• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI IN VITRO TANAMAN POTENSIAL ANTIUROLITHIASIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI IN VITRO TANAMAN POTENSIAL ANTIUROLITHIASIS"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

UJI IN VITRO

TANAMAN POTENSIAL ANTIUROLITHIASIS Dewi Sartika1, Fitmawati2, Yusfiati2

1

Mahasiswa Program Studi S1 Biologi, FMIPA-UR

2

Dosen Jurusan Biologi FMIPA-UR

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau Kampus Bina Widya Pekanbaru, 28293, Indonesia

email: dedeu27@gmail.com ABSTRACT

Urolithiatic is a kidney stone disorder caused by urine substance accumulation in a stone formation. This study aimed to screen 4 plant species (Hibiscus tilliacues Linn.,

Orthosiphon lamineus Benth., Persea americana Mill. and Tristaniopsis whiteana

Griff.) that have antiurolithiatic potency by in vitro test and to select the best plant for antiurolithiatic. The study had been conducted from January to June 2013. The parameters of this study were the characteristic of solution extract, phytochemical test and the mean of calcium oxalate melting-time. The result of plant screening by in vitro

test, showed that Tristaniopsis whiteana was the best plant for antiurolithiatic with the mean of 42 minutes and 12 seconds of calcium oxalate melting-time. Based on the extract solution, ethanolic solvent was the best solution extract than other solvents.

Tristaniopsis whiteana extracted by ethanolic solvent with the mean of calsium oxalate

melting-time (34 minutes and 40 seconds) will be used for further study in rats by in vivo test. The ethanolic extract of Tristaniopsis whiteana has brown light colour on solution extract and has phytochemical compounds such as flavonoid, tanin, alkaloid, fenol, steroid/terpenoid content.

Key words : Antiurolithiasis, calsium oxalate melting-time, Hibiscus tilliacues,in vitro

test, Orthosiphon lamineus, Persea americana, Tristaniopsiswhiteana. ABSTRAK

Urolithiasis merupakan penyakit batu ginjal yang disebabkan oleh adanya akumulasi zat-zat yang terkandung di dalam urine sehingga membentuk seperti batu. Penelitian ini bertujuan untuk menskrining 4 jenis tumbuhan (Hibiscus tilliacues, Orthosiphon

lamineus, Persea americana dan Tristaniopsis whiteana) yang berpotensi untuk

antiurolithiasis melalui uji in vitro, sehingga diperoleh satu jenis tumbuhan terbaik yang potensial. Waktu penelitian dimulai bulan Januari hingga Juni 2013. Parameter yang diamati meliputi karakteristik larutan, penapisan fitokimia, rerata waktu peluruhan kalsium oksalat. Berdasarkan hasil skrining secara in vitro diperoleh Tristaniopsis

whiteana adalah satu-satunya tanaman potensial untuk antiurolithiasis dengan waktu peluruhan kalsium oksalat yaitu 42 menit 12 detik. Berdasarkan ekstraktornya, etanol merupakan jenis pengektrak terbaik dibandingkan pengektrak lainnya. Tristaniopsis

(2)

2

whiteana yang diekstrak menggunakan etanol dengan rerata waktu peluruhan kalsium oksalat (34 menit 40 detik) akan digunakan untuk penelitian lanjutan secara in vivo pada tikus putih. Ekstrak etanol Tristaniopsis sp memiliki karakter larutan berwarna cokelat muda (10Y L.3 7.5/6) dengan berat kering sebesar 5,36 gram setelah diuapkan menggunakan rotary evaporator serta kandungan fitokimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, fenol dan steroid/terpenoid.

Kata Kunci : Antiurolithiasis, Hibiscus tilliacues, uji in vitro, Orthosiphon lamineus,

Persea americana Tristaniopsis whiteana, waktu peluruhan kalsium

oksalat.

PENDAHULUAN

Urolithiasis merupakan penyakit batu ginjal yang disebabkan oleh adanya

akumulasi zat-zat yang terkandung di dalam urine sehingga membentuk seperti batu. Batu ginjal tersusun atas mikrolit-mikrolit yang memadat yang dapat tumbuh membesar (Fuadi 2009). Menurut Wijaya dan Darsono (2005), permasalahan batu ginjal berada pada urutan ketiga setelah infeksi saluran urine dan masalah prostat. Penanganan dan pengobatan batu ginjal dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pengangkatan batu dari ginjal dan saluran kemih dengan operasi dan penggunaan tetumbuhan sebagai obat herbal. Tetumbuhan sudah digunakan secara turun-temurun dan sudah menjadi kearifan lokal suatu daerah. Penggunaan tanaman obat lebih aman dikonsumsi daripada obat-obatan sintetik karena tidak mempunyai efek samping yang cukup berbahaya bagi tubuh.

Berdasarkan bukti empiris, diketahui terdapat berbagai tanaman yang berpotensi sebagai agen antiurolithiasis antara lain, daun waru (Hibiscus tilliaceus Linn.), daun kumis kucing (Orthosiphon lamineus Benth.), daun alpukat (Persea americana Mill.) dan daun Tristanopsis whiteana. Namun demikian, hanya sebagian kecil yang telah dibuktikan secara ilmiah kebenarannya. Sementara itu, uji perbandingan (comparative test) tanaman obat antiurolithiasis tersebut belum diungkap dan tanaman obat

antiurolithiasis terbaik belum diketahui.

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk menskrining empat jenis tetumbuhan yang berpotensi sebagai antiurolithiasis dan mengetahui satu jenis tumbuhan potensial terbaik sebagai antiurolithiasis dalam meluruhkan batu ginjal paling cepat sehingga bisa diaplikasikan ke masyarakat sebagai salah satu obat alternatif baru dalam mengatasi permasalahan penyakit batu ginjal.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2013 hingga Juni 2013. Pengambilan sampel tumbuhan dilakukan di beberapa tempat di daerah Pekanbaru. Pembuatan jenis ekstrak alami dan rebusan dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau, sedangkan pembuatan jenis ekstrak etanol dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Riau. Uji fitokimia ekstrak tumbuhan dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Uji in vitro

(3)

3

jenis ekstrak tumbuhan terhadap peluruhan batu kalsium oksalat dilakukan di Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau. Analisis hasil parameter pengamatan berupa karakter jenis larutan ekstrak, penapisan fitokimia dan rerata waktu peluruhan jenis ekstrak tanaman.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan selama penelitian adalah penangas air, gelas ukur, timbangan digital, maserator, rotary evaporator, gelas piala, batang pengaduk, ayakan, corong, petridisch, botol selai, stopwatch, kamera digital dan alat tulis untuk mencatat selama penelitian. Bahan yang digunakan selama penelitian adalah daun alpukat, daun waru, daun pelawan, daun kumis kucing, etanol absolut 95%, dan aquades.

Rancangan Penelitian

Penelitian dilaksanakan secara eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan, yaitu uji kelarutan kristal kalsium oksalat terhadap air rebusan daun, uji kelarutan kristal kalsium oksalat terhadap ekstrak alami daun dan uji kelarutan kristal kalsium oksalat terhadap ekstrak etanol daun dengan 3 ulangan dari keempat tetumbuhan sehingga dihasilkan 36 unit percobaan.

Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian meliputi pengambilan dan pengumpulan tetumbuhan, pembuatan simplisia, pembuatan ekstrak larutan uji dan uji in vitro peluruhan batu kalsium oksalat terhadap jenis ekstrak tumbuhan yang digunakan.

Determinasi dan Pengumpulan Daun

Semua tumbuhan dibawa ke Laboratorium Botani Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau untuk memastikan bahan coba adalah benar-benar jenis tanaman yang akan di uji coba. Bagian yang digunakan adalah daun yaitu daun yang sudah dewasa. Pembuatan Simplisia

Semua daun tanaman yang di uji coba dibersihkan dari kotoran yang menempel, kemudian dibilas dengan air mengalir hingga bersih lalu ditiriskan, selanjutnya dikeringkan dengan cara didingin-anginkan atau dijemur dibawah sinar matahari dengan ditutup plastik hitam. Setelah kering, sampel dibersihkan kembali dari kotoran yang mungkin masih tertinggal saat pencucian. Setelah bersih dari kotoran, dilakukan penyerbukan dan pengayakan menggunakan ayakan sehingga didapat serbuk daun, kemudian disimpan dalam wadah bersih dan tertutup rapat (Ditjen POM 2000).

Pembuatan Ekstrak Alami, Rebusan dan Etanol

Pembuatan ekstrak alami daun dilakukan dengan memblender 100gr daun dalam 200ml air sebagai pelarut, kemudian hasil blender disaring lalu disimpan di dalam botol bersih tertutup rapat dan disimpan di dalam refrigerator. Pembuatan ekstrak rebusan daun dilakukan dengan merendem 100 gram daun dalam 200ml sebagai pelarut yang dipanaskan hingga mendidih (100ºC) menggunakan penangas air selama 15 menit. Sedangkan pembuatan ekstrak etanol daun dilakukan dengan menambahkan etanol absolute 95% ke dalam 100gr serbuk daun hingga seluruh sampel terendam dan pelarut

(4)

4

dilebihkan setinggi kurang lebih 2 cm di atas permukaan serbuk. Toples ditutup dan direndam selama 2 × 24 jam dan dilakukan pengadukan sesekali kemudian ditampung dalam wadah dan diganti pelarutnya setiap hari. Hasil dari maserasi diuapkan dengan alat rotary evaporator (40ºC dan 50 rpm) a hingga didapat ekstrak kering dari daun (Ditjen POM 2000).

Uji in Vitro Terhadap Peluruhan Batu Kalsium Oksalat

Pengujian dilakukan dalam beberapa tahapan perbandingan, yaitu kelompok 1 adalah uji peluruhan 1 gram batu kalsium oksalat dalam 2ml ekstrak rebusan; kelompok 2 adalah uji peluruhan 1 gram batu kalsium oksalat dalam 2ml elstrak alami; dan kelompok 3 adalah uji peluruhan 1 gram batu kalsium oksalat dalam 2 ml ekstrak etanol yang sudah dibuat suspensi menggunakan CMC. Masing-masing kelompok dilakukan 3 ulangan sehingga diperoleh waktu peluruhan dari masing-masing kelompok, kemudian didapat rerata waktu peluruhan yang akan dianalisis statistik uji ANOVA two ways.

Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan seluruhnya setelah uji in vitro selesai dilakukan, kemudian data dianalis menggunakan metode ANOVA untuk menentukan perbedaan yang nyata atau tidak diantara kelompok perlakuan. Apabila terdapat perbedaan, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan α : 0.05. Nilai probabilitas (p) < 0.05 diterima sebagai hal yang berbeda nyata, sedangkan apabila (p) > 0.05 maka diterima sebagai hal yang tidak berbeda nyata (Mattjik and Sumertajaya 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Ekstrak Daun

Ekstrak daun yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak alami daun, ekstrak rebusan daun dan ekstrak etanol daun. Masing-masing dari ke empat jenis daun diantaranya daun waru (Hibiscus tilliaceus Linn.), daun kumis kucing (Orthosiphon

lamineus Benth.), daun alpukat (Persea americana Mill.) dan daun Pelawan

(Tristanopsis whiteana). diekstraksi dengan menggunakan pelarut yang berbeda sesuai

dengan jenis ekstrak yang dibutuhkan.

Berdasarkan hasil ekstrak alami yang diperoleh dari masing-masing jenis daun yang digunakan terdapat beberapa perbedaan warna (Gambar 1.A) dan bau yang diperoleh secara organoleptik. Ekstrak alami daun waru dihasilkan sebanyak 125ml dengan karakter larutan yang kental berwarna cokelat tua (7.5YR S.1 6.5/12) dan berbau harum, ekstrak alami daun kumis kucing dihasilkan sebanyak 175ml dengan karakter larutan berwarna cokelat tua (5Y B.2 8.5/12) dan berbau busuk dan menyengat, ekstrak alami daun alpukat dihasilkan sebanyak 125ml dengan karakter larutan berwarna cokelat muda (5Y P 9/6) dan berbau busuk menyengat, sedangkan daun pelawan diperoleh 100ml filtrat alami dengan karakter larutan berwarna cokelat muda (5Y Vp.2 9/2) dan berbau harum.

(5)

5

A B C

Gambar 1. Jenis ekstrak; (A) ekstrak alami daun, (B) ekstrak rebusan daun dan (C) ekstrak etanol daun (Sumber: Dokumentasi pribadi)

Keterangan: (a) daun Hibiscus tilliaceus, (b) daun Orthosiphon lamineus, (c) daun

Persea americana dan (d) daun Tristaniopsis whiteana.

Berdasarkan hasil ekstrak rebusan yang diperoleh dari masing-masing jenis daun yang digunakan terdapat beberapa perbedaan warna (Gambar 1.B) dan bau yang diperoleh secara organoleptik. Ekstrak rebusan daun waru dihasilkan sebanyak 175ml dengan karakter larutan berwarna cokelat tua (5Y B.2 8.5/12) dan berbau harum seperti halnya ekstrak alami, ekstrak rebusan daun kumis kucing dihasilkan sebanyak 110ml dengan karakter larutan berwarna cokelat sedang (5Y B.2 8.5/12) dan berbau busuk dan menyengat, ekstrak rebusan daun alpukat dihasilkan sebanyak 125ml dengan karakter larutan berwarna cokelat muda (5Y p 9/6) dan berbau harum, sedangkan ekstrak rebusan daun pelawan dihasilkan sebanyak 150ml dengan karakter larutan berwarna cokelat muda (5Y P 9/6) dan berbau busuk menyengat.

Berdasarkan hasil ekstrak etanol yang diperoleh dari masing-masing jenis daun yang digunakan tidak terdapat perbedaan warna diantara ekstrak kering daun tetapi perbedaan warna diperoleh pada saat melakukan perendaman serbuk daun (Gambar 1.C) sebelum diuapkan menggunakan rotary evaporator. Rendeman etanol daun waru berwarna hijau tua (7.5GY S.1 6.5/10) menghasilkan 3.65 gram ekstrak kering

(semisolid), rendeman etanol daun kumis kucing berwarna hijau muda terang (7.5 GY

B.2 7.5/10) menghasilkan 2.86 gram ekstrak kering, rendeman etanol daun aloukat berwarna cokelat tua (2.5GY S.2 7/10.5) menghasilkan 3.98 gram ekstrak kering, sedangkan rendeman etanol daun pelawan berwarna cokelat muda (10Y L.3 7.5/6) menghasilkan 5.36 gram ekstrak kering.

Penapisan Fitokimia

Uji fitomikia dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengidentifkasi keberadaan golongan senyawa metabolit sekunder, terutama golongan senyawa flavonoid dan saponin yang memiliki peran penting dalam proses peluruhan dan pelarutan batu ginjal.

Uji flavonoid ekstrak alami daun menunjukkan hasil positif pada daun waru, kumis kucing, alpukat dan pelawan. Namun, uji saponin ekstrak alami daun menunjukkan hasil positif hanya pada ekstrak alami daun kumis kucing dan alpukat, sedangkan pada ekstrak alami daun waru dan pelawan uji saponin menunjukkan hasil

(6)

6

negatif (Tabel 1.). Ekstrak alami daun waru mengandung flavonoid, tanin, fenol dan steroid/terpernoid. Ekstrak alami daun kumis kucing mengandung flavonoid, fenol, tanin, dan saponin. Ekstrak alami daun alpukat mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, fenol dan tanin. Sedangkan ekstrak alami daun pelawan mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan fenol.

Tabel 1. Kandungan fitokimia ekstrak alami daun

Hasil Uji Ekstrak Alami Daun

Waru Kumis Kucing Alpukat Pelawan

Flavonid + + + + Saponin - + + - Alkaloid - - + + Tanin + - + + Fenol + + + + Steroid/Terpenoid + - - -

Hasil Uji Ekstrak Rebusan Daun

Waru Kumis Kucing Alpukat Pelawan

Flavonid + + + + Saponin - + + - Alkaloid + - + + Tanin + + + + Fenol + + + + Steroid/Terpenoid - - - -

Hasil Uji Ekstrak Etanol Daun

Waru Kumis Kucing Alpukat Pelawan

Flavonid + + + + Saponin + - + - Alkaloid + + + + Tanin - + - + Fenol - + + + Steroid/Terpenoid + + + +

Uji flavonoid ekstrak rebusan daun menunjukkan hasil positif pada daun waru, kumis kucing, alpukat dan pelawan. Namun, uji saponin ekstrak rebusan daun menunjukkan hasil positif hanya pada ekstrak rebusan daun kumis kucing dan alpukat, sedangkan pada ekstrak rebusan daun waru dan pelawan uji saponin menunjukkan hasil negatif (Tabel 1.). Ekstrak rebusan daun waru mengandung flavonoid, tanin, fenol dan alkaloid. Ekstrak rebusan daun kumis kucing mengandung flavonoid, fenol, tanin, dan saponin. Ekstrak rebusan daun alpukat mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, fenol dan tanin. Sedangkan ekstrak rebusan daun pelawan mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan fenol.

Uji flavonoid ekstrak etanol daun menunjukkan hasil positif pada daun waru, kumis kucing, alpukat dan pelawan. Namun, uji saponin ekstrak etanol daun menunjukkan hasil positif hanya pada ekstrak etanol daun waru dan alpukat, sedangkan pada ekstrak etanol daun kumis kucing dan pelawan uji saponin menunjukkan hasil negatif (Tabel 1.). Ekstrak etanol daun waru mengandung flavonoid, alkaloid, saponin dan steroid/terpenoid. Ekstrak etanol daun kumis kucing mengandung flavonoid, alkaloid, fenol, tanin, dan steroid/terpenoid. Ekstrak etanol daun alpukat mengandung

(7)

7

flavonoid, saponin, alkaloid, fenol dan steroid/terpenoid. Sedangkan ekstrak etanol daun pelawan mengandung flavonoid, alkaloid, tanin, dan fenol dan steroid/terpenoid.

Wong et al. (2008) dan Dalimartha (2004) berpendapat bahwa daun waru (H. Tilliaceus) mengandung saponin, flavonoid, polifenol, dan tanin. Kandungan kimia daun kumis kucing (O. lamineus) mengandung alkaloid, saponin, flavonoid dan polifenol (Sudarsono et al. 1996). Prihatman (2000) mengungkapkan bahwa daun alpukat mengandung saponin, alkaloid, flavonoid, dan polifenol. Sedangkan Utama (2001) menyatakan bahwa kulit batang pelawan mengandung flavonoid dan terpenoid. Uji in vitro peluruhan batu ginjal

Uji in vitro yang telah dilakukan terhadap 4 jenis daun, yaitu waru, kumis kucing,

alpukat dan pelawan dengan perlakuan yang berbeda-beda diperoleh waktu rata-rata tercepat dan terlama dalam meluruhkan batu kristal kalsium oksalat. Berdasarkan skrining 4 jenis daun dalam meluruhkan batu kristal kalisum oksalat secara in vitro

diperoleh bahwa tanaman pelawan sebagai tanaman potensial antiurolithiasis terbaik dalam meluruhkan batu kristal kalsium oksalat, diikuti oleh kumis kucing, waru da alpukat berturut-turut.

Tabel 2. Rataan waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan tanaman

Tanaman Waktu

Hibiscus tilliaceus 1:48:21.763b

Orthosiphon lamineus 1:46:35.001b

Persea americana 1:56:02.484b

Tristaniopsis sp 0:42:12.473a

Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0.05)

Tabel 2. menunjukkan bahwa pelawan terdapat perbedaan bermakna antara tanaman lain karena memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat (42 menit) dibandingkan dengan tanaman kumis kucing, waru dan alpukat sehingga dijadikan sebagai tanaman potensial antiurolithiasis terbaik (P<0.05). Sedangkan tanaman kumis kucing, waru dan alpukat tidak terdapat perbedaan bermakna antara masing-masing tanaman perlakuan (P<0.05). Rerata waktu peluruhan tercepat kedua diperoleh dari tanaman kumis kucing (1 jam 46 menit), diikuti oleh rerata waktu peluruhan tercepat ketiga diperoleh dari tanaman waru (1 jam 48 menit) dan rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat yang paling lama diperoleh dari tanaman alpukat (1 jam 56 menit).

(8)

8

Berdasarkan diagram yang ditunjukkan pada Gambar 2. tanaman pelawan menempati urutan terendah rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat (kurang dari 1 jam) baik dalam hal ekstrak rebusan, alami dan etanol apabila dibandingkan dengan tanaman alpukat, kumis kucing dan waru. Sedangkan urutan tertinggi rerata waktu peluruhan batu kalsium untuk ekstrak etanol diperoleh dari tanaman alpukat (kurang dari 2 jam 30 menit), urutan tertinggi rerata waktu peluruhan batu kalsium untuk ekstrak rebusan diperoleh dari tanaman waru (kurang dari 2 jam 30 menit)dan urutan tertinggi rerata waktu peluruhan batu kalsium untuk ekstrak alami diperoleh dari tanaman kumis kucing (2 jam 30 menit).

Tabel 3. Rataan waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan teknik ekstraksi

Ekstrak Waktu

Rebusan 1:27:08.959b

Alami 2:01:12.843c

Etanol 1:11:31.989a

Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0.05)

Berdasarkan jenis ekstraksi yang digunakan, diperoleh tiga ekstraksi yang memiliki perbedaan bermakna antara masing-masing jenis ekstrak (P<0.05). Tabel 3. menunjukkan bahwa ekstrak rebusan terdapat perbedaan bermakna antara ekstrak alami dan ekstrak etanol. Tetapi jenis ekstrak yang memiliki waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat diperoleh dari jenis ekstrak etanol (1 jam 11 menit), diikuti oleh jenis ekstrak rebusan (1 jam 27 menit) dan rerata waktu peluruhan yang paling lama adalah jenis ekstrak alami (2 jam 1 menit).

Gambar 3. Rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan jenis ekstrak Hasil yang diperlihatkan pada Gambar 3. menunjukkan bahwa ekstrak etanol menempati urutan terendah (tercepat) rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat (1 jam 11 menit) dibandingkan dengan ekstrak rebusan yang menempati urutan kedua terendah dengan rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat sebesar 1 jam 27 menit dan ekstrak alami yang menempati urutan tertinggi (terlama) rerata waktu peluruhan batu kalisum oksalat sebesar 2 jam 1 menit.

(9)

9

Tabel 4. Rataan waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan interaksi ekstrak dan tanaman

No. Ekstrak Tanaman (E*T) Waktu

1. Tristaniopsiswhiteana Etanol 0:34:40.557a** Rebusan 0:37:17.883ab* Alami 0:54:38.980abc* 2. Orthosiphon lamineus Etanol 1:00:49.230abc* Rebusan 1:45:42.090d* Alami 2:33:13.683e** 3. Hibiscus tilliaceus Etanol 1:04:10.530bc* Rebusan 2:11:46.083de* Alami 2:09:08.677de* 4. Persea americana Etanol 2:06:27.640de* Rebusan 1:13:49.780c* Alami 2:27:50.033e**

Keterangan: Nilai pada kolom yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P<0.05) dan *(P<0.01)

Jenis tanaman yang memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat adalah pelawan, sedangkan jenis ekstrak yang memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat adalah ekstrak etanol berdasarkan hasil statistik ANOVA dengan taraf signifikan sebesar P<0.05. Tabel 6. memaparkan hasil interaksi dari jenis ekstrak yang digunakan dengan tanaman yang berpotensi sebagai antiurolithiasis. Ekstrak etanol pelawan terdapat perbedaan bermakna antara interaksi ekstrak tanaman lain (P<0.01) karena memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat diantara ekstrak tanaman lain, tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekstrak rebusan pelawan, ekstraksi alami pelawan dan ekstrak etanol kumis kucing pada taraf signifikan P<0.05.

Gambar 4. Rataan waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan interaksi ekstrak dan tanaman

(10)

10

Ekstrak rebusan kumis kucing tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekstrak rebusan waru, ekstrak alami waru dan ekstrak etanol alpukat (P<0.05;P<0.01). Esktrak rebusan alpukat tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekstraks alami pelawan, ekstrak etanol kumis kucing dan ekstraksi etanol waru (P<0.05;P<0.01). Ekstrak alami kumis kucing tidak terdapat perbedaan bermakna antara ekstrak alami alpukat, ekstrak rebusan waru, ekstrak alami waru dan ekstrak etanol alpukat (P<0.05;P<0.01). Rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat yang paling lama diperoleh dari hasil interaksi ekstrak alami kumis kucing (P<0.05;P<0.01).

Gambar 4. menunjukkan bahwa ekstrak etanol pelawan menempati rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat urutan terendah (kurang dari 42 menit), sedangkan rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tertinggi diperoleh dari ekstrak alami kumis kucing (2 jam 33 menit). Ekstrak alami pelawan, ekstrak etanol kumis kucing, ekstrak etanol waru dan ekstrak rebusan alpukat memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat kurang dari 1 jam 20 menit, ekstrak etanol alpukat, ekstrak rebusan kumis kucing dan ekstrak rebusan waru memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat kurang dari 2 jam 2 menit, sedangkan ekstrak alami alpukat dan ekstrak alami kumis kucing memiliki rerata waktu peluruhan bau kalsium oksalat kurang dari 2 jam 46 menit.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil skrining uji in vitro diperoleh bahwa pelawan merupakan tumbuhan yang memiliki potensi terbaik dalam meluruhkan batu kalsium oksalat dengan rerata waktu peluruhan tercepat yaitu 42 menit 12 detik (0:42:12.473). Sedangkan jenis ekstrak yang memiliki rerata waktu peluruhan tercepat adalah ekstrak etanol yaitu 1 jam 11 menit 31 detik (1:11:31.989). Sehingga hasil kombinasi uji in vitro antara jenis ekstrak dan jenis tumbuhan diperoleh bahwa jenis ekstrak etanol pelawan merupakan hasil kombinasi yang memiliki rerata waktu peluruhan tercepat yaitu 34 menit 40 detik (0:34:40.557) berdasarkan hasil statistik ANOVA (P<0.01). Ekstrak etanol pelawan memiliki karakter larutan berwarna cokelat muda (10Y L.3 7.5/6) dengan berat kering sebesar 5,36 gram serta kandungan fitokimia berupa flavonoid, alkaloid, tanin, fenol dan steroid/terpenoid.

Diharapkan untuk selanjutnya dapat dilakukan penelitian uji in vivo terhadap peluruhan batu ginjal kalsium oksalat sebagai aplikasi dari hasil skrining uji in vitro. Penelitian dengan tema yang sama tapi dengan jenis batu ginjal yang berbeda dan konsentrasi ekstrak larutan yang berbeda serta jumlah batu ginjal yang berbeda. Sehingga diketahui tetumbuhan jenis baru yang tidak hanya bisa meluruhkan batu ginjal tipe kalsium oksalat melainkan batu ginjal tipe lainnya.

UCAPAN TERIMAKASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Fitmawati M.Si dan Ibu Yusfiati, M.Si yang telah membimbing, memberikan dukungan serta saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dirjen Dikti Hibah PKM didanai 2013 dan seluruh pihak yang telah membantu selama ini.

(11)

11

DAFTAR PUSTAKA

Dalimartha, Setiawan. 2004. Deteksi Dini Kanker & Simplisia Antikanker. Jakarta: Penebar Swadaya Jakarta.

Ditjen POM. 2000. Parameter Standart Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

Fuadi A. 2009. Pengaruh Ekstrak Etanol Daun Alpukat (Persea americana Mill) Terhadap Gambaran Ureum Dan Kreatinin Pada Tikus Putih Jantan Yang Diinduksi Etilen Glikol. skripsi. IPB. Bogor.

Matjik, A dan Sumetajaya, M. 2000. Perencanaan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. Bogor: IPB Press.

Prihatman, K. 2000. Sistem Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan. Jakarta : BAPPENAS

Sudarsono, Pudjoanto, A., Gunawan, D., Wahyuono, S., Donatus, I. A., Drajad, M., Wibowo, S., dan Ngatidjan, 1996, Tumbuhan Obat, Hasil Penelitian, Sifat-sifat dan

Penggunaan, 44-52, Pusat Penelitian Obat Tradisional, UGM, Yogyakarta.

Utama, EP. 2002. Senyawa Antibakteri dari Ekstrak Etil Asetat Kulit Batang pelawan (Tristania whitiana Griff.). Skripsi. IPB. Bogor.

Wong et al. 2008. Antioxidant Properties of Hibiscus : Species variation, Altitudinal Change, Coastal Influence and Floral Colour Change. Journal of Tropical Forest Science 21 (4) : 3007-315.

Gambar

Gambar  1.  Jenis  ekstrak;  (A)  ekstrak  alami  daun,  (B)  ekstrak  rebusan  daun  dan  (C)  ekstrak etanol daun (Sumber: Dokumentasi pribadi)
Tabel 1. Kandungan fitokimia ekstrak alami daun
Tabel  2.  menunjukkan  bahwa  pelawan  terdapat  perbedaan  bermakna  antara  tanaman lain karena memiliki rerata waktu peluruhan batu kalsium oksalat tercepat (42  menit)  dibandingkan  dengan  tanaman  kumis  kucing,  waru  dan  alpukat  sehingga  dijad
Tabel 3. Rataan waktu peluruhan batu kalsium oksalat berdasarkan teknik ekstraksi
+2

Referensi

Dokumen terkait

U: Sievers, Jörn (Ur.), Second internation Symposium on geographical names GeoNames 2000 , Frankfurt am Main, 28-30 March 2000, Verlag des Bundesamtes für Kartographie und

Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka... Koleksi Perpustakaan

Apabila ternyata bahwa ketentuan mengenai tanggal dan/atau jumlah yang tercantum dalam surat keputusan pembayaran angsuran tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak atau Penanggung

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis apakah variabel tingkat pendidikan karyawan mempunyai pengaruh yang signifikan baik secara

Responden dari Puskesmas di Provinsi Banten 4,2 kali lebih banyak yang baik dalam praktek pencegahan penyakit menular dibandingkan yang dari Provinsi Kalimantan Selatan,

suara sesuai dengan karakter vocal yang ada pada lagu.Membentuk timbre suara ini dapat dilakukan dengan berbagai latihan vocal, setiap anggota juga harus memiliki

Keluhan apendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang berhubungan dengan muntah. Dalam 2-12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan

tambak yang berada di sekitar TPA sampah Benowo dengan berat ikan 100 gram, sebanyak 9 ikan hasil tambak yang diambil dari tambak di sekitar TPA Benowo