• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Yohanna Prisca Apriyani

NIM: 091134104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

HALAMAN JUDUL

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA

PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Oleh:

Yohanna Prisca Apriyani

NIM: 091134104

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada

Dia:bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

(Roma 11: 36)

Bapak dan Ibuku tercinta

Bapak M. Supriyadi dan Ibu L. Suprihatin

yang selalu mendukung dan mempercayaiku

Margareta Ayu kakakku tersayang, adikku Yovita Galih, Pakdhe

Romo, Piliphus Arga Pramudya dan seluruh keluarga besar

Harjodimulyo dan Iman Mujono, Serta sahabat-sahabatku

Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan dan kasih

sayang yang kalian berikan

(6)

v MOTTO

Never Let The Fear Striking Out Keep You From Playing The

Game: Jangan Pernah rasa Takut Gagal Membuat Berhenti

Mencoba

Selesaikanlah apa yang menjadi bagianmu dan serahkanlah

keputusan akhir padaNya

Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik yang terjadi dan

belajalah menjadi kuat untuk hal-hal buruk yang terjadi dalam

hidupmu.

Gusti Mboten Sare

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Apriyani, Yohanna Prisca. 2013. Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal, (2) untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang dikembangkan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model pengembangan Borg and Gall dan model pengembangan Kemp yang meliputi tujuh langkah pengembangan yaitu tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, sampai menghasilkan desain produk final bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas IV semester gasal. Subjek dalam uji coba lapangan penelitian ini adalah 10 siswa kelas IV SDN Pakem 4. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Mei. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4, sedangkan kuesionerdigunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru bahasa Indonesia dan siswa.

Hasil penelitian ini adalah bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4 semester gasal yang memiliki kualitas sangat baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester gasal berdasarkan validasi dari pakar bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru Bahasa Indonesia, dan siswa kelas IV SDN Pakem 4. Hal itu ditunjukkan dengan skor rerata produk adalah 4,33 dan termasuk dalam kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) ketrampilan bahan ajar, (5) topik, dan (6) metodologi.

(10)

ix ABSTRAK

Apriyani, Yohanna Prisca. 2013. Development of Instructional Materials which Integrated with Character Education for Reading Skills on Indonesian Language Subjects of 4th grade in Odd Semester of Primary School. Primary School Teacher Education Program.University of Sanata Dharma Yogyakarta.

This study began from the teacher’s needed about instructional materials which integrated with character education. This research aims to (1) describes procedures of development of instructional materials which integrated with character education for reading skills on Indonesian language subjects of 4th grade in odd semester of primary school, (2) describe validation results of the instructional materials quality of developed products.

This study was a type of research and development. The procedure that used in this research is modified of prosedure between Borg &Gall development model and Jerold Kemp instructional materials development model. The prosedures were divided into seven-step,there were (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) designproduct, (4) validation, (5) revision of the design, (6) the trial design, (7) the revision of the design, until produce a final product design of instructional materials which integrated with character education include character critical, logic and creative thinking and also cooperative, for reading skills on Indonesian language subjects in 4th grade of odd semester of primary school. Subjects in the trial design were 10 students of 4th grade in SDN Pakem 4 that was done on May in the second semester of 2012/2013 academic year. Instrument in this study were interviews and questionnaires. Interviews used for analysis need assement about intructional materials, while the questionnaire is used to validate the quality of instructional materials by expert Indonesian language subjects, character education experts, teachers and students of Indonesian language.

The results of this research was a instructional materials which integrated with character education for reading skills on Indonesian language subjects of 4th grade in odd semester of primary school with excellent quality and proper to use in learning Indonesian language subjects based on validation. This was indicated by a mean score of 4.33 and the product was include in the category of "very good" in terms of aspects (1) the purpose and approach, (2) design and organization, (3) contents, (4) skills of teaching materials, (5) topic, and (6) methodology.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan

karuniaanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di

Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).

Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian

dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin

penelitian.

2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan dorongan, motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang

dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen penguji, terima

kasih atas saran dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini.

6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang

(12)

xi

7. Ibu Sumini, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Pakem 4 yang telah

memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.

8. Ibu Latifah Dwi R, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Pakem 4dan

validator yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam

pelaksanaan penelitian.

9. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., Bapak Rusmawan, M.Pd., dan

Bapak L. Agung Purwoko, S.Pd., yang telah meluangkan waktu, tenaga

dan pikiran untuk bersedia menjadi validator dalam penelitian dan

pengembangan ini.

10. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Pakem 4 yang dapat bekerja sama dalam

pelaksanaan penelitian.

11. Orang tuaku yang terkasih, Bapak M. Supriyadi dan Ibu L. Suprihatin,

Kakakku Margareta Ayu, dan adikku Yovita Galih L serta keluarga

besarku yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih

sayang.

12. Piliphus Arga Pramudya, terima kasih atas dukungan,perhatian dan

semangat yang selalu diberikan.

13. Sahabat-sahabatku : Pungki, Unix, Sambat, Gita, Denis, Berek, Asumpta,

terima kasih atas bantuan, perhatian dan motivasi yang kalian berikan.

14. Teman-teman seperjuanganku: Deny, Risca, Jany, Retha, Fr. Greg,

Domi, Windy, Intan, Wulan, Juminten, dan Putri. Kalian luar biasa.

15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu

persatu.

Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna

bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak kekurangan, untuk

itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

2.1 Kajian Teori ... 10

2.1.1 Pendidikan Karakter ... 10

2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter ... 10

2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter... 12

2.1.1.3Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter ... 13

1. Berpikir Kritis, Logis, dan Kreatif ... 14

(14)

xiii

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 19

2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 19

2.1.2.2Keterampilan Membaca ... 21

2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan PK ... 25

2.1.4 Model Pengembangan ... 27

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran ... 28

2. Analisis Siswa ... 29

3. Analisis Tugas ... 29

4. Merumuskan Indikator ... 30

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi ... 31

6. Strategi Pembelajaran ... 31

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran ... 31

8. Pelayanan Pendukung ... 32

9. Evaluasi Formatif ... 32

10.Evaluasi Sumatif ... 33

11.Revisi Perangkat Pembelajaran ... 33

(15)

xiv

3.3.2 Subyek Validasi Lapangan ... 43

3.3.3 Instrumen Penelitian ... 43

3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43

3.3.5 Teknik Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

4.1 Hasil Penelitan ... 47

4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 47

4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 49

4.1.2.1 Silabus ... 50

4.1.2.2 RPP ... 51

4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 52

4.1.2.4 Bahan Ajar ... 52

1. Sampul Depan ... 53

2. Isi ... 53

3. Penilaian dan Kunci Jawaban ... 56

4. Daftar Referensi ... 56

4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 57

4.1.3.1Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 58

4.1.3.2Data Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 59

4.1.3.3Data Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV ... 60

4.1.3.4Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 62

4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 66

4.2 Pembahasan ... 69

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1 Kesimpulan ... 71

5.2 Keterbatasa Penelitian ... 72

5.3 Saran ... 73

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 45

Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima ... 57

Tabel 3. Kriteria skor Skala Lima ... 58

Tabel 4. Komentar Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Revisi ... 59

Tabel 5. Komentar Pakar Pendidikan Karakter dan Revisi... 60

Tabel 6. Komentar Guru Bahasa Indonesia dan Revisi ... 62

Tabel 7. Komentar Siswa dan Revisi ... 65

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Jerold E. Kemp ... 28

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Survai Kebutuhan ... 76

Lampiran 2. Hasil Wawancara ... 77

Lampiran 3. Silabus ... 84

Lampiran 4. RPP ... 86

Lampiran 5. Instrumen Validasi Pakar dan Guru ... 121

Lampiran 6. Instrumen Persepsi Siswa ... 127

Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ... 129

Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 132

Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia 1 ... 135

Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia 2 ... 138

Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa ... 141

Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi dan Uji Lapangan ... 142

Lampiran 13. Hasil Validasi ... 143

Lampiran 14. Surat Izin Melakukan Wawancara ... 179

Lampiran 15. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 180

Lampiran 16. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 181

Lampiran 17. Foto-Foto Kegiatan ... 182

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan menjadi elemen penting dalam pembangunan bangsa.

Pendidikan yang terselenggara dengan baik akan mampu mencetak

manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan yang baik saat ini adalah pendidikan yang

mampu menghasilkan SDM yang seimbang antara segi intelektual dengan segi

moralitas (Suwija, 2012: 67). Hal tersebut sejalan dengan fungsi pendidikan

nasional dalam UU No. 23 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa

pendidikan nasional berfungsi “mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa”. Untuk itulah pendidikan yang diselenggarakan akan selalu

berorientasi pada usaha untuk pembangunan karakter.

Pembangunan karakter melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan

manusia-manusia yang tidak hanya cerdas tetapi juga manusia berkarater. Artinya

bahwa manusia yang dihasilkan melalui pendidikan selain baik dalam segi

kognitif atau intelektual juga memiliki watak, tabiat atau akhlak yang akan

mampu melandasi dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Manusia yang

berkarakter inilah yang dibutuhkan untuk membangun bangsa. Karakter tidak

terbentuk secara instan dan cepat tetapi melalui berbagai internalisasi nilai yang

terjadi secara terus-menerus dalam diri seseorang dari tindakan ke tindakan yang

dilakukan. Untuk itulah dibutuhkan proses dan waktu yang tepat untuk

(20)

Penanaman karakter bagi peserta didik di sekolah dasar menjadi penting

untuk terus dikembangkan karena melalui pendidikan dasar pembangunan

karakter manusia dimulai. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah hendaknya

disusun secara sistematis dan terpadu untuk mendukung usaha membangun

karakter yang baik. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik harus

berjalan seimbang. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan

mengintegrasikan pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran. Salah

satunya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa bahasa memiliki peran

sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik serta

merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi,

sehingga pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal

dirinya, budayanya dan budaya orang lain (Depdiknas, 2006: 113). Hal ini sejalan

dengan yang diungkapkan oleh Widjono bahwa kecerdasan berbahasa

memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakter yang baik (2007: 21).

Karakter yang baik artinya adalah karakter-karakter yang mampu membantu

seseorang mewujudkan diri sebagai pribadi yang mampu berpikir, bersikap, dan

bertindak dengan baik.

Bahasa sebagai mata pelajaran wajib memuat empat keterampilan

berbahasa yang harus dikuasai siswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis. Lebih jauh lagi Pranowo mengungkapkan bahwa

(21)

penampilan dalam hidup sehari-hari (2009: 3). Melalui keterampilan-keterampilan

berbahasa yang dipelajari oleh peserta didik, diharapkan dapat memberikan

peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara

menyeluruh termasuk mengembangkan karakternya.

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 2008: 27). Membaca hampir kita lakukan

setiap saat dan setiap waktu. Membaca tidak hanya membutuhkan kemampuan

kognitif dalam hal proses pengenalan kata atau melafalkan tulisan saja, tetapi juga

melibatkan aspek afektif seperti keterampilan berpikir misalnya melalui media

bacaan guru dapat memasukan nilai-nilai karakter, sehingga siswa tidak hanya

diajarkan untuk membaca dengan lancar tetapi juga melatih keterampilan berpikir

dan mengembangkan sikap atau nilai tertentu dari bacaan yang dibacanya. Untuk

itulah pengembangan dan pengintegrasian karakter lewat keterampilan membaca

ini dapat dilakukan dengan mudah.

Kemendiknas 2011 telah menetapkan 25 karakter yang menjadi prioritas

penanaman di Sekolah Dasar. Dari 25 karakter tersebut dipilih 1 karakter, yaitu

berpikir kritis, logis dan kreatif serta kerjasama yang cocok untuk diintegrasikan

dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan membaca.

Karakter ini dianggap cocok karena membaca merupakan proses berpikir (Farida

Rahim, 2007: 13). Aktivitas membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan atau

kata-kata tetapi juga proses memahami dan memaknai lalu mengintepretasikan

bacaan yang dibacanya. Tentunya proses tersebut menuntut kemampuan berpikir

(22)

melatih karakter berpikir kritis, logis dan kreatif. Sementara pengemasan kegiatan

juga menjadi penting untuk diperhatikan, dengan pemilihan kegiatan-kegiatan

yang mampu menginternalisasikan karakter yang sudah dipilih.

Dalam pembelajaran, guru memiliki hubungan yang erat dengan

penggunaan bahan ajar. Bahan ajar berperan penting dalam menciptakan

pembelajaran yang mampu mengintegrasikan berbagai karakter dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran yang diharapkan juga berfokus pada

siswa, dimana keterlibatan siswa menjadi bagian penting dalam proses

pembelajaran. Selain itu pembelajaran secara nyata dan langsung akan membantu

siswa untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman yang lebih bermakna.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV pada tanggal

28 November 2012, pukul 09.00 WIB di SDN Pakem 4, diperoleh informasi

bahwa guru menyadari pentingnya pendidikan karakter dikembangkan bagi anak

sekolah dasar karena usia dini merupakan saat yang tepat dalam penanaman

karakter. Akan tetapi implementasi dari pendidikan karakter sendiri di sekolah

masih belum terintegrasi dengan matapelajaran khususnya pada matapelajaran

Bahasa Indonesia. Demikian pula dengan ketersedian bahan ajar yang mampu

mengembangkan berbagai macam karakter dalam diri anak dirasa masih kurang.

Bahan atau buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling

berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.

Beberapa bahan ajar masih berfokus pada kemampuan kognitif, dan

pengembangan dalam aspek lain masih kurang. Dalam hal ini guru menyadari

perlunya bahan ajar yang mampu mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam

(23)

siswa secara aktif lewat kegiatan-kegiatan, sehingga siswa terlibat langsung dalam

mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan karakternya. Untuk itulah bahan

ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan berbahasa

dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis aktivitas siswa sangat

dibutuhkan.

Dengan melihat adanya potensi dan masalah tersebut, peneliti mencoba

memberi alternatif solusi mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan

bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan

membaca. Peneliti membatasi pada keterampilan membaca pada kompetensi dasar

3.2. Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca dalam mata

pelajaran bahasa Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam

penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan

pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran

Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?

1.2.2 Bagaimana hasil validasi kualitas produk bahan ajar terintegrasi dengan

pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran

(24)

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah

sebagai berikut.

1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi

dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata

pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

1.3.2 Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang

terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada

mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut

1.4.1 Bagi mahasiswa

Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan

baru yang dapat menjadi bekal ketika kelak menjadi guru.

1.4.2 Bagi guru

Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter yang dapat

digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.

1.4.3 Bagi siswa

Bahan ajar yang dikembangkan peneliti mampu menanamkan pendidikan

karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, selain

itu menambah ketertarikan siswa untuk belajar bahasa Indonesia khusunya

(25)

1.4.4 Bagi sekolah

Dapat menambah referensi pada sekolah dalam mengembangkan bahan ajar

yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.

1.4.5 Bagi Prodi PGSD

Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait

dengan pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan

karakter.

1.5Batasan Istilah

1.5.1 Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk

watak, tabiat atau akhlak siswa, dimana peneliti mengambil salah satu

karakter dari 25 karater yang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan

dan Kebudayaan Nasional yaitu, keterampilan berpikir logis, kritis, dan

kreatif serta karakter sosial yaitu, kerja sama.

1.5.2 Bahan ajar

Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap

kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD, Indikator,

tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan

siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan

daftar pustaka.

1.5.3 Keterampilan membaca adalah keterampilan yang melibatkan penglihatan

(26)

1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1.6.1 Bahan Ajar yang akan dikembangkan

Bahan ajar ini memuat materi untuk pembelajaran pada kompetensi dasar

memperagakan petunjuk pemakaian yang diintegrasikan dengan karakter berpikir

kritis, logis, kreatif dan kerjasama.

1.6.2 Komponen Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari sampul halaman depan, kata

pengantar dan daftar isi, lalu disetiap pertemuan terdapat halaman yang berisi

topik, SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada

pertemuan tersebut. Pada bagian isi didalamnya terdapat kegiatan apersepsi,

uraian materi, kegiatan siswa, postes, refleksi, tindakan siswa, dan tindak lanjut.

Diakhir seluruh pertemuan terdapat rangkuman materi secara keseluruhan,

evaluasi, kunci jawaban, penilaian, daftar kata penting atau glosarium, dan daftar

pustaka.

1.6.3 Rumusan Indikator

Rumusan indikator dalam bahan ajar ini disusun dalam 3 aspek yaitu:

kognitif, afektif (karakter) dan psikomotorik. Hal ini dimaksukan agar dapat

mencerminkan keutuhan pribadi siswa.

1.6.4 Bahan Ajar Berbasis Aktivitas Siswa

Bahan ajar ini memfasilitasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia

(27)

karakter kritis, logis dan kreatif serta kerjasama agar kemampuan siswa

berkembang secara menyeluruh baik dari segi kognitif, afektif maupun

psikomotorik. Kegiatan yang dipilih mampu mengakomodasi karakter tersebut

(28)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pendidikan Karakter

2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter

Hermawan Kertajaya mengungkapkan bahwa karakter adalah “ciri khas”

yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan

mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin”

yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap berujar, dan merespon

sesuatu (Asnami, 2012: 28). Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Thomas

Lickona dalam Wibowo yang mendefinisikan karakter merupakan sifat alami

seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (2012 :32).

Sementara Hamid Hasan, dkk mengungkapkan bahwa karakter adalah

watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil

internalisasi berbagai kebajikan (Virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai

landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (2010 :3). Hal ini

juga dipertegas dengan pendapat Helen G. Douglas dalam Samani yang

mengungkapkan bahwa “Character isn’t inherited. One builds its daily by the

way one thinks and acts, thought, action by action”(2013:41). Karakter dapat

sedikit demi sedikit terbentuk melalui tindakan dari hari ke hari.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri khas

(29)

moral, akhlak atau budi pekerti yang ada secara alami maupun dapat dibentuk

yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik dalam merespon situasi.

Mulyasa memaparkan pendidikan karakter merupakan upaya untuk

membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat

kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik (2011:1).

Sri Judiani dalam Zubaedi memaknai pendidikan karakter sebagai

pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga

mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan

nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga

negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (2011:17).

Megawangi mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan

sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan

bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, dkk, 2011

:5). Hidayatulloh menambahkan bahwa pendekatan pendidikan karakter sebaiknya

dilakukan secara terintegrasi ke dalam seluruh kehidupan sekolah karena

pendidikan karakter memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain

danmerupakan landasan dari seluruh aspek termasuk seluruh matapelajaran

(2010:55).

Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan

karakter adalah usaha untuk mengembangkan karakter yang dimiliki peserta didik

sehingga menjadi karakter dirinya. Dengan pendidikan karakter peserta didik

diharapkan mampu menerapkan dan mempraktikan karakter yang dimilikinya

(30)

hendaknya dilakukan secara terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran

lainnya.

2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter

UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung

jawab.

Said Hamid, dkk dalam Zubaeda memaparkan adanya lima tujuan

pendidikan karakter. Pertama, mengembangkan kalbu/nurani/afektif peserta didik

sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.

Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan

sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.

Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik

sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan peserta

didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.

Kebangsaan, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan

belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, dan dengan rasa

(31)

Ellen G. White dalam Hidayatulloh mengemukan bahwa pembangunan

karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.

Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar

(2010:12).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya sejalan

dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia Indonesia

yang tak hanya memiliki kekuatan dalam segi intelektual tetapi juga manusia

Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur atau karakter. Mengingat pentingnya

tujuan pendidikan karakter maka penanaman nilai-nilai luhur melalui pendidikan

karekater perlu dilakukan sejak dini.

2.1.1.3Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Karakter

Untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan dirinya menjadi

insan yang berkarakter tangguh, ada banyak nilai yang perlu ditanamkan.

Namun demikian, menanamkan semua karakter pada peserta didik merupakan

hal yang sangat berat. Oleh karena itu perlu diidentifikasi sejumlah nilai sebagai

prioritas penanaman. Kemendiknas 2011 telah mengidentifikasi 25 nilai karakter

yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.

Berikut adalah 25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SD yaitu: (1)

Kereligiusan, (2) Kejujuran, (3) Kecerdasan, (4) Tanggung-jawab, (5) Kebersihan

dan Kesehatan, (6) Kedisiplinan, (7) Tolong menolong, (8) Berpikir logis, kritis,

kreatif dan inovatif, (9) Kesantunan, (10) Ketangguhan, (11) Kedomkratisan, (12)

Kemandirian, (13) Keberanian mengambil resiko, (14) Berorientasi pada

(32)

Keingintahuan, (19) Cinta ilmu, (20) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan

orang lain, (21) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22) Menghargai karya

dan prestasi orang lain, (23) Kepedulian terhadap lingkungan, (24) Nasionalisme,

(25) Menghargai keberagaman (Kemendiknas, 2011). Pendidikan karakter

dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang

dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata

pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi

dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di

luar kelas pada semua mata pelajaran.

Menurut Doni Koessoema, nilai-nilai yang ditanamkan ini dapat berupa

nilai yang bersifat individual personal maupun yang lebih sosial. Nilai yang

bersifat indivual personal adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan

diri, kejujuran, pengendalian diri, bela rasa, disiplin, daya tahan, percaya diri, dan

rasa terimakasih. Nilai yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab,

kewarganegaraan, kerjasama, keadilan dan kesedian mendengarkan (2011:124).

Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan beberapa nilai-nilai pokok

sebagai pangkal tolak pengembangan bahan ajar pengembangan karakter, yaitu:

berpikir logis, kritis, dan kreatif sebagai karakter pribadi dan kerjasama sebagai

karakter sosial.

1. Berpikir logis, kritis dan kreatif

Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2010:767) adalah akal budi, ingatan, angan-angan. “Berpikir” artinya

menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,

(33)

Edi Warsidi yang mengatakan bahwa berpikir adalah berbicara dengan diri

kita sendiri dalam batin, mempertimbangkan, merenung, menimbang,

membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan, serta bertanya mengapa dan

untuk apa sesuatu terjadi (2010 :10).

Berpikir secara logis atau berpikir dengan penalaran masih menurut Edi

Warsidi adalah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja giat otak dan

akal, sesuai dengan pedoman logika (2010:12). Dapat dikatakan bahwa

berpikir logis adalah berpikir tentang akibat dan menarik simpulan. Lebih

lanjut Edi Warsidi mengatakan bahwa seharusnya seseorang yang berpikiran

logis tidak atau jangan yakin dengan kebenaran yang telah dipikirkan

sebelum menarik kesimpulan. Sehingga seseorang yang berpikiran logis akan

selalu mempertanyakan sesuatu sebelum menarik kesimpulan. Ada beberapa

hal yang dapat dilakukan seseorang untuk dapat berpikir logis, yang dapat

dijadikan indikator seseorang berpikir logis: (1) berpikir secara kritis; (2)

berpikir dahulu sebelum bertindak/berpikir dua kali; (3) Memiliki pandangan

yang luas; (4) bersikap terbuka; (5) bersikap optimis; (6) bersikap jujur; (7)

bekerja dan berpikir secara terencana.

Menurut Setiono (2007) berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif

yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti

menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan,

mengkategorikan, seleksi dan menilai atau memutuskan. Facione (1990)

membagi pengertian berpikir kritis dalam 2 kategori yaitu berpikir kritis

(34)

Kemampuan berpikir kritis dalam disposisi afektif dibagi menjadi dua lagi

yaitu sikap umum dan sikap khusus. Sikap umum meliputi:

a. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan

b. Berusaha untuk selalu mendapat informasi yang memadai

c. Sadar untuk berpikir kritis

d. Mengedepankan proses inkuiri yang rasional

e. Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar

f. Berpikiran terbuka terhadap pandangan yang berbeda

g. Fleksibel untuk mempertimbangkan alternativedan pendapat lain yang

berbeda.

Kreatif sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis dan

banyak ide, serta banyak ide dan gagasan. Orang kreatif melihat hal yang

sama, tetapi melalui cara berpikir berbeda. (Uno & Mohamad, 2012: 154).

Kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk membuat

kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.

Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Oleh karena itu, hendaknya

sistem pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku

kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran.

Menurut Uno, Hamzah, dkk (2011: 158) indikator kreativitas antara

lain:

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar

b. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot

c. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.

(35)

e. Mempunyai atau menghargai rasa keindahan

f. Memiliki rasa humor tinggi

g. Mempunyai daya imajinasi yang kuat

h. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang

berbeda dari orang lain (orisinal).

i. Senang mencoba hal-hal baru.

j. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan

elaborasi.

Dari beberapa indikator diatas peneliti mengambil beberapa indikator

untuk dijadikan instrumen penilaian, dimana indikator yang dipilih

disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah dipilih peneliti.

Pada dasarnya kemampuan berpikir kritis, logis dan kreatif salaing

terkait satu sama lainya. Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis, logis dan

kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika

untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah

dimiliki.

2. Kerjasama

Arti kerjasama menurut David W Johnson, dkk dalam buku

Colaborative Learning cetakan III adalah upaya umum manusia yang secara

simultan mempengaruhi berbagai keluaran instruksional (2012:28). Slavin

memberi arti kerjasama adalah cooperative dimana para siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam

(36)

mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang

mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman

masing-masing (2005:4).

David W. Johnson mengungkapkan adanya 5 komponen pokok dari

kerjasama (2012:8-10) yaitu:

a. Interdependensi Positif

Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung

antara satu sama lain, sehingga seseorang tidak akan bisa berhasil jika

semua orang berhasil. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap

anggota akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,

tetapi juga bagi semua anggota kelompok.

b. Interaksi yang mendorong

Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati dan

menghargai usaha usaha satu sama lain untuk belajar.

c. Tanggung jawab individual

Siswa belajar bersama-sama supaya selanjutnya mereka dapat

menunjukkan performa yang lebih baik sebagai individu. Tanggung jawab

individual memastikan bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja

yang membutuhkan bantuan, dukungan dan dorongan yang lebih besar

untuk menyelesaikan tugas dan menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya

(37)

d. Skil-skil interpersonal dan kelompok kecil

Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran atau tugas akademik

dan juga skil-skil interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar

dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Skil-skil yang dimaksudkan seperti

kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,

komunikasi dan manajemen konflik harus diajarkan dengan sama

bertujuannya dan sama tepatnya dengan skil-skil akademis.

e. Pemrosesan kelompok

Anggota kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka

telah mencapai tujuan masing-masing dan seberapa baik mereka telah

memelihara hubungan yang mereka telah memelihara hubungan yang

efektif. Kelompok perlu menggambarkan tindakan anggota manakah yang

telah sangat membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan

tentang sikap mana sajakah yang perlu dilanjutkan atau diubah.

Dari kelima komponen kerjasama yang telah diuraikan diatas peneliti

menurunkannya menjadi beberapa indikator yang akan dijadikan instrumen

penilaian karakter kerjasama.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD

2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang

bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang

(38)

perkataan-perkataan yang baik, sopan santun yang dipakai oleh suatu bangsa

(2008:66). Sumardi mendefinisikan pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah

satu mata pelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar,

berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan serta membina kesatuan

dan persatuan (2005:32).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:113) memberi gambaran

bahwa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah siswa diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan

apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia.

Pengajaran bahasa di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat

penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan dasar yang

diperlukan siswa untuk perkembangan selanjutnya. Selain itu, pengajaran tersebut

harus dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa yang

diperlukannya, bukan saja untuk berkomunikasi, melainkan juga untuk menyerap

berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. (Sabarti Akhardiah, dkk,

1991:11).

Menurut Zulela sekolah dasar sebagai penggalan pertana pendidikan dasar,

seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan

selanjutnya. Dengan keterampilan berbahasa yang dimiliki, siswa mampu

menimba berbagai pengetahuan, mengapresisasi seni serta mengembangkan diri

secara berkelanjutan. Selain itu dijelaskan pula bahwa dengan kemampuan

berbahasa, seseorang dapat menjadi makhluk sosial-budaya, membentuk pribadi

(39)

pembangunan. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia yang

dilaksanakan dengan benar di sekolah dasar menjadi sangat penting (2012: 2).

Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek kemampuan

yang harus dikuasai siswa yaitu: kemampuan mendengar/menyimak, kemampuan

berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Dalam kenyataannya,

penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari baik dalam situasi formal

maupun informal, tiap-tiap kemampuan, baik dalam aspek kebahasaan maupun

aspek-aspek ketrerampilan tidak dapat berdiri sendiri namun akan saling berkaitan

satu sama lain.

Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa

Indonesia di sekolah dasar diarahkan tidak hanya untuk mengajarkan bahasa

dalam aspek kebahasaan ataupun keterampilan berbahasa tetapi juga sebagai

pelajaran yang mampu membentuk watak atau karakter positif bagi peserta didik

melalui kebiasaan, kemampuan berpikir dan berbagai nilai yang dipelajarinya.

Dalam penelitian dan pengembangan ini peneliti mengambil keterampilan

membaca sebagai fokus pengembangan penelitian.

2.1.2.2Keterampilan Membaca yang Teringrasi dengan Pendidikan Karakter

Pembelajaran membaca di sekolah dasar dilaksanakan secara terpadu atau

terintegrasi dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menurut Farida

Rahim, membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan

banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan

(40)

berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,

interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif (2007, 12).

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh

pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui

media kata-kata/bahasa tulis. Membaca sebagai suatu proses yang melibatkan

penglihatan dan tanggapan untuk memahami suatu teks guna memperoleh

informasi (Tarigan: 2008:7).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses

mendapat informasi dari media kata-kata atau bahasa tulis yang melibatkan

kemampuan berpikir dan pemahaman.

Nurhadi secara singkat menjelaskan tujuan membaca itu adalah (1)

membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah), (2) membaca untuk tujuan

menangkap garis besar, (3) membaca untuk menikmati karya sastra, (4) membaca

untuk mengisi waktu luang, (5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu

istilah (2005:11).

Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, pembelajaran Bahasa

Indonesia meliputi 4 aspek yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan

menulis). Setiap aspek memiliki fokus pembelajaran di setiap pertemuannya yang

disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasi.

Untuk aspek membaca Zulela (2012:6) menyebutkan aspek membaca di kelas

tinggi memiliki fokus atau jenis pelajaran di kelas, antara lain: membaca lanjutan,

membaca nyaring/bersuara, membaca teknik, membaca lancar, membaca indah,

membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca bahasa, membaca kritis,

(41)

Salah satu kompetensi dasar membaca yang harus dikuasi oleh siswa kelas

4 sekolah dasar yang tertera dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

berbunyi: Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca.

Kompetensi dasar ini menggunakan teknik membaca memindai. Membaca

memindai (scanning) adalah membaca sangat cepat. Menurut Mikulecky &

Jeffries (Farida Rahim, 2007: 52), membaca memindai penting untuk

meningkatkan kemampuan membaca. Membaca memindai umumnya digunakan

untuk daftar isi buku atau majalah, indeks, jadwal, advertensi dalam surat kabar,

buku petunjuk dan kamus.

Selain mengembangkan dasar-dasar kemampuan membaca yang memang

harus dikuasai, pembelajaran bahasa khususnya membaca juga untuk

menanamkan nilai dan karakter, kemampuan bernalar atau berpikir logis dan

kreativitas melalui bahan bacaan yang bisa dipilih oleh guru. Hal tersebut sejalan

dengan apa yang dijelaskan oleh Syafi’ie dalam Farida, bahwa membaca

merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih

dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian ia

membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam

materi bacaan. Untuk itulah, dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis dan

kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan.

Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis (2007: 13).

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan

(42)

1. Guru menolong siswa memperkaya kosa kata dengan jalan; memperkenalkan

sinonim, antonim, parafrase. Selain itu juga memperkenalkan imbuhan yang

mencakup awalah, sisipan dan akhiran.

2. Guru menolong siswa memahami makna, struktur-struktur kata, dan kalimat

3. Guru memberi serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran,

ungkapan, pepatah, dan peribahasa.

4. Guru menjamin serta memastikan pemahaman siswa dengan cara;

mengemukakan berbagai jenis pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan

siswa dalam bahan bacaan, menyuruh siswa membuat rangkuman,

menanyakan apa ide pokok sesuatu paragraf, menyuruh siswa menemukan

kata-kata yang melukiskan seseorang atau suatu proses, menunjukan

kalimat-kalimat yang kurang baik letak atau susunannya.

5. Guru meningkatkan kecepatan membaca siswa dengan cara; ukurlah waktu

membaca, waktu diusahakan singkat serta efisien secara teratur, hindarkan

gerakan-gerakan bibir, menjelaskan tujuan khusus dan tujuan tertentu

membaca kepada siswa. (Tarigan 1994:14).

Pendidikan karakter dilaksanakan secara terintegrasi di dalam proses

pembelajaran bahasa Indonesia. Terintegrasi dapat diartikan dengan pengenalan

nilai-nilai atau karakter dengan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah

laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran yang berlangsung di

dalam mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk

menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan

dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan

(43)

Keterampilan membaca sebagaimana sudah diuraikan diatas memiliki

keterkaitan dengan karakter berpikir kritis, logis dan kreatif serta kerjasama.

Untuk itulah karakter ini cocok untuk diintegrasikan dalam keterampilan

membaca dengan kompetensi dasar Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk

pemakaian yang dibaca.

2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter

Bahan pengajaran adalah apa yang akan diberikan kepada siswa agar

tujuan pengajaran dapat dicapai. Bahan ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan

indikator dan pencapaian kompetensi (Sabarti Akhadiah, 1991: 11). Sementara

Sukmadinata (2010:105) bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub topik

tertentu. Tiap topik atau sub topik mengandung ide-ide pokok yang relevan

dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau sub topik tersebut dalam

sequence tertentu yang membentuk sequence bahan ajar.

Prastowo (2012: 17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala

bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari

kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses

pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi

pembelajaran.

Dalam penelitian ini peneliti merumuskan bahan ajar adalah bagian dari

buku ajar yang dikembangkan dari setiap kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari

(44)

belajar, refleksi, tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar

kata penting, dan daftar pustaka.

Dalam struktur kurikulum KTSP, bahasa Indonesia merupakan mata

pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak

mulia atau karakter. Integrasinya pendidikan karakter pada mata pelajaran Bahasa

Indonesai saat ini bisa lebih pada fasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam

tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar

atau aktivitas siswa). Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan melalui bahan

ajar dapat dilakukan. Yang ditekankan adalah pelaksanaan dan/atau

penginternalisasian nilai-nilai melalui kegiatan-kegiatan yang disusun dalam

bahan ajar dan pelaksanaan di dalam proses pembelajaran

Bahan ajar yang dikembangkan mengintegrasikan pendidikan karakter di

dalamnya. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan Zubaedi bahwa pendidikan

karakter bukan merupakan mata pelajaran baru yang berdiri sendiri, bukan pula

dimasukkan sebagai standar kompetensi dan kompetensi dasar baru, tetapi

terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri dan

budaya sekolah serta muatan lokal. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu

mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus dan Rencana

Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada (2012:138).

Raka mengungkapkan terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam

mengembangkan bahan pelajaran untuk mengembangkan karakter siswa, yaitu

memberikan banyak perhatian pada aspek karakter yang ada dalam setiap mata

(45)

kontestual (2011: 64). Hidayatulloh mengungkapkan adanya langkah-langkah

dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam bahan ajar setiap mata pelajaran

diantaranya,

Pertama, mendeskripsikan kompetensi dasar (KD), kompetensi yang

dideskripsikan biasanya bersumber dari kurikulum yang berlaku. Kedua,

mengidentifikasi butir-butir karakter yang akan diintegrasikan ke dalam bahan

ajar. Ketiga, mengintegrasikan butir-butir karakter ke dalam kompetensi dasar

yang telah dipilih. Keempat, melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan

metode atau teknik tertentu. Kelima, menentukan metode, keenam menentukan

evaluasi dan ketujuh adalah menentukan sumber belajar(2010:57).

Cunningsworth mengemukakan beberapa unsur untuk mengevaluasi suatu

bahan ajar. Unsur tersebut adalah aims and objectivess, desain and organitation,

language contents, skills, topic, methodologi, teacher’s book, practical

consideration (1995: 3). Dari unsur-unsur tersebut akan dikembangkan

indikator-indikator penilaian sebagai instrumen validasi untuk menilai kualitas produk

bahan ajar yang dikembangkan.

2.1.4 Model Pengembangan

Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu

membuat desain/perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model desain

yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Model desain pembelajaran pada

dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap

(46)

pengembangan perangkat pembelajaran adalah model yang dikembangkan oleh

Kemp.

Suatu model pengembangan pada dasarnya akan mengacu pada empat

komponen mendasar yaitu learners, methods, evaluation, and objectives

(Morrison, 2011: 14). Model Kemp berusaha mengintegrasikan keempat

komponen tersebut dalam modelnya. Pengintegrasian tersebut memunculkan

beberapa unsur pengembangan dalam model Kemp. Secara umum model

pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditunjukan pada gambar di bawah

ini.

Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Menurut Kemp yang Sudah Direvisi (Morrison, dkk., 2005:12)

Unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kemp,

meliputi:

1. Identifikasi Masalah Pembelajaran

Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi adanya kesenjangan

(47)

lapangan. Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang akan dikembangkan,

selanjutnya disusun sesuai dengan upaya mencapai tujuan seperti yang

diharapkan dalam kurikulum.

2. Analisis Siswa

Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan

karakteristik siswa meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu

maupun kelompok.

a. Tingkah Laku Awal Siswa

Kardi dalam Trianto (2009), menjelaskan bahwa sebelum

melaksanakan proses pembelajaran perlu dilakukan identifikasi tingkah

laku awal siswa.

b. Karakteristik Siswa

Analisis siswa meliputi karakteristik antara lain: kemampuan

akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran,

pengalaman, keterampilan psikomotorik, kemampuan bekerja sama,

keterampilan sosial, dan sebagainya (Ibrahim, 2003:5).

3. Analisis Tugas

Dapat dikatakan, analisis tugas atau tujuan tidak lain dari analisis isi

pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan

pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan

pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran dan

(48)

a. Analisis Struktur Isi

Dilakukan dengan mencermati kurikulum, mulai dari bahan kajian, pokok

bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.

b. Analisis Konsep

Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama

yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai urutan

penyajiaanya dan merinci konsep-konsep yang relevan.

c. Analisis Prosedural

Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan

mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan

kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural.

d. Analisis Pemrosesan Informasi

Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokan

tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan

mempertimbangkan waktu.

4. Merumuskan Indikator

Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis

tujuan pada tahap 1. Sedangkan menurut Kardi (2003a: 2), perumusan

indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku

awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa yang dapat dilakukan siswa

(49)

Indikator yang dirumuskan tersebut berfungsi sebagai (a) alat untuk

mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan

cara mengevaluasi hasil belajar siswa; dan (c) panduan siswa dalam belajar.

5. Penyusunan Instrumen Evaluasi

Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur

ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah

berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal yang

dijawab secara benar.

6. Strategi Pembelajaran

Pemilihan strategi pembelajaran disusun berdasarkan tujuan khusus

yang akan dicapai. Kegiatan pemilihan strategi pembelajaran meliputi:

pemilihan model, pendekatan dan metode; pemilihan format, yang dipandang

mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

a. Pemilihan Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran

Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai

dengan bahan kajian dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran

b. Pemilihan Format

Pemilihan format secara umum yang digunakan dalam pengembangan

perangkat pembelajaran meliputi, Buku Ajar (materi ajar), Lembar

(50)

7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran

Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan

sumber pembelajaran atau media yang dipilih. Jika sumber-sumber

pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi

tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan cara menarik dan

menstimulasi perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan siswa,

menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan

keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa

menghargai (apresiasi), serta memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri

kinerja individual (Kemp, et al., 1994).

8. Pelayanan Pendukung

Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yang

berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga

terkait serta layanan laboratorium dan perpustakaan.

9. Evaluasi Formatif

Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses perancangan

pembelajaran serta berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar atau

tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai

berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan

(51)

10. Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian

tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Tes sumatif dapat dilakukan dengan

posttest dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian

akhir unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.

11. Revisi Perangkat Pembelajaran

Kegiatan revisi dilakukan Melakukan kegiatan revisi perangkat

pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan

dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan

memperbaiki rancangan yang dibuat.

Menurut Kemp dalam Trianto (2010: 81), pengembangan perangkat tersebut

merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan

berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat

dimulai dari titik mana pun di dalam siklus tersebut (Kemp, et al., 1994: 10).

2.2 Penelitian yang Relevan

Berikut akan dijabarkan satu persatu penelitian tentang pengembangan

bahan ajar Bahasa Indonesia dan penelitian tentang pendidikan karakter.

Penelitian yang pertama adalah penelitian pengembangan pendidikan

karakter yang dilakukan oleh Bernadeta Lisa Andika Permatasari (2012). Dalam

skripsinya, Bernadeta Lisa Andika Permatasari meneliti “Pendidikan Karakter

(52)

2” Penelitian ini menghasilkan produk yaitu buku teks pembelajaran Bahasa

Indonesia kelas VII yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Produk tersebut

telah direvisi berdasarkan (1) uji coba produk oleh pakar pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia dan (2) uji coba produk oleh siswa kelas VII SMP Joannes Bosco

Yogyakarta.

Penelitian kedua adalah penelitian pengembangan pendidikan karakter

dalam pembelajaran bahasa indonesia yang dilakukan oleh Anastasia Tiur Rohani

(2012). Dalam skrisinya, Anastasia Tiur Rohani meneliti “Pendidikan Karakter

Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMP

kelas VIII Semester 1 dan 2”. Dari hasil pengujian di SMP Pangudi Luhur 1

Yogyakarta penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan karakter yang

terintegrasi dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia siswa kelas VII

semester 1 dan 2 perlu dikembangkan. Hasil uji coba produk yang dilakukan

peneliti tentang materi yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa siswa

beranggapan pelajaran menulis penting terlebih yang diintegrasikan dengan

pendidikan karakter. Hal itu terbukti dari lima belas butir pernyataan, ada dua

belas butir pertanyaan yang memiliki presentase jawaban tertinggi pada kategori

baik.

Penelitian ketiga dilakukan oleh Ajeng Christy Suryaningrum (2012) yang

berjudul “Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bermuatan

Pendidikan Karakter Bangsa Kelas XI Semester 1 SMA Stela Duce Bantul,

Yogyakarta, Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP)” mengembangkan produk yang berupa materi pembelajaran

(53)

Hasil penilaian yang diperoleh yaitu siswa 75%, guru 80%, dan dosen 90%.

Masing-masing hasil data penelitian mendapat kualifikasi baik dari siswa dan

guru, kualifikasi sangat baik dari dosen. Produk pengembangan materi dikatakan

layak untuk dipergunakan karena hasil data >65% dan kualifikasi diatas cukup.

Penelitian ketiga adalah jurnal ilmiah oleh Julia Putnam (2004) yang

berjudul “Reading with Character” yang dilakukan di Ashley Park Elementary

School. Dalam jurnalnya Putnam mengungkapkan bahwa kemampuan atau akses

membaca mencakup pada dua komponen, yaitu isi bacaan atau materi bacaan dan

waktu membaca. Tujuan utama dari reading with character adalah untuk

menyediakan akses membaca yang lebih besar kepada siswa di Ashley Park

Elementary School dengan menyediakan perpustakaan yang menyediakan

buku-buku yang memberikan contoh karakter. Siswa boleh membawa buku-buku tersebut

pulang dan membacanya, di sekolah siswa juga mendiskusikan tentang contoh

karakter yang ada dalam buku tersebut. Proyek ini memberikan dampak baik yang

dibuktikan dengan banyaknya note ucapan terima kasih yang ditulis siswa dikelas

kepada Putnam. Proyek ini menunjukan bahwa membaca menjadi keterampilan

yang dapat diintegrasikan dengan pendidikan karakter.

Dari literatur penelitian dan jurnal di atas peneliti belum menemukan

adanya bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk

keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV

semester gasal. Untuk itulah peneliti akan mengembangkan bahan ajar yang

Gambar

Tabel 1. Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ...........  45
Gambar 2. Bagan Langkah-Langkah Pengembangan Bahan Ajar.................  39
Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Menurut Kemp yang Sudah Direvisi
Gambar 2. Langkah-langkah pengembangan bahan ajar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan yang menjadi urgensi dan akar permasalahan yaitu masih belum optimalnya kinerja guru otomotif SMK Negeri di

[r]

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN GREEN PRODUCT (Studi pada Konsumen Honda Vario Techno di Kota

Kegiatan pelatihan mitigasi bencana gunung api di MI Muhammadiyah Singasari sebagai bagian dari pengabdian masyarakat dapat membangun kesadaran siswa dan guru

Aplikasi ini dapat memberikan informasi berupa laporan mengenai detil transaksi yang dilakukan oleh karyawan yang terlibat dalam kegiatan administrasi pembelian

[r]

[r]

merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari.. pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan,