• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJOWARNO, KAB. JOMBANG DALAM UPAYA PENINGKATAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJOWARNO, KAB. JOMBANG DALAM UPAYA PENINGKATAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa)."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

TANAMAN PADI (Oryza sativa)

SKRIPSI

Diajukan Oleh :

YAHMAN

NPM : 0925010001

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

J AWA TIMUR

(2)

Usulan Penelitian Yang Berjudul :

EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJ OWARNO, KAB. J OMBANG DALAM UPAYA PENINGKATAN BIOMASSA

TANAMAN PADI (Oriza sativa)

Diajukan oleh : YAHMAN NPM : 0925010001 Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Maroeto, MP Ir. Siswanto, MT

NIP. 19660719 199103 1001 NIP. 19631201 199103 1002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agroteknologi

(3)

PELESTARIAN SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJ OWARNO, KAB. J OMBANG DALAM RANGKA PENINGKATAN

BIOMASSA TANAMAN PADI (Oriza sativa)

Diajukan oleh : YAHMAN NPM : 0925010001

Telah dipertahanakan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji J ur usan Agroteknologi Fakultas Pertanian Univer sitas Pembangunan Nasional

“Veteran” J awa Timur Pada Tanggal... Telah disetujui oleh :

Pembimbing : Tim Penguji :

1. Pembimbing Utama 1.Ketua

Ir. Maroeto, MP Ir. Maroeto, MP

NIP. 19660719 199103 1001 NIP. 19660719 199103 1001 2.Sekr etaris

2.Pembimbing Pendamping Ir. Siswanto, MT

NIP. 196301201 199103 1002 3.Anggota

Ir. Siswanto, MT Ir. Pancadewi. S, MT

NIP. 19631201 199103 1002 NIP. 19650516 199203 2001

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi

Dr.Ir.Ramdan Hidayat, MS Ir.Mulyadi, MS

(4)

Telah direvisi Tanggal : ...

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Maroeto, MP Ir. Siswanto, MT

(5)
(6)

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmad serta Hidayah-Nya kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJ OWARNO, KAB. J OMBANG DALAM UPAYA PENINGKATAN BIOMASSA TANAMAN PADI (Oriza sativa)”. Tidak lupa Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan semester VII pada Fakultas Pertanian Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur .

Penulis mengucapakan terima kasih kepada :

1. Ir. Maroeto, MP, selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan motivasi, solusi, referensi dan kata-kata bijak hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Ir. Siswanto, MT, selaku dosen pembimbing pendamping yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Dr, Ir . Bhakti Wisnu, MP, selaku kepala laboratorium Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian UPN “veteran” Jatim yang telah banyak membantu memberikan arahan dan bimbingan untuk terlaksananya penelitian ini. 4. Ir. Mulyadi, MS, selaku Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

(7)

6. Ayahanda dan Ibunda atas dukungan moril maupun materi sehingga penulis dapat menyelesaikan skipsi ini tanpa suatu hambatan yang berarti. 7. Adinda Winanti serta Kakanda Mardi yang berkenan memberikan

dukungan motivasi sehingga skripsi ini berjalan lancar hingga terselesaikan dengan baik.

8. Teman-temanku Agroteknologi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu dan senantiasa memberikan bantuan baik langsung maupun tidak langsung.

Kritik maupun saran dalam perbaikan akan menyempurnakan skripsi ini sangat di harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan baik di Fakultas Pertanian Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur khususnya Jurusan Ilmu Tanah.

Surabaya, Juni 2013

(8)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Manfaat Peneitian ... 4

1.4. Kegunaan Penelitian ... 5

II.TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Lahan ... 6

2.2. Survey Tanah ... 7

2.3.Evaluasi Lahan ... 8

2.4. Karakteristik Lahan ... 9

2.5.Klasifikasi Lahan ……… ... 15

2.6.Biomassa……… ... 19

2.7.Syarat Tumbuh Tanaman Padi... 21

III.METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2. Bahan dan Alat……….. .... 26

3.3.Tahapan Penelitian... 27

IV. KEADAAN UMUN DAERAH PENELITIAN 4.1.Keadaan geologis dan morfologis ... 31

(9)

4.3. Tanah ... 34

4.4.Tanaman ... 34

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Karakteristik lahan ... 37

5.2.Evaluasi Lahan ... 46

5.3.Potensi Biomassa Tanaman Padi (Oryza sativa) ... 80

5.4.Pelestarian Lahan Berdasar Potensi Wilayah ... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.Kesimpulan ... 85

6.2.Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(10)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Luas Daerah Menurut Desa ... 25

2. Data primer yang dikumpulkan ... 26

3. Macam dan Metode Analisis Tanah ... 29

4. Luas lahan Kec. Mojowarno Menurut Penggunaannya ... 32

5. Data Curah Hujan Kec. Mojowarno 2008-2012 ... 33

6. Data Kelembaban Udara Kec. Mojowarno 2008-2013 ... 33

7. Data Suhu Udara Kec. Mojowarno 2008-2012 ... 34

8. Data Analisa Kimia Tanah Kec. Mojowarno ... 40

9. Tabel Kelas Kemampuan Lahan Kec. Mojowarno ... 47

10. Tabel Kelas Kesuburan Kec. Mojowarno ... 61

11. Tabel Kesesuaian Lahan Kec. Mojowarno ... 64

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Peta Administrasi Kec. Mojowarno ... 24

2. Peta Kemapuan Lahan Kec. Mojowarno... 48

3. Peta Kelas Kesuburan Tanah Kec. Mojowarno ... 62

(12)

DAFTAR GRAFIK

No Judul Halaman

(13)

YAHM AN / 0925010001

PEM BIM BING I : IR, M AROETO. M P PEM BIM BING II : IR, SISWANTO. M T

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah (Sitorus, 1985) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).

Dalam rangka memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia yang terus berkembang dan untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, pengelolaan sumberdaya lahan seringkali kurang bijaksana dan tidak mempertimbangkan aspek keberlanjutannya (untuk jangka pendek) sehingga kelestariannya semakin terancam. Akibatnya, sumberdaya lahan yang berkualitas tinggi menjadi berkurang dan manusia semakin bergantung pada sumberdaya lahan yang bersifat marginal (kualitas lahan yang rendah). Hal ini berimplikasi pada semakin berkurangnya ketahanan pangan, tingkat dan intensitas pencemaran yang berat dan kerusakan lingkungan lainnya. Dengan demikian, secara keseluruhan aktifitas kehidupan cenderung menuju sistem pemanfaatan sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita. Namun disisi lain meskipun permintaan akan kebutuhan sumber daya lahan terus meningkat hendakanya tetap menjaga kaelestarianya. Guna menjaga tetap terpenuhinya kebutuhan sumber daya lahan dan kelestarian sumber daya lahan maka biomassa adalah salah satu faktor yang mendukung dari dua tuntutan tersebut.

Biomassa merupakan istilah untuk bobot bahan hidup, biasanya dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Biasanya dinyatakan sebagai kerapatan biomassa per unit luas. Biomassa tumbuhan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup dan untuk memudahkannya kadang-kadang biomassa dibagi menjadi biomassa tumbuhan diatas tanah (daun, cabang, dahan dan bahan pokok) dan biomassa di dalam tanah (akar-akaran) (Kusmana dan Istomo, 2003).

(14)

YAHM AN / 0925010001

PEM BIM BING I : IR, M AROETO. M P PEM BIM BING II : IR, SISWANTO. M T

biomassa penting untuk mengetahui karakteristik ekosistim lahan dalam rangka menentukan sistim pengelolaan lahan berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian hasil (Kusmana et al, 1992). Padi merupakan tanaman pangan utama bagi masyarakat luas. Maka dari itu diharapkan bila produksi biomassa meningkat maka produksi padi juga meningkat, begitu pula sebaliknya bila produksi padi meningkat maka produksi biomassa juga ikut menngkat.

Kebutuhan akan tanaman pangan oleh setiap individu sangatlah vital khususnya tanaman padi, mengingat sebagian masyarakat kita banyak yang mengkonsumsi dari tanaman padi. Produktivitas tanaman pangan tergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal -areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup besar akan terjadi nantinya.

Berdasarkan kenyataan diatas mendorong untuk memecahkan masalah tersebut. Salah satu pendekatan yang dapat memberikan jalan kearah pemecahan masalah tersebut yaitu melalui konsep pelestarian sumber daya lahan dalam rangka peningkatan biomassa tanaman padi. Dengan demikian diharapkan dengan semakin meningkatnya produksivitas biomassa tanaman padi maka produksivitas tanaman padi pun ikut meningkat dan kelestarian sumber daya lahan tetap terjaga.

(15)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah 1rganism, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah (Sitorus, 1985) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara 1rganism yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).

(16)

sumberdaya alam dengan kapasitas daya dukung yang menurun. Di lain pihak, permintaan akan sumberdaya lahan terus meningkat akibat tekanan pertambahan penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita. Namun disisi lain meskipun permintaan akan kebutuhan sumber daya lahan terus meningkat hendakanya tetap menjaga kelestarianya. Guna menjaga tetap terpenuhinya kebutuhan lahan dan kelestarian sumber daya lahan maka biomassa adalah salah satu faktor yang mendukung dari dua tuntutan tersebut.

Biomassa merupakan istilah untuk bobot bahan hidup, biasanya dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Biasanya dinyatakan sebagai kerapatan biomassa per unit luas. Biomassa tumbuhan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup dan untuk memudahkannya kadang-kadang biomassa dibagi menjadi biomassa tumbuhan diatas tanah (daun, cabang, dahan dan bahan pokok) dan biomassa di dalam tanah (akar-akaran) (Kusmana dan Istomo, 2003).

(17)

Kebutuhan akan tanaman pangan oleh setiap individu sangatlah vital khususnya tanaman padi, mengingat sebagian masyarakat banyak yang mengkonsumsi dari tanaman padi. Produktivitas tanaman pangan tergantung pada kualitas lahan yang digunakan. Jika pada pemilihan lahan pada awal pembangunan tanaman areal –areal yang tidak produktif tidak disisihkan, maka kerugian (finansial) yang cukup besar akan terjadi nantinya.

(18)

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul sementara “EVALUASI SUMBER DAYA LAHAN DI KECAMATAN MOJ OWARNO KABUPATEN J OMBANG DALAM UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI BIOMASSA TANAMAN PADI (Oryza sativa) ”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan masalah tersebut di atas maka permasalahan yang ada di daerah penelitian meliputi :

a) Mengetahui tingkat kemampuan lahan di daerah penelitian berdasarkan tabel klasifikasi kemampuan tanah ditinjau dari kondisi lahan dan peta pendukung.

b) Mengetahui tingkat kesuburan tanah di daerah penelitian berdasarkan tabel klasifikasi kesuburan tanah.

c) Mengetahui tingkat kesesuaian tanah di daerah penelitian untuk tanaman padi berdasarkan tabel klasifikasi kesesuaian tanah.

d) Mengetahui hubungan antara kemapuan lahan, kesuburan lahan dan kesesuaian lahan terhadap produksi biomassa padi yang ada saat ini. e) Untuk mengetahui dan menjaga kelestarian lahan di daerah peneltian.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

(19)

b) Untuk mengetahui tingkat kemapuan tanah, kesuburan tanah, dan kesesuaian lahan serta hubungannya terhadap produksi biomassa untuk tanaman padi (Oryza sativa).

1.4. Kegunaan Penelitian

a) Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya yang mengarah pada pelestarian sumber daya lahan pada daerah penelitian.

(20)

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1. Sumber Daya Lahan

Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya alam yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia karena diperlukan dalam setiap kegiatan manusia, seperti untuk pertanian, daerah industri, daerah pemukiman, jalan untuk transportasi, daerah rekreasi atau daerah-daerah yang dipelihara kondisi alamnya untuk tujuan ilmiah. Sitorus (2001) mendefinsikan sumberdaya lahan (land resources) sebagai lingkungan fisik terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan. Oleh karena itu sumberdaya lahan dapat dikatakan sebagai ekosistem karena adanya hubungan yang dinamis antara organisme yang ada di atas lahan tersebut dengan lingkungannya (Mather, 1986).

Tanah adalah akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar permukaan planet bumi yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam keadaan relief tertentu selama jangka waktu tertentu pula (Darmawijaya, 1997).

Pengembangan pertanian pada suatu daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan produktifitas pertanian. Secara umum kegiatan pengembangan daerah tersebut meliputi juga pengenalan pola pertanian secara tepat dan sesuai dengan potensi lahannya. Potensi lahan perlu dijabarkan secara baik agar dapat digunakan sesuai dengan rencana pengembangannya (Abdullah, 1993).

(21)

Dalam sebuah penelitian terdahulu oleh Pratiwi, 2010 tentang Pengelolaan Sumber Daya Lahan dan Air Pendukung Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Adanya peningkatan jumlah penduduk maka akan meningkatkan kebutuhan akan sandang, pangan dan papan serta energi. Akibatnya akan terjadi peningkatan pengurangan areal hutan untuk keperluan lain. Peningkatan intensitas perubahan alih fungsi hutan ini akan berpengaruh negatif terhadap kondisi hidrologis DAS seperti menurunnya resapan air ke dalam tanah, meningkatnya debit puncak, fluktuasi debit antar musim, meningkatnya aliran permukaan, banjir dan kekeringan. Pengelolaan lahan dan air merupakan suatu kegiatan yang menjaga fungsi daya dukung lahan dan air bagi kehidupan flora,fauna dan manusia. Pengelolaan lahan dan air dilakukan antara lain dengan senantiasa menjaga penggunaan lahan dan air yang disesuaikan atau tidak melebihi daya dukungnya agar sistem lahan dan air tidak rusak dan jasa sistem tersebut optimal dan terus menerus (sustainable) bagi kesejahteraan masyarakat. Disamping itu, untuk memperbaiki lahan-lahan yang terdegradasi terutama di daerah hulu, dapat dilakukan dengan merehabilitasi lahan-lahan tersebut, agar kualitas lingkungan di daerah hilir dapat menjadi lebih baik. Untuk itu diperlukan pengelolaan sumberdaya lahan dan air di dalam DAS dari hulu sampai ke hilir yang dilakukan secara terpadu oleh semua pihak dengan mempertimbangkan aspek biofisik,sosial dan ekonomi.

2.2. Sur vey Tanah

(22)

Relevansi sifat-sifat yang ditetapkan dengan pengguanaanya atau tujuan pengguanaanya harus tinggi. Untuk mencapai kegunaan tersebut perlu untuk menetapkan pola penyebaran tanah yang dibagi-bagi berdasarkan kesamaan sifat-sifatnya sehingga terbentuk soil mapping unit atau satuan peta tanah (SPT). Dengan adanya pola penyebaran tanah ini maka dimungkinkan untuk menduga sifat-sifat tanah yang dihubungkan dengan potensi pengguanaan lahan dan responya terhadap perubahan pengelolaannya (Abdullah, 1993).

Survey tanah merupakan proses pnelitian dan pemetaan permukaan bumi dimana istilah unitnya disebut tipe tanah. Proses sebenarnya survey terdiri dari berjalan diatas lahan dengan interval yang sama dan mencatat perbedaa-perbedaan tanah dan gambaran yang berhubungan dengan permukaan seperti tingkat kemiringan, erosi yang terjadi, pengguanan lahan, penutup vegetatif serta gambaran alami (Sitorus, 1985).

2.3. Evaluasi Lahan

Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaan lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, yang meliputi pelaksanaan dan interpretasi survey dan studi bentuk lahan, tanah, vegetasi, iklim, dan aspek lahan lainnya. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya. Tergantung pada tujuan evaluasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan (Arsyad, 2000).

Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk pengguanaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang (Sitorus, 1985).

(23)

secara umum. Tetapi pada umumnya disusun berdasarkan pada sifat-sifat yang dikandung lahan, artinya hanya sampai pada pembentukan kelas kesesuaian lahan, sedangakan menyakngkut produksi hanya berupa dugaan berdasarkan potensi kelas kesesuaian lahan yang terbentuk (Karim, dkk, 1996).

Hasil penelitian terdahulu oleh Widyana Rahmantika tahun 2009 tentang pertumbuhan tanaman padi (Oryza sativa) akibat penggunaan bahan organik dan presentase N yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh bahan organik terhadap produksifitas suatu lahan padi. Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus serta kurangnya memperhatikan penggunaan bahan organik dalam sistem produksi padi sawah telah mengakibatkan terganggunya keseimbangan hara tanah yang mengakibatkan penurunan kualitas sumberdaya lahan. Perkembangan konsumsi pupuk anorganik di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1975 hingga sekarang. Selama kurun waktu sampai sekarang ini terjadi kenaikan penggunan pupuk anorganik hampir 5 kali lipat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik sudah sangat tidak efisien dan bahkan kecenderungan yang ada justru terjadi penurunan produktivitas lahan karena menurunnya kandungan bahan organik tanah. Penggunaan bahan organik dalam suatu proses produksi bidang pertanian maka secara tidak langsung turut serta dalam mejaga sumber daya lahan agar tetap lestari.

2.4. Karakteristik Lahan 2.4.1. Aspek Lahan

2.4.1.1. Bentuk Lahan

(24)

Bentuk lahan memberikan gambaran pada kita tentang kondisi lokasi secara umum. Melalui informasi bentuk lahan juga dapat diperoleh gambaran karakteristik lahan yang lain, misalnya bentuk lahan yang bergunung akan mempunyai jenis-jenis tanah tertentu, biasanya kelerengannya curam dan solum tanahnya relatif dangkal. Sebaliknya bentuk lahan aluvium akan memberi gambaran tentang kondisi yang datar dengan drainase yang kurang baik, teksturnya halus dan solum tanahnya dalam (Kucera, 1988).

2.4.1.2. Kemiringan dan Arah Lereng

Informasi kemiringan dan arah lereng sangat diperlukan bagi pengelolaan lahan. Parameter kelerengan juga digunakan untuk klasifikasi beberapa keperluan, misalnya untuk penentuan fungsi lindung dan budidaya. Jadi informasi ini sangat dibutuhkan untuk keperluan pengelolaan termasuk pengelolaan hutan (Hardjowigeno, 1993).

Keterkaitan kelerengan lahan dengan parameter lain cukup dominan. Biasanya pada topografi yang berbeda, yang berarti kemiringan lerengnya berbeda, maka perkembangan tanahnya juga berbeda. Perbedaan perkembangan tanah juga berarti ada perbedaan karakteristiknya. Perkembangan tanah juga dipengaruhi oleh arah lereng, karena perbedaan lereng akan mempengaruhi kecepatan pelapukan batuan menjadi tanah. Dengan demikian maka kemiringan lereng biasanya mengandung konsekuensi perbedaan tekstur tanah, kondisi drainase, jenis tanaman dan kedalaman tanah (Sitorus, 1985).

2.4.1.3. Kondisi Dr ainase

(25)

oleh beberapa faktor yaitu topografi, tekstur, permeabilitas dan ketersediaan air yang berasal dari curah hujan. Tingkat drainase tanah alami dipengaruhi oleh kecepatan perkolasi air melalui tanah, aerasi dan bagian tanaman-tanaman yang khusus. Komposisi udara tergantung pada aerasi. Pada drainase tanah yang baik, tanah memiliki kelembaban dan kandungan karbon dioksida lebih tinggi dari atmosfir. Kondisi drainase yang terbatas di dalam tanah dan drainase yang sangat jelek atau pada kondisi yang tergenang maka kandungan oksigen akan menurun dan kecepatan difusi ke akar tanaman terbatas. Pada tanah yang drainasenya sangat tinggi maka kehilangan unsur hara melalui pencucian juga akan meningkat (Bunting, 1981), sedangkan menurut Hakim. Et al (1986), tujuan drainase tanah adalah untuk menurunkan muka air tanahsehingga dapat meningkatkan kedalaman ekfetif perakaran.

2.4.1.4. Kondisi Per mukaan

(26)

2.4.2. Aspek Tanah

2.4.2.1. J enis Tanah

Jenis tanah akan sangat dipengaruhi oleh jenis batuan induk, iklim, vegetasinya, Klasifikasi tanah yang umum dilaksanakan menggunakan US Soil Taxonomy atau klasifikasi Indonesia. Apapun metode klasifikasi yang digunakan jenis tanah akan selalu berkaitan dengan karakteristik fisik lahannya. Cara klasifikasi tanah yang umum digunakan akan diuraikan tersendiri. Pembentukan solum tanah Inceptisol yang terdapat di dataran rendah umumnya tebal, sedangkan pada daerah-daerah berlereng curam solum yang terbentuk tipis. Warna tanah Inceptisol beranekaragam tergantung dari jenis bahan induknya. Warna kelabu bahan induknya dari endapan sungai, warna coklat kemerah merahan karena mengalami proses reduksi, warna hitam mengandung bahan organik yang tinggi. Sifat fisik dan kimia tanah Inceptisol antara lain; bobot jenis 1,0 g/cm3, kalsium karbonat kurang dari 40 %, pH mendekati netral atau lebih (pH < 4 tanah bermasalah), kejenuhan basa kurang dari 50 % pada kedalaman 1,8 m, nilai porositas 68 % sampai 85 %, air yang tersedia cukup banyak antara 0,1 – 1 atm. Informasi jenis tanah biasanya dapat diperoleh dari peta tanah yang tersedia. Pada umumnya peta tanah yang ada mempunyai skala kecil (1:100 000 atau 1:250 000) hanya lokasi-lokasi tertentu saja yang dipetakan secara detail (Hardjowigeno, 1993).

2.4.2.2. Tipe batuan dan Kedalaman Regolit

(27)

2.4.2.3. Kedalaman Tanah

Kedalaman efektif adalah dalamnya akar tanaman yang dapat menembus lapisantanah dimana perakaran dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya hambatan atau pembatas. Kedalaman efektif merupakan kedalaman sampai kerikil, padasdan kropos (Hardjowigeno, 1993). Kedalaman efektif merupakan faktor pembatas yang tidak dapat diberikan input.Dan kedalaman efektif suatu tanah tidak sesuai dengan tanaman yang akan dibudidayakan,maka lahan tersebut tidak dapat digunakan untuk tanaman yang dibudidayakan.

2.4.2.4. Sifat Fisik Tanah

Sifat fisik tanah yang penting untuk pengelolaan lahan dan dideskripsikan di lapangan mencakup tekstur tanah dan struktur tanah. Tekstur tanah dapat didifinisikan sebagai perbandingan antara fraksi tanah (pasir, debu dan lempung/ Sand, silt dan clay) sedangkan struktur tanah adalah bentuk spesifik dari agregat tanah. Tekstur tanah relatif tidak berubah tetapi struktur tanah mudah berubah terutama apabila ada pengolahan tanah. Parameter ini sangat berkaitan dengan parameter lainnya antara lain, kemiringan lereng, kondisi drainase, tipe batuan dan bentuk lahan (Siswanto, 2006). 2.4.2.5. Sifat Kimia Tanah

(28)

2.4.2.6. Keasaman Tanah (pH)

Keasaman tanah (pH) adalah gambaran diagnostik dari nilai yang khusus atau konsentrasi ion H. Tanah dikatakan masam, jika pH nya kecil dari 7, netral jika sama dengan 7 dan basa jika pHnya diatas 7. Jika konsentrasi ion H dalam tanah naik maka pH tanah turun dan jika ion H dalam tanah turun maka pH tanah akan naik (Soegiman, 1982).

Faktor kemasaman tanah digunakan sebagai salah satu faktor pembatas kesesuaian lahan, karena kemasaman tanah merupakan satu faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Kemasaan tanah merupakan perwujudan dari proses hancuran iklim dan faktor kimiawi yang berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah (Hakim. Et al, 1986).

2.4.3. Kondisi Erosi

Erosi merupakan pembatas utama dari penggunaan lahan yang berkelanjulan. Identifikasi erosi di lahan hutan diperlukan untuk mengetahui jenis dan tingkat erosi serta persentase luasan tererosi pada satuan peta sehingga upaya konservasi tanah yang efektif dapat direncanakan. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa erosi biasanya terjadi cukup besar pada saat awal penebangan atau pembukaan lahan sampai tanaman berumur 2 tahun (Siswanto,2006).

2.4.4. Aspek Tanaman

(29)

2.4.5. Aspek Iklim

Iklim yang dibahas dalam kesempatan ini hanya curah hujan, karena terbatasnya stasiun meteorologi. Mengingat bahwa areal hutan banyak terletak di pegunungan, maka sangat dimungkinkan terpengaruh hujan orografis. Akibatnya pola hujan dan distribusi hujan antar petak sangat berlainan. Oleh karena itu diperlukan beberapa stasiun hujan pada satu bagian hutan agar rekaman hujan dapat mencerminkan kondisi realistis. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa antar petak dalam satu bagian bisa mempunyai pola dan curah hujan yang berbeda tergantung elevasi dan arah lerengnya (Arsyad, 2000).

2.5. Klasifikasi Lahan

Menurut Siswanto (2006) : Klasifikasi lahan merupakan sebagai pengaturan satuan-satuan lahan ke dalam berbagai kategori berdasar sifat-sifat lahan atau kesesuaiannya untuk berbagai penggunaan. Klasifikasi lahan merupakan pengembangan sistem logika berbagai macam lahan berdasar sifat lahan yang dapat diamati secara langsung atau sifat yang ditetapkan karena penyidikan (Kesuburan tanah).

Pada dasarnya evaluasi lahan membutuhkan keterangan yang menyangkut 3 aspek: 1. Lahan. Data lahan diperoleh survei lahan

2. Penggunaan lahan. Keterangan penggunaan lahan diperoleh dari keterangan agronomis, kehutanan dan disiplin ilmu lain yang sesuai.

(30)

2.5.1. Klasifikasi Kemampuan Lahan

Kemampuan penggunaan lahan adalah suatu sistematika dari berbagai penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang menentukan potensi lahan untuk berproduksi secara lestari. Lahan diklasifikasikan atas dasar penghambat fisik. Sistem klasifikasi ini membagi lahan menurut faktor-faktor penghambat serta potensi bahaya lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Jadi, hasil klasifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan arahan penggunaan lahan secara umum (misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan produksi dsb). Di areal HTI hasil klasifikasi ini terutama akan bermanfaat untuk alokasi areal sistem tumpangsari (Sitorus,1985).

Klasifikasi kemampuan lahan adalah penilaian komponen lahan yang menurut Arsyad (1989) adalah penilaian komponen lahan secara sistematis dan pengelompokan ke dalam kategori berdasar sifat-sifat yang merupakan potensi dan penghambat dalam penggunaan lahan.

Sistem kategori delakukan dengan car menguji nilai-nilai dari sifat tanah dan lokasi terhadap seperangkat kriteria untuk masing-masing kategori melalui proses penyaringan. Nilai-nilai tersebut pertama-tama diuji terhadap kriteria untuk kelas lahan yang terbaik, dan jika tidak semua kriteria dapt terpenuhi, lahan tersebut secara otomatis jatuh kedalam kelas yang lebih rendah. Kemudian nilai-nilai tersebut diuji dengan kriteria kelas yang lebih rendah dan selanjutnya, hingga kelasnya ditemukan dimana semua kriteria terpenuhi. Pada umunya lahan dapt dengan mudah memenuhi banyak faktor dari krieria yang ditentukan untuk kelas yang lebih tinggi, tetapi juga turun kedalam kelas yang lebih rendah hanya disebabkan kegagalan memenuhi salah satu faktor dari kriteria (Sitorus, 1985).

Struktur Klasifikasi Kemampuan Lahan dikelompokkan menjadi tiga tingkat yaitu : 1. Kelas KPL : Mengungkapkan derajat pembatas (penghambat), 0 kelas I -

(31)

2. Sub Kelas KPL : menunjukkan jenis pembatas utama yaitu erosi (e),

kebasahan (w), karakteristik tanah (s), iklim (c) dan gradien (g), Contoh Sub kelas Vie.

3. Satuan KPL: Pengelompokkan beberapa satuan peta inventarisasi yang; - mempunyai kemiripan respon thd pengelolaan yang sama,

- mempunyai hasil potensial yang hampir sama.

- memerlukan upaya konservasi tanah yang sama Contoh Vie1, Vie2 dsb.

2.5.2. Klasifikasi Kesuburan Tanah

Dibidang Pertanian “Tanah” merupakan faktor penting yang menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman yang dibudidayakan karena tanah merupakan media tumbuh bagi tanaman, gudang dan penyuplai unsur hara, serta tempat penyedia air. Kemampuan tanah dalam mendukung pertumbuhan ditentukan oleh kesuburan kimia dan fisika tanah (Siswanto,2006).

Untuk evaluasi kesuburan tanah diperlukan data sifat fisik dan kimia tanah sampai dengan kedalaman 60 cm. Data ini diperoleh langsung dilapang (diskripsi tanah) dan analisis contoh tanah di laboratorium.

Evaluasi Kesuburan tanah ditunjukkan untuk menilai sifat dan menentukan kendala utama kesuburan seri tanah serta mencari alternatif pemecahannya dalam rangka meningkatkan produktivitas tanah (Syekfani, 1994).

Klasifikasi Kemampuan Kesuburan Tanah (FCC) pada dasarnya terdiri dari tiga kategori yaitu:

a. Tipe : terdiri dari 4 kelas yang mencerminkan tekstur lapisan olah (0 – 20 cm) b. Subtipe : terdiri dari 4 kelas yang mencerminkan tekstur atau adanya lapisan

tidak tembus akar di lapisan bawah (20-50 cm)

(32)

Secara terperinci konsep dan prosedur penggunaan sistem klasifikasi kemampuan kesuburan tanah dalam evaluasi kesuburan tanah dikenal adanya suatu sistem klasifikasi, salah satu sistem tersebut adalah sistem yang disusun oleh (Suprihartono, 2003) yaitu sistem klasifikasi kesuburan tanah.

Sistem ini dirancang dan dikembangkan untuk berbagai kepentingan, antara lain : a. Sebagai alat untuk mempresentasikan hasil laporan penilaian status kesuburan dan

cara pengelolaan tanah.

b. Untuk menduga faktor pembatas yang berkaitan erat dengan pengelolaan tanah. c. Sebagai alat untuk merupakan hasil penelitian kesuburan tanah yang dilakukan

dari suatu daerah yang lain.

d. Pengambilan keputusan dalam perencanaan prioritas penelitian kesuburan tanah. e. Pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian kesuburan tanah.

f. Pengambilan kesimpulan dari hasil penelitian kesuburan tanah yang dilakukan pada berbagai lahan dengan sifat yang berbeda.

2.5.3. Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Klasifikasi Kesesuaian tanah untuk pertanian dan kehutanan biasa digunakan di berbagai negara. Berbeda dengan klasifikasi kemampuan lahan yang merupakan klasifikasi tentang potensi lahan untuk penggunaan secara umum, kesesuaian Lahan lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanamanan tertentu. Dengan demikian klasifikasi kemampuan dan kesesuaian lahan akan saling melengkapi dan memberikan informasi yang menyeluruh tentang potensi lahan (Siswanto, 2006).

(33)

dan tidak sesual (N). Sub Klas pada klasifikasi kesesualan lahan ini juga mencerminkan jenis penghambat. Ada tujuh jenis penghambat Yang dikenal, yaitu e (erosi), w (drainase), s (tanah), a (keasaman), g (kelerengan) sd (kedalaman tanah) dan c (lklim). Pada klasifikasi kesesuaian lahan tidak dikenal prioritas penghambat. Dengan demikian seluruh hambatan Yang ada pada suatu unit lahan akan disebutkan semuanya. Akan tetapi dapat dimengerti bahwa dari hambatan yang disebutkan ada jenis hambatan ang mudah (seperti a, w, e, g dan sd) atau sebaliknya. Hambatan yang sulit untuk ditangani (c dan s). Dengan demikian maka hasil akhir dari klasifikasi ditetapkan berdasarkan klas terjelek dengan memberikan seluruh hambatan yang ada. Perubahan klasifikasi menjadi setingkat lebih baik dimungkinkan terjadi apabila seluruh hambatan Yang ada pada unit lahan tersebut dapat diperbaiki. Untuk itu maka unit lahan Yang mempunyai faktor penghambat c atau s sulit untuk diperbaiki keadaannya.Klasifikasi kesesuaian lahan dilakukan dengan melalui sortasi data karakteristik lahan berdasarkan kriteria kesesuaian lahan untuk setiap jenis tanaman (FAO, 1983).

2.6. BIOMASSA

Biomassa merupakan istilah untuk bobot bahan hidup, biasanya dinyatakan sebagai bobot kering, untuk seluruh atau sebagian tubuh organisme, populasi, atau komunitas. Biasanya dinyatakan sebagai kerapatan biomassa per unit luas. Biomassa tumbuhan adalah jumlah total bobot kering semua bagian tumbuhan hidup dan untuk memudahkannya kadang-kadang biomassa dibagi menjadi biomassa tumbuhan diatas tanah (daun, cabang, dahan dan bahan pokok) dan biomassa di dalam tanah (akar-akaran) (Kusmana dan Istomo, 2003).

(34)

menentukan sistim pengelolaan lahan berdasarkan prinsip-prinsip kelestarian hasil (Kusmana.

et al, 1992).

Biomassa dapat dibedakan kedalam dua kategori, yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Lebih lanjut dikatakan bahwa biomassa di atas permukaan tanah adalah berat bahan unsur organik per unit area di atas permukaan tanah pada suatu waktu tertentu yang dihubungkan ke suatu fungsi; system produktivitas, umur tegakan, dan distribusi organik (Sitompul. et al, 1995).

Biomassa merupakan ukuran yang berguna dan mudah diperoleh, tetapi tidak memberikan petunjuk dinamika populasi. Ahli-ahli ekologi tertarik pada produktivitas karena bila bobot kering suatu komunitas dapat ditentukan pada waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur, data itu dapat diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu ekosistem. Dengan menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda dapat dibandingkan dan efisiensi nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat dihitung. Biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan menyerap karbondioksida (CO2) dari udara dan mengubah zat ini menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis. Berbeda dengan hewan, tumbuhan membuat makanannya sendiri yang disebut dengan produktivitas primer yang terbagi atas produktivitas primer bersih dan produktivitas primer kotor (Joshi. et al, 2003).

(35)

Ada berbagai komponen dalam biomassa, yang utama yaitu selulosa, hemiselulosa, lignin, kanji, dan protein. Pohon biasanya mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin meski persen komponennya berbeda satu sama lain. Jenis biomassa yang berbeda memilikki komponen biomassa yang berbeda, misalnya gandum memiliki kadar pati lebih tinggi, sedangkan limbah peternakan memiliki kadar protein yang tinggi (Kusmana. et al, 1992).

Hasil penelitian Karama (1994) menunjukkan bahwa kandungan bahan organik tanah pada lahan sawah di Jawa sudah sangat rendah, yakni dari 60% luas lahan sawah kandungan bahan organiknya kurang dari 1%, sementara hasil penelitian membuktikan bahwa bila kandungan bahan organik tanah lebih dari 2%, maka meskipun tanpa diberi pupuk anorganik hasil panen tanaman padi dapat mencapai lebih dari 4 ton ha-1. Sedangkan bila kandungan bahan organik tanah kurang dari 1%, untuk mendapatkan hasil panen yang sama diperlukan tambahan pupuk anorganik dengan dosis yang cukup tinggi. Maka dari itu bahan organik yang berasal secara internal (Biomassa) dan dari lingkungan luar sangat dibutuhkan guna mendukung produksi dan kualitas suatu lahan .

Tanaman selama masa hidupnya membentuk biomassa yang digunakan untuk membentuk bagian-bagian tubuhnya. Dengan demikian perubahan akumulasi biomassa dengan umur tanaman akan terjadi, dan merupakan indikator pertumbuhan tanaman yang paling sering digunakan. Biomassa tanaman meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari hasil fotosintesis (Sitompul dan Guritno, 1995).

2.7. Syar at Tumbuh Tanaman Padi

2.7.1. Iklim

(36)

Tanaman padi dapat tumbuh pada dataran rendah sampai dataran tinggi. Di dataran rendah padi dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 650 m dpl dengan temperatur 22,5ºC – 26,5º C sedangkan di dataran tinggi padi dapat tumbuh baik pada ketinggian antara 650 – 1.500 m dpl dan membutuhkan temperatur berkisar 18,7º C – 22,5º C (AKK, 1990).

Temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu bunting juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari (Luh, 1991).

2.7.2. Tanah

Tidak semua jenis tanah cocok untuk dijadikan areal persawahan. Hal ini dikarenakan tidak semua jenis tanah dapat dijadikan lahan tergenang air. Padahal dalam sistem tanah sawah, lahan harus tetap tergenang air agar kebutuhan air tanaman padi tercukupi sepanjang musim tanam. Oleh karena itu, jenis tanah yang sulit menahan air (tanah dengan kandungan air pasir tinggi) kurang cocok untuk dijadikan lahan persawahan. Sebaliknya, tanah yang sulit dilewati air (tanah dengan kandungan lempung tinggi) cocok untuk dibuat lahan persawahan (Suprayono dan Setyono, 1997).

Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisannya atasnya antara 18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4 – 7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman, tanah tersebut gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (AAK, 1990).

(37)

porositas tanah yang rendah dan tingkat keasaman tanah yang netral, sumber air alam, serta modifikasi sistem alam oleh kegiatan manusia. Tanah yang baik untuk lahan sawah kebanyakan tanah yang berasal dari tanah ordo inceptsol (Suprayono dan Setyono, 1997).

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan.Tanah Inceptisol ini dicirikan oleh teksturnya yang berlempung, reaksi tanah agak masam hingga agak alkali, kandungan dan cadangan hara relatif sedang, dan kapasitas tukar kation tanah sedang sampai tinggi. Sifat-sifat tersebut mencirikan bahwa tanah ini cukup potensial untuk pengembangan tanaman pertanian terutama tanaman pangan.Pengelolaan tanah Inceptisol yang rasional salah satunya harus didasarkan pada sifat-sifat inherent tanah tersebut. Dengan demikian maka sifat morfologi dan kimia tanah dapat dijadikan acuan dalam pengeloaan tanahnya (Hardjowigeno, 1993).

(38)

METODOLOGI

3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Mojowarno Kabupaten Jombang yang berjarak ± 62 km dari kota Surabaya dengan ketingggian tempat ±39 m di atas pemukaan laut dengan titik koordinaat 07º38.4.18’ LU dan 112º19.337 LS dan di Laboratorium Sumber Daya Lahan Fakultas Pertanian, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Penelitian dilaksanakan dari Bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 20013.

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Mojowarno

(39)

Penelitian ini didasarkan atas kendala tanah baik fisik maupun kimia sebagai kriterianya. Penelitian tersebut diambil sampel dari satuan petak tanah (SPT), dengan penetapan 19 Desa sebagai SPT, kemudian pada masing-masing SPT diambil 09 (sembilan) titik pengambilan contoh tanah. Masing-masing sampel di ambil sampai kedalaman kedalaman 60 cm (0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm). Pengamatan sifat tanah (sifat morfologis dan sifat fisik) yang meliputi temperatur, ketersediaan air (curah hujan dan bulan kering), lereng, batuan permukaan, singkapan bantuan, drainase, kedalaman efektif, tekstur. Setelah dilakukan pengamatan sifat morfologis dan fisik tanah sebagai tindak lanjutnya dilakukan pengambilan contoh tanah (sifat kimia) yang disesuaikan dengan keperluan klasifikasi kemampuan kesuburan tanah yaitu meliputi KTK, pH, N total, P tersedia, K tersedia, basa-basa dapat dipertukar (K+, Na+, Ca2+, Mg2+), C-organik (metode terlampir).

Tabel 1. Luas Daerah Menurut Desa / Kelurahan.

(40)

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan penelitian

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan berupa data yang dibedakan menjadi dua macam yaitu data primer dan data sekunder.

3.2.1.1. Data primer yang dikumpulkan adalah sifat-sifat tanah :

Adapun data-data primer yang dikumpulkan seperti tersaji dalam tabel dua dibawah ini.

Tabel 2. Data primer yang dikkumpulkan

No fisik tanah kimia tanah Geomor fologi Lahan

01 Tekstur tanah NPK Lereng

02 Fraksi pH Kondisi Drainase

03 KTK Bahan Induk

04 C organik Relief

05 Basa-basa dapat di tukar Erosi

06 Vegetasi

3.2.1.2. Data sekunder yang dikumpulkan meliputi :

- Peta topografis kala 1: 25.000, untuk mengetahui letak, luas dan batas daerah penelitian serta mengetahui morfologi dan proses geomorfologi. - Peta geologi skala 1: 25.000 untuk mengetahui pembentukan dan

perkembangan tanah.

- Peta tanah skala 1: 25.000, untuk mengetahui jenis tanah dan persebarannya di daerah penelitian.

- Peta penggunaan lahan skala 1: 25.000, untuk mengetahui penggunaan lahan daerah penelitian.

(41)

3.2.2. Alat penelitian

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian ini antara lain terdiri dari peta topografi lahan yang akan digunakan untuk penelitian, bor tanah, kompas, alti meter, pisau lapangan, meteran, cangkul, sekop, GPS, ring sample, plastik kertas lebel dan alat tulis.

3.3. Tahapan penelitian

Penelitian ini dilakukan di lapangan dan dilaboratorium dimana pelaksanaannya melalui empat tahapan yaitu : 1) Persiapan, 2) Penelitian lapangan, 3) Analisa contoh tanah di laboratorium, 4) Analisis data, 5) penyusunan hasil (laporan).

3.3.1. Per siapan

Tahap persiapan ini dilakukan sebelum turun di lapangan, yang meliputi :

a. Penentuan daerah penelitian di Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang.

b. Pengumpulan data sekunder antara lain iklim, penggunaan lahan, dan vegetasi.

c. Mempersiapkan peta yang meliputi peta topografi dan peta bentuk lahan, sekaligus data produksi biomassa.

d. Persiapan rencana kerja, observasi dan operasi lapangan.

(42)

3.3.2. Penelitian Lapangan

Kegiatan ini tertuju pada masing-masing satuan peta lahan yang meliputi pengambilan contoh tanah dan pengamatan lingkungan. Kegiatan ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu :

1) Survey Pendahuluan

Survey pendahuluan meliputi kegiatan teknis dan non teknis. Kegiatan teknis dilakukan guna mendapatkan gambaran umum tentang lokasi penelitian sedangkan kegiatan non teknis meliputi perijinan pada daerah penelitian.

2) Kegiatan lapangan

pelaksanaan kegiatan lapangan pertama-tama dengan menentukan lokasi yaitu di Kecamatan Mojowarno, Jombang. Lokasi dikelompokkan 19 SPT dan tiap-tiap SPT dilakukan pengambilan contoh tanah samapai kedalaman 60 cm, (0-20 cm, 20-40 cm dan 40-60 cm). Teknik pengambilan contoh tanah dilakukan dengan metode pengeboran secara acak, dengan pertimbangan ketinggian pada setiap satuan petak tanah serta alasan sifat-sifat tanah yang meliputi lereng, permukaan batuan dan batuan singkapan.

(43)

3.3.3. Analisis Contoh Tanah di Laborator ium

Contoh tanah yang diambil dari lapangan, dikering udarakan. Selanjutnya contoh tanah diayak lolos 2 mm untuk sifat fisik tanah dan lolos ayakan 0,5 mm untuk fisika kimia tanah.

Analisis contoh tanah meliputi kimia dan analisis fisik tanah terdiri:

Tabel 3. Macam dan Metode Analisis Tanah

Klasifikasi Kemampuan lahan

Untuk menentukan klasifikasi kemampan lahan menggunakan data sekunder dan peta kemampuan tanah yang bersumber dari BAPPEDA

Klasifikasi Kesuburan Tanah

Analisis Kimia Metode yang digunakan

KTK Tanah Ekstrak dengan NH4OAC. pH 7

Kejenuhan Basa Perhitungan basa ditukar / KTK x 100%

P2O5 Menyesuaikan dengan pH(P-Bray 1 , P-Bray 2, P- Olsen)

K2O Flamefotomeri

C-organik Walkey dan Black

pH Tanah Ekstrasi H2O, KCIMenggunakan ph meter

Klasifikasi Kesesuaian Lahan

Analisis Kimia Metode yang digunakan

KTK Tanah Ekstrak dengan NH4OAC. pH 7

Kejenuhan Basa Perhitungan basa ditukar / KTK x 100%

pH Tanah Ekstrasi H2O, KCI

C-organik Walkey dan Black

Analisis Fisika Metode yang digunakan

Tekstur Tanah Pipet

Data sekunder Metode yang digunakan

Bahan kasar Observasi lapang

Kedalaman tanah Observasi lapang ( bor tanah )

(44)

3.3.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah terkumpulnya hasil pengamatan dilapangan maupun analisis di laboratorium yang selanjutnya di hubungkan ke dalam kriteria tingkat kemampuan lahan, kesuburan tanah, kesesuaian lahan dan di hubungan dengan data produksi biomassa yang ada. Selanjutnya hasil yang di dapat supaya memungkinkan untuk dipergunakan sebagai dasar penentuan bentuk pengelolaan lahan yang mungkin dilakukan ditempat penelitian dan hasil akhir dari analisa data yaitu peta per setiap satuan petak tanah. Untuk lebih jelasnya langkah-langkah dalam penelitian maka diperjelas dengan tabel (3) rencana kerja penelitian di bawah ini. Tabel 3. Tabel Rencana Kerja Penelitian

(45)

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1. Geologis Dan Geomor fologis

Kecamatan Mojowarno adalah salah satu Kecamatan di Kabupaten Jombang wilayah selatan dengan ketinggian antara 53 - 84 m dpl dan kemiringan rata-rata antara 1 - 4 % dengan begitu maka Kecamatan Mojowarno mempunyai relief Datar – Agak Datar , Sehingga kondisi erosinya sangat ringan karena didukung oleh drainase buatan maupun drainase alami walaupun kelas drainasenya sangat lambat. Secara astronomis Kecamatan Mojowarno terletak antara 16°30' 06" BT - 20°20' 05" BT dan 34°60' 09" LS - 39° 76' 05" LS.

Wilayah Kecamatan Mojowarno berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kec. Mojoagung, Kab. Jombang

Sebelah Selatan : Kec. Ngoro, Kec. Bareng, Kab. Jombang Sebelah Timur : Kec. Wonosalam, Kec. Bareng, Kab. Jombang Sebelah Barat : Kec. Diwek, Kec. Jogoroto, Kab. Jombang

(46)

Tabel 4. Luas Lahan Kecamatan Mojowarno Menurut Penggunaannya

No Desa /

Kelur ahan

J enis penggunaan tanah ( Ha )

Pemukiman Sawah Tegalan Hutan Lainnya

01 Kedungpari 80,68 185,6 - - 10,02

Sumber : Kecamatan Mojowarno Dalam Angka 2010 4.2. Iklim

(47)

Tabel 5. Data Jumlah Curah Hujan di Kecamatan Mojowarno Tahun 2008 – 2012.

Sumber : Kecamatan Mojowarno Dalam Angka 2012

Tabel 6. Tabel Kelembaban Udara Kecamatan Mojowarno Tahun 2008-2012

No Bulan Tahun (% )

(48)

Tabel 7. Tabel Suhu Udara Kecamatan Mojowarno Tahun 2008-2012

Sumber : Kecamatan Mojowarno Dalam Angka 2012 4.3. Tanah

Jenis tanah di daerah penelitihan adalah Inceptisol, teksturnya yang berlempung, kedalaman solum 40 – 70 cm, reaksi tanah agak masam hingga netral, kandungan hara relatif sedang, dan kapasitas tukar kation tanah sedang sampai tinggi antara 51,33 – 75,33 me/100 g, kandungan C-Organik berkisar antara 0.64 – 0,96 %.

4.4. Tanaman

(49)

Menurut AAK, (1995) tanaman menghendaki tanah yang mempuyai lapisan atas yang dalam, yang gembur,subur, banyak mengandung humus dan parmeabilitas serta stuktur dan tekstur tanah yang baik seperti pada tanah yang berasal dari gunung berapi atau tanah yang cukup mengandung pasir karena aerasi drainase yang baik akan berjalan dengan baik.

(50)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan kegiatan penelitian di lapangan di lakukan pada lahan sawah dengan komoditi padi di mana pertumbuhan, perkembangan sampai dengan produksi sangat ditentukan oleh iklim, sifat fisik tanah, sifat kimia tanah dan pengelolaan yang dilakukan.

Dari hasil pengamatan lapangan dan analisa laboratorium. Selanjutnya dilakukan pembahasan mengenai permasalahan sebagai berikut :

Karakteristik lahan pada masing-masing satuan peta tanah Tingkat kemampuan lahan masing-masing satuan peta tanah Tingkat kesuburan tanah pada masing-masing satuan peta tanah

Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi masing-masing satuan peta tanah

Penilaian kemampuan lahan, kesuburan tanah, dan kesesuaian lahan untuk tanaman padi (Oryza sativa).

Hubungan antara kemapuan lahan, kesuburan lahan dan kesesuaian lahan terhadap produksi biomassa padi (Oryza sativa).

(51)

5.1. Karakteristik Lahan Pada Masing-Masing Satuan Peta Tanah 5.1.1. Sifat Fisik Tanah Pada Selur uh Satuan Peta Tanah

Ditinjau dari hasil pengamatan lapangan maupun analisa laboratorium untuk masing-masing SPT, menunjukkan bahwa baik fisik tanah maupun kondisi lahan yang diamati menunjukkan adanya keberagaman. Sifat fisik tanah yang diamati yaitu tekstur tanah. Adapun hasil analisa laboratorium mengenai sifat fisik tanah, selanjutnya disajikan dalam yste (7) sebagai berikut :

(52)

Berdasar tabel 7 maka dapat diketahui bahwa pada seluruh satuan petak tanah (SPT) tekstur tanahnya didominasi oleh lempung, dengan kombinasi lempung liat berdebu, lempung berliat, dan lempung berdebu. Seperti diketahui bahwa tanah-tanah bertekstur liat mempunyai permeabilitas rendah sehingga daya menahan air tinggi. Tanah bertekstur lempung berliat mempunyai permeabilitas agak sedang, sehingga daya menahan air termasuk agak rendah. Untuk tekstur lempung berdebu mempunyai permeabilitas agak lambat sehingga daya menahan air cukup tinggi.

Umumnya tanah-tanah bertekstur lempung berdebu mempunyai kapasitas infiltrasi sedang dan kemampuan menahan airnya juga sedang. Seperti diketahui bahwa tanah –tanah bertekstur ringan hingga sedang (kandungan pasir tinggi) mudah dilewati air sehingga daya memegang air termasuk agak rendah hingga sedang (Hardjowijeno, 1987).

Hakim et.al (1986) berpendapat bahwa tanah bertekstur halus kemampuan menahan airnya. Lebih banyak pada seluruh selang ystem hisapan dibandingkan dengan tanah bertekstur kasar, hal ini dimungkinkan karena tanah bertekstur halus mempunyai bahan koloid, rung pori dan permukaan absorbtif yang lebih banyak.

(53)

Secara keseluruhan kondisi drainase di daerah penelitian terutama pada masing-masing SPT menunjukkan kelas drainase lambat dan sering tergenang (lahan sawah) air sehingga ketersediaan air untuk tanaman tergolong baik sehingga memenuhi kebutuhan tanaman. Drainase merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu ruang dalam tanah baik berupa limpasan permukaan maupun perserapan air ke dalam tanah dan air yang meresap ke dalam tanah tersebut dimanfaatkan oleh tanaman (Soepardi, 1985).

Bentuk wilayah daerah penelitian terletak di daerah datar dengan ketinggian > 90 m dpl dan kemiringan lahan berkisar antara 1- 6 % sehingga dapat dikatakan daerah yang datar. Bentuk wilayah perlu dipertimbangkan dalam evaluasi lahan terutama dalam hubungannya dengan erosi dan pengelolaan tanah, semakin besar kemiringan suatu lahan, maka semakin besar pula kemungkinan erosi yang dapat terjadi dan semakin mempersulit pengelolaannya. Dengan kemiringan yang cukup kecil, pada masing-masing SPT maka pengelolaan yang berkaitan dengan erosi kurang perlu di perhatikan.

(54)

5.1.2. Sifat Kimia Tanah Pada Selur uh Satuan Peta Tanah

Sifat kimia tanah yang diamati adalah pH, C-Organik, N, P, basa-basa tertukar, KTK, & KB. Adapun hasil analisa kimia dari seluruh SPT terperinci dalam tabel Lima di bawah ini.

Tabel 8. Data Analis Sifat Kimia Tanah Kec. Mojowarno

(55)

Kemasaman tanah merupakan sifat kimia yang paling besar pengaruhnya terhadap kesuburan tanah, hal ini disebabkan karena kemasaman tanah mempengaruhi ketersediaan sebagian besar hara, KTK dan perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Tingkat kemasaman tanah dinyatakan dalam pH serta digunakan dalam mengevaluasi respon pertumbuhan tanaman baik yang perlu diusahakan perubahan pH yang sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Berdasarkan bsor 8 di atas dapat dikatakan bahwa pH pada daerah penelitian atau pada seluruh satuan peta tanah yaitu tergolong Netral untuk pH H2O dan untuk pH KCI tergolong masam. Untuk pH H2O antara 6,3 – 7,3, untuk pH KCI antara 4,8 – 5,7.

Menurut Setijono (1986) kemasaman tanah merupakan hal biasa di wilayah dengan curah hujan tinggi yang disebabkan oleh tercucinya basa-basa kompleks jerapan dan hilang melalui drainase.

Kapasitas tukar kation menunjukkan kation yang dapat dipertukarkan dalam tanah baik dari bahan bsorbs maupun mineral. Berdasarkan analisa laboratorium, nilai KTK di daerah penelitian pada setiap satuan peta tanah tergolong sangat tinggi.

(56)

potensi kesuburan yang sedang atau kemampuan tanah menyediakan kation-kation bsorb bagi tanaman sedang, demikian pula sebaliknya. Berdasarkan analisa di laboratorium nilai KTK setiap SPT tergolong sangat tinggi karena > 40 me/100 g.

Sarief (1989) menyatakan bahwa kapasitas tukar kation tergantung pada mineral liat dan komponen bahan bsorbs, sehingga makin tinggi KTK nya maka semakin tinggi pula kemampuan tanah dalam menyediakan kation-kation bsorb-unsur bagi tanaman.

Kejenuhan basa suatu tanah sangat dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan kemasaman tanah tersebut. Pada tanah beriklim kering , kejenuhan basa lebih besar dari pada tanah beriklim basah. Demikian pula pada tanah yang mempunyai pH tinggi kejenuhan basa lebih besar dari pada tanah yang memiliki pH rendah (Hakim, 1986).

Analisa kejenuhan basa terutama untuk mengevaluasi kemampuan suatu jenis tanah dalam menyiapkan kation basa (K, Na, Ca, Mg). nilai KB di daerah penelitian didapatkan sangat rendah , karena secara keseluruhan satuan peta tanah mempunyai nilai KB < 20 %.

Kejenuhan basa yang tinggi umumnya menunjukkan persediaan basa yang cukup tinggi dari pelapukan atau dari pemindahan basa karena pencucian (Fort, 1995).

(57)

ketersediaan unsur N pada suatu lahan dapat menghambat pertumbuhan tanaman tersebut.

Hasil analisa nitrogen tanah pada seluruh SPT mempunyai kategori rendah sampai dengan sangat rendah yaitu berkisar antara 0,07 % – 0,14 %. Kandungan N total umumnya pada lapisan tanah atas menunjukkan adanya jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanah lapisan bawah. Keadaan ini disebabkan karena pada tanah lapisan atas terdapat bagian tanaman yang ada dipermukaan tanah dan bsorb N akan masuk dalam tanah bersamaan dengan masukannya bagian tanaman tersebut. Selain itu pada tanah lapisan atas terdapat bsorb Nitrogen yang diperoleh dari pemupukan (Hakim dkk, 1986).

Foth, (1995) menyatakan bahwa nitrogen yang berlimpah dapat menaikkan pertumbuhan dengan cepat serta perkembangan yang lebih besar demikian juga sebaliknya bila nitrogen yang disediakan rendah maka kemungkinan besar menaikkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman menjadi agak lambat.

Tanah yang bsorb N-nya rendah, dimungkinkan adanya pencucian permukaan tanah yang cukup tinggi yang disebabkan adanya infiltrasi & perkolasi yang cepat disertai dengan curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan kandungan nitrogen rendah (Setijono, 1986).

(58)

Rendahnya ketersediaan fostat disebabkan karena bentuk fosfat anorganik tanah lebih sedikit dan sukar larut, walaupun terdapat CO2 di dalam tanah tetapi mineralisasi mineral fostaf tetap sukar, sehingga dengan demikian P yang tersedia dalam tanah bsorbs rendah. Tinggi rendahnya fosfat tergantung pada macam bahan induk, derajat pelapukan bahan induk dan besarnya fosfat yang hilang lewat pencucian (Bohn et.at, 1985)

Berdasarkan hasil analisa K tersedia pada masing-masing SPT di daerah penelitian didapatkan kandungan kalium yang rendah, sedang sampai dengan tinggi. Nilai kalium rendah antara 0,10 – 0,39 me/100 g. Nilai kalium sedang antara 0,49 – 0,58 me/100 g. Sedangkan nilai kalium tinggi yaitu 0,71 me/100 g. Kalium sangat penting dalam proses asimilasi CO2 dari udara, pembentukan pati dan pengangkatan gula dan bersama-sama dengan fosfat terlibat dalam proses respirasi.

Menurut Goenadi (1992), kalium tidak pernah menjadi kation yang dominan pada kompleks absorsi tanah, karenanya ketersediaan K+

bsorbs rendah, karena banyak kation K+ yang tercuci, sedangkan tanaman butuh bsorb hara K+ yang cukup untuk kelangsungan hidup yang optimal. Akibatnya kebutuhan K+ yang tinggi itu sebagian besar harus dipenuhi dari masukan pupuk kalium yang tinggi unsurnya lebih tinggi dibandingkan masukan bsorb hara lainnya kecuali Nitrogen.

(59)

Menurut Soepardi (1985) C-organik akan mempengaruhi besar kecilnya KTK tanah dan tingkat kemasaman tanah. C-organik dalam tanah mempunyai peran penting dalam menciptakan kesuburan tanah baik kesuburan fisik, kimia maupun biologi tanah.

Kandungan C-Organik pada seluruh SPT rata-rata termasuk dalam kategori rendah. Nilai C- Organik seluruh SPT yaitu antara 0,64 – 0,96 %. Nilai C-Organik rendah pada daerah penelitian di sebabkan oleh kurangnya penambahan organik pada lahan dan kurang optimalnya pengolahan dan pengelolaan bahan organik setempat.

Persentase kejenuhan Na+ yang ada dalam tanah sangat menentukan tanaman dapat mengambil suatu bsorb hara, karena kejenuhan Na+ merupakan racun bagi tanaman. Persen kejenuhan Na+ yang baik bagi tanah pertanian adalah tidak lebih dari 15% hal ini dikarenakan kondisi tanah dengan kadar Na+ yang tinggi dapat mengalami keracunan serta dapat menyebabkan penyerapan hara oleh akar tanaman mengalami hambatan. Dengan Na+ yang tinggi di sekitar tanaman maka bsorb-unsur hara lain di sekitar tanaman sulit untuk di bsorbs oleh akar secara osmosis atau difusi karena tekanan difusi yang tinggi karena Na+ (Syekhfani & Santoso, 1994).

(60)

5.2. Evaluasi Lahan

5.2.1. Tingkat Kemampuan Lahan Pada Masing-Masing Satuan Peta Tanah

Kemampuan penggunaan lahan adalah suatu sistematika dari berbagai penggunaan lahan berdasarkan sifat-sifat yang menentukan potensi lahan untuk berproduksi secara lestari. Lahan diklasifikasikan atas dasar penghambat fisik. Sistem klasifikasi ini membagi lahan menurut faktor- faktor penghambat serta potensi bahaya lain yang dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Jadi, hasil klasifikasi ini dapat digunakan untuk menentukan arahan penggunaan lahan secara umum (misalnya untuk budidaya tanaman semusim, perkebunan, hutan produksi dsb).

(61)
(62)

Gambar 2. Peta Kelas Kemampuan Lahan Kec. Mojowarno

a.Kelas Kemampuan Lahan Desa Kedungpari, Kec. Mojowarno

Desa Kedungpari Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas IV dengan faktor pembatas utama yaitu kedalaman efektif. Kedalaman efektif / solum pada derah penelitian yaitu sedalam 40 cm. Hal ini di karenakan oleh penduduk setempat yang mengambil bagian lapisan atas olah tanah untuk pembuatan genting atau batu bata. Dengan kegiatan tersebut maka kedalaman efektif / solum menjadi dangkal. Untuk mengembalikan agar solum kembali dalam dapat dilakukan penambahan bahan organik namun memerlukan waktu yang lama.

(63)

pembatas yang serius perlu adanya keterbatasan pemilihan tanaman dan pengawetan. Sistem pertanaman yang dilakukan harus mampu menutup tanah dengan sempurna.

b. Kelas Kemampuan Lahan Desa Karanglo, Kec. Mojowarno

Desa Karanglo Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas IV dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat erosi yang tergolong sedang. Tingkat erosi yang tergolong sedang pada derah penelitian ini di karenakan oleh faktor kemiringan yang mencapai 2 % dan terletak pada sekitar sungai sehingga dengan adanya curah hujan yang tinggi maka erosi pada permukaan tanah semakin meningkat. Untuk mengurangi tingkat erosi dapat diperbaiki dengan penanaman tanaman penutup tanah dan pembuatan teras.

Tanah dalam kelas IV masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang serius perlu adanya keterbatasan pemilihan tanaman dan pengawetan. Sistem pertanaman yang dilakukan harus mampu menutup tanah dengan sempurna.

c.Kelas Kemampuan Lahan Desa Latsari, Kec. Mojowarno

(64)

tingkat erosi dapat diperbaiki dengan penanaman tanaman penutup tanah dan pembuatan teras.

Tanah dalam kelas IV masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang serius perlu adanya keterbatasan pemilihan tanaman dan pengawetan. Sistem pertanaman yang dilakukan harus mampu menutup tanah dengan sempurna.

d.Kelas Kemampuan Lahan Desa Mojowarno, Kec. Mojowarno

Desa Mojowarno, Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas III dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat erosi yang tergolong ringan dan kedalaman efektif sedang. Kedalaman efektif / solum pada daerah penelitian yaitu 70 cm. Tingkat erosi yang tergolong sedang pada derah penelitian ini di karenakan oleh faktor curah hujan yang tinggi dan adanya pembuangan air dari dalam lahan melalui saluran drainase maka erosi pada permukaan tanah semakin meningkat. Untuk mengurangi tingkat erosi dan menambah kedalaman solum dapat diperbaiki dengan penanaman tanaman penutup tanah, pembuatan teras dan penambahan bahan organik.

(65)

e.Kelas Kemampuan Lahan Desa Penggaron, Kec. Mojowarno

Desa Penggaron, Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas III dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat erosi yang tergolong ringan dan kedalaman efektif sedang. Kedalaman efektif / solum pada daerah penelitian yaitu 60 cm. Tingkat erosi yang tergolong sedang pada derah penelitian ini di karenakan oleh faktor curah hujan yang tinggi dan adanya pembuangan air dari dalam lahan melalui saluran drainase maka erosi pada permukaan tanah semakin meningkat. Untuk mengurangi tingkat erosi dan menambah kedalaman solum dapat diperbaiki dengan penanaman tanaman penutup tanah, pembuatan teras dan penambahan bahan organik.

Tanah dalam kelas III masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang beresiko maka ada keterbatasan pemilihan tanaman, juga penentuan waktu penanaman dan pengolahan tanah.

f. Kelas Kemampuan Lahan Desa Mojoduwur, Kec. Mojowarno

(66)

Tanah dalam kelas III masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang beresiko maka ada keterbatasan pemilihan tanaman, juga penentuan waktu penanaman dan pengolahan tanah.

g.Kelas Kemampuan Lahan Desa Mojowangi, Kec. Mojowarno

Desa Mojowangi, Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas III dengan faktor pembatas utama yaitu tingkat erosi yang tergolong ringan dan kedalaman efektif sedang. Kedalaman efektif / solum pada daerah penelitian yaitu 70 cm. Tingkat erosi yang tergolong sedang pada derah penelitian ini di karenakan oleh faktor curah hujan yang tinggi dan adanya pembuangan air dari dalam lahan melalui saluran drainase maka erosi pada permukaan tanah semakin meningkat. Untuk mengurangi tingkat erosi dan menambah kedalaman solum dapat diperbaiki dengan penanaman tanaman penutup tanah, pembuatan teras dan penambahan bahan organik.

Tanah dalam kelas III masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang beresiko maka ada keterbatasan pemilihan tanaman, juga penentuan waktu penanaman dan pengolahan tanah.

h.Kelas Kemampuan Lahan Desa Gondek, Kec. Mojowarno

(67)

lapisan atas olah tanah untuk pembuatan genting atau batu bata. Dengan kegiatan tersebut maka kedalaman efektif / solum menjadi dangkal. Untuk mengembalikan agar solum kembali dalam dapat dilakukan penambahan bahan organik namun memerlukan waktu yang lama.

Tanah dalam kelas IV masih dapat digunakan untuk usaha pertanian semusim, tetapi memerlukan paerhatian yang serius. Dengan faktor pembatas yang serius perlu adanya keterbatasan pemilihan tanaman dan pengawetan. Sistem pertanaman yang dilakukan harus mampu menutup tanah dengan sempurna.

i. Kelas Kemampuan Lahan Desa Gedangan, Kec. Mojowarno

Desa Gedangan Kec. Mojowarno secara kelas kemampuan lahan termasuk dalam kelas IV dengan faktor pembatas utama yaitu kedalaman efektif. Kedalaman efektif / solum pada derah penelitian yaitu sedalam 40 cm. Hal ini di karenakan oleh penduduk setempat yang mengambil bagian lapisan atas olah tanah untuk pembuatan genting atau batu bata. Dengan kegiatan tersebut maka kedalaman efektif / solum menjadi dangkal. Untuk mengembalikan agar solum kembali dalam dapat dilakukan penambahan bahan organik namun memerlukan waktu yang lama.

Gambar

Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Mojowarno
Tabel 1. Luas Daerah Menurut Desa / Kelurahan.
Tabel 2. Data primer yang dikkumpulkan
Tabel 3. Macam dan Metode Analisis Tanah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Dengan hasil penelitian ini merujuk pada hipotesis kedua dalam penelitian ini yang menyatakan Harga (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Loyalitas Pelanggan

Selain itu diperlukan juga pengukuran tingkat kepuasan pelanggan agar dapat diketahui atribut apa saja yang membuat pelanggan merasa puas ataupun tidak puas terhadap

B.F Skinner (1904-1990) adalah seorang ahli behavior psychology atau psikologi prilaku yang terkenal dengan teorinya yag disebut operant conditioner.Teori ini

Berdasarkan hasil penelitian tentang Pola Bakteri Aerob Penyebab Diare Pada Anak di Instalasi Rawat Inap Anak RSU Robert Wolter Monginsidi Teling Periode November – Desember

implementasi Desa Maju Reforma Agraria (Damara) di Kulonbambang Kabupaten Blitar yang dilakukan oleh KPA dan Pawartaku sudah memenuhi unsur-unsur dalam tahapan

[r]

Dalam konteks undang-undang perkawinan misalnya, masih terdapat beberapa pasal yang bias gender, seperti pasal yang meyebutkan bahwa suami adalah kepala rumah tangga