• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN GOWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS RISIKO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR DI KABUPATEN GOWA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 ANALISIS RISIKO DALAM UPAYA PENANGGULANGAN BENCANA TANAH LONGSOR

DI KABUPATEN GOWA

RISK ANALYSIS AS A DISASTER MANAGEMENT EFFORT OF LANDSLIDE IN GOWA REGENCY

Aulifa Andhini Putri, Samsu Arif, Amiruddin, Bambang Hari Mei

(Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Indah, Tamalanrea, Kota Makassar, Provinsi Sulawesi

Selatan.

Email: aulifaandhini@gmail.com) ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan sebagai bentuk upaya penanggulangan bencana berdasarkan analisis risiko tanah longsor di Kabupaten Gowa berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk 1) membuat zona risiko bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa; dan 2) membuat pemetaan tempat dan jalur evakuasi bencana di Kabupaten Gowa. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda Analisis Spasial Overlay dan Network Analysis pada program ESRI ArcGIS. Peta zona risiko bencana tanah longsor dibuat dengan melakukan analisis tumpang tindih antara data spasial kapasitas daerah, kerentanan, dan bahaya bencana tanah longsor. Penelitian ini menghasilkan tiga kelas risiko bencana yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan masing-masing kelas mencakup luasan sekitar 88,12%; 10,90%; dan 0,98% dari total luas keseluruhan Kabupaten Gowa.

Daerah yang memiliki tingkat risiko tinggi terbesar adalah Kecamatan Parigi, Tinggimoncong, dan Bungaya dengan luas masing-masing 804,78 Ha; 747,54 Ha; dan 158,58 Ha. Dari hasil analisis risiko, dilakukan analisis jaringan untuk menentukan jalur evakuasi dari daerah yang memiliki risiko bencana tanah longsor tinggi dengan luas cukup besar menuju lokasi ruang evakuasi terdekat di Kabupaten Gowa. Pada Kecamatan Parigi, terdapat dua buah jalur evakuasi, yang pertama menghubungkan Desa Jonjo dan Desa Sicini dengan lokasi Ruang Evakuasi di Desa Jonjo dan jalur evakuasi yang kedua menghubungkan Desa Manimbahoi dengan lokasi ruang evakuasi di Desa Majannang. Pada Kecamatan Tinggimoncong, jalur evakuasi menghubungkan Desa Garassi dan Desa Gantarang dengan beberapa lokasi ruang evakuasi di Desa Malino. Sedangkan pada Kecamatan Bungaya, jalur evakuasi menghubungkan Desa Bontomannai dengan ruang evakuasi di Desa Sapaya.

Kata kunci :Analisis Jaringan, Analisis Tumpang Tindih, Jalur Evakuasi, Tanah Longsor ABSTRACT

This research was conducted as a disaster management effort of landslide obtained from the analysis of disaster risk level in Gowa Regency based on Geographic Information System (GIS). The purposes of this research are 1) to create a landslide risk zone in Gowa Regency; and 2) to mapping the evacuation sites and paths in high disaster risk areas in Gowa Regency. The methods that used in this research are Overlay and Network Spatial Analysis on ESRI ArcGIS program. The landslide risk zone map is generated from overlapping the spatial data of capacity, vulnerability, and hazard of the landslide. The research gives three classes of risk zone i.e. low, medium, and high class with each class covering about 88.12%; 10.90%; and 0.98% of total area of Gowa Regency. The areas with the highest level of high risk are Parigi, Tinggimoncong, and Bungaya Sub-District with each area about 804.78 ha, 747.54 ha, and 158.58 ha. By the result of the risk analysis, the network analysis was conducted to find out the evacuation route from the larger high risk area to the location of the nearest evacuation sites in Gowa Regency. In Parigi Sub-District, there are two evacuation routes, the first is to connect Jonjo and Sicini Village to the evacuation site in Jonjo Village and the second evacuation route connects Manimbahoi Village to the evacuation site in Majannang Village. In Tinggimoncong Sub-District, the evacuation route connects Garassi and Gantarang Village to several evacuation sites in Malino Village. And in Bungaya Sub-District, the evacuation route connects Bontomannai Village to the evacuation site in Sapaya Village.

Keywords : Evacuation Route, Overlay Analysis, Network Analysis, Landslide

(2)

2 PENDAHULUAN

Indonesia secara geografis berada di antara pertemuan tiga buah lempeng tektonik besar yang sangat aktif, yang secara tidak langsung memberikan sumbangsih pada pembentukan risiko beberapa jenis bencana. Salah satu daerah yang rawan longsor di Provinsi Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Gowa. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) Kabupaten Gowa yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang berada di peringkat 88 dengan skor 29 kategori “tinggi”

pada tahun 2011, dan berada pada peringkat 5 dengan skor 36 kategori “tinggi” pada tahun 2013 (Kurniawan dkk., 2011 dan Kurniawan dkk, 2014). Menurut data BNPB (2012), kejadian Megalongsor pada 24 Maret 2004 menyebabkan tewasnya 33 orang dan 200 orang diungsikan.

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dari penelitian ini adalah 1) Bagaimana zonasi kelas risiko bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa?; 2) Dimana lokasi ruang evakuasi yang dapat dengan mudah dicapai saat terjadi bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa?; dan 3) bagaimana jalur evakuasi yang dapat ditempuh masyarakat saat terjadi bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa?

Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk membuat zona risiko bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa; dan 2) membuat pemetaan tempat dan jalur evakuasi bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa. Penyajian informasi tentang kebencanaan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat agar secara langsung dapat mengenali kondisi daerahnya yang rawan bencana sehingga dapat meminimalisir kerugian yang dapat diakibatkan oleh bencana tanah longsor.

LANDASAN TEORI 1. Bencana

Bencana menurut UU No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana adalah suatu peristiwa yang dapat mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

UNISDR (2009) menyatakan bahwa bencana sering digambarkan sebagai risiko bencana, yaitu hasil dari kombinasi antara paparan bahaya

(hazard), kondisi kerentanan (vulnerability), dan kapasitas (capacity) atau langkah-langkah untuk mengurangi atau mengatasi pontensi kerugian yang tidak memadai.

Menurut Von Kotze (1999) dalam Van Niekerk (2011), risiko bencana adalah produk dari kemungkinan kerusakan yang disebabkan oleh suatu bahaya akibat adanya kerentanan bencana dalam suatu komunitas. Tiga buah aspek yang dibutuhkan dalam menentukan risiko bencana adalah adanya suatu bahaya, kerentanan terhadap bahaya, dan besarnya kapasitas penanggulangan bencana. Sehingga, penentuan risiko bencana dapat dinyatakan dalam persamaan

---

(1) Dimana R = risiko bencana

V = kerentanan H = bahaya C = kapasitas 2. Manajemen Bencana

Menurut UU No. 24 Tahun 2007, penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko pada timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan rehabilitasi.

Penanggulangan bencana secara umum terbagi atas 3 tahapan, yaitu:

a. Tahap pra-bencana, dilaksanakan ketika dalam situasi tidak terjadi bencana maupun dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana.

b. Tahap tanggap darurat, merupakan tahapan yang dirancang dan dilaksanakan pada saat sedang terjadi bencana.

c. Tahap pasca-bencana, merupakan tahapan penanggulangan bencana yang dilakukan setelah terjadinya bencana.

3. Gerakan Tanah

Gerakan tanah merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan pergerakan menuruni lereng oleh massa tanah, batuan, dan material organik yang dipengaruhi oleh gravitasi dan juga bentang alam yang dihasilkan dari gerakan tersebut di mana sebagian besar material tersebut bergerak sebagai massa koheren atau semi koheren dengan sedikit deformasi internal (Highland dan Bobrowsky, 2008).

(3)

3 Varnes (1958) membagi faktor penyebab

gerakan tanah menjadi dua bagian, yaitu

a. Faktor pendukung tingginya tegangan geser, meliputi hilangnya daya dukung lateral, penambahan beban, tekanan bumi sementara, kemiringan lereng, hilangnya daya dukung dasar tanah, adanya tekanan akibat rembesan air di celah-celah atau gua.

b. Faktor penyebab rendahnya kuat geser dibagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor karakteristik material bawaan berupa komposisi, tekstur, dan struktur yang merupakan bagian dari kondisi geologi, dan faktor perubahan parameter yang cenderung menurunkan kekuatan geser material, seperti perubahan akibat reaksi fisika-kimia, perubahan daa intergranular akibat pori air, dan perubahan struktur bidang gelincir.

4. Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem berbasis komputer yang dirancang khusus, yang mempunyai kemampuan untuk mengelola data: pengumpulan, penyimpanan, pengolahan, analisis, pemodelan, dan penyajian data spasial (keruangan) dan nonspasial (tabular/tekstual), yang mengacu pada lokasi di permukaan bumi (Jusmady, 1996 dalam Soenarmo, 2009).

Prahasta (2009) menguraikan Sistem Informasi Geografis menjadi 4 subsistem:

a. Data Input, bertugas untuk mengumpulkan, mempersiapkan, dan menyimpan data spasial dan atributnya dari berbagai sumber.

b. Data Output, bertugas untuk menampilkan keluaran seluruh atau sebagian basis data baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy seperti table, grafik, report, peta, dan sebagainya.

c. Data Management, bertugas mengorganisasikan baik data spasial maupun table-tabel atribut terkait ke dalam sebuah sistem basis data sedemikian rupa hingga mudah dipanggil kembali atau di-retrieve, di-update, dan di-edit.

d. Data Manipulation and Analysis, bertugas menentukan informasi-informasi yang dapat dihasilkan oleh SIG. Subsistem ini juga melakukan manipulasi dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Analisis spasial adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah hitungan dan evaluasi logika yang dilakukan untuk mencari atau menemukan potensi hubungan atau pola-pola yang terdapat di antara unsur-unsur geografis.

Salah satu fungsi dari analisis spasial adalah analisis Overlay dan analisis Network. Analisis overlay merupakan analisis spasial esensial yang meng-kombinasikan dua layer/tematik yang menjadi masukannya, sedangkan analisis network merupakan salah satu analisis spasial yang berhubungan dengan jaringan (Prahasta, 2009).

Di dalam program ESRI ArcGIS, terdapat beberapa tools yang dapat digunakan dalam network analysis, diantaranya (Muhajir dan Cahyono, 2013):

a. Route Analysis

Tools ini digunakan untuk menentukan rute terbaik yang dapat di tempuh dari suatu lokasi ke lokasi yang lain.

b. Service Area Analysis

Tools ini digunakan untuk menentukan area yang dapat diakses dari suatu titik pada suatu jaringan.

c. Closest Facility Analysis

Tools ini digunakan untuk menentukan fasilitas terdekat dan rute terbaik untuk mencapai fasilitas tersebut.

d. OD Cost Matrix Analysis

Tools ini digunakan untuk mencari dan menghitung biaya (waktu atau jarak tempuh) yang diperlukan untuk menempuh suatu perjalanan dari satu titik ke titik yang lain.

e. Vehicle Routing Problem Analysis

Tools ini berfungsi untuk menyediakan pelayanan tingkat tinggi terhadap pelamggan dengan memperhatikan waktu operasi secara keseluruhan dan biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap rute sekecil mungkin.

f. Location – Allocation Analysis

Tools ini digunakan untuk menentukan lokasi fasilitas terbaik berdasarkan jarak rata-rata atau total minimum, jarak terdekat, batasan threshold, maupun batasan kapasitas (Yeh dan Chow, 1996).

METODOLOGI PENELITIAN Wilayah kajian penelitian meliputi seluruh Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan.

Penelitian ini berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan dua buah metoda analisis, yaitu Overlay Analysis untuk membuat zona risiko bencana tanah longsor, dan Network Analysis Closest Facility untuk membuat model jalur evakuasi bencana menggunakan perangkat lunak ESRI ArcGIS.

Metoda pengumpulan data dilakukan dengan menghimpun data-data sekunder yang akan

(4)

4 digunakan dalam penelitian berupa data SRTM 1

Arc-Second Global, curah hujan, penggunaan/penutupan lahan, tekstur tanah, peta geologi regional dan geologi struktur, peta indeks bahaya tanah longsor, data informasi sosial-ekonomi,serta data jumlah sarana kesehatan dan pendidikan.

Metoda pembobotan dan nilai bobot yang digunakan mengacu pada penelitian Solle (2013) dan Risma (2014).

HASIL PENELITIAN

Risiko bencana merupakan potensi kerugian yang dapat ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu, Peta Risiko Bencana Tanah Longsor disusun dengan

teknik tumpang-tindih (overlay) antara Peta Bahaya Tanah Longsor, Peta Kerentanan Tanah Longsor, dan Peta Kapasitas.

Gambar 1 menunjukkan peta zona risiko bencana tanah longsor di Kabupaten Gowa dengan luas total masing-masing kelas longsor di Kabupaten Gowa (Tabel 1) adalah 159.077,79 Ha untuk kelas risiko rendah, 19.674,90 Ha untuk kelas risiko sedang, dan 1.778,40 Ha untuk kelas risiko tinggi.

Dari hasil analisis risiko, dilakukan analisis jaringan untuk menentukan jalur evakuasi di tiga buah kecamatan dengan luas daerah yang memiliki luas wilayah berisiko tinggi terbesar yaitu Kecamatan Parigi, Tinggimoncong, dan Bungaya.

Gambar 1 Peta Risiko Bencana Tanah Longsor Kabupaten Gowa

Gambar 2 Peta Jalur Evakuasi Bencana Tanah Longsor Kecamatan Parigi

(5)

5 Berdasarkan analisis jaringan diperoleh dua

buah jalur evakuasi pada Kecamatan Parigi (Gambar 2), yang pertama menghubungkan Desa Jonjo dan Desa Sicini ke Lapangan Olahraga Jonjo di Desa Jonjo dengan jarak tempuh sekitar 7 km, dan yang kedua menghubungkan Desa Manimbahoi ke Lapangan Majannang di Desa Majannang dengan jarak tempuh sekitar 5 km.

Tabel jarak dan waktu tempuh evakuasi

menggunakan beberapa buah transportasi diberikan pada Tabel 2.

Jalur evakuasi pada Kecamatan Tinggimoncong (Gambar 3) menghubungkan Desa Garassi dan Desa Gantarang ke beberapa lokasi ruang evakuasi di Kecamatan Malino, diantaranya Lapangan Anggrek Malino, Lapangan Prayudha Malino, dan Lapangan Tembak Secata A. Jarak dan waktu tempuh evakuasi diberikan pada Tabel 3.

Gambar 3 Peta Jalur Evakuasi Bencana Tanah Longsor Kec. Tinggimoncong Jalur evakuasi pada Kecamatan Bungaya

(Gambar 4) menghubungkan Desa Bontomanai dengan ruang evakuasi di Desa Sapaya yaitu Lapangan Sepak Bola Sapaya dengan jarak

tempuh sejauh 6 km yang dapat ditempuh menggunakan berbagai alat transportasi seperti pada Tabel 4.

Gambar 4 Peta Jalur Evakuasi Bencana Tanah Longsor Kecamatan Bungaya

(6)

6 Tabel 1 Luas Wilayah Risiko Bencana Berdasarkan Kelas Risiko Bencana Tanah Longsor Kab.

Gowa

No Kecamatan Luas Wilayah (Ha)

Rendah Sedang Tinggi

1 BAJENG 5.160,51 0 0

2 BAJENG BARAT 1.994,4 0 0

3 BAROMBONG 2.748,87 0 0

4 BIRINGBULU 22.054,86 0,72 0

5 BONTOLEMPANGAN 9.828,72 415,8 0

6 BONTOMARANNU 5.171,04 0 0

7 BONTONOMPO 3.780 0 0

8 BONTONOMPO SELATAN 3.259,8 0 0

9 BUNGAYA 1.6781,67 3.465,99 158,58

10 MANUJU 10.038,33 891,81 14,76

11 PALLANGGA 5.556,78 0 0

12 PARANGLOE 18.127,08 658,8 14,22

13 PARIGI 4.757,76 2.487,96 804,78

14 PATTALLASSANG 7.548,3 0 0

15 SOMBA OPU 3.076,02 0 0

16 TINGGIMONCONG 13.411,71 4.298,31 747,54

17 TOMBOLO PAO 17.123,58 3.731,31 38,52

18 TOMPOBULU 8.658,36 3.724,2 0

Luas Wilayah (Ha) 159.077,79 19.674,9 1.778,4 Sumber: Hasil Analisis (2018)

Tabel 2 Waktu Tempuh Evakuasi di Kecamatan Parigi

No. Jalur Evakuasi Jarak

(m)

Waktu Tempuh (menit) Jalan

Kaki Mobil Sepeda Motor

Truk Ringan 1 Desa Jonjo – Lap. Olahraga

Jonjo 7.310,21 119,76 14,12 12,28 13,49

2 Desa Sicini – Lap. Olahraga

Jonjo 7.201,54 100,10 13,91 12,10 13,29

3 Desa Manimbahoi –

Lap. Majannang 5.004,45 69,56 9,67 8,41 9,24

Sumber: Hasil Analisis (2018)

Tabel 3 Waktu Tempuh Evakuasi di Kecamatan Tinggimoncong No. Jalur Evakuasi Jarak (m)

Waktu Tempuh (menit) Jalan Kaki Mobil Sepeda

Motor

Truk Ringan 1 Desa Garassi – Lap.

Anggrek Malino 7.394,58 102,79 14,28 12,42 13,65

2 Desa Garassi – Lap.

Prayudha Malino 7.538,68 104,79 14,56 12,66 13,92

3 Desa Garassi – Lap Tembak

Secata A 8.708,58 121,05 16,82 14,63 16,08

4 Desa Gantarang – Lap.

Anggrek Malino 3.715,35 51,65 7,18 6,24 6,86

5 Desa Gantarang – Lap.

Prayudha Malino 3.859,44 53,65 7,45 6,48 7,12

6 Desa Gantarang – Lap

Tembak Secata A 5.029,34 69,91 9,71 8,45 9,28

Sumber: Hasil Analisis (2018)

(7)

7 Tabel 4 Waktu Tempuh Evakuasi di Kecamatan Bungaya

No. Jalur Evakuasi Jarak (m)

Waktu Tempuh (menit) Jalan

Kaki Mobil Sepeda Motor

Truk Ringan 1 Desa Bontomanai – Lap. Sepak

Bola Sapaya 6.163,98 109,09 11,91 10,35 11,38

Sumber: Hasil Analisis (2018)

KESIMPULAN 1. Kabupaten Gowa memiliki 3 (tiga) kelas

risiko tanah longsor, yaitu rendah, sedang, dan tinggi dengan luas wilayah masing- masing 159.077,8 Ha (88,12%); 19.674,9 Ha (10,90 %); dan 1.778,4 Ha (0,98 %).

2. Pada Kecamatan Parigi terdapat dua buah jalur evakuasi, jalur evakuasi pertama menghubungkan Desa Jonjo dan Desa Sicini ke ruang evakuasi di Desa Jonjo, dan jalur evakuasi kedua menghubungkan Desa

Manimbahoi ke ruang evakuasi di Desa Majannang. Pada Kecamatan Tinggimoncong, jalur evakuasi menghubungkan Desa Garassi dan Desa Gantarang ke beberapa lokasi ruang evakuasi di Desa Malino Sedangkan pada Kecamatan Bungaya, jalur evakuasi menghubungkan Desa Bontomanai dengan ruang evakuasi di Desa Sapaya.

REFERENSI ______. 2007. Undang-Undang No. 24 Tahun

2007 tentang Penanggulangan Bencana.

BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana). 2012. Data dan Informasi Bencana Indonesia. Akses online 1 Februari 2017 http://dibi.bnpb.go.id.

Highland, L.M., Bobrowsky, Peter. 2008. The landslide handbook—A guide to understanding landslides: Reston, Virginia, U.S. Geological Survey Circular 1325, 129p.

Kurniawan, L., R. Yunus, M.R. Amri, N.

Pramudiarta. 2011. Indeks Rawan Bencana Indonesia Tahun 2011. Jakarta: BNPB.

Kurniawan, L., S. Triutomo, R. Yunus, M.R.

Amri, A.A. Hantyanto. 2014. Indeks Risiko Bencana Indonesia Tahun 2013. Jakarta:

BNPB.

Muhajir, A.B., Cahyono, A.B. 2013. Analisa Persebaran Bangunan Evakuasi Bencana Tsunami Menggunakan Network Analyst di SIG: Jurnal Teknik POMITS. Vol 2, No 1, 1-6 pp.

Muntohar, A.S. 2006. Pengaruh Rembesan dan Kemiringan Lereng Terhadap Keruntuhan Lereng: Jurnal Teknik Sipil Vol.1 No.2, 19- 28 pp.

Prahasta, Eddy. 2009. Sistem Informasi Geografis Konsep-Konsep Dasar (Prespektif Geodesi & Geomatika).

Bandung: Informatika.

Risma.2014.Analisis Spasial Untuk Menentukan Zona Risiko Banjir Bandang (Studi Kasus Kabupaten Sinjai). Skripsi: Universitas Hasanuddin.

Soenarmo, S.H. 2009. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis Untuk Bidang Ilmu Kebumian. Bandung:

ITB Press.

Solle, M.S. 2013. Model Zonasi Kerentanan Tanah Longsor Daerah Aliran Sungai Jeneberang. Disertasi: Universitas Hasanuddin.

UNISDR (United Nations International Strategy for Disaster Reduction). 2009. UNISDR Terminology on Disaster Risk Reduction.

Geneva: UNISDR.

Van Niekerk, D. 2011. Introduction to Disaster Risk Reduction. USAID (United States Agency International Development).

Varnes, D.J. 1958. Landslide Types and Processes: Highway Research and Engineering Practice No.29, 20-47 pp.

Yeh, Anthony G., Chow, Man Hong. 1996. An Integrated GIS and Location Allocation Approach To Public Facilities Planning – An Example Of Open Space Planning:

Computer, Environment, and Urban System Journal. Vol. 20, No. 4/5, 339-350 pp.

Referensi

Dokumen terkait

Buku cerita bergambar interaktif yang akan dirancang ini bertujuan untuk dapat mengajarkan mengenai bentuk etika berkomunikasi yang baik dan sopan kepada orang tua dan

Apabila digunakan fan maka dikhawatirkan nantinya dalam proses penyebaran udara ke dalam tabung tidak mengenai tumpukan naftalen yang berada diatas walaupun disana tetap terjadi

Pada gambar 7.16 adalah pompa ulir (screw) dengan tiga buah ulir, zat cair akan masuk dari sisi isap, kemudian akan ditekan di ulir yang mempunyai bentuk khusus. Dengan bentuk

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis lebih spesifik mengenai pengaruh kualitas produk, harga, promosi, kesadaran merek, citra merek, kepribadian merek,

Setelah mendapatkan konsep tapak, dengan perletakan, zoning, orientasi bangunan, sirkulasi serta penempatan vegetasi yang baik, langkah selanjutnya menganalisis konsep

PTPP memiliki indikator MACD, RSI dan Stochastic yang masih mengindikasikan pola uptrend, sehingga terbuka peluang untuk melanjutkan penguatan dalam jangka pendek

Berdasarkan Pasal 55 ayat (2) Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 sebagaimana telah

(1) Unit Laboratorium Keselamatan Transportasi Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 73 ayat (2) huruf e, mempunyai tugas menyiapkan laboratorium untuk kegiatan akademik,