• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah, karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006, hlm. 197) menjelaskan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Berdasarkan penjelasan BSNP tersebut, dapat memiliki makna bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah sama posisinya dengan mata pelajaran lain, sama-sama memiliki peranan penting dalam rangka memberikan pengalaman belajar.

Kelebihan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan mata pelajaran lainnya adalah peserta didik diberikan pengalaman untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, dan olahraga, dan kesehatan sehingga menempatkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada posisi yang strategis sebagai media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, dan keterampilan motorik, seperti dijelaskan BSNP (2006, hlm. 198) bahwa “Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),...” yang bermuara pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Selanjutnya, sehubungan dengan penghayatan nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani, menurut Mike McNamee (dalam Green & Hardman, 2005, hlm. 1) menyebutkan “can help students to live better lives”, yang dapat berarti bahwa pendidikan jasmani dapat membantu peserta didik untuk hidup lebih baik dikemudian hari.

(2)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2

Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah adalah meningkatkan kompetensi peserta didik, diantaranya kompetensi dasar pada aspek pengembangan sikap dan keterampilan seperti terlihat dalam kompetensi dasar untuk SMP/MTs yang dipublikasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2013 yaitu menunjukkan kemauan kerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan dan mempraktikkan modifikasi teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamentalnya.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan seperti terlihat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dikeluarkan Kemdikbud tahun 2013 perlu direncanakan secara sungguh-sungguh agar pelaksanaannya di sekolah dapat terlaksana dan tercapai tujuannya.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah akan memberikan dampak positif bagi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia secara umum, karena syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju adalah pendidikan yang bermutu, seperti hasil riset Komisi nasional Pendidikan jasmani dan olahraga (Komnas Penjasor, 2009, hlm. 54) tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah disebutkan bahwa “Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera”. Hal tersebut didasari oleh sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional.

Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, pengajarannya telah dilakukan sejak dini, yaitu mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih tinggi (Komnas Penjasor, 2009, hlm. 60). Proses pendidikan hendaknya dijadikan

(3)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3

sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat sebagaimana tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) No.19 Tahun 2005, pelaksanaan pendidikan jasmani pada usia dini bukan sekedar dijadikan landasan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi, namun dilakukan agar tumbuh kemauan dan berkembangnya potensi dan kreativitas peserta didik yang dibangun dengan memberikan keteladanan.

Dalam pelaksanaan pengembangan potensi dan kreativitas peserta didik, guru senantiasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran dapat diidentifikasikan atas beberapa aspek seperti; (1) aspek peserta didik, (2) aspek pendidik itu sendiri, dan (3) sarana prasarana atau media pembelajaran. Pertama, pada aspek peserta didik permasalahan yang muncul dapat dilihat berdasarkan gejalanya, Suherman (2009, hlm. 71) menyebutkan bahwa beberapa gejala tersebut dapat diamati dari kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan gurunya, seperti siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak mengikuti petunjuk guru, tidak mendengarkan guru, melalaikan perintah guru, tidak mau belajar, dan lain sebagainya. Kurangnya perhatian siswa tersebut telah mengakibatkan proses pengembangan potensi maupun kreativitas peserta didik menjadi terhambat dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal oleh peserta didik. Kedua, pada aspek pendidik atau guru dirasakan memiliki kualitas yang rendah seperti disebutkan dalam hasil riset Komnas Penjasor (2009), sedangkan pusat kurikulum (2007) dalam naskah akademik disebutkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya kurang mengembangkan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran. Ketiga, pada aspek sarana dan prasarana, pusat kurikulum (2007) mengungkapkan bahwa alat dan sumber belajar kurang mendukung dan tidak sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).

(4)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 4

Masalah yang dirasakan peneliti sebagai guru pendidikan jasmani di SMP Lab UPI Kampus cibiru adalah kondisi sesuai yang diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar. Pada pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran sering ditemukan perilaku-perilaku yang kurang sesuai, seperti sikap dan perilaku siswa yang suka saling merendahkan satu sama lain, kurang menghargai temannya, dan perilaku-perilaku lain yang mencerminkan tidak terjalinnya sikap dan perilaku kerjasama pada waktu kegiatan belajar sehingga menghambat pada pencapaian potensi peserta didik perihal keterampilan gerak dasar pada materi pasing bawah permainan bolavoli.

Dalam salinan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk SMP/MTs dijelaskan kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan pendidikan yaitu, (1) kompetensi sikap seperti siritual dan sosial, (2) pengetahuan seperti faktual, konseptual, dan prosedural, dan (3) keterampilan seperti kemampuan pikir dan tindak yang efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa lulusan SMP harus memenuhi kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah memperhatikan ketiga ranah tersebut, begitu pula dengan penilaiannya, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, Hardy, A, Colin & Mawer, M (1999, hlm. 95) menjelaskan bahwa :

(5)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5

physical education has an important role to play in promoting the development of pupils’ personal and social skills through the encouragement of ‘an ability to work co-operatively with others by being a member of a team or group.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perkembangan peserta didik dalam perihal keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bekerja bersama-sama dengan menjadi anggota pada sebuah tim atau kelompok. Akan tetapi, kemampuan bekerjasama bukan sekedar siswa belajar atau bekerja bersama-sama, belajar atau bekerja bersama-sama dilakukan karena terdapat tujuan. Pada pelaksanaannya, belajar atau bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan sering terkendala oleh efektivitas dan efisiensi sehingga tujuan tidak tercapai secara optimal atau maksimal. Tujuan dapat dicapai dengan maksimal apabila para pelaku kerjasama mengetahui indikator dari kerjasama, sehingga suatu tujuan dapat dicapai secara maksimal.

Berhubungan dengan permasalahan dalam pembelajaran di SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, terlihat bahwa terjadi ketimpangan dalam proses pembelajaran pada aspek afektif yaitu sikap dan perilaku kerjasama yang mempengaruhi terhadap perkembangan dan peningkatan penguasaan keterampilan gerak dasar pada pasing bawah permainan bolavoli. Data menunjukan persentase kriteria ketuntasan minimal (KKM) peserta didik untuk hasil belajar keterampilan gerak dasar pasing bawah pada permainan bolavoli adalah 71% dibawah KKM dengan rata-rata nilai 62, dan untuk aspek kerjasama diperoleh data 89% siswa dibawah KKM dengan rata-rata nilai 59 dari kriteia ketuntasan minimal yaitu 75. Perolehan data tersebut merupakan masalah besar dalam pembelajaran yang kalau tidak segera diatasi dapat mempengaruhi efektivitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan yang berdampak pada perkembangan potensi peserta didik.

Sehubungan dengan masalah tersebut, Direktorat Pembinaan SMP (2013, hlm. 10) menjelaskan bahwa untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam

(6)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 6

pembelajaran, guru dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kebutuhan proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan melaksanakan berbagai strategi dan model.

Model pembelajaran kooperatif telah diakui para akhli dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahan sikap sosial, Hardy (1999, hlm. 96) menyebutkan bahwa penelitian dalam pembelajaran kooperatif seluruhnya menyebutkan positif, “research on cooperative learning is ‘overwhelmingly positive’. Kemudian Lickona (1991, hlm. 187) menyebutkan bahwa “Cooperative Learning improves academic

achievement, self-esteem, and attitude toward school”. Strachan & MacCauley

(dalam Hardy, A, Colin & Mawer, M. 1999 hlm. 96) menggunakan pembelajaran kooperatif pada kelas tujuh dan delapan untuk melakukan kaji ulang bahan-bahan pembelajaran, merancang strategi permainan, dan kegiatan refleksi setelah permainan.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif menggambarkan bagaimana siswa dapat belajar dengan bekerjasama dalam team, Rink (1993, hlm. 176) mendeskripsikan pembelajaran kooperatif sebagai “groups of learners” dapat diartikan sebagai pembelajaran grup. Selanjutnya dijelaskan, grup belajar dalam menyelesaikan tugas belajar atau proyek untuk diselesaikan secara team. Rink (1993, hlm. 176) menjelaskan, “in cooperative learning, groups of learners are assigned a learning

task or project to complete as a team”.

Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kerangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, karena pada umumnya seorang guru mengharapkan situasi dan kondisi yang ideal. Sehubungan dengan hal tersebut, Suherman (2009, hlm. 72) menyebutkan “ lingkungan belajar yang

(7)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 7

diharapkan para guru pada umumnya adalah lingkungan belajar yang didalamnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh, saling menghargai dan saling mendukung untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih ideal”.

Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti sebagai guru penjas, diketahui bahwa faktor penyebab pelaksanaan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama siswa dirasakan belum optimal dilaksanakan. Kemampuan peserta didik masih dirasakan rendah perihal peningkatan hasil belajar keterampilan dan perkembangan aspek sosial seperti kerjasama dalam belajar sehingga perlu dikembangkan berdasarkan fenomena yang terjadi di kelas atau di lapangan yang selanjutnya dilakukan perbaikan secara berkelanjutan sampai masalah dirasakan sudah terselesaikan.

Proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik bagaimana belajar dilakukan bersama-sama dengan tetap saling menghargai terhadap segala perbedaan diantara peserta didik. Model ini berkembang berdasarkan pandangan bahwa ketika dewasa kelak mereka akan dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang mengharuskan mereka dapat bekerja dengan orang lain, dan menghargai segala perbedaan dalam lingkungan masyarakat yang beragam yang dapat mengantarkan mereka pada produktivitas dan kehidupan yang menyenangkan, Rink (1993, hlm. 176) menjelaskan

... adults in today’s society need to be able appreciate diversity and work with

others in a very diverse society to lead productive and happy lives. Cooperative learning has the potential to increase student learning, as well as to contribute to social and affective development.

Oleh karena itu, berdasarkana potensinya dalam meningkatkan pembelajaran siswa yang berkontribusi terhadap keterampilan motorik dan aspek sosial seperti kerjasama, model ini dianggap tepat dilaksanakan mengingat situasi dan kondisi masyarakat saat ini pada umumnya, dan khususnya adalah peserta didik SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru.

(8)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 8

Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan suatu pemecahan permasalahan sebagai suatu sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu, dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai upaya, Muslich (2009, hlm. 4) menyebutkan upaya tersebut dapat dilakukan melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Dan, ternyata upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik ini hanya bisa dilakukan setelah diadakan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh guru yang bersangkutan. Sukidin dkk (2010, hlm. 14) menjelaskan “ dalam PTK, guru dapat meneliti sendiri praktik pembelajaran yang ia lakukan di kelas”.

Kegiatan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas biasa disebut dengan penelitian kaji tindak (Action Research). Maksum (2012, hlm. 88) menyebutkan “ Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering disebut penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Artinya guru sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement &

improvement)”. Oleh karena itu, penelitian dilakukan seputar penyempurnaan

rancangan atau perencanaan pembelajaran dengan mengembangkan alternatif tindakan untuk memperbaiki keadaan.

Penyempurnaan rancangan atau perencanaan pembelajaran perlu dilakukan agar pelaksanaan model yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana fungsi dan potensi yang dimiliki model tersebut, agar tujuan, program, praksis, dan hasilnya tidak banyak menyimpang dari yang diinginkan dan dicita-citakan semula, sehingga relevan bagi kehidupan peserta didik di masa depan. Karenanya, pendidikan hendaknya disiapkan benar-benar sebagai wahana untuk mempersiapkan generasi yang akan datang agar lebih

(9)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 9

berkualitas dan lebih baik dari generasi kini. Tanpa adanya penyempurnaan yang dilakukan secara sistematis melalui kegiatan refleksi, Suwirta (2003, hlm. 3) menjelaskan “…pendidikan hanya merupakan proses mekanis yang hampa makna dan pada gilirannya tidak prospektif dan tidak relevan bagi kehidupan di masa depan”.

Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah bukan semata-mata pengajaran yang berorientasi pada penguasaan keterampilan oleh peserta didik dalam kecabangan olahraga tertentu seperti masih banyak diparaktekan oleh guru-guru penjas di Indonesia, Komnas Penjasor (2009, hlm. 44) menyebutkan “...mutu proses belajar mengajar pendidikan jasmani perlu ditingkatkan agar praktik pendidikan jasmani yang benar-benar sebagai wahana pendidikan dapat diwujudkan.

Sesuai dengan perkembangan jaman saat ini yang ditandai dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang disebut dengan era globalisasi, suatu masyarakat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah RI (2010, hlm. 22) dalam kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa menyebutkan “globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat serta bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia”.

Perkembangan jaman tersebut telah menggiring terjadinya perubahan paradigma pembelajaran seperti pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dijelaskan oleh BSNP (2010, hlm. 49) bahwa “Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang mengedepankan kerjasama antar individu”.

(10)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 10

Tugas utama guru adalah untuk memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang dimilikinya untuk menjadi manusia pembelajar yang berhasil. Untuk menghasilkan pembelajar yang berhasil tidaklah mudah. Maksum (2012, hlm. 89) menyebutkan “Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun didalam kelas, guru tidak akan lepas dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Masalah yang muncul bisa sederhana, tapi juga bisa komplek yang merupakan masalah yang dihadapi para siswa, ataupun yang secara umum dialami oleh setiap guru”. Melalui penelitian tindakan kelas, Muslich (2009, hlm. 6) menyebutkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang optimal dapat diwujudkan secara sistematis.

B. Rumusan Masalah

Dalam latar belakang masalah dapat diidentifikasi bahwa pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar di SMP Laboratorium UPI Kampus Cibiru belum dilaksanakan secara maksimal. Permasalahan tersebut dapat dikategorikan pada masalah peserta didik, sarana prasarana dan tidak menutup kemungkinan adalah kurang pengembangan pendekatan atau model dalam pembelajaran sebagai strategi meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga sarana prasarana atau media dalam pembelajaran tidak maksimal digunakan pendidik sebagai alat bantu agar peserta didik lebih aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan secara umum adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama pada siswa kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru?”. Sedangkan secara khusus rumusan masalah penelitian disajikan sebagai berikut :

(11)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 11

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dalam permainan bola voli?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan kerjasama peserta didik?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) dengan menggunakan tipe Student Team-Achievement Division (STAD).

2. Penerapan model hanya dibatasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru Bandung. 3. Materi Penjas yang dipilih dalam penelitian ini adalah permainan bola voli 4. Titik fokus penelitian adalah peningkatan kemampuan penguasaan teknik

dasar pasing bawah dan keterampilan sosial seperti kerjasama peserta didik dalam belajar dan berlatih.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar pasing dan kerjasama peserta didik. Sedangkan tujuan khusus penelitian disajikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan penguasaan teknik dasar peserta didik.

2. Untuk mengetahui sejauh mana internalisasi nilai-nilai keterampilan sosial peserta didik dalam belajar dan berlatih.

(12)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 12

3. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman, pengetahuan dan keterampilan peserta didik hubungannya dengan implementasi model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran terhadap peningkatan penguasaan teknik dasar dan kerjasama peserta didik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara umum adalah sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, pembinaan, dan pelaksanaan model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di seklah menengah pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan manfaat lainnya disajikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan referensi bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada umumnya, dan khususnya dalam materi permainan dan olahraga beregu bola besar sebagai alat pendidikan di sekolah menengah pertama. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan rujukan dalam bidang pelaksanaan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan referensi tambahan oleh para praktisi pendidikan khususnya oleh para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dan umumnya adalah lembaga-lembaga pendidikan formal maupun informal seperti sekolah dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar dan kerjasama peserta didik, serta para peneliti yang tertarik dalam bidang dan kajian yang sama.

(13)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah permainan Bolavoli dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani di SMP

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 13

Mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing dan kerjasama peserta didik melalui permainan dan olahraga beregu bola besar pada siswa sekolah menengah pertama.

F. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom research). Berdasarkan metode penelitian dan rumusan masalahnya, maka penelitian ini memiliki tiga variabel yang dibagi atas satu variable bebas (X) yaitu model pembelajaraan kooperatif (Cooperative Learning) tipe STAD, dan dua variable terikat yaitu keterampilan gerak dasar (Y1) dan kerjasama siswa (Y2).

Gambar. 1

Variabel Penelitian Tindakan

Keterangan : X = Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Y1 = Keterampilan gerak dasar

Y2 = Kerjasama siswa

Y2

X

Referensi

Dokumen terkait

[r]

dari bulan Mei 2014 sampai jumlah sampel tercapai. Penelitian dilakukan di poli Paru dan Penyakit Dalam divisi Endokrin dan Metabolik RS Persahabatan. Pasien dengan keluhan

5. Pengembangan Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi... CAPAIAN INDIKATOR PROGRAM URUSAN ESDM No Indikator Target RPJMD 2013-2018 Target Tahun 2014 Realisasi Capaian

Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan Self Assessment System terhadap kepatuhan Wajib Pajak untuk membayar pajak restoran dan faktor-faktor apa saja yang

Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesa nol (Ho) ditolak, yang berarti ada hubungan antara kehilangan hubungan dengan teman-teman atau keluarga dengan kualitas hidup

Miksi dengan normal, ditunjukkan dengan kemampuan berkemih sesuai dengan asupan cairan dan pasien mampu berkemih tanpa menggunakan obat, kompresi pada kandung kemih atau

Fasilitas dan aktivitas operasional gudang mencakup inventory handling, storage, dan processing yang sangat penting untuk menciptakan nilai manfaat waktu dan tempat (time and

Hal ini menunjukkan faktor peluang yang dimiliki lebih besar dari faktor ancaman, sehingga disimpulkan bahwa alternatif strategi yang digunakan untuk pengembangan Industri