PENGARUH DEWAN KOMISARIS TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI
VARIABEL MODERASI
Jenis Sesi Paper : Full paper
Abstract : This study aims to examine the effect of the board of commissioners on firm value
with Corporate Social Responsibility (CSR) as a moderating variable. The sample used in this study is a manufacturing company listed on the Indonesia Stock Exchange, the Indonesia Stock Exchange (IDX). 2016-2019. Sampling using purposive sampling method and obtained 64 companies. This study uses multiple regression analysis and Moderated Regression Analysis (MRA). The results of the study indicate that the board of commissioners has an effect on firm value. Corporate Social Responsibility (CSR) is able to moderate the influence of the board of commissioners on firm value.
Keywords : board of commissioners, firm value, CSR
Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk menguji dewan komisaris terhadap nilai perusahaan
dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 64 perusahaan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dan Moderate Regression Analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memperkuat pengaruh positif dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.
Kata Kunci : dewan komisaris, nilai perusahaan, CSR.
1. Pendahuluan
Setiap perusahaan ingin memilliki tingkat keuntungan yang optimal dan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Perusahaan dengan nilai yang tinggi merupakan suatu perusahaan dengan posisi keuangan yang baik dan pengawasan yang optimal (Dhani & Utama, 2017). Semakin tingginya harga saham, maka akan semakin tinggi pula nilai perusahaan. harga saham yang tinggi akan menarik kepercayaan investor terhadap kinerja yang telah dilakukan oleh perusahaan. Untuk memperoleh tingkat keuntungan yang maksimal, manajer keuangan dituntut untuk bisa mengelola keuangan dengan benar (Tunggal, 2018). Apabila nilai perusahaan tinggi maka akan berdampak positif bagi perusahaan, dimana para pemegang saham akan tetap mempertahankan investasinya dan juga akan menarik para calon investor baru untuk menanamkan modal di perusahaan.
Pada tahun 2018, terjadi fenomena dimana harga saham PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) turun 39,81 dan harga terakhir Rp 6.500 per saham. Pada saat yang sama, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) naik 4,35% menjadi Rp 480 per saham. Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan industri pengolahan atau manufaktur mengalami penurunan sepanjang 2019. Suhariyanto selaku kepala BPS, mengatakan pertumbuhan manufaktur pada kuartal IV 2019 lebih rendah 3,66% dibandingkan pertumbuhan kuartal IV tahun 2018 sebesar 4,25%. Dibandingkan tahun 2018, industri manufaktur juga mengalami penurunan sepanjang tahun 2019. Industri manufaktur tumbuh sebesar 3,8% pada 2019, yaitu 12,4% dari peningkatan 4,3% pada industri manufaktur pada 2018 (cnbcindonesia.com, 2020).
Faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan yaitu dewan komisaris. Dewan komisaris merupakan lembaga pengawas yang bertanggung jawab untuk mengawasi operasional perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan (Lestari et al., 2020). Dewan komisaris juga melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada dewan direksi sesuai dengan kepentingan perusahaan. Apabila kinerja dewan komisaris baik, maka nilai perusahaan akan semakin meningkat. Ketika tugas dewan komisaris dalam mengawasi dewan direksi dan manajer dalam melaksanakan kinerjanya bagus maka akan mempengaruhi citra perusahaan. Dewan komisaris diukur dengan jumlah anggota dewan komisaris.
Dengan bertambahnya jumlah anggota dewan komisaris maka efektivitas pengawasan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai perusahaan dapat ditingkatkan (Laily, 2019).
Menurut Amaliyah & Herwiyanti (2019) dewan komisaris bertugas untuk mengawasi dan memberikan petunjuk serta arahan bagi pengelola perusahaan dan juga manajemen. Dewan komisaris dapat diukur melalui jumlah anggota dewan komisaris. Semakin banyak jumlah anggota dewan komisaris maka semakin efektif fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris. Melalui Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan dapat berjalan sesuai dengan target perusahaan, tercapainya target yang diinginkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan sesuai harapan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan demikian Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memperkuat hubungan dewan komisaris dengan nilai perusahaan.
2. Landasan Teori Dan Pengembangan Hipotesis
2.1 Landasan Teori Teori Keagenan
Teori ini menjelaskan mengenai hubungan antara principal (pemegang saham) dan agen (manajer). Pemegang saham memberikan wewenang kepada manajemen untuk mengelola aset perusahaan agar mendapat keuntungan kepada pemegang saham. Pemberian wewenang terhadap manajemen dapat menimbulkan konflik kepentingan antara pemegang saham dan manajer atau sering disebut dengan masalah keagenan (agency problem). Konflik kepentingan akan semakin meningkat karena pemegang saham tidak dapat mengawasi secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh manajer untuk memastikan apakah manajer bekerja sesuai dengan keinginan pemegang saham (Theresia & Nuritomo, 2016).
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan dapat dikatan sebagai persepsi pihak eksternal pada tingkat keberhasilan perusahaan yang sering dikaitkan dengan harga saham dan nilai tambah bagi pemegang saham (Wardani & Susilowati, 2020). Setiap perusahaan harus mampu memaksimalkan tingkat keuntungan yang besar. Tingginya nilai perusahaan menjadi keinginan para pemilik perusahaan, karena tingginya nilai menandakan kemakmuran pemegang saham juga tinggi (Wardani &
Juliani, 2018). Semakin tinggi harga saham dalam perusahaan, akan berdampak pada tingginya nilai perusahaan.
Dewan Komisaris
Dewan Komisaris merupakan dewan yang bertugas dalam mengawasi dan memberikan nasihat kepada dewan direksi dan manajemen. Dewan komisaris diukur dengan jumlah anggota komisaris. Menurut (Wibowo, 2016) dewan komisaris berperan penting dalam perusahaan terutama pada pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG). Semakin baik tugas dewan komisaris maka semakin bagus kinerja manajemen dalam menghasilkan laba.
Corporate Social Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan program yang dimiliki oleh perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada para pemangku kepentingannya.
Menurut Novitasari et al (2020) tanggung jawab sosial perusahaan adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat dan lingkungannya. Pengungkapan CSR suatu perusahaan sangat membantu dalam meningkatkan citra dan harga sahamnya. Jika suatu perusahaan tidak memulai kegiatan CSR, maka akan berdampak buruk bagi perusahaan. Untuk mengurangi dampak buruk, bisnis dapat mengungkapkan informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Pengukuran CSR menggunakan pedoman GRI versi G4 yang terdiri dari 91 item meliputi 6 kategori yaitu kinerja ekonomi, kinerja lingkungan, tenaga kerja, HAM, sosial masyarakat, serta tanggung jawab produk (Widianingsih, 2018).
2.2 Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan
Dewan komisaris merupakan dewan yang bertugas mengawasi dan memberikan masukan kepada dewan direksi perusahaan. Menurut Adestian (2015) dalam sebuah perusahaan, direksi merupakan mekanisme internal utama untuk menjalankan fungsi pengawasan prinsipal dan mengendalikan perilaku oportunistik manajemen. Peningkatan jumlah anggota dewan dapat meningkatkan efektivitas pengawasan dewan untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan (Laily, 2019). Semakin bagus kinerja dewan komisaris maka semakin bagus pula citra perusahaan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marini & Marina (2017) menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.berdasarkan uraian diatas hipotesis
H1 : Dewan Komisaris Berpengaruh Positif Terhadap Nilai Perusahaan.
Corporate Social Responsibility (CSR) Dapat Memperkuat Pengaruh Positif Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan dalam wujud kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Menurut Jo & Harjoto (2012) mengatakan bahwa Corporate Social Responsiility (CSR) sebagai tindak lanjut bagi perusahaan dalam penerapan Corporate Governance (CG) yang efektif, sehingga dapat mewujudkan sustainability yang tercipta melalui implementasi bisnis yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dengan pengungkapan CSR diharapkan dapat mendapat kepercayaan dari investor. Adanya Corporate Social Responsibility (CSR) diharapkan dapat berjalan sesuai dengan target perusahaan, tercapainya target yang diinginkan oleh perusahaan menunjukkan bahwa fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris berjalan sesuai yang diharapkan, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prastuti & Budiasih (2015) menyatakan bahwa CSR mampu memoderasi proporsi dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. berdasarkan uraian diatas maka hipotesis penelitian ini adalah
H2 : Corporate Social Reponsibility (CSR) Mampu Memperkuat Pengaruh Positif Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan.
3. Metode Penelitian
3.1 Jenis Penelitian Yang Digunakan
Penelitian ini bersifat kuantitatif yang menggunakan data sekunder. Data penelitian didapat dari website Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi yan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016-2019.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2016-2019. Jumlah perusahaan yang digunakan pada tahun tersebut sebanyak 64 perusahaan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah populasi yang memenuhi kriteria dalam penelitian sebanyak 64 perusahaan dengan data sebanyak 246 data.
Tabel 1 Sampel Terpilih
No Kriteria Jumlah
1 Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2016- 2019
144 2 Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dengan mata
uang asing
(24) 3 Perusahaan yang tidak memiliki data mendukung (56) 4 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 64
5 Periode pengamatan 4 x 64 256
6 Data outlier (10)
Jumlah sampel 246
Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah 3.3 Definisi Dan Pengukuran Variabel
Nilai Perusahaan
Menurut Firmansyah et al (2020) Nilai perusahaan adalah perspektif investor perusahaan pada berbagai tingkat keberhasilan yang terkait dengan harga saham. Nilai perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan rasio harga saham aset bersih (PBV).
PBV : Harga lembar per saham Nilai buku per saham Dewan Komisaris
Menurut Laily (2019) dewan komisaris merupakan organ perusahaan yang melakukan fungsi monitoring dan implementasi kebijakan direksi dan kinerja manajemen. Dewan komisaris dihitung berdasarkan jumlah anggota dewan komisaris. Penelitian ini mengikuti perhitungan yang dilakukan oleh Hadiprajitno (2014).
Dewan komisaris = anggota dewan komisaris Corporate Social Responsibility (CSR)
Variabel pemoderasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Corporate Social Responsibility (CSR). CSR atau tanggung jawab sosial merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan dalam memperbaiki kerusakan lingkungan yang disebabkan akibat kegiatan perusahaan (Retno & Priantinah, 2012). Corporate Social responsibility (CSR) dapat diukur menggunakan GRI versi G4 mengikuti perhitungan yang dilakukan oleh Lestariwati et al (2020).
CSRi = Xi n
3.4 Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini merupakan statistik deskriptif dan diolah menggunakan SPSS 16. Uji kualitas data melalui uji asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Untuk pengujian uji hipotesis yang digunakan yaitu uji F, uji determinansi (R²), dan uji T.
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Tabel 2 Uji Normalitas
Unstandardized Residual
N 246
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .91206523
Most Extreme Differences Absolute .061
Positive .061
Negative -.049
Kolmogorov-Smirnov Z .954
Asymp. Sig. (2-tailed) .322
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan hasil tabel 2 uji normalitas diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,322 0,05.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa data yang digunakan berdistribusi normal
.
Uji MultikolinieritasTabel 3 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF
1 LN_X1 .971 1.030
LN_Z .971 1.030
a. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan hasil tabel 3 uji multikolinieritas menunjukkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.
Hal ini dilihat dari nilai tolerance lebih dari 0,1 dan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dibawah 10. Jadi, variabel dewan komisaris memiliki nilai tolerance sebesar 0,71 dan nilai VIF sebesar
1,030. Variabel Corporate Social Responsibility (CSR) nilai tolerance sebesar 0,971 dan nilai VIF sebesar 1,030.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4 Uji Heteroskedastisitas
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.860 .894 -.962 .337
LN_X1 -.577 .422 -.089 -1.369 .172
LN_Z .021 .262 .005 .079 .937
a. Dependent Variable: LN_RES Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan tabel 4 hasil uji heteroskedastisitas (uji park) diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil pengujian menunjukkan bahwa semua variabel independen memiliki nilai probabilitas lebih dari 0,05.
Uji Autokorelasi
Tabel 5 Uji Autokorelasi
Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah Series:Unstandardized Residual
Lag Autocorrelation Std. Errora
Box-Ljung Statistic
Value Df Sig.b
1 .640 .063 102.098 1 .000
2 .422 .063 146.548 2 .000
3 .217 .063 158.360 3 .000
4 .155 .063 164.424 4 .000
5 .137 .063 169.150 5 .000
6 .135 .063 173.766 6 .000
7 .120 .063 177.471 7 .000
8 .058 .062 178.341 8 .000
9 .126 .062 182.405 9 .000
10 .170 .062 189.863 10 .000
11 .189 .062 199.178 11 .000
12 .176 .062 207.218 12 .000
13 .195 .062 217.141 13 .000
14 .251 .062 233.730 14 .000
15 .312 .062 259.427 15 .000
16 .359 .061 293.688 16 .000
a. The underlying process assumed is independence (white noise).
b. Based on the asymptotic chi-square approximation.
Berdasarkan tabel 5 hasil uji autokorelasi (uji ljungbox) diketahui bahwa tidak terjadi autokorelasi. Hal ini berdasarkan dari hasil uji Ljung Box bahwa lag 16 berada diantara dua atau kurang dari dua sehingga tidak terjadi autokorelasi.
4.2 Pengujian Hipotesis Uji F
Tabel 6 Uji F
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 13.363 1 13.363 15.275 .000a
Residual 213.455 244 .875
Total 226.818 245
a. Predictors: (Constant), LN_X1 b. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan hasil uji model menunjukkan bahwa f hitung 15,275 dan nilai p sebesar 0,000. Jadi dapat disimpulkan bahwa p < 0,05, maka hipotesis dapat diterima. Artinya, variabel dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Uji R²
Tabel 7 uji R²
Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan hasil uji R² menunjukkan bahwa nilai Adjusted R Square adalah 0,055. Hal ini menunjukkan bahwa variabel dewan komisaris dapat mempengaruhi nilai perusahaan sebesar 5,5% sedangkan sisanya sebesar 94,5% dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
Uji T
Tabel 8 Uji T
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -.553 .212 -2.611 .010
LN_X1 .581 .149 .243 3.908 .000
a. Dependent Variable: LN_Y Sumber: Data Sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan tabel 8 menunjukkan hasil regresi bahwa variabel dewan komisaris memiliki nilai probabilitas 0,000 < 0,05 dan koefisiennya 0,581. Hal tersebut menunjukkan bahwa dewan
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .243a .059 .055 .93532
a. Predictors: (Constant), LN_X1
komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang menyatakan dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan dapat diterima.
4.3 Moderated Regression Analysis (MRA)
Model regresi yang diuji adalah sebagai berikut:
Y = α0 + β1X1 + β₄Z + β5 (X1*Z) + ε
a. Uji Moderate Regression Analysis (MRA) Ke-1
Tabel 9 Uji FSumber: Data Sekunder, 2021,diolah
Berdasarkan tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji f dengan nilai signifikansi 0,000 jauh lebih kecil dari 0,05 dengan nilai F hitung sebesar 11,238. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen LN_X1 dewan komisaris, LN_Z CSR, LN_X1_Z secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi nilai perusahaan.
Tabel 10 Hasil Uji R²
Sumber: Data sekunder, 2021, diolah
Berdasarkan tabel 10 merupakan hasil uji koefisien determinansi yang menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,111 atau 11,1%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel LN_dewan komisaris, LN_Corporate Social Responsibility (CSR) dan LN_X1_Z mampu memprediksi variabel nilai perusahaan sebesar 11,1%, sedangkan sisanya 88,9%
dipengaruhi oleh faktor lain di luar penelitian ini.
Uji 11 Hasil Uji T
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 27.735 3 9.245 11.238 .000a
Residual 199.083 242 .823
Total 226.818 245
a. Predictors: (Constant), LN_X1_Z, LN_X1, LN_Z b. Dependent Variable: LN_Y
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .350a .122 .111 .90700
a. Predictors: (Constant), LN_X1_Z, LN_X1, LN_Z
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) -2.008 .989 -2.030 .043
LN_X1 1.925 .614 .804 3.133 .002
LN_Z -.741 .448 -.499 -1.653 .100
LN_X1_Z .680 .284 .857 2.396 .017
a. Dependent Variable: LN_Y
Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa secara individu variabel LN_dewan komisaris nilai koefisien 1,925 dengan probabilitas siginifkansi 0,002. Variabel LN_Corporate Social Responsibility (CSR) nilai koefisien -0,741 dengan probabilitas signifkansi 0,100. Variabel moderasi LN_X1_Z memiliki nilai signifikansi 0,017 kurang dari 0,05, sehingga hipotesis 2 yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memperkuat pengaruh positif dewan komisaris terhadap nilai perusahaan diterima.
4.4 Pembahasan
Pengaruh Positif Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan
Hasil pengujian dewan komisaris terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini terlihat pada tabel 8 yang menunjukkan nilai signifikan 0,000 < 0,05 dan koefisiennya 0,581. Jadi dapat disimpulkan bahwa H1 dapat diterima. Menurut Marini & Marina (2017) megungkapkan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Dewan komisaris mampu mengawasi kinerja direksi dan manajemen dalam melaksanakan tugas. Semakin baik kinerja dewan komisaris maka semakin baik pula kinerja dari direksi dan manajemen dalam melakukan kegiatan perusahaan yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Banyaknya anggota dewan komisaris akan mempermudah dalam pengawasan terhadap dewan direksi, saran dan masukan yang diperoleh dari dewan direksi akan lebih banyak sehingga berpengaruh secara positif terhadap nilai perusahaan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marini & Marina (2017) yang menyatakan bahwa dewan komisaris berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
Peranan Corporate Social Responsibility (CSR) Dapat Memperkuat Dewan Komisaris Terhadap Nilai Perusahaan
Hipotesis yang menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memperkuat dewan komisaris terhadap nilai perusahaan terbukti. Hal ini dilihat dari tabel 11 yang menunjukkan bahwa variabel moderasi LN_X1_Z memiliki nilai 0,017 kurang dari 0,05.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memperkuat pengaruh positif dewan komisaris terhadap nilai perusahaan dapat diterima. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) mampu memperkuat pengaruh positif dewan komisaris terhadap nilai perusahaan. Menurut Jo & Harjoto (2011) pengungkapan CSR pada perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan bagi pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Adanya CSR dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat atau pihak ketiga pada perusahaan sangat terdukung dengan adanya kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR).
Berpengaruhnya Corporate Social Responsibility (CSR) pada hubungan dewan komisaris terhadap nilai perusahaan dapat disebabkan oleh pemegang saham yang maksimal dalam melakukan analisis terhadap pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan. Kinerja manajemen yang bagus dalam mengelola aset perusahaan dapat meningkatkan laba pada perusahaan, dengan laba yang tinggi manajemen akan meningkatkan pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan. Tingginya pengungkapan CSR akan menarik investor untuk berinvestasi, karena investor akan percaya pada perusahaan yang mengungkapkan CSR dengan sangat baik. Hal tersebut bisa meningkatkan nilai saham dan nilai perusahaan pun akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilkukan oleh Jo & Harjoto (2011) yang menyatakan bahwa CSR mampu memperkuat pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris tentang pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan dengan Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai variabel moderasi dilihat dari laporan keuangan perusahaaan manufaktur yang terdaftar Bursa Efek Indonesia (BEI). Analisis yang dilakukan menggunakan analisis regresi linier berganda. Data sampel sebanyak 64 perusahaan dengan 246 laporan tahunan selama 4 tahun yang menerbitkan laporan tahunan pada tahun 2016 sampai dengan tahun 2019. Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa dewan komisaris berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memoderasi pengaruh dewan komisaris terhadap nilai perusahaan.
5.2 Saran
Saran dari peneliti untuk penelitian selanjutnya dalam mengembangkan penelitian ini adalah:
1. Untuk penelitian selanjutnya bisa meneliti menggunakan periode dan objek penelitian yang berbeda, misalnya di sektor pertambangan, infrastruktur, dan perbankan.
2. Menambah jangka waktu periode penelitian dan menambah variabel lainnya untuk diuji
pengaruhnya terhadap nilai perusahaan.
Referensi
Adestian, Y. (2015). Pengaruh Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Komisaris Independen, Komite Audit Dan Ukuran Perusahaan Pada Kinerja Perusahaan Perbankan Yang Listing Di Bei Pada Tahun 2012-2014.
Amaliyah, F., & Herwiyanti, E. (2019). Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, Dan Komite Audit Terhadap Nilai Perusahaan Sektor Pertambangan. Jurnal Akuntansi, 9(3), 187–200. Https://Doi.Org/10.33369/J.Akuntansi.9.3.187-200
Cnbc.Com. (2020). Sektor Manufaktur Ri 2019 Lesu, 11 Saham Otomotif Ini Merana.
Https://Www.Cnbcindonesia.Com/Market/20200206164015-17-135908/Sektor-Manufaktur-Ri- 2019-Lesu-11-Saham-Otomotif-Ini-Merana
Dhani, I. P., & Utama, A. . G. S. (2017). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Modal, Dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan. Urnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Airlangga.
Firmansyah, D., Surasni, N. K., & Pancawati, S. (2020). Pengaruh Csr Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Good Corporate Governance Dan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi. E-
Jurnal Akuntansi, 30, 163–178. Https://Doi.Org/Doi:
Https://Doi.Org/10.24843/Eja.2020.V30.I01.P12
Hadiprajitno, K. P. B. (2014). Pengaruh Mekanisme Tata Kelola Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Agency Cost (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2010-2012). Diponegoro Journal Of Accounting, 3, 1–13.
Jo, H., & Harjoto, M. A. (2011). Corporate Governance And Firm Value: The Impact Of Corporate Social Responsibility. Journal Of Business Ethics, 103(3), 351–383.
Https://Doi.Org/10.1007/S10551-011-0869-Y
Jo, H., & Harjoto, M. A. (2012). The Causal Effect Of Corporate Governance On Corporate Social Responsibility. Journal Of Business Ethics, 53–72.
Laily, Y. N. (2019). Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Strata I Pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Lestari, D., Santoso, B., & Hermanto, H. (2020). Pengaruh Dewan Komisaris, Komite Direksi Dan Enterprise Risk Management Disclosure Terhadap Nilai Perusahaan. European Journal Of Anaesthesiology, 30(4), 945. Https://Doi.Org/10.24843/Eja.2020.V30.I04.P12
Lestariwati, N. R., Maslichah, & Dwiyani, S. (2020). Pengaruh Profitabilitas, Size, Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Pemoderasi. E-Jra Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Malang Pengaruh, 09(02), 47–
57.
Marini, Y., & Marina, N. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Humaniora, 1(1), 7–20.
Novitasari, A., Mulyani, A. T., A’yun, S. Q., Purwaningsih, T., & Suripto. (20202). Pengaruh Pengungkapan Csr ( Corporate Social Responsibility ), Kebijakan Dividen , Dan Tingkat Inflasi Teknik Pengumpulan Data. Program Studi Sarjana Akuntansi Universitas Pamulang, 36–41.
Prastuti, N. K. K., & Budiasih, I. G. A. N. (2015). Pengaruh Good Corporate Governance Pada Nilai Perusahaan Dengan Moderasi Corporate Social Responsibility. E-Jurnal Akuntansi, 13(1), 114–
129. Https://Ojs.Unud.Ac.Id/Index.Php/Akuntansi/Article/Download/11647/10712
Retno, R. D., & Priantinah, D. (2012). Engaruh Good Corporate Governancedan Pengungkapan Corporate Social Responsibilityterhadap Nilai Perusahaan. Nominal, 1.
Theresia, O., & Nuritomo. (2016). Pengaruh Penghindaran Pajak Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Informasi Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2015. 1–18.
Tunggal, C. A. (2018). Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Ukuran Dan Umur Perusahaan Sebagai Variabel Moderator (Studi Kasus Tahun 2014-2016) Pada Perusahaan Sub- Sektor Makanan Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bei. Journal Of Social And Politic, 1–16.
Wardani, D. K., & Juliani. (2018). Pengaruh Tax Avoidance Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi. Jurnal Nominal, 7, 47–61.
Wardani, D. K., & Susilowati, W. T. (2020). Pengaruh Agency Cost Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Transparansi Informasi Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal Akuntansi, Program Studi Akuntansi,
Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Maranatha., 12, 1–12.
Wibowo, S. (2016). Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, Dewan Komisaris, Kepemilikan Manajerial Dan Dewan Direksi Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2011 - 2015 (Studi Kasus: Top 10 Perbankan Terbaik Di Indonesia).
Widianingsih, D. (2018). Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, Serta Komite Audit Pada Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Csr Sebagai Variabel Moderating Dan Firm Size Sebagai Variabel Kontrol. Jurnal Akuntansi Dan Pajak, 19(1), 38.
Https://Doi.Org/10.29040/Jap.V19i1.196