SKRIPSI
Oleh:
YENI MURTININGTYAS 0913010022/FE/AK
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR
Disusun Oleh : YENI MURTININGTYAS
0913010022/FE/AK Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur pada tanggal 22 Februari 2013
Pembimbing : Tim Penguji :
Pembimbing Utama Ketua
RinaMustika, SE, MM Drs. Ec. Saiful Anwar, M.Si Sekretaris
RinaMustika, SE, MM Anggota
Dra. Ec. Sari Andayani, M.Aks Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang merupakan salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur dengan judul “PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KERJ A TERHADAP TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)”.
Penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak, maka akan sulit bagi penulis untuk dapat menyusun skripsi ini. Sehubungan dengan hal itu, maka dalam kesempatan istimewa ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung kelancaran penulisan skripsi baik berupa dukungan, do’a maupun bimbingan yang telah diberikan. Secara khusus penulis dengan rasa hormat yang mendalam mengucapkan terima kasih pada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. R.A. Suwaidi, MS., selaku Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Wakil Dekan II Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Bapak Dr. Hero Priono, M.Si, Ak., selaku Ketua Program Studi Ilmu Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN “Veteran” Jawa Timur.
6. Ibu Rina Mustika, SE, MM selaku dosen pembimbing yang membimbing penulis dalam mengerjakan skripsi.
7. Dosen-dosen Program Studi Akuntansi yang telah banyak memberikan ilmu dan pengetahuan dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kedua orangtuaku : Sukardjo dan Siti Wahyuni, serta adikku Novia Yunita Ayuning Tyas terima kasih atas do’a serta dorongannya baik moril maupun materi.
9. Sahabatku tercinta Vina Fitriawati, Syafiqa Paramityasiwi, Unun Muhfidah, Eny Windayanti, Rosidah dan Chikita Marta atas saran dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna meningkatkan mutu dari penulisan skripsi ini. Penulis juga berharap, penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan
Surabaya, 22 Februari 2013
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAKSI ... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 9
1.3 Tujuan Penelitian ... 9
1.4 Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11
2.2. Landasan Teori ... 13
2.2.1. Pengertian Modal ... 13
2.2.2. Modal Kerja ... 17
2.2.2.1.Jenis-jenis Modal Kerja ... 19
2.2.2.2.Pentingnya Modal Kerja ... 21
2.2.2.3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Modal Kerja .. 22
2.2.2.4. Penentuan Besarnya Kebutuhan Modal Kerja ... 25
2.2.2.5. Sumber Dana dan Penggunaan Modal Kerja ... 25
2.2.4.1. Pengertian Likuiditas ... 33
2.2.4.2. Pengukuran Likuiditas ... 34
2.3. Kerangka Pikir ... 35
2.3.1. Pengaruh Pengelolaan Kas terhadap Likuiditas ... 35
2.3.2. Pengaruh Pengelolaan Piutang terhadap Likuiditas ... 36
2.3.3. Pengaruh Pengelolaan Persediaan terhadap Likuiditas ... 36
2.4. Hipotesis... ... 38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel ... 39
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 42
3.2.1. Populasi ... 42
3.3.2. Sampel ... 42
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 44
3.3.1. Jenis Data ... 44
3.3.2. Sumber Data ... 45
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 45
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 45
3.4.1. Uji Normalitas ... 45
3.4.2. Uji Outlier ... 46
4.1.1. PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 53
4.1.2. Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 56
4.1.2.1. PT. Akasha Wira International Tbk. ... 56
4.1.2.2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. ... 57
4.1.2.3. PT. Cahaya Kalbar Tbk. ... 57
4.1.2.4. PT. Delta Djakarta Tbk. ... 58
4.1.2.5. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. ... 59
4.1.2.6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. ... 59
4.1.2.7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk. ... 60
4.1.2.8. PT. Mayora Indah Tbk. ... 61
4.1.2.9. PT. Prashida Aneka Niaga Tbk. ... 62
4.1.2.10 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk. ... 62
4.1.2.11 PT. Sekar Laut Tbk. ... 63
4.1.2.12 PT. Siantar Top Tbk. ... 64
4.1.2.13 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk. ... 64
4.2. Deskripsi Hasil Pembahasan ... 65
4.2.1. Pengelolaan Kas (X1) ... 65
4.2.2. Pengelolaan Piutang (X2) ... 67
4.4.1. Uji Autokorelasi ... 73
4.4.2. Uji Multikolinearitas ... 74
4.4.3. Uji Heteroskedastisitas ... 75
4.5. Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 77
4.5.1. Persamaan Regresi ... 77
4.5.2. Koefisien Determinasi (R Square) ... 80
4.5.3. Hasil Pengujian Hipotesis ... 81
4.5.3.1. Hasil Uji F ... 81
4.5.3.2. Hasil Uji t ... 82
4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 84
4.7. Perbedaan Hasil Penelitian ... 87
4.8. Keterbatasan Penelitian ... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 90
Oleh :
Yeni Mur tiningtyas
Abstract
Working capital devastating for a company, there is sufficient working capital enables a company to carry out its activities do not have problems and difficulties that may arise. The presence of excessive working capital indicates that the fund is not productive, and this has disadvantages because the available funds are not used effectively in the activities of the company. The company's policy in managing the appropriate amount of working capital will generate profits really expected by the company and the lack of proper capital management will result in losses. Good working capital management will further streamline the company's activities in improving efforts to achieve the expected benefits. Managing current assets effectively and efficiently is critical to the company, in order to maintain liquidity which was instrumental in determining how much the changes in working capital that will be used by the company to achieve the expected benefits to the company.
The variable in this study is the Cash Management (X1), Receivable Management (X2), Inventory Management (X3) and Liquidity (Y). This sample was 13 Food and Beverage companies listed on Indonesia Stock Exchanges in 2009 - 2011. While the data used are secondary data. Sampling technique using purposive sampling. The method of analysis used multiple linear regression analysis.
Based on the research results, it can be concluded that the cash management contribute simultaneous and partial to the liquidity. While the management of accounts receivable and inventory management does not contribute simultaneous and partial to the liquidity.
Oleh :
Yeni Murtiningtyas
Abstraksi
Modal kerja sangat berpengaruh bagi suatu perusahaan, adanya modal kerja yang cukup memungkinkan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya tidak mengalami hambatan dan kesulitan yang mungkin akan timbul. Adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal ini memberikan kerugian karena dana yang tersedia tidak dipergunakan secara efektif dalam kegiatan perusahaan. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal kerja secara tepat akan menghasilkan keuntungan yang benar-benar diharapkan oleh perusahaan sedangkan pengelolaan modal yang kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Pengelolaan modal kerja yang baik akan lebih memperlancar aktivitas perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk mencapai keuntungan yang diharapkan. Pengelolaan aktiva lancar secara efektif dan efisien sangatlah penting bagi perusahaan, agar dapat mempertahankan likuiditasnya yang sangat berperan dalam menentukan seberapa besar perubahan modal kerja yang akan digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan.
Variabel dalam penelitian ini adalah Pengelolaan Kas (X1), Pengelolaan Piutang (X2), Pengelolaan Persediaan (X3) dan Likuiditas (Y). Sampel penelitian ini adalah 13 perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 – 2011. Sedangkan data yang digunakan adalah data sekunder. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan kas memberikan kontribusi secara simultan dan parsial terhadap likuiditas. Sedangkan pengelolaan piutang dan pengelolaan persediaan tidak memberikan kontribusi secara simultan dan parsial terhadap likuiditas.
1.1.Latar Belaka ng Masa la h
Perkembangan ekonomi saat ini sangat pesat sehingga permasalahan yang
dihadapi oleh bidang usaha semakin kompleks dan bersifat dinamis. Salah satu
masalah yang selalu dihadapi oleh perusahaan adalah masalah keuangan.
Pengelolaan di bidang keuangan baik dalam jangka panjang maupun jangka
pendek selalu berkaitan dengan kegiatan perusahaan sehari-hari termasuk
didalamnya pengelolaan modal kerja dan aktiva yang baik karena akan
berpengaruh terhadap likuiditas perusahaan. Pengelolaan dan penggunaan modal
kerja yang efisien merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang pencapaian
laba bersih secara optimal.
Menurut Syamsudin (2004: 201) dalam Mahfudliyah (2010) modal kerja
merupakan salah satu aspek terpenting dari keseluruhan manajemen
pembelanjaan perusahaan. Apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan
“tingkat modal kerja yang memuaskan”, maka kemungkinan perusahaan tidak
mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo dan bahkan
sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan yang
memuaskan.
Sianturi dan Mulyani (2005) dalam penelitiannya menyatakan perusahaan
dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak terlepas dari tujuannya yaitu untuk
memperoleh laba yang maksimal dan kelangsungan hidup (going concern).
Kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain
likuiditas perusahaan itu sendiri. Menurut Wild et al. (2005:185) “Likuiditas
(liqudity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
jangka pendeknya”. Pentingnya likuiditas dapat dilihat dengan
mempertimbangkan dampak yang berasal dari ketidakmampuan perusahaan
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Kurangnya likuiditas menghalangi
perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari diskon atas kesempatan
mendapatkan keuntungan.
Pernyataan tersebut diperkuat oleh Riyanto (2001:26) tentang pendefinisian
likuiditas yang berarti kemampuan perusahaan untuk menyediakan alat-alat
likuid sedemikian rupa sehingga dapat memenuhi kewajiban finansialnya pada
saat ditagih, apabila kemampuan membayar tersebut dihubungkan dengan
kewajiban finansiil untuk menyelenggarakan proses produk maka dinamakan
Ada banyak ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi likuiditas suatu
perusahaan, antara lain dengan menggunakan rasio lancar. Rasio ini
menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar
yang dimiliki perusahaan tersebut, semakin besar perbandingan aktiva lancar
dengan kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi
kewajiban jangka pendeknya (Sianturi dan Mulyani, 2005). Current ratio atau
rasio lancar merupakan perbandingan antara jumlah seluruh aktiva lancar dengan
kewajiban jangka pendek (Sugiyarso dan Winarni, 2005).
Dipilihnya perusahaan Food and Beverage sebagai objek penelitian ini
dikarenakan perusahaan ini merupakan salah satu perusahaan yang memegang
peranan penting dalam masyarakat. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia serta
kenaikan bahan baku dan kenaikan Bahan Bakar Minyak tentunya sangat
berpengaruh tidak terkecuali pada perusahaan industri Food and Beverage.
Meskipun demikian volume penjualan di sektor Food and Beverage ini tetap
tumbuh. Data GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman
Indonesia) menunjukkan trend pertumbuhan industri Food and Beverage dalam
negeri yang cukup baik. Volume penjualan di tahun 2007 mencapai Rp 383
Triliyun, di tahun 2008 mencapai 505 Triliyun, di tahun 2009 mencapai 555
Triliyun, dan ekspetasi di tahun 2010 adalah mencapai Rp 605 Triliyun
Pada tahun 2011 penjualan semua produk makanan baik primer maupun
olahan mencapai 650 Triliyun. Tahun 2012 ini diproyeksikan bisa meningkat
menjadi 710 Triliyun. (www.mediaindonesia.com)
Pengelolaan modal kerja yang baik akan lebih memperlancar aktivitas
perusahaan dalam meningkatkan usaha untuk mencapai keuntungan yang
diharapkan. Likuiditas sangat diperlukan oleh sebuah perusahaan sebagai
jaminan pemenuhan seluruh kewajiban jangka pendeknya. Pengeloaan aktiva
lancar secara efektif dan efisien sangatlah penting bagi perusahaan, agar dapat
mempertahankan likuiditasnya yang sangat berperan dalam menentukan seberapa
besar modal kerja yang akan digunakan perusahaan untuk mencapai keuntungan
yang diharapkan oleh perusahaan.
Tabel 1.1 : Rata-r ata Pr osentase Tingkat Likuiditas Per usahaan Food and Bever age tahun 2007-2011.
No. Tahun Jumlah Rata-rata Prosentase Likuiditas
1. 2007 2.510,17 228,20%
2. 2008 1.916,73 174,25%
3. 2009 2.611,76 200,9 %
4. 2010 2.822,63 217,13%
5. 2011 2.637,84 202,91%
Sumber : Data Lapor an Keuangan Bur sa Efek Indonesia
Berdasarkan Tabel 1.1 yang menunjukkan prosentase tingkat likuiditas dapat
Gambar 1.2 : Grafik Pr osentase Tingka t Likuiditas Per usahaan Food and
Dari Gambar 1.2 terlihat grafik prosentase tingkat likuiditas yang mengalami
fluktuasi dari tahun ke tahun dimana dapat menunjukkan seberapa besar
kemampuan perusahaan dalam menutup kewajiban jangka pendeknya.
Menurut Riyanto (2001: 94) Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang
paling tinggi tingkat likuiditasnya, makin besar jumlah kas yang ada di dalam
perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Sekardewi (2008) dalam penelitiannya
perusahaan semakin baik. Siklus konversi kas tidak mempunyai pengaruh
terhadap likuiditas. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Normadika
(2010) menyatakan bahwa perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap
likuiditas perusahaan. Kegagalan usaha memberikan banyak contoh perusahaan
yang tidak sanggup membayar hutangnya meskipun memiliki aktiva nonkas yang
cukup besar (lancar maupun tidak lancar) dan tidak mampu membayar hutang
atau menjalankan operasinya.
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 30), piutang adalah tagihan kepada
perorangan atau badan yang timbul dari penjulan barang atau jasa secara kredit
tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal. Semakin tinggi perputaran
piutangnya, berarti semakin cepat perputarannya, yang berarti pula semakin
pendek waktu terikatnya dana ke dalam piutang, dengan demikian untuk
mempertahankan penjualan kredit neto tertentu, dengan naiknya tingkat
perputaran, akan dibutuhkan jumlah dana yang lebih kecil yang diinvestasikan
dalam piutang.
Penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Nur (2008) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa perputaran piutang mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap likuiditas. Dimana semakin tinggi perputaran piutang maka perusahaan
akan memperoleh keuntungan dari volume penjualan secara tunai maupun
volume penjualan secara kredit, dimana akan membantu perusahaan di dalam
menunjukkan modal yang tertanam dalam piutang relatif rendah dan investasi
yang dilakukan dalam piutang dapat dengan cepat menjadi kas. Sedangkan hasil
penelitian yang dilakukan Mahfudliyah (2010) menyatakan bahwa Days Sales
Outstanding memberikan pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap
likuiditas. Hal ini dikarenakan sedikitnya penggunaan piutang usaha sehingga
penjualan yang diperoleh mengalami penurunan.
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 39) Istilah persediaan sendiri dapat
meliputi : persediaan barang dagang, persediaan barang mentah, persediaan
barang dalam proses, persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi.
Untuk perusahaan industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses
bertujuan untuk memperlancar kegiatan produksi. Sementara itu persediaan
barang jadi dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar. Menurut Kasmir
(2008: 180) apabila rasio perputaran sediaan yang diperoleh tinggi, ini
menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid persediaan semakin
baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah berarti perusahaan
bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak barang sediaan yang
menumpuk.
Penelitian yang dilakukan oleh Sianturi dan Mulyani (2005) dalam
penelitiannya menyatakan bahwa perputaran persediaan berpengaruh secara
signifikan dan positif terhadap likuiditas suatu perusahaan. semakin meningkat
perusahaan, yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya. Demikian juga
sebaliknya apabila semakin berkurang perputaran persediaan, maka semakin
rendah pula likuiditas suatu perusahaan, yang berarti semakin kecil kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek
yang dimilikinya. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan Mahfudliyah
(2010) menyatakan bahwa Days Inventory Outstanding mempunyai pengaruh
positif yang tidak signifikan terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Dikarenakan
semakin berkurang persediaan maka semakin rendah pula likuiditas suatu
perusahaan yang berarti semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar atau jangka pendek yang dimiliki. Demikian sebaliknya apabila
semakin tinggi persediaan maka semakin meningkat pula likuiditas suatu
perusahaan yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.
Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis tertarik untuk mengetahui
hubungan antara pengelolaan modal kerja terhadap likuiditas dengan menjadikan
perusahaan Food and Beverage sebagai objek penelitian skripsi yang berjudul
“PENGARUH PENGELOLAAN MODAL KE RJ A TERHADAP
TINGKAT LIKUIDITAS PADA PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGE
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan “Apakah pengelolaan kas, pengelolaan piutang, dan pengelolaan
persediaan secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap tingkat likuiditas
pada Perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) ?”
1.3.Tujua n Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris pengaruh
pengelolaan kas, pengeloaan piutang, dan pengelolaan persediaan secara
simultan dan parsial terhadap tingkat likuiditas pada Perusahaan Food and
Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.4.Manfaa t Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan bermanfaat bagi:
a) Universitas
Menambah referensi sebagai perbandingan yang akan datang serta sebagai
b) Pihak perusahaan
Sebagai bahan masukan informasi dan pertimbangan bagi manajemen
perusahaan dalam mengelola modal kerja, sebagai kebijakan di bidang
keuangan.
c) Peneliti
Sebagai sarana latihan untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat dibangku
kuliah dengan keadaan yang sebenarnya yang ada dalam dunia usaha serta
menambah pengetahuan tentang masalah yang dihadapi oleh perusahaan
2.1. Penelitian Ter da hulu
Ada beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh
pengelolaan modal kerja terhadap tingkat likuiditas perusahaan. Salah satunya
dilakukan oleh Sianturi dan Mulyani (2005) tentang “Pengaruh Perputaran
Persediaan Terhadap Likuiditas pada Perusahaan Barang Konsumsi yang
Terdaftar di BEI“. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap
likuiditas suatu perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari hasil uji t yang
menunjukkan hitung sebesar 2,143 dengan nilai signifikan 0,035 sedangkan
t-tabel sebesar 1,984723 sehingga t-hitung > t-t-tabel. Artinya bahwa semakin
meningkat perputaran persediaan, maka semakin meningkat pula likuiditas
suatu perusahaan, yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.
Demikian juga sebaliknya apabila semakin berkurang perputaran persediaan,
maka semakin rendah pula likuiditas suatu perusahaan, yang berarti semakin
kecil kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar atau
Penelitian yang dilakukan oleh Santoso dan Nur (2008) tentang “Pengaruh
Perputaran Piutang dan Pengumpulan Piutang Terhadap Likuiditas pada
Perusahaan CV. Bumi Sarana Jaya di Gresik “. Berdasarkan hasil analisis
secara parsial diketahui perputaran piutang dan pengumpulan piutang
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap likuiditas perusahaan. Tingkat
perputaran piutang menunjukkan tinggi rendahnya investasi yang dilakukan
dalam bentuk piutang. Perputaran piutang pada CV. Bumi Sarana Jaya
memiliki perputaran piutang yang rendah dimana rasio rata-rata perputarannya
setiap tahun < 6 kali perputaran. Maka analisis tersebut menunjukkan bahwa
modal yang tertanam di dalam piutang yaitu melalui penjualan secara kredit
dilakukan belum secara efisien dimana seharusnya semakin tinggi perputaran
akan diikuti cepat pengumpulannya sehingga modal yang tertanam dapat cepat
menjadi kas sehingga dapat memenuhi likuiditas perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Mahfudliyah (2010) tentang “Analisis
Pengaruh Efisiensi Modal Kerja Terhadap Tingkat Likuiditas Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI“. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa Days Sales Outstanding memberikan pengaruh positif
yang tidak signifikan terhadap likuiditas. Hal ini dikarenakan sedikitnya
penggunaan piutang usaha sehingga penjualan yang diperoleh mengalami
penurunan. Days Inventory Outstanding mempunyai pengaruh positif yang
berkurang persediaan maka semakin rendah pula likuiditas suatu perusahaan
yang berarti semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
lancar atau jangka pendek yang dimiliki. Demikian sebaliknya apabila semakin
tinggi persediaan maka semakin meningkat pula likuiditas suatu perusahaan
yang berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban
lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.
Perbedaan antara penelitian sekarang dengan terdahulu yaitu dalam hal
waktu penelitian, variabel yang digunakan, dan obyek yang diteliti.
2.2. Landasa n Teor i
2.2.1. Penger tian Moda l
Usaha memajukan dan mengembangkan perusahaan serta meningkatkan
hasil produksi, maka modal adalah faktor utama yang menunjang tujuan
tersebut. Kebutuhan dana atau mengembangkan perusahaan dapat dipenuhi
dengan menambahkan modal sendiri atau dengan modal asing dan dapat juga
kombinasi antara kedua sumber tersebut, dari sumber manapun modal tersebut
didapat harus diperhitungkan pula biaya yang akan timbul untuk mendapatkan
modal tersebut.
Secara sederhana modal adalah kelebihan nilai harta yang dimiliki
perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya. Menurut beberapa pakar
a. Munawir (2004 :19) mengemukakan bahwa modal adalah hak atau bagian
yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos
modal, surplus dan laba ditahan, dapat juga dikatakan bahwa modal
merupakan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh
hutang-hutangnya.
b. Riyanto (2001 :19) menyimpulkan dari beberapa pendapat para ahli
tentang modal, yaitu modal yang tercatat disebelah debet disebut modal
konkret dan disisi kredit adalah modal abstrak atau dapat digambarkan
sebagai modal aktif yang terletak disisi debet neraca, yang
menggambarkan bentuk-bentuk dimana seluruh dana yang diperoleh
perusahaan ditanamkan, sedangkan yang lainnya adalah modal pasif yang
terletak disebelah kredit neraca yang menggambarkan sumber-sumber
darimana dana diperoleh.
Hal ini berarti modal adalah kelebihan aktiva atas utang yang mempunyai
kekuasaan untuk menggunakan barang modal.
Selain modal-modal tersebut menurut Riyanto dalam bukunya
Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan (2001 :19) terdapat juga modal lainnya yang
1. Modal menurut bentuknya (modal aktif) yaitu modal yang tertera di
sebelah debet neraca, yang menggambarkan bentuk-bentuk dalam mana
seluruh dana yang diperoleh perusahaan ditanamkan.
1) Modal aktif berdasarkan cara dan lamanya perputaran dapat
dibedakan antara lain :
a) Aktiva lancar yaitu aktivitas yang habis dalam satu kali
berputar dalam proses produksi dan proses perputarannya
dalam jangka waktu yang pendek (umumnya kurang dari satu
tahun).
b) Aktiva tetap yaitu aktiva yang tahan lama yang tidak atau
yang secara berangsur-angsur habis turut serta dalam proses
perputarannya dalam jangka waktu yang panjang (lebih dari
satu tahun).
2) Modal aktif berdasarkan fungsi kerja aktiva dalam perusahaan
dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Modal kerja (working capital) adalah jumlah keseluruhan
aktiva lancar (gross working capital) atau kelebihan dari
aktiva lancar (net working capital).
2. Modal menurut sumber atau asalnya (modal pasif) yaitu modal yang
tertera disebelah kredit dari neraca yang menggambarkan sumber-sumber
mana dana diperoleh.
Modal pasif berdasarkan asalnya dibedakan menjadi dua yaitu :
a Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik (modal)
perusahaan itu sendiri dari hasil usahanya (cadangan, laba ditahan),
atau berasal dari pengambilan bagian, persero, atau pemilik (modal
saham, modal persero dan lain-lain).
b Modal asing (modal kreditur atau utang) adalah modal yang berasal
dari kreditur, yang ini merupakan utang perusahaan.
Pembagian modal pasif juga didasarkan pada :
a Syarat likuiditas yang terdiri dari modal jangka pendek dan modal
jangka panjang.
b Syarat solvabilitas yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing.
c Syarat rentabilitas yang terdiri dari modal dengan pendapatan tetap
(modal obligasi) dan modal dengan pendapatan tidak tetap (modal
2.2.2. Modal Ker ja
Setiap perusahaan memerlukan modal kerja untuk membiayai kegiatan
operasional sehari-hari misalnya : gaji, upah, pembellian barang dan
sebagainya, dimana dana yang telah dikeluarkan diharapkan akan kembali
masuk ke perusahaan dalam jangka pendek melalui hasil penjualan.
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat
membayar kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya dan akan
menghadapi masalah likuiditas.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai modal kerja
maka ada beberapa pendapat menurut para ahli mengenai pengertian modal
kerja adalah sebagai berikut :
Menurut Sartono (2001 :385) dalam bukunya manajemen keuangan : ada
dua pengertian modal kerja, yang pertama gross working capital adalah
seluruh aktiva lancar, sementara pengertian net working capital adalah
kelebihan aktiva lancar diatas utang lancar.
Menurut Kasmir (2008 :250) modal kerja adalah investasi perusahaan
dalam harta jangka pendek, piutang dan persediaan.
Berdasarkan kedua definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa
modal kerja adalah jumlah keseluruhan aktiva lancar atau kelebihan aktiva
Menurut Riyanto dalam bukunya Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan
(2001:57) terdapat tiga konsep yang menerangkan pengertian modal kerja,
yaitu :
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dan
unsur-unsur aktiva lancar dimana ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang
tertanam didalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu pendek,
dengan demikian modal kerja menurut konsep ini adalah keseluruhan
dari jumlah aktiva lancar.
2. Konsep Kualitatif
Konsep ini mendasar pada kualitas modal kerja, dalam konsep ini
pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang
jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang
berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari pemilik
peerusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan
tersedia aktiva lancar yang lebih besar daripada utang lancarnya (utang
jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau
tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin
untuk memperoleh tambahan pinjaman jangka pendek dengan jaminan
aktiva lancarnya.
3. Konsep Fungsional
Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana yang dimiliki dalam
rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan.
Pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan
seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan sesuai dengan usaha
pokok perusahaan, tetapi tidak semua dana digunakan untuk
menghasilkan sebuah laba periode ini (current income) ada sebagian
dana yang digunakan untuk memperoleh atau menghasilkan laba
dimasa yang akan datang, misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik,
alat-alat kantor dan aktiva lainnya.
2.2.2.1. J enis-jenis Modal Ker ja
Menurut Riyanto (2001 : 61) dalam bukunya Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan, modal kerja dalam perusahaan dapat
digolongkan sebagai berikut :
1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital) yaitu modal kerja
yang harus tetap ada perusahaan untuk menjalankan fungsinya, atau
dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan
a) Modal kerja primer (primary working capital) yaitu jumlah modal
kerja minimum yang harus ada perusahaan untuk menjamin
kontinuitas usahanya.
b) Modal kerja normal (normal working capital) yaitu jumlah modal
kerja yang diperlukan menyelenggarakan luas produksi yang
normal (dinamis).
2. Modal kerja variabel (Variabel Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan, dan
modal kerja ini dibagi dalam :
a) Modal kerja musiman (sesasional working capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena fluktuasi musim.
b) Modal kerja siklis (cyclical working capital) yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan fluktuasi konyungtur.
c) Modal kerja darurat (emergency working capital) yaitu modal kerja
yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang
2.2.2.2. Pentingnya Modal Ker ja
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam
operasi bergantung pada tipe atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki
seperti kas, marketable securities, piutang dan persediaan. Modal kerja
yang cukup besar dalam arti harus membiayai pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan
menguntungkan perusahaan, disamping memungkinkan bagi perusahaan
tidak mengalami kesulitan keuangan, yang menurut Munawir dalam
bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004:116) memberikan beberapa
manfaat antara lain :
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya
nilai dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban-kewajiban tepat
pada waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar
dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi
bahaya-bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat
kredit yang lebih menarik bagi para pelanggan.
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan lebih
efektif karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang
ataupun jasa yang dibutuhkan.
2.2.2.3. Faktor -fa ktor ya ng Mempengar uhi Modal Ker ja
Modal kerja memang sangat penting bagi perusahaan, oleh karena itu
dalam menentukan besarnya modal kerja yang dibutuhkan menurut
Munawir dalam bukunya Analisa Laporan Keuangan (2004: 117)
dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1.Sifat atau tipe perusahaan
Modal kerja suatu perusahaan dagang relatif lebih rendah bila
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan industri,
karena tidak memerlukan investasi yang besar dalam kas, piutang
maupun persediaan. Kebutuhan uang tunai pada perusahaan dagang
untuk membelanjai operasi dapat dipenuhi dari penghasilan atau
penerimaan saat itu juga.
2.Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi barang yang akan dijual
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung
dengan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan
dijual maupun bahan baku yang akan diproduksi sampai barang itu
dijual. Semakin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi
atau memperoleh barang tersebut semakin besar pula modal kerja
yang dibutuhkan. Disamping itu harga pokok per satuan barang itu
juga memperngaruhi besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan,
semakin besar harga pokok per satuan barang yang akan dijual
semakin besar pula kebutuhan modal kerja.
3.Syarat pembelian bahan baku
Syarat pembelian bahan baku yang akan digunakan untuk
memproduksi barang atau barang dagangan sangat mempengaruhi
jumlah modal kerja yang akan dibutuhkan untuk perusahaan yang
bersangkutan, jika syarat yang diterima pada waktu pembelian
menguntungkan, makin sedikit dana yang diinvestasikan dalam
persediaan bahan baku atau barang dagangan, sebaliknya bila
pembayaran atas barang atau barang dagangan yang dibeli tersebut
harus dilakukan dalam jangka waktu pendek maka uang kas
4.Syarat penjualan
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para
pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja
yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang, untuk memperendah
jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam sektor piutang
dan untuk memperkecil risiko adanya piutang yang akan tertagih
sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para
pembeli, karena dengan demikian pembeli akan tertarik untuk segera
membayar utangnya dalam periode diskonto tersebut.
5.Tingkat perputaran persediaan
Menunjukkan berapa kali perusahaan tersebut diganti. Semakin
tinggi tingkat perputaran persediaan maka jumlah modal kerja yang
diinvestasikan dalam persediaan semakin rendah. Untuk dapat
mencari tingkat perputaran persediaan yang tinggi maka harus
diadakan perencanaan dan pengendalian persediaan secara teratur dan
efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran
persediaan akan memperkecil risiko terhadap kerugian yang
disebabkan penurunan mutu atau karena perubahan selera konsumen,
disamping menghemat ongkos menyimpan dan pemeliharaan
2.2.2.4. Penentuan Besar nya Kebutuhan Modal Ker ja
Menurut Riyanto (2001: 64) dalam bukunya Dasar-Dasar
Pembelanjaan Perusahaan terdapat dua faktor yang mempengaruhi
besarnya kebutuhan modal kerja yaitu :
1. Periode perputaran modal kerja merupakan keseluruhan atau jumlah
dari periode-periode yang meliputi jangka waktu pemberian kredit,
lamanya penyimpanan bahan baku di gudang, lamanya proses
produksi, lamanya barang jadi disimpan di gudang dan jangka waktu
penerimaan piutang.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap harinya merupakan jumlah
pengeluaran kas rata-rata setiap harinya untuk keperluan pembelian
bahan baku, bahan pembantu, pembayaran upah dan biaya-biaya lain.
2.2.2.5. Sumber Dana da n Penggunaan Moda l Ker ja
Analisis sumber dana penggunaan modal kerja merupakan hal sangat
penting bagi manajemen keuangan karena hasil analisis ini dapat
digunakan sebagai alat bantu bagi manajemen untuk mengelola modal
kerja perusahaan yang bersangkutan agar jumlah modal kerja itu sesuai
a Sumber modal kerja
Menurut Munawir (2004: 119) dalam bukunya Analisis Laporan
Keuangan pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian :
1. Modal kerja permanen (permanent working capital) adalah
modal kerja yang harus ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsi atau dengan kata lain modal kerja yang
secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
2. Modal kerja variabel (variabel working capital) adalah modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan
keadaan.
b Penggunaan modal kerja
Pemakaian dan penggunaan modal kerja akan mengakibatkan
perubahan struktur maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang
dimiliki perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar yang selalu
diikuti berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki
perusahaan. Misalnya penggunaan aktiva lancar untuk melunasi
utang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak mengakibatkan
penurunan jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar
tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan utang lancar dalam
2.2.3. Pembelanjaa n Per usa haan
Perusahaan dalam setiap kegiatan usahanya tentu melakukan
pembelanjaan untuk menjalankan kegiatannya. Pembelanjaan berkaitan
dengan modal kerja (Sekardewi, 2008).
Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk
mendapatkan dana tersebut disebut pembelanjaan perusahaan atau
manajemen keuangan (Riyanto, 2001: 4).
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 2), aktiva adalah sumber daya
yang dikuasai oleh perusahaan akibat dari peristiwa masa lalu dan
darimana manfaat ekonomi dimasa depan. Sedangkan pasiva atau
kewajiban merupakan utang perusahaan masa lalu yang timbul dari
peristiwa masa lalu.
2.2.3.1.Pengelolaan Kas
Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat
likuiditasnya, makin besar jumlah kas yang ada di dalam perusahaan
berarti makin tinggi tingkat likuiditasnya (Riyanto, 2001: 94).
Persoalan penting dalam manajemen kas adalah bagaimana
terlalu besar jumlahnya. Ada tiga macam bentuk dalam pengelolaan kas
menurut (Sugiyarso dan Winarni, 2005: 24), diantaranya adalah :
1. Jumlah persediaan kas
Untuk dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu-waktu
perusahaan perlu mempunyai jumlah kas minimum dari kas yang harus
dipertahankan. Jumlah inilah yang disebut safety cash balance atau
persediaan besi atau persediaan minimum.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya persediaan kas
minimal adalah :
a) Perimbangan aliran kas masuk dan aliran kas keluar.
b) Penyimpangan aliran kas yang diperkirakan.
c) Hubungan manajemen dengan pihak luar.
2. Anggaran kas
Adalah suatu rencana yang menunjukkan estimasi aliran kas masuk
dan kas keluar dalam suatu perusahaan untuk suatu periode tertentu
pada waktu yang akan datang.
a) Menyusun estimasi aliran kas masuk dan estimasi kas keluar
menurut rencana operasional perusahaan.
b) 1. Menyusun estimasi kebutuhan dana dari sumber-sumber dana
yang diperlukan untuk menutup deficit kas karena rencana
operasi perusahaan.
2. Menyusun estimasi pembayaran bunga kredit beserta waktu
pembayaran kembali.
c) Menyusun kembali estimasi keseluruhan aliran kas masuk dan
aliran kas keluar setelah adanya transaksi financial.
Anggaran kas finansial merupakan gabungan dari transaksi
operasional dan transaksi finansial yang menggambarkan estimasi
penerimaan dan pengeluaran kas secara keseluruhan.
Untuk menguji pengelolaan kas adalah menggunakan rasio kas, dapat
2.2.3.2.Pengelolaan Piutang
Dalam keadaan yang normal dan dimana penjualan pada umumnya
dilakukan dengan kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih
tinggi daripada inventory, karena perputaran dari piutang ke kas
membutuhkan satu langkah saja (Riyanto, 2001: 85).
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 30), piutang adalah tagihan
kepada perorangan atau badan yang timbul dari penjulan barang atau jasa
secara kredit tanpa disertai dengan janji tertulis secara formal. Penjualan
secara kredit merupakan suatu upaya untuk meningkatkan jumlah
penjualan, akan tetapi piutang yang ditimbulkan dari penjualan secara
kredit juga menimbulkan berbagai biaya, untuk itu perusahaan juga perlu
melakukan analisis ekonomi terhadap piutang, apakah manfaat memiliki
piutang lebih besar dari biaya yang terjadi. Disamping itu manajemen
piutang juga menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang,
pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap
kebijakan pemberian kredit yang dijalankan oleh perusahaan.
a) Retur dan potongan penjualan
b) Syarat penjualan
d) Penilaian pelanggan
e) Solidaritas perusahaan
f) Investasi inti dalam piutang
g) Perputaran piutang
Untuk menguji pengelolaan piutang adalah menggunakan rasio
perputaran piutang, dapat dihitung sebagai berikut :
Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai dampak yang
langsung terhadap besar kecilnya dan yang diinvestasikan ke dalam
piutang. Semakin tinggi perputaran piutangnya, berarti semakin cepat
perputarannya, yang berarti pula semakin pendek waktu terikatnya dana
ke dalam piutang, dengan demikian untuk mempertahankan penjualan
kredit neto tertentu, dengan naiknya tingkat perputaran, akan dibutuhkan
2.2.3.3.Pengelolaan Per sediaan
Adanya pengelolaan persediaan yang baik,maka perusahaan dapat
segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui
penjualan yang kemudian bertransformasi menjadi kas atau piutang
(Sianturi dan Mulyani, 2005).
Istilah persediaan sendiri dapat meliputi : persediaan barang dagang,
persediaan barang mentah, persediaan barang dalam proses, persediaan
barang setengah jadi dan persediaan barang jadi. Untuk perusahaan
industri, persediaan bahan baku dan barang dalam proses bertujuan untuk
memperlancar kegiatan produksi. Sementara itu persediaan barang jadi
dimaksudkan untuk memenuhi permintaan pasar (Sugiyarso dan Winarni,
2005).
Untuk menguji pengelolaan persediaan adalah menggunakan rasio
2.2.4. Likuiditas
2.2.4.1. Penger tian Likuiditas
Kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan dengan baik dan
tujuan yang diharapkan perusahaan dapat tercapai secara optimal jika
likuiditas suatu perusahaan meningkat.
Rasio Likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo, baik kewajiban
kepada pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan). (Kasmir, 2008: 130).
Menurut Riyanto (2001: 25), masalah likuiditas adalah masalah yang
berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk
memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi.
Menurut Sugiyarso dan Winarni (2005: 114), likuiditas adalah rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
keuangan jangka pendeknya.
Menurut Wild et al. (2005: 185) dalam Sianturi dan Sri Mulyani,
likuiditas (liquidity) mengacu pada kemampuan perusahaan untuk
2.2.4.2. Pengukur an Likuidita s
Ada banyak ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi likuiditas
pada perusahaan. Menurut Syahyunan (2004:83) dalam Sianturi dan
Mulyani (2005) rasio yang biasa digunakan untuk mengukur likuiditas,
yaitu : current ratio, quick ratio, cash ratio, dan net working capital.
Namun rasio yang digunakan untuk penelitian ini adalah rasio lancar,
yang menunjukkan sejauh mana aktiva lancar suatu perusahaan mampu
untuk memenuhi kewajiban lancarnya tepat pada waktunya.
Menurut Munawir (2004 :36), rasio likuiditas adalah menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan
yang sengaja dipenuhi (jangka pendek). Perusahaan yang mampu
memenuhi kewajiban keuangannya dapat tepat pada waktunya berarti
perusahaan tersebut dalam keadaan likuiditas dan perusahaan dikatakan
mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya.
Sebaliknya kalau perusahaan tidak dapat segera memenuhi
kewajiban-kewajibannya pada saat tagihan berarti perusahaan tersebut dalam
keadaan ilikuid.
Mengingat bahwa current ratio adalah angka perbandingan antar
mengakibatkan perubahan jumlah aktiva lancar atau utang lancar, baik
masing-masing atau kedua-keduanya, akan dapat mengakibatkan
perubahan tingkat likuiditasnya. Dengan cara-cara untuk mempertinggi
current ratio sebagaimana disebutkan di muka, maka transaksi dapat
dikatakan pada sektor aktiva lancar, utang lancar, atau kedua-duanya
(Riyanto, 2001:28).
2.3. Kera ngka Pikir
2.3.1. Pengar uh Pengelolaan Kas ter hadap Lik uiditas
Salah satu aspek terpenting dari modal kerja yaitu kas. Jumlah kas yang
baik adalah yang mencukupi, tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil.
Pengelolaan kas pada perusahaan dapat dihitung dengan siklus konversi kas
(CCC). Siklus konversi kas yang semakin cepat menandakan likuiditas
perusahaan semakin baik (Sekardewi, 2008).
Menurut kasmir (2008: 140) apabila kondisi rasio kas terlalu tinggi maka
kurang baik karena ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum
digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas menurun kondisinya
belum tentu baik karena untuk membayar kewajiban masih memerlukan
2.3.2. Pengar uh Pengelolaan Piutang ter ha dap Likuiditas
Menurut Santoso dan Nur (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
piutang perlu dikelola, karena piutang timbul adanya penjualan secara kredit
yang akan menyebabkan terjadinya risiko dan manfaat atas penjualan tersebut.
Tujuan keuangan dasar dari sebuah usaha kecil dan menengah adalah
memaksimalkan nilainya. Piutang manajemen harus juga berkontribusi untuk
mewujudkan tujuan mendasar ini. Peningkatan tingkat piutang Dalam
meningkatkan perusahaan baik modal kerja bersih dan biaya dari memegang
dan mengelola piutang.
Menurut Kasmir (2008: 176) semakin tinggi rasio menunjukkan bahwa
modal kerja yang ditanamkan dalam piutang semakin rendah (dibandingkan
dengan rasio sebelumnya) dan tentunya kondisi ini bagi perusahaan semakin
baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah ada over investment dalam
piutang.
2.3.3. Pengar uh Pengelolaan Persediaan ter ha dap Likuiditas
Menurut Sianturi dan Mulyani (2005) dalam penelitiannya menyatakan
bahwa semakin meningkat perputaran persediaan, maka semakin meningkat
pula likuiditas suatu perusahaan, yang berarti semakin besar kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek
perputaran persediaan, maka semakin rendah pula likuiditas suatu perusahaan,
yang berarti semakin kecil kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban lancar atau kewajiban jangka pendek yang dimilikinya.
Adanya pengelolaan dan persediaan yang baik perusahaan diharapkan
dapat mengoptimalkan labanya, sehingga perusahaan juga diharapkan dapat
memenuhi kewajiban jangka pendeknya (likuiditasnya).
Menurut Kasmir (2008: 180) apabila rasio perputaran sediaan yang
diperoleh tinggi, ini menunjukkan perusahaan bekerja secara efisien dan likuid
persediaan semakin baik. Demikian pula apabila perputaran sediaan rendah
berarti perusahaan bekerja secara tidak efisien atau tidak produktif dan banyak
barang sediaan yang menumpuk.
Berdasarkan penjelasan dari kerangka pikir di atas, maka dapat dibuat
Ga mbar 2.1 : Bagan Kera ngka Pikir
2.4. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka hipotesis yang diajukan
adalah : Diduga bahwa secara simultan dan parsial pengelolaan kas,
pengelolaan piutang, dan pengelolaan persediaan berpengaruh terhadap
tingkat likuiditas perusahaan. Pengelolaan
Piutang (X2) Pengelolaan Kas
(X1)
Pengelolaan Persediaan
(X3)
Likuidit as (Y)
39
3.1. Definisi Oper asional dan Pengukur a n Var iabel
Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu
variabel atau konstrak dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan
kegiatan ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk
mengukur konstrak atau variabel tersebut (Hasan, 2002: 70).
Dalam penelitian ini penulis menggunakan empat variabel, tiga variabel
bebas (Independent) (X), yaitu : Pengelolaan Kas (X1), Pengelolaan Piutang
(X2), dan Pengelolaan Persediaan (X3) dan satu variabel terikat (dependent) (Y),
yaitu : Likuiditas.
Adapun definisi operasional dan pengukuran variabel-variabel yang akan
digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Variabel Terikat (Y) :
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
finansiilnya yaitu kewajiban jangka pendek perusahaan. Skala pengukuran
Likuiditas dapat diukur dengan rumus :
(Riyanto, 2001: 333)
b. Variabel Bebas (X) :
1. Pengelolaan Kas (X1)
Adalah menyediakan kas dengan memadai yaitu dengan
memperhatikan besarnya jumlah aliran kas masuk dan aliran kas
keluar dan dapat mempertahankan jumlah kas agar dapat memenuhi
kewajiban finansiilnya sewaktu-waktu. Skala pengukuran data adalah
rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah jumlah kali
perputaran. Pengelolaan kas dapat diukur dengan rumus :
(Riyanto, 2001: 332)
2. Pengelolaan Piutang (X2)
Adalah melakukan pengendalian jumlah piutang dengan memeriksa
ketelitian data administrasi dan pengumpulan piutang dengan
pemberian kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Skala pengukuran
data adalah rasio. Satuan pengukuran yang digunakan adalah jumlah
kali perputaran. Pengelolaan piutang dapat diukur dengan rumus :
(Riyanto, 2001: 334)
3. Pengelolaan Persediaan (X3)
Adalah memprediksi dan menyediakan seefisien mungkin kebutuhan
akan bahan baku dan juga barang jadi, menyediakan persediaan tepat
pada waktunya sesuai dengan jumlah yang diperlukan agar tidak
terjadi kemungkinan kerugian dalam menyimpan dan memelihara
persediaan di gudang. Skala pengukuran data adalah rasio. Satuan
pengukuran yang digunakan adalah jumlah kali perputaran.
Pengelolaan persediaan dapat diukur dengan rumus :
3.2. Teknik Penentua n Sampel
3.2.1. Populasi
Populasi merupakan kelompok subjek / objek yang memiliki cirri-ciri /
karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subjek / objek yang lain,
dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari penelitian (Sumarsono,
2004: 44). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan perusahaan
Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
periode 2009 – 2011. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 18 x 3
tahun. Sehingga populasi dalam penelitian ini berjumlah 54 data laporan
keuangan perusahaan Food and Beverage.
3.2.2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari sebuah populasi yang mempunyai cirri dan
karakteristik yang sama dengan populasi tersebut, karena itu sebuah sampel
harus merupakan representatif dari sebuah populasi (Sumarsono, 2004: 44).
Teknik penentuan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu teknik
pengambilan sampel yang menggunakan kriteria-kriteria tertentu.
Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel tersebut yaitu antara
1. Perusahaan manufaktur Food and Beverage yang listing (terdaftar) di
Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode penelitian.
2. Perusahaan manufaktur Food and Beverage yang go public dan terdaftar
aktif di Bursa Efek Indonesia yang tidak mengalami kerugian selama
periode penelitian 2009-2011.
3. Perusahaan manufaktur Food and Beverage yang go public yang
menerbitkan Laporan Keuangan khususnya Neraca dan Laba Rugi
berturut-turut selama tiga tahun dari 2009-2011.
4. Laporan keuangan menggunakan satuan mata uang yang sama selama
periode penelitian, yaitu mata uang rupiah.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dalam pengambilan sampel
tersebut di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini
berjumlah 13 x 3 tahun, yaitu 39 data laporan keuangan perusahaan Food and
Beverage yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia.
Adapun nama-nama perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian
ini, yaitu sebagai berikut :
1. PT. Akasha Wira International Tbk.
2. PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk.
4. PT. Delta Djakarta Tbk.
5. PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
6. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.
7. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk.
8. PT. Mayora Indah Tbk.
9. PT. Prashida Aneka Niaga Tbk.
10.PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk.
11.PT. Sekar Laut Tbk.
12.PT. Siantar Top Tbk.
13.PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
3.3.1. J enis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder
yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan
penelitian dan sumber yang telah ada. Data yang dibutuhkan dalam penelitian
rugi perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI) 2009-2011.
3.3.2. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari pusat referensi
pasar modal di Bursa Efek Indonesia dan yang dipublikasikan online dengan
situs www.idx.co.id
3.3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi yaitu
pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dan mempelajari catatan
perusahaan atau dokumen-dokumen perusahaan yang berkaitan.
3.4. Teknik Ana lisis dan Uji Hipotesis
3.4.1. Uji Nor malitas
Normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent
variabel) mempunyai distribusi normal atau tidak. Regresi yang baik adalah
mempunyai distribusi data normal, dapat diuji menggunakan metode
Kolmogrov Smirnov test yaitu dengan melihat angka probabilitas. Dasar
a. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) < 5%, maka distribusi adalah
tidak normal.
b. Jika nilai signifikan (nilai probabilitasnya) > 5%, maka distribusi adalah
normal.
3.4.2. Uji Outlier
Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik yang
terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan muncul
dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau variabel
kombinasi. Ada empat penyebab timbulnya data outlier :
a) Kesalahan dalam meng-entri data.
b) Gagal menspesifikasi adanya missing value dalam program komputer.
c) Outlier bukan merupakan anggota populasi yang kita ambil sebagai
sampel.
d) Outlier berasal dari populasi yang kita ambil sebagai sampel, tetapi
distribusi dari variabel dalam populasi tersebut memiliki nilai ekstrim dan
tidak berdistribusi secara normal.
Deteksi terhadap univariate outlier dapat dilakukan dengan menentukan
nilai batas yang akan dikategorikan sebagai data outlier yaitu biasa disebut
3.4.3. Uji Asumsi Kla sik
Berdasarkan uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji
f dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka
persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :
a. Tidak boleh ada autokorelasi
b. Tidak boleh ada multikolinearitas
c. Tidak boleh ada heteroskedastisitas
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka
persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga
pengambilan keputusan melalui uji f dan uji t menjadi bias. (Algifari, 2000:
83).
a. Autokorelasi
Menurut Gozhali, (2009: 99) uji autokorelasi bertujuan menguji
apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi :
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada korelasi negatif
Tidak ada autokorelasi positif
atau negative
Sumber : (Ghozali, 2009: 100)
b. Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana terjadi satu
atau lebih variabel bebas yang berkorelasi sempurna atau mendeteksi
sempurna dengan variabel bebas lainnya (Alghifari, 2000: 84).
Menurut Ghozali (2009: 96), deteksi adanya multikolinearitas dalam
model persamaan regresi adalah dengan melihat besaran VIF (Variance
Inflation Factor) dan Tolerence. VIF dapat dihitung dengan rumus :
1) VIF > 10, maka terjadi multikolinearitas
2) VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas
c. Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedasitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas dan jika berbeda
disebut Heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang tidak
terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 129).
Menurut Santoso, (2001: 301) deteksi adanya heteroskedastisitas
adalah :
a.Nilai probabilitas > 0,05 berarti bebas dari heteroskedastisitas
b.Nilai probabilitas < 0,05 berarti terkena dari heteroskedastisitas.
3.4.4. Teknik Ana lisis
Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda. Adapun
model persamaan regresi yang digunakan yaitu sebagai berikut :
Y = β o + β 1X1 + β 2X2 + β 3X3 + ε
Keterangan :
Y = Likuiditas
X1 = Pengelolaan Kas
X2 = Pengelolaan Piutang
X3 = Pengelolaan Persediaan
β 0 = Konstanta
β 1,2,3 = Koefisien regresi
ε = Standart Error
3.4.5. Uji Hipotesis
1. Uji F
Suatu persamaan regresi pada dasarnya dapat diuji dengan
menggunakan statistik uji F yang digunakan untuk menguji simultan
pengaruh X1, X2, X3 terhadap Y (Ghozali, 2009 : 163). Prosedur uji F
dengan kriteria sebagai berikut :
a. Ho : β 1 = β 2 = β 3 = 0 (tidak terdapat pengaruh secara simultan antara
variabel X1, X2, X3 terhadap Y ).
Hi : β 1 = β 2 = β 3 ≠ 0 (terdapat pengaruh secara simultan antara variabel
b. Level signifikan (β 0) = 0,05 atau 5%
c. Kriteria pengujian (Ghozali, 2009 : 88) :
1) Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan > 0,05 maka H0
diterima dan H1 ditolak.
2) Jika nilai probabilitas (P value) / signifikan < 0,05 maka H0
ditolak dan H1 diterima.
2. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji signifikan atau tidaknya pengaruh X1, X2,
X3 terhadap Y.
Ho : β i = 0 (tidak ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara
variabel X1, X2, X3 terhadap Y )
Hi : β i ≠ 0 (ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel X 1,
X2, X3 terhadap Y )
Ket : i = X1, X2, X3
Kriteria pengujian sebagai berikut:
1. Jika nilai probabilitas > 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak, berarti
tidak ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel X1, X2,
X3 terhadap Y.
2. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima, berarti
ada pengaruh secara parsial yang signifikan antara variabel X1, X2, X3
4.1. Deskr ipsi Objek Penelitian
4.1.1. PT. Bur sa Efek Indonesia (BEI)
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke-19. Pada tahun 1912, dengan bantuan kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuku lagi pada tahun 1925. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangankan bursa pararel di Surabaya dan di Semarang. Namun kegiatan bursa saham saat ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
kemudian berhenti lagi ketika pemerintahan meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Departemen Keuangan. kegiatan perdagangan dan kapatalisasi pasar saham pun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta. Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa efek Jakarta dan menjadi salah satu bursa saham yang dinamis di Asia. Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Indonesia ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM).
Tahun 1995 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada 22 Mei 1995 Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated Trading System (JATS), sebuah system perdangangan otomatisasi yang menggantikan system perdangangan manual. System baru ini dapat memfasilitasi perdangangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan disbanding system perdangan manual.
Tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Pada 1 Desember 2007, PT. Bursa Efek Jakarta resmi merger dengan Bursa Efek Surabaya. Penggabungan PT. Bursa Efek Surabaya ke dalam PT. Bursa Efek Jakarta yang selanjutnya berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) telah aktif mulai 30 November 2007. Bursa Efek hasil merger tersebut memulai operasional pertama pada tanggal 3 Desember 2007.