• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIVERSIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN DAN TERNAK KAMBING DI LAHAN MARGINAL KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DIVERSIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN DAN TERNAK KAMBING DI LAHAN MARGINAL KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DIVERSIFIKASI TANAMAN PERKEBUNAN DAN TERNAK

KAMBING DI LAHAN MARGINAL KABUPATEN ENDE,

PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

(Diversification on Estate Commodity and Goat Farming System in Land

Marginal Ende Regency Nusa Tenggara Timur Province)

DWI PRIYANTO1danDEBORA KANA HAU2

1Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002 2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Timur

ABSTRACT

Diversification of farming system’s development is the right model to make a new product to support variations of farmer’s income in villages. Estate potention in Ende regency is very large 31.862 ha, and commodity dominant in this area such as jambu mente, cocoa, kemiri, coffee, and coconut. The estate area still used traditional management systems with land owner 0.5 – 1 ha, so that low farmer’s income. Research about diversification farming system model with integration can hope support farmer’s income. The research conducted in 3 villages, there are Tou village, Kota Baru district; Hoba Tua village, Nangapada district, and Nualise village, Wolowalu distric, Ende regency. This research has conducted around 4 years with participated model. That program was evaluation in third and fourth period. The research showed that diversification with goat farming system’s introduction can support farmer’s income, although it still plantation’s complemented effort. Based on inventarization of goat production in 1 year (2008), relative good. It showed by high number of birth (119.2%) from due’s population. But, number of mortality still high (17.34%). Population of goat sales farmers is 22.62% from population. It means farmers enjoyed success for the farming system effort. Diversification model with goat development in estate area can improve income in 2008 compare 2007. The highest income increase is in Nualise village (335.56%), then in Hobatuwa village (173%) and the last is in Tou village (29.99%). Diversifications model can increase farmers income, but it still need a long time to support the success effort.

Key Words: Diversification Model, Goat System Introduction

ABSTRAK

Pengembangan usahatani diversifikasi merupakan model yang tepat dalam menciptakan produk baru dalam mendukung variasi pendapatan petani di pedesaan. Potensi lahan perkebunan di Kabupaten Ende cukup luas dan yang sudah diusahakan mencapai 31.862 ha dengan komoditas dominan adalah jambu mente, kakao, kemiri, kopi, kelapa. Pengelolaan lahan perkebunan masih tradisional dengan pemilikan lahan sekitar 0,5 – 1 ha/KK, dan masih merupakan komoditas tunggal, sehingga pendapatan petani masih rendah dan tergolong miskin. Penelitian pengebangam pola diversifikasi usahatani melalui introduksi ternak diharapkan mampu dalam mendukung ekonomi petani. Pengamatan dilakukan di tiga Desa yakni di Desa Tou, Kecamatan Kota Baru, Desa Hobatuwa, Kecamatan Nangapada, dan Desa Nualise, Kecamatan Wolowalu, Kabupaten Ende, yang telah berjalan sekitar 4 tahun secara partisipatif. Evaluasi kemajuan dilakukan pada tahun ke 3 dan 4. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pola diversifikasi melalui introduksi ternak kambing pada tanaman perkebunan telah mendukung pendapatan petani, walaupun masih merupakan usaha komplementer. Berdasarkan inventarisasi perkembangan ternak selama setahun pengamatan (tahun 2008) terlihat perkembangan ternak yang cukup baik yang ditunjukkan angka kelahiran cukup tinggi (119,12 persen) dari populasi induk, tetapi angka mortalitas masih tinggi (17,34 persen). Kamampuan penjualan kambing yang dilakukan petani mencapai 22,62 persen dari populasi, yang menunjukkan bahwa usahaternak sudah dinikmati petani. Model diversifikasi melalui pengembangan ternak dilahan perkebunan telah mampu meningkatkan pendapatan pada tahun 2008 dibandingkan dengan 2007 dimana peningkatan tertinggi di Desa Nualise (335,56 persen), yang disusul petani di Desa Hobatuwa (meningkat 173 persen), dan di Desa Tou

(2)

hanya meningkat 29,99 persen. Pola diversifikasi yang terbangun telah mampu dinikmati petani tetap diperlukan periode waktu yang panjang dalam mendukung keberhasilan usaha.

Kata Kunci: Diversifikasi Usaha, Introduksi Ternak Kambing

PENDAHULUAN

Pembangunan pertaniandi Kawasan Timur masih diarahkan pada kebutuhan akan pangan, dalam mndukung ketahanan pangan penduduk. Kondisi demikian diperlukan inovasi teknologi yang tepat dan spesifik wilayah sehingga program tersebut mampu berkelanjutan (sustainability tinggi), sesuai program Badan Litbang Pertanian (DEPARTEMAN PERTANIAN, 2006). Dalam rangka percepatan adopsi inovasi oleh pengguna (petani) tahap awal suatu inovasi perlu dilakukan pengenalan dan pemasyarakatan. Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui Inovasi (P4MI) dilakukan Badan Litbang Pertanian pada kondisi desa miskin. Salah satu lokasi kegiatan adalah di Kabupaten Ende, dengan alasan keterbatasan sumberdaya manusia dan teknologi dengan harapan kegiatan tersebut mampu sebagai percontohan pengembangan usahatani berkelanjutan.

Kabupaten Ende merupakan salah satu kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) dengan kondisi lahan bergelombang dan berbukit sampai bergunung, mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Struktur perekonomian Kabupaten Ende masih didominasi oleh sektor pertanian sebesar 33,36 – 37,34 persen. Pendapatan perkapita hanya bernilai Rp. 1,7 juta/tahun atau Rp. 140 ribu/bulan, dengan kata lain tingkat rata-rata pendapatan penduduk masih jauh dari upah minimal regional atau masih tergolong kriteria daftar penduduk miskin (KABUPATEN ENDE DALAM ANGKA, 2005). Potensi lahan perkebunan di Kabupaten Ende saat ini cukup tersedia dan yang sudah diusahakan seluas 31.862 ha dengan komoditi dominan adalah jambu mente, kakao, kemiri, kopi, kelapa. Pengusahaan lahan perkebunan berkisar antara 0,5 – 1 ha per KK. Kondisi demikian perlu dilakukan pola diversifikasi usahatani melalui pengembangan ternak dalam menciptakan tambahan pendapatan petani. Dilaporkan model integrasi ternak dilahan perkebunan cukup memberikan prospek yang baik dalam mendukung konsep efisiensi penggunaan

pupuk pada tanaman perkebunan, disamping penggunaan limbah sebagai pakan ternak (PRIYANTO et al., 2004). Pada kondisi petani kecil peranan ternak sebagai tabungan strategis, dan menjadi stabilitas sistem pertanian yang menjadi integral dalam sisitem pertanian pedesaan (JOSHI, 2006).

Sistem pengembangan diversifikasi tanaman dan ternak adalah merupakan konsep dalam memadukan ternak pada sistem usaha pertanian yang akan memberikan dampak dalam hal sistem budidaya, kehidupan sosial, dan aktivitas ekonomi kearah yang positif: Secara ekonomis petani/peternak dapat melakukan efisiensi usaha yang akan meningkatkan pendapatan petani. Dampak lainnya yang memberikan prospek pengembangan pola tersebut adalah tumbuh dan terciptanya kemandirian petani/peternak dalam berusaha, serta ketergantungan terhadap sarana produksi dari luar dapat ditekan atau dapat dukurangi (DIWYANTO dan HARYANTO, 2002). Potensi sub sektor perkebunan dalam mendukung pengembangan usaha peternakan sebagai sumber pakan melalui sistem integrasi tanaman dan ternak dapat berupa: (1) Pemanfaatan lahan di antara tanaman perkebunan (karet, kelapa, kelapa sawit, jambu mente, cengkeh dan kopi), serta (2) Pemanfaatan limbah tanaman pokok maupun tanaman sela dan limbah pabrik (kelapa sawit, kelapa dan kakao) (SUBAGYONO, 2004). Dengan melakukan integrasi multi komoditas tersebut diharapkan mampu meningkatkan pendapatan petani, dan secara berkelanjutan inovasi teknologi tersebut mampu dikembangkan oleh petani. Tujuan penelitian adalah untuk menganalissis dampak baik teknis maupun ekonomi program, P4MI yang dilakukan di Kabupaten Ende sebagai model percontohan pola diversifikasi usahatani.

MATERI DAN METODE

Pengkajian pola pengembangan pertanian model diversifikasi usahatani (ternak dilahan perkebunan raknyat) dilakukan pada kondisi

(3)

petani dan telah memasuki tahun ke-4 pengamatan. Introduksi ternak kambing dilakukan pada sistem usahatani perkebunan yang merupakan komoditas unggulan yang diusahakan petani sebagai sumber pendapatan utama. Penelitian dilakukan di di tiga Desa yakni di Desa Tou, Kecamatan Kota Baru, Desa Hoba Tua, Kecamatan Nangapada, dan Desa Nualise, Kecamatan Wolowalu, Kabupaten Ende. Dipilihnya lokasi pengkajian dengan pertimbangan memiliki perbedaan komoditas unggulan yang diusahakan petani. Di desa Tou komoditas unggulan penduduk adalah tanaman perkebunan Jambu mente, di Desa Hopatuwa basis komoditas kepala dan kakao, sedangkan di Desa Nualise basis utama adalah komoditas perkebunan kemiri dan kakao. Dengan basis komoditas unggulan yang berbeda tersebut dimungkinkan akan terjadi variasi hasil menerapan inovasi teknologi yang diharapkan mampu diperoleh rekomendasi spesifik lokasi.

Pengamatan dilakukan pada kondisi petani dengan melibatkan kooperator sebanyak 17, 10 dan 15 petani masing-masing di Desa Tou, Hobatuwa, dan Nualise, sebagai model pengembangan konsep integrasi usaha perkebunan dengan ternak sebagai pendukung usahatani. Tahapan yang dilakukan dalam proses penelitian meliputi:

1. Dilakukan Participatory Rural Appraisal (PRA) terhadap petani dalam merancang konsep kegiatan inovasi teknologi dan kelembagaan di masing-masing desa, sebelum diawali kegiatan (CHAMBERS, 1993).

2. Seleksi kooperator, yang didasarkan atas sumberdaya perkebunan yang dimiliki, disamping tingkat partisipasi petani dalam hal mampu bekerjasama yang baik dalam jangka panjang (kooperatif), dengan harapan petani mampu melakukan integrasi secara partisipatif dan berkelanjutan.

3. Pelatihan petani. Meliputi manajemen sistem usahatani, usahaternak, serta pembinaan kelembagaan (kelompok tani sampai pasar) sehingga petani mampu secara mandiri untuk melakukan usaha yang sifatnya agribisnis berbasis teknologi yang direkomendasikan. Selanjutnya diintroduksikan ternak kambing sebagai model diversifikasi usahatani.

4. Melakukan monitoring (farm record keeping) secara rutin tentang perkembangan usahatani dan kemajuan inovasi teknologi i sampai pada adopsi teknologi, serta dampak terhadap peningkatan pendapatan usahatani yang dilakukan selama pengamatan.

Fokus pengamatan yang dilakukan adalah kajian sistem produksi dan ekonomi usaha meggunakan analisis Net Cash Benefit (AMIR dan KNIPSCHEER, 1989), dengan pertimbangan bahwa sistem usahatani tanaman perkebunan tidak banyak memerlukan input produksi yang tinggi, disamping pemanfaatan tenaga kerja keluarga. Analisis dofokuskan pada pengembangan komoditas tanaman yang dikembangkan spesifik lokasi dengan membandingkan analisis ekonomi tahun ke 3 dan ke 4 disesuaikan dengan minat masyarakat (partisipatif).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Model penelitian pengembangan melalui pola diversifikasi perkebunan dan ternak kambing sampai dengan saat ini telah memasuki tahun ke-4. Dalam perkembangan penerapan inovasi yang direkomendasikan diharapkan telah memberikan hasil yang cukup baik, dan mampu meningkatkan pendapatan petani, disamping upaya mencari faktor penghambat sebagai umpan balik perbaikan program kedepan.

Gambaran umum lokasi pengamatan

Lokasi penelitian di Desa Tou memiliki kondisi agro-ekosistem lahan kering perbukitan dengan sumberdaya alam (berupa lahan marjinal). Kendala sumber air berpengaruh terhadap minimnya pola tanam pertanian, bahkan pada saat musim kemarau kebutuhan air minum sangat sulit terpenuhi, berakibat terhadap perekonomian masyarakat yang sangat memprihatinkan (miskin). Kondisi sumberdaya alam kurang mendukung dalam pengembangan usahatani sehingga membuat penduduk menjadi malas. Hal demikian berdampak negatif dalam pengembangan wilayah, termasuk pengembangan pertanian. Dari sisi potensi pendukung usaha pertanian hanya sedikit lahan budidaya tanaman pangan

(4)

(padi dan jagung) yang berakibat kurangnya ketersediaan bahan pangan untuk kebutuhan sepanjang tahun. Penghasilan penduduk utama adalah dari hasil pekebunan jambu mente dan awalnya cenderung sebagai sumber pendapatan tunggal (single commodity), yang berpeluang besar dalam kegagalan resiko usahatani, dan riskannya ekonomi rumah tangga. Topografi wilayah Desa Hobatuwa cenderung datar dan sedikit lahan usahatani yang memiliki kemiringan tinggi. Terdapat variasi sistem usahatani diantaranya adalah usaha perkebunan kelapa, kakao, jambu mente, dan tanaman introduksi baru sesuai minat petani (hortikultura). Kekompakan petani dalam kelompok cukup bagus yang terlihat dibangunnya kandang kelompok yang terkosentrasi di satu hamparan dengan petak-petak pemilikan individual. Dalam pelaksanaan kegiatan di Desa Hobatuwa melibatkan 10 KK tani yang terpusat di kelompok tani Lia Lako dan sudah berkembang pada petani lainnya dari hasil pengembalian ternak kooperator. Di desa ini awalnya dilakukan introduksi ternak kambing (sebanyak 30 ekor), perkandangan ternak kambing sudah tertata baik, teknologi pengolahan limbah kakao (kulit buah) sebagai pakan ternak sudah dicobakan, dan peternak sudah banyak melakukan penjualan kambing pendukung pendapatan.

Desa Nualise, Kecamatan Wolowaru merupakan kondisi agro-ekosistem lahan kering dengan topografi wilayah perbukitan terjal, serta memiliki kelerengan yang cukup besar (> 70 persen). Sistem usahatani yang dilakukan penduduk adalah didominasi tanaman perkebunan kemiri dan kakao. Kondisi lahan perbukitan dan berlereng terjal cukup sulit dijangkau sehingga belum banyak tersentuh oleh kegiatan-kegiatan pemberdayaan petani. Basis komoditas unggulan di desa yang mampu menyumbangkan ekonomi rumah tangga adalah kemiri. Tanaman kemiri cukup banyak dibudidayakan oleh penduduk pada kondisi lahan perbukitan dan kemiringan yang cukup terjal. Skala kepemilikan pohon kemiri mencapai rataan 30 pohon/petani dengan pola tanam yang tidak beraturan dan petani dapat memanen kemiri sepanjang tahun untuk di kupas dan dijemur untuk dijual.

Kinerja pengelolaan dan sistem produksi tanaman perkebunan

Perkembangan sistem usahatani perkebunan di 3 lokasi cukup beragam, dimana ditentukan adanya keragaman sistem produksi dan pendapatan yang bersumber pada komoditas unggulan spesifik lokasi.

Perkembangan usahatani di lokasi Desa Tou bahwa sumber pendapatan utama masih bertumpu pada tanaman jambu mente. Tanaman jambu mente tersebut merupakan tanaman andalan pendapatan rumah tangga penduduk, walaupun jambu mente tersebut tidak dilakukan perawatan, tetapi petani hanya siap untuk memanen. Kondisi demikian akan berakibat produktivitas tidak optimal. Panen jambu mente dilakukan antara Bulan Oktober s/d Bulan November. Rataan luas pemilikan lahan petani kooperator mencapai 0,77 ha/petani dan 100 persen kooperator memiliki tanaman jambu mente. Perkembangan areal relatif tetap pada tahun 2007 dan 2008, dengan jumlah pohon yang tidak banyak mengalami perubahan (60 vs 69 pohon/petani), tetapi dilihat dari produksi cukup meningkat yakni dari 270 kg menjadi 314 kg/petani/tahun. Kondisi demikian terjadi karena petani sudah sedikit melakukan perawatan (pemupukan) terhadap tanaman disamping pengaruh faktor alam (musim).

Berbeda dengan kemajuan usahatani di Desa Hobatuwa, untuk tanaman jambu mente terjadi penurunan populasi tanaman yakni dari 77 pohon tinggal 28 pohon, serta jumlah pemilik dari 100 persen menjadi 80 persen yang hal tersebut perpengaruh terhadap penurunan produksi. Sebaliknya kasus pengembangan tanaman kakao terjadi peningkatan areal tanam dari 0,15 ha menjadi 0,25 ha/petani, walaupun proporsi pemilik relatif sama, sehingga berdampak terhadap peningkatan produksi. Demikian halnya kasus tanaman kelapa terjadi peningkatan jumlah pemilikan, tetapi dari aspek produksi tahun 2008 justru mengalami penurunan (490 kg vs 123 kg/petani). Di lokasi Desa Hobatuwa juga terdapat tanaman introduksi baru (sayuran dan bawang merah) yang cukup memberikan tambahan pendapatan tetapi skala luasan tidak

(5)

Tabel 1. Kinerja perkembangan usahatani perkebunan dalam mendukung pendapatan petani selama 2 tahun pengamatan (rataan pemilikan/petani)

Desa Tou Desa Hobatuwa Desa Nualise

Tanaman perkebunan Luas (ha) Jumlah (pohon) Prod (kg) Luas (ha) Jumlah (pohon) Prod (kg) Luas (ha) Jumlah (pohon) Prod (kg) Tahun 2007 Mente Kemiri Kakao Kelapa 0,77 - - - 60 (100) - - - 270 - - - 0,31 - 0,15 - 77 (100) - 57 (55) 66 (100) 119 - 116 490 - 0,93 0,81 - 54 (100) 124 (100) - 81 116 Tahun 2008 Mente Kemiri Kakao Kelapa 0,77 - - - 69 (100) - - - 314,5 - - - 0,31 - 0,25 - 28(80) - 63,4 (55) 92,4 (100) 110 - 155 123 - 0,93 0,81 - - 58 (100) 128,8 (100) - - 497,4 247,5 - Pisang B. Merah Sayuran

Komoditas introduksi baru, dalam pengembangan usaha

( ) = menunjukkan persentase pemilik

menentu. Kontribusi pendapatan tanaman sayuran cukup tinggi karena frekuensi tanam yang relatif sering. Di Desa Nualise untuk tanaman kemiri skala pemilikan pohon tidak banyak mengalami peningkatan, tetapi dilihat dari produksi terjadi peningkatan tajam (81 kg menjadi 197,4 kg/petani), demikian halnya produksi tanaman kakao dari 116 kg menjadi 249 kg/petani. Di Desa ini tanaman kemiri adalah merupakan tanaman utama sebagai sumber pendapatan petani disamping tanaman kakao.

Pengelolaan sistem usahaternak kambing sebagai model diversifikasi usahatani

Pada awal kegiatan untuk membentuk model diversifikasi usaha (tanaman dan ternak), dilakukan introduksi ternak kambing pada 17, 10 dan 15 petani masing-masing di Desa Tou, Hoba Tuwa, dan Nualise yang awalnya 2 – 3 ekor induk/petani. Ternak kambing yang diintroduksikan adalah bangsa Kambing Kacang (kambing lokal). Pengembangan ternak kambing tersebut dalam upaya membentuk usaha diversifikasi usaha

yang diarahkan pada model integrasi tanaman perkebunan dan kambing. Perkembangan kinerja produksi ternak kambing diperhitungkan dari awal tahun dan akhir tahun 2008 (Tabel 2). Populasi awal tahun mencapai 60, 86, dan 80 ekor masing-masing di peternak kooperator Desa Tou, Hobatuwa, dan Nualise. Kelahiran kambing tertinggi terjadi di Desa Nualise sebanyak 125 ekor (224 persen) dari populasi induk, disusul di Desa Hobatuwa 100 ekor (200 persen), dan terendah di Desa Tou 44 ekor (138 persen). Proporsi kelahiran yang tinggi tersebut masih diikuti dengan kematian yang tinggi yakni sebesar 24,59 persen, 17,23 persen, dan 14,42 persen. Mortalitas yang tinggi terjadi karena kondisi peternak adalah peternak binaan baru dengan informasi teknologi budidaya yang rendah. Hasil produktivitas kambing di lokasi masih dinyatakan rendah yakni jumlah anak dilahirkan perkelahiran (litter size) hanya mencapai 1,2 ekor. Dibanding pengamatan terdahulu oleh SUBANDRIYO et al., (1995) terhadap kambing Peranakan Etawah (PE) diperoleh laju reproduksi induk (LRI) sebesar 2,1 ekor, dimana litter size mencapai 1,71 dan

(6)

Tabel 2. kinerja usahaternak kambing di 3 lokasi pengamatan

Populasi awal Jumlah dilahirkan Jumlah mati Jumlah dijual Lokasi/Desa

Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Desa Tou (n = 17) 32 28 24 20 10 5 15 16 Subtotal 60 44 (138%) 15 (14,42%) 36 (34,61%) Desa Hoba Tuwa (n = 10) 50 36 56 44 13 13 20 34 Subtotal 86 100 (200%) 26 (17,23%) 54 (29,03%) Desa Nualise (n = 15) 58 22 65 60 23 22 10 17 Subtotal 80 125 (224%) 45 (24,59%) 27 (13,17%)

Total 140 86 140 129 46 40 45 67

226 269 (119,12%) 96 (17,34%) 112 (22,62%)

relatif rendahnya laju mortalitas anak (rataan 4,87 persen). Hal demikian sangat ditentukan oleh sistem manajemen yang dilakukan oleh peternak sendiri, disamping rendahnya keterampilan usahaternak.

Dilihat dari rekapitulasi data penjualan ternak secara umum di 3 lokasi mencapai 22,62 persen dari total populasi yang dipelihara. Proporsi penjualan tertinggi selama setahun tertinggi adalah di Desa Tou (34,61 persen), kemudian disusul di Desa Hobatuwa (29,03 persen), dan terendah di Desa Nualise (13,17 persen). Dalam upaya pengembangan kedepan model usahaternak diarahkan pada pola integrasi dengan komoditas yang banyak diusahakan peternak, dimana di 2 lokasi potensi perkebunan dominan adalah kakao, maka integrasi kakao-kambing adalah merupakan rekomendasi. Pemanfaatan kulit kakao sebagai pakan ternak kambing dalam bentuk segar melalui usaha integrasi di Provinsi Lampung cukup memberikan dampak positif bagi petani di pedesaan dan mampu menghemat efisiensi tenaga kerja keluarga dan pendapatan (PRIYANTO et al., 2005), yang hal tersebut perlu dikembangkan di daerah lain.

Peran kontribusi pengembangan ternak kambing sebagai upaya model diversifikasi pendukung peningkatan pendapatan

Peran diversifikasi melalui pengembangan ternak kambing di 3 lokasi cukup memiliki variasi yang tergantung pada usahatani utama dalam kontribusi pendapatan petani (potensi perkebunan). Sumber pendapatan petani masih

sangat terbatas di lokasi Desa Tou, yang hanya bertumpu pada hasil panen jambu mente, walaupun saat musim hujan sebagian kecil petani mengelola lahan di sekitar sungai (DAS) yang relatif sempit sebagai usahatani tanaman pangan (jagung dan padi). Hasil pengamatan kontribusi sumber pendapatan jambu mente pada tahun 2007 mencapai 75,24 (Rp. 1.527.000) dari total pendapatan, ada sedikit dari tanaman kelapa, serta ternak kambing mencapai 23,81 persen (Rp. 483.000). Introduksi ternak kambing terlihat mampu mendukung sumber pendapatan baru. Sedangkan pada tahun 2008 telah terjadi peningkatan.Terlihat bahwa peranan ternak kambing lebih tinggi dibanding pada tahun 2007 (27,42 vs 23,81 persen), walaupun secara riil terjadi peningkatan pendapatan dari kedua komoditas yang diusahakan petani (Tabel 3).

Kasus di Desa Hobatuwa awalnya (Tahun 2007) pendapatan petanti hanya tertumpu pada 3 komoditas tanaman perkebunan saja (mente, kemiri, dan kelapa), tetapi pada tahun 2008 dilakukan introduksi tanaman baru oleh BPTP NTT yakni berupa pengembangan tanaman hortikultura pisang, bawang merah, dan sayuran), yang cukup tinggi menyumbangkan pendapatan karena pola tanam yang relatif pendek sehingga dalam 1 tahun mampu 2 – 3 kali panen tanaman bawang merah, sedangkan sayuran frekuensi panen 40 hari. Kontribusi pendapatan dari ternak kambing meningkat tajam dari 16,11 persen (Rp. 525.000) menjadi 23,89 persen (Rp. 2.230.000), dibanding pada tahun 2008, dan terdapat sumber penghasilan dari usaha nelayan mencapai 10,71 persen.

(7)

Tabel 3. Perkembangan kontribusi sumber pendapatan petani di 3 lokasi pengamatan (selama 2 tahun)

Tahun 2007

Komoditas Desa Tou Desa Hobatuwa Desa Nualise

Tanaman Mente Kemiri Kakao Kelapa 1.527.000 (75,27) - - 8.668 (0,92) 632.778 (19,39) - 771.000 (23,63) 1.333.000 (40,87) - 1.045.385 (50,96) 405.769 (19,79) - Ternak Kambing 483.000 (23,81) 525.000 (16,11) 600.000 (29,25) Total 2.028.688 (100) 3.388.378 (100) 2.094.904 (100) Tahun 2008 Tanaman Mente Kemiri Kakao Kelapa Pisang B. Merah Sayuran 1.989.650 (72,58) - - - - - - 644.000 (6,90)) - 1.220.000 (13,07) 1.520.000 (16,28) 675.000 (0,82) 1.314.286 (14,08) 1.330.000 (14,25) - 2.722.067 (26,23) 5.209.267 (50,21) - - - - Ternak Kambing Babi 751.471 (27,42) - 2.230.000 (23,89) - 742.857 (7,16) 260.000 (2,25) Lainnya Nelayan Tukang - - 1.000.000 (10,71) - - 1.440.000 (13,88) Total 2.741.129 (100) 7.536.000 (100) 10.374.190 (100)

( ) = Menunjukkan proporsi dari total pendapatan

Di Desa Nualise pada tahun 2007 kontribusi sumber pendapatan petani terbesar terjadi pada penghasilan tanaman kemiri yakni mencapai 50,96 persen dan kakao terlihat rendah (19,79 persen). Tetapi sebaliknya terjadi perubahan komposisi sumber pendapatan pada tahun 2008 berubah bahwa kakao merupakan proporsi terbesar (50,21 persen), dan kemiri mencapai 26,23 persen, walaupun secara riil pendapatan dari kakao meningkat tajam yakni sebesar Rp. 5.209.267 dan Rp. 2.722.067 pada tanaman kakao dan kemiri. Sumber pendapatan dari usahaternak secara riil meingkat tetapi secara proporsional menurun yakni hanya 9,41 persen dan 29,25

persen. Terdapat sumber pendapatan lain sebesar Rp. 1.440.000 dari usaha diluar pertanian (sebagai tukang). Ditinjau dari total pendapatan petani pada tahun 2008 mengalami peningkatan yang cukup tinggi dibanding tahun sebelumnya yakni di Desa Tou dari Rp. 2.028.688 menjadi Rp. 2.741.129 di Desa Hobatuwa dari Rp. 3.388.378 menjadi Rp. 7.536.000 dan di Desa Nualise dari Rp. 2.094.904 menjadi Rp. 10.374.190 rata-rata meningkat cukup tajam, yang bersumber dari komoditas tanaman utama (perkebunan) maupun tanaman introduksi baru. Pendapatan tertinggi terjadi pada petani di Desa Nualise.

(8)

Dilihat dari peningkatan program inovasi model diversifikasi melalui pola integrasi antara perkebunan dan ternak kambing menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan pendapatan dari 2 pola usaha pada tahun 2008 dibanding 2007. Pengamatan di Desa Nualise menunjukkan rataan peningkatan yang paling tinggi yakni mencapai 335,56 persen (dari Rp. 2.051.154 menjadi Rp. Rp.8.934.191) yang tertinggi disumbangkan dari tanaman (kemiri dan kakao meningkat 446,55 persen), sedangkan ternak kambing meningkat 67,14 persen. Posisi kedua adalah dicapai petani di Desa Hobatuwa yang meningkat 173,87 persen

(dari Rp. 3.261.778 menjadi Rp. 8.933.286, yang kontribusi terbesar adalah dari ternak kanbing (324,76 persen), serta di desa Tou meningkat hanya 29,99 persen (dari Rp. 2.108.668 menjadi Rp. 2.741.121) dengan komposisi peningkatan yang tidak besar (ternak 55,58 persen dan tanaman 29,66 persen). Dari gambaran tersebut menunjukkan bahwa model diversifikasi yang diprogramkan telah mampu meningkatkan ekonomi petani dengan introduksi ternak kambing sebagai komponen usaha multi komoditas. Adapun kontribusi peningkatan tersebut terlihat pada Gambar 1, 2 dan 3.

Tabel 4. Peningkatan pendapatan petani berdasar dari komoditas tanaman dan ternak sebagai model

diversifikasi usahatani

Tahun Komoditas Desa Tou Desa Hobatuwa Desa Nualise

Tanaman 1.535.668 2.736.778 1.451.154 2007 Ternak 483.000 525.000 600.000 Total 2.108.668 3.261.778 2.051.154 Tanaman 1.989.650 (29,56) 6.703.286 (144,93) 7.931.334 (446,55) 2008 Ternak 751.471 (55,58) 2.230.000 (324,76) 1.002.857 (67,14) Total 2.741.121 (29,99) 8.933.286 (173,87) 8.934.191 (335,56)

( ) = Menunjukkan persen peningkatan

Gambar 1. Kinerja pendapatan petani di Desa Tou

0 5000001000000 1500000 2000000 2500000 3000000 Pendapatan (Rp) 2008 2007 Tanaman Ternak Total Tahun

(9)

Gambar 2. Kinerja pendapatan petenai di Desa Hobatuwa

Gambar 3. Kinerja pendapatan petani di Desa Nualise

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan introduksi ternak kambing dalam upaya menciptakan model diversifikasi usahatanai melalui inovasi pola integrasi ternak kambing di lahan perkebunan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pola diversifikasi introduksi ternak kambing pada areal tanaman perkebunan diperoleh hasil yang bervariasi yang tergantung pada pengembangan komoditas

unggulan (perkebunan) yang dikelola oleh penduduk spesifik lokasi.

2. Berdasarkan inventarisasi perkembangan ternak selama setahun pengamatan (tahun 2008) terdapat perkembangan ternak yang cukup baik yang ditunjukkan angka kelahiran yang cukup tinggi (119,12 persen) dari populasi induk, tetapi angka mortalitas masih tinggi (17,34 persen). Kamampuan penjualan kambing yang dilakukan petani mencapai (22,62 persen)

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 Pendapatan (Rp) 2008 2007 Tanaman Ternak Total Tahun 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 Pendapatan (Rp) 2008 2007 Tanaman Ternak Total Tahun

(10)

dari populasi, yang hal tersebut menunjukkan bahwa usahaternak sudah dinikmati petani.

3. Kontribusi sumber pendapatan dari

tanaman perkebunan terlihat masih memiliki proporsi tertinggi dan ternak kambing masih merupakan komoditas pendukung usaha perkebunan. Pengembangan tanaman baru yang merupakan tanaman introduksi terlihat mampu meningkatkan kontribusi pendapatan yang cukup tinggi, akibat frekuensi panen yang relatif sering.

4. Model diversifikasi melalui pengembangan ternak di lahan perkebunan telah mampu meningkatkan pendapatan pada tahun 2008 dibandingkan 2007 dimana pendapatan petani tertinggi di Desa Nualise (335,56 persen), yang disusul petani di Desa Hobatuwa (meningkat 173 persen), dan di Desa Tou hanya meningkat 29,99 persen. Introduksi ternak kambing tersebut cukup potensial sebagai sumber pendapatan baru petani.

DAFTAR PUSTAKA

AMIR, P. and KNIPSCHEER. 1989. Conducting On-farm Animal Research Procedure and Economic Analysis. Winrock International Institute for Agricultural Development an International Development Reseatch Centre. Morrilton, Arkansab, USA.

CHAMBERS, R. 1993. Rapid Appraisal: Rapid, Relaxed and Participatory. IDS Discussion Paper 311. IDS, Brighton.

DEPARTEMEN PERTANIAN. 2006. Pedoman Umum Prima Tani. Departemen Pertanian Republik Indonesia, Jakarta.

DIWYANTO,K. dan B.HARYANTO. 2002. Akselerasi Peningkatan Produksi melalui Sistem Tanaman-Ternak. Kebijakan Perberasan dan Inovasi Teknologi Padi. Buku Satu. Puslitbang Tanaman Pangan, Bogor.

KABUPATEN ENDE DALAM ANGKA. 2005. Biro Pusat Statistik Kabupaten Ende. Kabupaten Ende. JOSHI, L. 2006. Livestock and Agroforestry

(Integrasi Peternakan, Pertanian, dan Perkebunan). Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 5 – 6 September 2006. Puslitbang Peternakan, Bogor.

PRIYANTO, D.,A. PRIYANTI dan I. INOUNU. 2004. Potensi dan peluang Pola Integrasi Ternak Kambing dan Perkebunan Kakao Rakyat di Propinsi Lampung. Pros. Seminar Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak. Denpasar, 20 – 22 Juli 2004. Puslitbang Peternakan, BPTP Bali dan CASREN.

PRIYANTO, D. 2005 Potensi limbah kulit kakao sebagai peluang integrasi dengan usahaternak kambing di Propinsi Lampung. Pros. Seminar Nasional. Teknologi Inovatif Pascapanen Untuk pengembangan Berbasis Pertanin. Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor.

SUBANDRIYO, B. SETIADI, D. PRIYANTO, M. RANGKUTI, W.K. SEJATI, D. ANGGRAENI, R. SARI, G.S., HASTONO dan O. BUTARBUTAR. 1995. Analisis potensi kambing Peranakan Etawah dan sumberdaya di daerah sumber bibit pedesaan. Puslitbang Peternakan, Bogor.

DISKUSI Pertanyaan:

Diversifikasi tanaman apa saja dan mengapa?

Jawaban:

Jambu mete, kemiri, kakao dan kelapa diversifikasi dengan ternak kambing ternyata kontribusi pendapatan meningkat.

Gambar

Tabel 1.  Kinerja perkembangan usahatani perkebunan dalam mendukung pendapatan petani selama 2 tahun  pengamatan (rataan pemilikan/petani)
Tabel 2. kinerja usahaternak kambing di 3 lokasi pengamatan
Tabel 3.  Perkembangan kontribusi sumber pendapatan petani di 3 lokasi pengamatan (selama 2 tahun)  Tahun 2007
Tabel 4.  Peningkatan pendapatan petani berdasar dari komoditas tanaman dan ternak sebagai model  diversifikasi usahatani
+2

Referensi

Dokumen terkait

Di bawah ini dicantumkan daftar peserta praktikum beserta jadwal

Rata-rata hasil belajar IPS Terpadu pada kemampuan sikap sosial siswa yang pembelajarannya menggunakan model kooperatif tipe talking stick lebih tinggi dibandingkan dengan siswa

Aplikasi berbasis SMS gateway yang dikembangkan bernama SMS RAJA (SMS Rawat Jalan) dalam proses pengujian mampu menyampaikan informasi 2 arah kepada pasien berupa

Efektivitas desain dan operasi pengendalian intern pada prosedur pemberian kredit yang dijalankan oleh bank sangat diperlukan dalam rangka mengamankan aktiva pemsahaan,

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai hubungan peran perawat sebagai care giver dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani

Jenis kesalahan tertinggi yang dialami oleh siswa adalah kesalahan dalam keterampilan berhitung yakni sebanyak 36 orang atau 21,18 persen, sedangkan siswa tidak

Pada kegiatan kali ini para dosen dan mahasiswa/i bekerja sama dengan PD Pasar Jaya untuk pengembangan program di Pasar Tradisonal PSPT Tebet, Jakarta Selatan

Tiga peubah sinyal ini tetap kita sebut sebagai sinyal, baik untuk rangkaian yang bertugas melakukan pemrosesan energi maupun.