SKRIPSI
Diajukan oleh :
ERDIAN FIRMANSYAH
0912010119/FE/EM
KEPADA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Per syaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
J urusan Manajemen
Diajukan oleh :
ERDIAN FIRMANSYAH 0912010119/FE/EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
DI BURSA EFEK INDONESIA
Disusun Oleh : ERDIAN FIRMANSYAH
0912010119 / FE / EM
Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skr ipsi Pr ogram Studi Manajemen Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur Pada Tanggal : 31 J uli 2013
Pembimbing Utama Tim Penguji :
Ketua
Dr. Eko Pur wanto, MSI Dr. Eko Pur wanto, MSI
Sekr etaris
Dra. Ec. Mei Retno A, MSI
Anggota
Dr s. Ec. Her ry Pudjo, MM
Mengetahui, Dekan Fakultas Ekonomi
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
segala berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis berkesempatan untuk menimba
ilmu hingga jenjang perguruan tinggi dan menyelesaikan skripsi dengan judul,
“ANALISA PENGARUH PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP
ABNORMAL RETURN PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON
AKUISITOR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.
Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan karya tulis ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena dalam
kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanudin N, MM, Dekan Falkutas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, Ketua Jurusan Manajemen Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak Dr. Eko Purwanto, MSI, dosen pembimbing yang telah membantu dan
mengarahkan penulis dalam proses penyelesaian skripsi.
5. Seluruh Staf Dosen Falkutas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi.
8. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan
saran bagi perbaikan dimasa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Mei 2013
DAFTAR ISI ... 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ... 2.2 Tinjauan Teori ... 2.2.1 Akuisisi ... 2.2.1.1Pengertian Akuisisi ... 2.2.1.2Proses Akuisisi ... 2.2.1.3Klasifikasi Akuisisi ... 2.2.1.4Motif Melakukan Akuisisi ... 2.2.1.5Faktor Keberhasilan dan Kegagalan Akuisisi 2.2.1.6Faktor Penghambat Akuisisi ... 2.2.2 Takeover ... 2.2.3 Pasar Modal ... 2.2.3.1Instrumen Pasar Modal ... 2.2.3.2Jenis Pasar Modal ... 2.2.3.3Pasar Modal Yang Efisien ... 2.2.4 Return Saham ... 2.2.5 Abnormal return ... 2.2.6 Pengaruh Pengumuman Akuisisi dengan Abnormal
Return ... 2.3 Kerangka Pikir ... 2.4 Hipotesis ...
BAB III METODE PENELITIAN ... 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 3.1.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 3.1.2 Variabel Bebas (Independen Variable) ... 3.2 Teknik Penentuan Sampel ...
3.4.1 Teknik Analisis ... 3.4.2 Pengujian Hipotesis ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 4.1.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia ... 4.1.2 Maksud dan Tujuan Pembentukan Bursa Efek
Indonesia ... 4.1.3 Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ... 4.1.4 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia ... 4.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel Penelitian ... 4.3 Deskripsi Hasil Penelitian ... 4.3.1 Pengumuman Akuisisi (Di) ... 4.3.2 Abnormal Return (Y) ... 4.4 Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 4.4.1 Pengujian Hipotesis ... 4.5 Pembahasan ...
4. Data perusahaan yang melakukan akuisisi ... 5. Abnormal return perusahaan akuisitor sebelum akuisisi ... 6. Abnormal return perusahaan akuisitor sesudah akuisisi ... 7. Abnormal return perusahaan non akuisitor sebelum akuisisi ... 8. Abnormal return perusahaan non akuisitor sesudah akuisisi ... 9. Uji Wilcoxon ... 10. Uji statistik Wilcoxon ...
2. Data : Abnormal return Akuisitor dan Non Akuisitor Sebelum dan Sesudah
Akuisisi
Oleh :
Erdian Frimansyah 0912010119/FE/EM
Perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis, seperti globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi dan komputer dalam telekomunikasi, serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang sangat ketat. Krisis ekonomi juga memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kemajuan dan perkembangan perusahaan. Keputusan manajemen menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Strategi perusahaan dapat dicapai melalui berbagai cara salah satunya dengan cara melakukan ekspansi ekstern yang memfokuskan pada keputusan keuangan jangka panjang dengan mengacu pada strategi pertumbuhan melalui aliansi strategik dengan perusahaan-perusahaan lain. Akuisisi adalah salah satu cara yang dapat membantu menyelamatkan perusahaan. Akuisisi memberikan suatu nilai tambah berupa pertumbuhan (growth) yang cepat dibanding dengan alternatif mendirikan suatu usaha baru. Akuisisi juga dapat meningkatkan kemakmuran (wealth) para pemegang saham dari pihak perusahaan yang mengakuisisi maupun yang diakuisisi. Pengumuman akuisisi adalah informasi yang penting dalam suatu industri. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan Abnormal Return yang di dapat perusahaan akuisitor dan non akuisitor sebelum dan sesudah pengumuman akuisisi.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan di Indonesia yang melakukan proses akuisisi selama periode 2009-2012 meliputi enam perusahaan akuisitor dan non akuisitor, data terdiri dari harga saham saham harian selama empat belas hari sebelum dan empat belas hari sesudah pengumuman akuisisi. Analisis statistik yang digunakan adalah uji Wiloxon dengan menggunakan variabel dummy.
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada abnormal return perusahaan sebelum dan sesudah pengumuman akuisisi baik dari sisi akuisitor maupun non akuisitor. Dengan periode jendela empat belas hari sebelum dan empat belas hari sesudah pengumuman akuisisi.
Perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis, seperti
globalisasi, deregulasi, kemajuan teknologi dan komputer dalam
telekomunikasi, serta fragmentasi pasar telah menciptakan persaingan yang
sangat ketat. Krisis ekonomi juga memiliki pengaruh yang sangat besar
terhadap kemajuan dan perkembangan perusahaan. Dengan adanya hal ini
manajemen dituntut untuk selalu memperbaiki kinerja dan mengembangkan
strategi guna mempertahankan eksistensi perusahaan. Keputusan manajemen
menentukan kelangsungan hidup perusahaan. Ada yang mampu bertahan ada
pula yang bahkan sampai hancur dan bangkrut. Respon
perusahaan-perusahaan terhadap meningkatnya persaingan ini sangat beragam. Ada yang
memilih untuk melakukan ekspansi bisnis agar memperoleh pangsa pasar
yang lebih besar dan meningkatkan laba pada akhirnya. Ekspansi dapat
dilakukan dari dalam (intern) maupun dari luar (ekstern). Ekspansi intern
terjadi saat setiap departemen atau divisi dalam tubuh perusahaan tumbuh dan
berkembang secara normal melalui kegiatan capital budgeting. Sedangkan
ekspansi ekstern memfokuskan perusahaan pada keputusan keuangan jangka
panjang yang berhubungan dengan penggabungan usaha. Namun ada pula
perusahaan-perusahaan yang lebih memilih untuk menggabungkan diri agar
dapat menjadi perusahaan yang lebih besar dan lebih kuat sehingga mampu
merupakan bagian upaya restrukturisasi perusahaan agar sinergi, baik melalui
pencapaian economic of scale dan financial economies, dan peningkatan
market power. Sinergi tersebut diharapkan mampu memberikan nilai tambah
baik dari sisi operasional, keuangan, manajerial, teknologi, maupun dari sisi
pemasaran. Semua aspek dalam perusahaan diharapkan dapat dikatrol dan
meningkat sehingga mampu menambah kekuatan perusahaan dalam
menghadapi persaingan dalam dunia bisnis.
Akuisisi menjadi strategi yang dipilih perusahaan untuk
merealisasikan sinergi yang menjanjikan itu. Akuisisi memberikan suatu nilai
tambah berupa pertumbuhan (growth) yang cepat dibanding dengan alternatif
mendirikan suatu usaha baru. Dengan demikian keuntungan akuisisi dapat
dinikmati hanya dalam waktu singkat daripada menunggu internal growth
yang tentunya membutuhkan waktu yang jauh lebih lama. Keuntungan dari
akuisisi dapat dinikmati baik oleh perusahaan yang mengakuisisi maupun
perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi juga dapat meningkatkan kemakmuran
(wealth) para pemegang saham dari pihak perusahaan yang mengakuisisi
maupun yang diakuisisi.
Pengertian akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau
pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan
dalam peristiwa ini baik perusahaan yang mengambil alih atau yang diambil
Pada perusahaan yang melakukan akuisisi, perusahaan yang
diakuisisi masih dapat melakukan kegiatan operasional sehari-hari tanpa
adanya campur tangan dari perusahaan akuisitior.
Akuisisi merupakan pengambilalihan sebagian atau keseluruhan
(takeover) sebagian atau keseluruhan saham perusahaan lain sehingga
perusahaan pengambil alih memiliki hak kontrol atas perusahaan target.
Dari sisi keuangan perusahaan, akuisisi adalah salah satu bentuk
keputusan investasi jangka panjang (capital budgeting) yang harus
diinvetigasi dan harus dianalisa dari aspek kelayakan bisnisnya. Sementara itu
dari perspektif manajemen strategi, akuisisi adalah salah satu alternatif
strategi pertumbuhan melalui jalur eksternal untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dilihat dari dua perspektif ini maka tujuan akuisisi tidak lain
adalah untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan jangka panjang
yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham.
Saham merupakan surat berharga yang diperdagangkan di pasar
modal. Saham dapat diartikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau
suatu badan dalam suatu perusahaan. Saham memiliki kelebihan
dibandingkan dengan alternatif investasi yang lain yaitu obligasi. Karena
saham dapat dijual sewaktu-waktu dan memberikan expected return yang
lebih tinggi. Selain itu pendapatan yang dihasilkan dari capital gain tidak
akan dikenakan pajak sebelum terdapat realisasi keuntungan. Pengumuman
melalui harga saham sehingga dapat mempengaruhi harga saham. Studi
peristiwa menganalisis pendapatan tidak normal (abnormal return) yang
terjadi di sekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal return
merupakan kelebihan dari return normal. Menurut Jogiyanto (2000:415)
Abnormal return adalah selisih antara return yang sesungguhnya terjadi
dengan return ekspektasi. Return normal merupakan return ekspektasi (return
yang diharapkan investor).
Para peneliti menemui kesulitan mencari metode yang tepat untuk
mengevaluasi pengaruh akuisisi terhadap kemakmuran pemegang saham.
Kinerja perusahaan pasca akuisisi bisa diidentifikasi melalui laporan
keuangan dalam beberapa tahun setelah penggabungan. Namun teori
keuangan modern memberikan justifikasi bahwa cara yang paling reliable
dalam mengukur kinerja ekonomi perusahaan adalah dengan melacak harga
sahamnya terhadap kinerja pasar secara keseluruhan. Dalam pasar yang
efisien, nilai yang diharapkan dari sebuah akuisisi akan diestimasi dengan
menganalisis perubahan pasar segera sesudah pengumuman transaksi akuisisi.
Pengujian seperti ini biasa menggunakan pengukuran abnormal return.
Abnormal return merupakan metodologi untuk menguji pengaruh
kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika pengumuman akuisisi
berpengaruh secara signifikan terhadap pergerakan harga saham atau terhadap
abnormal return berarti pengumuman tersebut mengandung informasi.
Apabila diperoleh abnormal return yang positif berarti terdapat peningkatan
bernilai negatif berarti terjadi penurunan kemakmuran. Di sisi lain, apabila
pengumuman merger tidak menghasilkan abnormal return atau sama dengan
nol berarti akuisisi tidak berpengaruh terhadap kemakmuran pemegang
saham. ( Moin, 2004:298).
Penelitian ini berfungsi menguji apakah pengumuman akuisisi yang
dipublikasikan akan mempengaruhi pengambilan keputusan investor. Ada
tidaknya pengaruh akan dilihat dari perubahan harga atau return saham di
seputar tanggal pengumuman.untuk mengetahui hal tersebut akan dilakukan
pengujian dengan menggunakan metodologi studi peristiwa (study event).
Studi peristiwa adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu
peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai pengumuman. Study
peristiwa dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information
content) dari suatu pengumuman.
Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi
dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, maka
diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima
oleh pasar. Reaksi pasar ini biasanya diukur dengan menggunakan return
sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan abnormal return.
Jika digunakan abnormal return, maka dapat dikatakan bahwa suatu
pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan
abnormal return kepada pasar. Sebaliknya suatu pengumuman yang tidak
Hasil penelitian terdahulu dalam jurnal penelitian Wibowo dan
Pakerang (2001) menyimpulkan bahwa pengumuman merger dan akuisisi
memiliki pengaruh abnormal return negatif pada perusahaan akuisitor.
Pengumuman merger dan akuisisi oleh akuisitor juga memberikan dampak
negatif bagi pemegang saham perusahaan non akuisitor. Abnormal return ini
menunjukkan bahwa kasus pengumuman merger dan akuisisi menunjukkan
adanya transfer informasi antar perusahaan dalam sektor industri manufaktur.
Pada jurnal penelitian Saiful (2003) menyimpulkan pengumuman
merger dan akuisisi berpengaruh positif terhadap abnormal return perusahaan
target. Sedangkan untuk perusahaan non target, pengumuman merger dan
akuisisi berpengaruh positif meskipun tidak sebesar perusahaan target.
Penelitian yang dilakukan oleh Helga dan Salamun (2006)
menyimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa pengumuman merger dan
akuisisi memberikan abnormal return yang negatif pada perusahaan akuisitor.
Hal ini berarti bahwa peristiwa merger dan akuisisi memberikan return saham
yang lebih kecil bagi pemegang sahamnya dibandingkan dengan return pasar.
Hasil yang berbeda didapatkan oleh Rina Kurniawati (2011). Rina
menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return saham
perusahaan akuisitor mengenai informasi tentang merger dan akuisisi yang
diumumkan oleh perusahaan akuisitor.
Dewasa ini makin banyak perusahaan-perusahaan di Indonesia yang
melakukan aksi akuisisi. Pada awal tahun 2013, Komisi Pengawas Persaingan
sejak tiga tahun kebelakang KPPU telah menerima 79 laporan merger dan
akuisisi. Berikut adalah daftar perusahaan yang melakukan proses akuisisi
dan tabel return saham perusahaan tersebut baik pihak akuisitor maupun non
akuisitor yang sama-sama terdaftar di bursa efek Indonesia :
Tabel 1.1
Perusahaan yang mengumumkan akuisisi periode 2009-2012
No. Perusahaan Akuisisi Perusahaan Target Tanggal
Efektif
1 PT. BAT Indonesia Tbk.
(BATI)
PT. Bentoel Internasional
Investama Tbk. (RMBA) 30/10/2009
2 PT Bank Rakyat
PT Indosiar Karya Media Tbk.
(IDKM) 28/06/2011
Sumber : Komisi Pengawas Persaingan usaha (KPPU).
Tabel 1.2
Retur n saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor Hari
(t)
Retur n Saham Akuisitor Retur n Saham Non Akuisitor
Hari (t)
Retur n Saham Akuisitor Retur n Saham Non Akuisitor
BATI BBRI EMTK BATI BBRI IDKM
Sumber : http://www.duniainvestasi.com (data diolah).
Dari data diatas dapat dilihat bahwa return saham perusahaan
mengalami perubahan pada saat sebelum pengumuman akuisisi maupun
sesudah akuisisi baik pada perusahaan akuisitor maupun perusahaan non
akuisitor. Ada perusahaan yang mengalami penurunan ada pula yang return
sahamnya meningkat.
Maraknya aktivitas penggabungan usaha yang dilakukan oleh
perusahaan dalam negeri, dan juga dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh para pendahulu, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang
pengaruh pengumuman akuisisi terhadap perusahaan akuisitor dan non
akuisitor. Adapun judul dari penelitian ini adalah, “ANALISA PENGARUH
PENGUMUMAN AKUISISI TERHADAP ABNORMAL RETURN
PERUSAHAAN AKUISITOR DAN NON AKUISITOR YANG
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka perumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal return
perusahaan akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Adakah pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal return
perusahaan non akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal
return perusahaan akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal
return perusahaan non akuisitor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi pelaku bisnis
Penelitian ini dapat berguna bagi perusahaan akuisitor dan non akuisitor
serta para pemegang saham dan pelaku bisnis lainnya dalam membuat
keputusan investasi yang berkaitan dengan perubahan keuntungan akibat
adanya pengumuman akuisisi pada perusahaan yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia.
2. Bagi pembaca
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan atau referensi bagi para
3. Bagi penulis
Penelitian ini dapat menambah wawasan penulis dalam dunia bisnis
khususnya penggabungan usaha berupa akuisisi dan kinerja saham di
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wibowo dan Pakerang
(2001) yang bejudul “Pengaruh pengumuman merger dan akuisisi terhadap
return saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor dalam sektor industri
yang sama di bursa efek Jakarta”. Hipotesis yang dikemukakan oleh mereka
adalah diduga ada pengaruh informasi merger dan akuisisi terhadap return
saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Pengujian terhadap return
saham perusahaan akuisitor dan non akuisitor menggunakan periode jendela
(event window) 41 hari. Dengan melakukan pengujian hipotesisuji t dua sisi.
Dari pengujian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi kebocoran
informasi dari pihak manajemen, yaitu pasar telah mengetahui informasi
merger dan akuisisi sebelum pengumuman dilaksanakan. Hal tersebut
ditunjukkan dengan adanya signifikansi abnormal return jauh sebelum
pengumuman dilakukan baik untuk saham akuisitor maupun non akuisitor.
Penelitian oleh Saiful (2003) yang berjudul, “Abnormal return
perusahaan target dan industri sejenis sekitar pengumuman merger dan
akuisisi”. Hipotesis dari penelitian ini adalah perusahaan target memperoleh
abnormal return positif disekitar tanggal pengumuman merger dan akuisisi.
Abnormal return dalam penelitian ini dihitung berdasarkan pendekatan
Saiful menyimpulkan bahwa secara kumulatif abnormal return perusahaan
target untuk periode pengamatan sebelas hari adalah positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Helga dan Salamun (2006) yang
berjudul “Pengaruh pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham
pengakuisisi di bursa efek jakarta pada tahun 2000-2002”. Merumuskan
hipotesis yaitu ada pengaruh merger dan akuisisi terhadap tingkat return
saham (keuntungan saham). Penelitian ini menyimpulkan bahwa secara
kumulatif peristiwa merger dan akuisisi selama periode pengamatan
memberikan abnormal return yang negatif. Hal ini berarti bahwa peristiwa
merger dan akuisisi memberikan return saham yang lebih kecil bagi
pemegang sahamnya dibandingkan dengan return pasar.
Hasil penelitian yang berbeda didapatkan oleh Rina Kurniawati
(2011). Rina menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return
saham perusahaan akuisitor mengenai informasi tentang merger dan akuisisi
yang diumumkan oleh perusahaan akuisitor.
2.2 Tinjauan Teori
2.2.1 Akuisisi
2.2.1.1Pengertian Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilalihan kepemilikan atau pengendalian
atas saham atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam
peristiwa ini baik perusahaan yang mengambil alih atau yang diambil alih
Akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan
oleh pihak pengakuisisi (acquirer) sehingga akan mengakibatkan
berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree)
tersebut. Biasanya pihak pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar
dibanding dengan ukuran pihak yang diakuisisi (Moin, 2004:8). Yang
dimaksud pengendalian adalah kekuatan yang berupa kekuasaan untuk :
1. Mengatur kebijakan keuangan dan operasi perusahaan.
2. Mengangkat dan memberhentikan manajemen.
3. Mendapatkan hak suara mayoritas dalam rapat direksi.
Dengan adanya pengendalian ini maka pengakuisisi akan
mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi berbeda
dengan merger karena akuisisi tidak meyebabkan pihak lain bubar sebagai
entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang terlibat akuisisi secara yuridis
masih tetap hidup dan beroperasi secara independen tetapi telah terjadi
pengalihan pengendalian oleh pihak pengakuisisi.
Beralihnya kendali berarti pengakuisisi mayoritas saham-saham
berhak suara (voting stock) yang biasanya ditunjukkan atas kepemilikan
lebih dari 50 persen saham berhak suara tersebut. Dimungkinkan bahwa
walaupun meliliki saham kurang dari jumlah itu pengakuisisi bisa
dinyatakan sebagai pemilik suara mayoritas jika anggaran dasar
perusahaan yang diakuisisi menyebutkan hal yang demikian. Namun
dalam hal anggaran dasar menyebutkan lain, bisa juga pemilik lebih dari
Selanjutnya akuisisi memunculkan hubungan antara perusahaan induk
(pengakuisisi) dan perusahaan anak (yang diakuisisi) dan selanjutnya
keduanya memiliki hubungan afiliasi (Moin, 2004).
Sebelum akuisisi Setelah akuisisi
Gambar 1.1 Skema Akuisisi
2.2.1.2Pr oses Akuisisi
Pada prinsipnya akuisisi dilakukan berdasarkan kesepakatan atau
persetujuan kedua belah pihak tanpa adanya unsur pemaksaan dari salah
satunya. Proses ini diawali dengan negosiasi terlebih dahulu antara kedua
belah pihak yang diwakili oleh manajemen atau direksi masing-masing
perusahaan.
Apabila masing-masing direksi setuju, selanjutnya mereka
membuat rencana akuisisi yang memuat tentang rancangan anggaran dasar
perusahaan yang diakuisisi, tata cara penyelesaian hak dan kewajiban
pihak ketiga, tata cara konversi saham atau metode pembayaran,
penyelesaian pemegang saham yang menolak akuisisi, dan estimasi lama
proses akuisisi. Selanjutnya masing-masing direksi membuat rancangan
akuisisi dan dimintakan persetujuan kepada komisaris melalui rapat umum
pemegang sahan (RUPS) masing-masing perusahaan.
Setelah kesepakatan ini dicapai, selanjutnya pihak-pihak yang
terlibat dalam akuisisi mulai mempersiapkan dokumen-dokumen
pendukung dalam rangka proses yuridis dan operasional. Masing-masing
pihak membentuk tim khusus untuk menangani proses ini. Pada tahap
persiapan ini dilakukan due diligence atau uji tuntas untuk
mengidentifikasi dan menilai secara komprehensif dan mendalam terhadap
berbagai aset perusahaan target seperti aspek keuangan, produksi,
pemasaran dan distribusi, sumber daya manusia, teknologi operasi,
hubungan dengan pihak supplier, dan aspek legalitas. Proses persetujuan
akuisisi diakhiri dengan penandatanganan naskah antara kedua belah pihak
yang biasa disebut closing (Moin, 2004).
Untuk proses yang lebih terperinci, Moin (2004:112) juga
menjelaskan proses akuisisi dapat dilihat dari tahap-tahap yang terbagi
menjadi sebagai berikut :
1. Identifikasi awal
Perusahaan mencari dan mengumpulkan informasi sebanyak mungkin,
perusahaan-perusahaan yang potensial untuk diakuisisi. Identifikasi ini
tidak terlepas dari motivasi perusahaan dan akan menentukan
2. Screening
Proses menyaring sekaligus memilih mana diantara calon target
tersebut yang paling layak untuk dimerger. Proses screening ini tidak
dilakukan apabila perusahaan hanya mengidentifikasi satu calon
perusahaan target.
3. Penawaran formal
Pada tahap ini dilakukan penjajakan pelaksanaan akuisisi antara dua
pihak dan pembicara tentang harga yang akan disepakati. Proses ini
tidaklah singkat karena calon memiliki bargaining power yang
mungkin lebih kuat dari pengakuisisi dalam menentukan harga.
Sebelum pihak manajemen target memutuskan untuk menyetujui atau
menolak tawaran ini, mereka harus berkonsultasi dengan pemegang
saham.
4. Due diligence
Due diligence atau uji tuntas adalah investigasi yang menyeluruh dan
mendalam terhadap berbagai aspek perusahaan target. Uji tuntas ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi sedetail mungkin tentang
kondisi perusahaan target dilihat dari semua aspek.
5. Negosiasi deal
Terdapat dua pihak pada perusahaan target yang harus memberikan
persetujuan agar proses akusisi berjalan normal (tidak terjadi hostile
setuju dengan syarat-syarat menandatangani nota kesepakatan
(memorandum of understanding) sebagai kelanjutan dari deal mereka.
6. Closing
Jika negosiasi mencapai deal berarti persetujuan formal akuisisi telah
terlaksana dan selanjutnya dilakukan closing. Closing adalah penutupan
transaksi akuisisi.
7. Integrasi
Berarti tahap dimulainya kehidupan baru setelah perusahaan melakukan
penggabungan bisnis.
2.2.1.3Klasifikasi Akuisisi
Klasifikasi akuisisi dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu
berdasarkan aktivitas ekonomiknya, berdasarkan metode pembiayaan,
obyek yang diakuisisi, dan berdasarkan perlakuian akuntansi (Moin,
2004). Untuk akuisisi berdasarkan aktivitas ekonomik diklasifikan dalam
lima tipe :
1. Akuisisi horisontal
Akuisisi horisontal adalah akuisisi antara dua perusahaan atau lebih
yang bergerak dalam bidang industri yang sama. Sebelum terjadi
akuisisi perusahaan ini bersaing satu sama lain dalam pasar atau
industri yang sama. Salah satu tujuan utama akuisisi horisontal adalah
untuk mengurangi persaingan atau meningkatkan efisiensi melalui
penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan
2. Akuisisi vertikal
Akuisisi vertikal adalah integrasi yang melibatkan
perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam tahapan-tahapan proses produksi atau
operasi. Akuisisi tipe ini dilakukan jika perusahaan yang berada pada
industri hulu memasuki industri hilir atau sebaliknya. Akuisisi vertikal
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang bermaksud untuk
mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/ atau pengguna
produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna.
3. Akuisisi konglomerasi
Akuisisi konglomerasi adalah akuisisi dua atau lebih perusahaan yang
masing-masing bergerak dalam industri yang tidak terkait. Akuisisi
konglomerat terjadi apabila sebuah perusahaan berusaha
mendiversifikasi bidang bisnisnya dengan memasuki bidang bisnis yang
berbeda sama sekali dengan bidang bisnis semula. Apabila akuisisi
konglomerat ini dilakukan secara terus menerus oleh perusahaan, maka
terbentuklah sebuah konglomerasi.
4. Akuisisi ekstensi pasar
Akuisisi ekstensi pasar adalah merger yang dilakukan oleh dua atau
lebih perusahaan untuk secara bersama-sama memperluas area pasar.
Tujuan akuisisi ini terutama untuk memperkuat jaringan pemasaran
bagi produk masing-masing perusahaan. Akuisisi ekstensi pasar sering
dilakukan oleh perusahaan-perusahaan lintas negara dalam rangka
pasar luar negeri dengan cepat tanpa harus membangun fasilitas
produksi dari awal di negara yang akan dimasuki. Akuisisi ekstensi
pasar dilakukan untuk mengatasi keterbatasan ekonomi karena kurang
memberikan fleksibilitas penyediaan produk terhadap konsumen luar
negeri.
5. Akuisisi ekstensi produk
Akuisisi ekstensi produk adalah akuisisi yang dilakukan oleh dua
perusahaan untuk memperluas lini produk masing-masing perusahaan.
Setelah akuisisi perusahaan akan menawarkan lebih banyak jenis dan
lini produk sehingga akan menjangkau konsumen yang lebih luas.
Untuk klasifikasi akuisisi berdasarkan metode pembiayaan aalah
sebagai berikut :
1. Kas
Penggunaan kas sebagai alat pembayaran adalah yang paling sering
dilakukan dan paling disukai balik oleh pengakusisi ataupun yang
diakuisisi. Pengakuisisi menyerahkan sejumlah kas kepada pemegang
saham perusahaan target atas penyerahan saham atau aktiva.
2. Hutang
Jika pengakuisisi menggunakan kas untuk membiayai transaksi
tersebut, tetapi uang kas tersebut sebagian besar berasal dari pinjaman
pihak ketiga (hutang), maka hal ini dinamakan leverage buyout. Dengan
kata lain, pembiayaan akuisisi dilakukan melalui hutang dan hanya
buyout pengakuisisi dapat menerbitkan surat hutang baik obligasi biasa
atau obligasi koncersi dan dapat meminjam uang dari pihak lain
misalnya bank atau investment bankier.
3. Saham
Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas atau pemegang asham
perusahaan target masih tetap mempertahankan kepemilikan pada
perusahaan, maka pengakuisisi dapat menggunakan saham sebagai alat
pembayaran.
4. Kombinasi kas, hutang, dan saham
Jika pengakuisisi tidak memiliki cukup kas, tidak ingin menggunakan
saham seluruhnya, atau tidak ingin menggunakan hutang seluruhnya
untuk membiayai transaksi, maka pengakuisisi bisa mengkombinasikan
dua atau tiga cara pembayaran tersebut.
Klasifikasi akuisisi berikutnya adalah klasifikasi berdasarkan
obyek yang diakuisisi. Disini akuisisi dibedakan menjadi akuisisi saham
dan akuisisi aset.
1. Akuisisi saham
Istilah akuisisi dgunakan untuk menggambarkan suatu transaksi jual
beli perusahaan, dan transaksi tersebut menyebabkan beralihnya
kepemilikan perusahaan dari penjual kepada pembeli. Karena
perusahaan didirikan atas saham-saham, maka akuisisi terjadi ketika
pemilik saham menjual saham-saham mereka kepada pembeli atau
2. Akuisisi aset
Apabila sebuah perusahaan bermaksud memiliki perusahaan lain, maka
ia dapat membeli sebagian atau seluruh aktiva atau aset perusahaan lain
tersebut. Jika pembelian tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan
maka hal ini dinamakan akuisisi parsial. Akuisisi aset dilakukan apabila
pihak pengakuisisi tidak ingin terbebani hutang yang ditanggung oleh
perusahaan target. Berbeda dengan akuisisi saham, kewajiban atau
hutang target yang ada ditanggung oleh pemilik baru. Akuisisi aset
dimaksudkan untuk menghindari tangung jawab ini. Namun demikian
jika proporsi aset yang dibeli melebihi batas tertentu sebagaimana
diatur dalam peraturan pemerintah, maka pembeli harus ikut
menganggung kewajiban hutang perusahaan target.
Klasifikasi yang terakhir adalah klasifikasi berdasarkan perlakuan
akuntansi. Klasifikasi ini dibedakan atas metode pembelian dan metode
penyatuan kepentingan.
1. Metode pembelian
Jika sebuah penggabungan bisnis melibatkan transaksi pembelian
mayoritas saham secara tunai oleh perusahaan lain yang berakibat
beralihnya pengendalian, maka transaksi ini diperlakukan sebagai
pembelian (purchase) dan metode akuntansi yang digunakan adalah
metode pembelian (purchase method). Metode pembelian mencatat aset
dan kewajiban berdasarkan nilai pasar (market value) atau nilai wajar
2. Metode penyatuan kepentingan
Penggabungan usaha diperlakukan sebagai penyatuan kepentingan
(pooling of interest) jika pemegang saham perusahaan yang bergabung
tetap melanjutkan kepemilikannya terhadap perusahaan hasil
penggabungan.
2.2.1.4Motif Melakukan Akuisisi
Yang dimaksud dengan motif ini adalah alasan yang
melatarbelakangi alasan sebuah perusahaan melakukan akuisisi. Pada
prinsipnya terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan
melakukan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non-ekonomi. Motif
ekonomi berkaitan dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk
meningkatkan nilai perusahaan atau memaksimalkan kemakmuran
pemegang saham. Termasuk motif ekonomi adalah motif untuk mencapai
sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategis. Motif non-ekonomi
adalah motif yang didasarkan pada keinginan subjektif atau ambisi pribadi
pemilik atau manajemen perusahaan (Moin, 2004:53). Secara garis besar
motif akuisisi adalah sebagai berikut :
1. Motif ekonomi
Esensi tujuan perusahaan, dalam perspektif manajemen keuangan
adalah seberapa besar perusahaan mampu menciptakan nilai (value
creation) bagi perusahaan dan bagi pemegang saham. Akuisisi memiliki
peningkatan nilai tersebut. Oleh karena itu seluruh aktivitas dan
pengambilan keputusan harus diarahkan untuk mencapai tujuan ini.
2. Motif strategis
Motif strategis juga termasuk motif ekonomi ketika aktivitas akuisisi
diarahkan untuk mencapai posisi strategis perusahaan agar memberikan
keunggulan kompetitif dalam industri.
3. Motif politis
Motif politis seringkali dilakukan oleh pemerintah untuk memaksa
perusahaan baik BUMN atau swasta untuk melakukan akuisisi. Muatan
politis ini diambil untuk kepentingan masyarakat umum atau ekonomi
secara makro.
4. Motif sinergi
Dalam konteks akuisisi, sinergi diartikan sebagai hasil ekstra yang
diperoleh jika dua atau lebih perusahaan melakukan kombinasi bisnis.
Salah satu motivasi utama perusahaan melakukan akuisisi adalah untuk
menciptakan sinergi. Manfaat ekstra atau sinergi ini tidak akan bisa
diperoleh seandainya perusahaan-perusahaan tersebut bekerja secara
terpisah. Konsep inilah yang disebut dengan sinergi, sebuah terminologi
yang biasa dipakai untuk menerangkan manfaat unik yang dihasilkan
5. Motif diversifikasi
Diversifikasi adalah strategi pemberagaman bisnis yang bisa dilakukan
melalui akuisisi. Diversifikasi dimaksudkan untuk mendukung aktivitas
bisnis dan operasi perusahaan untuk mengamankan posisi bersaing.
6. Motif non-ekonomi
Ada kalanya akuisisi dilakukan bukan berdasarkan pada pertimbangan
ekonomi semata, tetapi didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
lain seperti prestis dan ambisi. Motif non-ekonomi ini berasal dari
kepentingan personal (personal interest motive) baik dari manajemen
perusahaan maupun dari pemilik perusahaan.
Selain motif yang telah disebutkan di atas, tujuan akuisisi adalah
untuk membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka
panjang yang pada gilirannya dapat meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham
(Moin, 2004:2).
Berikutnya (Moin, 2004:13) juga menyebutkan alasan mengapa
perusahaan melakukan akuisisi adalah adanya “manfaat lebih” yang
diperoleh darinya, meskipun asumsi ini tidak semuanya terbukti. Secara
spesifik, keunggulan dan manfaat akuisisi adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan cashflow dengan cepat karena produk dan pasar sudah
jelas.
2. Memperoleh kemudahan dana atau pembiayaan karena kreditor lebih
3. Memperoleh karyawan yang telah berpengalaman.
4. Mendapatkan pelanggan yang telah mapan tanpa harus merintis dari
awal.
5. Memperoleh sistem operasional dan administratif yang telah mapan.
6. Mengurangi resiko kegagalan bisnis karena tidak harus mencari
konsumen baru.
7. Memperoleh infrastruktur untuk mencapai perutmbuhan yang lebih
cepat.
Disamping memperoleh berbagai manfaat, akuisisi juga memiliki
beberapa kelemahan sebagai berikut :
1. Proses integrasi yang tidak mudah.
2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.
6. Seringkali menurunkan moral organisasi.
7. Tidak menjamin peningkatan nilai organisasi.
8. Tidak menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham.
2.2.1.5Faktor keberhasilan dan Kegagalan Akuisisi
Berbagai riset dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor
keberhasilan dan kegagalan akuisisi. Konsultan terkemuka Coopers &
Lybrand dalam Moin (2004:312) meneliti sejumlah akuisisi dan
Hasil penelitian tersebut adalah sebagai berikut : (angka dalam kurung
adalah presentase manajer yang memberikan jawaban terhadap
faktor-faktor keberhasilan atau kegagalan)
Penyebab keberhasilan (%)
1. Rencanan integrasi pasca akuisisi secara detail dan kecepatan
implementasi (76)
2. Kejelasan tujuan akuisisi (76)
3. Kesesuaian budaya (59)
4. Kerjasama yang bagus dari perusahaan target (47)
5. Pengetahuan yang bagus dan mendalam terhadap target dan industrinya
(41)
Penyebab kegagalan (%)
1. Sikap manajemen target dan perbedaan kultural (85)
2. Tidak adanya rencana integrasi pasca-akuisisi (80)
3. Kurangnya pengetahuan tentang industri dan perusahaan target (45)
4. Buruknya manajemen perusahaan target (45)
5. Tidak ada pengalaman akuisisi sebelumnya (30)
2.2.1.6Faktor Penghambat Akuisisi
Keberhasilan atau kegagalan akuisisi bisa dilacak dari saat proses
perencanaan. Pada saat perencanaan ini sebenarnya telah terjadi beberapa
peristiwa yang bisa menghambat proses pelaksanaan akuisisi atau tahap
integrasi (Moin, 2004:313). Beberapa masalah potensial yang muncul
1. Perspektif yang terfragmen
Masing-masing fungsi organisasi mempunyai pandangan yang berbeda
terhadap rencana akuisisi. Departemen riset dan pengembangan,
keuangan, produksi, dan pemasaran berusaha memprioritaskan
kepentingan sendiri. Pada saat ini diperlukan penyamaan pandangan
(visi) untuk menghindari pandangan-pandangan yang sempit dan
terpecah diantara mereka.
2. Momentum yang meninggi
Rencana akuisisi dapat ditanggapi dengan penuh antusias atau justru
ditanggapi dengan rasa takut dan pesimis. Antusiasme berasal dari
manajemen puncak karena ada muatan prestise juka akuisisi berhasil,
termasuk harapan untuk memperoleh kompensasi dan insentif yang
lebih baik. Sementara itu akuisisi bisa memicu pesimisme bagi
karyawan yang bisa mengakibatkan turunnya moral dan resistensi.
3. Harapan yang ambigu
Para manajer yang terlibat dalam negosiasi harus “menjual” ide dan
rencana program akuisisi kepada manajer lainnya. Akan tetapi manajer
yang tidak terlibat memiliki harapan yang berbeda dengan harapan tim
tersebut. Oleh karena itu potensi harapan yang bermakna dua sangat
dimungkinkan muncul diantara para manajer tersebut.
4. Keberagaman motif diantara manajer
Setiap manajer memiliki motif dan tujuan yang beragam sehingga bisa
alokasi sumber daya. Jika konflik ini tidak bisa diatasi maka akan
menurunkan efektifitas proses integrasi.
2.2.2 Takeover
Takeover (pengambilalihan) merupakan istilah umum untuk
menggambarkan pengalihan pengendalian aset atau saham sebuah
perusahaan oleh satu kelompok pemegang saham terhadap kelompok
pemegang saham lain. Akuisisi adalah salah satu bentuk takeover.
Perusahaan atau kelompok pemegang saham yang berinisiatif untuk
pengambilalihan disebut bidder dan perusahaan atau kelompok pemegang
saham yang akan dijadikan objek pengambilalihan dinamakan target.
Pengambil alihan terhadap aset atau saham oleh bidder terhadap target ini
dapat dilakukan melalui pembayaran secara tunai, hutang, pengalihan
surat-surat berharga, atau kombinasi ketiganya.
Pengambilalihan ini terjadi dalam dua bentuk yaitu friendly
takeover (pengambilalihan secara ramah atau bersahabat) dan unfriendly
takeover (tidak ramah atau bersahabat). Friendly takeover berarti
masing-masing pihak secara “suka sama suka” setuju atas pengambilalihan ini.
Sebaliknya jika ada tekanan dari pihak bidder terhadap target dan cenderung
terdapat pemaksaaan, maka cara ini dinamakan unfriendly takeover.
2.2.3 Pasar Modal
Menurut Mohamad Samsul (2006:43) pasar modal adalah tempat
atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
dalam Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1
mendefinisikan pasar modal sebagai, “Kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek”.
Menurut Jogiyanto (2000:11) pasar modal merupakan sarana
perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan
menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Saham merupakan bukti
pemilikan sebagian dari perusahaan. Obligasi (bond) merupakan suatu
kontrak yang mengharuskan peminjam untuk membayar kembali pokok
pinjaman ditambah dengan bunga dalam kurun waktu yang telah disepakati.
Untuk menarik pembeli dan penjual untuk berpartisipasi, pasar
modal harus bersifat likuid dan efisien. Suatu pasar modal dikatakan likuid
jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli surat-surat berharga
dengan cepat. Pasar modal dikatakan efisien jika harga dari surat-surat
berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat. Pada pasar
modal efisien, harga dari surat berharga juga mencerminkan penilaian dari
investor terhadap prospek laba perusahaan di masa mendatang serta kualitas
dari manajemennya. Jika investor meragukan kualitas dari para manajemen,
keraguan ini dapat tercermin di harga surat berharga yang turun. Dengan
demikian pasar modal dapat digunakan sebagai sarana tidak langsung
2.2.3.1Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrumen disebut efek (Mohamad Samsul, 2006:45),
yaitu surat berharga yang berupa saham, obligasi, bukti right, bukti waran,
dan produk turunan atau biasa disebut derivative. Contoh produk
derivative di pasar modal adalah indeks harga saham dan indeks kurs
obligasi.
1. Saham
Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan. Pemilik perusahaan
disebut juga sebagai pemegang saham (shareholders atau stockholders).
Bukti bahwa seseorang atau suatu pihak dapat dianggap sebagai
pemegang saham adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai
pemegang saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham
(DPS). Saham ada beberapa jenis, yaitu :
a. Saham preferen (preferred stock)
Saham preferen (preferren stock) adalah jenis saham yang memiliki
hak terlebih dahulu untuk menerima laba dan memiliki hak laba
kumulatif. Hak kumulatif adalah hak untuk mendapatkan laba yang
tidak dibagikan pada suatu tahun yang mengalami kerugian, tetapi
akan dibayar pada tahun yang mengalami keuntungan, sehingga
saham preferen akan menerima laba dua kali. Hak istimewa ini
diberikan kepada pemegang saham preferen karena merekalah yang
memasok dana ke perusahaan sewaktu mengalami kesulitan
b. Saham biasa (common stock)
Saham biasa (common stock) adalah jenis saham yang akan
menerima laba setelah laba bagian saham preferen dibayarkan.
Apabila perusahaan bangkrut, maka pemegang saham biasa yang
menderita terlebih dahulu. Penghitungan indeks harga saham
didasarkan pada harga saham biasa. Hanya pemegang saham biasa
yang mempunyai suara dalam RUPS.
2. Obligasi (bonds)
Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahaan memiliki utang jangka
panjang kepada masyarakat yaitu di atas tiga tahun. Pihak yang
membeli obligasi disebut pemegang obligasi (bondholders) dan
pemegang obligasi akan menerima kupon sebagai pendapatan dari
obligasi yang dibayarkan setiap tiga bulan atau enam bulan sekali. Pada
saat pelunasan obligasi oleh perusahaan, pemegang obligasi akan
menerima kupon dan pokok obligasi.
3. Bukti right
Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Hak membeli itu dimiliki oleh pemegang saham
lama. Harga tertentu di sini berarti harganya sudah ditetapkan di muka
dan biasa disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price
atau exercise price). Pada umumnya, strike price dari bukti right berada
di bawah harga pasar saat diterbitkan. Sementara jangka waktu tertentu
dilaksanakan. Apabila pemegang saham lama yang menerima bukti
right tidak mampu atau tidak berniat menukarkan bukti right dengan
saham, maka bukti right tersebut dapat dijual di Bursa Efek melalui
broker efek. Apabila pemegang bukti right lalai menukarkannya dengan
saham dan waktu penukaran sudah kadaluwarsa, maka bukti right
tersebut tidak berharga lagi, atau pemegang bukti right akan menderita
rugi.
4. Waran
Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga tertentu dalam
jangka waktu tertentu. Waran tidak saja dapat diberikan kepada
pemegang saham lama, tetapi juga sering diberikan kepada pemegang
obligasi sebagai pemanis (sweetener) pada saat perusahaan menerbitkan
obligasi. Harga tertentu berarti harganya sudah ditetapkan di muka
sebesar di atas harga pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu
berarti setelah 6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10
tahun. Pemegang waran tidak akan menderita kerugian apa pun
seandainya waran itu tidak dilaksanakan. Pada saat harga pasar
melebihi strike price waran, maka waran sudah saatnya untuk ditukar
dengan saham. Namun pemegang waran masih dapat menunggu sampai
harga saham mencapai tingkat tertinggi sepanjang waktu berlakunya
belum kadaluwarsa. Apabila pemegang waran tidak ingin menebusnya,
maka waran itu dapat dijual di Bursa Efek melalui broker efek. Apabila
lalai menebusnya, maka waran tersebut akan menjadi kertas yang tidak
bernilai lagi.
5. Indeks saham dan indeks obligasi
Indeks saham dan indeks obligasi adalah angka indeks yang
diperdagangkan untuk tujuan spekulasi dan lindung nilai (hedging).
Perdagangan yang dilakukan tidak memerlukan penyerahan barang
secara fisik, melainkan hanya perhitungan untung rugi dari selisih
antara harga beli dan harga jual. Berbeda dengan saham, obligasi, bukti
right, dan waran, indeks saham dan indeks obligasi diperdagangkan
secara berjangka. Mekanisme perdagangan produk derivative ini
dilakukan secara future dan option.
2.2.3.2J enis Pasar Modal
Menurut Mohamad Samsul (2006:46) pada pasar modal terdapat
empat jenis pasar, yaitu :
1. Pasar perdana (primer)
Pasar perdana adalah tempat, atau sarana bagi perusahaan untuk
pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. Di
sini dikatakan tempat karena secara fisik masyarakat pembeli dapat
bertemu dengan penjamin emisi ataupun agen penjual untuk melakukan
pesanan sekaligus membayar uang pesanan. Dikatakan sarana karena si
pembeli dapat memesan melalui telepon dari rumah dan membayar
dengan cara mentransfer uang melalui bank ke rekening agen penjual.
perorangan atau beberapa pihak saja, dan sekarang menawarkan kepada
masyarakat umum. Penawaran umum awal ini, yang disebut juga initial
public offering (IPO), telah mengubah status dari perseroan tertutup
menjadi perseroan terbuka (Tbk.). Terbuka di sini berarti perseroan
dapat dimiliki oleh masyarakat luas dan mempunyai kewajiban untuk
membuka semua informasi kepada para pemegang saham dan
masyarakat, kecuali yang bersifat rahasia untuk menjaga persaingan.
2. Pasar kedua (sekunder)
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli efek
antarinvestor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek.
Dikatakan tempat karena secara fisik para perantara efek berada dalam
satu gedung di lantai perdagangan (trading floor), seperti di Bursa Efek
Jakarta. Dikatakan sarana karena para perantara efek tidak berada dalam
satu gedung, tetapi dalam satu jaringan sistem perdagangan (seperti di
Bursa Efek Surabaya) dan kantor perantara efek tersebar di beberapa
kota. Terbentuknya harga pasar oleh tawaran jual dan tawaran beli dari
para investor ini disebut juga dengan istilah order driven market.
3. Pasar ketiga
Pasar ketiga adalah sarana jual-beli efek antara market maker serta
investor dan harga dibentuk oleh market maker. Investor dapat memilih
market maker yang memberi harga terbaik. Market maker adalah
harga saham, karena satu jenis saham dipasarkan oleh lebih dari satu
market maker.
4. Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan
investor beli tanpa melalui perantar efek. Transaksi dilakukan secara
tatap muka antara investor beli dan investor jual untuk saham atas
pembawa.
2.2.3.3Pasar Modal Yang Efisien
Bentuk efisiensi pasar menurut Jogiyanto (2000:352) dapat
ditinjau dari segi ketersediaan informasinya saja atau dapat dilihat tidak
hanya dari adanya ketersediaan informasi, tetapi juga dilihat dari
kecanggihan pelaku pasar dalam pengambilan keputusan berdasarkan
analisisi dari informasi yang tersedia. Pasar efisien yang ditinjau dari sudut
informasi saja disebut dengan efisiensi pasar secara informasi
(informationally efficient market). Sedang pasar efisien yang ditinjau dari
sudut kecanggihan pelaku pasar dalam mengambil keputusan berdasarkan
informasi yang tersedia disebut dengan efisiensi pasar secara keputusan
(decisionally efficient market).
1. Efisiensi pasar secara informasi.
Kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien adalah hubungan
antara harga sekuritas dengan informasi. Profesor Eugene Fama
membagi efisiensi pasar secara informasi ke dalam tiga tingkatan
a. The Weak Efficient Market Hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan lemah (weak-forrn) karena dalam proses
pengambilan keputusan jual-beli saham investor menggunakan data
harga dan volume masa lalu. Berdasarkan harga dan volume masa
lalu itu berbagai model analisis teknis digunakan untuk menentukan
arah harga apakah akan naik atau akan turun. Apabila arah harga
saham akan naik, maka diputuskan untuk membeli. Apabila arah
harga akan turun, diputuskan untuk menjual. Analisis teknis
mengasumsikan bahwa harga saham selalu berulang kembali, yaitu
setelah naik dalam beberapa hari, pasti akan turun dalam beberapa
hari berikutnya, kemudian naik lagi dan turun lagi, demikian
seterusnya. Analisis teknis mempelajari pola pergerakan harga suatu
saham menurut setiap kondisi ekonomi yang sedang berlangsung.
Kelemahannya adalah bahwa analisis itu mengabaikan variabel lain
yang mempengaruhi harga saham di masa datang, sehingga
kesalahan estimasi harga mungkin saja terjadi.
b. The Semistrong Efficient Market Hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan setengah kuat (semistrong-form) karena
dalam proses pengambilan keputusan jual-beli saham investor
menggunakan data harga masa lalu, volume masa lalu, dan semua
informasi yang dipublikasikan seperti laporan keuangan, laporan
tahunan, pengumunan Bursa, informasi keuangan internasional,
hukum, peristiwa sosial, dan lain sebagainya yang dapat
mempengaruhi perekonomian nasional. Ini berarti investor
menggunakan gabungan antara analisis teknis dengan analisis
fundamental dalam proses menghitung nilai saham, yang akan
dijadikan sebagai pedoman dalam tawaran harga beli dan tawaran
harga jual.
c. The Strong Efficient Market Hypothesis
Efisiensi pasar dikatakan kuat (strong-form) karena investor
menggunakan data yang lebih lengkap yaitu, harga masa lalu,
volume masa lalu, informasi yang dipublikasikan, dan informasi
privat yang tidak dipublikasikan secara umum. Contoh informasi
privat adalah hasil riset yang diterbitkan sendiri oleh unit kerja riset
yang ada dalam perusahaan atau dibeli dari lembaga riset lainnya.
Penghitungan harga estimasi dengan menggunakan informasi yang
lebih lengkap ini diharapkan akan menghasilkan keputusan jual-beli
saham yang lebih tepat dan return yang lebih tinggi. Kegiatan riset
untuk menganalisis variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
harga saham sangat penting dilakukan walaupun harus
mengeluarkan biaya riset yang tinggi, asalkan dapat meningkatkan
return perusahaan. Peningkatan return akan terjadi apabila kebijakan
portofolio atau pun keputusan jual-beli saham yang didasarkan pada
2. Efisiensi pasar secara keputusan
Efisiensi pasar secara keputusan juga merupakan efisiensi pasar bentuk
setengah kuat yang didasarkan pada informasi yang didistribusikannya.
Efisiensi pasar secara keputusan mempertimbangkan dua buah faktor,
yaitu ketersediaan informasi dan kecanggihan pelaku pasar.
2.2.4 Retur n Saham
Dalam konteks manajemen investasi, return merupakan imbalan
yang diperoleh dari investasi (Abdul Halim, 2003:30). Return ini dibedakan
menjadi dua, yaitu return yang telah terjadi (actual return) yang dihitung
berdasarkan data historis, dan return yang diharapkan (expected return)
akan diperoleh investor di masa mendatang. Komponen return meliputi :
1. Capital gain (loss) merupakan keuntungan (kerugian) bagi investor yang
diperoleh dari kelebihan harga jual (harga beli) di atas harga beli (harga
jual) yang keduanya terjadi di pasar sekunder.
2. Yield merupakan pendapatan atau aliran khas yang diterima investor
secara periodik, misalnya berupa dividen atau bunga. Yield dinyatakan
dalam presentase dari modal yang ditanamkan.
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh
pemegang saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000:107)
membedakan return saham menjadi dua jenis yaitu Return Realisasi
(Realized Return) dan Return Ekspektasi (Expected Return).
Return realisasi merupakan return yang sudah terjadi dan dihitung
dengan harga sebelumnya secara relatif. Return realisasi ini penting dalam
mengukur kinerja perusahaan dan sebagai penentuan return dan resiko
dimasa mendatang dan bersifat tidak pasti.
Beberapa pengukuran return realisasi yang banyak digunakan
adalah return total, relatif return, kumulatif return, return realisasi individual
dan return yang disesuaikan. Sedangkan rata-rata dari return dapat dihitung
berdasarkan rata-rata aritmatika atau rata-rata geometrik.
Return total merupakan keseluruhan dari suatu investasi dalam satu
periode tertentu. Return total disebut dengan return saja. Return total terdiri
dari capital gain (loss) dan yield.
Return = Capital Gain (Loss) + Yield
Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga
investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu :
Capital Gain atau Capital Loss =
Jika harga investasi sekarang (Pt) lebih tinggi harga investasi
periode lalu (Pt-1) ini berarti terjadi keuntungan modal (capital gain).
Apabila sebaliknya maka terjadi kerugian (capital loss).
Yield merupakan persentase penerimaan kas periodik terhadap
harga investasi periode tertentu dari suatu investasi. Untuk saham, yield
adalah persentase dividen terhadap harga saham periode sebelumnya. Untuk
obligasi yield adalah persentase bunga pinjaman yang diperoleh terhadap
harga obligasi periode sebelumnya. Dengan demikian return total dapat
Return = + Yield
Untuk saham biasa yang membayar dividen periodik sebesar Dt
rupiah per-lembarnya, maka yield adalah sebesar Dt/Pt-1 dan return total
dapat dinyatakan sebagai :
Return Saham =
=
2.2.5 Abnor mal Return
Abnormal return atau Excess return merupakan kelebihan dari
return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return normal
merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan investor). Dengan
demikian return tidak normal (Abnormal return) adalah selisih antara return
sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2000:415).
RTNi,t = Ri,t – E[Ri,t]
Notasi :
RTNi,t = return tidak normal (abnormal return) sekuritas ke-i pada periode
peristiwa ke-t.
Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada
periode peristiwa ke-t
E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu
ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga
return ekspektasi merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan
Warner dalam Jogiyanto (2000:416) mengestimasi return ekspektasi
menggunakan model estimasi mean adjusted model, market model, dan
market-adjusted model.
1. Meanadjusted model
Model disesuaikan rata-rata (Mean Adjusted Model) ini menganggap
bahwa return ekspektasi bernilai konstan dan sama dengan rata-rata
return realisasi sebelumnya selama periode estimasi return yang
diharapkan dihitung dengan cara membagi return realisasi suatu
perusahaan pada periode estimasi dengan lamanya periode estimasi.
E[Ri,t] =
Notasi :
E[Ri,t] = Return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t
Ri,j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2
Periode estimasi (estimation period) umumnya merupakan periode
sebelum periode peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga
periode pengamatan atau jendela peristiwa (event window).
2. Market model
Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar dilakukan dengan dua
realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini
untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model
ekspektasi dapat dibentuk dengan menggunakan teknik regresi OLS
(Ordinary Least Square) dengan persamaan :
Ri,j = αi + βi . RMj + εi,j
Notasi :
Ri,j = Return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
αi = Intercept untuk sekuritas ke-i
βi = Koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i
RMj = Return indek pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat
dihitung dengan rumus RMj = (IHSGj – IHSGj-1) / IHSGj-1
dengan IHSG adalah Indeks harga Saham Gabungan.
εi,j = Kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
3. Market-adjusted model
Model disesuaikan pasar (market Adjusted model) menganggap bahwa
penduga terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return
indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini tidak
perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi,
karena return saham yang di estimasi adalah indeks pasar.
2.2.6 Pengaruh Pengumuman Akuisisi Dengan Abnor mal Retur n
Dalam jurnal penelitian Wibowo dan Pakerang (2001), hipotesis
yang pertama menyimpulkan bahwa informasi tentang akuisisi yang
return saham perusahaan akuisitor. Perusahaan pengakuisisi memperoleh
abnormal return yang negatif di seputar pengumuman akuisisi.
untuk pengujian hipotesis yang kedua menyimpulkan bahwa
pengumuman akuisisi oleh akuisitor memberi dampak abnormal return
yang negatif bagi pemegang saham perusahaan non akuisitor.
Ada kecenderungan terjadi kebocoran informasi tentang akuisisi
sebelum pengumuman dilaksanakan. Hal ini ditunjukkan oleh adanya
signifikansi abnormal return jauh sebelum pengumuman dilakukan baik
untuk saham akuisitor maupun non akuisitor.
Dalam penelitian Saiful (2003) menyimpulkan bahwa rata-rata
kumulatif abnormal return yang diperoleh perusahaan target adalah positif.
Penelitian yang dilakukan Helga dan Salamun (2006)
menyimpulkan bahwa secara kumulatif peristiwa merger dan akuisisi
selama periode pengamatan memberikan abnormal return yang negatif. Hal
ini berarti bahwa peristiwa merger dan akuisisi memberikan return saham
yang lebih kecil bagi pemegang sahamnya dibandingkan dengan return
pasar.
Abnormal return sebenarnya merupakan metodologi untuk menguji
pengaruh kandungan informasi terhadap reaksi pasar saham. Jika
pengumuman merger dan akuisisi berpengaruh secara signifikan terhadap
pergerakan harga saham atau terhadap abnormal return berarti
pengumuman tersebut mengandung informasi. Apabila diperoleh abnormal
saham, tetapi sebaliknya jika abnormal return bernilai negatif berarti terjadi
penurunan kemakmuran (Moin, 2004:298).
Dari teori dan hasil penelitian terdahulu yang telah disebutkan
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengumuman akuisisi memberikan
dampak terhadap abnormal return perusahaan akuisitor dan non akuisitor.
Hasil penelitian Wibowo dan Pakerang (2001) dan penelitian Helga dan
Salamun (2006) menyimpulkan bahwa pengumuman akuisisi berpengaruh
negatif terhadap perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Namun penelitian
yang dilakukan oleh Saiful (2003) menyimpulkan bahwa pengumuman
akuisisi berpengaruh positif terhadap perusahaan target atau non akuisitor.
2.3 Kerangka Pikir
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian ini,
maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :
1. Diduga ada pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal return
perusahaan akuisitor.
2. Diduga ada pengaruh pengumuman akuisisi terhadap abnormal return
Segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi objek penelitian
berdasarkan atas hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati.
Variabel-variabel yang dapat dipakai dalam penelitian mengunakan satuan
ukuran prosentase dan satuan ukuran rupiah.
Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
3.1.1 Variabel terikat (dependent variable)
Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi atau
respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah
variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh
yang disebabkan oleh variabel bebas (Sarwono, 2006:54).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah abnormal return
perusahaan akuisitor dan non akuisitor. Variabel abnormal return ini diukur
menggunakan skala rasio. Perhitungan abnormal return didapat dengan
rumus :
1. Abnormal return
Abnormal return sebagai selisih antara return ekspektasi (expected
return) dengan return sesungguhnya (actual return) pada hari atau