• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS BUNGA KRISAN POTONG YELLOW FIJI SEBAGAI RESPON DARI APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS BUNGA KRISAN POTONG YELLOW FIJI SEBAGAI RESPON DARI APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

244

KUALITAS BUNGA KRISAN POTONG ‘YELLOW FIJI’ SEBAGAI

RESPON DARI APLIKASI 1-METHYLCYCLOPROPENE

Quality of cut flower of ‘yellow fiji’ as a respons of

1-methylcyclopropene application

Syariful Mubarok

E-mail: [email protected]

Laboratorium Hortikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran,

Jl. Raya Bandung – Sumedang Km.21 Jatinangor 40600. Tlp. 022-7796320. Fax. 022-7796316

ABSTRAK

1-Methylcycloprope (1-MCP) merupakan inhibitor untuk menghambat efek etilen yang dapat mempercepat penurunan kualitas bunga potong. Efek 1-MCP akan memberikan pengaruh yang berbeda pada setiap tanaman tergantung dari jenis tanaman dan konsentrasinya. Pe-nelitian ini dilakukan untuk mencari konsentrasi optimum 1-MCP untuk meningkatkan kualitas bunga krisan potong (Chrysanthemum morifolium) ’Yellow Fiji’. Penelitian dilakukan di Laboratorium Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran pada bulan Januari 2012. Metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakuan 1-MCP (0 µL L-1,0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1), semua perlakuan diulang

se-banyak tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian 1-MCP 0.25 µL L-1

sudah efektif mampu menghambat terjadinya perubahan warna bunga, mencegah pelayuan bunga dan memperpanjang kesegaran bunga krisan potong ’Yellow Fiji’.

Kata Kunci: 1-MCP, Etilen, dan Krisan.

ABSTRACT

1-Methylcycloprope (1-MCP) is an ethylene inhibitor used for preventing ethylene effect that can reduce postharvest quality of cut flowers. 1-MCP gives different effect in different species. The effect of 1-MCP depends on cultivars and active concentrations. The aim of this experiment was to find out the optimum concentration of 1-MCP in increasing postharvest quality of cutted chrysanthemum (Chrysanthemum morifolium) ’Yellow Fiji’. This experiment was cinducted in Horticulture Laboratory, Agriculture Faculty, Universitas Padjadjaran on January 2012. Randomized Coplete Design was used in this experiment with five treatments of 1-MCP concentrations (0 µL L-1,0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1) and repeated

thrice. The result showed that 1-MCP 0.25 µL L-1 was effective in preventing flower color

change, preventing flower wilt and increasing vase life of chrysanthemum cut flower’Yellow Fiji’.

Keywords: 1-MCP; Ethylene; Chrysanthemum.

PENDAHULUAN

Krisan (Chrysanthemum morifolium) merupakan tanaman hias terpopuler di Indonesia baik sebagai bunga potong atau bunga pot selain bunga mawar dan anggrek. Bunga krisan potong yang popular di Indonesia antara lain bunga krisan berbunga kuning yang salah satu-nya adalah krisan kultivar Fiji.

Penurun-an kualitas dPenurun-an kesegarPenurun-an bunga potong merupakan kendala yang paling banyak ditemukan. Penurunan kualitas dan ke-segaran bunga diakibatkan oleh be-berapa faktor yaitu suhu yang ekstrim, periode gelap yang lama, dan etilen (Rapaka et al., 2008). Etilen merupakan penyebab utama penurunan kualitas dan kesegaran bunga potong. Bunga

(2)

245

Pelargonium hortonum, Pelargonium

domesticum and Pelargonium peltatum layu

kurang dari 2 hari setelah diberi etilen 1 µL L-1 (Jones et al., 2001; Evensen, 1991;

Cameron and Reid, 2001).

Beberapa jenis inhibitor etilen banyak digunakan untuk meningkatkan kesegaran baik bunga potong atau bunga pot, diantaranya adalah 2,5-norbor-nadine (2,5-NBD), Diazocyclopentadine (DACP), STS and 1-MCP (Serek et al., 2006). Di antara etilen inhibitor tersebut 1-MCP merupakan jenis inhibitor yang paling banyak digunakan karena me-miliki kelebihan dibandingkan dengan inhibitor lainnya yaitu tidak bersifat racun dan efektif dalam konsentrasi rendah.

Efektivitas 1-MCP dalam men-cegah efek etilen tergantung dari jenis tanaman yang diberi 1-MCP, kon-sentrasi, durasi waktu pemberian, suhu, stadia pertumbuhan tanaman dan ke-dewasaan tanaman (Blankenship and Dole, 2003; Dole and Wilkins, 2005). Pada bunga Pelargonium, 1-MCP lebih efektif diberikan pada bunga muda dibandingkan bunga tua dalam mening-katkan kesegaran bunga (Evensen, 1991; Cameron and Reid, 2001) dan 1-MCP tidak efektif untuk meningkatkan umur kesegaran bunga bila diberikan pada bunga yang menuju senescenece (Kim et al., 2007).

BAHAN DAN METODE

Persiapan Alat dan Bahan

Percobaan dilaksanakan pada Bulan Januari 2012 di Laboratorium Hor-tikultura, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Bahan tanaman yang diper-gunakan adalah Bunga Krisan Potong

(Dendranthema grandiflora) ‘Yellow Fiji’

dengan kriteria warna bunga pada skala 2B menurut Color Chart Royal

Horti-cultural Society Fifth Edition dan sudut kulai mahkota bunga antara 75° - 80° terhadap garis vertikal tangkai bunga. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan lima perlakukan konsentrasi 1-MCP (0 µL L-1,0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75

µL L-1 dan 1 µL L-1) dan diulang

se-banyak tiga kali. Setiap perlakuan terdiri dari empat tangkai bunga.

Aplikasi 1-MCP

Sebelum diperlakukan dengan 1-MCP, tangkai bunga krisan dipotong untuk mendapatkan panjang tangkai bunga yang seragam yaitu 70 cm. Setelah tangkai bunga dipotong, bunga dima-sukkan ke dalam glass chamber yang ber-beda untuk diberi perlakuan dengan 1-MCP pada konsentrasi yang berbeda. Untuk lima perlakuan dan tiga ulangan dibutuhkan sebanyak 15 glass chamber

berisi masing – masing 4 kuntum bunga. Serbuk formulasi 1-MCP yang telah di-timbang untuk mendapatkan kon-sentrasi 0.25 µL L-1, 0.5 µL L-1, 0.75 µL L-1

dan 1 µL L-1 masing – masing

dimasuk-kan ke dalam glass chamber yang telah berisi bunga, sedangkan untuk kontrol (0 µL L-1) tidak diberi apa – apa. Beberapa

tetes air ditambahkan pada serbuk for-mulasi tersebut, kemudian glass chamber

ditutup rapat dan dibiarkan selama 6 jam.

Pengamatan Kualitas Bunga Potong

Setelah 6 jam diperlakukan dengan 1-MCP, bunga potong dikeluarkan dari dalam glass chamber dan dimasukkan ke dalam botol yang telah berisi air untuk merendam tangkai bunganya. Satu botol berisi satu tangkai bunga. Bunga potong yang telah disimpan di dalam botol, ke-mudian disimpan dalam ruangan untuk meihat kualitas dan lama kesegaran

(3)

246 bunga. Beberapa parameter yang diamati

yaitu:

1. Periode perubahan warna bunga (hari) dihitung mulai dari kriteria warna bunga awal saat panen atau saat mulai perlakuan dimana warna bunga pada skala 2B sampai bunga mengalamiperubahan warna menjadi skala 2C pada grup warna kuning Fan 1 berdasarkan standar Color

Chart Royal Horticultural Society

Fifth Edition.

2. Sudut kulai bunga diamati dengan menghitung sudut kulai mahkota bunga terhadap garis vertikal tangkai bunga. Sudut kulai bunga diamati pada saat bunga kontrol (tanpa per-lakuan 1-MCP) mengalami terjadi-nya perubahan warna bunga dari skala 2B ke 2C (Color Chart Royal Horticultural Society Fifth Edition). 3. Lama kesegaran bunga dihitung dari

kondisi sangat segar, dengan criteria warna bunga kuning cerah (skala 2B) dan mempunyai sudut kulai bunga <90°, sampai dengan bunga men-capai criteria layu atau kesegaran bunganya sudah hilang yang ditan-dai dengan perubahan warna bunga menjadi pudar (skala 2C) dan mem-punyai sudut kulai bunga >130°.

Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan, kemudian dianalisis meng-gunakan ANOVA pada taraf 5% pada program SPSS 17. Untuk melihat per-bedaan nilai rata – rata antar perlakuan diuji dengan menggunakan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf nyata 5%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis statistik menggunakan ANOVA menunjukkan bahwa

pem-berian 1-MCP memberikan pengaruh yang signifikan terhadap periode waktu perubahan warna bunga, sudut kulai mahkota bunga dan lama kesegaran bunga (p-value > 0.05). Perbedaan nilai rata – rata di antara perlakuan meng-gunakan uji Duncan pada taraf 5% me-nunjukkan bahwa periode waktu per-ubahan warna bunga (Gambar 1), sudut kulai mahkota bunga (Gambar 2) dan lama kesegaran bunga (Gambar 3) pada bunga krisan ’Yellow Fiji’ yang tidak di-beri 1-MCP (kontrol) secara signifkan berbeda nyata dengan bunga yang diberi perlakuan 1-MCP pada semua tingkatan konsentrasi yang berbeda. Akan tetapi diantara bunga yang diberi perlakuan 1-MCP tidak menunjukkan perbadaan yang nyata pada periode waktu per-ubahan warna bunga, sudut kulai mah-kota bunga dan lama kesegaran bunga krisan ’Yellow Fiji’.

Bunga yang tidak diberi 1-MCP, memiliki waktu perubahan warna bunga dari skala 2B ke 2C yang lebih cepat (9.3 hari) dibandingkan dengan bunga yang diberi perlakuan 1-MCP 0.25 µL L-1, 0.5

µL L-1, 0.75 µL L-1 dan 1 µL L-1 yang

masing – masing mempunyai periode waktu perubahan warna bunga masing – masing adalah 12.3 hari, 12.7 hari, 13.0 hari dan 12.7 hari (Gambar 1).

Perubahan warna mahkota bunga, merupakan gejala awal yang terjadi pada proses penuaan bunga. Hal ini terlihat dari terjadinya perubahan warna mah-kota bunga krisan ’Yellow Fiji’ selama proses penyimpanan dari skala 2B yang berwarna kuning cerah ke 2C yang ber-warna kuning pucat atau pudar. Perubahan warna mahkota bunga selama proses penuaan erat kaitannya dengan pengaruh etilen, karena etilen merupakan hormon yang sangat

(4)

ber-247

pengaruh terhadap proses penuaan pada tanaman. Hal ini terlihat dari bunga

Lupinus albifrons yang diberi etilen,

warna bunganya berubah menjadi lebih pudar (Stead and Reid, 1990). Dari grafik yang disajikan pada Gambar 1 dapat

terlihat bahwa pemberian 1-MCP dapat memperpanjangwaktu perubahan warna bunga 3 sampai 4 hari lebih lama diban-dingkan dengan bunga yang tidak diberi 1-MCP.

Gambar 1. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap periode perubahan warna bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.

Gambar 2. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap sudut kulai mahkota bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.

a

b

b

b

b

a

b

b

b

b

(5)

248

Selain proses perubahan warna

bunga menjadi lebih pudar, proses

penuaan bunga ditandai dengan

pe-layuan bunga yang diakibatkan oleh

hilangnya turgiditas sel bunga yang

pada akhirnya menyebabkan bunga

rontok (van Doorn, 2008). Pada

periode waktu penyimpanan, bunga

krisan ‘Yellow Fiji’ selain mengalami

proses perubahan warna bunga,

ter-lihat juga adanya proses pelayuan

bunga yang ditandai dengan layunya

mahkota bunga atau meningkatnya

sudut kulai bunga. Sudut kulai bunga

akan menentukan berapa besar

tingkat kelayuan bunga tersebut.

Gambar 2 menunjukkan derajat

sudut kulai bunga krisan ‘Yellow Fiji’

pada umur 9 hari setalah perlakuan

1-MCP. Dari gambar tersebut terlihat

bahwa pemberian 1-MCP secara

nyata dapat mencegah pelayuan

bunga krisan yang ditandai lebih

kecilnya sudut kulai bunga antara

7.5° - 10.8° dibandingkan dengan

bunga yang tidak diberi 1-MCP

(kontrol) yang mempunyai sudut

kulai bunga 121.7°.

Kualitas bunga potong tidak

lepas dari kriteria lama kesegaran

bunga atau lama waktu bunga

mekar. Lama waktu bunga mekar

merupakan waktu yang ditempuh

untuk bunga mekar mulai dari panen

sampai penampilan bunga sudah

tidak menarik atau layu. Pada

pe-nelitian ini, kriteria kesegaran bunga

krisan ‘Yellow Fiji’ sudah hilang

ke-tika warna bunga memudar dan

sudut kulai bunga lebih dari 130°.

Dari Gambar 3 terlihat bahwa

pem-berian 1-MCP secara nyata dapat

Gambar 3. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap lama kesegaran bunga krisan ’Yellow Fiji’. Grafik yang ditandai dengan huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% berdasarkan uji Jarak Berganda Duncan.

(6)

249

memperpanjang lama kesegaran

bunga krisan ‘Yellow Fiji’ antara 2 –

3.4 hari lebih lama dibandingkan

dengan bunga yang tidak diberi

1-MCP. Hal ini pun terlihat dari hasil

penelitian Kebenei et al.

(2003) yang

melaporkan bahwa 1-MCP secara

nyata dapat memperpanjang

kesegar-an bunga kalkesegar-ancu dkesegar-an

sweet pea

se-lama

4 hari lebih lama dibandingkan

dengan kontrol. Secara umum,

1-MCP dalam konsentrasi rendah (0.25

µL L

-1

) sudah mampu untuk

meng-hambat aktivitas etilen dengan

men-cegah penurunan kualitas hasil

bunga krisan ‘Yellow Fiji’. Kerja

1-MCP dalam menghambat aksi etilen,

diduga bahwa 1-MCP menempati

reseptor etilen sehingga etilen tidak

dapat terikat pada reseptornya (Sisler

and Serek, 2006). Selain itu 1-MCP

pun dapat menghambat biosintesis

etilen (Uthaichay, 2007). Ketidak

mampuan etilen untuk meng-ikat

re-septornya mengakibatkan etilen tidak

dapat memberikan respon terhadap

tanaman.

KESIMPULAN

Penggunaan 1-MCP pada konsentrasi

rendah 0.25 µL L

-1

sudah mampu

mempertahankan kualitas bunga

krisan potong ’Yellow Fiji’ dengan

cara menghambat terjadinya

per-ubahan warna bunga, mencegah

pe-layuan bunga dan memperpanjang

lama kesegaran bunga.

DAFTAR PUSTAKA

Blankenship, S., M. and J. M. Dole.

2003. 1-Methylcyclopropane: a

review. Postharvest Biol.

Technol. 28: 1 – 25.

Cameron, A., C. and M. S. Reid. 2001.

1-MCP blocks ethylene induced

petal abscission of

Pelargonium

peltatum

but the effect is

transients. Postharvest Biology

and Technol. 22: 169 – 177.

Dole, J., M. and H. F. Wilkins. 2005.

Floriculture: Principle and

Species 2nd edition. Pearson/

Prentice Hall, New Jersey, ISBN:

0-13-046250-0, pp. 726 – 739.

Evensen, K. B. 1991. Ethylene

responsiveness changes in

Pelargonium

X

domesticum

.

Physiologia Plantarum 82: 409 –

412.

Jones, M. L., E. S. Kim and S. E.

Newman. 2001. Role of ethylene

and 1-MCP in flower

develop-ment and petal abscission in

zonal

Pelargonium.

Hort. Science.

36(7): 1305 –1309.

Kebenei, Z., E.C. Sisler, T.

Winkel-mann. and M. Serek, M. 2003.

Efficacy of inhibitors of ethylene

perception in improvement of

display life of kalanchoe

(

Kalanchoe blossfeldiana

Poelln.)

flowers. Postharvest Biol. and

Tech. 78: 433–436.

Kim, H. J., R. Craig and K. M. Brown.

2007. Ethylene resistance of

Regal Pelargonium is

complemented but not replaced

(7)

250

by 1-MCP. Postharvest Biol.

Technol, 45: 66 –72

Rapaka, V. K., J. F. Faust, J. M. Dole

and E. R. Runkle. 2008.

Endo-genous carbohydrate status

affects postharvest ethylene

sen-sitivity in relation to leaf

sense-cence and adventitious root

formation in Pelargonium

cuttings. Postharvest Biology

and Technology, 48: 272 – 282.

Serek, M., E. J. Woltering, E. C. Sisler,

S. Frello and S. Srikandarajah.

2006. Controlling ethylene

res-ponses in flower at the receptor

level. Biotechnology Advances,

24: 368 – 381.

Steid, A.D. and M. S. Reid. 1990. The

effect of pollination and

ethylene on the colour change of

the banner spot of

Lupinus

albifrons

(bentham) flowers. Life

Sci. Annals of Bot. 66(6): 655 –

663.

Uthaichay, N, S. Ketsa and W.G. van

Doorn. 2007. 1-MCP

pretreat-ment prevents bud and flower

abscission in Dendrobium

orchids. Postharvest Biol. and

Tech. 43: 374–380

van Doorn, W. G and E. J. Woltering.

2008. Physiology and molecular

biology of petal senescence. J. of

Experimental Bot. 3: 1 – 28.

Gambar

Gambar 2. Pengaruh 1-MCP pada berbagai konsentrasi terhadap sudut kulai mahkota  bunga krisan ’Yellow Fiji’
Gambar 2 menunjukkan derajat  sudut kulai bunga krisan ‘Yellow Fiji’

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hasil analisa pada Tabel 4.49, maka dapat dikatakan bahwa alternatif pemanfaatan gas buangan dari sumur menjadi fuel gas penggerak pompa merupakan

Selama peneliti melakukan penelitian ternyata ketiga aspek yang diukur mengalami peningkatan. Peningkatan yang terjadi yaitu kemampuan guru dalam merencanakan

Pada Gambar A dapat dilihat tanaman dalam kondisi sehat dan tidak terserang penyakit, setelah dilakukan inokulasi pada tanaman tersebut terdapat perubahan warna pada daun (gambar

Dari hasil pengamatan, ternyata kinerja pertumbuhan kambing NE jantan muda yang diberi konsentrat dengan level protein dan energi berbeda (rasionya seimbang) mempengaruhi

Dari penelitian diatas dapat dilihat adanya pengaruh yang besar dari faktor lingkungan - yang mana berkaitan dengan bidang arsitektur- terhadap terbentuknya komunikasi yang baik

Silalahi dan Rumondang menyatakan keselamatan merupakan suatu usaha untuk mencegah setiap perbuatan atau kondisi tidak selamat yang dapat mengakibatkan kecelakaan

Diumumkan kepada mahasiswa FK-UII semester I, jadwal ujian Skills Practice Blok KBTI hari Selasa, 30 November 2010 :.  08.00-10.00 WIB Reading dan

Sehubungan dengan Berita Acara Klarifikasi dan Negoisasi Teknis dan Harga Nomor: 056/ BA/ Pej-PBJ 11/ APBD/ Distamben/ 2015 tanggal 07 September 2015, Berita Acara Hasil