PETA SEBARAN KARAKTERISTIK SEDIMEN BERDASARKAN TUTUPAN LAMUN DI DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK SEBUNG
KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
SEDIMENT CHARACTERISTICS MAP DISTRIBUTION IN UNDER COVER SEAGRASSES OF DESA BERAKIT KECAMATAN TELUK
SEBONG KABUPATEN BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU
Melvi Dewangga1, Chandra Joei Koenawan, S.Pi, M.Si,2 Andi Zulfikar, S.Pi, M.P.2
Mahasiswa1, Dosen Pembimbing2
Jurusan Ilmu Kelautan
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali Haji e-mail : melvidewangga.md@gmail.com
ABSTRAK
Keberadaan sedimen pada ekosistem lamun memiliki peranan penting bagi lamun itu sendiri salah satunya adalah untuk memperkuatkan ataupun mempererat akar pada lamun. Mengingat pentingnya sedimen tersebut bagi ekositem lamun maka perlu dilakukan pemetaan sebaran tipe-tipe sedimen di Desa berakit salah satunya dilakukan dengan metode pemetaan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik sedimen yang berada dikawasan lamun berdasarkan tutupannya serta untuk mengetahui kondisi umum peraian yang ada di kawasan ekosistem lamun tersebut. Metode yang digunakan adalah metode survey lapangan pada 109 titik pengamatan yang diambil secara acak menggunakan sofware VSP V.7 (Visual
Samlping Plan) pada kawasan lamun. Setiap titik dilakukan pengambilan sampel
sedimen menggunakan Eckman Grab sampler dan juga kualitas air yang sudah ditentukan, lalu dilakukan analisis butir sedimen sehingga data dilakukan pemetaan hasil karakteristik sedimen pada perairan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan kondisi lamun dengan nilai 59,9% dengan kategori kurang kaya. Sedangkan substrat sedimen pada area lamun perairan Desa Berakit tergolong menjadi 7 kelompok yaitu Kerikil (gravelly), Pasir (sand), Lumpur (silt), lumpur berpasir (sandy silt), pasir berlumpur (Silty sand), Pasir berlanai (clayey sand), dan lanai lumpur pasir (sand silt
clay). Dengan jenis substrat yang paling banyak dijumpai adalah pasir berlumpur.
ABSTRACT
The presence of sediment in seagrass ecosystems have an important role for seagrass itself one of which is to strengthen or deepen the roots of the seagrass. Given the importance of the sediment for seagrass ecosystems there should be mapping the distribution of the types of sediment in the village Berakit is one done with the mapping method. This research was conducted in order to determine the distribution of sediment characteristics that are based on the lack of coverage area of seagrass well as to determine the general condition peraian in the area of the seagrass ecosystems. The method used is the method of field survey at 109 observation points are taken at random using VSP software V.7 (VisualSamlpingPlan)in the area of seagrass. Each point sediment samples were taken using Eckman Grab sampler and also the quality of water that has been determined, then analyzed the sediment grains so that the data mapping results of the characteristics of sediments in these waters. The results showed the condition of seagrass with a value of 59.9% to the category of less wealthy. While the substrate sediments in waters seagrass area Berakit village classified into 7 groups: Gravel(Gravelly), sand(sand), Mud(silt), sandy mud(sandysilt), the muddy sand (Siltysand), sand berlanai (Clayeysand), sand and mud lanai (Sandsiltclay). With the type of substrate is most often found muddy sand.
Keywords: Sediment characteristics, Mapping, Cover Seagrass, Village Berakit PENDAHULUAN
Keberadaan sedimen pada ekosistem lamun memiliki peranan penting bagi lamun itu sendiri salah satunya adalah untuk memperkuatkan ataupun mempererat akar pada lamun. Lamun memiliki fungsi memberi dampak ekologis maupun fisik, misalnya sebagai tempat hidup dan mencari makan bagi organisme-organisme yang berada dikawasan lamun tersebut. Sedimen di laut membentuk sub lapisan yang kemudian memisah menurut komposisi, bentuk, ukuran, kerapatan dan cara pengendapan. Sumber utama sedimen yang masuk ke laut adalah dasar laut, massa daratan yang masuk lewat sungai, dan udara, serta erosi pantai (Arhat, Widada, & Saputro, 2014)
Mengingat pentingnya sedimen tersebut bagi ekositem lamun maka perlu dilakukan pemetaan sebaran tipe-tipe sedimen di Desa berakit salah satunya dilakukan dengan metode pemetaan. Pemetaan tentang sebaran karakteristik sedimen pada lamun di Desa berakit diketahui sejauh ini belum pernah ada yang melakukannya, oleh karena itu maka peneliti bermaksud melakukan pemetaan sebaran karakteristik sedimen berdasarkan tutupan lamun di Desa Berakit.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran karakteristik sedimen yang berada dikawasan lamun berdasarkan tutupannya serta untuk mengetahui kondisi umum peraian yang ada di kawasan ekosistem lamun tersebut.
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai informasi tentang sebaran karakteristik sedimen di ekosistem lamun serta untuk mengetahui kondisi umum perairan yang ada di kawasan ekosistem lamun Desa Berakit, sehingga dapat diambil langkah yang bijaksana dalam menangani masalah tersebut.
METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan November – Desember 2016 yang berlokasi di Desa Berakit, Kecamatan Teluk Sebong. Lokasi penelitian dapat dilihat pada gambar peta lokasi di bawah ini.
Gambar 1. Lokasi Penelitian Sumber: Peta Base Map Bintan, Lab
SIG FIKP UMRAH B. Alat dan Bahan
Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain : Alat tulis, Multitester, Saltmeter, Current drogue, GPS, Ekcman grab, Ayakan bertingkat, Aluminium foil, Kamera, Stopwatch, Oven, Tabung ukur 2000 ml, Timbangan analitik, Pipet tetes 20 ml, Hidrogem peroksida (H2O2)
konsentrasi 3%, Air, Kantong plastik, dan Kertas label.
B. Prosedur Penelitian
1. Penentuan Titik Sampling Penelitian dilakukan pada 109 titik pengamatan yang diambil secara acak menggunakan sofware VSP V.7 (Visual Samlping Plan) pada kawasan lamun.
2. Pengamatan Sedimen
Permukaan
Pengambilan sedimen permukaan dengan menggunakan
Eckman Grab sampler, dengan
menggunakan boat kecil alat ini dapat diturunkan dan dinaikkan dengan tangan. Pengambilan sample sdimen dengan Eckman Grab Sampler dapat dilakukan dengan cara menurunkannya secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu sampai pada permukaan dasar perairan. Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus diperhitungkan supaya alat tetap konstan (tetap) pada posisi titk sampling. Sedimen yang terambil diamsukkan ke dalam kantong sampel yang telah disiapkan kemudian diberi label dan disimpan pada box ice (kotak es) agar terhindar dari kerusakan dari kerusakan dan dapat dianalisis di laboratorium.
3. Pengamatan Parameter Perairan
Pengukuran lingkungan perairan yang diukur meliputi suhu, salinitas, kecepatan arus, kecerahan dan derajat keasaman (pH). Parameter ini diukur pada perairan permukaan di masing-masing pada saat pengambilan sampel.
C. Analisis Sampel
Analisis sampel penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Skema Analisis Sampel Penelitian
D. Analisis Data
Sampel sedimen permukaan dasar peraian dianalisis unutk memperoleh data ukuran butiran sedimen, data ini menentukan parameter statistik sedimen. Hasil analisis ukuran butiran digunakan untuk menetukan kelas ukuran masing-masing sub-populasi sedimen berdasarkan Shepard triangle (Shepard dalam Rifardi, 2012). Perhitungan analisis fraksi sedimen dan analisis statistik sedimen menggunakan analisis perhitungan sederhana menggunakan
Ms. Excel.
HASIL PEMBAHASAN A. Tutupan Lamun Desa Berakit
Penutupan lamun di perairan Desa Berakit tergolong dengan kondisi yang kurang kaya (sedang). Berdasarkan penentuan status padang lamun menurut Kepmen LH no.200 tahun 2004, lamun di perairan desa Berakit tergolong dalam kondisi
penutupan kurang kaya/sedang (<29,9% - 59,9%). Penutupan lamun tidak tergolong tinggi karena umumnya jenis lamun yang hidup pada area lamun Desa Berakit hidup pada jenis substrat yang kasar yaitu pasir, sedangkan lamun umumnya memiliki tutupan yang tinggi pada jenis substrat yang halus/cenderung lumpur.
Menurut Supriharyono, (2007) Hampir semua tipe substrat atau dasar perairan dapat ditumbuhi oleh tumbuhan lamun, dari substrat berlumpur sampai berbatu. Namun pada ekosistem padang lamun yang luas umumnya dijumpai pada substrat pasir berlumpur yang tebal. Menurut Hasanuddin (2013) Perbedaan komposisi jenis substrat dapat menyebabkan perbedaan komposisi jenis lamun dan juga dapat mempengaruhi perbedaan kesuburan dan pertumbuhan lamun.
Analisis Sedimen Peta Sebaran Pengukuran Statistika Sedimen Lumpur
B. Tekstur Substrat Pada Area Lamun di Perairan Desa Berakit
Jenis substrat substratsedimen pada area lamun perairan Desa Berakit tergolong menjadi 7 kelompok yaitu Kerikil (gravelly), Pasir (sand),
Lumpur (silt), lumpur berpasir (sandy
silt), pasir berlumpur(Silty sand), Pasir
berlanai(clayey sand), dan lanai lumpur pasir(sand silt clay). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta seperti gambar 3.
Gambar 3. Peta Sebaran Jenis Sedimen Sumber : Data Primer tahun 2016
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis sedimen pada daerah dengan tipikal morfologi teluk/menjorok kedalam cenderung berbentuk pasir berlumpur(Silty sand), namun pada beberapa lokasi yang berbentuk tanjung/menjorok keluar cenderung jenis substratnya adalah dominan jenis substrat pada area lamun
Desa Berakit Kerikil (gravelly) dan Pasir (sand). Diduga pada lokasi teluk dengan dominan substrat pasir berlumpur(Silty sand) yang lebih halus dipengaruhi oleh arus yang cenderung memusat dan lemah pada wilayah tersebut sehingga komposisi sedimennya tidak berubah, sedangkan pada perairan terbuka yang menjorok keluar (tanjung) komposisi sedimennya lebih kasar yang dipengaruhi oleh arus yang lebih kuat. Dengan kondisi arus yang lebih kuat maka akan mendorong dan mengangkut sedimen halus tersebar ke perairan sehingga sedimen yang kasar akan tertinggal pada lokasi tersebut.
Gambar 4. Nilai Segitiga Shepard Dari 109 titik di dapatilah nilai segitiga sheppard tekstur sedimen tergolong pada gravelly sand, slightly Gravelly Sand dan sand. Namun dilihat secara keseluruhan jenis sedimen perairannya adalah pasir berlumpur(Silty sand) jenis sedimen ini mencirikan bahwa umumnya arus/pergerakan air tidak terlalu kuat sehingga jenis sedimennya sedikit halus. Namun diketahui bahwa jenis
sedimen halus perairan Desa Berakit dominan dengan jenis substrat pasir berlumpur pada wilayah teluk. Ini disebabkan karena pada wilayah teluk arah arus laut cenderung lurus kearah pantai sehingga terjadi turbulensi yang tinggi menyebabkan penumpukan sedimen pada wilayah tersebut. Sedangkan pada wilayah tanjung, arus bergerak bebas sehingga dapat mengangkut sedimen menyebar luas ke titik lain.
C. Karakteristik Sedimen Berdasarkan Tutupan lamun Setelah diketahui persentase sedimen dan tutupan lamunnya kemudian di olah dan digambarkan dalam bentuk citra pemetaan. Hasil analisis citra pemetaan dengan menggunakan arcghis 9.2 dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar6. Peta substrat sedimen berdasarkan tutupan lamun Sumber : Data Primer tahun 2016
Dari hasil pemetaan jenis substrat dengan tutupan lamun, secara umum kondisi substrat pada perairan Berakit dominan berbentuk “Pasir berlumpur” atau sedimen cenderung agak halus.
Namun pada sedimen yang halus yaitu Pasir berlumpur(silty sand) tutupan lamunnya berkisar antara 65-80%, dapat dilihat bahwa nilai tutupan lamun sebesar 80% banyak dijumpai pada sedimen lebih halus. Untuk membandingkan antara luasan area berdasarkan jenis substrat dan dan luasan area tutupan lamun disajikan secara rinci pada tabel 1.
Tabel 1. Luasan Area berdasarkan Jenis Sedimen dan Tutupan Lamun
No. Jenis Sedimen Luas Sedimen (ha) Total Tutupan Lamun (ha) % Tutupan Lamun 1. Gravely Sedimen 70.82 376,7 20.86 2. Sand 50.23 384,9 21.31 3. Silt 0.88 125,7 6.96 4. Sandy Silt 28.4 281,2 15.57 5. Silty Sand 118.4 525,1 29.08 6. Clayey Sand 0.05 0,0 0
7. Sand Silt Clay 0.73 112,3 6.22
Sumber : Data Primer tahun 2016 Dari hasil tersebut mencirikan bahwa pada jenis sedimen yang halus luasan area lamunnya juga semakin luas. Dengan demikian, faktor ukuran butiran sangat menentukan kehidupan lamun terlebih lagi pada area dengan sedimen halus memiliki kandungan bahan organik yang tinggi. Hal ini diperkuat dengan pendapat Wood (1987) dalam Siddik (2012), yang mengatakan bahwa pada sedimen yang halus kandungan bahan organik
tersedia dalam jumlah yang lebih banyak dibanding dengan kondisi substrat yang kasar. Namun secara keseluruhan, kondisi substrat masih layak bagi kehidupan dan pertumbuhan lamun karena umumnya lamun dapat tumbuh pada berbagai macam tipe substrat.
D. Statistika sedimen perairan Desa Berakit
1. Nilai Meansize
Secara keseluruhan bahwa rata-rata ukuran butiran sedimen di area lamun desa Teluk Bakau terklasifikasi pasir sedang (medium sand) dengan demikian, jenis sedimen rata-ratanya tergolong ukuran butiran yang sedikit kasar.
2. Nilai Sorting
Dari hasil amatan secara keseluruah, kondisi sorting tergolong kedalam Terpilah Buruk (Poorly
Sorted) sehingga dapat dijelaskan
bahwa terjadi pemilahan ukuran butiran sedimen yang cukup mencolok yang mencirikan kurang stabilnya arus perairan sehingga ukuran butiran sedimen tertentu mendominasi dengan rentang perbedaan persentase yang cukup jauh. Diketahui dari nilai diameter rata-rata kondisi sedimen bahwa dominan jenis sedimennya tergolong pasir sedang (medium sand).
Menurut Daulay (2014) Sorting adalah metode pemilahan keseragaman distribusi ukuran butir yakni peyortirannya. Penyortiran dapat menunjukkan batas ukuran butir, tipe pengendapan, karakteristik arus pengendapan, serta lamanya waktu
pengendapan dari suatu populasi sedimen.
3. Nilai Skewnes
Dari hasil tersebut maka menunjukkan bahwa dominan ukuran butiran sedimen di perairan Desa Berakit condong ke ukuran butiran sedimen kasar. Seperti hasil penelitian oleh Supriadi, (2015) mengatakan bahwa Skewness mencirikan ke arah mana dominan ukuran butir dari suatu populasi tersebut, mungkin simetri, condong ke arah sedimen berbutir kasar atau condong ke arah berbutir halus. Sehingga skewness dapat digunakan untuk mengetahui dinamika sedimentasi. Nilai skewness positif menunjukkan suatu populasi sedimen condong berbutir halus, sebaliknya skewness negatif menunjukkan populasi sedimen condong berbutir kasar.
4. Nilai Kurtosis
Melihat dari hasil analisis statistik sedimen yaitu Kurtosis didapati klasifikasi kurtosis diantaranya yaitu Platykurtic, Mesokurtic, Very
Leptokurtic, Leptokurtic namun secara
keseluruhan, dominan pada jenis kurtosis Platykurtic. Rifardi (2012) mengatakan bahwa Kurtosis mengukur puncak dari kurva dan berhubungan dengan penyebaran distribusi normal. Bila kurva distribusi normal tidak terlalu runcing atau tidak terlalu datar disebut mesokurtic. Kurva yang runcing disebut leptokurtic, menandakan adanya ukuran sedimen tertentu yang mendominansi pada distribusi sedimen di daerah tersebut. Sedangkan untuk kurva yang datar
disebut platikurtic, artinya distribusi ukuran sedimen pada daerah tersebut sama. Hasil tersebut menunjukkan bahwa distribusi ukuran butiran sedimen pada titik-titik sampling pengamatan relatif sama, meskipun ada beberapa titik yang menunjukkan kurva
Leptokurtic yang mencirikan adanya
perbedaan ukuran butiran sedimen pada titik tersebut, dibandingkan dengan titik-titik lainnya.
E. Parameter Perairan Tabel 2. Pengamatan Parameter Perairan Parameter Satuan Hasil Pengukuran Kep Men Lamun Kisaran Rata - Rata Suhu oc 29.6 - 33.5 31.31 28 - 30 Salinitas oo/ o 31 - 35.8 33.65 33 – 34 Arus m/s 0.02 - 0.14 0.07 - Kekeruhan NTU 2.23 - 11.21 5.92 < 5 PH - 7.26 - 8.4 7.90 7 - 8,5
Sumber : Data Primer tahun 2016 Dari hasil keseluruhan pengamatan kualitas perairan menunjukkan nilai kualitas perairan yang vsedikit meningkat dari KEPMEN-LH namun hal nitu sendiri masih terdapat pada ambang bataas baku mutu periran unuk pertumbuhan ekosistem lamun sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak adanya gangguan yang berarti bterhadap ekosistem lamun oleh kualitas perairan.
PENUTUP A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa tutupan lamun di perairan Desa Berakit memiliki
rata-rata sebesar 58,94% dengan jenis sedimen perairannya secara umum adalah pasir berlumpur (Silty sand).
Pada jenis sedimen lanai lumpur pasir (Sand Silt Clay) memiliki luasan 0.73 dengan luasan area lamunnya 890411.0 m2 merupakan jenis sedimen dengan area lamun yang paling luas dibandingkan jenis sedimen lainnya.
Dari hasil penelitian mencirikan bahwa pada jenis sedimen yang lebih halus luasan area lamunnya juga semakin luas, sehingga faktor ukuran butiran sangat menentukan kehidupan lamun terlebih lagi pada area dengan sedimen halus memiliki kandungan bahan organik yang tinggi.
B. Saran
Dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dasar dalam melihat kondisi lamun berdasarkan jenis substratnya, dan dapat menjadikan bahan acuan untuk pengelolaan wilayah seperti yang diketahui bahwa jenis kawasan padang lamun Desa Berakit merupakan area konservasi.
DAFTAR PUSTAKA
Alimudin, A. 2012. Pendugaan Sedimentasi Pada Das Mamasa Di Kabupaten Mamasa Provinsi Sulawesi Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Hasanuddin Makasar. 62 Hlm. Suhaidi. A. 2014. Perbandingan
Kelimpahan dan Jenis Pelecypoda Berdasarkan Tipe Subtrat di Perairan Desa Berakit Kabupaten Bintan. Jurnal
Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Tanjungpinang. Kepulauan Riau.
Arhat, P. Widada, S. & Saputra, S. (2014). Studi Sedimen Dasar Dan Kondisi Arus do Perairan Keling Kabupaten Jepara.
Jurnal Oseanorafi, 683 – 689
Arjenggi, E.K. 2014. Karakterisktik
Sedimen Permukaan Dasar Di Perairan Kelurahan Tarempa
Barat Kecamatan Siantan
Kabupaten Kepulauan
Anambas. Fakultas Ilmu
Kelautan Dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. 50 hal. (Tidak diterbitkan). Chandra, B.P. 2015. Perbandingan Jenis Lamun Di Perairan Malang Rapat Dan Berakit Kabupaten Bintan. Jurnal Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan. Univeritas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang. Kepulauan Riau.
Dahuri, R. 2013. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia. Pustaka utama; jakarta.
Daulay, A.B. 2014. Karakteristik Sedimen di Perairan Sungai Carang Kota Rebah TanjungPinang Kepri. Fakultas Ilmu Kelatan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius; Yogyakarta
Febian, N. 2013. Transpor Sedimen di Perairan Teluk Lampung. Jurnal Oseanografi; vol 2, No. 3, tahun 2013, hal 361-368. Jurusan Ilmu Kelautan. Fakultas perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Dipenegoro.
Gosari, J & Haris, A. 2012. Studi kerapatan dan Penutupan Jenis Lamun di Kepulauan Spermonde. Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan, Vol.
22 (3) 156-162.
Hasanuddin, R. 2013. Hubungan Antar Kerapaan Dan Morfometrik Lamun Enhalus Acoroides dengan Subtrat dan Nutrien di Pulau Sarappo Lompo Kab. Pangkep. Universitas Hasanuddin: Makasar.
Idham. 2014. Studi Sedimentasi di
Perairan Pulau Dompak
Kecamatan Bukit Bestari Kota
TanjungPinang Provinsi
Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu
kelautan dan Perikanan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. 104 hal. (Tidak diterbitkan).
Kepmen LH No. 200 Tahun 2004 Lampiran II Tentang Kriteria Baku Kerusakan dan Pedoman Penentuan Status Padang Lamun.
Kepmen LH No. 51 Tahun 2004 Lampiran III Tentang Baku Mutu Ar Laut Untuk Biota Laut. Kordi, K. M. G. & Tancung, A. B. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. jakarta
McKenzie, L.J. 2013. Guidlines for the Rapid Assessment of seagrass habitats in the western pasific. Departement of Primari Industries Queensland, Northem Fisheries Centre.
Ebook.
Mukminin, A. 2009. Proses Sedimentasi di Perairan Pantai
Dompak Kecamatan Bukit
Bestari Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 6o hal. (Tidak diterbitkan).
Munandar, K. 2014. Karakteristik
Sedimensi Peraian Desa
Tanjung Momong Kecamatan Kepulauan Anambas. Fakultas
Ilmu Kelauatan Dan Perikanan.Universitas Maritim Raja Ali Haji. 59 hal. (Tidak diterbitkan).
Nursanti, Riniatsih, I & Satriadi, A. 2012. Studi Hubungan Kerapatan Vegetasi Lamun dengan Laju Sedimentasi di Perairan Teluk Awur dan Bandengan Jepara. Jurnal Of
Marine Research, 25-34.
Nontji, A. 2007. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
Nyabakken, J. A. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Ekologi. Alih Bahasa: H. M. Eidman dkk. P Gramedia. Jakarta
O’malley, J. 2007. U. S geologikal Survey. Reston. Virginia
Patty, Wilhelmina. 2010. Karakteristik Tipe Dasar dan Pemanfaatan Perairan di Sekitar Pulau Gangga Kabupaten Minut. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. UNSTRAT. Manado 95115.
Robby, A. 2014. Sedimetasi diperairan Tepi Laut Kota TanjungPinang Provinsi Kepualauan riau. Fakkultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Marititm Raja Ali Haji. 117 hal. (Tidak diterbitkan).
Rifardi. 2008. Tekstur Sedimen Sampling Dan Analisis. Universitas Riau Press.
Rifardi, 2012. Ekologi sedimen laut modern. Edisi revisi. Pekanbaru. UNRI Press.
Satriadi, A. 2012. Studi Batimetri Dan Jenis Sedimen Dasar Laut Di Perairan Marina, Semarang, Jawa Tengah. Jurnal Oseanografi. Vol 1, Tahun 2012. Hal 53 – 62. Prodi Oseanografi. Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. UNDIP
Siddik. J. 2011. Sebaran Spasial dan Potensi Reproduksi Populasi Siput Laut Gonggong (Strombus Turturela) di Teluk Klabat Bangka – Belitung. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana. IPB Bogor.
Supriharyono. 2007. Konservasi Ekosistem Sumber Daya hayati. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Hal 428.
Supriharyono. 2009. Konservasi Ekosistem Sumberdaya Hayati di Wilayah Pesisir dan Laut Tropis. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Supriyadi. 2015. Karakteristik Sedimen dan Laju Akumulasi Sedimen Perairan Pesisir Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjunginang Provinsi Kepulauan Riau. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Universitas Mariti Raja Ali Haji. Tanjungpinang.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar ilmu
kelautan. PT Gramedia
Widiasrana. Jakarta
Wicaksono, G. 2012. Strukrur Vegetasi dan Kerapatan Jenis Lamun di Perairan Kepulauan KarimunJawa Kabupaten Jepara. Jurnal Of Marine
Research, 1-7.
Wisha, U.J. Husni, S. & Prihantono, J. 2015. Hidrodinamika Perairan Teluk Banten Pada Musim Peralihan (Agustus – September). Jurnal ILMU KELAUTAN. vol 20(2): Halaman 101-112, issn 0853-7291.