• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN EVALUASI BERKENDARA (FEEDBACK) TERHADAP RISK DENIAL PADA PENGENDARA MOTOR DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN EVALUASI BERKENDARA (FEEDBACK) TERHADAP RISK DENIAL PADA PENGENDARA MOTOR DI JAKARTA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

181 PENGARUH PEMBERIAN EVALUASI BERKENDARA (FEEDBACK) TERHADAP RISK

DENIAL PADA PENGENDARA MOTOR DI JAKARTA

Evita Amalia Huskany1, Sunu Bagaskara2

1Mahasiswa FakultasPsikologi Universitas YARSI, Jakarta, Indonesia 2Dosen Fakultas Psikologi Universitas YARSI, Jakarta, Indonesia

evitahuskany@gmail.com sunubagaskara@gmail.com

ABSTRACT

Death caused by traffic accidents continue to be major concern of world. Recent data from Badan Pusat Statistik showed that Jakarta has become the third most the current accident as much occurrences 3.710, of 395 which involved motorcycles. The current study aimed to see giving a driving evaluation can reduce the risk denial on motorcyclists. A number of 50 bikers with an age range of 18-30 years old are involved in this experiment. First, the participants were asked to fill out questionnaires risk denial (pretest). This question asked how likely the participants involved accidents compared to others. Then, they were required to run a motorcycles simulation with a predetermined traffic scenario. Evaluation of the drive generated automatically by motorcycles simulation software after participants completed running the simulation. This evaluation was then conveyed to the participants. Finally, participants were asked to fill out scale risk denial (posttest). The results show that there is a decrease in risk denial score after intervention evaluation drive given. This finding indicates that simple intervention regarding the assessment of the behaviour of driving can reduce the possibility of the emergence of risky driving behaviors, which is ultimately expected to increase safety driving.

Keyword : Feedback, Honda Riding Trainer, Risk Denial, Rider

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah intervensi pemberian evaluasi berkendara dapat mengurangi risk

denial pada pengendara sepeda motor. Sejumlah 50 pengendara sepeda motor dengan rentang usia 18-30 tahun

terlibat dalam eksperimen ini. Pertama, para partisipan mengisi kuesioner risk denial (pretest) yang menanyakan seberapa besar kemungkinan dirinya terlibat kecelakaan dibandingkan dengan orang lain. Setelah itu, mereka diminta untuk menjalankan simulasi berkendara sepeda motor menggunakan simulator motor dengan sebuah skenario lalu - lintas yang telah ditentukan sebelumnya. Evaluasi berkendara dihasilkan secara otomatis oleh

PENGARUH PEMBERIAN EVALUASI BERKENDARA

(FEEDBACK) TERHADAP RISK DENIAL PADA PENGENDARA

(2)

182

software yang dihasikan dari simulator motor setelah partisipan selesai menjalankan simulasi. Evaluasi ini

kemudian disampaikan kepada partisipan. Setelah itu, partisipan mengisi kembali skala risk denial (posttest). Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat penurunan skor risk denial setelah intervensi evaluasi berkendara diberikan. Temuan ini menunjukkan bahwa intervensi sederhana mengenai penilaian perilaku berkendara dapat mengurangi kemungkinan munculnya perilaku berkendara yang berisiko, yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan keamanan saat berkendara.

Kata kunci : Evaluasi Berkendara, Risk denial, Pengendara Motor, Honda Riding Trainer, Pengendara Motor

PENDAHULUAN

Kematian yang disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas terus menjadi perhatian utama masyarakat dunia. Berdasarkan data World Health Organization (2015) posisi pertama kecelakaan lalu lintas yang terjadi dan mengakibatkan jumlah kematian terbanyak di dunia adalah negara Afrika. Tahun 2015 kecelakaan lalu lintas menjadi alasan utama kematian di dunia, terjadi pada rentang usia 15 – 29 tahun (World Health Organization, 2015). Indonesia menempati urutan ke 72 yaitu sebanyak 19,28% per 100.000 kejadian, namun Indonesia mengalami tingkat kematian yang diakibatkan oleh pengendara motor mencapai 36%.

Polda Metro Jaya mencatat lima pelanggaran dengan jumlah tertinggi di Indonesia yaitu pengendara motor yang tidak mempunyai SIM, mengemudi dengan keadaan tidak wajar, melanggar aturan batas kecepatan maksimum, dan tidak memberi isyarat saat akan belok atau balik arah. Kecelakaan lalu lintas paling banyak terjadi karena pengendara motor yang tidak memiliki SIM mencapai 7.230 kali kejadian (KORLANTAS POLRI, 2015). Menurut Polda Metro Jaya kecelakaan di Indonesia dari Juni 2014 sampai dengan Desember 2015 menunjukkan kenaikan sebanyak 6.706 kali kejadian. Jenis kendaraan di Indonesia yang sering mengalami kecelakaan adalah sepeda motor yaitu 31.037 kali kejadian (KORLANTAS POLRI, 2015). Badan Pusat Statistik mencatat Jakarta berada di posisi ke 3 terbanyak yang mengalami kecelakaan saat ini yaitu sebanyak 3.710 kali kejadian, 395 diantaranya adalah sepeda motor. Jakarta juga mengalami kenaikan jenis kendaraan sebesar 10,54% pertahunnya (Badan Pusat Statistik, 2015). Kecelakaan lalu lintas dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu faktor pengendara (manusia), lalu lintas, jalan, kendaraan dan lingkungan. Menurut Direktorat Jendral Perhubungan persentase faktor penyebab paling besar seseorang mengalami kecelakaan adalah faktor manusia yang mencapai 93,52% dalam kecelakaan, faktor jalan sebesar 3,25%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, dan faktor lingkungan sebesar 0,49% (dalam Vlahogianni, Yannis, & Golias, 2012).

(3)

183

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya faktor manusia merupakan faktor yang paling besar menyebabkan kecelakaan. Salah satu faktor yang mempengaruhi manusia dalam mengemudi adalah kognitif.Menurut McKenna dan Myers (1997) individu mempunyai persepsi yang susah diubah, terutama tentang keamanan yang dimiliki individu. Individu merasa bisa mengendalikan keadaan yang ada pada dirinya, konsep ini merupakan bagian dari optimism bias. Sedangkan dalam berkendara

optimsm bias dijelaskan sebagai driving optimism bias yaitu pengendara yakin bahwa orang lain

cenderung lebih berisiko kecelakaan dibandingkan dirinya (Weinstein, 1980).

Kelebihan kepercayaan diri pada seseorang mampu mengaburkan pola pikir seseorang terhadap rasa aman. Salah satu cara untuk mengurangi risk denial pada seseorang adalah menggunakan feedback. Dogan, Steg, Delhomme, dan Rothengatter (2012) melakukan penelitian untuk mengurangi tingkat kepercayaan diri pada seseorang, salah satunya menggunakan feedback. Penelitian ini membagi partisipan kedalam 2 kelompok (kelompok kontrol dan kelompok eksperimen) secara random lalu kelompok kontrol diberikan sebuah test yang mengukur seberapa baik kemampuannya dalam mengemudi dan tidak diberitahukan jika setelah test akan diberikan feedback, kelompok eksperimen diberikan sebuah test yang sama dan diberitahukan setelah mengisi test tersebut akan diberikan feedback. Hasilnya pada kelompok kontrol partisipan menilai kemampuannya lebih tinggi daripada kemampuan mereka yang sebenarnya, sedangkan kelompok eksperimen mendapatkan hasil yang rendah dari kemampuan mereka yang sebenarnya, partisipan merasa tidak puas dengan hasilnya karena menurut mereka hasil test yang diberikan kurang dapat dipercaya untuk mengukur seberapa mampu mereka dalam mengemudi, dan dengan diberitahukannya feedback setelah test partisipan merasa selama test berlangsung mereka merasa stres dan kurang maksimal dalam mengerjakan test tersebut. Dalam hal ini untuk mengukur kemampuan seseorang dalam mengemudi, hasil test yang diberikan secara feedback jauh lebih baik daripada hasil test secara angka atau skor saja, agar pengendara tidak terlalu melebih lebihkan kemampuan yang dimilikinya. Seperti yang sudah diuraikan di atas, pada penelitian sebelumnya risk denial menjadi salah satu hal yang mengakibatkan kecelekaan ketika mengemudi. Salah satu cara untuk menurunkan risk denial adalah dengan evaluasi berkendara (feedback) (Dogan dkk. , 2012). Penelitian – penelitian sebelumnya mempunyai keterbatasan seperti hanya mengukur kemampuan seseorang dalam mengemudi secara tertulis, dan tidak mengevaluasi secara baik dan benar. Pada penelitian yang peneliti lakukan salah satu instrument penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah simulator motor. simulator motor ini sebagai salah satu pengukuran yang dilakukan untuk mengukur seberapa mampu seseorang dalam mengemudi. Simulator motor akan mengeluarkan hasil berupa angka dan juga deskripsi kesalahan atau hal hal yang perlu diperbaiki pada pengendara. Hasil deksripsi berupa kesalahan atau hal - hal yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan pada pengendara dijadikan sebagai feedback pada penelitian ini, karena kelebihan pada penelitian sebelumnya telah membahas jika feedback yang diberikan setelah adanya pengukuran dalam mengemudi jauh lebih baik daripada hanya memberikan hasil test berupa skor atau angka. Hipotesis alternatif dari penelitian ini terdapat pengaruh feedback terhadap risk denial pada

(4)

184

pengendara motor di Jakarta dan untuk hipotesis nol tidak terdapat pengaruh feedback terhadap risk

denial pada pengendara motor di Jakarta.

Risk denial adalah individu yang kurang memiliki motivasi untuk berperilaku aman, individu itu

menganggap kejadian buruk tidak akan menimpa mereka dan merasa dirinya akan terus terlindungi. (Weinstein, 1982).

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah eksperimental dengan desain penelitian

within-subject. Peneliti menggunakan desain penelitian ini, karena pengaruh VB terhadap VT diketahui dari

perbedaan skor VT sebelum perlakuan dan setelah perlakukan diberikan. Berdasarkan jumlah kelompok yang akan diteliti, peneliti menggunakan desain satu kelompok. Sehingga desain penelitian ini adalah Within-subject One-group Design Pretest dan Posttest. Untuk membandingkan skor sebelum perlakuan (pretest) dan sesudah perlakukan (posttest) diberikan metode analisis data dalam penelitian ini, adalah paired sampel t test.

Sampel yang akan digunakan adalah sejumlah 50 pengendara motor di Jakarta dengan beberapa karakteristik sampel yang akan dijadikan partisipan adalah sebagai berikut :

 Jenis kelamin : Pada penelitian ini peneliti mennggunakan partisipan laki – laki. Karena, pada penelitian yang dilakukan oleh Harre, Foster, dan O'Neill (2005) laki – laki lebih menggangap diri mereka lebih baik dalam kemampuan mengemudi.

 Usia : Berdasarkan World Health Organization (2015) Tahun 2015 kecelakaan lalu lintas menjadi alasan utama kematian didunia terjadi pada rentang usia 15 – 29 tahun. Pada penelitian ini peneliti menggunakan partisipan dengan umur 17 – 30 tahun.

 Memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) C : Pada penelitian ini partisipan diharuskan sudah memiliki SIM C karena menurut Polda Metro Jaya salah satu pelanggaran dengan jumlah tertinggi di Indonesia yaitu pngendara motor yang tidak mempunyai SIM (KORLANTAS POLRI, 2015).

Simulator Motor

Simulator motor yang digunakan dalam penelitian ini memiliki tempat duduk, handlebar, pedal, akselerator, brakers, lampu sign, dan klakson. Skenario setiap perjalanan akan ditampilkan pada layar monitor 19 in. Layar monitor akan ditempatkan di depan pengendara dengan jarak normal, berkisar 80 cm. Dalam simulator motor ini, fitur-fiturnya menyerupai motor pada umumnya. Handlebar akan memberikan respon yang haptic dan mekanis. Kecepatan, penggunakan lampu sign, kaca sepion kanan/kiri akan ditampilkan dalam layar. Loudspeakers telah terpasang secara otomatis dalam layar monitor.

Skenario dalam simulator didesain untuk melatih dinamika dan kemampuan dalam berkendara, termasuk kewaspadaan akan situasi dijalan, persepsi bahaya, asesmen risiko, kewaspadaan terhadap pejalan kaki dan konflik pada saat macet. Situasi berbahaya biasanya berasal dari kendaraan yang secara tiba - tiba muncul (mobil atau motor) dari arah lain dan rintangan - rintangan lain dijalan. Setiap

(5)

185

data yang dihasilkan dari penggunaan simulator akan menampilkan data grafik dan perhitungan yang spesifik mengenai hasil perjalanan setiap skenarionya. Pada penelitian ini, pilihan motor dan rute perjalanan telah ditentukan sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk salah satu bentuk kontrol dalam penelitian. Terdapat juga hasil evaluasi berbentuk reka adegan perjalanan yang telah dilakukan, dengan penjelasan pada setiap situasi berbahaya yang ditampilkan, hasil evaluasi berupa nilai skor dari setiap rintangan yang diberikan dalam bentuk abjad dari A-D, nilai skor total keseluruhan rintangan diberikan dalam bentuk abjad dari A-D, kesalahan ketika terjadi rintangan diberikan, apa saja yang terjadi ketika pengendara mendapatkan rintangan, dan apa saja yang harus diperbaiki dalam mengemudi dikemudian hari. Pada penelitian ini hasil evaluasi tersebut digunakan untuk perlakuan pada partisipan.

Risk denial partisipan akan diukur menggunakan skala pengukuran yang di adaptasi dari

penelitian Moen (2007) yaitu kepercayaan diri pengendara. Penelitian ini diukur menggunakan skala likert. Dua contoh dari aitem – aitem yang akan digunakan adalah : “If I should become involved in an accident it will most likely not be my fault”, “I know exactly how fast I can drive and still drive safely”.

ANALISIS DAN HASIL

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 50 pengendara motor laki – laki di Jakarta dan memiliki SIM C. Seluruh partisipan dalam penelitian ini memiliki rentang usia dari 18 – 30 tahun (M = 22, 86 tahun, SD = 3,17). Partisipan mempunyai pengalaman berkendara dari 2 – 17 tahun (M = 7,72 dan SD = 3,35). Durasi berkendara partisipan selama seminggu 2 – 70 jam peminggu (M = 21,52 SD = 17,32). Selama 2 tahun terakhir paling banyak partisipan mengalami kecelakaan sebanyak 3 kali

(M = 0,58, SD = 0,75).

DISKUSI

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental mengenai pengaruh evaluasi berkendara terhadap

risk denial pada pengendara motor. Pada penelitian ini evaluasi berkendara (feedback) digunakan

sebagai reinforcement untuk mengurangi risk denial yang ada dalam diri individu. Hasil pada penelitian ini menunjukan bahwa pemberian evaluasi berkendara yang diberikan secara verbal dan terperinci yang didasari oleh hasil dari evaluasi simulatormdapat mempengaruhi penurunan risk denial

Variabel Min Max Mean Standar Deviasi

Usia (tahun) 18 30 22,86 3,17 Pengalaman berkendara (tahun) 2 17 7,72 3,35 Durasi berkendara perminggu (jam) 2 70 21,52 17,32 Selama 2 tahun terakhir mengalami kecelakaan 0 3 0,58 0,75

(6)

186

secara signifikan. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya hasil total pretest dan posttest setelah diberikan evaluasi berkendara (feedback) dan hasil dari t test paired sampel. Evaluasi (feedback) yang diberikan dapat mempengaruhi partisipan secara signifikan salah satunya karena pastisipan sudah lebih realistis dalam menilai risiko bahaya yang ada pada dirinya. Hal inipun terbukti dari hasil pengisian tambahan posttest, hasilnya 76% dari partisipan percaya pada evaluasi yang dihasilkan dari simulator.

Hasil penelitian ini didukung oleh beberapa penelitian terdahulu mengenai penurunan risk denial dengan menggunakan iklan keselamatan mengemudi yang dilakukan oleh (Harre dkk. , 2005). Hasilnya pemberian iklan keselamatan mengemudi dapat menurunkan risk denial. Penelitian lain yang telah menggunakan feedback untuk mengurangi risk denial pada pengemudi adalah Dogan dkk. (2012) hasilnya pemberian evaluasi (feedback) dapat menurunkan risk denial pengendara. Merujuk dari 2 penelitian sebelumnya, penurunan risk denial sudah banyak dilakukan penelitian, namun hasil evaluasi (feedback) hanya diperoleh dari hasil kuisioner bagaimana partisipan saat mengemudi dan iklan keselamatan mengemudi. Partisipan merasa tidak puas dengan hasilnya karena menurut mereka hasil

test yang diberikan kurang dapat dipercaya untuk mengukur seberapa mampu mereka dalam

mengemudi, dan dengan diberitaukannya feedback setelah test partisipan merasa selama test berlangsung mereka merasa stress dan kurang maksimal dalam mengerjakan test tersebut (Dogan dkk. , 2012).

Mengatasi kekurangan dari penelitian sebelumnya, penelitian ini menggunakan simulator motor sebagai salah satu cara untuk menilai bagaimana pengendara ketika berkendara dan juga hasil evaluasi yang dihasilkan dari simulator dijadikan bahan untuk mengevaluasi partisipan. Simulator motor ini memiliki berbagai kelebihan untuk digunakan sebagai instrumen penelitian, diantaranya adalah mudah untuk dioperasikan dan merupakan alat diagnostik yang tepat untuk melihat perilaku dalam berkendara (Haworth, Symmons, & Kowadlo, 2000). Menurut Liu, Hosking, Bayly, Mulvihill, dan Lenne (2008) pada penelitiannya interaksi antara pengendara dan simulator sangat tinggi karena pengendara dapat secara visual mendeteksi bahaya dari monitor, pengendara dapat langsung berinteraksi layaknya motor yang sebenarnya dan skenario skenario yang sudah ada dapat memudahkan jalannya penelitian. Hasil evaluasi yang diberikan oleh simulator berupa nilai skor dari setiap rintangan yang diberikan dalam bentuk abjad dari A-D, nilai skor total keseluruhan rintangan diberikan dalam bentuk abjad dari A-D, kesalahan ketika terjadi rintangan diberikan, apa saja yang terjadi ketika pengendara mendapatkan rintangan, dan apa saja yang harus diperbaiki dalam mengemudi dikemudian hari.

Terdapat sejumlah keterbatasan dalam penelitian ini salah satunya adalah desain penelitian

within subject design tidak memiliki kelompok pembanding untuk melihat efektifitas perlakuan.

Adapula keterbatasan lain seperti partisipan merasa bosan dengan kuisioner yang sama, dan adanya

sequencing effect yakni partisipan melakukan kegiatan dua kali sehingga pada pengisian posttest

partisipan sudah terbiasa dan merasa lebih berpengalaman (Seniati, Yulianto, & Setiadi, 2011). Namun

(7)

187

dimiliki peneliti maupun partisipan, relatif lebih relevan dalam mengukur hasil eksperimen karena perlakuan benar - benar dialami oleh satu kelompok partisipan saja, dan lebih mudah untuk mengontrol validitas internal seperti kesamaan karakterstik pada partisipan.

Adapun keterbatasan lain penelitian ini adalah pemberian prettest dan posttest dilakukan dengan segera akan menimbulkan efek testing karena partisipan berusaha untuk mengingat atau mempelajari jawaban sebelumnya. Hal ini akan membuat efek belajar pada partisipan dan partisipan akan berusaha mengingat kembali jawaban pada pretest. Namun, pada penelitian ini pretest dan posttest tetap dilakukan karena alasan kesederhanaan metodologis, keterbatasan tempat dan waktu yang disediakan. Keterbatasan berikutnya dari penelitian ini instrumen penelitian yaitu skenario - skenario pada simulator diproyeksikan ke monitor pada PC (personal computer) tampilan pada monitor PC relatif kecil dari pada jarak pandang pengendara yang sebenarnya ketika dijalan dan pada simulator beberapa skenario bahaya muncul secara bertahap dan terus menerus tidak sama seperti pengalaman mengemudi yang sebenarnya (Liu dkk. , 2008). Mengingat pengambilan data kejadian sebenarnya akan sulit untuk mengontrol variabel sekunder, maka penggunaan simulator dinilai sebagai jalan keluar yang lebih efektif. Keterbatasan simulator motor yang lain adalah pada penelitian eksperimen yang dilakukan (Liu dkk. , 2008). Skenario - skenario pada simulator tidak dapat dimodifikasi untuk memenuhi kriteria pada penelitan tersebut untuk itu pengembangan penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan peralatan yang lebih baik dari pada simulator motor yang digunakan pada penelitian ini. Dalam penelitian ini, partisipan diberikan kuisioner sebelum perlakuan (pretest) dan setelah diberikan perlakuan (posttest). Dari hasil pengukuran tersebut terdapat perbedaan Mean skor risk

denial sebelum perlakukan (pretest) dan setelah perlakuan (posttest). Hasil total skor, Mean partisipan

sebelum perlakuan (pretest) 30,86 (N = 50, SD = 2,84, S.E = 0,40) dan setelah perlakuan (posttest) 28,66 (N = 50, SD = 2,87, S.E = 0,40). Berdasarkan analisis uji t paired sample dari perbadaan skor tersebut, menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (t (49) = -5,882 (p < 0,05)). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara signifikan terdapat penurunan skor risk denial pada partisipan setelah diberikan evaluasi berkendara (feedback). Dengan kata lain pemberian evaluasi berkendara (feedback) dapat menurunkan kecenderungan seseorang untuk menilai risiko ketika mengemudi secara lebih realistis.

KESIMPULAN

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa evaluasi berkendara (feedback) berpengaruh terhadap

risk denial pada pengendara di Jakarta secara signifikan. Individu yang memiliki risk denial yang

rendah akan lebih realistis dalam memandang risiko ketika mengemudi karena evaluasi berkendara (feedback) yang diberikan merubah persepsi individu mengenai risiko ketika mengemudi. Jika individu sudah merubah persepsi mengenai resiko ketika mengemudi maka kecenderungan kecelakaan lalu lintas akan menurun. Jika dilakukan penelitian selanjutnya, gunakan beberapa instrument baru yang lebih baik dan tidak hanya meneliti pada daerah Jakarta saja. Jika dilakukan penelitian lebih

(8)

188

lanjut, dapat melakukan pengulangan pretest dan posttest setelah 2 minggu kemudian untuk mengukur kembali risk denial yang dimiliki partisipan. Pengendara motor sebaiknya tidak memiliki sifat - sifat yang tidak terpuji seperti tidak memiliki SIM, mau mengakui kesalahan ketika sedang berkendara dan mau belajar dari kesalahan masa lalu.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2015). Statistik transportasi DKI Jakarta: BPS Provinsi DKI Jakarta.

Dogan, E., Steg, L., Delhomme, P., dan Rothengatter, T. (2012). The effects of non-evaluative feedback on drivers' self-evaluation and performance. Accident Analysis and Prevention, 45, 522-528. doi: 10.1016/j.aap.2011.09.004

Harre, N., Foster, S., dan O'Neill, M. (2005). Self-enhancement, crash-risk optimism and the impact of safety advertisements on young drivers. British Journal of Psychology, 96, 215-230. doi: 10.1348/000712605X36019

Haworth, N., Symmons, M., dan Kowadlo, N. (2000). Hazard perception by inexperienced

motorcyclists. Australia: Monash University Accident Research Centre.

KORLANTAS POLRI. (2015). Kecelakaan di Indonesia selama triwulan terakhir. Retrieved 3 April 2015

Liu, C., Hosking, S., Bayly, M., Mulvihill, C., dan Lenne, M. G. (2008). Hazard perception and

responding by experienced and inexperienced motorcyclists. Paper presented at the

proceedings of the Australasian Road Safety Research, Policing, and Education Conference. Adelaide.

McKenna, F. P., dan Myers, L. B. (1997). Illusory self-assessments-Can they be reduced? British

Journal of Psychology, 88(1), 39-51. doi: 10.1111/j.2044-8295.1997.tb02619.x

Moen, B.-E. (2007). Determinants of safety priorities in transport – The effect of personality, worry, optimism, attitudes and willingness to pay. Safety Science, 45(8), 848-863. doi: 10.1016/j.ssci.2006.08.020

Seniati, L., Yulianto, A., dan Setiadi, B. N. (2011). Psikologi Eksperimen. Jakarta: PT. Indeks.

Vlahogianni, E. I., Yannis, G., dan Golias, J. C. (2012). Overview of critical risk factors in Power-Two-Wheeler safety. Accident Analysis and Prevention, 49, 12-22. doi: 10.1016/j.aap.2012.04.009

Weinstein, N. D. (1980). Unrealistic optimism about future life events. Journal of Personality and

Social Psychology, 39(5), 806-820. doi: 10.1037/0022-3514.39.5.806

Weinstein, N. D. (1982). Unrealistic optimism about susceptibility to health problems. Journal of

Behavioral Medicine, 5, 441-460. doi: 10.1007/bf00845372

Referensi

Dokumen terkait

Retribusi Pasar semula diatur dengan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkta II Solok Nomor 13 Tahun 1992 tentang Retribusi atas Transaksi Balik Nama, Kontrak

Dari hasil uji t terdapat tingkat signifikan pada variabel independen yaitu Realisasi Belanja Daerah memiliki nilai sebesar 0.041 lebih kecil dari tingkat

Berdasarkan jenis sindrom nefrotik, hasil penelitian ini menunjukan bahwa bahwa distribusi jenis sindrom nefrotik pada penderita sindrom nefrotik yang mengalami

Berdasarkan paparan diatas, dapat disimpulkan bahwa konseling islami adalah layanan bantuan konselor kepada klien/konseli untuk menumbuh-kembangkan kemam- puannya dalam memahami

Manakala dapatan yang diperoleh daripada pelajar tahun 1 dan tahun 4 menunjukkan nilai min yang sama di mana responden menunjukkan nilai yang positif menyatakan mereka memilih

produk dari mesin perlu diketahui sehubungan telah digunakan selama 8 x 5 x 4 x 8 x 21 = 26460 jam, untuk melengkapi Dokumen Kualitas Produk, maka produk mesin

Dengan menerapkan metode Naïve Bayes Classifier pada Aplikasi Prediksi Penyebaran Wabah Penyakit ISPA, aplikasi ini dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

Implementasi kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah kebijakan yang bertujuan memberikan