• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Page | 90

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TUNTAS TERHADAP HASIL BELAJAR EKONOMI

Sulaiman Basri1, Karsadi2, Hasanuddin Jumareng2

1Alumni Pendidikan IPS, PPs Universitas Halu Oleo

2Dosen PPs Universitas Halu Oleo email: sulaiman_basri@gmail.com

Abstrak: Tujuan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran tuntas berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar ekonomi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen desain Pos test only control group design.

Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tuntas lebih tinggi dibanding rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggukan pembelajaran konvensional (86>69). Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tuntas berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar ekonomi siswa kelas X SMA negeri 2 Konawe Selatan seperti ditunjukkan oleh nilai uji t hitung sebsar 8,044 lebih besar nilai t tabel 1,671 dengan dk 54, demikian juga dengan nilai probabilitas (sig) lebih kecil dari nilai  0,05 (0,000 <

0,05).

Kata kunci: Model Pembelajaran Tuntas, Model Pembelajaran Konvensional, Hasil Belajar Abstract: The purpose of this research is whether the application of the complete learning model has a positive and significant effect on the results of economic learning. The method used in this study is the experimental method design Post test only control group design. This study found that the average learning outcomes of students taught using the complete learning model were higher than the average student learning outcomes taught by using conventional learning (86> 69). The results of hypothesis testing show that the application of the complete learning model has a positive and significant effect on the economic learning outcomes of class X students of South Konawe 2 high school as indicated by the value of the t test as much as 8.044, the t table is 1.671 with dk 54, as well as the probability value ( sig) is smaller than the value of  0.05 (0,000 <0,05).

Keywords: Completed Learning Model, Conventional Learning Model, Learning Outcomes Pendahuluan

Penggunaan model pembelajaran menjadikan proses pembelajaran berlangsung lebih sistematis dan terarah. Setiap guru akan menggunakan model pembelajaran yang berbeda- beda, hal ini dikarena penggunaan model pembelajaran harus disesuaikan dengan kondisi siswa dan materi yang dijarkan. Adapun dasar pertimbangan pemilihan model pembelajaranyang harus diperhatikan oleh guru menurut Rusman (2010: 133) adalah (a) pertimbangan terhadap tujuan yang akan dicapai, (b) pertimbangan tentangbahan atau materi pembelajaran, (c) pertimbangan dari sudut siswa, dan (d) pertimbangan lainnya yang bersifat non teknis.

Selain model pembelajaran, dalam dunia pendidikan saat ini telah dikenal banyak istilah yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran dan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran agar menjadi lebih baik, diantaranya yaitu strategi, model, metode, teknik dan taktik. Strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.Upaya yang harus dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat

(2)

Page | 91

tercapai secara optimal, memerlukan suatu metode yang digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, strategi dan metode memiliki pengertian yang berbeda, jika strategi menunjukkan pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, maka metode adalah cara yang digunakan untuk melaksanakan model pembelajaran tersebut.

Model pembelajaran menurut Trianto (2009: 23) memiliki ciri khusus yaitu (a) rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yangakan dicapai), (c) tingkahlaku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat dicapai.

Model belajar tuntas (Mastery Learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya.

Pembelajaran berbasis kompetensi menerapkan model belajar tuntas. Belajar tuntas (mastery learning) adalah pencapaian taraf penguasaan minimal yang ditetapkan untuk setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok, dengan kata lain apa yang dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya (Soepriyono, 2009: 136).

Ide teoritis inti dalam mastery learning didasarkan pada persektif yang menarik dari Carroll tentang makna bakat. Carroll memandang bakat sebagai jumlah waktu yang akan membawa seseorang untuk mempelajari suatu materi yang diberikan, bukan sebagai kapasitas seseorang itu untuk menguasainya (Wahyudin, 2008: 28). Dengan pemberian waktu yang cukup sesuai dengan kemampuan siswa diharapkan penguasaan penuh dalam pembelajaran dapat tercapai.

Wahyudin (2008: 28) menjelaskan bahwa ada dua model yang dapat dilakukan dalam belajar tuntas, yaitu: (1) belajar Tuntas dengan Model Seluruh Kelas. Pada model ini siswa boleh pindah dari pokok bahasan satu ke pokok bahasan berikutnya, setelah 85% populasi kelas mencapai KKM 75%. Ini berarti majunya para siswa secara bersama-sama, dan (2) belajar Tuntas dengan Model secara Individual. Pada model ini setiap siswa yang telah mencapai KKM 75% dapat pindah dari pokok bahasan, ke pokok bahasa berikutnya tanpa menanti siswa lainnya. Ini berarti majunya para siswa secara individual.

Tujuan pembelajaran secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Suryobroto (2002: 96) Belajar tuntas adalah pencapaian setiap unit bahan pelajaran baik secara perseorangan maupun kelompok atau dengan katalain penguasaan penuh. Maksud utama dari belajar tuntas adalah memungkinkan75% sampai90%

siswa untuk mencapai belajar yang sama tingginya dengan kelompok terpandai dalam pengajaran klasikal.

Hasil belajar merupakan kemampuan belajar yang ditunjukkan dalam penampilan yang tetap sebagai akibat dari proses belajar yang terjadi melalui program yang menyediakan fakta-fakta, bukti-bukti, keterangan dan sebagainya. salah satu indikator dari perubahan yang terjadi pada diri individu. Setelah mengalami proses belajar, dimana untuk dapat mengemukakan hasil belajar tersebut biasanya menggunakan alat yang disusun oleh guru yang dalam penilaian standar yang relatif. Hasil belajar yang disampaikan oleh siswa dapat menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap.

Rendahnya hasil belajar siswa dikarenakan guru dalam menjelaskan materi ekonomi terlalu sentralistis dengan kurang melibatkan siswa sehingga siswa kurang perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan guru. Di samping itu penggunaan pembelajaran konvesional membuat siswa bosan dan tidak tertantang untuk belajar. Sehingga siswa dalam memahami dan menguasai materi masih kurang dan nilai yang diperoleh siswa cenderung rendah.

Paradigma pembelajaran modern mengharuskan guru untuk melibatkan siswa secara penuh dalam prose pembelajaran yang dikenal dengan pembelajaran aktif. Guru cukup

(3)

Page | 92

berperan sebagai motivator, valitator, dan pembimbing siswa saat pembelajaran berlangsung.

Realitas yang terjadi adalah bahwa ada kalanya seorang guru mengajar sesuai dengan pengetahuan yang ia miliki. Terkadang ada saat-saat di mana seorang guru mungkin saja berlaku salah. Permasalahannya, bila didasarkan pada pusat pembelajaran adalah pada guru, guru terkadang berpikir bahwa ialah yang paling benar dan siswa-siswanya dianggap benar bila memiliki pemikiran yang sama dengan pemikiran guru tersebut. Guru yang masih berpikiran klasik ini, maka dia akan sulit untuk menerima berbagai bentuk protes maupun kritikan yang datang dari para siswanya. Sehingga hal ini tentunya menjadi masalah bagi siswa-siswa yang kritis dan memiliki kemampuan berpikir tinggi.

Berbeda dengan pembelajaran tradisional, pembelajaran modern berpusatkan pada siswa. Hal ini siswa berfungsi sebagai subjek dalam pembelajaran dan guru hanya merupakan fasilitator yang membimbing dan mengarahkan para siswanya agar dapat menemukan pemecahan terhadap suatu permasalahan dalam proses pembelajaran. Namun, di sini bukan berarti guru hanya pasif dan tak melakukan apapun. Di sini justru tugas seorang guru lebih berat. Mungkin saja bagi guru yang kurang mengerti pada kedudukan dan posisinya dalam sistem pendidikan, mereka pikir bila pembelajaran berpusat pada siswa, mereka hanya duduk diam saja, tanpa mengajar, hanya memberi soal-soal saja tanpa memberi pemecahannya.

Tidak seperti ini. Menurut penulis yang namanya guru dalam pembelajaran modern ini adalah memiliki tugas yang berat. Karena guru di sini harus bisa mengarahkan dan membimbing siswanya untuk dapat berpikir kritis dalam menemukan pemecahan permasalahan dalam proses pembelajaran. Permasalahannya, membimbing dan mengarahkan adalah merupakan hal yang tidak mudah.

Seorang guru harus memiliki pendekatan terhadap para siswanya agar siswanya tersebut dapat belajar secara mandiri sehingga tidak tergantung dari gurunya saja. Guru juga harus dapat membantu siswanya yang kesulitan dalam memecahkan permasalahn yang mereka hadapi. Dan di sini guru juga harus memiliki modal pengetahuan dan kecakapan yang lebih daripada siswanya karena bisa saja siswa-siswanya ini akan selangkah lebih maju dari guru itu sendiri, sehingga guru juga harus berusaha untuk belajar terus dan terus untuk mengimbangi perkembangan dari siswanya tersebut. Jadi di sini maksud dari siswa sebagai pusat pembelajaran adalah siswa merupakan subjek pendidikan di mana siswa dituntut untuk tidak tergantung dari gurunya. Harus mandiri karena di sini yang harus belajar adalah siswanya. Guru hanya memberi informasi dan pengetahuan secukupnya dan siswa diminta untuk dapat mengembangkan pengetahuan tersebut secara mandiri namun tidak melenceng dari dasar pembelajrannya tersebut. Dengan demikian peneliti menarik kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar ekonomi adalah disebabkan oleh model pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi.

Pada saat peneliti melakukan observasi awal di SMA Negeri 2 Konawe Selatan terlihat dominasi aktivitas guru dalam menyampaikan matari pelajaran kepada siswa. Model pembelajaran yang masih konvensional seperti model pembelajaran ceranah, tanya jawab, dan penugasan. Dengan menerapkan model pembelajaran ini maka siswa dominan pasif karena hanya mengikuti instrukesi dari guru. Aktivitas pembelajaran seperti ini berlangsung sampai akhir proses pembelajaran dan setiap pertemuan kondisinya sama. Akibatnya siswa kurang antusias dalam belajar dan hasil belajar yang dicapai siswa kurang maksimal, namun nilai siswa dari mata pelajaran ekonomi yang diperoleh dari guru semua menunjukkan nilai tinggi yaitu nilai yang melampauhi criteria ketuntasan minimal sebesar 75, kecuali sekitar 15%

siswa yang tidak tuntas.

Nilai yang diperoleh dari guru mata pelajaran ekonomi ini berbeda dengan pengakuan siswa yang sekitar 70% siswa menyatakan bahwa mengalami kesulitan dalam belajar ekonomi dan juga mengalami kesulitan dalam menjawab soal-soal ujian mayta pelajaran ekonomi, baik ujian mid semester maupun ujian akhir semester. Para siswa juga mengungkapkan bahwa

(4)

Page | 93

mereka merasa bosan belajar ekonomi karena pola pembelajarannya monontor yang mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).

Para siswa menginginkan agar belajar ekonomi tidak menoton dari buku tetapi juga melalui contoh-contoh kasus di masyarakat. Hal ini dikarena pengalaman mereka dalam menjawab soal-soal ujian soalnya dibuat oleh tim MGMP guru ekonomi se Kabupaten Konawe Selatan yang kebanyakan soal-soal kasus seperti pengangguran, inflasi, nilai tukar rupiah, perhitungan pajak, pasar modal, dan masih banyak kasus-kasus lain yang muncul dalam soal ujian semester. Menurut para siswa yang peneliti wawancarai, bahwa soal-soal teori dalan ujian semester hanya beberapa soal (tidak cukp 10% dari jumlah soal ujian semester) yang mempertanyakan konsep seperti yang diajarkan guru di kelas.

Materi pelajaran ekonomi adalah materi yang selalu up todate karena materi pelajaran ekonomi selalu berbicara permasalah kehidupan manusia, dari jaman klasik hingga jaman modern. Oleh karena guru ekonomi dituntut untuk selalu menyesuiakan model pembelajarannya dengan perkembangan materi pelajaran ekonomi. Materi pelajaran ekonomi selalu berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kaitannya dengan pemanfaatan sumber-sumber daya ekonomi untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang jumlah dan jenisnya tidak terbatas.

Berdasarkan dari temuan pra-penelitian ini maka penelitian berpendapat bahwa salah satu cara untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran ekonomi adalah dengan menerapkan model pembelajaran tuntas (mastery learning). Untuk dapat melaksanakan pembelajaran ekonomi dengan model pembelajaran tuntas maka diperlukan adanya kerja sama antara guru ekonomi dan peneliti melalui pelaksanaan penelitian eksperimen. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peneliti dan guru ekonomi untuk mengidentifikasi masalah-masalah pembelajaran di sekolah sehingga dapat dikaji, ditingkatkan dan dituntaskan. Dengan demikian maka proses pembelajaran ekonomi di sekolah yang menerapkan pembelajaran dengan melalui model pembelajaran tuntas, diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Ekonomi antara Siswa yang Diajar dengan Model Pembelajaran Tuntas dan yang Diajar dengan Model Pembelajaran Konvensional”.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Kabupaten Konawe Selatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret tahun 2018. Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel tidak bebas (Y) adalah hasil belajar siswa dan variabel bebas yaitu model pembelajaran yang terdiri dari dua level yaitu model pembelajaran tuntas (XI) dan model pembelajaran konvensioal (X2).

Penelitian ini berkonsentrasi pada penyelidikan ada atau tidaknya perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tuntas dan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Oleh karena itu desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post test only control group design.

Desain ini dipilih untuk menentukan dua kelompok yang ditetapkan secara acak kemudian diberikan perlakuan yang berbeda.

Tabel 1. Disain Penelitian Eksperimen

Kelompok Perlakuan Post-test

E T1 Y1

K T2 Y2

(5)

Page | 94

Keterangan:

T1 : Kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran tuntas T2 : Kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional

Y1 : Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran tuntas Y2 : Hasil belajar siswa pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X di SMA Negeri 2Kabupaten Konawe Selatan tahun pelajaran 2017/2018 yang terdiri dari 8 rombongan belajar dengan jumlah siswa keseluruhan adalah 248 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X IS 1sebagai kelas eksperimen yang diajar dengan model pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan kelas X IS 3sebagai kelas kontrol yang diajar dengan model pembelajaran konvensional.

Pemilihan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan secara random sampling dengan cara semua kelas diberi nomor urut kemudian diacak lalu diambil dua kelas. Untuk kelas eksperimen dengan model pembelajaran tuntas (Mastery Learning) dan kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional. Sehingga dari 4 kelas terpilih kelas X IS 1 dengan jumlah 28orang siswa sebagai kelas eksperimen, dan kelas X IS 3 dengan jumlah 28 orang siswa sebagai kelas kontrol. Pemilihan kedua kelas tersebut merupakan hasil random dari 4 kelas.

Kegiatan pembelajaran dalam penelitian ini berlangsung sebanyak 8 kali pertemuan untuk masing-masing kelompok, baik kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajaran pembelajaran tuntas maupun kelompok siswa yang diajar dengan model pembelajarankonvensional. Setelah selesai proses pembelajaran untuk masing-masing kelompok 8 kali petemuan, secara bersama pula diberikan pos test, yaitu tes hasil belajar mata pelajaran ekonomi yang diajarkan selama penelitian, selanjutnya membandingkan nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan nilai hasil belajar siswa kelas kontrol dan menarik kesimpulan atas hasil eksperimen tersebut.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes bentuk obyektif pilihan ganda dengan lima pilihan (a, b, c, d, dan e) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan perlakukan dengan model pembelajaran tuntas dan yanhg diajar dengan model pembelajaran konvensional. Setelah selesai proses pembelajaran untuk masing-masing kelompok 8 kali petemuan, secara bersama pula diberikan pos test, yaitu tes hasil belajar mata pelajaran ekonomi yang diajarkan selama penelitian, selanjutnya membandingkan nilai hasil belajar siswa kelas eksperimen dengan nilai hasil belajar siswa kelas kontrol dan menarik kesimpulan atas hasil eksperimen tersebut.

Validitas internal mengarah pada suatu kondisi bahwa perbedaan yang diamati pada variabel terikat semata-mata hasil langsung dari manipulasi variabel bebas, bukan dari variabel-variabel lain. Suatu penelitian dikatakan memiliki validitas internal yang tinggi jika variabel independen mempunyai pengaruh murni terhadap variabel dependen tersebut.

Validitas internal dapat ditingkatkan dengan mengontrol variabel-variabel luar (extraneous variables) yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes bentuk obyektif pilihan ganda dengan lima pilihan (a, b, c, d, dan e) yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberikan perlakukan dengan model pembelajaran tuntas dan yanhg diajar dengan model pembelajaran konvensional. Tes hasil belajar ini dikembangkan sendiri oleh peneliti bersama dengan guru mata pelajaran ekonomi dengan bimbingan kedua orang pembimbing. Tes hasil belajar ekonomi yang dikembangkan peneliti terdiri dari 40 butir tes bentuk pilihan ganda. Hasil uji coba selanjutnya dibandingkan dengan nilai r tabel Product Moment dengan ketentuan jumlah sampel ujicoba (n) sebanyak 80 orang maka nilai r tabel product moment sebesar = 0,220 (signifikansi α= 0,05). Apabila diperoleh koefisien validitas lebih besar dari 0,220 maka butir instrumen yang diujicoba valid sehingga dapat digunakan untuk mengambil data dalam penelitian, dan apabilah koefisien

(6)

Page | 95

validitasnya kurang dari 0,220 maka butir instrumen tersebut tidak valid sehingga tidak dapat digunakan untuk mengambil data dalam penelitian.

1. Instrumen Penelitian a. Defenisi Konsep

Hasil belajar ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran ekonomi kelas 10 semester dua selama delapan kali pertemuan yang ditujukan oleh tinggi rendahnya nilai yang diperoleh siswa dari tes hasil belajar ekonomi. Hasil belajar ekonomi di kelas 10 semester ke dua dalam penelitian ini diukur melalui pokok bahasan: (1) lembaga keuangan perbankan, (2) bank sentral, (3) lembaga keuangan bukan bank, (4) otoritas jasa keuangan, (5) sistem pembayaran, (6) alat pembayaran tunai, dan (7) alat pembayaran non-tunai.

b. Defenisi Operasional

Hasil belajar ekonomiyang dimaksud dalam penelitian ini adalah total skor yang diperoleh siswa setelah menjawab tes hasil belajar ekonomi bentuk pilihan ganda.

Hasilbelajar ekonomidalamk penelitian ini diukur dari tujuh sub pokok bahasan yaitu (1) lembaga keuangan perbankan, (2) bank sentral, (3) lembaga keuangan bukan bank, (4) otoritas jasa keuangan, (5) sistem pembayaran, (6) alat pembayaran tunai, dan (7) alat pembayaran non-tunai.

2. Teknik Analisis Data

Sebelum data hasil penelitian di analisis maka terlebih dahulu dilakukan uji

persyaratan analisis yang meliputi uji normalitas dengan menggunakan uji Chikuadrat dengan

rumus

e e o

f f

f 2

2 ( )

 dan uji homogenitas dengan menggunakan uji Varians dengan rumus

Kecil Varians

Besar Varians

F  (Sudjana. 2002:426).

Untuk menguji hipotesisi dalam penelitian ini digunakan uji-t dengan formulasi sebagai berikut :

2 1

2 1

1 1

n S n

X thit X

  (Sudjana, 2002: 239)

Keterangan :

t : nilai t hitung

X 1 : rata-rata skor responden kelas eksperimen X 2 : rata-rata skor responden kelas kontrol n6 : jumlah responden kelas eksperimen n2 : jumlah responden kelas kontrol S : simpangan baku gabungan

Untuk mendapatkan nilai S digunakan rumus :

2 ) 1 ( ) 1 (

2 1

2 2 2 2 1 1

 

n n

S n S

Sgab n (Sudjana, 2002: 239)

Keterangan :

2

S1 : varians kelas eksperimen

2

S2: varians kelas control

n1: jumlah responden kelas eksperiman n2: jumlah responden kelas control

(7)

Page | 96

Kriteria pengujian hipotesis adalah tolak H0 jika thitung ≥ ttabel pada taraf signifikan α=

0,05 dengan derajat kebebasan dk = n, dan sebaliknya terima H0 jika thitung< ttabel pada taraf signifikan α= 0,05 dengan derajat kebebasan dk = n.

Hasil Penelitian

1. Pengujian Persyaratan Analisis

Sebelum data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan uji perbedaan dua rata- rata (uji t) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata hasil belajar ekonomi antara kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Tuntasdan kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional, maka terlebih dahulu dilakukan pemeriksanaan apakah persyaratan-peryaratan analis yang diperlukan untuk uji perbedaan dua rata-rata terperpenuhi atau tidak.

Beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menggunakan uji perbedaan dua rata- rata (uji t) adalah (1) data harus ratio atau interval, (2) data harus data sampel, (3) sampel harus diambil secara acak, (4) data harus berdistribusi normal, dan (5) varians untuk setiap kelompok data homogen. Persyaratan pertama, kedua, dan ketiga telah terpenuhi sedangkan persyaratan 4dan 5 masih perlu diuji secara statistik untuk membuktikan apakah syarat ke 4 dan ke 5 ini terpenuhi atau tidak.

a. Pengujian Normalitas Data Hasil Belajar Ekonomi

Normalitas data penelitian menjadi indikator bahwa data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Dengan asumsi bahwa populasi adalah normal, maka data penelitian seharusnya juga normal. Untuk itu maka uji normalitas dimaksudkan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah benar-benar berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Pengujian normalitas data penelitian menggunakan uji Kolomogrov Smirnov dengan kriteria bahwa sampel berdistribusi normal apabila nilai signifikansi lebih besar dari  = 0,05.

Dari hasil pengujian normalitas data seperti disajikan dalam tabel di atas maka dapat diketahui bahwa nilai signifikansi lebih besar dari  0,05 (0,200 > 0,05) untuk kedua kelompok sampel. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa ke dua kelompok sampel penelitian ini adalah berasal dari populasi yang berdistribusi normal sehingga memenuhi syarat untuk diuji dengan uji perbedaan dua rata-rata (uji t).

b. Uji Homogentitas Data Hasil Penelitian

Setelah persyaratan normalitas dipenuhi maka dilanjutkan dengan pengujian homogenitas varians dengan menggunakan uji varians (uji F) melalui bantuan program SPSS versi 22. Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Kriteria data homogen apabila nilai signifikansi lebih besar dari  = 0,05.

Berdasarkan hasil pengujian homogenitas antara data hasil belajar siswa kelas yang diajar dengan model pembelajaran Tuntas dan hasil belajar siswa kelas yang diajar dengan Konvensional dengan menggunakan program SPSS versi 22 diperoleh angkan levene statistic sebesar 1,446 dengan nilai signifikansi atau probabilitas (sing) sebesar 0,259 lebih besar dari 0,05. Demikian pula dengan hasil uji Anova menunjukkan bahwa nilai signifikansi atau probabilitas (sing) sebesar 0,553 lebih besar dari 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa varians kedua kelompok data hasil belajar tersebut adalah sama atau homogen sehingga memenuhi syarat untuk diuji dengan uji perbedaan dua rata-rata (uji t).

2. Pengujian Hipotesis Penelitian

Setelah pengujian normalitas dan pengujian homogenitas data sebagai persayaratan uji perbedaan dua rata-ratadan hasilnya memenuhi persyaratan yang dituntut dalam uji perbedaan dua rata-rata (uji t) yang digunkan dalam pengujian hipotesis penelitian ini, maka

(8)

Page | 97

selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis penelitian dengan menggunkan uji t sampel tidak berhubungan dengan menggunakan bantuan program SPSS versi 22.

Hipotesis yang diajuhkan dalam penelitian iniadalah terdapat perbedaan rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Tuntasdan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional. Secara statistik hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1≠ µ2

Dengankata lain diduga bahwa ada perbedaan rata-rata hasil belajar antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Tuntasdan siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional. Untukmenguji hipotesis penelitian ini maka digunakan analisis uji perbedaan dua rata-rata atau uji t dengan bantuan program SPSS versi 22.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis uji perbedaan dua rata-rata dengan uji t antara rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Tuntasdan rata- rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional diperoleh nilai signifikansi lebih kecil dari  0,05 ( p = 0,000 < 0,05). Hasil pengujian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar ekonomi antara siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional. Dengan demikian maka terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Tuntasdan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional. Rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Tuntas lebih tinggi dari rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan model pembelajaran Konvensional seperti ditunjukan oleh nilai rata-rata hasil belajar ekonomi yang diajar dengan model pembelajaran Tuntas sebesar 86 dan nilai rata-rata kelas yang diajar dengan model pembelajaran Konvensionaladalah 69. Hal ini berarti bahwa hipotesis penelitian yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata hasil belajar mata pelajaran ekonomi antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Tuntas dan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional adalah teruji dengan signifikan.

Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi di SMA Negeri 2 Konawe Selatan maka guru ekonomi perlu menerapkan model pembelajaran Tuntas dalam pembelajaran ekonomi. Hal ini dikarenakan belajar dengan model Tuntas adalah belajar lebih berorientasi game karena adanya nomor yang ditempatkan di kepala setiap siswa, artinya siswa merasa ada unsur bermain sehingga pembelajaran berlangsung refleks tidak membebani, tidak membuat siswa stress memikirkan pembelajaran yang sisfatnya kompetisi diperhadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang dikaji dalam pembelajaran, dan ini sesuai dengan karakteristik materi pelajaran ekonomi yaitu maslah-masalah aktual dalam kehidupan siswa dalam lingkungan masyarakat.

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional nilainya relatif lebih rendah dibanding dengan hasil pembelajaran dengan model Tuntas, ini dikarena pembelajaran Konvensional sebagai pembelajaran yang menekankan pada kemampuan individual sebagai ahli dalam suatu permasalahan tertentu, yang menuntut kemampuan individual siswa untuk menjelaskan permasalahan yang menjadi tugasnya kepada anggota kelompok asalnya. Permasalahannya adalah tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama untuk menjadi ahli sehingga hal ini menjadi salah satu kelemahan dari model pembelajaran Konvensional.

Kesimpulan

(9)

Page | 98

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran tuntas berpengaruh terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA negeri 2 Konawe Selatan. Hal dapat dilihat pada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tuntas sebesar 86 sedangkan rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Konvensional adalah sebesar 69.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran tuntas memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada peningkatan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran tuntas dibandingkan dengan rata-rata hasil belajar ekonomi siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Konvensional, seperti ditunjukkan oleh nilai t hitung lebih besar dan nilai t tabel (8,44>1,671) pada  = 0,05 dan db = 54 demikian juga dengan nilai signifikan atau probabilitas (sig) lebih kecil dari  = 0,05 (0,000 < 0,05).

Daftar Pustaka

Rusman, 2010, Model-model Pembelajaran, Bandung: Mulia Mandiri Press Suryosubroto,B.,2002,ProsesBelajarMengajardiSekolah,Jakarta: RinekaCipta.

Soepriyono, 2009, Pembelajaran Berbasis Karakter, Jakarta: Rineka Cipta.

Trianto, 2009, MendesainModelPembelajaranInovatif-Progresif (Jakarta:Kharisma PutraUtama,

Wahyudin, 2008, Pembelajaran dan Model-model Pembelajaran, Jakarta: CV. Ipa Abong.

Referensi

Dokumen terkait

pengisi tanah dengan diinokulasi oleh Nitrosomonas sp……… 48 Gambar 18. Perubahan jumlah sel bakteri pengoksidasi NH 3

Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Diskusi Panel dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn materi

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam suatu penelitian yang bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai apakah laba atau arus

Adapun judul dalam penelitian ini PENGARUH CITRA MEREK, IKLAN, DAN KUALITAS YANG DIRASA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SIM CARD TELKOMSEL DI SURABAYA.

Masalahnya disinipraktik gadaidenagn jaminan perhiasan kredit di pasara Wonosalm Demak, apabila penggadai tidak bisa melunasi atau menebus barang jaminanya maka

METODOLOGI PENELITIAN penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK) model Kemmis Mc Taggart. Tahap- tahap penelitian ini meliputi

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan komitmen terhadap kinerja pengurus pondok pesantren

dan limbah rajungan pada semua perlakuan, termasuk perlakuan perbandingan yang seimbang antara sayur sawi dan limbah rajungan (50% sayur sawi + 50% limbah