• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN H. ALI MISNO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II RIWAYAT KEHIDUPAN H. ALI MISNO"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

RIWAYAT KEHIDUPAN H. ALI MISNO

A. Kehidupan Masa Kecil H. Ali Misno

H. Sulaiman Akbar atau yang biasa dikenal H. Ali Misno oleh masyarakat Desa Klapagading Kulon, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas. H. Ali Misno lahir tepatnya di Desa Lumbir, Kecamatan Lumbir, Kabupaten Banyumas. Sebuah desa yang berada di sebelah barat Kabupaten Banyumas. Lumbir adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Kecamatan Lumbir merupakan bagian dari wilayah Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah dengan luas 9.948,54 km². Di sebelah utara berbatasan dengan Desa Gumelar, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cilacap, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan karangpucung, dan di sebelah timur juga masih berbatasan dengan kabupaten Cilacap (Data Monografi Kecamatan Lumbir).

H. Ali Misno lahir pada tanggal 7 Juli tahun 1963 dari sepasang suami istri yang berprofesi sebagai pedagang bubur pada saat itu. Ayahnya bernama Sunarto yang merupakan masyarakat asli dari Klapagading Kulon tepatnya grumbul Rancabanteng. Ayah dari H. Ali Misno ini berprofesi sebagai penjual bubur keliling. Ibu dari H. Ali Misno bernama Nasiah juga berprofesi sebagai pedangang bubur keliling dengan cara berjualan dengan bakul yang terbuat dari bambu. meski dengan kesederhanaan namun mereka mampu membesarkan H. Ali

(2)

Misno yang merupakan anak tunggal hingga menjadi sukses (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Keadaan yang pada saat itu sulit memaksa keluarga untuk bertransmigrasi ke luar Jawa. Sunarto memilih Sumatera Utara sebagai tempat tujuannya bertransmigrasi, dengan membawa serta istri dan anak semata wayangnya Sunarto dan keluarga kemudian mengadu nasib di tanah rantau. Ali Misno yang ketika itu masih bayi seringkali ditinggal oleh ayah dan ibunya untuk bekerja. Di tanah transmigran itu kedua orang tua Ali Misno bekerja di perkebunan kelapa sawit, hal itu terpaksa membuat Sunarto dan Nasiah untuk menitipkan Ali Misno bayi kepada orang lain untuk dijaga selama mereka bekerja (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Pada saat diwawancarai H. Ali Misno tidak begitu mengingat kisah masa kecilnya di Sumatera Utara. Namun, beliau sedikit menceritakan tentang bagaimana suasana pada masa tersebut. Saat itu, sekitar tahun 1965 ketika berumur 2 tahun beliau seringkali tidak diperbolehkan keluar rumah karena pada masa itu di sekitar lingkungan sering terjadi eksekusi mati. Eksekusi mati itu terjadi karena pada saat itu merupakan masa Gerakan 30 September (G 30 S), pada saat itu banyak orang dibunuh karena dianggap pengkhianat.

B. Riwayat Pendidikan dan Masa Remaja H. Ali Misno

Pendidikan secara etimologis berasal dari bahasa Yunani “Paedagogike”. Kata tersebut merupakan kata majemuk yang terdiri kata “Pais” yang berarti anak kata “Ago” yang berarti aku membimbing. Jadi Paedagogike

(3)

berarti aku membimbing anak. Orang yang pekerjaannya membimbing anak dengan maksud membawanya ke tempat belajar, dalam bahasa Yunani disebut “Paedagogos”. Jika kata ini diartikan secara simbolis, maka perbuatan

membimbing, seperti dikatakan di atas, merupakan inti perbuatan mendidik yang tugasnya hanya untuk membimbing saja, dan kemudian pada suatu saat ia harus melepaskan anak itu kembali (ke dalam masyarakat) (Hadi, 2008 : 17).

Pendidikan menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 tentang sistem Pendidikan Nasional, menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang dimiliki dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Dalam hal pendidikan H. Ali Misno sempat bersekolah di sebuah Taman Kanak-kanak di Sumatera Utara, hingga melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Dasar. Namun, memasuki tingkat kelas 2 Sekolah Dasar beliau pindah kembali ke Kabupaten Banyumas. Setelah kembali ke Kabupaten Banyumas, Ali Misno melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Rancabanteng dan duduk di kelas 2. Masa SD Ali Misno dipenuhi dengan keceriaan khas anak-anak pada umumnya, yang membuatnya berbeda adalah di usia sekitar 7 tahunan beliau terpaksa harus membantu perekonomian keluarganya walaupun pada akhirnya beliau melakukanya dengan senang hati. Menurut sumber wawancara yang dilakukan dengan teman semasa kecil beliau, Ali Misno kecil sering membantu orang tuanya dengan berjualan es dorong. Dengan hasil

(4)

dari penjualan es dorong itu beliau mampu memenuhi kebutuhan uang jajannya dan sedikit membantu keuangan keluarganya (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Sikap ulet dan bertanggung jawab yang ditanamkan orang tuanya itu secara nyata membawa H. Ali Misno pada kesuksesan. Seseorang dikatakan memiliki sikap ulet jika memiliki kepribadian yang tangguh, kuat, dan tidak mudah putus asa, serta memiliki pencapaian yang tinggi untuk kehidupannya. Selain itu, orang yang dikatakan ulet adalah mereka yang mencurahkan tenaga, pikiran, waktu serta harta untuk mencapai keberhasilannya.

Keuletan dapat dilihat dari beberapa faktor. Yang pertama yaitu dari pembawaan orang tersebut, dapat diakui bahwa ada orang yang memang memiliki perilaku ulet sebagai pembawaan sejak ia lahir. Namun, dapat juga berasal dari keturunan, dimana ayah dan ibunya adalah orang-orang yang ulet maka terlahirlah anak yang juga memiliki kepribadian yang sama. Hal itu juga terlihat dalam diri Ali Misno, bahwa keuletannya selama ini terbukti dari keikhlasannya berjuang untuk kesejahteraan keluarganya bahkan sejak beliau kecil sudah gemar membantu orang tuanya. Faktor yang kedua adalah lingkungan, lingkungan yang dipenuhi orang pemalas maka akan membawa orang disekitarnya juga mempunyai sifat pemalas. Sebaliknya lingkungan dimana masyarakatnya rajin dan tekun, juga akan membawa orang disekitarnya juga akan termotivasi menjadi rajin dan tekun. Beruntunglah, H. Ali Misno tinggal di lingkungan yang masyarakatnya rajin dan tekun sehingga beliau pun turut menuruni sikap itu (Wawancara M. Yasir tanggal 4 Agustus 2016).

(5)

Tanggung jawab adalah ciri – ciri manusia yang beradab. Manusia merasa tanggung jawab karena adanya rasa sadar dan menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu dan menyadari bahwa pihak lain pasti memerlukan pengabdian atau pengorbanannya. Sifat itu pula yang terlihat dalam diri H. Ali Misno, beliau mengembang sifat itu untuk tanggung jawabnya terhadap apa yang sedang beliau kerjakan ketika membantu berjualan orang tuanya beliau melakukannya dengan penuh suka cita dan tanggung jawab.

Pendidikan Sekolah Dasar akhirnya dapat beliau selesaikan hingga kelas 6. Memasuki masa remaja, Ali Misno kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Tsanawiyah ( MTs ) Muhammadiyah Wangon. Namun sayangnya pendidikan MTs nya ini hanya beliau selesaikan hingga tingkat kelas 8 saja karena faktor ekonomi yang kurang mendukung pada saat itu, akhirnya beliau harus rela meninggalkan bangku sekolahnya (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Tidak ingin terpaku pada hal itu, H. Ali Misno kemudian memilih untuk menyibukkan diri mulai dari bekerja membantu orang tua hingga menekuni hobinya. Kegemaran yang biasa dilakukan oleh Ali Misno pada saat remaja adalah beliau senang mempelajari ilmu bela diri. Dari hobinya itu beliau termotivasi untuk menekuni dan memperdalam ilmu bela diri, di salah satu Pondok di Jawa Tengah beliau mempelajari keahlian tersebut (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Selain orang yang gemar menekuni ilmu bela diri, H. Ali Misno juga merupakan seseorang yang sangat agamis, di sela-sela menekuni hobinya tersebut

(6)

beliau juga selalu menyempatkan diri untuk belajar agama kepada para Kyai. Karena baginya kehidupan duniawi dan kehidupan akhirat ( rohani ) haruslah seimbang. Beliau sadar harus menanamkan pula sikap toleransi dalam dirinya sendiri agar tercipta keseimbangan antara ketenangan batin dan nafsu duniawi.

C. Awal Mula H. Ali Misno Mempelajari Ilmu Pengobatan Kejiwaan

Setelah sukses mendalami ilmu bela diri, H. Ali Misno yang mempunyai keinginan yang tinggi ingin semakin memperluas ilmu dan keahliannya. Seiring waktu ketika beliau masih sibuk memperdalam ilmu bela diri, beliau tertarik untuk memperdalam ilmu yang lebih menantang lagi. Hal yang membuatnya tertarik adalah ilmu pengobatan kejiwaan. Akhirnya karena tantangan dari keinginannya ini kemudian ia mulai memperdalam ilmu pengobatan kejiwaan dengan media do’a – do’a dalam ayat Al-Qur’an dan Hadist.

Bertahun-tahun beliau mempelajari keahlian tersebut akhirnya beliau mampu menguasai cara pengobatan tersebut.

Selama ini, orang awam meyakini apabila mengobati orang yang “kurang waras” adalah melalui media – media yang kurang dapat dipahami dalam

hal ini adalah media Perdukunan selain dengan media atau bantuan medis. Namun, dalam menerapkan pengobatannya ini H. Ali Misno sama sekali tidak menggunakan hal-hal semacam itu. Beliau seratus persen menggunakan hasrat ketenangan jiwa si Pasien dan membantunya dengan menerapkan do’a – do’a dan

amalan – amalan ke-Islaman dalam metode pengobatannya. Dengan ajaran – ajaran Islam dan Hadist tersebut H. Ali Misno melakukan pengobatan kepada

(7)

setiap Pasien gangguan jiwa (Wawancara dengan H. Ali Misno tanggal 27 Juli 2016).

Hingga saat ini sejak berdirinya Yayasan Pondok Lali Jiwa Raga, H. Ali Misno telah berhasil menyembuhkan ribuan pasien gangguan jiwa yang datang dari berbagai daerah di Tanah Air bahkan ada yang dari luar negeri (Data tertulis jumlah pasien di Yayasan Pondok Lali Jiwa Raga dan Wawancara dengan M. Yasir tanggal 27 Juli 2016).

Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memiliki sifat ulet, rajin, tekun dan juga memiliki motivasi serta tujuan besar dalam hidupnya adalah golongan dari orang – orang yang sukses. Memiliki sifat ulet tidak hanya dapat diperoleh dari faktor dalam diri sendiri dan lingkungan yang mendukung saja, namun keuletan dapat diperoleh dari pendidikan, pelatihan, dan pengalaman. Dari hal – hal tersebut seseorang yang belum tahu menjadi tahu dan yang belum bisa menjadi bisa dan berkeahlian lama – kelamaan akan semakin menumbuhkan sikap ulet.

Satu hal yang penting adalah motivasi, karena dengan adanya motivasi maka kita akan berkembang, sifat ini pula yang diterapkan oleh H. Ali Misno dalam kehidupannya sehari – hari. Beliau juga menanamkan sifat ini terhadap keluarga dan anak – anaknya agar dalam kehidupan mereka nanti dapat meraih kesuksesan melebihi apa yang sudah mereka raih. H. Ali Misno juga berpesan agar selalu besikap ramah dan baik kepada setiap orang, karena yang menilai diri kita adalah orang lain bukan kita sendiri. Maka dari itu bersikap rendah hati

(8)

adalah hal terbaik ketika kita bergaul dan hidup bermasyarakat (Wawancara dengan Priyan Ariyanto tanggal 4 Agustus 2016).

Perlu diketahui bahwa ketika kita menanamkan kebaikan, maka kita juga akan mendapatkan kebaikan pula, ini adalah hukum alam. Hukum timbal balik yang akan kita dapatkan seperti yang telah kita lakukan. Dengan demikian kita harus selalu bersikap baik, agar kita bisa menjadi orang yang baik dan bermanfaat, sehingga kehidupan pun akan semakin baik. Menjadi pribadi yang baik adalah perintah dari semua agama, sebagai orang yang beragama dan memiliki Tuhan, kita harus bisa bersikap baik dan bermanfaat untuk lingkungan kita itu pesan beliau.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan di sisi lain, beliau menemukan sebuah riwayat yang lebih meyakinkan, yaitu laporan dari Jabir al-Anshari, Ali Ibn Abi Thalib radiyallahu „anhu, Ali Ibn Husain, as-Sya‟bi,

a) Berdasarakan hasil penelitian. Peneliti telah menguji mengunakan uji asumsi klasik, setelah data di uji normalitas hasilnya normal, setelah itu data d uji

Hasil penelitian berdasarkan tema 5 yaitu tugas keluarga dalam kesehatan untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat terutama dengan adanya anak

Menurut Islam, manusia dengan kemerdekaan dari Allah SWT untuk mengembangkan dan menggunakan seluruh potensi yang ada dalam dirinya ini, tidak boleh melampaui

Ketokohan beliau dalam politik sendiri diakui oleh pihak Belanda bahkan Netscher dalam catatan pencennya menyatakan bahawa Raja Ali Haji bertindak sebagai pelindung

Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, GITS Indonesia memiliki poin tertinggi pada fase performing yaitu 38 poin, disusul dengan fase norming sebesar 33 poin ,lalu fase

Satu dekade terakhir, banyak negara Asia Tenggara yang berusaha merancang ulang sistem pendidikan mereka dalam rangka menghasilkan peserta didik-peserta didik

Berdasarkan indikator Tingkat kesejahteraan BPS (Badan Pusat Statistik) dengan rata-rata nilai/skor keseluruhan indikator yaitu sebesar 18,576 maka tingkat