• Tidak ada hasil yang ditemukan

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM PEMETAAN SUMBERDAYA LAHAN

(Pengukuran Beda Tinggi dengan Sipat Ukur Datar Profil Memanjang)

Oleh:

Kelompok : 4

Kelas/Hari/Tanggal : TEP Shift B/Rabu, 30 Maret 2016 Nama (NPM) : 1. Reimon Dion Ripera (240110140050)

2. Candra Melati (240110140057) 3. Yeyen Yulianti (240110140061) 4. Lia Genesya S (240110140086) 5. Istiqomah Haq (240110140088)

Asisten : Agung Ridwan

Encep Farokhi Mareta Gita Putri

LABORATORIUM KONSERVASI TANAH DAN AIR

DEPARTEMEN TEKNIK DAN MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN 2016

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bola bumi pada hakikatnya mendekati bentuk ellipsoida putar, sehingga untuk pengukuran pada permukaan bumi haruslah dipergunakan metode pengukuran pada bidang ellipsoida. Jadi pengukuran di atas permukaan bumi dan proses perhitungannya pun akan lebih sukar dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bidang datar. Pengukuran beda tinggi antara dua titik di atas permukaan tanah merupakan bagian yang sangat penting.

Pengukuran beda tinggi adalah suatu pekerjaan pengukuran untuk menentukan beda tinggi beberapa titik dimuka bumi terhadap tinggi muka air laut rata-rata.

Keadaan permukaan tanah yang berbeda-beda menyebabkan berbedanya tinggi suatu dataran di tiap wilayah. Untuk mengetahui bagaimana bentuk permukaan bumi, baik situasi maupun beda tinggi suatu titik dengan titik lain yang diamati pada permukaan tanah yaitu dengan mengukur jarak, luas, ketinggian, dan sudut kita dapat mengetahui keadaan dan beda tinggi titik-titik.

Pada pengukuran, sudut dan jarak menjadi unsur yang penting. Oleh sebab itu pengukuran-pengukuran bentuk permukaan bumi difokuskan pada pengukuran keduanya. Dalam praktikum ini, alat yang digunakan adalah waterpass. Karena begitu pentingnya pengukuran tersebut maka dilakukannya pengukuran beda tinggi dengan salah satu sipat ukur datar profil memanjang, dimana alat berada diantara titik-titik bidikan membentuk suatu garis lurus.

1.2 Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mampu melakukan pengukuran sipat datar profil dengan benar

1.3 Peralatan:

Peralatan yang dipakai pada praktikum kali ini adalah : 1. Alat tulis, berfungsi untuk alat bantu dalam perhitugan.

2. Formulir ukuran beda tinggi, berfungsi untuk mengisi data hasil pengukuran.

3. Jalon, berfungsi sebagai patokan terakhir pengukuran.

(3)

4. Kalkulator, berfungsi sebagai alat untuk menghitung.

5. Patok, berfungsi sebagai titik-titik acuan bidikan.

6. Rambu ukur, berfungsi sebagai media bidikan teodolit.

7. Tripod, berfungsi untuk menyimpan teodolit.

8. Unting-unting, berfungsi sebagai acuan alat ukur wilayah tegak lurus dengan permukaan.

9. Waterpass, berfungsi sebagai alat pengukur sipat datar.

1.4 Pelaksanaan praktikum:

Adapun langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum kali ini adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pematokan dengan 10 titik pada jalur yang akan diukur disertai dengan mengukur jarak dan arah diantara patok-patok tersebut sehingga posisinya dapat ditentukan atau digambarkan. Bila tidak dilakukan seperti ini, maka dengan cara melakukan pematokan sambil berjalan (ingat titik-titik untuk menempatkan rambu ini adalah lokasi yang mewakili bentuk/perubahan bentuk lahan).

2. Mendirikan alat di titik tertentu sepanjang jalur pengukuran, kira-kira ditengah antara rambu belakang (bidikan bawah awal) dan rambu muka (bidikan selanjutnya).

3. Mengukur dan mencatat tinggi alat (Hi).

4. Membidikkan alat ke rambu ukur yang dipasang dititik BM (titik BM dijadikan sebagai acuan/ingat teropong dalam keadaan mendatar).

5. Membaca dan mencatat bacaan rambu BA,BT dan BB. Bacaan bidikan ini merupakan bidikan/bacaan belakang.

6. Memutar waterpass sebanyak 180o searah jarum jam kemudian membidikkan alat ke rambu ukur yang dipasang di titik-titik berikutnya sebanyak mungkin selama titik-titik tersebut masih memungkinkan untuk dibidik.

7. Bila bidikkan sudah tidak memungkinkan terjangkau lagi, maka alat perlu dipindahkan. Tempat alat berikutnya ini harus dapat membidik ke titik sebelumnya yang telah dibidik pada pengukuran sebelumnya untuk dijadikan sebagai bidikan belakang.

8. Melakukan pengukuran seperti pada langkah (5) dan (6) dengan titik sebelumnya dijadikan sebagai bacaan belakang dan titik selanjutnya sebagai bacaan muka.

(4)

9. Melakukan terus langkah (7) dan (8) sampai akhirnya bidikan mukanya membidik ke titik terakhir, yaitu jalon.

10. Menghitung jarak dan beda tinggi pada setiap titik bidikan, kemudian menghitung elevasi lahan.

(5)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Dan Fungsi Pengukuran Beda Tinggi

Pengukuran beda tinggi dilakukan dengan menggunakan alat sipat datar (waterpass). Alat didirikan pada suatu titik yang diarahkan pada dua buah rambu yang berdiri vertical. Maka beda tinggi dapat dicari dengan menggunakan pengurangan antara bacaan muka dan bacaan belakang.

Rumus beda tinggi antara dua titik adalah sebagai berikut:

BT = BTB – BTA Keterangan : BT = beda tinggi

BTA = bacaan benang tengah A BTB = bacaan benang tengah B

Namun, apabila beda tinggi yang dicari adalah beda tinggi antara tempat alat dan bacaan muka terakhir dari alat tersebut maka persamaan yang dipakai adalah:

BT = Hi – BTM Keterangan: BT = beda tinggi

Hi = tinggi alat

BTM = bacaan tengah muka

Sebelum mendapatkan beda tinggi antara dua titik, diperlukan terlebih dahulu pembacaan benang tengah titik tersebut, dengan menggunakan rumus :

BT = BA + BB / 2 Keterangan : BT = bacaan benang tengah

BA = bacaan banang atas BB = bacaan benang bawah

Untuk mencari jarak optis antara dua titik dapat digunakan rumus sebagai berikut.:

J = (BA – BB) x 100 Keterangan : J = jarak datar optis

BA = bacaan benang atas BB = bacaan benang bawah

(6)

100 = konstanta pesawat

Dalam setiap pengukuran tidaklah lepas dari adanya kesalahan pembacaan angka, sehingga diperlukan adanya koreksi antara hasil yang didapat di lapangan dengan hasil dari perhitungan.

Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini, antara lain adalah sebagai berikut:

a. Merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada.

b. Merencanakan proyek-proyek konsruksi menurut evaluasi terencana.

c. Menghitung volume pekerjaan tanah.

d. Menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah.

e. Mengembangkan peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Fungsi dari pengukuran beda tinggi ini digunakan untuk menentukan ketinggian titik-titik yang menyebar dengan kerapatan tertentu untuk membuat garis-garis ketinggian (kontur).

1. Pengukuran sipat datar resiprokal (reciprocal levelling)

Pengukuran sipat datar resiprokal adalah pengukuran sipat datar dimana alat sipat datar tidak dapat ditempatkan antara dua statiun.Misalnya pengukuran sipat datar menyeberangi sungai/lembah yang lebar.

2. Pengukuran sipat datar teliti (precise levelling)

Pengukuran sipat datar teliti adalah pengukuran sipat datar yang menggunakan aturan serta peralatan sipat datar teliti.

2.2 Pengukuran Sipat Datar Memanjang

Sipat datar memanjang adalah suatu pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui ketinggian titik-titik sepanjang jalur pengukuran dan pada umumnya digunakan sebagai kerangka vertikal bagi suatu daerah pemetaan.Sipat datar memanjang terbagi menjadi sipat datar terbuka dan tertutup.

(7)

Gambar 1. Metode Sipat Datar Memanjang

(Sumber:http://geomatika07.wordpress.com/2008/07/18/pengukuran-beda-tinggi/) Cara pengukuran dari metode ini adalah sebagai berikut:

1. Letakkan rambu ukur di titik A dan B.

2. Letakkan alat antara titik A dan titik B (usahakan jarak antara alat dengan titik A maupun titik B sama).

3. Baca Rambu A (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2 4. Baca rambu B (BA, BT, BB). Hitung koreksi dengan cara BT=(BA+BB):2 5. Koreksi maksimum 2mm.

6. Hitung beda tinggi dengan mengurangi BT muka dan BT belakang.

7. Hitung jarak alat dengan titik A. dA=(BA A – BB A)x100 8. Hitung jarak alat dengan titik B. dB=(BA B – BB B)x100 9. Hitung jarak AB=dA+dB

10. Pada slag berikutnya, rambu A menjadi bacaan muka dan sebaliknya, rambu B menjadi bacaan belakang.

Adapun yang perlu diperhatikan dalam pengukuran ini adalah sebagai berikut:

a. Usahakan jarak antara titik dengan alat sama.

b. Seksi dibagi dalam jumlah yang genap.

c. Baca rambu belakang, baru kemudian dibaca rambu muka.

d. Diukur pulang pergi dalam waktu satu hari.

e. Jumlah jarak muka=jumlah jarak belakang.

f. Jarak alat ke rambu maksimum 75 m.

Kesalahan utama dalam sipat datar memanjang adalah kesalahan tidak dengan jumlah pengukuran yang diadakan sedang jumlah pengukuran yang diambil tergantung pada besarnya jarak yang diukur.Menyipat datar memanjang disengaja dan besarnya dianggap sebanding keliling, biasanya untuk satu penyipatan datar yang memerlukan perbedaan tinggi dua titik dengan jarak yang tidak jauh kita pilih. Jalan yang sama untuk penyipatan pergi dan penyipatan pulang sehingga kita mendapat tinggi beberapa titik lagi yang penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung dan lain sebagainya yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pengerjaan lanjutan, pada banyak Negara sudah dilakukan suatu jaringan titik (Irvene, 1995).

(8)

Telah dikatakan bahwa beda tinggi antara dua titik adalah jarak antara dua bidang nivo yang melalui titik itu sedangkan untuk beda tinggi dapat ditentukan dengan menggunakan garis yang mendatar sembarang dan dua mistar dipasang pada dua titik itu sedangkan beda tinggi dapat ditentukan. Untuk melakukan dan mendapat pembacaan pada mistar dinamakan back, diperlukan suatu garis lurus, selain itu pada pengukuran ini diperlukan juga nivo tabung.Pada nivo tabung ini dijumpai suatu garis lurus mendatar dengan ketelitian yang tinggi (Sosrodarsono, 2005).

2.3 Waterpass

Waterpass adalah salah satu alat lapangan yang digunakan dalam ilmu ukur wilayah yang berfungsi untuk mengukur jarak dan beda tinggi suatu daerah.

Pengukuran waterpass di antaranya digunakan untuk perencanaan jalan, jalan kereta api, saluran, penentuan letak bangunan gedung yang didasarkan atas elevasi tanah yang ada, perhitungan urugan dan galian tanah, penelitian terhadap saluran- saluran yang sudah ada, dan lain-lain.

Fungsi dari bagian-bagian yang terdapat pada waterpass adalah sebagai berikut:

1. Sekrup pengatur ketajaman diafragma, berfungsi untuk mengatur ketajaman benang diafragma (benang silang).

2. Lensa pembacaan sudut horisontal, berfungsi untuk memperbesar dan memperjelas bacaan sudut horisontal.

3. Sekrup A,B,C, berfungsi untuk mengatur kedataran pesawat (sumbu I vertikal).

4. Sekrup pengatur fokus teropong, berfungsi untuk memperjelas obyek yang dibidik.

5. Teropong, berfungsi untuk menempatkan lensa serta peralatan yang berfungsi untuk meneropong atau membidik obyek pengukuran.

6. Pelindung lensa obyektif, berfungsi untuk melindungi lensa obyektif dari sinar matahari secara langsung.

7. Lensa obyektif, berfungsi untuk menerima obyek yang dibidik.

8. Klem aldehide horisontal, berfungsi untuk mengunci perputaran pesawat arah horisontal.

9. Sekrup penggerak halus aldehide horisontal, berfungsi untuk menggerakkan pesawat arah horisontal secara halus setalah klem

(9)

aldehide horisontal dikunci agar kedudukan benang pada pesawat tepat pada obyek yang dibidik.

10. Sekrup pengatur sudut, berfungsi untuk mengatur landasan sudut datar.

11. Visier, berfungsi sebagai alat bantu bidikan kasar untuk mempercepat pembidikan obyek.

Kegunaan waterpass:

• Memperoleh pandangan mendatar atau lurus

• Menentukan beda tinggi

• Bila dilengkapi benang stadia dapat mengukur jarak

• Bila dilengkapi lingkatan horisontal berskala dapat mengukur sudut horisontal (Ferdian, 2013)

Dalam menggunakan alat ukur waterpass harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. Garis sumbu teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.

2. Garis arah nivo harus tegak lurus sumbu I.

3. Benang silang horisontal harus tegak lurus sumbu I.

Gambar 4. Waterpass

(Sumber: http://mediapancasurveying.com) 2.4 Rambu Ukur

Dalam ilmu ukur tanah, banyak sekali alat ukur yang digunakan dalam berbagai macam pengukuran. Ada berbagai macam pengukuran, yaitu pengukuran sipat datar, pengukuran sudut, pengukuran panjang, dan lain-lain. Alat ukur yang digunakan pun ada yang sederhana dan modern, yang masing-masing bekerja sesuai dengan fungsinya.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa permukaan bumi ini tidak rata, untuk itu diperlukan adanya pengukuran beda tinggi baik dengan cara barometris, trigonometris ataupun dengan cara pengukuran penyipatan datar. Alat yang digunakan dalam pengukuran sipat datar salah satunya adalah rambu ukur.

(10)

Rambu ukur dapat terbuat dari kayu, campuran alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukuran lebarnya 4 cm, panjang antara 3m-5m pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter.

Umumnya dicat dengan warna merah, putih, hitam, kuning. Selain rambu ukur, ada juga waterpass yang dilengkapi dengan nivo yang berfungsi untuk mendapatkan sipatan mendatar dari kedudukan alat dan unting-unting untuk mendapatkan kedudukan alat tersebut di atas titik yang bersangkutan. Kedua alat ini digunakan bersamaan dalam pengukuran sipat datar. Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. (Yogie, 2010)

Gambar 5. Rambu Ukur

(Sumber: http://www.plazagps.com/images/products/5mstaff.jpg)

Kesalahan yang sering terjadi dalam penggunaan rambu ukur adalah sebagai berikut:

1. Garis bidik tidak sejajar dengan garis jurusan nivo.

2. Kesalahan pembagian skala rambu.

3. Kesalahan panjang rambu.

4. Kesalahan letak skala nol rambu.

2.5 Tripod (Statif)

Statif (kaki tiga) berfungsi sebagai penyangga waterpass dengan ketiga kakinya dapat menyangga penempatan alat yang pada masing-masing ujungnya runcing, agar masuk ke dalam tanah. Ketiga kaki statif ini dapat diatur tinggi

Referensi

Dokumen terkait

Rumput yang ditanam sebaiknya dipilih dari jenis yang berdaun vertikal sehingga tidak menghalangi kebutuhan sinar matahari bagi tanaman pokok, tidak banyak

Sipat datar profil bertujuan untuk menentukan bentuk permukaan tanah atau tinggi rendahnya permukaan tanah sepanjang jalur pengukuran, baik secara memanjang maupun

BAB VI. PENGUKURAN BEDATINGGI SIPAT DATAR.. Buku ini menyoroti sisi lain dari usaha pengukuran dan pemetaan.. Padahal rnereka sesungguhnya adalah calon perencana

Melakukan analisa terhadap korelasi karakteristik penurunan muka tanah dari pengamatan sipat datar, GPS, InSAR dan pengukuran langsung dengan peru- bahan muka air tanah di

Rorak organik dibuat untuk setiap pokok kelapa sawit di dalam blok. Dengan demikian, jumlah rorak organik sama dengan jumlah pokok dalam

CURAH HUJAN YANG TINGGI MENYEBABKAN TIDAK SEMUA AIR MASUK KE DALAM TANAH, DAN KELEBIHANNYA MENGALIR SBG ALIRAN PERMUKAAN === . MEMBAWA PARTIKEL TANAH HALUS PD

Hasil simulasi memang tidak dapat 100% sama, hal yang menjadi perhatian utama adalah hasil simulasi menunjukkan kecenderungan akibat yang sama dari pengambilan air tanah

126 a Kesalahan yang ada pada alat yang digunakan Kesalahan yang bersumber dari alat sipat datar waterpass dan rambu ukur adalah: 1 Kesalahan garis bidik tidak sejajar dengan garis