• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cable Car Bandung Sky Bridge.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cable Car Bandung Sky Bridge.docx"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Cable Car Project “Bandung Sky Bridge”

A. Tujuan proyek cable car

Tujuan pembangunan proyek cable car adalah - Mengatasi kemacetan kota Bandung

- Sarana wisata kota Bandung

B. Deskripsi proyek cable car

Cable car merupakan sebuah proyek yang telah diusung semenjak tahun 2012 di era pemerintahan Dada Rosada, walikota Bandung periode 2008-2013, dan kemudian dilanjutkan oleh walikota Bandung saat ini, Ridwan Kamil.

Proyek cable car menjadi salah satu solusi kemacetan kota Bandung saat ini. Cable car dapat mengatasi kemacetan karena penggunaannya akan mengurangi pemakaian ruas jalan oleh warga dan wisatawan. Berdasarkan data yang diperoleh dari BUMP (Bandung Urban Mobility Project), laju pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di bandung sulit dipertahankan. Pada tahun 2010 saja, jumlah kendaraan bermotor 1.215.585 (859.411 unit motor dan 134.645 unit mobil), angka tersebut selalu naik setiap tahunnya dengan laju kenaikan 11% per tahun. Oleh karena itu, Pemerintah kota Bandung harus mencari solusi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas darat. Moda transportasi cable car bisa menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi kemacetan ini.

Rencana pembangunan tiga koridor cable car melintang dari barat ke timur dan dari utara ke selatan. Berikut adalah gambaran teknis cable car yang akan dibangun

Description Technical Data

Distance power consumption at full

load ± 1.8 Mwatt

Number of tower/pole 48

Speed 20-40 km/hour

Interval between cabins 50 m

Passanger per cabin 10

System capacity 3600 pphd (people per hour perdirection)

Time to ride in minutes 36

Berdasarkan BUMP, dari gambaran umum trase cable car, terdapat 3 trase yang menghubungkan tiga koridor yaitu trase 1 (orange Line), trase 2 (Green Line), dan trase 3 (Blue Line). Koridor survey ini ditetapkan berdasarkan rencana pengembangan jaringan prasarana angkutan massal perkotaan

(2)

Bandung dan sekitarnya yang berimpit dengan jaringan prasarana jalan yang menghubungkan tempat wisata di Kota Bandung. Adapun trase-trase yang disurvei sebagai berikut.

1. Trase 1/orange Line: trase ini melintasi utara tengah kota Bandung, mulai dari Lembang – Kampung Gajah Terminal Ledeng – Setiabudi – Sukajadi – Rs Advent – Cihampelas Walk – Tamansari – Cihampelas – Cicendo – Kebonkawung (Stasiun Bandung)

2. Trase 2/green Line: trase ini menghubungkan bagian barat dan timur kota bandung, mulai dari Bandara – Pasteur – Jalan Surapati – Jalan Hasan Mustopa – Jalan Ahmad Yani – Jalan A.H. Nasution (Alun-Alun Ujungberung & Masjid Agung Ujungberung). Terbentang dari barat hingga timur kota Bandung.

3. Trase 3/blue Line: trase ketiga ini membelah kota bandung dari utara hingga selatan. Trase ini berintegrasi dengan trase pertama, mulai dari Terminal Ledeng – Punclut – Terminal Dago –Simpangdago – Cikapayang – Dukomsel – BIP – Kebonkawung – Otto Iskandar Dinata – Asia Afrika – Peta - Terminal Leuwipanjang.

C. Perkiraan biaya proyek cable car

Dalam perencanaan awal pemerintahan walikota Bandung Ridwan Kamil (2014) pembangunan proyek cable car akan mengeluarkan biaya sebagai berikut

Investment (IDR millions) Import Component

Cable car system 1,362,000

Stations 12,500

(3)

Land lease for first 5 year (total 25 year lease)

10 stations 25,000

50 poles 25,000

CSR program 20,000

Planning, design, engineering,

supervision 35,925

Permits and licences 35,925

Other 35,925

Total investment 1,627,275

Note : Cable car system = USD 10 million per km (1 USD = Rp 11,800) Nilai investasi cable car jauh lebih rendah jika dibandingan dengan sistem

transportasi lain

dan dengan tingkat pengembalian investasi sekitar 10 tahun. Perkiraan

investasi untuk kereta

gantung ini antara usd 8 – 10 juta atau setara dengan Rp 88 – 110 miliar per kilometer.

D. Jadwal proyek cable car

Perencanaan : sekitar 2011-2014

Pembuatan Prototipe : Direncanakan akhir 2015 oleh PT Aditya Dharmaputra Persada, namun gagal

dilaksanakan karena adanya perubahan metode pengadaan. Lelang 1 : Mei 2016, gagal, tidak ada peserta lelang yang mengirimkan dokumen

penawaran

Lelang 2 : Direncanakan Oktober 2016 Konstruksi : Direncanakan akhir tahun 2016

E. Project Delivery Method (PDM)

Proyek cable car merupakan salah satu proyek unggulan pemerintah Kota Bandung saat ini. Berdasarkan perencanaan proyek kota Bandung, BUMP, proyek ini dilaksanakan dengan PDM Design Build dengan skema PPP (Public Private Partnership) atau kerjasama pemerintah-swasta dan dengan model BOOT (Build Own Operate Transfer).

Namun dalam pelaksanaannya, terjadi perubahan metode pengadaan sehingga PDM yang digunakan pada proyek ini adalah Design Bid Build dimana owner

(4)

(pemerintah Kota Bandung) membutuhkan baik perancang maupun pelaksana konstruksi. Perancangan sudah dilakukan sebelumnya di masa pemerintahan walikota Dada Rosada bersama PT Aditya Dharmaputra Persada dan dilanjutkan kembali di masa walikota Ridwan Kamil.

Sebelum konstruksi dilakukan akan dibuat prototipe sepanjang 800 meter yang akan dikerjakan PT Aditya Dharmaputra Persada. Tetapi pembuatan prototipe tidak jadi dilakukan karena adanya perubahan metode pengadaan.

Dalam tahapan pengadaan (bid), akhirnya pemerintah kota Bandung melakukan lelang untuk pemilihan kontraktor yang akan melaksanakan konstruksi cable car ini. Pelelangan dilakukan lantaran menggunakan lahan milik Pemerintah Kota. Pelelangan dilakukan dengan metode pasca kualifikasi yaitu kualifikasi dilakukan setelah evaluasi penawaran oleh daftar calon pelaksana.

Pelelangan pertama sudah dilakukan pada bulan Mei 2016, tetapi hingga akhir proses lelang, sebanyak 8 perusahaan yang mendaftar sama sekali tidak memasukkan dokumen penawaran. Pertimbangan perusahaan tidak memasukan penawaran pada lelang pertama, lebih karena masalah waktu yang tidak mencukupi. Perusahaan diperkirakan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk mencari mitra strategis.

Target lelang ulang akan dimulai secepatnya dan direncanakan selesai bulan Oktober 2016. Dengan kodisi itu, Dinas perhubungan kota Bandung berharap pemenang lelang bisa didapatkan sehingga konstruksi dapat dikerjakan di akhir tahun 2016.

F. Analisis AMDAL proyek Cable Car

Amdal merupakan kajian dampak besar bagi lingkungan hidup yang dibuat pada tahap perencanaan dan berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan

Hal-hal yang dikaji dalam proses AMDAL: aspek fisik-kimia, ekologi, sosial-ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan masyarakat sebagai pelengkap studi kelayakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan.

1. Aspek fisik kimia. Cable car merupakan moda transportasi yang ramah lingkungan karena menggunakan listrik sehingga tidak mengeluarkan emisi gas buang dan tidak bising.

2. Ekologi. Luasnya ruang lingkup proyek cable car memungkinkan akan banyaknya lahan yang terpakai untuk pengadaan stasiun, tiang-tiang, dan alat-alat lain untuk menunjang kinerja sistem cable car. Namun lahan yang digunakan cable car kemungkinan bukan lahan hijau sehingga tidak terlalu merusak lingkungan.

3. Sosial-ekonomi

(5)

- Mobilisasi akan lebih aman, nyaman, cepat, tepat waktu, dan terjangkau, sehingga akan perekonomian dengan beralihnya kebiasaan menggunakan kendaraan pribadi ke cable car. Dengan beralihnya penggunaan kendaraan pribadi tadi, diharapkan akan meminimalkan kemacetan sehingga arus mobilisasi semakin cepat yang akan menurunkan pengeluaran banyak pihak;

- Kota Bandung akan semakin ramai sebagai tempat wisata, cable car akan menambah daya tarik wisatawan yang akan menunjang perekonomian kota Bandung. Berdasarkan hasil survei Tim Kajian Pembangunan Sarana Pariwisata Kereta Gantung (Cable Car) dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember pada saat liburan panjang menyebutkan, 95 persen wisatawan tertarik dengan keberadaan sarana wisata kereta gantung. “Hasil survei, wisatawan ingin menikmati pemandangan alam dari atas, katanya memiliki sensasi luar biasa”;

- pemasukan tiket cable car. 4. Sosial-budaya

Beralihnya budaya mengendarai motor dan mobil pribadi ke cable car sehingga macet dapat teratasi dan alasan keterlambatan karena macet dapat dihilangkan.

Referensi

BUMP (Bandung Urban Mobility Project)

https://m.tempo.co/read/news/2015/09/04/058697838/bandung-segera-miliki-transportasi-kereta-gantung http://bandung.merdeka.com/halo-bandung/proyek-cable-car-terancam-gagal-dibangun-tahun-ini-160224h.html http://m.galamedianews.com/bandung-raya/92825/cable-car-bandung-gagal-lelang-begini-reaksi-ridwan-kamil.html http://artonang.blogspot.co.id/2015/03/analisis-dampak-lingkungan.html

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian lain tentang desentralisasi telah dilakukan oleh Wiprastini,dkk., (2014) dengan hasil yang menyatakan bahwa desentralisasi dapat memoderasi hubungan

XVI. Komisi Beasiswa HKBP Kebayoran Baru Pengurus Komisi Beasiswa mengucapkan terimakasih kepada seluruh jemaat /Donatur.. HKBP Kebayoran Baru yang telah

Jadi, karakteristik semua argumen induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa

Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa. Desa yang ditetapkan sebagai pusat permukiman

- Kekurangan : dalam perhitungan Cv diameter katup tidak diperhitungkan Sedangkan kelebihan metode Masoneilan Dresser bisa mengukur secara teliti karena menggunakan metode

Kinerja koperasi yang semakin baik dengan program-program yang dilakukan oleh KUD Puspa Mekar akan meningkatkan manfaat sosial dan ekonomi bagi anggota dan akan

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk

Strategi Pembelajaran karakter pada dasarnya adalah merupakan cara, pola, metode, atau upaya yang dilakukan oleh pendidik (fasilitator) dengan cara memberi