandiri untuk mencapai
kesepakatan kelompok Jawab :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
c. Resiko cedera dengan faktor resiko pasien mengeluh sering lemas dan tidak bertenaga AKTIVITAS 10
Susunlah diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hiperglikemi) secara mandiri
Jawab :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, ditandai dengan : Data Subyektif :
“Sering lemas dan tidak bertenaga”
“sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung”
“pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri”
Data Obyektif :
Pasien nampak lemas
Berusia 70 tahun
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas ditandai dengan : Data Subyektif :
“sering lemas dan tidak bertenaga”
“selalu marah apabila tidak diberi makanan yang banyak dan kopi manis”
“sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung”
“pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri”
“tetap merokok dan makan tidak teratur” Data Obyektif :
Berusia 70 tahun
c. Resiko cedera dengan faktor resiko
sering lemas dan tidak bertenaga
sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung
pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri
AKTIVITAS 11
Diskusikan diagnosis keperawatan pada kasus diabetes melitus dengan komplikasi akut (hiperglikemi) yang sudah diidentifikasi oleh individu/mandiri untuk mencapai kesepakatan kelompok
Jawab :
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, ditandai dengan : Data Subyektif :
“Sering lemas dan tidak bertenaga”
“sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung”
“pernah dirawat di RS karena kadar gluk osa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri”
Data Obyektif :
Pasien nampak lemas
Berusia 70 tahun
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas ditandai dengan : Data Subyektif :
“sering lemas dan tidak bertenaga”
“selalu marah apabila tidak diberi makanan yang banyak dan kopi manis”
“sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung”
“pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri”
“tetap merokok dan makan tidak teratur” Data Obyektif :
Pasien nampak lemas
Berusia 70 tahun
c. Resiko cedera dengan faktor resiko
sering lemas dan tidak bertenaga
pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri
AKTIVITAS 12
Identifikasi materi belajar pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri Jawab :
a. Diabetes melitus pada lansia
b. Masalah keperawatan yang lazim muncul pada DM lansia c. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada DM lansia Penanganan pada diabetes melitus lansia
PERTEMUAN II
AKTIVITAS 1 & 2
Susunlah rencana keperawatan pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri Jawab :
Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24 jam diharapkan tidak terjadi intoleransi aktivitas dengan kriteria hasil : Tidak terjadi kelelahan TTV dalam rentang normal Dapat beraktivita s seperti biasanya 1. Kaji status fisiologis padien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan kondisi usia dan perkembanga n 2. Anjurkan pasien mengungkapk an perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami 3. Monitor sistem kardiorespiras i pasien 1. Untuk mengetahu i kelelahan sesuai dengan kondisi usia dan perkemban gan 2. Untuk mengetahu i keterbatasa n aktivitas yang dialami 3. TTV meningkat saat beraktivita s dan akan kembali
selama kegiatan 4. Catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien 5. Ajarkan pasien mengenai pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk mencegah kelelahan normal setelah 5-7 menit setelah beraktifitas 4. Meningkat kan kebutuhan energy 5. Pengelolaa n kegiatan dan teknik manajemen waktu secara tepat dapat menontrol kebutuhan energy dan mencegah kelelahan. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi dengan kriteria hasil : a. Intake makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh, indeks massa tubuh (BMI) b. Tidak ada
tanda-tanda malnutrisi c. Kadar glukosa tubuh dalam rentang toleransi a. Kaji status nutrisi pasien b. Timbang berat badan pasien c. Identifika si faktor-faktor yang mempeng aruhi status nutrisi pasien d. Monitorin g gula darah pasien a. menentukan kebutuhan nutrisi pasien b. berat badan indikator status nutrisi pasien c. banyak faktor yang mempengaru hi status nutrisi sehingga perlu diketahui penyebab kurang nutrisi dan merencanaka n pemenuhan nutrisi
secara periodik sesuai indikasi e. Kaji pengetahu an pasien dan keluarga tentang diet diabetik f. Libatkan pasien dan keluarga dalam merencan akan kebutuhan nutrisi g. Monitorin g tanda – tanda adanya hipoglike mia d. perubahan kadar gula darah dapat terjadi setiap saat serta dapat menentukan perencanaan kebutuhan kalori e. pasien DM rentang terjadi komplikasi sehingga pasien dan keluarga harus memahami komplikasi akut dan kronik f. keluarga dan pasien merupakan subjek dan objek yang dapat menentukan sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan memberikan keyakinan rencana program nutrisi dapat dilaksanakan g. pemberian obat anti diabetik atau
insulin dapat menimbulka n
hipoglikemia Resiko cedera dengan
faktor resiko sering lemas dan tidak bertenaga sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan diri
Tidak terjadi cedera, dengan kriteria hasil pasien tidak mengalami
cedera seperti jatuh
a. Identifika si pasien yang beresiko (Misal : penyakit akut, pembedah an, trauma : kondisipe nyakkit kronis dengan kelemaha n) b. Mencatat usia dan jenis kelamin c. Kaji kekuatan otot. Koordinas i motorik kasar dan halus d. Tinjau tingkat aktivitas pasien pada gaya hidupnya e. Diskusika n pentingny a pemantau
an diri terhadap faktor yang dapat menyebab kan terjadinya cedera (Mis :Keletihan , marah, iritabilitas ) AKTIVITAS 3 & 4
Susunlah catatan perkembangan pada kasus diabetes pada lanjut usia secara mandiri Implementasi :
Diagnosa 1:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
Hari/Tanggal No. Jam Implementasi Hasil
Jumat, 12 Januari 2018
1. 08.00
Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan kelelahan sesuai dengan kondisi usia dan
perkembangan
Pasien berusia 70 tahun dan telah terjadi
penurunan fungsi organ tubuh serta mudah lelah
2.
Anjurkan pasien mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai
keterbatasan yang dialami
Pasien mengatakan mudah lelah dan merasa tidak bertenaga
Monitor sistem kardiorespirasi pasien selama kegiatan
TD : 160/80 mmHG P
N : 98 x/i S : 360 C P : 24 x/i Catat waktu dan lama
Pasien tidur pukul 21.00 sampai 06.00
Diagnosa 2 :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
istirahat/tidur pasien
Ajarkan pasien mengenai
pengelolaan kegiatan dan teknik manajemen waktu untuk
mencegah kelelahan
Pasien dapat mengelola kegiatan yang dilakukan dan disesuaian dengan lama pelaksanaan kegiatan tersebut
Hari/Tanggal No. Jam Implementasi Hasil
Jumat, 12 Januari 2018
1. 08.00 Kaji status nutrisi pasien Pasien makan tidak teratur dan selalu makan makanan yang banyak dan minum kopi manis 2. Timbang berat badan pasien BB : 45 kg
Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien
Pasien menderita diabetes melitus sehingga
metabolisme sel menurun Monitoring gula darah pasien
secara periodik sesuai indikasi
GDS : 200 mg/dl
Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet diabetik
Pasien tidak mengerti tentang diet diabetes Libatkan pasien dan keluarga
dalam merencanakan kebutuhan nutrisi
Pasien menjalankan diet sesuai dengan kebutuhan nutrisi tubuh dengan bantuan keluarga Monitoring tanda – tanda adanya
hipoglikemia
Pasien mengeluh sering lemas dan tidak bertenaga
DIAGNOSA 3 :
Resiko cedera dengan faktor resiko
sering lemas dan tidak bertenaga
sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung
pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan
CATATAN PERKEMBANGAN DIAGNOSA I :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan
DIAGNOSA KEPERAWATAN HARI/TANGGAL/JA M
EVALUASI Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan keletihan
S : “Merasa lemas dan tidak bertenaga”
O :
a. Pasien Nampak lemah b. Kadar glukosa darah
Hari/Tanggal No. Jam Implementasi Hasil
Jumat, 12 Januari 2018
1. 08.00 Identifikasi pasien yang beresiko (Misal : penyakit akut,
pembedahan, trauma :
kondisipenyakkit kronis dengan kelemahan)
Pasien mengalami diabetes melitus
2. Mencatat usia dan jenis kelamin Pasien berjenis kelamin laki-laki berusia 70 tahun Kaji kekuatan otot. Koordinasi
motorik kasar dan halus
kekuatan otot 4 4
4 4
Tinjau tingkat aktivitas pasien pada gaya hidupnya
Pasien nampak lemas dan mampu merubah posisi dari baring ke duduk secara mandiri
Diskusikan pentingnya
pemantauan diri terhadap faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya cedera (Mis :Keletihan , marah, iritabilitas)
Keluarga mengetahui dan turut serta dalam
pemantauan terhadap pasien dan selalu
membantu serta
mengawasi aktivitas yang dilakukan pasien
sewaktu 200 mg/dl c. Dapat merubah posisi
dari baring ke duduk A : Beresiko intoleransi aktivitas
P : Lanjutkan intervensi : 1. Kaji status fisioalogis
pasien yang
menyebabkan kelelahan sesuai dengan kondisi usia dan perkembangan 2. Anjurkan pasien
mengungkapkan
peresaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami
3. Monitor sistem
kardiorespirasi pasien selama kegiatan
4. Catat waktu dan lama istirahat/tidur pasien 5. Ajarkan Pasien
mengenai pengelolaan kegiatan danteknik
menajeman waktu untuk mencegah kelelahan Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan
keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas
S : “Makan sudah teratur” “Porsi makanan mulai dikurangi”
O :
a. Pasien nampak lemas b. Kadar glukosa darah
sewaktu 200 mg/dl A :
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh belum teratasi
P :
Lanjutkan intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien 2. Timbang berat badan
3. Identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi status nutrisi pasien 4. Monitoring gula darah
pasien secara periodik sesuai indikasi
5. Kaji pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet diabetik
6. Libatkan pasien dan keluarga dalam merencanakan kebutuhan nutrisi 7. Monitoring tanda – tanda adanya hipoglikemia Resiko cedera dengan faktor
resiko
sering lemas dan tidak bertenaga sering keluar rumah untuk membeli makanan di warung pernah dirawat di RS karena kadar glukosa darah tinggi dan sempat tidak sadarkan S : “merasa sering lemas dan tidak
bertenaga” O : a. Pasien nampak lemas b. Pasien dapat merubah posisi dari baring ke duduk A : beresiko cedera P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi pasien yang beresiko (Misal :
penyakit akut,
pembedahan, trauma : kondisipenyakkit kronis dengan kelemahan ) 2. Mencatat usia dan jenis
kelamin
3. Kaji kekuatan otot. Koordinasi motorik kasar dan halus
4. Tinjau tingkat aktivitas pasien pada gaya
hidupnya
5. Diskusikan pentingnya pemantauan diri
terhadap faktor yang dapat menyebabkan terjadinya cedera (Mis :Keletihan , marah, iritabilitas)