• Tidak ada hasil yang ditemukan

FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL "

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL

SMA NEGERI 2 JENEPONTO

SKRIPSI

MEGA SAPUTRI C 131 14 006

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

(2)

ii

FUTSAL EKSTRAKURIKULER FUTSAL SMA NEGERI 2 JENEPONTO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana

disusun dan diajukan oleh

MEGA SAPUTRI

Kepada

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2018

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Futsal Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu bagian dari syarat guna meraih gelar sarjana di Program Studi S1 Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin.

Dalam penyusunan skripsi ini, banyak ditemui hambatan. Namun semua itu dapat terselesaikan dengan baik berkat mendapatkan limpahan doa, bimbingan, arahan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada :

1. Ayahanda Makkaratong dan Ibunda Agustina yang senantiasa mendoakan, memberikan kasih sayang, cinta dan dukungan yang tak terhingga.

2. Saudara-saudaraku tercinta, Astriani, S.Farm., Apt., Prada. Marlin Saulo, dan Agum Gumelar yang telah membantu dalam hal moril maupun materil.

3. Ketua Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan Universitas Hasanuddin, Bapak Dr. H. Djohan Aras, S.Ft, Physio, M.Pd, M.Kes yang selalu membimbing, menasehati dan memotivasi agar segera menyelesaikan skripsi bagi semua mahasiswanya.

(7)

vii

meluangkan waktu dan tenaganya, memberikan bimbingan, motivasi dan doa yang semoga Allah SWT balas dengan pahala yang berlimpah.

Aamiin.

5. Bapak Adi Ahmad Gondo, S.Ft, Physio., M.Kes. selaku penguji I dan Ibu Farahdina Bachtiar, S.Ft, Physio., M.Sc. selaku penguji II yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang membangun untuk kebaikan penulis dan perbaikan skripsi ini.

6. Pelatih Ekstrakurikuler futsal yang telah banyak membantu selama penelitian di SMA Negeri 2 Jeneponto. Serta Adik-adik responden yang telah bersedia menjadi sampel penelitian yang semangatnya luar biasa serta sifat humoris yang tak henti-hentinya membuat peneliti bahagia selama melaksanakan penelitian.

7. Staff Dosen dan Administrasi Program Studi Fisioterapi Fakultas Keperawatan, terutama Bapak Ahmad yang dengan sabarnya mengerjakan segala administrasi penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Inces, Eca dan Poppy yang setia menemani dan tak henti-hentinya memberikan semangat mulai dari penyusunan proposal, penelitian hingga selesai skripsi ini.

9. Teman seperjuangan, Dwi Putri Khayyirah yang juga telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

10. Nur Annisah talib yang telah membantu dalam mengolah data.

(8)

viii selesainya skripsi ini.

12. Sc14tic yang dengan segala kehebohan dan solidaritasnya selalu menjadi penyemangat dalam pengerjaan skripsi ini. Penulis berharap semoga gelar sarjana tak membuat kita lupa akan segala masa-masa perkuliah selama ini yang telah kita lalui.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun membuka diri untuk segala saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk pencapaian hasil yang lebih baik. Akhirnya, penyusun berharap semoga proposal penelitian ini bermanfaat bagi kita semua. Aamin.

Makassar, Mei 2018

Mega Saputri

(9)

ix

MEGA SAPUTRI Pengaruh Pemberian Static Core Exercise Terhadap Perubahan Keseimbangan Dinamis pada Pemain Futsal (dibimbing oleh Ita Rini dan Andi Rahmaniar)

Futsal merupakan olahraga yang menggunakan teknik passing, control, dribbling, dan shooting yang membutuhkan keseimbangan dinamis yang baik untuk menjaga kinerja stabilitas otot inti yang maksimal. Static core exercise merupakan salah satu bentuk latihan yang digunakan dalam meningkatkan keseimbangan dinamis dengan membentuk stabilitas dan kekuatan otot inti.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal setelah pemberian static core exercise.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan design one group pre test-post test design. Populasi penelitian ini seluruh pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dengan sampel berjumlah 23 orang laki-laki yang memenuhi kriteria inklusi. Alat ukur yang digunakan adalah balance board untuk mengetahui kemampuan keseimbangan dinamis sampel sebelum dan sesudah 12 kali perlakuan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara data pre test dan post test keseimbangan dinamis (P=0,000), sehingga static core exercise terbukti memberikan perubahan keseimbangan dinamis dengan selisih pre dan post test sebesar 15,70.

Kata kunci : Keseimbangan dinamis, static core exercise, pemain futsal

(10)

x

MEGA SAPUTRI Effect of Static Core Exercise in Alteration of Dynamic Balance on Futsal Players (guided by Ita Rini and Andi Rahmaniar)

Futsal is a sport that uses passing, control, dribbling, and shooting techniques that require a good dynamic balance, so the players can maintain maximum stability of core muscle performance. Static core exercise is one form of exercise used to help improve dynamic balance by establishing stability and strength of the core muscles. This study aims to determine the dynamic balance changes in futsal players after they are given static core exercise.

This is an experimental research with one group pre test-post test design.

Population in this study is all the players in the futsal club of senior high school 2 of Jeneponto with a sample of 23 men who meet the inclusion criteria. Measuring tool used is balance board to determine the ability of dynamic balance of sample before and after 12 times treatment.

The results showed that there was a difference between the pre test and post-test data of dynamic balance (P = 0.000). Static core exercise proved effective for dynamic balance of futsal players with pre and post test difference of 15.70.

Keywords: dynamic balance, static core exercise, futsal player

(11)

xi

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... ix

ABSTRAC ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Tinjauan Umum tentang Keseimbangan Dinamis ... 7

1. Pengertian Keseimbangan Dinamis ... 7

2. Fisiologi Keseimbangan... 8

3. Komponen Pengontrol Keseimbangan ... 9

(12)

xii

Futsal ... ... 20

6. Tes Keseimbangan Dinamis ... 20

B. Tinjauan Umum tentang Static Core Exercise ... 22

1. Pengertian Static Core Exercise ... 22

2. Otot Inti (Core Muscle) ... 23

3. Fungsi Static Core Muscle ... 25

4. Jenis-jenis Latihan Static Core Exercise ... 25

5. Tujuan dan Manfaat Static Core Exercise ... 29

6. Pentingnya Static Core Exercise Bagi Pemain Futsal ... 29

C. Tinjauan Hubungan antara Static Core Exercise dengan Keseimbangan Dinamis ... 30

D. Kerangka Teori... 34

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 35

A. Kerangka Konsep ... 35

B. Hipotesis ... 35

BAB IV METODE PENELITIAN ... 36

A. Rancangan Penelitian ... 36

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

C. Populasi dan Sampel... 37

D. Alur Penelitian ... 39

E. Variabel Penelitian ... 39

(13)

xiii

H. Masalah Etika ... 45

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASA... 46

A. Hasil Penelitian ... 46

B. Pembahasan... 52

C. Keterbatasan Penelitian ... 60

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN ... 67

(14)

xiv

Nomor Halaman

1. Norma Penilaian dan Klasifikasi One Foot Standing

Balance Test ... 21

2. Karakteristik Sampel Penelitian ... 46

3. Distribusi Pengukuran Stabilitas Terhadap Pemberian Static Core Exercise ... 47

4. Distribusi Pengukuran Koordinasi Terhadap Pemberian Static Core Exercise ... 48

5. Distribusi Kategori Perubahan Keseimbangan Dinamis ... 48

6. Uji Homogenitas ... 50

7. Uji Normalitas dan Uji T Berpasangan ... 50

8. Uji Korelasi Pearson ... 51

(15)

xv

Nomor Halaman

1. Fisiologi Keseimbangan ... 9

2. Sistem Visual ... 10

3. Sistem Vestibular ... 11

4. Sistem Somatosensori ... 12

5. Center Of Gravity... 15

6. Line Of Gravity ... 15

7. Base Of Support ... 16

8. Mekanisme Kontraksi dan Relaksasi Otot... 17

9. One Foot Standing BalanceTest ... 21

10. Deep and Superficial Core Muscle ... 24

11. Latihan Supine Single Leg Marching ... 26

12. Latihan Bird Dog ... 27

13. Latihan Creepy Crawly Plank ... 28

14. Kerangka Teori ... 34

15. Kerangka Konsep ... 35

16. One-Group Pre-test Post-test Design Time Series ... 36

17. Alur Penelitian ... 39

18. Distribusi Nilai Keseimbangan Dinamis ... 49

(16)

xvi

Nomor Halaman

1. Naskah Penjelasan Untuk Mendapatkan Persetujuan

Dari Subyek Penelitian... 67

2. Lembar Persetujuan Mengikuti Penelitian... 69

3. Formulir Identitas Responden ... 70

. 4. Blanko Hasil Pengukuran Keseimbangan Dinamis Anggota Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto... 71

. 5. Blanko Hasil Pengukuran Stabilitas dan Koordinasi Anggota Ekstrakurikuler Futsal SMA Negeri 2 Jeneponto... 72

6. Hasil Olah Data SPSS... 73

7. Permohonan Izin Melakukan Penelitian... …. 79

8. Surat Keterangan Penelitian…………... ….... 80

9. Dokumentasi Penelitian... 81

10. Riwayat Hidup Penulis... 83

(17)

xvii

Lambang/ Singkatan Arti dan Keterangan

UU Undang-undang

SMA Sekolah Menengah Atas

dkk Dan Kawan-kawan

m Meter

Kg Kilogram

IMT Indeks Massa Tubuh

COM Line of Gravity

COG Center of Gravity

BOS Base of Support

ROM Range of Motion

SPSS Statistical Product and Service

Solution

(18)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan fisik yang diinginkan setiap manusia agar dapat melakukan aktivitas setiap hari, salah satunya yaitu berolahraga yang dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesehatan dan memperkuat otot-otot tubuh. Sesuai UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragan Nasional bahwa dalam dunia pendidikan di Indonesia juga memberikan ruang lingkup olahraga di dalamnya, yakni sebagai bagian dari proses pendidikan, sebagai bentuk kegiatan intrakulikuler maupun ekstrakulikuler (Setiyawan, 2016).

Seiring dengan berkembangnya aktivitas olahraga, ada banyak jenis olahraga dalam kegiatan ekstrakulikuler salah satunya futsal. Futsal adalah permainan sejenis sepakbola yang dimainkan dalam lapangan yang berukuran lebih kecil. Permainan ini dimainkan oleh 10 orang (masing-masing tim 5 orang), serta menggunakan bola yang lebih kecil dan lebih berat daripada yang digunakan dalam sepakbola. Gawang yang digunakan juga lebih kecil (Halim, 2012).

Dalam permainan futsal harus menguasai teknik dasar yang benar juga harus mempunyai kondisi fisik yang baik. Salah satu komponen penting dalam kondisi fisik pada permainan futsal yaitu keseimbangan (balance) (Royana, 2017). Terutama keseimbangan dinamis. Permainan futsal cenderung lebih dinamis karena gerakan yang cepat (Ajis, 2014). Latihan

(19)

keseimbangan pada atlet telah terbukti dapat menurunkan resiko jatuh dan cidera seperti sprain dan strain ankle (Adam, 2013).Pada keseimbangan dinamis, kontrol keseimbangan membutuhkan interaksi antara sistem saraf sensorik (sistem visual, sistem somatosensorik, sistem vestibular) dan saraf motorik, peran muskuloskeletal berupa kesejajaran postural dan fleksibilitas muskuloskeletal, serta efek kontekstual yang berhubungan dengan kedua sistem saraf sensorik motorik dan muskuloskeletal (Kisner, 2014).

Kemampuan menjaga keseimbangan bergantung pada stabilitas inti, kontrol otot panggul, tungkai bawah, dan sistem vestibular dan visual.

Kurangnya keseimbangan dapat diperbaiki dengan cepat melalui latihan keseimbangan spesifik atau latihan stabilitas. Terdapat hubungan antara keseimbangan dengan koordinasi dalam olahraga. Kemampuan koordinasi merupakan salah satu komponen dasar biomotor yang merupakan gerak dasar dalam berbagai keterampilan motorik salah satunya koordinasi kasar.

Koordinasi kasar merupakan pergerakan dan keseimbangan yang baik antara kepala, tubuh, bahu, dan paha. Koordinasi berkurang atau terganggu apabila kerja sama antara otot lemah, kekuatan dalam beberapa otot bertambah, atau keseimbangan antara fungsi otot berkurang (Richarpin, 2012).

Terdapat banyak metode latihan yang bertujuan untuk meningkatkan keseimbangan dinamis. Salah satunya adalah static core exercise yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan otot inti (abdominal muscle and back muscle) dengan teknik koordinasi bilateral. Latihan ini bermanfaat untuk menstabilkan dan menghasilkan tenaga pada kecepatan yang lebih fungsional secara dinamis dan gerakan yang koordinasi. Static core exercise juga

(20)

merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal serta keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi, 2012).

Berdasarkan hasil observasi awal peneliti pada tanggal 23 Februari 2018 dengan melakukan tes keseimbangan pada siswa laki-laki di SMA Negeri 2 Jeneponto yang mengikuti ekstrakurikuler futsal sebanyak 25 orang pemain futsal, telah didapatkan hasil 15 pemain memperoleh nilai keseimbangan 1-4 detik (sangat kurang) dan 10 pemain memperoleh nilai 5- 12 detik (sedang) dengan skor rata-rata <7 kategori keseimbangan kurang.

Sehingga para pemain futsal memerlukan latihan keseimbangan karena keseimbangan sangat diperlukan dalam melakukan teknik bermain futsal, karena saat bergerak pemain dituntut untuk mempertahankan posisinya agar tidak jatuh dan mempertahankan bola tetap dalam penguasaannya. Melalui hasil wawancara dengan pelatih futsal dikatakatan bahwa para pemain futsal di SMA Negeri 2 Jeneponto belum pernah diberikan latihan keseimbangan sehingga tujuan lain dalam latihan keseimbangan yang diberikan adalah dengan melatih otot inti dapat mengoreksi ketidakseimbangan postur dan mencegah terjadinya cedera.

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, dkk., (2014) menyatakan bahwa pemberian Core Stability Exercise lebih meningkatkan keseimbangan statis daripada Balance Beam Exercise. Sedangkan Syam (2015) dalam penelitiannya ternyata Core Exercise dan Balance Exercise sama baik dalam meningkatkan keseimbangan dinamis. Penelitian selanjutnya yang dilakukan Hastuti, dkk., (2018) ternyata Dynamic Neuromuscular Stabilization lebih meningkatkan keseimbangan dinamis dari

(21)

pada Balance Exercise. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, terdapat perdebatan anatara latihan Core dalam meningkatkan keseimbangan statis dan keseimbangan dinamis. Peneliti juga belum menemukan penelitian tentang pengaruh Static Core Exercise terhadap keseimbangan dinamis dengan teknik exercise koordinasi bilateral segmen tubuh.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan hal-hal lain yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

A. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut mengenai masalah keseimbangan pada pemain futsal, sehingga menjadi landasan bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto. Oleh karena itu, dapat dikemukakan pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana distribusi nilai keseimbangan dinamis sebelum diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto ?

2. Bagaimana distribusi nilai keseimbangan dinamis setelah diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto ?

(22)

3. Apakah ada pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto ?

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Diketahui adanya pengaruh static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi nilai keseimbangan dinamis sebelum diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

b. Diketahui distribusi nilai keseimbangan dinamis setelah diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

c. Diketahui pengaruh static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

(23)

C. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi para pembaca mengenai pengaruh static core exercise dalam perubahan keseimbangan dinamis dan dapat menjadi rujukan bahan bacaan dalam pengembangan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan menjadi data yang akurat dalam rencana mengatur pola olahraga yang baik sehingga dapat merencanakan program latihan yang lebih tepat untuk perubahan keseimbangan dinamis.

(24)

7

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Keseimbangan Dinamis 1. Pengertian Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan dinamis adalah kemampuan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan tubuhnya ketika melakukan berbagai gerakanseperti ketika sedang jalan, lari, lompat, loncat atau berpindah dari satu titik ke titik lainnya dalam satu runag (Halim, 2011).

Terdapat 2 macam keseimbangan yaitu keseimbangan statis dan dinamis. Dalam buku “Intisari Terapi Latihan” keseimbangan statis adalah kemampuan untuk mempertahankan postur atau posisi yang berbeda dalam berbagai permukaan, penglihatan, kondisi perubahan tempat. Keseimbangan dinamis adalah kemampuan untuk membuat penyesuaian postur yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan ketika bergerak dari satu posisi ke posisi lain atau dari satu tempat ke tempat lain, kontrol keseimbangan membutuhkan interaksi sistem saraf sensorik (sistem visual, sistem somatosensorik, sistem vestibular) dan saraf motorik, peran muskuloskeletal berupa kesejajaran postural dan fleksibilitas muskuloskeletal, dan efek kontekstual yang berhubungan dengan kedua sistem (Kisner, 2014).

(25)

1. Fisiologi Keseimbangan

Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan (Irfan, 2016).

Fisiologi keseimbangan dimulai sejak informasi keseimbangan tubuh akan ditangkap oleh receptor vestibular, visual dan proprioseptik.

Keseimbangan tubuh dipengaruhi oleh sistem indra yang terdapat di tubuh manusia bekerja secara bersamaan jika salah satu sistem mengalami gangguan maka akan terjadi gangguan keseimbangan pada tubuh (imbalance), sistem indra yang mengatur/mengontrol keseimbangan seperti visual, vestibular, dan somatosensoris (tactile &

proprioseptik) (Berbudi, 2015).

Proprioseptik merupakan bagian yang paling penting dalam menjaga keseimbangan. Proprioseptik dihasilkan melalui respon secara simultan, visual, vestibular, dan sistem somatosensoris, yang masing- masing memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas postural.

Fungsi dari sistem somatosensoris yang paling diperhatikan adalah peningkatkan proprioseptik. Meliputi integrasi sensorik, motorik, dan komponen pengolahan yang terlibat dalam mempertahankan homeostasis bersama selama tubuh bergerak. Sistem somatosensoris mencakup informasi yang diterima melalui reseptor saraf yang terletak di ligamen, kapsul sendi tulang rawan, dan geometri tulang yang terlibat dalam struktur setiap sendi. Mereka yang bertanggung jawab untuk

(26)

proprioseptik umumnya terletak di sendi, tendon, ligamen, dan kapsul sendi sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit (Berbudi, 2015).

Gambar 1. Fisiologi keseimbangan (Sherwood, 2013)

2. Komponen Pengontrol Keseimbangan

Komponen keseimbangan termasuk komponen yang paling berperan dalam menetapkan posisi dan gerakan tubuh, mulai dari duduk, jongkok, berdiri, jalan, berlari, melompat, dan berbagai gerakan tubuh lainnya. Apalagi dalam gerakan olahraga jelas komponen ini amat dibutuhkan (Halim, 2011).

a. Sistem Informasi Sensoris 1) Sistem Visual

Keseimbangan akan terus berkembang sesuai umur, mata akan membantu agar tetap fokus pada titik utama untuk mempertahankan keseimbangan, dan sebagai monitor tubuh selama melakukan gerak statik atau dinamik. Penglihatan memegang peran penting untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada. Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari obyek

(27)

sesuai jarak pandang, maka tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh (Irfan, 2016).

Gambar 2. Sistem Visual (Sherwood, 2013)

2) Sistem Vestibular

Komponen vestibular merupakan sistem sensoris yang berfungsi penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola mata. Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga, meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus, serta sakulus.

Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine yang mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. Melalui refleks vestibulo-occular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. Mereka meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nucleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Beberapa stimulus tidak menuju nucleus vestibular tetapi ke serebelum, formatio retikularis, thalamus dan korteks serebri (Irfan, 2016).

(28)

Nucleus vestibular menerima masukan (input) dari reseptor labyrinth, retikular formasi, dan serebelum. Keluaran (output) dari nucleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Irfan, 2016).

Gambar 3. Sistem Vestibular (Sherwood, 2013)

3) Sistem Somatosensoris (Tactile & Proprioceptik)

Sistem somatosensoris mempunyai beberapa neuron yang panjang dan saling berhubungan satu sama lainnya yaitu primer (pertama), sekunder (kedua), dan tersier (ketiga). Sistem somatosensoris tersebar melalui semua bagian utama tubuh mamalia dan vertebrata lainnya. Terdiri dari reseptor sensori dan motorik (aferen) neuron di pinggiran (kulit, otot dan organ- organ misalnya), ke neuron yang lebih dalam dari sistem saraf pusat (Berbudi, 2015).

(29)

Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptik serta persepsi kognitif. Informasi proprioseptik disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptik menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi yang berasal dari ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.

Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Irfan, 2016).

Gambar 4. Sistem Somatosensori (Sherwood, 2013)

b. Central Procesing

Central Processing berfungsi untuk menentukan titik tumpu tubuh dan aligment gravitasi pada tubuh serta mengorganisasikan respon sensomotor yang dibutuhkan oleh tubuh. Respon motorik yang dihasilkan oleh sistem saraf pusat berguna untuk menjaga postur tubuh agar tetap seimbang. Sistem saraf pusat menerima input

(30)

sensorik, menginterpretasikan dan mengintegrasikan kemudian menghubungkan pada sistem neuromuskular untuk memberikan output motorik yang korektif sehingga mampu menciptakan keseimbangan yang baik ketika dalam keadaan diam (statis) maupun keadaan bergerak (dinamis). Komponen sistem saraf pusat yang terlibat dalam proses kontrol postural yaitu: corteks, thalamus, basal ganglia, nukleus, vetsibular, dan serebellum (Suadnyana, 2015).

c. Efektor

1) Respon Otot-otot Postural yang Sinergis (Postural muscles response synergies)

Respon otot-otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur.

Beberapa kelompok otot baik pada ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan. Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Irfan, 2016).

2) Kekuatan otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot umumnya diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik.

Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot

(31)

menahan beban baik berupa beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin banyak serabut otot yang teraktifasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut. Kekuatan otot dari kaki, lutut serta pinggul harus adekuat untuk mempertahankan keseimbangan tubuh saat adanya gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut berhubungan langsung dengan kemampuan otot untuk melawan gaya garvitasi serta beban eksternal lainnya yang secara terus menerus mempengaruhi posisi tubuh (Irfan, 2016).

3) Lingkup gerak sendi (Joint range of motion)

Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan yang memerlukan keseimbangan yang tinggi (Irfan, 2016).

3. Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan a. Pusat Gravitasi (Center of Gravity - COG)

Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Pada manusia, pusat gravitasi berpindah sesuai dengan arah atau perubahan berat. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah tepat di atas pinggang diantara depan dan belakang vertebra sakrum kedua. Derajat stabilitas tubuh dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu : ketinggian dari

(32)

titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi garis gravitasi dengan bidang tumpu, serta berat badan (Irfan, 2016).

Gambar 5. Center Of Gravity (Sunaryadi, 2009)

b. Garis Gravitasi (Line of Gravity-LOG)

Garis gravitasi merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan bidang tumpu adalah menentukan derajat stabilitas tubuh (Irfan, 2016).

Gambar 6. Line Of Gravity (Sunaryadi, 2009)

c. Bidang Tumpu (Base of Support-BOS)

Bidang tumpu merupakan bagian dari tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih

(33)

stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi (Irfan, 2016).

Gambar 7. Base of Support (Sunaryadi, 2009)

d. Kekuatan Otot (Muscle Strength)

Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau grup otot menghasilkan tegangan dengan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis atau statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya (Berbudi, 2015).

Kontraksi otot dipicu oleh, impuls listrik menyebar ke seluruh sel otot, sampai ke miofibril melalui Tubulus T. Impuls di Tubulus T menyebabkan ion Ca2+ keluar dari retikulum sarkoplasma. Ion Ca2+

yang sampai ke miofibril berikatan dengan Troponin C. Ikatan Ca2+ - Troponin C menyebabkan tropomiosin bergeser dan ‘binding site’

aktin untuk kepala miosin yg ditempati tropomiosin terbuka. Aktin

(34)

berikatan dengan kepala miosin yang juga mengandung ATP-ase yang memecah ATP menjadi ADP sehingga menghasilkan energi untuk menggerakkan aktin ke arah garis M. (Kontraksi). Demikian seterusnya sampai impuls listrik berakhirdan ion Ca2+ dipompa kembali ke retikulum sarkoplasma sehingga tidak terjadi ikatan ion Ca2+ - troponin C dan terbukanya binding siteuntuk kepala miosin pada aktin karena tertutup oleh tropomiosin. (Relaksasi) (Sherwood, 2013).

Gambar 8. Mekanisme Kontraksi & Relaksasi Otot (Sherwood, 2013)

e. Aktivitas Fisik

Ak tivitas fisik adalah pergerakan tubuh yang secara substansial meningkatkan penggunaan energi dan dapat berupa kegiatan sehari- hari (berjalan, mengerjakan pekerjaan rumah, berkebun) maupun aktivitas olahraga (berenang, dansa, sepakbola, fitness), instabilitas postural semata-mata disebabkan oleh inaktivitas (Syam, 2015).

f. Jenis Kelamin

Perbedaan keseimbangan tubuh berdasarkan jenis kelamin antara pria dan wanita disebabkan oleh adanya perbedaan letak titik berat. Pada pria letaknya kira-kira 56% dari tinggi badannya

(35)

sedangkan wanita letaknya kira-kira 55% dari tinggi badannya. Pada wanita letak titik beratnya rendah karena panggul dan paha wanita relatif lebih berat dan tungkainya pendek (Risangdiptya, 2016).

g. Usia

Fungsi organ-organ keseimbangan mulai mengalami penurunan seiring dengan pertambahan usia. Pada anak usia 10-12 tahun, perkembangan keseimbangan meningkat dengan baik. Pada setiap usia anak terjadi peningkatan perkembangan keseimbangan. Secara teori perkembangan manusia dimulai dari bayi, anak, remaja, dewasa, tua dan akhirnya akan masuk pada fase usia lanjut dengan umur di atas 60 tahun (Syam, 2015).

h. Ketajaman Visual

Ketajaman visual juga kadang-kadang disebut sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi keseimbangan. Penurunan ketajaman visus, persepsi kedalaman dan sensitifitas kontras berhubungan signifikan dengan jatuh dan dengan instabilitas postural (Syam, 2015).

i. Gangguan Vestibular

Sebuah gangguan yang menyebabkan seseorang merasa pusing, goyang, dan seperti berpindah tempat, dan seakan akan dunia serasa berputar. Sebuah organ telinga bagian dalam yaitu labyrinth merupakan organ yang berperan dalam mengatur keseimbangan dan ini merupakan sistem yang bekerja didalam tubuh yaitu (sistem vestibular) kita. Sistem vestibular berinteraksi dengan sistem tubuh seperti visual, dan skeletal sistem, untuk menjaga keseimbangan posisi

(36)

tubuh yang mana sistem ini berhubungan dengan otak dan sistem saraf, dapat menjadi masalah keseimbangan (Seftian, 2014).

j. Gangguan Proprioseptik

Proprioseptik mempunyai peranan penting dalam keseimbangan karena fungsi proprioseptik merupakan faktor independen untuk terjadinya gangguan keseimbangan postural. Meskipun dengan fungsi visual yang baik, orang dengan gangguan proprioseptik secara bermakna mengalami instabilitas postural (Syam, 2015).

k. Index Massa Tubuh

Index massa tubuh adalah nilai yang diambil dari perhitungan antara berat badan dan tinggi badan seseorang dengan rumus :

Berat Badan (Kg) IMT =

Tinggi Badan2 (m)

Kegemukan tubuh berhubungan dengan keburukan performa atlet pada salah satu tes yaitu balance (keseimbangan) (Syam, 2015).

l. Psikologis

Kepribadian olahragawan dalam lingkungan social tertentu sebagai kesatuan biososial merupakan pusat pelatihan yang memungkinkan perkembangan prestasi baru. Situasi tertentu dapat berkonsentrasi secara maksimal akan mampu menyelesaikan pelatihan dengan baik. Kepercayaan akan kemampuan diri dapat meningkatkan keberanian dalam menyelesaikan pelatihan yang lebih sulit (Syam, 2015).

(37)

4. Pentingnya Keseimbangan Dinamis Bagi Pemain Futsal

Mengenai pentingnya keseimbangan dinamis pada pemain futsal, latihan keseimbangan pada atlet telah terbukti dapat menurunkan resiko jatuh dan cidera seperti sprain dan strain ankle (Adam, 2013).

Keseimbangan merupakan salah satu unsur-unsur kondisi fisik dalam permaianan futsal. Faktor keseimbangan terutama keseimbangan dinamis dalam permainan futsal diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, seperti ketika menghidari lawan, menendang jarak dekat maupun jarak jauh (Rafsanjani, 2012).

Keseimbangan dinamis juga sangat diperlukan dalam melakukan teknik-teknik bermain futsal untuk mendapatkan efektifitas serta efesiensi dalam bermain futsal, diantaranya mengumpan (passing), menahan bola (control), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting) (Riyadi, 2013).

5. Tes Keseimbangan Dinamis

Keseimbangan dinamis dapat diukur dengan menggunakan beberapa tes, dalam buku “Tes dan Pengukuran Kesegaran Jasmani”

(Nur Ichsan Halim, 2011) salah satunya: Tes Keseimbangan Berdiri dengan Satu Kaki (One Foot Standing Balance Test).

Tes ini bertujuan untuk mengukur kemampuan keseimbangan dinamis dengan nilai ketepatan teknik pengukuran 0,78. Alat yang digunakan ialah ruangan yang rata, papan keseimbangan, stop watch, dan alat tulis. Peserta tes mengatur papan keseimbangan yang diletakkan di atas permukaan lantai yang rata dan meletakkan kaki yang diinginkan di

(38)

tengah papan keseimbangan. Perlahan-lahan mengangkat kaki yang lain dari lantai, Pertahankan sikap keseimbangan di atas papan keseimbangan selama mungkin. Waktu mulai dihitung (stop watch dijalankan) pada saat kaki meninggalkan lantai, stop watch dihentikan apabila kaki peserta tes menyentuh lantai atau tidak dapat mempertahankan keseimangan tubuhnya, kesempatan diberikan sebanyak 3 kali. Waktu terbaik 3 kali kesempatan yang diukur berdasarkan detik dicatat sebagai hasil akhir peserta tes. Hasil yang diperoleh dikonversikan pada tabel berikut:

Gambar 9. One Foot Standing Balance Test (Halim, 2011)

Tabel 1. Norma Penilaian dan Klasifikasi One Foot Standing Balance Test (Halim, 2011)

Klasifikasi Nilai

Laki-laki Perempuan Sangat bagus ≥ 17 detik ≥ 15 detik

Bagus 11 – 16 detik 9 – 14 detik

Sedang 5 – 10 detik 5 – 8 detik

Kurang 3 – 4 detik 3 – 4 detik

Sangat kurang 1 – 2 detik 1 – 2 detik

(39)

B. Tinjauan Umum tentang Static Core Exercise 1. Pengertian Static Core Exercise

Static Core exercise merupakan latihan terbaik untuk membentuk stabilitas dan kekuatan core sehingga bekerja dengan baik selama kontraksi core muscle. Static core exercise bekerja diseluruh core muscle yang bekerja dari bahu sampai lutut, bukan hanya pada peurt. Otot-otot tersebut bekerja bersama untuk membentuk kekuatan yang bertujuan memepertahankan spine sesuai dengan alignment tubuh yang simetris dan menjadi lebih stabil. Jika otot-otot inti kuat dan fleksibel anggota gerak atau ekstrimitas akan bergerak dengan efisiensi yang lebih besar, selain itu juga dapat membantu mencegah dan mengurangi cedera. Target utama dalam melatih core adalah otot yang letaknya lebih dalam (deep muscle) pada abdomen, yang terhubung dengan tulang belakang (spine),

panggul (pelvic) dan bahu (shoulder). Melatih core juga merupakan komponen penting dalam memberikan kekuatan lokal dan keseimbangan untuk memaksimalkan aktivitas secara efisien (Ahmadi, 2012).

Berdasarkan pergerakan tubuh core exercise terdapat dua macam yaitu, static core exercise dan dynamic core exercise. Static core exercise yaitu latihan otot-otot inti dengan kontraksi otot secara isometric atau dengan tanpa adanya gerakan tubuh. Otot-otot tidak memanjang atau memendek sehingga tidak ada nampak suatu gerakan yang nyata, meskipun demikian di dalam otot ada tegangan (tension) dan semua tenaga yang dikeluarkan di dalam otot diubah menjadi panas (Hemphill, 2012).

(40)

Core exercise (static and dynamic) melibatkan sistem otot, sistem sendi, sistem saraf, dan terjadi dalam 3 bidang gerak. Saat melakukan gerakan kesalah satu bidang gerak tubuh, maka otot yang bekerja tidak murni sebagai pencetus gerakan tersebut, tetapi dibantu oleh otot lain yang berada disekitar bidang gerak tersebut. Hal ini terjadi karena pada saat suatu otot berkontraksi, maka terjadi penguluran atau stretch pada otot-otot antagonisnya atau otot yang berlawanan karena kekuatan fleksibilitas otot agonis dan antagonis saling berkaitan. Untuk membuat fondasi keseimbangan tubuh yang baik maka otot-otot core harus dilatih dengan benar, sehingga mempunyai kemampuan untuk menyangga batang tubuh dengan baik. Selain latihan menggunakan badan sendiri, latihan core juga dapat dibantu dengan beberapa alat seperti bola keseimbangan, balance disk, dan lain sebagainya (Hermawan, 2012).

2. Otot Inti (Core Muscle)

Core Muscle adalah otot-otot yang sangat penting untuk menunjang pergerakan ekstremitas atas maupun bawah untuk menciptakan gerakan yang efektif dan kuat. Core muscle terdiri dari 4 kelompok otot utama:

m. Transversus abdominis, m. Multifidus, Diafragma, dan Pelvic floor.

Adapun global muscle: m. Rectus abdominis, m. Obliques external dan internal, m. Quadratus lumborum, m. Erector spine, dan m. Iliopsoas (Firdha, 2016).

Static Core exercise secara efektif harus melibatkan otot-otot yang meliputi abdominal muscles and back muscles (erector spine). Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan tekanan pada

(41)

perut yaitu Intra Abdominal Pressure, untuk menopang trunk, menurunkan beban pada otot-otot spine, dan meningkatkan stabilitas trunk. Kontraksi otot abdominal akan meningkatkan bracing dari lumbar spine. M. rectus abdominalis dan m. oblique abdominal mengaktivasi pola pada gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang meningkatkan tekanan intra abdominal terjadi sebelum gerakan segmen yang besar pada anggota gerak atas (Quinn, 2012).

Pada segmen spine terjadi stabilisasi sebelum adanya gerakan- gerakan pada anggota gerak yang terjadi untuk membuat anggota gerak menjadi lebih stabil dalam melakukan gerak dan aktivasi otot. Pada sebagian kecil short muscle seperti m. multifidus dan m. erector spine memberikan kontribusi stabilisasi pada colum vertebre mengikuti gerak tubuh dan fungsi untuk bekerja lebih efisien dalam mengontrol gerakan spine.

Gambar 10. Deep and Superficial Core Muscle (Aylinmahmut, 2017)

(42)

3. Fungsi Static Core Muscle

Fungsi static core muscle adalah kemampuan seseorang untuk menyelaraskan dan menstabilitasi/menjaga tubuh tetap diam melawan dorongan kekuatan dari luar. Ketika atlet menembak menjaga tubuhnya tetap diam melawan dorongan tolakan yang ditimbulkan dari tembakan peluru. (Quinn, 2013).

4. Jenis-jenis Latihan Static Core Exercise

Latihan memperkuat otot-otot core merupakan latihan yang diberikan pada fase awal latihan kekuatan, sebelum melatih tujuan latihan kekuatan lainnya seperti kekuatan daya tahan (strength endurance), kekuatan maksimal (maximal strength) dan kekuatan yang cepat (speed strength/power). Jenis latihan kekuatan otot-otot core bermaca-macam, bisa menggunakan alat atau juga tanpa alat seperti bola keseimbangan, balance disk dan lain sebagainya. Latihan ini dilakukan dengan pengulangan sebanyak 12-20 kali, 1-3 set, dengan tahanan 3-10 detik untuk gerakan statis (Hermawan, 2012).

Latihan core stability exercise selama 3 minggu (3 kali seminggu dengan interval 1 hari) dapat memberikan pengaruh terhadap keseimbangan dinamis pada remaja flat foot usia 18-25 tahun, berdasarkan penelitian tentang Pengaruh Core Stability Exercise Terhadap Keseimbangan Dinamis pada Remaja Flat Foot Usia 18-25 Tahun (Winanda, 2017). Penelitian lain tentang “Pelatihan Core Stability dan Balance Board Exercise Lebih Baik Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dibandingkan dengan Balance Board Exercise pada

(43)

Mahasiswa Usia 18–24 Tahun dengan Kurang Aktivitas” dikatakan latihan core stability selama 4 minggu dapat meningkatkan keseimbangan dan permorma para athlet selam 3x/minggu (Berbudi, 2015). Berikut beberapa jenis latihan static core exercise :

a. Supine Single Leg Marching

Latihan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, target Supine Single Leg Marching ialah kekuatan dengan memfokuskan kerja otot gluteus, hamstring, dan abdominal. Cara melakukan, Berbaring terlentang dengan menekuk kedua lutut dan kedua kaki menapak rata pada lantai. Angkat pinggul dari lantai hingga membentuk garis lurus dari lutut hingga bahu. Kencangkan otot inti tubuh. Tanpa menurunkan pinggul, angkat satu kaki dari lantai. Kembalikan posisi kaki ke lantai dan ulangi dengan kaki lainnya. Jaga posisi pinggul dan tubuh bagian atas agar tetap stabil selama melakukan gerakan.

Pastikan untuk mengencangkan otot gluteus pada puncak gerakan untuk kontraksi penuh.

Gambar 11. Latihan Supine Single Leg Marching (Natmessnig, 2016)

(44)

b. Bird Dog

Bird Dog adalah latihan yang sangat baik untuk menstabilkan tulang belakang lumbal, memperbaiki kontrol postur, meluruskan tulang belakang, mengurangi nyeri punggung bawah dan memperkuat bahu selama gerakan ekstremitas atas dan bawah.

Latihan ini mempengaruhi kelompok otot besar seperti gluteus maximus, hamstring, quadratus lumborum, rectus abdominis, pectoralis mayor, dan otot korset bahu, juga dapat dilakukan individu sehat dan dapat mambantu atlet dan olahragawan aktif.

Cara melakukan, mulai merangkak dan tangan selebar bahu menekan tanah, posisi lutut dan kaki selebar pinggul. Hindari punggung melengkung, Perlahan naikkan dan luruskan lutut kiri tanpa putaran di pinggul sambil angkat dan luruskan lengan kanan sampai keduanya sejajar tanpa miring ke bahu, tahan dan harus tetap selaras dengan tulang belakang sepanjang gerakan. Turunkan kaki dan lengan ke posisi awal dan ulangi dengan anggota tubuh yang berlawanan.

Gambar 12. Latihan Bird Dog (Natmessnig, 2016)

(45)

c. Creepy Crawly Plank

Latihan ini dapat dilakukan oleh siapa saja, tapi sangat baik bagi pelari karena membantu mengembangkan stabilitas dan kekuatan untuk berjalan efisien. Creeply Crawly Plank mempengaruhi otot abdominal, lower back and hip flexor. Cara melakukan, posisi plank tinggi kuat dan tangan lurus selebar bahu menekan tanah. Libatkan gluteus dan aktifkan core untuk menjaga punggung lurus. Bahu dan punggung harus berada dalam garis lurus. Bawa lutut kiri ke bagian luar siku kiri terlebih dahulu, kemudian angkat lutut ke samping dengan mempertahankan sudut 900 dengan kaki, tahan kamudian kembali posisi awal dan beraih ke sisi lain.

Gambar 13. Latihan Creepy Crawly Plank (Natmessnig, 2016)

(46)

5. Tujuan dan Manfaat Static Core Exercise

Static Core Exercise dapat meningkatkan stabilitas postur yang baik, sehingga mendukung efisiensi gerakan pada lengan dan tungkai (ekstremitas). Ini berarti, seiring peningkatan kekuatan otot-otot inti juga menghasilkan peningkatan pada anggota gerak. Melatih otot core juga dapat mengoreksi ketidakseimbangan postur yang mana dapat meningkatkan penampilan saat berjalan dan mencegah terjadinya cidera (Seftian, 2014).

6. Pentingnya Static Core Exercise Bagi Pemain Futsal

Static core exercise dapat meningkatkan keseimbangan dan stabiitas pada remaja, sehingga dalam melakukan aktifitas sehari-hari berjalan dengan baik, karena semakin stabil tulang belakang akan semakin kecil kemungkinan orang tersebut mengalami cidera. Latihan ini juga berperan penting dalam memberikan kekuatan lokal dan mengontrol posisi dan gerak dari trunk sampai pelvic yang digunakan untuk melakukan gerakan secara optimal (Ahmadi, 2012).

Pada permainan futsal keseimbangan yang diperlukan merupakan keseimbangan dinamis mencakup kemampuan improvisasi pergerakan transisi secara tim dari pola meyerang bertahan atau bertahan menyerang.

karena jika hanya dilakukan secara monoton, maka kubu lawan akan dengan mudah untuk mengantisipasinya, oleh karena itu static core exercise sangat dibutukan bagi pemain futsal karena dapat meningkatkan keseimbangan dan juga pencegahan cedera (Anwar, 2014).

(47)

C. Tinjauan Hubungan antara Static Core Exercise dengan Kesimbangan Dinamis

Pada saat berdiri otot-otot leher, trunkus, panggul, ekstensor lutut, dan plantar fleksor menjaga agar tubuh tetap tegak, bersamaan dengan hal itu terjadi goyangan postural sebagai usaha otot-otot diatas untuk mempertahankan stabilitas postur. Otot-otot tersebut disebut otot postural, secara terus menerus menjaga agar pusat massa tubuh berada di dalam landasan penunjang. Pusat massa tubuh didefenisikan sebagai titik dimana jumlah gaya yang bekerja padanya sama dengan nol sehingga tubuh berada dalam keseimbangan (Utami, 2014).

Static Core exercise secara efektif harus melibatkan otot-otot yang meliputi abdominal muscles and back muscles (erector spine) dengan gerak penguatan dan penguluran dan terjadi dalam 3 bidang gerak melibatkan sistem otot, sistem sendi, sistem saraf. Otot-otot pelvic floor dan abdominal diperlukan untuk meningkatkan tekanan pada perut yaitu Intra Abdominal Pressure, untuk menopang trunk, menurunkan beban pada otot-otot spine, dan meningkatkan stabilitas trunk. Tiap gerakan otot menimbulkan perangsangan terhadap muscle spindle, golgi tendon organ, dan pacinian copuscle. Kesadaran akan posisi sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Integrasi visual, vestibular dan proprioseptif yang memberi informasi ke sistem saraf pusat, kemudian sistem neuromusculoskeletal sebagai efektor yang mengadaptasi secara cepat prubahan posisi dan postur (Utami, 2014).

(48)

Kontraksi otot abdominal akan meningkatkan bracing dari lumbar spine. M. rectus abdominalis dan m. oblique abdominal mengaktivasi pola pada gerakan anggota gerak bawah, sekaligus memberikan postural support sebelum anggota gerak bawah bergerak. Oleh karena itu, kontraksi yang meningkatkan tekanan intra abdominal terjadi sebelum gerakan segmen yang besar pada anggota gerak atas (Quinn, 2012). Sehingga static core exercise dapat membentuk kekuatan otot-otot postural, hal ini akan meningkatkan stabilitas pada trunk dan postur sehingga dapat meningkatkan keseimbangan.

Kerja otot yang sinergi berarti bahwa adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan fungsi gerak tertentu (Nugroho, 2011).

Keseimbangan terbaik adalah ketika COM dan COG dipertahankan di atas BOS. Aktifitas fisik olahraga adalah perubahan-perubahan fungsional yang terjadi sebagai respon terhadap satu sesi olahraga dan adaptasi yang terjadi akibat sesi olahraga yang berulang teratur. Olahraga sering memerlukan koordinasi berkepanjangan di antara berbagai sistem tubuh, termasuk sistem otot, tulang, saraf, sirkulasi, pernapasan, kemih, integumen (kulit), dan endokrin (pembentuk hormon) (Sherwood, 2013). Dalam melakukan olahraga futsal, seorang pemain tentu tidak terlepas dari risiko cedera olahrga. Kontak langsung antara pemain telah menjadikan sepak bola/futsal sebagai olahraga yang berisiko tinggi terhadap cedera.

Keseimbangan merupakan salah satu unsur-unsur kondisi fisik dalam permaianan sepak bola/futsal. Terutama keseimbangan dinamis diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, seperti ketika

(49)

menghidari lawan, menendang jarak dekat maupun jarak jauh (Swandari, dkk., 2015). Keseimbangan dinamis juga sangat diperlukan dalam melakukan teknik-teknik bermain futsal untuk mendapatkan efektifitas serta efesiensi dalam bermain futsal, diantaranya mengumpan (passing), menahan bola (control), menggiring bola (dribbling), dan menembak (shooting) (Riyadi, 2013).

Peningkatan kemampuan kerja otot akibat latihan disebabkan oleh perubahan fisiologis yang terjadi pada system neuromuscular berupa fungsi dan cara kerja organ-organ tubuh mahkluk hidup (Anggriawan, 2015).

Latihan selain membangun kekuatan, juga dapat meningkatkan unsur-unsur kondisi fisik yang lain. Jika latihan bertujuan mengembangkan salah satu komponen biomotor misalkan kekuatan, maka latihan itu dapat berpengaruh terhadap kemampuan biomotor lain, misalkan daya tahan otot, kecepatan, dan eksplosive power. Kekuatan sudah digambrakan sebagai usaha maksimal yang bisa dilakukan oleh otot atau kelompok otot untuk mengatasi sebuah tahanan. Peningkatan kekuatan otot tergantung pada faktor yang dapat disesuaikan dengan latihan, karena tekanan-tekanan tertentu, seperti latihan kekuatan (weight training), benang-benang otot akan bekerja menjawabnya dengan bekerja lebih efisien dan lebih responsif terhadap ransangan yang datang dari pusat sususnan saraf. Pengendalian sistem saraf yang lebih efesien berarti otot-otot menjadi lebih terkoordinir (Suharjana, 2013).

Aktivasi otot-otot core digunakan untuk menghasilkan rotasi spine.

Static core exercise dan kekuatan adalah komponen yang penting untuk memaksimalkan efisiensi keseimbangan dan fungsi pada gerakan upper dan

(50)

lower ekstremitas. Penguatan core muscle akan memiliki efek pada tugas- tugas yang mencakup gerak seluruh tubuh dan kontrol postural dinamis (Susanto, 2014).

Kontrol postural dinamis berperan dalam tugas fungsional yang berguna untuk gerakan fungsional, aktivitas dinamik menyebabkan COG berpindah sebagai respon terhadap aktivitas neuromuscular. Kontrol dinamik penting dalam banyak fungsi juga membutuhkan integrasi proprioseptif, kekuatan, dan ROM, karena lingkup gerak sendi merupakan komponen penting keseimbangan dimana kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerak yang memerlukan keseimbangan yang tinggi (Nugroho, 2011). Seseorang yang mampu mengubah arah dari posisi satu keposisi yang lainnya atau posisi yang berbeda dalam kondisi dan kemampuan gerak yang baik berarti memiliki tingkat keseimbangan yang cukup baik (Imaningsih, 2015).

(51)

D. Kerangka Teori

Bagan 14. Kerangka Teori Kondisi Fisik Keseimbangan Dinamis

Teknik dasar futsal:

1. Passing 2. Control 3. Dribbling 4. Shooting

Static Core Exercise

Aktivitas abdominal and back muscle

Kontraksi core muscle

Perubahan stabilitas postur

Sistem otot Sistem sendi

Sistem saraf

Koordinasi intermuscular

↑ Bracing pada spine Respon neuromuscular

↑ Proprioseprik ↑ Kekuatan otot ↑ Kontrol motorik

↑ Kontrol postural

↓ Resiko cedera Perubahan keseimbangan dinamis Perubahan

fisiologi sistem neuromuscular Integrasi sistem visual, sistem vestibular, sistem proprioseptik

↑ Kerjasama antara grup otot yang

berbeda

(52)

35

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Antara Variabel Dependen

Variabel Kontrol Variabel Perancu

Bagan 15. Kerangka Konsep

B. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian pada rumusan masalah, maka dapat diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat perubahan nilai keseimbangan dinamis anatara sebelum dan setelah diberikan static core exercise pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

2. Ada pengaruh pemberian static core exercise terhadap perubahan keseimbangan dinamis pada pemain futsal ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto.

1. Perubahan stabilitas Postur

2. Perubahan koordinasi neuromuscular

3. Respon neuromuscular

Perubahan Keseimbangan

Dinamis Static Core Exercise

1. Aktivitas fisik 2. Psikologis 3. Makanan 4. Usia

5. IMT

6. Jenis kelamin

7. Gangguan vestibular, visual dan proprioseptik

(53)

36

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental jenis pre-experimental, dengan rancangan one group pre-test post-test design. Rancangan ini digunakan dengan maksud untuk mengetahui perubahan keseimbangan dinamis setelah pemberian static core exercise. Adapun desain penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

T

1

X T

2

Bagan 16. One group Pre-test Post-test design

Keterangan:

T

1 = Pre-test keseimbangan dinamis

X

= Pemberian static core exercise

T

2 = Post-test keseimbangan dinamis

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 2 Jeneponto.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini telah berlangsung pada tanggal 10 April sampai dengan 04 Mei 2018.

T

1

X T

2

(54)

A. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota futsal pada ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto berjumlah 25 orang.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini diperoleh sebanyak 23 responden yang berasal dari jumlah populasi yang dipilih menggunakan formula teknik purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yang ada sebagai berikut:

a.

Kriteria Inklusi

1) Anggota futsal yang mengikuti ekstrakurikuler futsal SMA Negeri 2 Jeneponto dan aktif mengikuti latihan

2) Jenis kelamin laki-laki 3) Usia 15-17 tahun

4) Bersedia menjadi responden penelitian dengan menandatangani informed consent

b. Kriteria Ekslusi

Seluruh kriteria eksklusi dapat dibuktikan melalui hasil wawancara dengan responden.

1) Memiliki riwayat cedera seperti fraktur pada area lumbal 2) Memiliki gangguan vestibular

3) Memiliki gangguan visual

(55)

n =

pada penelitian ini, jumlah sampel minimum yang peneliti gunakan dengan menggunakan rumus slovin sebagai berikut:

1 + ²

Keterangan:

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

e = Batas toleransi kesalahan

nilai e = 0,1 (10%) untuk populasi dalam jumlah besar nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil

Berdasarkan rumus tersebut, maka jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

25 n =

(1+(25 x 0,2 x 0,2))

n = 13

Jadi besar sampel minimal yang diperlukan adalah 13 orang, dan pada penelitian ini sampel berjumlah 23 orang yang artinya memenuhi syarat penelitian karena lebih dari sampel minimal.

(56)

B. Alur Penelitian

Bagan 17. Alur Penelitian

C. Variabel Penelitian 1. Identifikasi variabel

Variabel penelitian ini terdiri dari 2 variabel, yaitu: independen dan dependen, serta 2 variabel antara yaitu: stabilitas dan koordinasi :

a. Variabel independen dalam penelitian ini adalah Static Core Exercise b. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan

keseimbangan dinamis

c. Variabel antara dalam penelitian ini adalah stabilitas dan koordinasi 2. Definisi operasional variabel

a. Static Core Exercise adalah salah satu teknik latihan dari core exercise yang difokuskan pada core muscle untuk memperkuat dan menstabilkan spine dengan kontraksi otot isometrik. Latihan dilakukan

Studi

Pendahuluan

Memilih &

Merumuskan Masalah

Izin Penelitian Observasi

Masalah

Pengambilan data awal Penentuan

Populai &

Sampel Menyusun

Instrumen Pretest (One

Foot Standing Balancing)

Memberikan Perlakuan (Static Core

Exercise)

Posttest (One Foot Standing Balancing)

Pengolahan

& Analisis data

Laporan Penelitian

(57)

selama 4 minggu dengan 3 kali latihan tiap 1 minggu dengan 10 kali repetisi dan 5 detik kontraksi tiap sisi. Dalam latihan ini diberikan 3 bentuk Exercise, yaitu: Supine Single Leg Marching, Bird Dog, dan Creepy Crawly Plank. Berikut metode dan dosis latihannya:

(F) Frekuensi : 3 kali/minggu (4 minggu)

(I) Intensitas : 1 set kali 10 repetisi tiap sisi (kaki kanan dan kaki kiri), tahan selama 5 detik

(T) Teknik : Supine Single Leg Marching, Bird Dog &

Creepy Crawly Plank (T) Time : 5 menit

b. Perubahan keseimbangan dinamis adalah kemampuan tubuh untuk mengontrol dan mempertahankan posisi dalam keadaan bergerak agar tubuh tetap berada dalam bidang tumpuan. Keseimbangan dinamis dapat diukur dengan menggunakan One Foot Standing Balance Test.

Hasil dari pengukuran akan dibandingkan, sebelum dan sesudah perlakuan. Berikut kriteria objektif untuk laki-laki (Halim, 2011) :

1) Sangat bagus : ≥ 17 detik 2) Bagus : 11 – 16 detik 3) Sedang : 5 – 10 detik 4) Kurang : 3 – 4 detik 5) Sangat kurang : 1- 2 detik

c. Perubahan stabilitas dan koordinasi adalah kemampuan dalam menstabilkan gerakan tubuh dari dinamis ke statis melalui kemampuan koordinasi sebagai komponen dasar dalam keterampilan

(58)

motorik yang akan terganggu apabila keseimbangan antara fungsi otot berkurang. Pemeriksaan tingkat stabilitas diukur menggunakan bridging exercise yang dinilai berdasarkan satuan menit dan koordinasi diukur menggunakan soccer wall volley test yang dinilai berdasarkan jumlah sepakan atau tendangan. Sebelum diberikan static core exercise, terlebih dahulu sampel diukur kemampuan stabilitas dan koordinasinya untuk mengetahui nilai pre test, kemudian setelah diberikan 12 kali static core exercise maka sampel akan diukur stabilitas dan koordinasinya kembali untuk menilai post test dari sampel itu sendiri untuk mengetahui perbedaan skor pada pre test dan post tes. Adapun kriteria objektifnya:

Meningkat : hasil nilai post-test lebih besar dari hasil nilai pre-test Menetap : hasil nilai post-test sama dengan hasil nilai pre-test Menurun : hasil nilai post-test lebih kecil dari hasil nilai pre-test D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui empat tahapan yaitu:

1. Tahap Persiapan:

a. Mengurus surat izin penelitian

b. Peneliti membuat surat persetujuan dan harus ditandatangani subyek, yang isinya bahwa subyek bersedia menjadi sampel penelitian ini sampai dengan selesai.

c. Melakukan sosialisasi tentang yang akan dilaksanakan kepada subyek dan instansi penelitian.

d. Menyiapkan instrumen penelitian

(59)

2. Tahap pre-test:

a. Instrumen Pengukuran 1) Ruangan yang rata 2) Balance board 3) Stop watch 4) Alat tulis

b. Prosedur Pengukuran

1) Peserta tes mengatur balance board yang diletakkan di atas permukaan lantai yang rata dan meletakkan kaki yang diinginkan di tengah balance board.

2) Perlahan-lahan mengangkat kaki yang lain dari lantai, Pertahankan sikap keseimbangan di atas balance board selama mungkin.

3) Waktu mulai dihitung (stop watch dijalankan) pada saat kaki meninggalkan lantai, stop watch dihentikan apabila kaki peserta tes menyentuh lantai atau tidak dapat mempertahankan keseimbangan tubuhnya, kesempatan diberikan sebanyak 3 kali.

4) Waktu terbaik 3 kali kesempatan yang diukur berdasarkan detik dicatat sebagai hasil akhir peserta tes. Hasil yang diperoleh kemudian dikonversikan dalam kriteria objektif dari keseimbangan dinamis sebagai distribusi dari penilaian pengukuran. Adapun kriteria objektif keseimbangan laki-laki (Halim, 2011):

a)

Sangat bagus : ≥ 17 detik b) Bagus : 11 – 16 detik c) Sedang : 5 – 10 detik

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan (1) menghitung nilai ekonomi total hutan kota (nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung, nilai pilihan, nilai warisan, dan nilai

Menurut Moleong (2000: 3), penelitian kualiatif menghasilkan data deskriptif yaitu berupa kata-kata atau lisan dari subyek yang diamati menggunakan pendekatan yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa Kadar Gula Darah Sebelum Senam Diabetes Pada Pasien DM Tipe II, distribusi rata-rata kadar gula darah sebelum ditunjukkan sebesar

Perbaikan kualitas adalah usaha untuk mereduksi variabilitas pada proses dan produk...

di dalam botol selai yang tertutup rapat mempengaruhi laju respirasi dari kecambah pada tiap perlakuan, yang dapat dilihat dari kadar CO 2 yang dihasilkan.. Suhu dalam oven

Disamping itu pada kondisi pemeliharaan ayam buras saat ini dimana peternak sudah melaksanakan pemeliharaan di kandang batere untuk tujuan memproduksi telur konsumsi, maka dengan

Mampu menerapkan penguasaan konsep-konsep biologi dan ilmu pendidikan dalam melaksanakan pembelajaran biologi dalam bahasa Indonesia dan atau salah satu bahasa

sering g adala# tulang&amp;t adala# tulang&amp;tulang pan!ang. Pada ulang pan!ang. Pada anak&amp;a anak&amp;anak&#34; nak&#34; sarkom sarkoma a e$ing merupakan tumor