commit to user
65BAB V PENUTUP
Bagian kelima ini memuat tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan penelitian, implikasi, beberapa keterbatasan penulisan, serta saran yang direkomendasikan bagi penelitian selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan tentang pengaruh karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value
Added sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, hasil penelitian
tersebut kemudian disimpulkan sebagai berikut:
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya nilai perusahaan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya ukuran Dewan Komisaris yang ada pada perusahaan tersebut. UU No. 40 tahun 2007 menyebutkan Dewan Komisaris merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Ukuran Dewan Komisaris tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan disebabkan fungsi dewan komisaris yang merupakan pengawas tidak campur tangan terhadap operasi perusahaan sehingga tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Kusumastuti et al. (2007).
commit to user
2. Proporsi komisaris wanita secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, yang berarti semakin besarnya proporsi komisaris wanita berpengaruh pada turunnya nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian Carter et al. (2003) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris wanita dalam keanggotaan Dewan Komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak mendukung tentang tema keberagaman Dewan Komisaris sesuai dengan struktur teori stakeholder seperti yang dinyatakan oleh Branco dan Rodrigues (2008). Sikap dasar wanita adalah memiliki sikap yang cenderung menghindari risiko. Sisi inilah yang membuat wanita tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan. Untuk itu dengan adanya wanita didalam jajaran dewan komisaris, dapat membantu mengambil keputusan yang lebih tepat dan berisiko lebih rendah. Sebaliknya, bagi beberapa investor menganggap sikap wanita yang demikian justru akan menghambat proses investasi itu sendiri. Di Indonesia, keberadaan wanita dalam puncak manajemen masih dianggap remeh karena laki-laki dianggap lebih pantas menduduki jabatan penting dalam perusahaan (Kusumastuti et al., 2007).
3. Proporsi komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan, yang berarti semakin besarnya proporsi komite independen berpengaruh pada turunnya nilai perusahaan. Berdasarkan keputusan Direksi BEI nomor: KEP-399/BEJ/07 Pencatatan Efek Nomor I-A menjelaskan bahwa komisaris independen bertanggung jawab untuk mengawasi kebijakan dan tindakan direksi, dan memberikan nasehat
commit to user
kepada direksi jika diperlukan. OECD (2004) juga mengemukakan bahwa anggota komisaris independen dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pengambilan keputusan Dewan Komisaris. Mereka dapat membawa pandangan obyektif untuk evaluasi kinerja dewan dan manajemen. Komisaris independen juga dapat memainkan peran penting di daerah di mana kepentingan manajemen, perusahaan dan pemegang saham dapat terfokus misalnya pada remunerasi eksekutif, perencanaan, perubahan pengendalian perusahaan, merger dan akuisisi. Penelitian ini membuktikan bahwa selama ini keberadaan komisaris independen masih sebatas pada pemenuhan regulasi formal yang ditetapkan oleh pemerintah, belum mengarah pada optimalisasi peran serta tanggung jawab komisaris independen tersebut dalam mendukung pelaksanaan good Corporate
Governance. Tingginya proporsi komisaris independen berarti perusahaan
hanya menempatkan komisaris-komisaris yang berasal dari luar perusahaan, yang sebenarnya tidak menguasai core bisnis serta potensi-potensi yang dimiliki oleh perusahaan tersebut guna optimalisasi nilai perusahaan. Hasil penelitian mengenai proporsi komisaris independen dengan nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added tidak mendukung penelitian Kusumadevie (2013) yang menemukan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Bhagat dan Bolton (2008) yang menyebutkan bahwa proporsi komisaris independen berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini juga mendukung hasil penelitian
commit to user
Koerniadi dan Rad (2012), yang menemukan bahwa proporsi komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.
4. Jumlah rapat Dewan Komisaris secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin sering Dewan Komisaris dalam suatu perusahaan mengadakan rapat, maka akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Rapat Dewan Komisaris berfungsi sebagai media komunikasi formal anggota Dewan Komisaris dalam mengawasi proses Corporate Governance, memastikan bahwa
manajemen senior telah membudayakan Corporate Governance,
memonitor bahwa perusahaan patuh pada pedoman pelaksanaan perusahaan, mengerti semua pokok persoalan yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja keuangan atau non-keuangan perusahaan, memonitor bahwa perusahaan patuh pada tiap undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan mengharuskan auditor internal melaporkan secara tertulis hasil pemeriksaan Corporate Governance dan temuan lainnya. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Vafeas (2003), serta Brick dan Chidambaran (2007).
5. Ukuran Komite Audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini bermakna bahwa besar kecilnya ukuran Komite Audit tidak akan mempengaruhi nilai perusahaan. Investor selama ini melihat keberadaan Komite Audit hanya sebatas pada pemenuhan regulasi formal tentang
Corporate Governance, namun disisi lain investor melihat Komite Audit
commit to user
dan tanggung jawab terhadap perusahaan terkait pelakasanaan Corporate
Governance sepenuhnya. Hasil penelitian ini tidak mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Aldamen et al. (2012) dan Ojulari (2012), namun mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Murwaningsari (2009) yang menyatakan bahwa ukuran Komite Audit tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
6. Jumlah rapat Komite Audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa semakin sering Komite Audit dalam suatu perusahaan mengadakan rapat, maka akan meningkatkan nilai perusahaan tersebut. Komite audit yang melakukan pertemuan lebih banyak dalam satu tahun memiliki pengaruh dalam meningkatkan nilai perusahaan. Intensitas rapat komite audit menunjukkan kerja komite audit dalam melakukan pengendalian internal perusahaan. Berbagai bentuk pelanggaran terhadap peraturan dapat segera terdeteksi dan diselesaikan dalam rapat Komite Audit sehingga perusahaan berjalan sesuai dengan peraturan dan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Brick dan Chidambaran (2007), Ntim dan Osei (2011) dan Ojulari (2012).
7. Nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added menunjukkan bahwa rerata nilai perusahaan yang masuk peringkat Fortune 100 dari tahun 2011 - 2013 yang diambil sebagai sampel penelitian ini, memiliki rerata Market Value Added sebesar 9.991.057.067.013,33. Nilai Market
Value Added yang bertanda positif tersebut berarti bahwa rerata
commit to user
dari tahun 2011 2013 telah berhasil menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan menciptakan kekayaan yang substantial bagi pemegang saham.
5.2 Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis menyarankan bagi manajemen perusahaan untuk menerapkan Corporate Governance khususnya mekanisme pengendalian internal, agar tata kelola perusahaan dapat berjalan dengan baik dan tersistematis, terlebih mampu menjadi perusahaan yang memiliki nilai lebih di mata para pemegang saham, calon investor maupun pihak-pihak lain yang terkait dengan perusahaan. Karakteristik-karakteristik yang melekat pada Dewan Komisaris dan Komite Audit terbukti mempengaruhi nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added. Ukuran Dewan Komisaris, jumlah rapat Dewan Komisaris dan jumlah rapat Komite Audit berpengaruh positif terhadap
Market Value Added. Hal ini penting karena Market Value Added berkaitan
dengan kemakmuran para pemegang saham suatu perusahaan untuk jangka panjang. Ukuran Dewan Komisaris hendaknya disesuaikan dengan skala kompleksitas usaha untuk memaksimalkan nilai perusahaan. Rapat-rapat yang diadakan oleh Dewan Komisaris dan Komite Audit seharusnya bisa membawa manfaat terhadap optimalisasi nilai perusahaan.
Hasil lainnya dari penelitian ini adalah proporsi komisaris wanita ternyata secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi proporsi komisaris wanita dalam keanggotaan Dewan Komisaris, justru akan menurunkan
commit to user
nilai perusahaan. Perusahaan perlu mencermati berapa proporsi komisaris wanita yang sesuai yang akan bisa memberikan manfaat terhadap pembentukan nilai perusahaan. Proporsi ini tentu saja harus disesuaikan dengan skala usaha, industri tempat perusahaan tersebut beroperasi serta tidak lepas dari citra perusahaan itu sendiri. Proporsi komisaris wanita pada perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan kecantikan khusus wanita tentu saja akan berbeda dengan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan. Perusahaan harus cermat dan seksama dalam penentuan proporsi komisaris wanita dengan memperhatikan aspek sosiodemografi dari pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan tersebut.
Menurut hasil penelitian ini, proporsi komisaris independen secara signifikan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan
Market Value Added. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi proporsi
komisaris independen dalam keanggotaan Dewan Komisaris, maka nilai perusahaan akan semakin rendah. Perusahaan seharusnya lebih mengoptimalkan peran dan fungsi dari komisaris independen, tidak sebatas hanya pada pemenuhan regulasi formal.
Bagi pembaca dan pengguna, penelitian ini memberikan pandangan lain dari mekanisme pengendalian internal Corporate Governance dan pengukuran nilai perusahaanyang kebanyakan digunakan dalam penelitian-penelitian selama ini. Penelitian ini memfokuskan pada karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit sebagai bagian dari mekanisme pengendalian internal dari corporate
governace, serta menggunakan konsep Market Value Added sebagai alat ukur
commit to user
5.3 Keterbatasan
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added ini memang masih sangat jarang dilakukan, sehingga memiliki keterbatasan. Keterbatasan peneliti dalam mendapatkan informasi mengenai beberapa variabel independen mengenai proporsi komisaris wanita yang sangat terbatas karena beberapa perusahaan publik memang tidak semuanya memiliki komisaris wanita dalam Corporate Governance mereka. Jumlah perusahaan publik yang masuk peringkat Fortune 100 versi Majalah Fortune Indonesia tahun 2011 - 2013 adalah sebanyak 300. Dari jumlah tersebut, populasi yang memiliki komisaris wanita hanya 92 perusahaan publik. Untuk memenuhi syarat pengolahan data yang baik, didapatkan sampel sebanyak 75 perusahaan yang sesuai dengan kriteria penelitian.
5.4 Saran
Saran bagi penelitian berikutnya mengenai pengaruh karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Auditterhadap nilai perusahaan, antara lain:
1. Variabel independen sebagai variabel yang dapat menjelaskan variabel dependen, sebaiknya ditambahkan proporsi komisaris pria maupun tingkat pendidikan Dewan Komisaris untuk dibandingkan hasilnya. Penelitian mengenai pengaruh karakteristik Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value Added belum pernah ditemui penulis, oleh karena itu disarankan pada penelitian berikutnya untuk lebih memperdalam karakteristik lainnya dari Dewan
commit to user
Komisaris dan Komite Audit, serta menggunakan metode pengukuran nilai perusahaan lainnya misalnya Economic Value Added (EVA). Selama ini yang sering dilakukan penelitian-penelitian sebelumnya adalah meneliti pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan yang diukur
2. Jumlah rapat, baik rapat Dewan Komisaris maupun Komite Audit, terbukti secara signifikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Market Value added. Diharapkan untuk penelitian kedepan lebih memfokuskan pada rapat-rapat yang diadakan oleh
dewan-dewan maupun komisi-komisi dalam Corporate Governance dan
pengaruhnya terhadap pembentukan nilai perusahaan.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan model guna melakukan analisis uji pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan yang bisa diaplikasikan untuk masing-masing sektor industri.