• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Akhir Survei Hidrografi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Akhir Survei Hidrografi"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM SURVEI HIDROGRAFI I

PRAKTIKUM SURVEI HIDROGRAFI I

“ 

“ 

Pembuatan Peta Batimetri

Pembuatan Peta Batimetri

Pelabuhan Tanjung Adikarto, Kulon Progo, DIY 

Pelabuhan Tanjung Adikarto, Kulon Progo, DIY 

””

KELOMPOK 7 KELAS A KELOMPOK 7 KELAS A 1.

1. ANNISA ANNISA WULANDARI WULANDARI (15/384977/TK/4(15/384977/TK/43639)3639) 2.

2. BAYU BAYU WISNU WISNU PUTRA PUTRA (15/378877/TK/4(15/378877/TK/42819)2819) 3.

3. DIDI DIDI ILHAM ILHAM (15/384989/TK/4(15/384989/TK/43651)3651) 4.

4. IFFATI IFFATI IFADATI IFADATI (15/385003/TK/43665)(15/385003/TK/43665) 5.

5. MUHAMMAD MUHAMMAD BINTANG BINTANG A A (15/379924/TK/4(15/379924/TK/43189)3189)

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI

DEPARTEMEN TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

YOGYAKARTA

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Assalamu’alaik 

Assalamu’alaik um warahmatullahi wabarakatuh.um warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala

kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-berkat, rahmat, taufik, serta hidayah- Nya

 Nya yang yang tiada tiada terkira terkira besarnya, besarnya, sehingga sehingga saya saya dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan Laporan Laporan Akhir Akhir SurveiSurvei Hidrografi ini.

Hidrografi ini.

Dalam penyusunann

Dalam penyusunannya, saya mengucapkya, saya mengucapkan terimakasih kepada an terimakasih kepada Dosen dan ADosen dan Asistensisten Praktikum kami yaitu Bapak Abdul Basith, Bapak Istarno, Mas

Praktikum kami yaitu Bapak Abdul Basith, Bapak Istarno, Mas Steffan Rico dan Mas Steffan Rico dan Mas Akbar DwiAkbar Dwi Kusuma yang telah memberikan dukungan, dan bimbingan selama penyusunan laporan ini. Kusuma yang telah memberikan dukungan, dan bimbingan selama penyusunan laporan ini.

Kami menyadari, laporan yang kami susun ini masih jauh dari se

Kami menyadari, laporan yang kami susun ini masih jauh dari se mpurna. Oleh karena itu,mpurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi Laporan Akhir Survei

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi Laporan Akhir Survei Hidrografi iniHidrografi ini dapat lebih baik lagi pada kesempatan selanjutnya.

dapat lebih baik lagi pada kesempatan selanjutnya.

Akhir kata semoga Laporan Akhir Survei Hidrografi ini

Akhir kata semoga Laporan Akhir Survei Hidrografi ini bermanfaat.bermanfaat.

Yogyakarta, 13 Juni 2017 Yogyakarta, 13 Juni 2017 Kelompok 7 Kelas A Kelompok 7 Kelas A MK Survei Hidrografi 2016/2017 MK Survei Hidrografi 2016/2017

(3)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Assalamu’alaik 

Assalamu’alaik um warahmatullahi wabarakatuh.um warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala

kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-berkat, rahmat, taufik, serta hidayah- Nya

 Nya yang yang tiada tiada terkira terkira besarnya, besarnya, sehingga sehingga saya saya dapat dapat menyelesaikan menyelesaikan Laporan Laporan Akhir Akhir SurveiSurvei Hidrografi ini.

Hidrografi ini.

Dalam penyusunann

Dalam penyusunannya, saya mengucapkya, saya mengucapkan terimakasih kepada an terimakasih kepada Dosen dan ADosen dan Asistensisten Praktikum kami yaitu Bapak Abdul Basith, Bapak Istarno, Mas

Praktikum kami yaitu Bapak Abdul Basith, Bapak Istarno, Mas Steffan Rico dan Mas Steffan Rico dan Mas Akbar DwiAkbar Dwi Kusuma yang telah memberikan dukungan, dan bimbingan selama penyusunan laporan ini. Kusuma yang telah memberikan dukungan, dan bimbingan selama penyusunan laporan ini.

Kami menyadari, laporan yang kami susun ini masih jauh dari se

Kami menyadari, laporan yang kami susun ini masih jauh dari se mpurna. Oleh karena itu,mpurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi Laporan Akhir Survei

kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi Laporan Akhir Survei Hidrografi iniHidrografi ini dapat lebih baik lagi pada kesempatan selanjutnya.

dapat lebih baik lagi pada kesempatan selanjutnya.

Akhir kata semoga Laporan Akhir Survei Hidrografi ini

Akhir kata semoga Laporan Akhir Survei Hidrografi ini bermanfaat.bermanfaat.

Yogyakarta, 13 Juni 2017 Yogyakarta, 13 Juni 2017 Kelompok 7 Kelas A Kelompok 7 Kelas A MK Survei Hidrografi 2016/2017 MK Survei Hidrografi 2016/2017

(4)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

KATA

KATA PENGANTAR PENGANTAR ... .. 00 DAFTAR

DAFTAR ISI ISI ... ... 22 BAB

BAB I I ... ... 33 PENDAHULUA

PENDAHULUAN N ... ... 33 I.1

I.1 Latar Latar Belakang Belakang ... ... 33 I.2

I.2 Manfaat Manfaat ... ... 33 I.3

I.3 Tujuan Tujuan Praktikum Praktikum ... ... 44 BAB

BAB II II ... ... 55 LANDASAN

LANDASAN TEORI TEORI ... ... 55 II.1

II.1 Pemetaan Pemetaan Batimetri Batimetri ... ... 55 II.2

II.2 Pemeruman Pemeruman (Sounding) (Sounding) ... ... 66 II.3

II.3 Echosounder Echosounder ... .. 77 II.4

II.4 Konsep Konsep Pengukuran Pengukuran Topografi Topografi ... ... 99 BAB

BAB III III ... 10... 10 PELAKSANAA

PELAKSANAAN N ... ... 1010 III.1

III.1 Waktu dan Waktu dan Tempat Pelaksanaan Tempat Pelaksanaan ... ... 1010 III.2

III.2 Alat dan Bahan Alat dan Bahan ... ... 1010 III.3

III.3 Persiapan Survei Persiapan Survei ... ... 1111 III.4

III.4 Pelaksanaan Survei Pelaksanaan Survei ... ... 1212 III.5

III.5 Pengolahan Data Hasil Survei Pengolahan Data Hasil Survei ... ... 1414 BAB

BAB IV IV ... ... 3535 HASIL

HASIL DAN DAN PEMBAHASAN PEMBAHASAN ... 35... 35 IV.1

IV.1 Hasil Pengukuran Hasil Pengukuran ... ... 3535 IV.2

IV.2 Perhitungan dan Pengolahan Data Perhitungan dan Pengolahan Data ... ... 3636 IV.3

IV.3 Penyajian Penyajian ... ... 3737 BAB

BAB V V ... 39... 39 KESIMPULAN

KESIMPULAN DAN DAN SARAN ...SARAN ... 39... 39 V.1 V.1 Kesimpulan Kesimpulan ... ... 3939 V.2 V.2 Saran Saran ... ... 3939 LAMPIRAN LAMPIRAN ... ... 4040 DAFTAR

(5)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN I.1

I.1 Latar BelakangLatar Belakang

Survey hidrografi adalah kegiatan pemetaan laut, pengumpulan data, kondisi dan Survey hidrografi adalah kegiatan pemetaan laut, pengumpulan data, kondisi dan sumberdaya suatu wilayah laut yang kemudian diolah, dievaluasi dan disajikan dalam sumberdaya suatu wilayah laut yang kemudian diolah, dievaluasi dan disajikan dalam  bentuk

 bentuk

 buku, peta laut serta informasi mengenai kelautan lainny

 buku, peta laut serta informasi mengenai kelautan lainnya, yang selanjutnya diguna, yang selanjutnya digunakanakan untuk kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan suatu

untuk kepentingan pembangunan dan pertahanan keamanan suatu negara.negara.

Data mengenai fenomena dasar perairan dan dinamika badan air didapat Data mengenai fenomena dasar perairan dan dinamika badan air didapat melalui pengukuran yang kegiatannya disebut sebagai survei hidrografi. Data

melalui pengukuran yang kegiatannya disebut sebagai survei hidrografi. Data yangyang diperoleh

diperoleh dari dari survei survei hidrografi kemudian hidrografi kemudian diolah dan diolah dan disajikan disajikan sebagai sebagai informasiinformasi geospasial atau informasi yang terkait dengan posisi di muka bumi. Sehubungan dengan geospasial atau informasi yang terkait dengan posisi di muka bumi. Sehubungan dengan itu maka seluruh informasi yang disajikan harus memiliki data posisi dalam ruang yang itu maka seluruh informasi yang disajikan harus memiliki data posisi dalam ruang yang mengacu pada suatu sistemreferensi tertentu. Aktifitas utama survei hidrografi meliputi:. mengacu pada suatu sistemreferensi tertentu. Aktifitas utama survei hidrografi meliputi:.

1.

1. Penentuan posisi di laut.Penentuan posisi di laut. 2.

2. Pengukuran kedalaman (pemeruman)Pengukuran kedalaman (pemeruman) 3.

3. Pengamatan pasut.Pengamatan pasut. 4.

4. Pengukuran detil situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir).Pengukuran detil situasi dan garis pantai (untuk pemetaan pesisir). 5.

5. Penggunaan sistem referensiPenggunaan sistem referensi

Data yang diperoleh dari aktifitas-aktifitas tersebut diatas dapat disajikan sebagai Data yang diperoleh dari aktifitas-aktifitas tersebut diatas dapat disajikan sebagai informasi dalam bentuk peta dan non-peta. Untuk menunjang pengetahuan hidrografi, informasi dalam bentuk peta dan non-peta. Untuk menunjang pengetahuan hidrografi, maka perlu dilakukan praktikum survey hidrografi. Oleh sebab itu

maka perlu dilakukan praktikum survey hidrografi. Oleh sebab itu kami melakukankami melakukan kegiatan

kegiatan praktikum survey hidrografi praktikum survey hidrografi yang dilakukan di yang dilakukan di Pelabuhan Tanjung AdikartoPelabuhan Tanjung Adikarto Kulon Progo.

Kulon Progo. I.2

I.2 ManfaatManfaat

Pelaksanaan kegiatan praktikum survei hidrografi di Pelabuhan Tanjung Adikarto Pelaksanaan kegiatan praktikum survei hidrografi di Pelabuhan Tanjung Adikarto Kulon Progo diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa Kulon Progo diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan wawasan bagi mahasiswa dalam melaksanakan suatu pekerjaan hidrografi. Selain itu praktikum ini dapat menjadi dalam melaksanakan suatu pekerjaan hidrografi. Selain itu praktikum ini dapat menjadi ajang mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan untuk mengerjakan suatu ajang mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di perkuliahan untuk mengerjakan suatu  pekerjaan

 pekerjaan sesungguhnya.Hsesungguhnya.Hasil asil akhir akhir praktikum praktikum ini ini adalah adalah peta peta bathymetri bathymetri yang yang didapatdidapat dari survei bathymetri tersebut .

dari survei bathymetri tersebut .

Selanjutnya peta bathymetri ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan Selanjutnya peta bathymetri ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan kedalamanlaut dan mendapatkan informasi mengenai bahaya-bahaya pelayaran bagi kedalamanlaut dan mendapatkan informasi mengenai bahaya-bahaya pelayaran bagi

(6)

I.3 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan diadakan praktikum survei hidrografi ini antara lain sebagai berikut : 1. Mahasiswa dapat mengaplikasikan materi yang didapat selama perkuliahan matakuliah Survey Hidrografi yaitu teori tentang pasang surut air laut,  penentuan posisi, pemeruman, serta pembuatan topografi di daerah Pelabuhan

Tanjung Adikarto Kulon Progo.

2. Mahasiswa dapat merencanakan dan melaksanakan manajemen pekerjaan dilapangan

3. Mahasiswa dapat mengetahui secara langsung permasalahan dan kendala-kendala yang terjadi di lapangan selama praktikum berlangsung.

4. Mahasiswa diharapkan dapat memahami, merencanakan, dan mengolah data yang di  peroleh di lapangan hingga pada hasil akhir.

(7)

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Pemetaan Batimetri

Batimetri adalah suatu ilmu yang mempelajari kedalaman dibawah air dan studi tentang tiga dimensi dasar laut atau danau. Dalam survei batimetri ini ada tiga kegiatan utama yang harus dilakukan, yaitu penentuan posisi, kedalaman, dan pasang surut untuk koreksi kedalaman. Di bawah ini akan dijelaskan masing-masing kegiatan yang harus dilakukan dalam survei batimetri.

Pertama, Penentuan posisi digunakan untuk mengetahui posisi titik yang diketahui kedalamannya. Biasanya penentuan posisi di laut ini menggunakan GPS. GPS itu sendiri adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat. GPS didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan 3 dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu diseluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orag secara simultan.

Prinsip atau konsep dasar penentuan posisi dengan GPS adalah pengukuran jarak (reseksi/ pengikatan kebelakang) ke beberapa satelit yang telah diketahui koordinatnya sekaligus secara simultan. GPS terdiri dari beberapa segmen utama, yaitu; segmen angkasa (space segement) yang terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai berupa al at-alat menerima sinyal GPS.

Kedua, Pengukuran kedalaman, pengukuran kedalaman dalam survei batimetri dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili keseluruhan daerah yang dipetakan. Pada titik-titik ini juga dilakukan penentuan posisi, titik-titik ini disebut titik fiks perum. Pada titik fiks ini juga dilakukan pencatatan waktu saat pengukuran kedalaman untuk koreksi pasut pada hasil pengukuran. Ada beberapa metoda yang dapat digunakan dalam  pengukuran kedalaman, yaitu; metoda mekanik, optik, atau akustik.

Ketiga, Pengamatan Pasut, pengamatan pasut digunakan untuk mengkoreksi hasil dari pengukuran kedalaman dan untuk prediksi pasang surut di masa mendatang di saat dan tempat tertentu. Pengamatan pasut dilakukan dengan mencatat atau merekam data tinggi muka air laut pada setiap interval waktu tertentu, biasanya setiap 15, 30 atau 60 menit. Rentang waktu pengamatan pasut yang lazim dilakukan adalah 15 atau 30 hari.

(8)

 pantai agar mudah diketahui kembali. Pengikatan stasiun pasut ini dilakukan dengan metoda pengukuran sipat datar untuk menentukan beda tinggi nol palem relatif terhadap BM.

II.2 Pemeruman (Sounding)

Pemeruman adalah proses dan aktivitas yang ditujukan untuk memperoleh gambaran (model) bentuk permukaan (topografi) dasar perairan (seabed surface). Proses  penggambaran dasar perairan tersebut (sejak pengukuran, pengolahan hingga visualisasi) disebut dengan survei batimetri. Model batimetri (kontur kedalaman) diperoleh dengan menginterpolasikan titi-titik pengukuran kedalaman bergantung pada skala model yang hendak dibuat.

Titik-titik pengukuran kedalaman berada pada lajur-lajur pengukuran kedalaman yang disebut sebagai lajur perum (sounding line). Jarak antar titik-titik fiks perum pada suatu lajur pemeruman setidak-tidaknya sama dengan atau lebih rapat dari interval lajur  perum.

Pengukuran kedalaman dilakukan pada titik-titik yang dipilih untuk mewakili keseluruhan daerah yang akan dipetakan. Pada titik-titik tersebut juga dilakukan  pengukuran untuk penentuan posisi. Titik-titik tempat dilakukannya pengukuran untuk  penentuan posisi dan kedalaman disebut sebagai titik fiks perum. Pada setiap titik fiks  perum harus juga dilakukan pencatatan waktu (saat) pengukuran untuk reduksi hasil  pengukuran karena pasut.

Desain Lajur Perum

Pemeruman dilakukan dengan membuat profil (potongan) pengukuran kedalaman. Lajur perum dapat berbentuk garis-garis lurus, lingkaran-lingkaran konsentrik, atau lainnya sesuai metode yang digunakan untuk penentuan posisi titik-titik fiks perumnya. Lajur-lajur  perum didesain sedemikian rupa sehingga memungkinkan pendeteksian perubahan kedalaman yang lebih ekstrem. Untuk itu, desain lajur-lajur perum harus memperhatikan

(9)

kecenderungan bentuk dan topografi pantai sekitar perairan yang akan disurvei. Agar mampu mendeteksi perubahan kedalaman yang lebih ekstrem lajur perum dipilih dengan arah yang tegak lurus terhadap kecenderungan arah garis pantai.

Dalam merencanakan kerapatan pemeruman, kondisi alam dasar laut dan persyaratan dari pengguna harus diperhitungkan, dengan maksud untuk menjamin kecukupan  penelitian.

Lajur perum utama sedapat mungkin harus tegak lurus garis pantai dengan interval maksimal 1 cm pada sekala survei. Jarak yang memadai antara lajur perum dari berbagai orde survei sudah diisyaratkan pada SP-44. Berdasarkan prosedur tersebut harus ditentukan apakah perlu dilakukan suatu penelitian dasar laut ataukah dengan memperapat atau memperlebar lajur perum.

Lajur silang diperlukan untuk memastikan ketelitian posisi pemeruman dan reduksi  pasut. Jarak antar lajur silang adalah 10 kali lebar lajur utama dan membentuk sudut antara

60o sampai 90o terhadap lajur utama. Lajur silang tambahan bisa ditambahkan pada daerag yang direkomendasikan atau terdapat keragu-raguan. Jika terdapat perbedaan yang melebihi toleransi yang ditetapkan (sesuai dengan ordenya) harus dilakukan uji lanjutan dalam suatu analisis yang sistematik terhadap sumber-sumber kesalahan penyebabnya. Setiap ketidak cocokan harus ditindaklanjuti dengan cara analisis atau survei ulang selama kegiatan survei berlangsung.

II.3 Echosounder

Echo sounder atau Gema Duga atau Echoloading adalah alat untuk mengukur kedalaman air dengan mengirimkan tekanan gelombang dari permukaan ke dasar air dan dicatat waktunya sampai echo kembali dari dasar air (Parkinson, B.W., 1996).

Prinsip kerjanya yaitu: pada transmiter terdapat tranduser yang berfungsi untuk merubah energi listrik menjadi suara. Kemudian suara yang dihasilkan dipancarkan dengan frekuensi tertentu. Suara ini dipancarkan melalui medium air yang mempunyai kecepatan rambat sebesar, v=1500 m/s. Ketika suara ini mengenai objek, misalnya ikan maka suara ini akan dipantulkan. Sesuai dengan sifat gelombang yaitu gelombang ketika mengenai suatu penghalang dapat dipantulkan, diserap dan dibiaskan, maka hal yang sama pun te rjadi  pada gelombang ini.

Ketika gelombang mengenai objek maka sebagian enarginya ada yang dipantulkan, dibiaskan ataupun diserap. Untuk gelombang yang dipantulkan energinya akan diterima oleh receiver. Hasil yang diterima berasal dari pengolahan data yang diperoleh dari

(10)

 penentuan selang waktu antara pulsa yang dipancarkan dan pulsa yang diterima. Dari hasil ini dapat diketahui jarak dari suatu objek yang deteksi.

Echosounder berdasar sinyal yg dipancarkan terdiri dari 2 macam yaitu : a. Single-Beam Echosounder 

Single-beam echosounder merupakan alat ukur kedalaman air yang menggunakan pancaran tunggal sebagai pengirim dan pengiriman sinyal gelombang suara. Komponen dari single-beam terdiri dari transciever (transducer atau receiver) terpasang pada lambung kapal. Sistem ini mengukur kedalaman air secara langsung dari kapal penyelidikan. Transciever mengirimkan pulsa akustik dengan frekuensi tinggi yang terkandung dalam  beam (gelombang suara) menyusuri bagian bawah kolom air. Energi akustik memantulkan sampai dasar laut dari kapal dan diterima kembali oleh tranciever. Transmiter menerima secara berulang-ulang dalam kecepatan yang tinggi sampai pada orde kecepatan milisekon. Range frekuensi single-beam echosounder relatif mudah untuk digunakan, tetapi hanya menyediakan informasi kedalam sepanjang garis trak yang dilalui oleh kapal (Urick , 1983).  b. Multi-Beam Echosounder 

Multi-Beam Echosounder merupakan alat untuk menentukan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Prinsip operasi alat ini secara umum adalah berdasar pada pancaran pulsa yang dipancarkan secara langsung ke arah dasar laut dan setelah itu energi akustik dipantulkan kembali dari dasar laut (sea bad), beberapa pancaran suara (beam) secara elektronis terbentuk menggunakan teknik pemrosesan sinyal sehingga diketahui sudut beam. Multi  beam echosounder dapat menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi (0,1 m akurasi vertikal dan krang dari 1 m akurasi horizontalnya) (Urick, 1983). Bagian-bagian Echosounder

a. Time Base : Time base berfungsi sebagai penanda pulsa listrik untuk mengaktifkan  pemancaran pulsa yang akan dipancarkan oleh transmitter melalui transducer.  b. Transmiter : Transmitter berfungsi menghasilkan pulsa yang akan dipancarkan.

c. Transducer : Fungsi utama dari transducer adalah mengubah energi listrik menjadi energi suara ketika suara akan dipancarkan ke medium dan mengubah energi suara menjadi energi listrik ketika echo diterima dari suatu target

d. Reciever : Receiver berfungsi menerima pulsa dari objek dan display atau recorder sebagai pencatat hasil echo

(11)

e. Recorder : Recorder berfungsi untuk merekam atau menampilkan sinyal echo II.4 Konsep Pengukuran Topografi

Peta topografi adalah jenis peta yang ditandai dengan skala besar dan detail, biasanya menggunakan garis kontur dalam pemetaan modern. Sebuah peta topografi biasanya terdiri dari dua atau lebih peta yang tergabung untuk membentuk keseluruhan peta. Sebuah garis kontur merupakan kombinasi dari dua segmen garis yang berhubungan namun tidak  berpotongan, ini merupakan titik elevasi pada peta topografi.

Pusat Informasi Peta Topografi Kanada memberikan definisi untuk peta topografi sebagai berikut:

Sebuah peta topografi adalah representasi grafis secara rinci dan akurat mengenai keadaan alam di suatu daratan.

Penulis lain mendefinisikan peta topografi dengan membandingkan mereka dengan  jenis lain dari peta, mereka dibedakan dari skala kecil "peta sorografi" yang mencakup

daerah besar, "peta planimetric" yang tidak menunjukkan elevasi, dan "peta te matik" yang terfokus pada topik tertentu

Karakteristik unik yang membedakan peta topografi dari jenis peta lainnya adalah  peta ini menunjukkan kontur topografi atau bentuk tanah di samping fitur lainnya seperti  jalan, sungai, danau, dan lain-lain. Karena peta topografi menunjukkan kontur bentuk tanah, maka peta jenis ini merupakan jenis peta yang paling cocok untuk kegiatan outdoor dari peta kebanyakan

(12)

BAB III PELAKSANAAN III.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Hari/tanggal : Selasa, 23 Mei 2017 Pukul : 07.00 –  18.00

Tempat : Tanjung Adikarto, Kulon Progo, DIY III.2 Alat dan Bahan

i. Pengukuran Batimetri Alat :

1. Fish Finder (transduser, monitor, GPS Receiver) 2. GPS RTK 3. ACCU 4. Barcheck 5. Router 6. Laptop 7. Bola plastik

Bahan : Data perencanaan pemeruman ii. Pengukuran Pasang Surut Alat :

1. Sipat Datar 2. Rambu Ukur 3. Palem

4. 1 set Valeport Tidemaster 5. Formulir Ukur

Bahan : Titik BM pengikatan pasang surut dan koordinatnya iii. Pengukuran Arus

1. 1 set Valeport Currentmeter 106 2. Alat penanda waktu (jam)

3. Formulir ukur

iv. Pengukuran Topografi Alat :

1. Satu set Total Station (Totalstation, Statif, Prisma) 2. Formulir ukur

3. 2 set GPS Geodetik ComNav T300

(13)

v. Pengolahan Data 1. Laptop

2. Software Pengolah Angka 3. Software ArcGIS

4. Software SURPAC 5. Software MatLab

6. Data pasut stasiun cilacap selama 30 hari III.3 Persiapan Survei

Adapun tahap persiapan pada pelaksanaan Kuliah Lapangan Survei Hidrografi 1 adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan peta rencana jalur pemeruman

- Mencari citra Tanjung Adikarto menggunakan Google Earth atau dari sumber

lain sebagai dasar dalam perencanaan lajur pemeruman

- Menandai dan menyalin titik-titik yang akan dijadikan sebagai koordinat titik

GCP untuk rektifikasi.

- Melakukan rektifikasi menggunakan softwareAutoCAD

- Membuat lajur utama dengan interval tertentu misalnya 1 cm x faktor skala - Membuat lajur silang dengan ketentuan jarak antar lajur maksimal 10 kali lajur

utama.

- Menyimpan file tersebut dalam format *.txt.

- Mentranformasikan nilai koordinat ke dalam Koordinat Geografis.

- Selanjutnya melakukan upload data pada Echosounder atau Echologger

dengan menggunakan kabel ke komputer

- Lakukan percobaan pemeruman dengan mengaktifkan Log On.

2. Pemasangan dan Instalasi Alat Untuk Pemeruman

- Menyiapkan perahu (vessel) yang akan digunakan untuk survei batimetri

menggunakan Echologger atau Echosounder.

- Memasang tranducer dan GPS alat pada perahu.

- Kemudian mengukur panjang draft tranducer berdasarkan hasil pemasangan

alat pada perahu.

- Menyambungkan kabel yang ada pada alat ke laptop.

- Kemudian memasukkan data rencana lajur pemeruman yang telah dibuat, dan

 pengumpulan data siap dilakukan.

(14)

- Memilih lokasi yang akan dijadikan sebagai station pengamat pasang surut, misalnya tepat di tepi perairan atau pelabuhan

- Memasang rambu ukur yang akan digunakan sebagai rambu pengamat pasut dengan cara menambatkannya pada tepi perairan dan titik nol rambu menyentuh dasar perairan .

- Kemudian menyambungkan sensor tide master dengan monitor alat menggunakan kabel dan port yang ada.

- Melakukan instalasi alat tide master di dekat rambu pasut dimana sensor diikatkan atau dilekatkan pada bambu atau sejenisnya, kemudian mengukur offset dari dasar ujung bambu bagian bawah ke sensor, kemudian meletakkan dan menambatkan bambu tersebut kebagian tepi perairan di dekat rambu pasut dengan ujung bambu menyentuh dasar perairan.

- Kemudian melakukan pengukuran beda tinggi antara titik pengamatan pasang surut dan benchmark aatau titik kontrol terdekat untuk integrasi sistem tinggi. - Kemudian pengumpulan data siap dilakukan.

4. Pemasangan dan Instalasi Alat Ukur Arus

- Memilih lokasi yang akan dijadikan sebagai station pengamatan arus, misalnya tepat di tepi perairan atau pelabuhan

- Kemudian melakukan instalasi alat current meter dengan menyambungkan monitor alat dan propeler (baling-baling) dengan menggunakan kabel dan port yang ada.

- Kemudian menambatkan kabel alat current meter pada ujung bambu atau sejenis dengan menggunakan alat perekat atau sejenisnya sebagai alat bantu agar penggunaan propeler untuk pengamatan arus dapatle bih mudah.

- Kemudian memasukkan alat propeler kedalam perairan dengan bantuan  bambu.

- Kemudian melakukan pengamatan arus permukaan pada station pengamat arus.

III.4 Pelaksanaan Survei

Adapun tahap pelaksanaan pada pelaksanaan Kuliah Lapangan Survei Hidrografi 1 adalah sebagai berikut :

1. Pelaksanaan Survei Pengukuran Kedalaman (Pemeruman)

- Menyiapkan perahu yang telah terinstalasi alat untuk pemeruman. - Menggunakan alat untuk keselamatan seperti pelampung.

(15)

- Kemudian naik ke perahu dan mengarahkan perahu ke daerah sekitar tengah  perairan.

- Mengaktifkan mode pengukuran pada alat pemeruman

- Kemudian melakukan pengukuran barcheck dengan titik kedalaman terte ntu. - Melepaskan pelampung pada dasar perairan kemudian mencatat koordinat dan

waktu saat pelampung dilepaskan.

- Kemudian melakukan proses pemeruman dengan mengarahkan kapal sesuai dengan lajur pemeruman yang telah dibuat.

- Setelaha proses pemeruman selesai, langkah selanjutnya yaitu kembali ke lokasi dimana pelampung berada, kemudian mengambil pelampung dan mencatat koordinat dan waktu saat pelampung dilepaskan.

- Kemudian kembali ke tepi perairan dan data hasil pemeruman dapat didownloada dan diolah.

2. Pelaksanaan Pengukuran Pasang Surut

- Melakukan persiapan pengumpulan data di station pengamat pasut dengan menyiapkan alat tulis dan sebagainya.

- Kemudian mencatat bacaan pada rambu ukur sesuai dengan ukuran yang ditunjukkan oleh permukaan air.

- Mencatat data pasut yang ditunjukkan oleh monitor alat tide master, kemudian menjumlahkan data tersebut dengan nilai offset alat yang diukur saat persiapan. - Kemudian melakukan pengamatan data pasut dengan interval waktu tiap 5 menit dimana data pada alat rambu ukur dan tide master diamati pada waktu yang bersamaan.

3. Pelaksanaan Pengukuran Arus

- Melakukan persiapan pengumpulan data di station pengamat pasut seperti menyiapkan alat tulis dan sebagainya.

- Meletakkan sensor propeler pada perairan kemudian melakukan pengukuran arus permukaan.

- Mencatat data hasil pengamatan arus yang ditunjukka pada monitor alat current meter dengan inerval waktu tiap 6 menit.

4. Survei Terestris

- Melakukan pengukuran kerangka kontrol pemetaan untuk pengukuran terestris dengan menggukana GPS metode RTK NTRIP.

(16)

- Untuk meyingkat waktu pengukuran detil juga dilakukan dengan menggunakan GPS metode RTK NTRIP yang diikatkan pada CORS BPN Kulonprogo.

III.5 Pengolahan Data Hasil Survei

A. Pengolahan Data Hasil Survei Batimetri

Adapun langkah pengolahan data hasil survei batimetri pada pelaksanaan Kuliah Lapangan Survei Hidrografi 1 adalah sebagai berikut :

1. Membuka data(.xls) hasil survei batimetri pada pelaksanaan kuliah lapangan. Adapun data praktikum tersebut terdiri atas waktu pengumpulan data (Time koordinat (Easting, Northing), dan kedalaman (Depth).

2. Langkah selanjutnya yaitu mencari data-data kosong (bernilai nol) pada kolom Depth. Kemudian melakukan proses interpolasi pada data tersebut dengan acuan nilai kedalaman sebelum dan sesudah kolom-kolom tersebut.

(17)

3. Langkah selanjutnya yaitu melakukan koreksi draft tranducer (D+Dt) dengan mengitung penjumlahan data Kedalaman (Depth) dengan nilai Draft Tranducer (Dt). Adapun nilai draft tranducer pada pelaksanaan kuliah lapangan yaitu 0.3 meter.

4. Kemudian membuat tabel untuk koreksi Barcheck yang berisi nilai Barcheck, kedalaman barcheck (d), dan penjumlahan kedalaman barcheck dengan draft tranducer (d+Dt).

5. Kemudian menghitung nilai Koreksi Barcheck (Y) dengan menggunakan prinsip Hitung Kuadrat Terkecil. Adapun persamaan pendekatan yang digunakan dalam tahap ini yaitu :

(18)

Dimana x merupakan penjumlahan data pada kolom Tranducer dengan Draft

Tranducer (d + Dt) dan a,b merupakan parameter yang akan dicari. Adapun langkah dalam Hitung Kuadrat Terkecil terhadap data tersebut adalah sebagai berikut :

- Menyusun matriks A (4x2) yang merupakan turunan persamaan (ax + b) terhadap  parameter a dan b, dan menyusun matriks L (4x1) yang merupakan data pada

kolom Barcheck.

- Kemudian menyusun matriks A transpose ( )

- Kemudian menghitung matriks   

(19)

- Menghitung matriks  

- Menghitung nilai ( )−1  

Dari hasil operasi matriks terakhir tersebut kemudian didapat nilai parameter yang dicari yaitu a = 1.01228 dan b = -0.04882.

6. Kemudian menghitung nilai Koreksi Barcheck (Y) untuk tiap data kedala man dengan rumus Y = ax + b, dimana x = data hasil koreksi draft tranducer (D+Dt).

(20)

7. Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan terhadap data pasang surut yang akan digunakan untuk acuan koreksi pasut. Adapun data pasut acuan yang digunakan untuk koreksi pasut yaitu data hasil pengamatan bacaan rambu ukur terhadap naik turunnya permukaan air. Adapun datanya adalah sebagai berikut :

Adapun data yang terdapat dalam tabel tersebut yaitu data Jam(H), Menit(M), Jam dalam desimal(H_des), tinggi permukaan air yang terbaca pada rambu (Rambu), dan tinggi permukaan air yang terbaca pada alat Pressure gauge. Dalam pelaksanaa kuliah

(21)

lapangan, data pengamatan pasut dicatat tiap interval 5 menit. Langkah selanjutnya yang harus dilakukan antara lain :

- Melakukan interpolasi terhadap data pasut untuk menghasilkan data pasut dengan interval 30 menit.

- Kemudian memilih salah satu data pada tabel nilai pasut sebagai data pasut a cuan dan menghitung selisih tiap data ketinggian pasut terhadap tinggi acuan tersebut. Misalkan tinggi pasut acuan yang digunakan yaitu data pada jam 10.00 dengan tinggi pasut 1.54 m.

(22)

Kemudian menghitung besar selang kenaikan tinggi air dengan menghitung selisih antara suatu data tinggi pasut dengan tinggi pasut setelahnya.

8. Langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai koreksi pasut dengan formula : Kor_Pasut = (Kor_BC) –  (Acuan) + ((T2-T1)/0.5) * Selang

 Keterangan

- Kor_Pasut = Koreksi Pasut - Kor_BC = Koreksi Barcheck

- Acuan = Beda tinggi data pasut terhadap tinggi acuan - T2 = Waktu pengukuran dalam desimal (H_des) - T1 = Waktu data pasut tiap checkpoint (Time_des) - Selang = selisih tinggi pasut dengan tinggi pasut setelahnya

Adapun proses koreksi pasut ini dilakukan untuk tiap checkpoint. Misalnya akan dilakukan koreksi terhadap data pada jam 10.33, maka koreksi dilakukan terhadap checkpoint data pasut pada jam 10.30.

(23)

Kemudian lakukan langkah yang sama untuk data pada tiap checkpoint berikutnya. 9. Langkah selanjutnya yaitu membawa data kedalam yang telah dilakukan koreksi

 pasut ke bidang acuan yaitu MSL (Mean Sea Level). Adapun nilai MSL didapat dari pengolahana data pasut dari station pengamat pasut terdekat dengan lokasi kuliah lapangan yaitu Station Cilacap. Pengolahan dilakukan menggunakan matlab. Adapun langkah-langkahnya untuk mendapatkan nilai MSL adalah sebagai be rikut :

- Menyalin data sensor rad (yang dipakai sebagai acuan pasut) pada Stasiun

(24)

- Kemudian membuka program MATLAB dan membuat script untuk perhitungan MSL sebagai berikut :

a. Menuliskan data input (.txt) yang sudah dibuat sebelumnya  b. Mendefinisikan waktu awal dan akhir pengamatan

c. Mendefinisikan interval pengamatan d. Menyimpan program (format .m)

- Klik icon Run ( ) untuk menjalankan program (file .txt dan file .m harus berada di folder yang sama). Kemudian setelah program berhasil dijalankan, akan muncul nilai x0. Nilai x0 merupakan MSL yang akan digunakan sebagai acuan yaitu 3.31.

10. Langkah selanjutnya yaitu mencari nilai beda elevasi antara tinggi pasut acuan pada tanggal 23 Mei 2017 (10:00) dan nilai rata-rata elevasi tinggi satu bulan (MSL). Karena data pasut masih menggunakan waktu UTC sedangkan pengukuran batimetri  pada waktu UTC+7, maka data pada jam 10:00 akan tercatat pada jam 03:00.

(25)

Beda Elevasi = pasut UTC 03:00 –  MSL

Adapun nilai beda elevasi antara tinggi pasut pada tanggal 23 Mei 2017 (09:07) dan nilai rata-rata elevasi tinggi satu bulan yaitu -0.182 m  MSL

11. Langkah selanjutnya yaitu menghitung nilai kedalaman terkoreksi (DEPTH) dengan mengurangi data hasil koreksi pasut dengan nilai beda elevasi terhadap MSL pada tanggal 23 Mei 2018 (10.00).

(26)

12. Langkah selanjutnya yaitu menyeleksi data koordinat (X,Y) dan kedalaman fix ke file(.xls) yang baru dengan format X, Y, dan Z. Dimana Z dirubah ke nilai minus untuk menujukkan data kedalaman. Kemudian data koordinat (X, Y, Z) tersebut disimpan dalam format CSV

B. Pengolahan Data Hasil Survei Terestris

Adapun langkah pengolahan data hasil survei batimetri pada pelaksanaan Kuliah Lapangan Survei Hidrografi 1 adalah sebagai berikut :

1. Mengumpulan semu data hasil pengukuran menggunakan GPS dan Total Station  pengamatan Terestris.

2. Kemudian mencari beda tinggi antara titik BM dengan dasar perairan dari  pengolahan hasil pengukuran beda tinggi. Kemudian didapat beda tinggi antara titik BM dengan dasar pelabuhan adalah 4,936. Adapun sketsa pengukuran beda tinggi pada pelaksanaan kuliah lapangan adalah sebagai berikut :

Keterangan :

- BM = Titik BM (Benchmark)

- 1 = Titik berdiri rambu

- 2 = Titik pada dasar perairan yang tersentuh rambu pasut. - ΔHBM,1 = Beda tinggi antara titik BM dan titik 1

- ΔH1,2 = Beda tinggi antara titik 1 dan titik 2

(27)

ΔHBM,dasar= ΔHBM,1 + ΔH1,2

3. Kemudian menghitung nilai beda tinggi titik BM terhadap MSL dengan cara mengurangi nilai ΔHBM,dasar dengan nilai tinggi pasut acuan pada jam 10:00 (muka

air laut sesaat). Hasilnya kemudian dijumlahkan dengan nilai beda elevasi pasut pada  jam 10:00 (UTC 03:00) dengan MSL. Adapun sketsa penghitungan beda tingginya

adalah sebagai berikut :

Keterangan :

- BM = Titik BM (Benchmark)

- Hpasut UTC 03:00 = Tinggi muka air hasil pengamatan rambu pasut pada jam

10:00

- ΔH pasut = Beda elevasi pasut acuan pada jam 10:00 (UTC 03:00)

dengan MSL

- ΔHBM,dasar = Beda tinggi antara titik BM dan dasar perairan

- ΔHBM,MSL = Beda tinggi antara titik BM dengan MSL

ΔHBM,MSL = ΔHBM,dasar

 - H

pasut UTC 03:00+ ΔHpasut

4. Langkah selanjutnya yaitu merubah acuan tinggi semua detil hasil survei terestris ke  bidang MSL dengan menjumlahkan semua data ketinggian pada detil dengan nilai

ΔHBM,MSL .

5. Langkah selanjunya yaitu menggabungan semua data detil hasil pengukurann GPS dan Total Station, kemudian merapikan distribusi datanya dengan urutan kolom X, Y, Z, ID, dan String. Kemudian simpan dalam format CSV.

(28)

6. Kemudian membuka software SURPAC, lalu memilih menu File  Import  Data from Many String. Kemudian kotak dialog Import coordinates from text file. Kemudian pada kolom Location, pilih file data CSV yang telah dibuat sebelumnya. kemduain klik Apply. Kemudian pada tampilan berikutnya, masukkan angka sesuai dengan urutan kolom pada file CSV, kemudian klik Apply. Pada tampilan berikutnya, masukkan angka sesuai dengan urutan lokasi kolom point ID, kemudian klik Apply. Kemudian akan muncul notifikasi bahwa koordinat telah berhasil diimpor dan file dengan format .str akan ditampilkan pada bagian Navigator.

7. Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan terhadap data .str detil hasil survei terestris dengan menggunakan fitur-fitur yang ada pada SURPAC sehingga tampak gambaran kenampakan detil yang sesuai dengan kondisi lapangan.

(29)

8. Membuat garis kontur dari titik spot height yang telah diukur dengan cara klik drop down menu Surfaces  DTM file functions  Create DTM from string file  pada  jendela Create a DTM from a string file memilih file yang akan dibuat konturnya 

(30)

9. Untuk menampilkan dan melakukan edit pada garis kontur, klik drop down menu Surfaces  Contouring  Contour DTM file  akan muncul kotak dialog Extract contour from a DTM  memilih file DTM sebelumnya dan menentukan interval kontur  Applyedit kontur 

10. Meng-convert data topografi dan data kontur (.str) ke dalam format .dwg 11. Membuka data dalam format .dwg dalam software ArcGIS

12. Melakukan export data sehingga data menjadi berformat .shp (shapefile)

C. Pengolahan Data Hasil pengamatan Arus

1. Menghitung nilai rata-rata kecepatan aru dari hasil pengamatan arus.

2. Menentukan arah arus dengan menggunakan acuan koordinat bola pelampung saat dilepaskan dan diambil pada permukaan air saat proses pemeruman. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut :

- Menyiapkan data koordinat dan waktu saat bola pelampung dilepaskan(start) dan diambil(end) pada permukaan air.

(31)

- Menghitung kecepatan arus menggunakan rumus sebagai berikut :  Menghitung perpindahan bola :

D12 = ((X2-X1)2+(Y2-Y1) 2)1/2  Menghitung kecepatan arus :

V = D12 /∆t 12

D. Plotting Data Hasil Sounding Menggunakan ArcGIS ArcMap 1. Membuka aplikasi ArcGIS ArcMap

2. Kemudian memasukkan data hasil sounding dengan memilih menu File  Add Data  Add XY Data. Lalu kotak dialog Add XY Data akan ditampilkan.

3. Kemudian klik ikon Browse . Kemudian pada kotak dialog Add, pilih data hasil sounding yang akan digunakan, kemudian klik Add.

4. Kemudian pada bagian Specify the fields for the X, Y, and Z coordinates, pilih x  pada kolom X Field, y pada kolom Y Field, dan z pada kolom Z Field. Kemudian tentukan pula sistem koordinat yang digunakan dengan memilih Edit pada bagian

(32)

Coordinate System of Input Coordinates. Kemudian klik OK. Maka data hasil sounding akan ditampilkan pada lembar kerja.

5. Langkah selanjutnya yaitu menampilkan ArcToolBox. Kemudian memilih 3D Analyst Tools   Raster Interpolation   IDW. Maka kotak dialog IDW akan ditampilkan.

6. Kemudian pada kotak dialog IDW, yang dilakukan yait u :

- Mengisikan data hasil pemeruman yang digunakan pada kolom Input point features

- Memilih z (Kedalaman) pada kolom Z value field

- Menentukan lokasi penyimpanan dan nama file hasil proses IDW pada kolom Output raster.

(33)

Kemudian tampilan data hasil proses IDW akan ditampilkan pada lembar kerja.

7. Langkah selanjutnya yaitu melakukan proses pemotongan hasil proses IDW menggunakan data batas area perairan dengan memilih Spatial Analyst Tools  Extraction   Extract by Mask. Kemudian kotak dialog Extract by Mask akan ditampilkan.

8. Kemudian pada kotak dialog Extract by Mask, yang dilakukan yaitu : - Memilih file hasil proses IDW pada kolom Input Raster.

- Memilih file (.shp) yang akan digunakan untuk melakukan pemotongan batas  perairan pada kolom Input raster of feature mask data.

- Menentukan lokasi penyimpanan dan nama file hasil proses Extract by Mask  pada kolom Output raster.

- Kemudian klik OK.

- Kemudian tampilan data hasil proses Extract by Mask akan ditampilkan pada lembar kerja.

(34)

9. Langkah selanjutnya yaitu membuat kontur dari file hasil proses Extrac t by Mask dengan memilih Spatial Analyst Tools  Raster Surface  Contour. Kemudian kotak dialog Contour akan ditampilkan.

10. Kemudian pada kotak dialog Contour, yang dilakukan yaitu :

- Memilih file hasil proses Extract by Mask pada kolom Input raster.

- Menentukan lokasi penyimpanan dan nama file hasil proses Contour pada kolom Output polyline features

- Menentukan nilai interval kontur pada kolom Contour interval. - Kemudian klik OK.

(35)

- Kemudian tampilan garis kontur hasil proses Contour akan ditampilkan pada lembar kerja.

11. Kemudian membuat titik kedalaman pada area pelabuhan dengan menggunakan data hasil pemeruman dengan langkah-langkah sebagai berikut :

- Klik kanan pada layer data hasil pemeruman kemudian pilah Opan Atribute Table. Kemudian tabel atribut data akan ditampilkan. Kemudian pilih semua data pada tabel tersebut.

- Kemudian klik kanan pada layer data hasil pemeruman. Pilih Data  Export Data. Kotak dialog Export Data akan ditampilkan.

- Kemudian tentukan nama dan lokasi penyimpanan data hasil ekspor. Kemudian klik OK, maka file hasil export akan dibuat.

- Kemudian memasukkan data titik kedalaman kedalam lembar kerja ArcGIS, kemudian menyeleksi titik-titik kedalaman yang akan ditampilkan hingga tampilannya tampak proporsional dengan tampilan kontur.

(36)

12. Langkah selanjunya yaitu memasukkan data(.shp) detil planimetris ke lembar kerja ArcGIS dengan menggunakan tools Add Data .

13. Langkah selanjutnya yaitu melakukan layouting terhadap data hasil Survei Batimetri dan Survei Terestris untuk membuat peta Batimetri.

(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil Pengukuran

a. Hasil Pengukuran Arus

Temperatur(oC) Kecepatan Arus(m/s) Kecepatan Maksimum(m/s) Cuaca 29.1 0,0 0,1 Cerah 29,4 0,1 0,1 Cerah 29,4 0,0 0,1 Cerah 29,6 0,0 0,1 Cerah 29,8 0,0 0,1 Cerah

Tabel IV.1 Hasil Pengukuran Arus

Pengukuran Arus dilakukan pada pagi hari dan sedang dalam kecepatan angin rendah sehingga ketinggian air masih rendah. Interval pengamatan yakni 6 menit dengan durasi 30 menit dan dilaksanakan di dekat stasiun pasut Pelabuhan Adikarto. Dan berdampak pada kecepatan arus yang sangat kecil, yakni 0,1 m/s dengan rata-rata 0,02 m/s. Kecepatan maksimum arus yaitu 0,1 m/s. Temperatur cenderung naik dari waktu ke waktu mulai dari 29,1 sampai 29,8 oC, dan bercuaca cerah.

 b. Pengukuran Pasang Surut

Waktu Tide Master Rambu 14:09 0,63 0,79 14:14 0,65 0,8 14:19 0,62 0,78 14:24 0,64 0,8 14:29 0,64 0,805 14:34 0,64 0,81 14:39 0,66 0,83 14:44 0,67 0,84

Tabel IV.2 Hasil Pengukuran Pasang Surut

Durasi pengukuran pasang surut adalah 35 menit sesuai dengan lama  pengukuran batimetri menggunakan kapal. Dan memiliki interval pengukuran selama 5 menit. Pengukuran dimulai pada pukul 14:09 sampai 14:44 WIB. Pembacaan tide master memiliki variasi kecil dengan rentang mulai dari 0,62-0,67.

(38)

Sedangkan pembacaan rambu yakni 0,79-0,84. Data pasang surut ini kemudian digunakan sebagai koreksi data pengukuran.

Data pasang surut diperhitungkan sebagai koreksi karena posisi kapal naik turun sesuai dengan tinggi permukaan air laut. Maksimal perbedaan tinggi  permukaan air laut yang dapat ditoleransi dan tidak dijadikan koreksi pasang surut adalah 40 cm. Namun karena pasang surut yang terjadi biasanya lebih dari angka tersebut. Maka, pasang surut dalam praktikum ini masih tetap diperhitungkan sebagai koreksi.

c. Data Pengukuran Batimetri

Data pengukuran batimetri didapatkan dari penyiaman menggunakan kapal dengan alat single beam echosounder yang dipasang di kapal. Data ini diambil sesuai dengan lajur yang dibuat pada pra-pengukuran. Kapal digerakkan sesuai dengan arah lajur yang dibuat. Kemudian data ini dikoreksikan terhadap data pasang surut.

IV.2 Perhitungan dan Pengolahan Data

Data yang didapatkan dari praktikum ini adalah data batimetri dan data topografi. Data batimetri diakuisisi dari peralatan echosounder sedangkan data topografi dari data GPS dan Total Station. Dari pengukuran tersebut pasti mengandung kesalahan sehingga perlu dilakukan koreksi kesalahan diantaranya koreksi barcheck dan koreksi draft transducer. Koreksi barcheck dilakukan karena pada saat pengukuran terdapat  pengaruh sifat fisis air dan cepat rambat gelombang dalam air. Hasil koreksi barcheck

diperoleh dengan mencari parameter perubahan nilai kedalaman yang dikoreksi menjadi nilai kedalaman sebenarnya(dari rantai bar) dari dari alat pengukuran. Sedangkan dilakukan koreksi terhadap kedalaman dari draft transducer karena kedalaman yang diperoleh tidak tepat dari permukaan air. Melainkan dari ujung draft transducer.

Setelah itu, kedalaman yang diperoleh dikoreksi terhadap tinggi muka air sesaat yang telah diukur sebelumnya pada pengamatan pasut karena pengaruh pasut yang terjadi akibat gaya tarik bulan maupun matahari. . Kemudian, membawa nilai kedalaman terhadap acuan (MSL) yang sebelumnya telah diolah terlebih dahulu menggunakan matlab. Terkadang pada saat pengukuran terdapat perbedaan waktu antara GPS dan Fishfinder. Oleh karena itu perlu dilakukan sinkronisasi waktu antara GPS dan Fishfinder untuk mencari data yang benar. Setelah didapatkan data kedalaman terkoreksi dan sinkron terhadap GPS maka data untuk membuat peta  bathimetri telah tersedia. Nilai data kedalaman dibuat minus karena nantinya data peta

(39)

 bathimetri akan digabungkan dengan peta topografi supaya data bisa match.  Hasil tinggi pengukuran GPS dan Total station yang dihasilkan merupakan tinggi dari Elipsoid. Pada pengolahan peta topografi tinggi yang digunakan adalah tinggi orthometrik karena akan digabungkan data topografi dan data bathimetri untuk disajikan dalam bentuk peta. Oleh karena itu sebelum melakukan pengolahan data topografi sebelumnya harus merubah terlebih tinggi ellipsoid ke tinggi orthometrik dengan mencari nilai undulasinya.

Data yang diperlukan dalam praktikum ini adalah data pasang surut, data arus, dan data pengukuran batimetri. Data pasang surut yang dipakai adalah data yang diambil dari Pelabuhan Cilacap karena jaraknya paling dekat dengan Pelabuhan Adikarto. Dari data pasang surut tersebut, diambil angka rata-rata untuk dicari data mean sea level-nya. Mean sea level ini kemudian digunakan sebagai acuan koreksi pasang surut. Sementara data arus tidak dipertimbangkan sebagai koreksi data pasang surut.

Pengolahan data arus:

Rerata kecepatan arus:ℎ    ℎ 

IV.3 Penyajian

Penyajian data dibuat dalam bentuk peta 2 dimensi berupa gabungan peta batimetri dan peta topografi menggunakan aplikasi perangkat lunak ArcGIS. Informasi tepi yang dibuat mencakup judul peta, skala numeris dan bentuk bar, orientasi arah utara, legenda,  pembuat peta, pembimbing, dan departemen. Gabungan dari peta batimetri dan peta topografi ini memerlukan acuan yang sama yakni tinggi orthometrik. Oleh karena itu ketinggian dari data Z GPS dan Total Station perlu disamakan dari acuan tinggi sebelumnya(ellipsoid).

(40)

Baik data topografi maupun batimetri memiliki interval kontur sebesar 0.5 m. Menurut U.S. Chart No.1, interval kontur untuk data batimetri adalah 0 m, 2 m, 5 m, dst. Akan tetapi karena area yang dipetakan dalam praktikum ini merupakan area  perairan dangkal, maka ditentukan interval kontur 0.5 m agar garis kontur dapat

(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Setelah pelaksanaan ssurvei bathimetri yang dilaksanan pada Selasa , 24 Mei 2017 di Pelabuhan Adikarto, Kulonprogo, D.I Yogyakarta dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Pelaksanaan pengukuran Bathimetri memerlukan persiapan dan perencanaan yang baik untuk hasil yang baik pula.

2. Pada saat pelaksanaan survei bathimetri diperlukan seorang navigator yang handal untuk mengarahkan kapal tetap pada jalur pemetaan.

3. Untuk membuat peta gabungan bathimetri dan topografi dibutuhkan data koordinat planimetris (X,Y) dan koordinat ketinggian (Z). Pada data koordinat ketinggian diperlukan penyamaan referensi ketinggian dengan membawa ketinggian data Total Station dan GPS (referensi ellipsoid) ke tinggi orthometrik. V.2 Saran

1. Mahasiswa melakukan perencanaan awal yang lebih matang dan melakukan download data hasil pengukuran.

2. Mahasiswa diharapkan lebih banyak kontak langsung dengan software yang akan digunakan untuk pengolahan data hasil pengukuran.

(42)

LAMPIRAN Data Lapangan

Dokumentasi Pelaksanaan Praktikum

Pengukuran Arus dengan Current Meter

Gambar

Gambar II. 1 Lajur Perum dan Titik Fix Perum
Tabel IV.1 Hasil Pengukuran Arus

Referensi

Dokumen terkait

Pengolahan data pasang surut muka air laut serta data peta bathimetry dipakai sebagai acuan perencanaan tinggi elevasi bangunan breakwater dan dermaga, dari perhitungan

Penentuan Tipe Pasut Konstanta harmonik pasut yang merupakan hasil dari pengolahan data pasut dapat digunakan untuk penentuan tipe pasut yang terjadi di suatu perairan dengan

Pasang surut selanjutnya disebut pasut adalah fenomena naik dan turunnya permukaan air laut secara periodik yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi benda – benda langit terutama Bulan

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pasang surut bulan Mei 2022 untuk mengetahui karakteristik pasang surut yang diolah menggunakan metode Least Square, data

Hasil prediksi pasang surut yang telah dilakukan selama 15 hari dengan input nilai hasil pengolahan modul Admiralty yaitu sembilan konstanta pasut dihasilkan

Data Pasang Surut Input Pasang Surut Kedalam Boundary Condition Peta RBI Rektifikasi Peta Digitasi Pelabuhan Peta Digital Pelabuhan Data Batimetri Pengolahan Data

Terdiri dari data pasang surut, angin dan gelombang serta data sedimentasi digunakan untuk menentukan elevasi muka air tertinggi/banjir yang dipakai sebagai acuan

Basis Data Arus Pasang Surut merupakan sebuah aplikasi yang dapat digunakan untuk menyimpan data-data pasang surut baik elevasi maupun arus yang kemudian dapat dilakukan