• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab IV Analisis Pengembangan Fasilitas Wisata Trowulan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Bab IV

Analisis Pengembangan

Fasilitas Wisata Trowulan

4.1 Analisis Obyek Kunjungan Wisata Budaya

Sesuai kategorisasi berdasarkan arahan RIA 1986 wilayah-wilayah yang diprioritaskan adalah wilayah A, B, C, D dan E (lihat Tabel III.1) karena di dalamnya terdapat monumen-monumen kategori A dan dijadikan sebagai

kawasan kunjungan primer. Wilayah selain itu yaitu wilayah F dan G (yang termasuk pada wilayah batas-batas kota seluas 9 x 11 km2) merupakan kawasan

kunjungan sekunder. Pada wilayah primer dan sekunder tersebut akan diintervensi dan dimasukkan ke dalam jaringan fasilitas wisata.

Sebagai pertimbangan yang berkaitan dengan kapasitas dan pupolaritas kawasan Trowulan secara umum selama kurun waktu 18 tahun (1987-2005) (Armstrong 2006) cenderung meningkat dan tahun 2005 adalah yang tertinggi. Berikut deskripsi kuantitas pengunjung khusus kawasan Trowulan di dalam periode satu tahun 2005 asumsi 289 hari kerja efektif sebagai berikut (wilayah yang bercetak tebal adalah yang termasuk kawasan/wilayah kunjungan primer):

1. Wilayah A (empat obyek/situs) total 73.012 pengunjung atau 252 pengunjung per hari (terbanyak di PIM (80%)).

2. Wilayah B (dua obyek/situs) total 81.093 pengunjung atau 280 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Tikus (58%)).

3. Wilayah C (lima obyek/situs) total 35.581 pengunjung atau 123 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Kedaton (80%)).

4. Wilayah D (dua obyek/situs) total 25.195 pengunjung atau 87 pengunjung per hari (terbanyak di Candi Brahu (94%)).

5. Wilayah E (satu obyek/situs) total 4757 pengunjung atau 17 pengunjung per hari.

(2)

7. Wilayah G (satu obyek/situs) total 3330 pengunjung atau 12 pengunjung per hari.

Dari deskripsi di atas maka wilayah dan obyek yang paling diminati adalah wilayah B dan obyek paling populer adalah PIM di wilayah A. Berdasarkan hal ini maka dapat diasumsikan wilayah Trowulan secara umum dikunjungi 777 wisatawan tiap harinya. Jumlah tersebut pada analisis ini dijadikan acuan jumlah pengunjung paling sedikit untuk dapat diwadahi. Apabila terdapat penambahan fasilitas tertentu nantinya maka terdapat pula penambahan kapasitas yaitu sebesar 80% tiap hari atau 1398 orang per hari adalah asumsi wisatawan terbanyak mengunjungi wilayah A sampai G. Berdasarkan kalkulasi di atas maka wilayah A diasumsikan akan dikunjungi 200-700 pengunjung tiap hari.

Pada analisis ini terdapat uraian sekuen yang diharapkan berimplikasi pada pilihan orientasi kunjungan wisata terbaik. Hirarki sekuen disusun berdasarkan kawasan skala kawasan batas-batas kota kuno Majapahit menuju kawasan Ibukota Kecamatan dan wilayah A sebagai pemberhentian utama atau pusat orientasi menuju ke situ-situs yang tersebar. Susunan semacam ini diharapkan terjadi kesinambungan fungsi antara sarana dan prasarana kota eksisting terhadap perletakan fasilitas dan jalur wisata. Pada analisis arah penembusan kawasan menuju wilayah-wilayah kekunaan mempergunakan sarana jalan yang sudah ada namun dipilih yang paling identik dengan sumbu-sumbu grid kuno. Hirarkinya adalah sebagai berikut;

• Arah penetrasi pengunjung ke wilayah batas-batas kota kuno dengan Ibukota Kecamatan Trowulan idealnya adalah barat timur.

• Arah penetrasi pengunjung ke wilayah A dari Ibukota Kecamatan Trowulan idealnya adalah utara selatan.

• Arah penetrasi pengunjung ke wilayah dan situs-situs disesuaikan elemen kutub khas monumen masing-masing.

(3)

KATEGORI/

JENIS KEGIATAN

ASUMSI LOKASI

REKOMENDASI/ASUMSI

MODEL KEGIATAN

WILAYAH/TAPAK-TAPAK

PERIODE WAKTU

KAPASITAS

A B-E F

G dan 3

situs-situs

batas kota

Lokasi

tertentu di

Trowulan

>1

HARI 4|10 10|14 14|18 18|22

K e g i a t a n B e r k u m p u l d a n

Berorientasi

Penitipan kendaraan

Registrasi

Berkoordinasi dengan kelompok

Berorientasi dengan kelompok besar

Berorientasi dengan kelompok kecil/ mandiri

Bermain dan mengasuh anak

Pertunjukan

outdoor

Pameran Produk Temporer/EXPO

Konferensi dan diskusi

Menginap

Berinteraksi dengan komunitas lokal

Kegiatan Penelitian dan

Observasi Kekunaan

Menggambar/melukis

Menulis

Membaca/referensi

Beristirahat

Diskusi kecil

Fotografi/video

Penjelajahan

Kegiatan Olah Raga dan

Kebugaran

Bersepeda

Berjalan pagi

Berlari pagi

Kegiatan Komersil

Pameran Produk Lokal Permanen

Pameran Produk Lokal Temporer

Penjualan cindera mata

Penjualan makanan dan minuman

Pasar Temporer

Tabel IV.1

95

(4)

4.2 Analisis Program Kegiatan Wisata

Analisis ini didasarkan kegiatan wisata budaya yang telah mapan dan pengembangannya wilayah A-E sebagai salah satu wadah kegiatan publik berupa kegiatan rekreasi dan belajar. Keduanya dijadikan tema kegiatan umum di dalam rangkaian program wisata yang bertujuan memberi kesempatan wisatawan untuk mengapresiasi lingkungan kekunaan khas Majapahit lebih baik. Kegiatan rekreasi dan belajar di kawasan kekunaan Trowulan dapat dikelompokkan dan dirinci pada tabel IV.1.

4.3 Analisis Program Fasilitas Wisata

Kegiatan wisata yang diprogramkan dibutuhkan suatu fasilitas-fasilitas yang dapat merangkum berdasarkan karakter kegiatannya ke dalam suatu program ruang-ruang yang lebih spesifik. Ulasan di bawah ini adalah rinciannya.

Fasilitas-fasilitas Pencapaian di dalam kawasan

Moda pencapaian di dalam kawasan pada dasarnya adalah pedestrian karena dioptimasi untuk kegiatan olah raga, pejalan kaki, pengguna kursi roda dan pengendara sepeda. Oleh karena itu, elemen pencapaian di kawasan didasarkan

WILAYAH A

KAWASAN KECAMATAN DAN IBUKOTA KECAMATAN TROWULAN BATAS-BATAS KOTA MAJAPAHIT

SITUS KOLAM SEGARAN & FASILITAS UTAMA

WILAYAH B, C, D, E, & F

ARUS DARI SURABAYA

ARUS DARI MADIUN

WILAYAH G & MONUMEN BATAS-BATAS KOTA

LAINNYA

Gambar IV.1 Skema sekuen penetrasi kawasan dan peran wilayah A sebagai hirarki tertinggi.

(5)

pada kriteria standar kenyamanan dan keselamatan pedestrian. Pengunjung atau wisatawan menggunakan kendaraan bermotor diberi kesempatan untuk mengganti moda angkutan mereka ke sepeda atau berjalan kaki untuk menuju situs tertentu. Area penitipan kendaraan bermotor dan area tunggu dipusatkan pada area penerima kawasan.

Fasilitas Penerima Skala Kawasan

Pada fasilitas ini akan dilengkapi beberapa area utama yaitu Parkir Kendaraan Ruang Penerima/Registrasi/Pengelola, Ruang Pamer Kriya Lokal dan Ruang Orientasi. Sebagai fasilitas utama di kawasan maka beberapa ruang adalah ruang-ruang yang berdinding dan beratap. Ruang dalam-ruang-ruang dalamnya memaksimalkan view ke ruang luar agar pengunjung dapat selalu melakukan investigasi kawasan secara maksimal. Ruang orientasi merupakan ruang terbuka dengan asumsi terdapat suatu susunan lantai yang vertikal. Susunan lantai akibatnya menjadikan fasilitas ini secara umum sebagai hirarki tertinggi di kawasan dan berfungsi menggugah pengunjung tentang gambaran riil tentang keluasan skala kota Majapahit. Dengan adanya lantai yang relatif tinggi ini maka sebagai fasilitas penerima asumsinya dapat terlihat dari kejauhan tertentu dan senantiasa dipergunakan sebagai penentu orientasi arah keberangkatan atau kepulangan pengunjung. Menanggapi peluang popularitas kekriyaan dan pemajuan sektor ekonomi lokal maka dibutuhkan suatu area yang dapat memamerkan dan menjual hasil-hasil kriya lokal secara khusus. Sebagai ruang publik yang masih memerlukan pengamanan maka diprogram sebuah Ruang Pamer Kriya yang berbasis lokal maupun regional. Ruang ini berfungsi sebagai salah satu ruang interaksi masyarakat lokal dengan para wisatawan. Secara umum aspek perembesan ruang luar diharapkan selalu tercipta agar kegiatan pamer tak hanya fokus pada produknya namun memerhatikan pula karakter lingkungan sebagai pendukung proses-proses apresiasi kriya secara langsung oleh pengunjung.

(6)

Fasilitas Berkumpul dan Festival

Pada fasilitas ini ditambahkan sebuah Ruang Konferensi berkapasitas 200 orang. Sebagai ruang pertemuan tertutup dan semi privat maka penataannya berskala ruang dalam. Area Festival merupakan ruang publik yang terbuka pada lokasi yang utamanya dapat mengekspos panorama yang paling mewakili gambaran ruang kota Majapahit yaitu keberadaan elemen air, gunung dan daratan secara lebih dekat dan riil. Ketiganya merupakan simbol-simbol yang dinilai dapat mewakili sifat kota kuno tersebut yang dibangun dan direncanakan berdasarkan sifat-sifat ruang kehinduan.

Sebagai fasilitas berkumpul terdapat pula Ruang Baca dan Referensi. Pada ruang ini seluruh kegiatan belajar dan diskusi dilakukan secara berelompok atau individu. Sebagai ruang dalam, hening dan cenderung privat namun tetap memasukkan view ruang luar. Tujuannya adalah pengunjung dapat lebih menghayati bacaan dan penelitiannya dengan cara menginvestigasi sebagian karakter-karakter dan fenomena bentang alam khas Trowulan yang terlihat dari ruang dalam ini.

Fasilitas Pamer Kekunaan

Relik lepas yang ditemukan di Trowulan telah dikumpulkan dan diteliti untuk dan dipamerkan di tiga ruang pamer yaitu Ruang Relik Terakota, Ruang Relik Batu (Andesit) dan Ruang Relik Logam. Ketiga bahan tersebut adalah pencerminan teknologi yang telah dicapai pada masa kota Majapahit. Di area pamer relik ini dilengkapi Parkir Kendaraan, Ruang Penerima/Registrasi dan Ruang Keamanan. Tercatat kurang lebih 80.000 buah relik telah terkumpul. Beberapa relik yang dianggap mewakili gambaran kehidupan di kota Majapahit dipamerkan sejumlah 30.000 buah di Ruang Pamer Relik Penting sisanya serjumlah 50.000 relik disimpan di fasilitas penyimpanan. Sebagai gudang yang berisikan barang-barang berharga maka telah disiapkan Ruang Penelitian yang berhubungan langsung Ruang Penyimpanan dan Pengumpulan Relik. Pada fasilitas dan ruang-ruang

(7)

tersebut seluruh koleksi dan proses penelitian akan dipertontonkan kepada pengunjung. Sebagai fasilitas dengan tingkat keamanan yang relatif tinggi maka metode pamer pun akan dibatasi dengan pengamanan khusus.

Pada pamer relik in-situ atau monumen-monumen berupa percandian atau kotak-kotak ekskavasi memerlukan sebuah penanganan tertentu yang bertujuan mengrangi resiko perusakan. Khususnya situs-situs dengan kategori A saat ini diyakini memerlukan pembenahan khususnya yang membatasi kebebasan pengunjung dalam memanfaatkan lahan I. Saat ini di semua wilayah kategori A pengunjung dapat melakukan sentuhan, injakan dan penapakan pada monumen kekunaan hal ini dinilai berpeluang merusak. Untuk itu diperlukan Fasilitas Observasi Situs yang secara khusus membatasi pengunjung agar tidak dapat secara langsung berinteraksi fisik dengan monumen namun masih dapat menginvestigasi skala bentang alam dengan baik. Ruang Observasi Situs ini

Gambar IV.2 Pavement bata merah pada lantai dinding Kolam Segaran. (Sumber: Anenggata 2006)

(8)

merupakan jalur dan ruang terbuka yang ditata sedemikian rupa agar sekuen, skala monumentalitas, orientasi dan jalur di lahan IIB, IIA dan I dapat terpelihara dan dicerap pengunjung sesuai karakter khusus visual monumen.

Fasilitas home-stay

Pada tahap tertentu kegiatan kunjungan dan penjelajahan akan memakan waktu lebih dari satu hari dengan asumsi wisata dibuka mulai jam 4 pagi dan ditutup jam 5 sore. Untuk itu, area wisata memerlukan sebuah fasilitas penginapan dan makan. Fasilitas home-stay disediakan dan dikelola masyarakat setempat. Program ini diharapkan memperkuat ikatan sosial dan apresiasi di antara masyarakat dan wisatawan.

Gambar IV.3 Pavement lantai kerakal dan bata merah di situs permukiman Segaran. (Sumber: Anenggata 2006)

Gambar IV.4 Pavement lantai kerakal dan bata merah yang berbentuk segi empat dan segienam di situs Lantai Segi Enam.

(9)

4.4 Analisis Bentuk dan Material

Karakter alami dan ‘kuno’ merupakan identitas kawasan Trowulan yang menonjol secara fisik maupun non fisik. Memandang keperluan tersebut guna melestarikan keseluruhan raut bentang alam kekunaan secara fisik maka dibutuhkan suatu penanganan struktur dan konstruksi fasilitas-fasilitas wisata yang memiliki kecenderungan minimal merusak kondisi eksisting. Beberapa komponen fisik sebagai karakter khas yang akan dipertahankan antara lain komponen lapisan tanah, tatanan vegetasi dan panorama.

Lapisan tanah eksisting yang diperhatikan di wilayah A, B, C, D dan E adalah pada lapisan tanah padat kering. Situasi pada tahap eksploitasi lapisan tanah dibagi menjadi kondisi kritis dan non kritis. Kondisi kritis akan dihadapi apabila di dalam lapisan tanah ditemukan temuan kekunaan yang tidak dapat dipindahkan dan perlu diekskavasi. Pada kondisi tersebut maka tahap konstruksi akan menyesuaikan. Kondisi non kritis akan diterapkan apabila di dalam tanah tidak ditemukan kekunaan namun tidak perlu diekskavasi maka temuan di bawahnya tersebut diabaikan dan kegiatan konstruksi dapat diteruskan. Groundcover pada lapisan kering padat di kawasan Trowulan berupa tanah, batu, rumput dan alang-alang. Pada komponen groundcover semacam ini tidak perlu dipertahankan karena lapisan ini relatif mudah diperbaharui. Tatanan vegetasi eksisting umumnya dipertahankan adalah vegetasi pohon yang berkayu, tinggi, lebar dan relatif tua. Beberapa hutan bambu pada lokasi tertentu selayaknya dipertahankan kecuali mengganggu pandangan atau disesuaikan konsep penanganan pada lahan I menurut RIA 1986. Khususnya pada kotak-kotak ekskavasi di situs-situs yang

Gambar IV.5 Interpretasi artis perkampungan di Trowulan. (Sumber: Indonesian Heritage; Architecture, Archipelago Press 1998)

(10)

segi empat bujursangkar mixed open plan/terbuka bertiang tunggal bertiang ganda bertiang empat bertiang enam bertiang delapan bertiang banyak/>8 sebagian terbuka

lantai menempel batur

variasi lantai yang tidak menempel pada batur berumpak dan berbatur

berumpak

berfondasi

tertutup

Gambar IV.6 Elemen-elemen dan konstruksi generik bangunan kuno yang ditemukan di Trowulan.

(11)

diduga permukiman terdapat pola-pola lantai batu berbingkai bata, lantai bata

persegi empat dan lantai bata segi enam. Ketiga model pola lantai tersebut dipamerkan di Kolam Segaran, Situs Segaran II (wilayah A) dan Situs Lantai Segi Enam (wilayah C). Tinggalan floorscape kuno tersebut berbahan dasar terakota dan batu.

Panorama kawasan Trowulan adalah diliputi lahan pertanian, pegunungan dan air. Seluruh penataan fasilitas wisata diasumsikan sedemikian rupa agar dapat memasukkan panorama ini ke ruang dalam. Di samping itu aspek transparansi lingkungan dan elemen-elemen ruang pada fasilitas wisata harus kontinyu atau dapat saja disembunyikan.

Bentuk-bentuk yang akan dielaborasi adalah yang berorientasi pada sumbu tertentu (khususnya utara-selatan dan barat timur), bentuk dasar persegi empat (lihat Gambar IV.6) dan menghindari bentuk kurva atau lingkaran. Hal ini didasarkan pada keselarasan tapak-tapak monumen dan dugaan sementara tentang

Gambar IV.7 Sekuen penetrasi dari kawasan ibukota Kecamatan Trowulan menuju wilayah A.

W I L AYA H A

PIM

PERLETAKAN FASILITAS PENERIMA UTAMA SKALA KAWASAN PEREMPATAN UTAMA IBUKOTA

KECAMATAN TROWULAN

SALAH SATU

KAWASAN YANG DIIDEN TIFIKASI SEBAGAI SITPERMUKIMAN KUNOUS-SITUS

(12)

LAHAN I/PUSAT LAHAN IIA/HIJAU LAHAN IIB/FASILITAS FASILITAS PENERIMA FASILITAS FESTIVAL JALUR KENDARAAN BALONG BUNDER

SITUS BATU TIANG CANCANGAN

SITUS SEGARAN II

SITUS SEGARAN V

MAKAM PUTRI CAMPA

C. MENAKJINGGO

PIM BALAI DESA SUB-TERMINAL BUS PEREMPATAN UTAMA IBUKOTA

KOLAM SEGARAN

(13)

konsep tata ruang-ruang grid di dalam kota Majapahit. Khususnya fasilitas-fasilitas yang diposisikan pada wilayah A maka acuan utamanya adalah memerhatikan keselarasan berdasarkan kesejajaran dengan bentuk segiempat Kolam. Pada wilayah lain ditelusuri sumbu yang penting dan dominan sebagai orientasi utamanya.

Metode yang akan dipakai pada fasilitas wisata adalah struktur dan konstruksi yang modular, compact dan kit (Gambar IV.11). Sistem pengerjaan di tapak hanya bersifat merangkai dan menyusun titik-titik fondasi dan selebihnya disiapkan dengan unit-unit lebih kecil atau yang mudah dipindahkan di lokasi luar tapak/ situs. Struktur dan konstruksi utamanya yang memungkinkan pada metode tersebut adalah konstruksi besi dan kayu.

Material pelapis lantai dan dinding yang dipakai sebagai preseden adalah yang berbasis terakota dan kayu. Penutup dinding kaca memungkinkan untuk diterapkan namun sebagai pelapis kedua atau terluar adalah dinding bata atau dinding kayu. Secara umum pilihan konstruksi dan material tersebut harus

Gambar IV.9 Sumur kuno di bawah bangunan PIM. (Sumber: Anenggata 2006)

(14)

memaksimalisasi dan menunjang kontinyuitas pandangan dan panorama lingkungan yang telah tercipta di kawasan sehingga keberadaan massa fasilitas dapat berkesan menyatu dan tersembunyi.

4.5 Analisis Pemilihan Lokasi Peletakan Fungsi dan Tapak

Wilayah A dijadikan hirarki tertinggi karena sudah dikenal sebagai salah satu fasilitas yang berhubungan dengan kekunaan Trowulan selama ini. Beberapa lokasi yang menjadi utama selama ini adalah keberadaan skala monumental Kolam Segaran dan PIM/BPA yang merupakan satu-satunya fasilitas pamer relik temuan di Trowulan. Keduanya pula akan dijadikan ‘ikon’ lebih lanjut pada uraian pemilihan lokasi dan tapak fasilitas-fasilitas wisata yang paling utama di kawasan kekunaan Trowulan seluas 9 x 11 km2. Fasilitas-fasilitas yang dijadikan utama

antara lain adalah Fasilitas Penerima Utama Pengunjung/Skala Kawasan dan Fasilitas Festival. Kedua fasilitas tersebut secara fungsi sudah identik dengan beberapa penelitian terkait ruang-ruang kota kuno. Keidentikannya antara lain terdapatnya fungsi pertemuan umum dan pasar kota.

Pada bagian utara dan timur Kolam Segaran terdapat cekungan bekas kanal kuno keberadaanya jelas memiliki makna kewilayahan tertentu. Bagian utara sesuai analisis sekuen dijadikan arah penetrasi pengunjung dari kawasan Ibukota Kecamatan Trowulan menuju wilayah A. Pada lokasi ini ditempatkan Fasilitas Penerima Utama Pengunjung. Pada situs Kolam Segaran di wilayah A terdapat karakter-karakter kesumbuan yaitu adanya elemen tangga menuruni Kolam Segaran di sebelah barat dindingnya. Berdasarkan uraian pada analisis sekuen maka tangga sebagai perwakilan/petunjuk sumbu barat timur ini akan diisi sebuah Fasilitas Festival atau area penerima dan observatori khusus situs Kolam Segaran. Kedua fasilitas utama ini akan ditunjang oleh beberapa fasilitas-fasilitas lain yang terkait dengan kesamaan karakter kegiatannya.

(15)

Lahan I, IIA dan IIB (lihat Gambar IV.XX) pada situs Kolam Segaran yang direncanakan hingga saat ini belum secara keseluruhan. Lahan yang tercapai adalah eksistensi lahan I yang berisi monumen Kolam Segaran dengan jarak 2 m hingga 7 m yang dibatasi pagar keliling berbahan besi setinggi rata-rata 1,5 m dan lahan IIB yang ditempati oleh PIM, ruang administrasi, pos pengamanan, kios cindera mata dan mushala. Hal ini dapat ditarik kesimpulan lahan IIA (sesuai kriteria rencana lihat Gambar III.4) secara keseluruhan belum terbentuk kecuali keberadaan jalur kendaraan dan pematang sebagai lahan hijau yang dinilai insidental. Kondisi ini sebenarnya harus dibenahi agar lahan IIA dapat tercipta dengan terarah sesuai kriteria namun juga bersifat konsolidasi dengan fungsi-fungsi komunitas di keliling Kolam Segaran. Menanggapi hal tersebut maka keberadaan fasilitas festival dapat memperkuat pembentukan lahan IIA. Di samping itu rencana pemindahan jalan yang sejak lama keberadaannya dinilai ancaman pada kerusakan dinding Kolam juga akan diterapkan. Secara umum jalur kendaraan eksisting (lahan IIA insidental) akan dialihfungsikan sebagai lahan yang berbasis pedestrian sehingga moda kendaraan bermotor tidak disarankan mempergunakannya. Di sisi lain kegiatan festival dan berkumpul di lahan ini akan menjadi lebih berkarakter menjiwai dan menciptakan panorama simbol gunung, air dan daratan khas Majapahit.

Lokasi PIM saat ini perlu ditinjau ulang karena di bawah bangunan tersebut, tepatnya di ruang pamer logam bagian paling utara terdapat temuan sumur kuno (Gambar IV.9). Di samping itu beberapa catatan menunjukkan bahwa pada saat pembangunannya di tahun 1980-an telah ditemukan struktur-struktur kuno di dalam tanah khususnya pada bagian lantai PIM. Hal ini merupakan preseden buruk dan dibutuhkan tindakan untuk memindahkan PIM di posisi yang lebih tepat. Berkaitan dengan analisis program fasilitas di bab ini telah dipersiapkan fasilitas sebagai pengganti PIM. Meski dipindah namun tetap ditempatkan di daerah situs Kolam Segaran. Pilihan lokasi yang terbaik adalah ditempatkan di lokasi-lokasi fasilitas festival. Di sisi lain koleksi temuan yang sudah

(16)

dikumpulkan beberapa tahun di PIM akan tetap pada lahan ini namun tidak diletakkan pada footprint yang sama. Fasilitas pengumpulan dan penyimpanan relik sebagai pengganti PIM di lahan IIB ini ditempatkan di daerah utaranya berbatasan dengan lahan IIA bagian selatan.

JALUR PEDESTRIAN YANG BERBASIS JALAN EKSISTING LOKASI RUANG TERBUKA

TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN

LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN

BERMAIN

LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN BERKUMPUL DAN BERMAIN LOKASI RUANG TERBUKA TAMAN

BERKUMPUL DAN BERMAIN

JALUR KENDARAAN BERMOTOR

warung makanan SEKOLAH BALAI DESA permukiman kios belanja warung makanan warung makanan bengkel/reparasi warnet rumah baca permukiman permukiman kios belanja warung makanan MAKAM DESA MAKAM DESA kios belanja warung makanan homestay wisatawan homestay wisatawan homestay wisatawan homestay wisatawan homestay wisatawan homestay wisatawan

(17)

Gambar IV.11 Model bangunan semi permanen untuk gudang dan laboratorium relik.

Gambar

Gambar IV.1 Skema sekuen penetrasi kawasan dan peran wilayah A sebagai hirarki  tertinggi.
Gambar IV.2 Pavement bata merah pada lantai dinding Kolam Segaran.
Gambar IV.3 Pavement lantai kerakal dan bata merah di situs permukiman Segaran.
Gambar IV.5 Interpretasi artis perkampungan di Trowulan.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Percepatan pembangunan pertanian provinsi Papua Barat mutlak dilakukan atas dasar Inpres nomor 05/2007, dan mengingat provinsi ini termasuk yang termiskin di

Hukum waris Mesir tahun 1946 menyatakan bahwa seorang anak yang lebih dahulu meninggal dunia dan meninggalkan anak, maka si cucu itu menggantikan ayahnya dalam mewarisi

Pemberian bubur pollard pada burung serindit Sumatera menghasilkan nilai efisiensi metabolik energi yang lebih baik yaitu sebesar 94,58% dibandingkan dengan bubur jagung sebesar

Sebagai alternatif dalam memecahkan masalah tersebut, penulis melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus yang bertujuan

Puji Syukur penulis panjatkan kehadiran Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan YangMaha Esa,karena atas rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan proposal yang

Bagi PPA, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi mengenai efektifitas dari bantuan modal yang diberikan PPA, baik dilihat dari bertambahnya nilai ekuitas

menggunakan media ICM kreativitas belajar siswa memiliki presentase 63% termasuk katergori cukup baik dan 81% termasuk kategori baik setelah menggunakan media

Hicks dan Gullet (1975) menyatakan bahwa pengorganisasian adalah suatu proses di mana struktur organisasi diciptakan dan dipelihara. Proses ini meliputi