PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
Yohanna Prisca Apriyani
NIM: 091134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
HALAMAN JUDUL
PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA
PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
Oleh:
Yohanna Prisca Apriyani
NIM: 091134104
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk:
TUHAN YESUS KRISTUS
“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada
Dia:bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”
(Roma 11: 36)
Bapak dan Ibuku tercinta
Bapak M. Supriyadi dan Ibu L. Suprihatin
yang selalu mendukung dan mempercayaiku
Margareta Ayu kakakku tersayang, adikku Yovita Galih, Pakdhe
Romo, Piliphus Arga Pramudya dan seluruh keluarga besar
Harjodimulyo dan Iman Mujono, Serta sahabat-sahabatku
Terima kasih atas segala semangat, perhatian, bantuan dan kasih
sayang yang kalian berikan
v MOTTO
Never Let The Fear Striking Out Keep You From Playing The
Game: Jangan Pernah rasa Takut Gagal Membuat Berhenti
Mencoba
Selesaikanlah apa yang menjadi bagianmu dan serahkanlah
keputusan akhir padaNya
Belajarlah mengucap syukur dari hal-hal baik yang terjadi dan
belajalah menjadi kuat untuk hal-hal buruk yang terjadi dalam
hidupmu.
Gusti Mboten Sare
viii ABSTRAK
Apriyani, Yohanna Prisca. 2013. Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan Membaca pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD Kelas IV Semester Gasal. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah dasar, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini berawal dari kebutuhan guru akan ketersediaan bahan ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan (1) untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal, (2) untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang dikembangkan.
Jenis penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan. Prosedur penelitian dan pengembangan yang digunakan adalah hasil modifikasi dari model pengembangan Borg and Gall dan model pengembangan Kemp yang meliputi tujuh langkah pengembangan yaitu tahap (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi, (5) revisi desain, (6) uji coba desain, (7) revisi desain, sampai menghasilkan desain produk final bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada kelas IV semester gasal. Subjek dalam uji coba lapangan penelitian ini adalah 10 siswa kelas IV SDN Pakem 4. Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013 pada bulan Mei. Instrumen dalam penelitian ini adalah wawancara dan kuesioner. Wawancara digunakan untuk analisis kebutuhan kepada guru bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4, sedangkan kuesionerdigunakan untuk validasi kualitas bahan ajar oleh pakar pembelajaran bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru bahasa Indonesia dan siswa.
Hasil penelitian ini adalah bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas IV SDN Pakem 4 semester gasal yang memiliki kualitas sangat baik dan layak untuk digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester gasal berdasarkan validasi dari pakar bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru Bahasa Indonesia, dan siswa kelas IV SDN Pakem 4. Hal itu ditunjukkan dengan skor rerata produk adalah 4,33 dan termasuk dalam kategori “sangat baik” ditinjau dari aspek (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) ketrampilan bahan ajar, (5) topik, dan (6) metodologi.
ix ABSTRAK
Apriyani, Yohanna Prisca. 2013. Development of Instructional Materials which Integrated with Character Education for Reading Skills on Indonesian Language Subjects of 4th grade in Odd Semester of Primary School. Primary School Teacher Education Program.University of Sanata Dharma Yogyakarta.
This study began from the teacher’s needed about instructional materials which integrated with character education. This research aims to (1) describes procedures of development of instructional materials which integrated with character education for reading skills on Indonesian language subjects of 4th grade in odd semester of primary school, (2) describe validation results of the instructional materials quality of developed products.
This study was a type of research and development. The procedure that used in this research is modified of prosedure between Borg &Gall development model and Jerold Kemp instructional materials development model. The prosedures were divided into seven-step,there were (1) the potential and problems, (2) data collection, (3) designproduct, (4) validation, (5) revision of the design, (6) the trial design, (7) the revision of the design, until produce a final product design of instructional materials which integrated with character education include character critical, logic and creative thinking and also cooperative, for reading skills on Indonesian language subjects in 4th grade of odd semester of primary school. Subjects in the trial design were 10 students of 4th grade in SDN Pakem 4 that was done on May in the second semester of 2012/2013 academic year. Instrument in this study were interviews and questionnaires. Interviews used for analysis need assement about intructional materials, while the questionnaire is used to validate the quality of instructional materials by expert Indonesian language subjects, character education experts, teachers and students of Indonesian language.
The results of this research was a instructional materials which integrated with character education for reading skills on Indonesian language subjects of 4th grade in odd semester of primary school with excellent quality and proper to use in learning Indonesian language subjects based on validation. This was indicated by a mean score of 4.33 and the product was include in the category of "very good" in terms of aspects (1) the purpose and approach, (2) design and organization, (3) contents, (4) skills of teaching materials, (5) topic, and (6) methodology.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaanya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGEMBANGAN BAHAN AJAR YANG TERINTEGRASI DENGAN PENDIDIKAN KARAKTER UNTUK KETERAMPILAN MEMBACA PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD KELAS IV SEMESTER GASAL” sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini disusun demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan di
Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Terselesaikannya skripsi ini tentunya tidak lepas dari dorongan, perhatian
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Bapak Drs. Rohandi., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ijin
penelitian.
2. Romo G. Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., MA., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
3. Bapak Drs. Puji Purnomo, M.Si., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan dorongan, motivasi dan perhatian sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang
dengan sabar telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan
saran dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. Ibu Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen penguji, terima
kasih atas saran dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
6. Para dosen dan staf PGSD, terima kasih atas bantuan dan saran yang
xi
7. Ibu Sumini, S.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Pakem 4 yang telah
memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.
8. Ibu Latifah Dwi R, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri Pakem 4dan
validator yang telah membimbing, mengarahkan, dan membantu dalam
pelaksanaan penelitian.
9. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., Bapak Rusmawan, M.Pd., dan
Bapak L. Agung Purwoko, S.Pd., yang telah meluangkan waktu, tenaga
dan pikiran untuk bersedia menjadi validator dalam penelitian dan
pengembangan ini.
10. Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Pakem 4 yang dapat bekerja sama dalam
pelaksanaan penelitian.
11. Orang tuaku yang terkasih, Bapak M. Supriyadi dan Ibu L. Suprihatin,
Kakakku Margareta Ayu, dan adikku Yovita Galih L serta keluarga
besarku yang telah memberikan dukungan, kepercayaan dan kasih
sayang.
12. Piliphus Arga Pramudya, terima kasih atas dukungan,perhatian dan
semangat yang selalu diberikan.
13. Sahabat-sahabatku : Pungki, Unix, Sambat, Gita, Denis, Berek, Asumpta,
terima kasih atas bantuan, perhatian dan motivasi yang kalian berikan.
14. Teman-teman seperjuanganku: Deny, Risca, Jany, Retha, Fr. Greg,
Domi, Windy, Intan, Wulan, Juminten, dan Putri. Kalian luar biasa.
15. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Semoga karya penelitian skripsi ini dapat memberikan manfaat dan berguna
bagi banyak pihak. Penulis menyadari karya ini masih banyak kekurangan, untuk
itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR BAGAN ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Batasan Istilah ... 7
1.6 Spesifikasi Produk ... 8
BAB II LANDASAN TEORI ... 10
2.1 Kajian Teori ... 10
2.1.1 Pendidikan Karakter ... 10
2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter ... 10
2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter... 12
2.1.1.3Nilai-Nilai dalam Pendidikan Karakter ... 13
1. Berpikir Kritis, Logis, dan Kreatif ... 14
xiii
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 19
2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD ... 19
2.1.2.2Keterampilan Membaca ... 21
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan PK ... 25
2.1.4 Model Pengembangan ... 27
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran ... 28
2. Analisis Siswa ... 29
3. Analisis Tugas ... 29
4. Merumuskan Indikator ... 30
5. Penyusunan Instrumen Evaluasi ... 31
6. Strategi Pembelajaran ... 31
7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran ... 31
8. Pelayanan Pendukung ... 32
9. Evaluasi Formatif ... 32
10.Evaluasi Sumatif ... 33
11.Revisi Perangkat Pembelajaran ... 33
xiv
3.3.2 Subyek Validasi Lapangan ... 43
3.3.3 Instrumen Penelitian ... 43
3.3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 43
3.3.5 Teknik Analisis Data ... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
4.1 Hasil Penelitan ... 47
4.1.1 Data Analisis Kebutuhan ... 47
4.1.2 Deskripsi Produk Awal ... 49
4.1.2.1 Silabus ... 50
4.1.2.2 RPP ... 51
4.1.2.3 Kerangka Bahan Ajar ... 52
4.1.2.4 Bahan Ajar ... 52
1. Sampul Depan ... 53
2. Isi ... 53
3. Penilaian dan Kunci Jawaban ... 56
4. Daftar Referensi ... 56
4.1.3 Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 57
4.1.3.1Data Validasi Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 58
4.1.3.2Data Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 59
4.1.3.3Data Validasi Guru Bahasa Indonesia SD Kelas IV ... 60
4.1.3.4Data Validasi Lapangan dan Revisi Produk ... 62
4.1.4 Kajian Produk Akhir ... 66
4.2 Pembahasan ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
5.1 Kesimpulan ... 71
5.2 Keterbatasa Penelitian ... 72
5.3 Saran ... 73
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Konverensi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif Skala Lima ... 45
Tabel 2. Konversi Nilai Skala Lima ... 57
Tabel 3. Kriteria skor Skala Lima ... 58
Tabel 4. Komentar Pakar Pembelajaran Bahasa Indonesia dan Revisi ... 59
Tabel 5. Komentar Pakar Pendidikan Karakter dan Revisi... 60
Tabel 6. Komentar Guru Bahasa Indonesia dan Revisi ... 62
Tabel 7. Komentar Siswa dan Revisi ... 65
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Jerold E. Kemp ... 28
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Survai Kebutuhan ... 76
Lampiran 2. Hasil Wawancara ... 77
Lampiran 3. Silabus ... 84
Lampiran 4. RPP ... 86
Lampiran 5. Instrumen Validasi Pakar dan Guru ... 121
Lampiran 6. Instrumen Persepsi Siswa ... 127
Lampiran 7. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Bahasa Indonesia ... 129
Lampiran 8. Rekapitulasi Hasil Validasi Pakar Pendidikan Karakter ... 132
Lampiran 9. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia 1 ... 135
Lampiran 10. Rekapitulasi Hasil Validasi Guru Bahasa Indonesia 2 ... 138
Lampiran 11. Rekapitulasi Hasil Validasi Siswa ... 141
Lampiran 12. Rekapitulasi Hasil Validasi dan Uji Lapangan ... 142
Lampiran 13. Hasil Validasi ... 143
Lampiran 14. Surat Izin Melakukan Wawancara ... 179
Lampiran 15. Surat Izin Melakukan Penelitian ... 180
Lampiran 16. Surat Izin Telah Melakukan Penelitian ... 181
Lampiran 17. Foto-Foto Kegiatan ... 182
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan menjadi elemen penting dalam pembangunan bangsa.
Pendidikan yang terselenggara dengan baik akan mampu mencetak
manusia-manusia yang berkualitas. Pendidikan yang baik saat ini adalah pendidikan yang
mampu menghasilkan SDM yang seimbang antara segi intelektual dengan segi
moralitas (Suwija, 2012: 67). Hal tersebut sejalan dengan fungsi pendidikan
nasional dalam UU No. 23 tahun 2003 pasal 3 yang menyatakan bahwa
pendidikan nasional berfungsi “mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa”. Untuk itulah pendidikan yang diselenggarakan akan selalu
berorientasi pada usaha untuk pembangunan karakter.
Pembangunan karakter melalui pendidikan yang baik akan menghasilkan
manusia-manusia yang tidak hanya cerdas tetapi juga manusia berkarater. Artinya
bahwa manusia yang dihasilkan melalui pendidikan selain baik dalam segi
kognitif atau intelektual juga memiliki watak, tabiat atau akhlak yang akan
mampu melandasi dalam berpikir, bersikap dan bertindak. Manusia yang
berkarakter inilah yang dibutuhkan untuk membangun bangsa. Karakter tidak
terbentuk secara instan dan cepat tetapi melalui berbagai internalisasi nilai yang
terjadi secara terus-menerus dalam diri seseorang dari tindakan ke tindakan yang
dilakukan. Untuk itulah dibutuhkan proses dan waktu yang tepat untuk
Penanaman karakter bagi peserta didik di sekolah dasar menjadi penting
untuk terus dikembangkan karena melalui pendidikan dasar pembangunan
karakter manusia dimulai. Pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah hendaknya
disusun secara sistematis dan terpadu untuk mendukung usaha membangun
karakter yang baik. Aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik harus
berjalan seimbang. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan
mengintegrasikan pendidikan karakter dalam berbagai mata pelajaran. Salah
satunya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotoriknya. Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa bahasa memiliki peran
sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik serta
merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi,
sehingga pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal
dirinya, budayanya dan budaya orang lain (Depdiknas, 2006: 113). Hal ini sejalan
dengan yang diungkapkan oleh Widjono bahwa kecerdasan berbahasa
memungkinkan seseorang dapat mengembangkan karakter yang baik (2007: 21).
Karakter yang baik artinya adalah karakter-karakter yang mampu membantu
seseorang mewujudkan diri sebagai pribadi yang mampu berpikir, bersikap, dan
bertindak dengan baik.
Bahasa sebagai mata pelajaran wajib memuat empat keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai siswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis. Lebih jauh lagi Pranowo mengungkapkan bahwa
penampilan dalam hidup sehari-hari (2009: 3). Melalui keterampilan-keterampilan
berbahasa yang dipelajari oleh peserta didik, diharapkan dapat memberikan
peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mereka secara
menyeluruh termasuk mengembangkan karakternya.
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/bahasa tulis (Tarigan, 2008: 27). Membaca hampir kita lakukan
setiap saat dan setiap waktu. Membaca tidak hanya membutuhkan kemampuan
kognitif dalam hal proses pengenalan kata atau melafalkan tulisan saja, tetapi juga
melibatkan aspek afektif seperti keterampilan berpikir misalnya melalui media
bacaan guru dapat memasukan nilai-nilai karakter, sehingga siswa tidak hanya
diajarkan untuk membaca dengan lancar tetapi juga melatih keterampilan berpikir
dan mengembangkan sikap atau nilai tertentu dari bacaan yang dibacanya. Untuk
itulah pengembangan dan pengintegrasian karakter lewat keterampilan membaca
ini dapat dilakukan dengan mudah.
Kemendiknas 2011 telah menetapkan 25 karakter yang menjadi prioritas
penanaman di Sekolah Dasar. Dari 25 karakter tersebut dipilih 1 karakter, yaitu
berpikir kritis, logis dan kreatif serta kerjasama yang cocok untuk diintegrasikan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada keterampilan membaca.
Karakter ini dianggap cocok karena membaca merupakan proses berpikir (Farida
Rahim, 2007: 13). Aktivitas membaca tidak hanya sekedar melafalkan tulisan atau
kata-kata tetapi juga proses memahami dan memaknai lalu mengintepretasikan
bacaan yang dibacanya. Tentunya proses tersebut menuntut kemampuan berpikir
melatih karakter berpikir kritis, logis dan kreatif. Sementara pengemasan kegiatan
juga menjadi penting untuk diperhatikan, dengan pemilihan kegiatan-kegiatan
yang mampu menginternalisasikan karakter yang sudah dipilih.
Dalam pembelajaran, guru memiliki hubungan yang erat dengan
penggunaan bahan ajar. Bahan ajar berperan penting dalam menciptakan
pembelajaran yang mampu mengintegrasikan berbagai karakter dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran yang diharapkan juga berfokus pada
siswa, dimana keterlibatan siswa menjadi bagian penting dalam proses
pembelajaran. Selain itu pembelajaran secara nyata dan langsung akan membantu
siswa untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman yang lebih bermakna.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru kelas IV pada tanggal
28 November 2012, pukul 09.00 WIB di SDN Pakem 4, diperoleh informasi
bahwa guru menyadari pentingnya pendidikan karakter dikembangkan bagi anak
sekolah dasar karena usia dini merupakan saat yang tepat dalam penanaman
karakter. Akan tetapi implementasi dari pendidikan karakter sendiri di sekolah
masih belum terintegrasi dengan matapelajaran khususnya pada matapelajaran
Bahasa Indonesia. Demikian pula dengan ketersedian bahan ajar yang mampu
mengembangkan berbagai macam karakter dalam diri anak dirasa masih kurang.
Bahan atau buku ajar merupakan komponen pembelajaran yang paling
berpengaruh terhadap apa yang sesungguhnya terjadi pada proses pembelajaran.
Beberapa bahan ajar masih berfokus pada kemampuan kognitif, dan
pengembangan dalam aspek lain masih kurang. Dalam hal ini guru menyadari
perlunya bahan ajar yang mampu mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam
siswa secara aktif lewat kegiatan-kegiatan, sehingga siswa terlibat langsung dalam
mendapatkan pengetahuan dan mengembangkan karakternya. Untuk itulah bahan
ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan berbahasa
dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis aktivitas siswa sangat
dibutuhkan.
Dengan melihat adanya potensi dan masalah tersebut, peneliti mencoba
memberi alternatif solusi mengatasi masalah tersebut dengan mengembangkan
bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan
membaca. Peneliti membatasi pada keterampilan membaca pada kompetensi dasar
3.2. Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca dalam mata
pelajaran bahasa Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, rumusan masalah dalam
penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut.
1.2.1 Bagaimana prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal?
1.2.2 Bagaimana hasil validasi kualitas produk bahan ajar terintegrasi dengan
pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata pelajaran
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian pengembangan ini adalah
sebagai berikut.
1.3.1 Untuk memaparkan prosedur pengembangan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.3.2 Untuk mendeskripsikan hasil validasi kualitas produk bahan ajar yang
terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk keterampilan membaca pada
mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian pengembangan ini adalah sebagai berikut
1.4.1 Bagi mahasiswa
Penelitian pengembangan ini memberikan pengalaman dan pengetahuan
baru yang dapat menjadi bekal ketika kelak menjadi guru.
1.4.2 Bagi guru
Penelitian pengembangan ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
bahan ajar yang mengintegrasikan pendidikan karakter yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
1.4.3 Bagi siswa
Bahan ajar yang dikembangkan peneliti mampu menanamkan pendidikan
karakter yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, selain
itu menambah ketertarikan siswa untuk belajar bahasa Indonesia khusunya
1.4.4 Bagi sekolah
Dapat menambah referensi pada sekolah dalam mengembangkan bahan ajar
yang terintegrasi dengan pendidikan karakter.
1.4.5 Bagi Prodi PGSD
Menambah bahan pustaka prodi PGSD Universitas Sanata Dharma terkait
dengan pengembangan bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter.
1.5Batasan Istilah
1.5.1 Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan untuk membentuk
watak, tabiat atau akhlak siswa, dimana peneliti mengambil salah satu
karakter dari 25 karater yang dikembangkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan Nasional yaitu, keterampilan berpikir logis, kritis, dan
kreatif serta karakter sosial yaitu, kerja sama.
1.5.2 Bahan ajar
Bahan ajar adalah bagian dari buku ajar yang dikembangkan dari setiap
kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari unsur topik, SK, KD, Indikator,
tujuan pembelajaran, uraian materi, kegiatan belajar, refleksi, tindakan
siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar kata penting, dan
daftar pustaka.
1.5.3 Keterampilan membaca adalah keterampilan yang melibatkan penglihatan
1.6 Spesifikasi Produk yang dikembangkan
1.6.1 Bahan Ajar yang akan dikembangkan
Bahan ajar ini memuat materi untuk pembelajaran pada kompetensi dasar
memperagakan petunjuk pemakaian yang diintegrasikan dengan karakter berpikir
kritis, logis, kreatif dan kerjasama.
1.6.2 Komponen Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan terdiri dari sampul halaman depan, kata
pengantar dan daftar isi, lalu disetiap pertemuan terdapat halaman yang berisi
topik, SK, KD, indikator, dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada
pertemuan tersebut. Pada bagian isi didalamnya terdapat kegiatan apersepsi,
uraian materi, kegiatan siswa, postes, refleksi, tindakan siswa, dan tindak lanjut.
Diakhir seluruh pertemuan terdapat rangkuman materi secara keseluruhan,
evaluasi, kunci jawaban, penilaian, daftar kata penting atau glosarium, dan daftar
pustaka.
1.6.3 Rumusan Indikator
Rumusan indikator dalam bahan ajar ini disusun dalam 3 aspek yaitu:
kognitif, afektif (karakter) dan psikomotorik. Hal ini dimaksukan agar dapat
mencerminkan keutuhan pribadi siswa.
1.6.4 Bahan Ajar Berbasis Aktivitas Siswa
Bahan ajar ini memfasilitasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia
karakter kritis, logis dan kreatif serta kerjasama agar kemampuan siswa
berkembang secara menyeluruh baik dari segi kognitif, afektif maupun
psikomotorik. Kegiatan yang dipilih mampu mengakomodasi karakter tersebut
10 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendidikan Karakter
2.1.1.1Pengertian Pendidikan Karakter
Hermawan Kertajaya mengungkapkan bahwa karakter adalah “ciri khas”
yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut adalah “asli” dan
mengakar pada kepribadian benda atau individu tersebut, dan merupakan “mesin”
yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap berujar, dan merespon
sesuatu (Asnami, 2012: 28). Pendapat yang sama juga diutarakan oleh Thomas
Lickona dalam Wibowo yang mendefinisikan karakter merupakan sifat alami
seseorang dalam merespons situasi secara bermoral (2012 :32).
Sementara Hamid Hasan, dkk mengungkapkan bahwa karakter adalah
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil
internalisasi berbagai kebajikan (Virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai
landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak (2010 :3). Hal ini
juga dipertegas dengan pendapat Helen G. Douglas dalam Samani yang
mengungkapkan bahwa “Character isn’t inherited. One builds its daily by the
way one thinks and acts, thought, action by action”(2013:41). Karakter dapat
sedikit demi sedikit terbentuk melalui tindakan dari hari ke hari.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah ciri khas
moral, akhlak atau budi pekerti yang ada secara alami maupun dapat dibentuk
yang dapat mempengaruhi sikap peserta didik dalam merespon situasi.
Mulyasa memaparkan pendidikan karakter merupakan upaya untuk
membantu perkembangan jiwa anak-anak baik lahir maupun batin, dari sifat
kodratinya menuju ke arah peradaban yang manusiawi dan lebih baik (2011:1).
Sri Judiani dalam Zubaedi memaknai pendidikan karakter sebagai
pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter pada peserta didik sehingga
mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat dan warga
negara yang religius, nasionalis, produktif dan kreatif (2011:17).
Megawangi mengungkapkan bahwa pendidikan karakter merupakan
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan
bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya (Kesuma, dkk, 2011
:5). Hidayatulloh menambahkan bahwa pendekatan pendidikan karakter sebaiknya
dilakukan secara terintegrasi ke dalam seluruh kehidupan sekolah karena
pendidikan karakter memang tidak dapat dipisahkan dengan aspek lain
danmerupakan landasan dari seluruh aspek termasuk seluruh matapelajaran
(2010:55).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter adalah usaha untuk mengembangkan karakter yang dimiliki peserta didik
sehingga menjadi karakter dirinya. Dengan pendidikan karakter peserta didik
diharapkan mampu menerapkan dan mempraktikan karakter yang dimilikinya
hendaknya dilakukan secara terpadu atau terintegrasi dengan mata pelajaran
lainnya.
2.1.1.2Tujuan Pendidikan Karakter
UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung
jawab.
Said Hamid, dkk dalam Zubaeda memaparkan adanya lima tujuan
pendidikan karakter. Pertama, mengembangkan kalbu/nurani/afektif peserta didik
sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
Kedua, mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
Ketiga, menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa. Keempat, mengembangkan kemampuan peserta
didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan.
Kebangsaan, mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas, dan persahabatan, dan dengan rasa
Ellen G. White dalam Hidayatulloh mengemukan bahwa pembangunan
karakter adalah usaha paling penting yang pernah diberikan kepada manusia.
Pembangunan karakter adalah tujuan luar biasa dari sistem pendidikan yang benar
(2010:12).
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter pada dasarnya sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk membentuk manusia Indonesia
yang tak hanya memiliki kekuatan dalam segi intelektual tetapi juga manusia
Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur atau karakter. Mengingat pentingnya
tujuan pendidikan karakter maka penanaman nilai-nilai luhur melalui pendidikan
karekater perlu dilakukan sejak dini.
2.1.1.3Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Pendidikan Karakter
Untuk memfasilitasi peserta didik mengembangkan dirinya menjadi
insan yang berkarakter tangguh, ada banyak nilai yang perlu ditanamkan.
Namun demikian, menanamkan semua karakter pada peserta didik merupakan
hal yang sangat berat. Oleh karena itu perlu diidentifikasi sejumlah nilai sebagai
prioritas penanaman. Kemendiknas 2011 telah mengidentifikasi 25 nilai karakter
yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional.
Berikut adalah 25 butir nilai karakter sebagai prioritas penanaman di SD yaitu: (1)
Kereligiusan, (2) Kejujuran, (3) Kecerdasan, (4) Tanggung-jawab, (5) Kebersihan
dan Kesehatan, (6) Kedisiplinan, (7) Tolong menolong, (8) Berpikir logis, kritis,
kreatif dan inovatif, (9) Kesantunan, (10) Ketangguhan, (11) Kedomkratisan, (12)
Kemandirian, (13) Keberanian mengambil resiko, (14) Berorientasi pada
Keingintahuan, (19) Cinta ilmu, (20) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan
orang lain, (21) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, (22) Menghargai karya
dan prestasi orang lain, (23) Kepedulian terhadap lingkungan, (24) Nasionalisme,
(25) Menghargai keberagaman (Kemendiknas, 2011). Pendidikan karakter
dilakukan secara terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Integrasi yang
dimaksud meliputi pemuatan nilai-nilai ke dalam substansi pada semua mata
pelajaran dan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang memfasilitasi
dipraktikkannya nilai-nilai dalam setiap aktivitas pembelajaran di dalam dan di
luar kelas pada semua mata pelajaran.
Menurut Doni Koessoema, nilai-nilai yang ditanamkan ini dapat berupa
nilai yang bersifat individual personal maupun yang lebih sosial. Nilai yang
bersifat indivual personal adalah tanggung jawab, kemurahan hati, penghargaan
diri, kejujuran, pengendalian diri, bela rasa, disiplin, daya tahan, percaya diri, dan
rasa terimakasih. Nilai yang bersifat lebih sosial adalah tanggung jawab,
kewarganegaraan, kerjasama, keadilan dan kesedian mendengarkan (2011:124).
Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan beberapa nilai-nilai pokok
sebagai pangkal tolak pengembangan bahan ajar pengembangan karakter, yaitu:
berpikir logis, kritis, dan kreatif sebagai karakter pribadi dan kerjasama sebagai
karakter sosial.
1. Berpikir logis, kritis dan kreatif
Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2010:767) adalah akal budi, ingatan, angan-angan. “Berpikir” artinya
menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu,
Edi Warsidi yang mengatakan bahwa berpikir adalah berbicara dengan diri
kita sendiri dalam batin, mempertimbangkan, merenung, menimbang,
membuktikan sesuatu, menunjukkan alasan, serta bertanya mengapa dan
untuk apa sesuatu terjadi (2010 :10).
Berpikir secara logis atau berpikir dengan penalaran masih menurut Edi
Warsidi adalah berpikir tepat dan benar yang memerlukan kerja giat otak dan
akal, sesuai dengan pedoman logika (2010:12). Dapat dikatakan bahwa
berpikir logis adalah berpikir tentang akibat dan menarik simpulan. Lebih
lanjut Edi Warsidi mengatakan bahwa seharusnya seseorang yang berpikiran
logis tidak atau jangan yakin dengan kebenaran yang telah dipikirkan
sebelum menarik kesimpulan. Sehingga seseorang yang berpikiran logis akan
selalu mempertanyakan sesuatu sebelum menarik kesimpulan. Ada beberapa
hal yang dapat dilakukan seseorang untuk dapat berpikir logis, yang dapat
dijadikan indikator seseorang berpikir logis: (1) berpikir secara kritis; (2)
berpikir dahulu sebelum bertindak/berpikir dua kali; (3) Memiliki pandangan
yang luas; (4) bersikap terbuka; (5) bersikap optimis; (6) bersikap jujur; (7)
bekerja dan berpikir secara terencana.
Menurut Setiono (2007) berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif
yang berkaitan dengan penggunaan nalar. Belajar untuk berpikir kritis berarti
menggunakan proses-proses mental, seperti memperhatikan,
mengkategorikan, seleksi dan menilai atau memutuskan. Facione (1990)
membagi pengertian berpikir kritis dalam 2 kategori yaitu berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis dalam disposisi afektif dibagi menjadi dua lagi
yaitu sikap umum dan sikap khusus. Sikap umum meliputi:
a. Rasa ingin tahu yang tinggi terhadap berbagai permasalahan
b. Berusaha untuk selalu mendapat informasi yang memadai
c. Sadar untuk berpikir kritis
d. Mengedepankan proses inkuiri yang rasional
e. Percaya akan kemampuan diri sendiri untuk bernalar
f. Berpikiran terbuka terhadap pandangan yang berbeda
g. Fleksibel untuk mempertimbangkan alternativedan pendapat lain yang
berbeda.
Kreatif sering digambarkan dengan kemampuan berpikir kritis dan
banyak ide, serta banyak ide dan gagasan. Orang kreatif melihat hal yang
sama, tetapi melalui cara berpikir berbeda. (Uno & Mohamad, 2012: 154).
Kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan untuk membuat
kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang ada.
Perilaku kreatif adalah hasil pemikiran kreatif. Oleh karena itu, hendaknya
sistem pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku
kreatif-produktif, di samping pemikiran logis dan penalaran.
Menurut Uno, Hamzah, dkk (2011: 158) indikator kreativitas antara
lain:
a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar
b. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot
c. Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
e. Mempunyai atau menghargai rasa keindahan
f. Memiliki rasa humor tinggi
g. Mempunyai daya imajinasi yang kuat
h. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang
berbeda dari orang lain (orisinal).
i. Senang mencoba hal-hal baru.
j. Mampu mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan
elaborasi.
Dari beberapa indikator diatas peneliti mengambil beberapa indikator
untuk dijadikan instrumen penilaian, dimana indikator yang dipilih
disesuaikan dengan kompetensi dasar yang telah dipilih peneliti.
Pada dasarnya kemampuan berpikir kritis, logis dan kreatif salaing
terkait satu sama lainya. Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis, logis dan
kreatif adalah berpikir dan melakukan sesuatu secara kenyataan atau logika
untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa yang telah
dimiliki.
2. Kerjasama
Arti kerjasama menurut David W Johnson, dkk dalam buku
Colaborative Learning cetakan III adalah upaya umum manusia yang secara
simultan mempengaruhi berbagai keluaran instruksional (2012:28). Slavin
memberi arti kerjasama adalah cooperative dimana para siswa bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam
mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang
mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan dalam pemahaman
masing-masing (2005:4).
David W. Johnson mengungkapkan adanya 5 komponen pokok dari
kerjasama (2012:8-10) yaitu:
a. Interdependensi Positif
Setiap anggota kelompok memandang bahwa mereka terhubung
antara satu sama lain, sehingga seseorang tidak akan bisa berhasil jika
semua orang berhasil. Siswa harus menyadari bahwa usaha dari setiap
anggota akan bermanfaat bukan hanya bagi individu yang bersangkutan,
tetapi juga bagi semua anggota kelompok.
b. Interaksi yang mendorong
Siswa saling membantu, mendukung, menyemangati dan
menghargai usaha usaha satu sama lain untuk belajar.
c. Tanggung jawab individual
Siswa belajar bersama-sama supaya selanjutnya mereka dapat
menunjukkan performa yang lebih baik sebagai individu. Tanggung jawab
individual memastikan bahwa semua anggota kelompok tahu siapa saja
yang membutuhkan bantuan, dukungan dan dorongan yang lebih besar
untuk menyelesaikan tugas dan menyadari bahwa mereka tidak bisa hanya
d. Skil-skil interpersonal dan kelompok kecil
Siswa dituntut untuk mempelajari pelajaran atau tugas akademik
dan juga skil-skil interpersonal dan kelompok kecil yang dibutuhkan agar
dapat berfungsi sebagai sebuah tim. Skil-skil yang dimaksudkan seperti
kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan,
komunikasi dan manajemen konflik harus diajarkan dengan sama
bertujuannya dan sama tepatnya dengan skil-skil akademis.
e. Pemrosesan kelompok
Anggota kelompok berdiskusi mengenai seberapa baik mereka
telah mencapai tujuan masing-masing dan seberapa baik mereka telah
memelihara hubungan yang mereka telah memelihara hubungan yang
efektif. Kelompok perlu menggambarkan tindakan anggota manakah yang
telah sangat membantu dan tidak membantu dan membuat keputusan
tentang sikap mana sajakah yang perlu dilanjutkan atau diubah.
Dari kelima komponen kerjasama yang telah diuraikan diatas peneliti
menurunkannya menjadi beberapa indikator yang akan dijadikan instrumen
penilaian karakter kerjasama.
2.1.2 Hakikat Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD
2.1.2.1Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia bahasa adalah sistem lambang
bunyi berartikulasi yang bersifat sewenang-wenang dan konvensional yang
perkataan-perkataan yang baik, sopan santun yang dipakai oleh suatu bangsa
(2008:66). Sumardi mendefinisikan pembelajaran bahasa Indonesia adalah salah
satu mata pelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan bernalar,
berkomunikasi, mengungkapkan pikiran dan perasaan serta membina kesatuan
dan persatuan (2005:32).
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (2006:113) memberi gambaran
bahwa hakikat pembelajaran bahasa Indonesia di SD adalah siswa diarahkan
untuk meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia
dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis serta menumbuhkan
apresiasi terhadap karya kesastraan manusia Indonesia.
Pengajaran bahasa di sekolah dasar mempunyai peranan yang sangat
penting dalam membentuk kebiasaan, sikap, serta kemampuan dasar yang
diperlukan siswa untuk perkembangan selanjutnya. Selain itu, pengajaran tersebut
harus dapat membantu siswa dalam pengembangan kemampuan berbahasa yang
diperlukannya, bukan saja untuk berkomunikasi, melainkan juga untuk menyerap
berbagai nilai serta pengetahuan yang dipelajarinya. (Sabarti Akhardiah, dkk,
1991:11).
Menurut Zulela sekolah dasar sebagai penggalan pertana pendidikan dasar,
seyogyanya dapat membentuk landasan yang kuat untuk tingkat pendidikan
selanjutnya. Dengan keterampilan berbahasa yang dimiliki, siswa mampu
menimba berbagai pengetahuan, mengapresisasi seni serta mengembangkan diri
secara berkelanjutan. Selain itu dijelaskan pula bahwa dengan kemampuan
berbahasa, seseorang dapat menjadi makhluk sosial-budaya, membentuk pribadi
pembangunan. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia yang
dilaksanakan dengan benar di sekolah dasar menjadi sangat penting (2012: 2).
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek kemampuan
yang harus dikuasai siswa yaitu: kemampuan mendengar/menyimak, kemampuan
berbicara, kemampuan membaca dan kemampuan menulis. Dalam kenyataannya,
penggunaan bahasa di dalam kehidupan sehari-hari baik dalam situasi formal
maupun informal, tiap-tiap kemampuan, baik dalam aspek kebahasaan maupun
aspek-aspek ketrerampilan tidak dapat berdiri sendiri namun akan saling berkaitan
satu sama lain.
Dari berbagai uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia di sekolah dasar diarahkan tidak hanya untuk mengajarkan bahasa
dalam aspek kebahasaan ataupun keterampilan berbahasa tetapi juga sebagai
pelajaran yang mampu membentuk watak atau karakter positif bagi peserta didik
melalui kebiasaan, kemampuan berpikir dan berbagai nilai yang dipelajarinya.
Dalam penelitian dan pengembangan ini peneliti mengambil keterampilan
membaca sebagai fokus pengembangan penelitian.
2.1.2.2Keterampilan Membaca yang Teringrasi dengan Pendidikan Karakter
Pembelajaran membaca di sekolah dasar dilaksanakan secara terpadu atau
terintegrasi dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Menurut Farida
Rahim, membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan
banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan
berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal,
interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif (2007, 12).
Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh
pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui
media kata-kata/bahasa tulis. Membaca sebagai suatu proses yang melibatkan
penglihatan dan tanggapan untuk memahami suatu teks guna memperoleh
informasi (Tarigan: 2008:7).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa membaca adalah suatu proses
mendapat informasi dari media kata-kata atau bahasa tulis yang melibatkan
kemampuan berpikir dan pemahaman.
Nurhadi secara singkat menjelaskan tujuan membaca itu adalah (1)
membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah), (2) membaca untuk tujuan
menangkap garis besar, (3) membaca untuk menikmati karya sastra, (4) membaca
untuk mengisi waktu luang, (5) membaca untuk mencari keterangan tentang suatu
istilah (2005:11).
Sebagaimana sudah diuraikan sebelumnya, pembelajaran Bahasa
Indonesia meliputi 4 aspek yaitu: mendengarkan, berbicara, membaca dan
menulis). Setiap aspek memiliki fokus pembelajaran di setiap pertemuannya yang
disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasi.
Untuk aspek membaca Zulela (2012:6) menyebutkan aspek membaca di kelas
tinggi memiliki fokus atau jenis pelajaran di kelas, antara lain: membaca lanjutan,
membaca nyaring/bersuara, membaca teknik, membaca lancar, membaca indah,
membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca bahasa, membaca kritis,
Salah satu kompetensi dasar membaca yang harus dikuasi oleh siswa kelas
4 sekolah dasar yang tertera dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
berbunyi: Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca.
Kompetensi dasar ini menggunakan teknik membaca memindai. Membaca
memindai (scanning) adalah membaca sangat cepat. Menurut Mikulecky &
Jeffries (Farida Rahim, 2007: 52), membaca memindai penting untuk
meningkatkan kemampuan membaca. Membaca memindai umumnya digunakan
untuk daftar isi buku atau majalah, indeks, jadwal, advertensi dalam surat kabar,
buku petunjuk dan kamus.
Selain mengembangkan dasar-dasar kemampuan membaca yang memang
harus dikuasai, pembelajaran bahasa khususnya membaca juga untuk
menanamkan nilai dan karakter, kemampuan bernalar atau berpikir logis dan
kreativitas melalui bahan bacaan yang bisa dipilih oleh guru. Hal tersebut sejalan
dengan apa yang dijelaskan oleh Syafi’ie dalam Farida, bahwa membaca
merupakan proses berpikir. Untuk dapat memahami bacaan, pembaca terlebih
dahulu harus memahami kata-kata dan kalimat yang dihadapinya. Kemudian ia
membuat simpulan dengan menghubungkan isi preposisi yang terdapat dalam
materi bacaan. Untuk itulah, dia harus mampu berpikir secara sistematis, logis dan
kreatif. Bertitik tolak dari kesimpulan itu, pembaca dapat menilai bacaan.
Kegiatan menilai menuntut kemampuan berpikir kritis (2007: 13).
Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan
1. Guru menolong siswa memperkaya kosa kata dengan jalan; memperkenalkan
sinonim, antonim, parafrase. Selain itu juga memperkenalkan imbuhan yang
mencakup awalah, sisipan dan akhiran.
2. Guru menolong siswa memahami makna, struktur-struktur kata, dan kalimat
3. Guru memberi serta menjelaskan kawasan atau pengertian kiasan, sindiran,
ungkapan, pepatah, dan peribahasa.
4. Guru menjamin serta memastikan pemahaman siswa dengan cara;
mengemukakan berbagai jenis pertanyaan yang jawabannya dapat ditemukan
siswa dalam bahan bacaan, menyuruh siswa membuat rangkuman,
menanyakan apa ide pokok sesuatu paragraf, menyuruh siswa menemukan
kata-kata yang melukiskan seseorang atau suatu proses, menunjukan
kalimat-kalimat yang kurang baik letak atau susunannya.
5. Guru meningkatkan kecepatan membaca siswa dengan cara; ukurlah waktu
membaca, waktu diusahakan singkat serta efisien secara teratur, hindarkan
gerakan-gerakan bibir, menjelaskan tujuan khusus dan tujuan tertentu
membaca kepada siswa. (Tarigan 1994:14).
Pendidikan karakter dilaksanakan secara terintegrasi di dalam proses
pembelajaran bahasa Indonesia. Terintegrasi dapat diartikan dengan pengenalan
nilai-nilai atau karakter dengan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah
laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran yang berlangsung di
dalam mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk
menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan
dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal, menyadari/peduli, dan
Keterampilan membaca sebagaimana sudah diuraikan diatas memiliki
keterkaitan dengan karakter berpikir kritis, logis dan kreatif serta kerjasama.
Untuk itulah karakter ini cocok untuk diintegrasikan dalam keterampilan
membaca dengan kompetensi dasar Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk
pemakaian yang dibaca.
2.1.3 Pengembangan Bahan Ajar yang Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter
Bahan pengajaran adalah apa yang akan diberikan kepada siswa agar
tujuan pengajaran dapat dicapai. Bahan ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan
prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan
indikator dan pencapaian kompetensi (Sabarti Akhadiah, 1991: 11). Sementara
Sukmadinata (2010:105) bahan ajar tersusun atas topik-topik dan sub topik
tertentu. Tiap topik atau sub topik mengandung ide-ide pokok yang relevan
dengan tujuan yang telah ditetapkan. Topik-topik atau sub topik tersebut dalam
sequence tertentu yang membentuk sequence bahan ajar.
Prastowo (2012: 17) mengatakan bahwa bahan ajar merupakan segala
bahan yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari
kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi
pembelajaran.
Dalam penelitian ini peneliti merumuskan bahan ajar adalah bagian dari
buku ajar yang dikembangkan dari setiap kompetensi dasar (KD) yang terdiri dari
belajar, refleksi, tindakan siswa, rangkuman materi, penilaian, tindak lanjut, daftar
kata penting, dan daftar pustaka.
Dalam struktur kurikulum KTSP, bahasa Indonesia merupakan mata
pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak
mulia atau karakter. Integrasinya pendidikan karakter pada mata pelajaran Bahasa
Indonesai saat ini bisa lebih pada fasilitasi internalisasi nilai-nilai di dalam
tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran (kegiatan belajar mengajar
atau aktivitas siswa). Pengenalan nilai-nilai sebagai pengetahuan melalui bahan
ajar dapat dilakukan. Yang ditekankan adalah pelaksanaan dan/atau
penginternalisasian nilai-nilai melalui kegiatan-kegiatan yang disusun dalam
bahan ajar dan pelaksanaan di dalam proses pembelajaran
Bahan ajar yang dikembangkan mengintegrasikan pendidikan karakter di
dalamnya. Hal ini sejalan seperti yang diungkapkan Zubaedi bahwa pendidikan
karakter bukan merupakan mata pelajaran baru yang berdiri sendiri, bukan pula
dimasukkan sebagai standar kompetensi dan kompetensi dasar baru, tetapi
terintegrasi ke dalam mata pelajaran yang sudah ada, pengembangan diri dan
budaya sekolah serta muatan lokal. Oleh karena itu, guru dan sekolah perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan karakter ke
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), silabus dan Rencana
Program Pembelajaran (RPP) yang sudah ada (2012:138).
Raka mengungkapkan terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan bahan pelajaran untuk mengembangkan karakter siswa, yaitu
memberikan banyak perhatian pada aspek karakter yang ada dalam setiap mata
kontestual (2011: 64). Hidayatulloh mengungkapkan adanya langkah-langkah
dalam pengintegrasian pendidikan karakter dalam bahan ajar setiap mata pelajaran
diantaranya,
Pertama, mendeskripsikan kompetensi dasar (KD), kompetensi yang
dideskripsikan biasanya bersumber dari kurikulum yang berlaku. Kedua,
mengidentifikasi butir-butir karakter yang akan diintegrasikan ke dalam bahan
ajar. Ketiga, mengintegrasikan butir-butir karakter ke dalam kompetensi dasar
yang telah dipilih. Keempat, melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan
metode atau teknik tertentu. Kelima, menentukan metode, keenam menentukan
evaluasi dan ketujuh adalah menentukan sumber belajar(2010:57).
Cunningsworth mengemukakan beberapa unsur untuk mengevaluasi suatu
bahan ajar. Unsur tersebut adalah aims and objectivess, desain and organitation,
language contents, skills, topic, methodologi, teacher’s book, practical
consideration (1995: 3). Dari unsur-unsur tersebut akan dikembangkan
indikator-indikator penilaian sebagai instrumen validasi untuk menilai kualitas produk
bahan ajar yang dikembangkan.
2.1.4 Model Pengembangan
Seorang guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran terlebih dahulu
membuat desain/perencanaan pembelajaran. Dalam mengembangkan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), seorang guru harus menggunakan model desain
yang dianggap cocok untuk dikembangkan. Model desain pembelajaran pada
dasarnya merupakan pengelolaan dan pengembangan yang dilakukan terhadap
pengembangan perangkat pembelajaran adalah model yang dikembangkan oleh
Kemp.
Suatu model pengembangan pada dasarnya akan mengacu pada empat
komponen mendasar yaitu learners, methods, evaluation, and objectives
(Morrison, 2011: 14). Model Kemp berusaha mengintegrasikan keempat
komponen tersebut dalam modelnya. Pengintegrasian tersebut memunculkan
beberapa unsur pengembangan dalam model Kemp. Secara umum model
pengembangan perangkat pembelajaran Kemp ditunjukan pada gambar di bawah
ini.
Gambar 1. Bagan Model Pengembangan Sistem Pembelajaran Menurut Kemp yang Sudah Direvisi (Morrison, dkk., 2005:12)
Unsur pengembangan perangkat pembelajaran menurut model Kemp,
meliputi:
1. Identifikasi Masalah Pembelajaran
Tujuan dari tahap ini adalah mengidentifikasi adanya kesenjangan
lapangan. Bahan kajian, pokok bahasan atau materi yang akan dikembangkan,
selanjutnya disusun sesuai dengan upaya mencapai tujuan seperti yang
diharapkan dalam kurikulum.
2. Analisis Siswa
Analisis siswa dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal dan
karakteristik siswa meliputi ciri, kemampuan, dan pengalaman baik individu
maupun kelompok.
a. Tingkah Laku Awal Siswa
Kardi dalam Trianto (2009), menjelaskan bahwa sebelum
melaksanakan proses pembelajaran perlu dilakukan identifikasi tingkah
laku awal siswa.
b. Karakteristik Siswa
Analisis siswa meliputi karakteristik antara lain: kemampuan
akademik, usia dan tingkat kedewasaan, motivasi terhadap mata pelajaran,
pengalaman, keterampilan psikomotorik, kemampuan bekerja sama,
keterampilan sosial, dan sebagainya (Ibrahim, 2003:5).
3. Analisis Tugas
Dapat dikatakan, analisis tugas atau tujuan tidak lain dari analisis isi
pelajaran, konsep, pemrosesan informasi yang digunakan untuk memudahkan
pemahaman atau penguasaan tentang tugas-tugas belajar dan tujuan
pembelajaran yang dituangkan dalam bentuk Rencana Pembelajaran dan
a. Analisis Struktur Isi
Dilakukan dengan mencermati kurikulum, mulai dari bahan kajian, pokok
bahasan, sub pokok bahasan, serta garis besar perincian isi pokok bahasan.
b. Analisis Konsep
Analisis konsep dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama
yang akan diajarkan dan menyusunnya secara sistematis sesuai urutan
penyajiaanya dan merinci konsep-konsep yang relevan.
c. Analisis Prosedural
Analisis prosedural adalah analisis tugas yang dilakukan dengan
mengidentifikasi tahap-tahap penyelesaian tugas sesuai dengan bahan
kajian, hasil analisis ini akan diperoleh peta tugas dan analisis prosedural.
d. Analisis Pemrosesan Informasi
Analisis pemrosesan informasi dilakukan untuk mengelompokan
tugas-tugas yang dilaksanakan siswa selama pembelajaran dengan
mempertimbangkan waktu.
4. Merumuskan Indikator
Indikator adalah tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis
tujuan pada tahap 1. Sedangkan menurut Kardi (2003a: 2), perumusan
indikator didasarkan pada analisis pembelajaran dan identifikasi tingkah laku
awal siswa, tentang pernyataan-pernyataan apa yang dapat dilakukan siswa
Indikator yang dirumuskan tersebut berfungsi sebagai (a) alat untuk
mendesain kegiatan pembelajaran, (b) kerangka kerja dalam merencanakan
cara mengevaluasi hasil belajar siswa; dan (c) panduan siswa dalam belajar.
5. Penyusunan Instrumen Evaluasi
Penyusunan tes hasil belajar merupakan alat evaluasi untuk mengukur
ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan siswa setelah
berlangsungnya proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal yang
dijawab secara benar.
6. Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajaran disusun berdasarkan tujuan khusus
yang akan dicapai. Kegiatan pemilihan strategi pembelajaran meliputi:
pemilihan model, pendekatan dan metode; pemilihan format, yang dipandang
mampu memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
a. Pemilihan Model, Pendekatan, dan Metode Pembelajaran
Pemilihan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang sesuai
dengan bahan kajian dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran
b. Pemilihan Format
Pemilihan format secara umum yang digunakan dalam pengembangan
perangkat pembelajaran meliputi, Buku Ajar (materi ajar), Lembar
7. Pemilihan Media atau Sumber Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran sangat bergantung pada penggunaan
sumber pembelajaran atau media yang dipilih. Jika sumber-sumber
pembelajaran dipilih dan disiapkan dengan hati-hati, maka dapat memenuhi
tujuan pembelajaran antara lain memotivasi siswa dengan cara menarik dan
menstimulasi perhatian pada materi pembelajaran, melibatkan siswa,
menjelaskan dan menggambarkan isi materi pelajaran dan
keterampilan-keterampilan kinerja, membantu pembentukan sikap dan pengembangan rasa
menghargai (apresiasi), serta memberi kesempatan untuk menganalisis sendiri
kinerja individual (Kemp, et al., 1994).
8. Pelayanan Pendukung
Selama proses pengembangan diperlukan layanan pendukung yang
berupa kebijakan kepala sekolah, guru mitra, tata usaha, dan tenaga-tenaga
terkait serta layanan laboratorium dan perpustakaan.
9. Evaluasi Formatif
Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses perancangan
pembelajaran serta berfungsi sebagai pemberi informasi kepada pengajar atau
tim pengembang seberapa baik program telah berfungsi dalam mencapai
berbagai sasaran. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan
10. Evaluasi Sumatif
Evaluasi sumatif secara langsung mengukur tingkat pencapaian
tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Tes sumatif dapat dilakukan dengan
posttest dan ujian akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi; hasil ujian
akhir unit dan ujian akhir untuk pelajaran tertentu.
11. Revisi Perangkat Pembelajaran
Kegiatan revisi dilakukan Melakukan kegiatan revisi perangkat
pembelajaran, setiap langkah rancangan pembelajaran selalu dihubungkan
dengan revisi. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengevaluasi dan
memperbaiki rancangan yang dibuat.
Menurut Kemp dalam Trianto (2010: 81), pengembangan perangkat tersebut
merupakan suatu lingkaran yang kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan
berhubungan langsung dengan aktivitas revisi. Pengembangan perangkat dapat
dimulai dari titik mana pun di dalam siklus tersebut (Kemp, et al., 1994: 10).
2.2 Penelitian yang Relevan
Berikut akan dijabarkan satu persatu penelitian tentang pengembangan
bahan ajar Bahasa Indonesia dan penelitian tentang pendidikan karakter.
Penelitian yang pertama adalah penelitian pengembangan pendidikan
karakter yang dilakukan oleh Bernadeta Lisa Andika Permatasari (2012). Dalam
skripsinya, Bernadeta Lisa Andika Permatasari meneliti “Pendidikan Karakter
2” Penelitian ini menghasilkan produk yaitu buku teks pembelajaran Bahasa
Indonesia kelas VII yang terintegrasi dengan pendidikan karakter. Produk tersebut
telah direvisi berdasarkan (1) uji coba produk oleh pakar pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia dan (2) uji coba produk oleh siswa kelas VII SMP Joannes Bosco
Yogyakarta.
Penelitian kedua adalah penelitian pengembangan pendidikan karakter
dalam pembelajaran bahasa indonesia yang dilakukan oleh Anastasia Tiur Rohani
(2012). Dalam skrisinya, Anastasia Tiur Rohani meneliti “Pendidikan Karakter
Terintegrasi dalam Pembelajaran Menulis Bahasa Indonesia Untuk Siswa SMP
kelas VIII Semester 1 dan 2”. Dari hasil pengujian di SMP Pangudi Luhur 1
Yogyakarta penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan karakter yang
terintegrasi dalam pembelajaran menulis bahasa Indonesia siswa kelas VII
semester 1 dan 2 perlu dikembangkan. Hasil uji coba produk yang dilakukan
peneliti tentang materi yang telah dibuat, dapat diketahui bahwa siswa
beranggapan pelajaran menulis penting terlebih yang diintegrasikan dengan
pendidikan karakter. Hal itu terbukti dari lima belas butir pernyataan, ada dua
belas butir pertanyaan yang memiliki presentase jawaban tertinggi pada kategori
baik.
Penelitian ketiga dilakukan oleh Ajeng Christy Suryaningrum (2012) yang
berjudul “Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Bermuatan
Pendidikan Karakter Bangsa Kelas XI Semester 1 SMA Stela Duce Bantul,
Yogyakarta, Tahun Ajaran 2011/2012 Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP)” mengembangkan produk yang berupa materi pembelajaran
Hasil penilaian yang diperoleh yaitu siswa 75%, guru 80%, dan dosen 90%.
Masing-masing hasil data penelitian mendapat kualifikasi baik dari siswa dan
guru, kualifikasi sangat baik dari dosen. Produk pengembangan materi dikatakan
layak untuk dipergunakan karena hasil data >65% dan kualifikasi diatas cukup.
Penelitian ketiga adalah jurnal ilmiah oleh Julia Putnam (2004) yang
berjudul “Reading with Character” yang dilakukan di Ashley Park Elementary
School. Dalam jurnalnya Putnam mengungkapkan bahwa kemampuan atau akses
membaca mencakup pada dua komponen, yaitu isi bacaan atau materi bacaan dan
waktu membaca. Tujuan utama dari reading with character adalah untuk
menyediakan akses membaca yang lebih besar kepada siswa di Ashley Park
Elementary School dengan menyediakan perpustakaan yang menyediakan
buku-buku yang memberikan contoh karakter. Siswa boleh membawa buku-buku tersebut
pulang dan membacanya, di sekolah siswa juga mendiskusikan tentang contoh
karakter yang ada dalam buku tersebut. Proyek ini memberikan dampak baik yang
dibuktikan dengan banyaknya note ucapan terima kasih yang ditulis siswa dikelas
kepada Putnam. Proyek ini menunjukan bahwa membaca menjadi keterampilan
yang dapat diintegrasikan dengan pendidikan karakter.
Dari literatur penelitian dan jurnal di atas peneliti belum menemukan
adanya bahan ajar yang terintegrasi dengan pendidikan karakter untuk
keterampilan membaca pada mata pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal. Untuk itulah peneliti akan mengembangkan bahan ajar yang