• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1 802012044 Full text

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T1 802012044 Full text"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN MUSIC PERFORMANCE ANXIETY PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI UJIAN VOKAL DI FSP

OLEH

YULAN PATEH ADRIAN 80 2012 044

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

GAMBARAN MUSIC PERFORMANCE ANXIETY PADA MAHASISWA YANG MENGIKUTI UJIAN VOKAL DI FSP

Yulan Pateh Adrian Rudangta Arianti Sembiring

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

(8)

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai kecemasan performansi musik mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Universitas Kristen Satya Wacana. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa FSP angkatan 2012-2014 yang mengikuti ujian akhir semester vokal. Sampel diambil dengan teknik purposive sampling (n = 15). Data

Music Performance Anxiety dikumpulkan menggunakan alat ukur Music Performance Anxiety Inventory for Adolescent (MPAI-A) yang disusun oleh Osborne & Kenny (2005) dan diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Metode Penelitian yang digunakan adalah teknik deskriptif kemudian dilanjutkan dengan uji komparasi menggunakan t-test for paired sample dengan hasil t = 0,001 (sig.1,000). Hasil penelitian menggambarkan tingkat kecemasan mahasiswa FSP UKSW dari setiap angkatan berada dalam kategori sedang. Sedangkan dilihat berdasarkan jenis kelamin wanita berada dalam kategori sedang dan pria berada dalam kategori rendah. Penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan music performance anxiety pada mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan yang melakukan performansi secara solo dan group .

(9)

Abstract

The aim of this research is to descript music performance anxiety among students of

performing art faculty from satya wacana Christian university. Subjects were students from

the year 2012-2014 intake who performed for their vocal final exam. The sample was taken

with purposive sampling. Music Performance Anxiety data were also collected using the

Music Performance Anxiety Inventory for Adolescent (MPAI-A) written by Osborne &

Kenny (2005) which has been translated into Indonesian language. The method used for

this research is descriptive followed by comparison test using t-test for paired sample with

result t = 0,001 (sig.1,000). Result of research describe the anxiety level of student FSP

Satya Wacana Christian University of each class in middle category. While the view of the

female gender in the category of low and men are in the low category. Futher explanation

on the matter is there are no significant differences of music performance anxiety in

students of Performance Art Faculty those performed in solo and group performance.

(10)

1

PENDAHULUAN

Pada era ini musik menjadi salah satu hal yang digemari masyarakat di berbagai penjuru dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia musik adalah ilmu atau seni yang menyusun nada atau suara diurutkan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan terutama yang menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi. Musik dapat menghasilkan bunyi apabila ada orang yang memainkannya.

Untuk menjadi seorang pemain musik bukanlah hal yang mudah. Banyak proses yang harus dilakukan agar bisa memainkan musik dengan baik. Salah satunya dengan menempuh pendidikan formal.

Dalam pendidikan formal, para pemain musik pasti akan melakukan performansi. Menurut Sloboda (1994), yang disebut dengan performansi musik adalah suatu situasi dimana seorang performer (orang yang menampilkan permainan musik) atau sekelompok performer secara sadar dan sengaja menampilkan musik kepada penonton. Para pemain musik yang menempuh pendidikan formal di Fakultas Seni Petunjukan Universitas Kristen Satya Wacana akan melakukan performansi sebagai bentuk ujian.

(11)

2

menyatakan bahwa mereka lebih cemas ketika tampil di depan dosen sedangkan yang seorang merasa lebih cemas ketika tampil di depan umum.

Berdasarkan wawancara tersebut juga didapati bahwa performansi yang dilakukan tidak selalu berjalan mulus. Salah satunya adalah karena besarnya kecemasan yang dirasakan oleh para mahasiswa FSP UKSW. Hal tersebut memengaruhi kualitas performansi yang dilakukan.

Dalam menjelaskan kecemasan, Sigmund Freud (Feist and Feist, 2010) menjelaskan bahwa kecemasan merupakan situasi afektif yang dirasa tidak menyenangkan yang diikuti oleh sensasi fisik yang memperingatkan seseorang akan bahaya yang mengancam. Kecemasan yang terjadi disebabkan karena kekhawatiran para mahasiswa untuk menghadapi sebuah performansi terutama ketika melakukan ujian di depan dosen.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Semiun (2006) yang mengatakan bahwa simtom kognitif dalam gangguan-gangguan kecemasan menunjukkan kekhawatiran dan keprihatinan mengenai bencana yang diantisipasi oleh individu. Menurut Buklew dalam Sudarjo (2003) tanda-tanda kecemasan bisa dilihat dari dua sisi, yaitu tingkat psikologis seperti tegang, bingung, khawatir, sulit berkonsentrasi, dan tingkat fisiologis, yaitu kecemasan yang sudah mempengaruhi fisik, terutama fungsi sistem syaraf seperti sukar tidur, jantung berdebar, keringat berlebihan, sering gemetar dan perut mual.

(12)

3

Pada penelitian ini peneliti berfokus pada kecemasan performansi dalam bidang musik yang disebut dengan kecemasan performansi musik ( Music Performance Anxiety)

Menurut Kenny (2011) Music Performance Anxiety (MPA) adalah keadaan kecemasan yang terjadi secara terus-menerus, berhubungan dengan suatu pertunjukan musik yang muncul didasari oleh latar belakang genetika dan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan diwujudkan melalui aspek kognitif, somatik, afeksi, dan behavior. Ada 3 aspek yang disusun oleh Osborne & Kenny dalam Abhiyoga (2015) guna melihat fenomena

music performance anxiety yang dialami oleh musisi-musisi remaja. Aspek yang pertama adalah aspek somatic dan kognitif, aspek ini mendeskripsikan mengenai keadaan fisik dan kognisi pada individu akan hadirnya music performance anxiety. Yang kedua adalah aspek

performance context, aspek ini mendeskripsikan tentang bagaimana situasi audience dan konteks performansi (pertunjukan tunggal vs pertunjukan kelompok). Yang ketiga adalah

performance evaluation, aspek ini mendeskripsikan tentang bagaimana persepsi pemain musik terhadap audience-nya, persepsi yang dimaksud adalah kecemasan yang dialami individu disebabkan karena adanya perasaan takut untuk dievaluasi oleh audience.

(13)

4

Salah satu faktor yang dapat meningkatkan kecemasan pada situasi prestasi adalah adanya gangguan pada rutin yang telah dilatih. Oleh karena itu, bagaimana sebuah performa akan ditampilkan sudah ditentukan dan dilatih sejak awal sehingga setiap performa dari sebuah komposisi akan selalu terdengar sama. Hal ini membuat para performer harus dapat melakukan performansi tanpa melakukan kesalahan yang dapat mengacaukan rutin yang telah dilatih (Endler dalam Paramitha, 2013).

Berdasarkan wawancara, faktor-faktor kecemasan yang dialami subjek ketika melakukan performansi antara lain karena kurangnya persiapan, daftar lagu yang akan ditampilkan memiliki taraf yang sulit, pikiran-pikiran negatif sebelum melakukan performansi, pernah mendapatkan respons yang buruk, kurang percaya diri, reaksi fisik yang disebabkan karena perasaan gugup, masalah teknis yang seringkali mengganggu kualitas performansi. Hal ini sesuai dengan beberapa faktor kecemasan performansi musik yang dikemukakan oleh Kenny (2011) yaitu kurangnya persiapan untuk melakukan performansi, daftar lagu yang sulit, pengalaman performansi yang buruk, konsentrasi kepada reaksi penonton, respons yang buruk, kesalahan teknis, pikiran negatif mengenai performansi, tidak mengetahui cara mengontrol reaksi fisik, kurang percaya diri, dan tekanan dari guru.

(14)

5

melakukan suatu tindakan, dan memengaruhi kemampuan intelektual seseorang terutama dalam hal memori dan kemampuan mengekspresikan diri.

Tekanan dari luar maupun dari dalam diri, dapat menimbulkan kecemasan pada diri pemain musik. Untuk mengatasinya, diperlukan lebih banyak riset di bidang ini. Akan tetapi penelitian mengenai kecemasan performansi musik di Indonesia dapat dikatakan masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat kecemasan performansi musik Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan Universitas Kristen Satya Wacana yang mengikuti ujian vokal.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menganalisis data yang diperoleh dari sampel populasi sesuai dengan metode statistik yang digunakan. Dalam penelitian ini, penelitian deskriptif kuantitatif digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai tingkat kecemasan mahasiswa FSP UKSW yang mengikuti ujian vokal.

Populasi dan Sampel

(15)

6

pengambilan sampel berdasarkan penilaian subjektif peneliti berdasarkan pada karakteristik tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya dengan pertimbangan tertentu ( Sugiono dalam Temaluru 2013).

Sampel yang diambil dari populasi memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan (FSP) Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) angakatan 2012 - 2014.

2. Mahasiswa FSP UKSW yang mengikuti ujian akhir semester vokal pada Desember 2015.

3. Bersedia menjadi partisipan dengan menandatangani surat persetujuan (inform consent). 4. Melakukan pertunjukan.

(16)

7

Pengukuran

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah Music Performance Anxiety Inventory for Adolescent (MPAI-A) yang diterjemahkan Abhiyoga 2015 ke dalam Bahasa Indonesia. Alat ukur ini terdiri dari 3 aspek yang disusun oleh Osborne & Kenny (2005) guna melihat fenomena music performance anxiety yang dialami oleh musisi-musisi remaja. Aspek yang pertama adalah aspek somatic

dan kognitif yang terdiri dari 8 item pernyataan, aspek ini mendeskripsikan mengenai keadaan fisik dan kognisi pada individu akan hadirnya music performance anxiety. Yang kedua adalah aspek performance context yang terdiri dari 3 item pernyataan, aspek ini mendeskripsikan tentang bagaimana situasi audience dan konteks performansi (pertunjukan tunggal vs pertunjukan kelompok). Yang ketiga adalah performance evaluation yang terdiri dari 4 item pernyataan, aspek ini mendeskripsikan tentang bagaimana persepsi pemain musik terhadap audience-nya, persepsi yang dimaksud adalah kecemasan yang dialami individu disebabkan karena adanya perasaan takut untuk dievaluasi oleh audience. Adapun alasan peneliti mengadaptasi dan menggunakan alat instrumen ini karena beberapa karakterisitk instrumen MPAI-A dapat diaplikasikan dalam fenomena music performance anxiety yang sedang diteliti oleh peneliti saat ini.

(17)

8

didapatkan hasil koefisien korelasi item total di atas 0,25 terkecuali untuk item nomor 10. Azwar (2012) menyatakan bahwa jika item belum memenuhi batas koefisien korelasi ≥ 0,3

maka batas kriteria dapat diturunkan menjadi ≥ 0,25. Untuk item nomor 10 didapatkan

koefisien korelasi sebesar 0,202 hal tersebut belum mencapai batas kriteria koefisien korelasi yang disebutkan Azwar, maka peneliti menggunakan tabel koefisien korelasi VA sebagai standart batas koefisien korelasi item dengan rumus df : N-1. Setelah diketahui hasil koefisien korelasi sebesar 0,202 hal tersebut melebihi standar korelasi dari tabel VA sebesar 0,195 yang mengindikasikan bahwa item nomor 10 masih memenuhi standar koefisien korelasi.

Pada penelitian ini, peneliti juga melakukan uji reliabilitas alpha cronbach dengan menggunakan bantuan program SPSS 16 for Windows pada instrumen Music Performance Anxiety Inventory for Adolescent (MPAI-A). Azwar (1997) menyatakan bahwa secara teoritik besarnya koefisien reliabilitas berkisar mulai dari 0,0–1,0. Dari uji reliabilitas yang sudah dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,799 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat instrumen MPAI-A sudah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur permasalahan yang akan diteliti.

(18)

9

menggunakan manusia sebagai subjeknya dikarenakan terdapat berbagai sumber eror dalam diri manusia. Dari uji reliabilitas yang sudah dilakukan oleh peneliti didapatkan hasil koefisien reliabilitas sebesar 0,799 dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa alat instrumen MPAI-A sudah reliabel dan dapat digunakan untuk mengukur permasalahan yang akan diteliti (Abhiyoga, 2015).

HASIL PENELITIAN

yang diterapkan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah uji

Independent Sample t-test atau uji-t. Metode ini digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yaitu dengan cara membandingkan dua kelompok subjek dengan mencari perbedaan mean antara sifat keadaan atau tingkah laku dalam dua kelompok tersebut (Hadi,1997). Program yang digunakan untuk menganalisis adalah program SPSS for windows version 15.

Uji Normalitas

H0 : Data berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

(19)

10

Tabel 1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada bagian ini menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Hasil dari uji normalitas berdasarkan Tabel Test of Normality didapatkan bahwa nilai signifikansi dari data tingkat kecemasan ketika mahasiswa tampil di depan umum dan di depan dosen adalah sama, yaitu 0,200. Hal ini menunjukkan bahwa Sig > 0.05, sehingga H0 diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Uji Homogenitas

H0 : Data memiliki variansi yang sama atau homogen.

H1 : Data tidak memiliki variansi yang sama atau tidak homogen.

(20)

11

Tabel 2.

Uji Homogenitas

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.426 1 28 .242

Uji homogenitas pada bagian ini menggunakan metode Levene. Dari Tabel Test of Homogenity of Variancies dapat dilihat bahwa nilai signifikansi 0,242 > 0,05. Hal ini berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan kedua kelompok memiliki variansi yang sama atau homogen

Analisis Deskriptif

Untuk menentukan kategori tingkat kecemasan maka digunakan kategorisasi jenjang ordinal. Azwar (2012) menyatakan bahwa tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-kelompok yang posisinya berjenjang menurut suatu kontinum berdasar suatu atribut yang diukur. Skala Music Performance Anxiety

terdiri dari 15 item yang masing masing itemnya diberi skor 1 untuk jawaban STS, 2 untuk jawaban TS, 3 untuk jawaban S, 4 untuk jawaban SS. Rentang minimum dan maksimumnya adalah X = 15, diperoleh dari 15 x 1 dan skor terbesar adalah X = 60, diperoleh dari 15x4. Luas jarak sebarannya menggunakan rumus X maks – X min, 60 - 15 = 45. Dengan demikian setiap satuan deviasi standartnya bernilai (

σ

) = 45/6 = 7,5, dan

(21)

12

Kategorisasi skor music performance anxiety yang dilakukan di depan dosen dan di depan umum

No Interval Kategori Performansi

(22)

13

Tabel 5.

Nilai rata-rata MPA

MUSIC PERFORMANCE ANXIETY

ANGKATAN JENIS KELAMIN

2012 2013 2014 PRIA WANITA

39,67 37 38 38,7 36,75

Hasil yang diperoleh dari perhitungan rata-rata berdasarkan angkatan menunjukkan bahwa setiap angkatan memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang ketika melakukan performansi. Sedangkan hasil yang diperoleh dari perhitungan rata-rata berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa pria memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang dan wanita memiliki kecemasan dalam kategori rendah.

Uji t sampel berpasangan (paired sample)

H0 : Tidak ada perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa FSP yang melakukan performansi solo dan group

H1 : Ada perbedaan tingkat kecemasan mahasiswa FSP yang melakukan performansi solo dan group

(23)

14

a. Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima b. Jika nilai signifikansi < 0,05 maka H0 ditolak

Tabel 6.

Paired Samples Test

Berdasarkan tabel Paired Samples Test didapati bahwa nilai sig. adalah 1,000 > 0,05. Dengan demikian H0 diterima, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan mahasiswa FSP yang melakukan performansi secara solo dan group.

PEMBAHASAN

(24)

15

bahwa pria memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang dan wanita memiliki kecemasan dalam kategori rendah. Berdasarkan perhitungan tersebut pria memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada mahasiswa FSP UKSW yang mengikuti ujian vokal.

Berdasarkan hasil analisis dan penelitian mengenai perbedaan tingkat kecemasan performansi musik Mahasiswa Fakultas Seni Pertunjukan yang melakukan performansi di depan umum dan di depan dosen diperoleh hasil perhitungan menggunakan Paired Samples Test dengan nilai t sebesar 0,001 dan nilai signifikansi sebesar 1,000 ( P > 0,05) dengan kata lain tidak ada perbedaan tingkat kecemasan performansi musik yang dilakukan secara solo dan group. Nilai mean yang didapatkan dari kedua kelompok adalah 37,67. Secara umum kedua kelompok dikategorikan mengalami kecemasan pada tingkat sedang. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya dalam Paramitha 2013 yang mengatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal tingkat kecemasan performansi musik antara pemain musik yang tampil secara solo, duo, dan trio atau lebih.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil wawancara kepada 5 narasumber yang dilakukan pada waktu selesai melakukan performansi di depan dosen. Subjek mengatakan bahwa ketika melakukan performansi solo yang dilakukan di kampus jauh lebih cemas dibandingkan ketika mereka tampil group. Hal tersebut disebabkan karena mereka menganggap dosen jauh lebih tahu mengenai kesalahan yang mereka lakukan dibandingkan orang awam.

(25)

16

merupakan suatu proses pemeriksaan mengenai pengetahuan, keahlian atau kecerdasan siswa sebagai akibat dari suatu proses belajarnya selama menjalani pendidikan. Sebelum menjadi seniman profesional, para mahasiswa harus lulus kuliah terlebih dahulu oleh karena itu penilaian dosen membuat mereka begitu cemas karena kelulusan mereka ditentukan oleh dosen. Kenny (2011) mengatakan bahwa salah satu faktor yang memengaruhi MPA adalah Pressure from teacher atau tekanan dari guru. Salah satu hal yang sangat berpengaruh dalam pertunjukan baik solo maupun group adalah penonton. Dari hasil wawancara mereka mengatakan bahwa pada akhirnya tujuan mereka belajar di perkuliahan adalah tampil di depan umum dan itulah ujian yang sebenarnya. Kecemasan yang dialami ketika melakukan performansi di depan umum disebabkan karena respons dan kualitas performansi mempengaruhi status mereka yang disebut sebagai pemain musik. Kenny (2011) mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi MPA adalah

concern about audience reactions atau fokus kepada reaksi penonton.

Dari penelitian ini diperoleh hasil pada kelompok performansi yang dilakukan secara group, skor item tertinggi terletak pada nomor 5 dengan perolehan skor 46. Sedangkan pada kelompok performansi yang dilakukan solo diperoleh skor tertinggi pada

item nomor 5 dengan perolehan skor 46. Pada item nomor 5 yang ditulis demikian “ketika

(26)

17

Dari pengambilan data diperoleh hasil dari kedua kelompok sama-sama memiliki skor terendah pada item nomor 11. Item tersebut termasuk dalam aspek performance context dengan indikasi menunjukkan perilaku menghindar untuk melakukan performansi musik. Pada item nomor 11 ditulis “saya cenderung menghindar untuk melakukan performansi musik di panggung hiburan”. Mengingat skor di item tersebut rendah, hal ini dapat mengindikasikan bahwa para mahasiswa FSP tidak memiliki kecenderungan menghindari performansi di panggung hiburan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Lazarus (dalam Anwar, 2009) yang menyatakan bahwa kecemasan sebagai intervening variable, yaitu kecemasan lebih mempunyai arti sebagai motivating solution, artinya situasi kecemasan tersebut mendorong individu agar dapat mengatasi masalah. Hal senada juga diungkapkan Halgin dan Whitbourne (2009) menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman kecemasan yang ada pada diri individu dapat dikembangkan menjadi cara yang efektif untuk menenangkan individu yang nantinya akan berguna saat individu diharuskan menghadapi situasi-situasi tertentu, atau kecemasan tersebut bisa digunakan sebagai penyemangat untuk mengatasi rintangan-rintangan sehingga individu dapat tampil secara efektif. Hasil penelitian tersebut memiliki hasil yang sama dengan penelitian yang terdapat dalam Abhiyoga (2015) dengan menggunakan kuesioner yang sama diadopsi dari Kenny (2011) dimana perolehan skor tertinggi adalah dari item nomor 5 dan perolehan skor terendah adalah dari item nomor 11. Pengambilan data ini dilakukan dalam waktu yang berbeda dan subjek yang berbeda namun memiliki hasil yang sama.

(27)

18

tersebut adalah kecemasan yang memotivasi para mahasiswa agar lebih mempersiapkan diri untuk melakukan performansi.Dari hasil yang sudah didapatkan melalui pengambilan data dapat disimpulkan bahwa tingkat MPA tidak dipengaruhi oleh situasi yang dihadapi saja. Banyak faktor yang memengaruhi MPA namun tidak menjadi penghambat karena performansi yang dilakukan sebagai mahasiswa FSP menjadi sarana dalam mempersiapkan diri untuk menjadi seorang pemain musik yang profesional. Hal tersebut sesuai dengan penelitian terdahulu yang diungkapkan dalam Abhiyoga (2015) yang mengatakan bahwa kecemasan yang dialami bukan menjadi suatu hal yang melemahkan keberfungsian, namun kecemasan tersebut adalah kecemasan yang memotivasi para pemain gitar untuk melakukan performansi musik dengan lebih baik.

Terdapat beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini. Situasi performansi yang dilakukan oleh mahasiswa merupakan serangkaian jadwal ujian yang didapatkan dari fakultas. Pada situasi performansi yang dilakukan secara group, peneliti tidak dapat memastikan apakah performansi ini mendapatkan penilaian dari dosen atau tidak karena dosen hanya menjelaskan bahwa performansi tersebut berupa pelayanan dan tidak memberikan penjelasan lebih lanjut sehingga peneliti tidak dapat menjabarkan lebih lanjut pada performansi yang dilakukan secara group mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penilaian dosen.

KESIMPULAN DAN SARAN

(28)

19

kelamin memiliki perbedaan dimana wanita memiliki tingkat kecemasan yang lebih rendah dibandingkan pria. Hasil tersebut memberikan gambaran mengenai tingkat kecemasan yang dialami oleh mahasiswa FSP UKSW yang melakukan ujian vokal. Dari hasil pembahasan, kecemasan yang dialami bukan menjadi suatu hal yang melemahkan individu, namun kecemasan tersebut adalah kecemasan yang memotivasi para mahasiswa agar lebih mempersiapkan diri untuk melakukan performansi.

(29)

20

DAFTAR PUSTAKA

Abhiyoga, J.A. (2015). Perbedaan music performance anxiety pada pemain gitar ditinjau dari latar belakang pendidikan musik. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.

Anwar, A. I. D. (2009). Hubungan antara self-efficacy dengan kecemasan berbicara di depan umum pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Sumatra Utara

Azwar,S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi edisi 2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Feist & Feist (2010). Teori Kepribadian. Jakarta : Salemba Humanika

Halgin, R. P., & Whitbourne, S. K. (2010). Psikologi Abnormal: Perspektif klinis pada gangguan psikologis. Jakarta: Salemba Humanika.

Kartini, T. (2007). Penggunaan metode role playing untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran pengetahuan sosial di kelas V SDN Cileunyi I Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Jurnal Pendidikan Dasar. 8

Kenny, D. T. (2011). The psychology of music performance anxiety. New York: Oxford University.

Oldmans, T.F., & Robert, E. (2013). Psikologi Abnormal edisi 7. Yogyakarta : Pustaka Belajar.

Paramita, K.D. (2013). Perbedaan tingkat kecemasan performa musikal antara pemain musik klasik yang tampil secara solo, duo, dan trio atau Lebih. Skripsi. Diunduh pada tanggal 17 mei 2016, dari http://lib.ui.ac.id.

Parncutt, R., & McPherson, G.E. (2002). The science & psychology of music performance.

New York: Oxford University Press

Rink, J. (2002). Musical Performance : A Guide to understanding. Cambridge : Cambridge University Press.

Semiun, Y. (2006). Kesehatan Mental 2. Yogyakarta : Kanisius

Siska, S. & Purnamaningsih, E.P. (2003). Kepercayaan diri dan kecemasan komunikasi interpersonal pada mahasiswa. Skripsi. Diunduh pada tanggal 18 mei 2016, dari http://jurnal.ugm.ac.id/jpsi/article/view/7025/5477.

(30)

21

Supriyantini, S. (2010). Perbedaan kecemasan dalam menghadapi ujian antara siswa program regular dengan siswa program akselerasi. Skripsi. Diunduh pada tanggal 7 April 2016, dari http://repository.usu.ac.id.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.  Uji Homogenitas
Tabel 4.  Kategorisasi skor music performance anxiety yang dilakukan di depan dosen dan di
Tabel 5.
+2

Referensi

Dokumen terkait

pada mahasiswa FKIP Universitas Lampung angkatan 2014 yang berasal dari. luar Propinsi Lampung dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Tesis berjudul Pengaruh Jenis Kelamin dan Perbedaan Usia Terhadap Product, Purchase Decision, Consumption, dan Advertising Involvement Dalam Industri Fashion di

Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Lama Kerja Sebagai.. Variabel Moderating (Studi pada

[r]

Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi keselamatan kerja dan membuat variasi yang baru dalam mengkomunikasikan keselamatan kerja,

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa

Penelitian umumnya mencakup dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah dalam penelitian meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan