• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PEMBANGUNAN WADUK PENJALIN. A. Kecamatan Paguyangan ditinjau dari Letak Geografis dan Demografis. 1. Letak Geografis Kecamatan Paguyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PEMBANGUNAN WADUK PENJALIN. A. Kecamatan Paguyangan ditinjau dari Letak Geografis dan Demografis. 1. Letak Geografis Kecamatan Paguyangan"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PEMBANGUNAN WADUK PENJALIN

A. Kecamatan Paguyangan ditinjau dari Letak Geografis dan Demografis.

1. Letak Geografis Kecamatan Paguyangan a. Sejarah Kecamatan Paguyangan

Paguyangan berasal dari kata pengguyangan yang berarti tempat yang disiram atau digayung atau diguyang. Sejarah Paguyangan namanya bermula ketika Tumenggung Puspanegara meninggalkan pasewakan Surakarta dengan tujuan pulang ke Brebes. Puspanegara adalah salah satu abdi dalem, seorang ahli nujum Kraton Kartosuro pada masa Paku Buwono II. Para Bupati resah dan gelisah apakah yang hendak terjadi pada Puspanegara. Tidak ayal lagi hati Sri Sunan Paku Buwana, yakin bahwa Puspanegara benar-benar membahayakan. Oleh karena itu, Puspanegara perlu segera dikejar dan ditangkap kemudian dibunuh. Pangeran Mangkubumi dengan kekuatan prajurit secukupnya diperintahkan untuk melaksanakan keputusan Sang Raja.

Pengejaran atas diri Puspanegara segera dikerjakan dan terus berlangsung. Setelah berjalan beberapa hari, terciumlah jejak Puspanegara di kawasan Bumiayu, Desa Kretek menjadi sasaran utama. Desa itu dikepung ketat oleh prajurit dari Surakarta, peluru pun mulai dihamburkan, tetapi karena kesaktiannya Puspanegara mampu meloloskan diri dari kepungan yang sangat ketat itu.

(2)

Kejadian yang menakjubkan dan kegagalan itu semakin membakar kemarahan Pangeran Mangkubumi. Tindakan kejam dan membabi buta terhadap rakyat yang tidak berdosa pun dilakukan. Penduduk Desa Kretek dan sekitarnya dianiaya, terkena sabetan pedang dan tembusan peluru.

Mereka yang betul-betul tidak mengetahui dimana tempat persembunyian Tumenggung Puspanegara ditangkap dan dipaksa untuk menunjukan tempat tersebut. Siapapun yang tetap tidak menjawab lalu dibenamkan ke dalam air sungai, disiram dan digayung sampai tidak sempat menarik nafas. Dalam kondisi yang seperti itu pun mereka tetap menjawab tidak mengetahui keberadaan Tumenggung Puspanegara. Tempat pangguyangan itulah yang disebut dengan nama Paguyangan (inventarisasi pembukuan penamaan rupa bumi di wilayah administrasi Kecamatan Paguyangan).

b) Letak Geografis Kecamatan Paguyangan

Kecamatan Paguyangan terletak di sebelah selatan ibukota Kabupaten Brebes dengan jarak sekitar 84 km dan ketinggian dari permukaan laut sekitar 342 m. Paguyangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan ini berada di ujung selatan wilayah Kabupaten Brebes. Kecamatan Paguyangan berbatasan langsung dengan Kabupaten Banyumas.

(3)

Gambar 1

Peta Administrasi KecamatanPaguyangan

Gambar 2

Sumber:http://brebeskab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=1 50%3Apeta-indeks-wilayah-kecamatan-paguyangan-

2010&catid=29%3Apeta&Itemid=41

Adapun batas-batas wilayahnya sebagai berikut.

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sirampog. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Banyumas.

(4)

c. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bantarkawung dan Kecamatan Bumiayu.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Banyumas.

Transportasi darat melalui jalan raya dan jalur Kereta Api Jakarta- Purwokerto. Alat transportasi yang ada seperti ojek sepeda motor, angkutan pedesaan, angkutan bus, dan angkutan kereta api (Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes).

c) Luas Wilayah

Berdasarkan luas wilayah menurut kecamatan, maka Kecamatan Paguyangan memiliki luas 10.494 Ha di Kabupaten Brebes. Kecamatan Paguyangan terdiri dari 12 desa atau kelurahan, antara lain : Cilibur, Cipetung, Kedungoleng, Kretek, Pagojengan, Paguyangan, Pakujati, Pandansari, Ragatunjung, Taraban, Wanatirta, Winduaji. Dan memiliki 23 pedukuhan, antara lain : Grengseng, Dkh.Benda, Patuguran, Winduaji, Karangnangka, Karangsempu, Soka, Kedungwungu, Kedungagung, Kaligarung, Kalibuntu, Mungguhan, Keseran, Pesanggrahan II, Karang mangu, Penisihan, Dkh.Benda II, Karang Anyar, Dkh.Duren, Dkh.Krajan, Dkh.Lor, Pereng, Dkh.Menteng. Secara rinci tanah di Kecamatan Paguyangan dapat dilihat dari Tabel 1 berikut.

Tabel 1

Luas Penggunaan Lahan di Kecamatan Paguyangan

Tahun Lahan Sawah (Ha) Lahan Bukan Sawah Jumlah

(5)

(Ha)

2004 2.656 7.838 10.494

2005 2.656 7.838 10.494

2006 2.656 7.838 10.494

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka Tahun (2006: 3).

Tabel 1 di atas memperlihatkan bahwa lahan bukan sawah merupakan areal terluas, lahan bukan sawah sendiri seperti digunakan untuk bangunan atau pekarangan 1.240 ha, tegalan atau kebun 2.128 ha, hutan negara 3.850 ha, perkebunan negara 607 ha, dan lain-lain 13 ha. Sedangkan untuk lahan sawah digunakan untuk, pengairan teknis 348 ha, pengairan setengan teknis 1.260 ha, pengairan sederhana atau desa atau non PU 672 ha, tadah hujan atau pasang surut 376 ha (Badan Pusat Statistik Kabupaten Brebes).

d) Keadaan Iklim

Kecamatan Paguyangan memiliki iklim sama dengan keadaan iklim di wilayah Indonesia pada umumnya, yaitu musim kemarau dan musim penghujan. Kecamatan Paguyangan memiliki ketinggian antara 268 mdpl sampai dengan 2050 mdpl, desa terendah Desa Pagojengan dan desa tertinggi Desa Pandansari. Dengan kondisi wilayah tersebut semua jenis tanaman produktif bisa tumbuh subur di wilayah Kecamatan Paguyangan baik tanaman pangan maupun tanaman hutan rakyat. Banyak jenis tanaman yang ada di kecamatan tersebut, seperti padi, jagung, ketela pohon, kacang, kelapa, sampai karet, cengkeh dan teh yang ada di kawasan kaligoa. Namun tanaman padi merupakan tanaman yang paling banyak ditanam oleh masyarakat

(6)

Kecamatan Paguyangan dengan mengandalkan air dari saluran irigasi yang

ada (diambil dari

http://brebeskab.bps.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id

=254:potensi-kecamatan-paguyangan&catid=25:2012.Pukul 00:06 wib).

Kecamatan Paguyangan merupakan daerah berbukit-bukit dan berada di kaki Gunung Slamet, dengan iklim tropis. Curah hujanya cukup tinggi sehingga di kenal dengan Bogornya Jawa Tengah. Kondisi seperti ini membuat Kecamatan Paguyangan sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya.

Melihat iklim beberapa tahun terakhir sejak 2008 yang cenderung ekstrim dengan curah hujan yang cukup tinggi bahkan hampir di sepanjang tahun justru membuat pengembangan produk pertanian seperti padi meningkat karena kebutuhan air terjamin. Sepanjang tahun 2010 di Kecamatan Paguyangan lebih dari 9 bulan curah hujan tinggi, dan musim kemarau hanya kurang dari 3 bulan. Hal ini berdampak pada pola tanam para petani yang biasanya di selingi menamam palawija kini setahun dapat menanam padi secara rutin (Djuremi Emy, wawancara 4 Mei 2012).

Banyaknya curah hujan dan hari hujan di Kecamatan Paguyangan dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.

(7)

Tabel 2

Banyaknya Curah Hujan dan Hari Hujan di Kecamatan Paguyangan Bulan Curah Hujan (mm) Hari Hujan (hari)

Rata-rata Tahun 2005 525 14

Jumlah Tahun 2005 6.304 173

Rata-rata Tahun 2006 336 12

Jumlah Tahun 2006 4.031 139

Rata-rata Tahun 2007 336 12

Jumlah Tahun 2007 4.034 139

Rata-rata Tahun 2009 116 12

Jumlah Tahun 2009 1.386 148

Rata-rata Tahun 2010 352 14

Jumlah Tahun 2010 4.226 164

Sumber: Diolah dari Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006, 2007, 2011: 8).

Dari Tabel 2 di atas menunjukan bahwa curah hujan di Kecamatan Paguyangan tergolong tinggi, pada tahun 2005 curah hujan rata-rata 525 mm dengan hari hujan 14 hari sedangkan jumlah pada tahun 2005 sampai 6.304 mm dengan hari hujan 173 hari. Pada tahun-tahun berikutnya 2006 sampai 2009 cenderung stabil dengan artian bahwa tidak ada perubahan yang signifikan, sampai tahun 2010 rata-rata curah hujan 352 mm dengan hari hujan 14 hari dan jumlah 4.226 mm dengan hari hujan 164 hari maka Kecamatan Paguyangan tergeolong daerah dengan curah hujan yang tinggi (Subagyo, wawancara 2 Mei 2012).

2) Kondisi Demografis Kecamatan Paguyangan.

Keberhasilan suatu daerah dalam mengembangkan daerahnya adalah dengan ketersediaannya lapangan pekerjaan yang ada di daerah tersebut.

Selain itu, kepadatan penduduk mempunyai andil yang cukup besar dalam hal

(8)

tersebut. Bila jumlah penduduk suatu daerah yang seimbang dengan luas wilayah yang ditempati, maka akan memberikan dampak bagi kehidupan masyarakatnya. Jumlah penduduk dengan luas wilayah yang seimbang diharapkan mampu dimanfaatkan penduduk siap kerja secara maksimal.

a. Data Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kecamatan Paguyangan.

1) Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Paguyangan.

Tabel 3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah

Tahun 2004 45.975 45.868 91.843

Tahun 2005 45.969 45.921 91.890

Tahun 2006 46.020 46.002 92.022

Sumber :Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 20).

Dari Tabel 3 di atas menunjukan jumlah penduduk menurut jenis kelamin yang cenderung mengalami peningkatan namun masih tergolong normal sejak tahun 2004 sampai 2006. Pada tahun 2004 jumlah penduduk 91.843 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 45.975 jiwa dan penduduk perempuan 45.868 jiwa, sedangkan pada tahun 2005 mengalami sedikit peningkatan jumlah penduduk menjadi 91.890 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 45 969 jiwa dan perempuan 45.921 jiwa. Pada tahun 2006 jumlah penduduk kembali bertambah menjadi 92.022 jiwa dengan jumlah pnduduk laki-laki 46.020 jiwa dan perempuan 46.002 jiwa.

(9)

2) Mutasi dan Perubahan Penduduk

Jumlah penduduk dapat mengalami perubahan dari waktu ke waktu yaitu bertambah atau berkurang. Dalam suatu wilayah perubahan jumlah penduduk merupakan suatu hal yang biasa. Dalam perubahan tersebut disebabkan oleh adanya faktor kelahiran, kematian, mutasi dan perubahan penduduk. Untuk mengetahui mutasi dan perubahan penduduk di Kecamata Paguyangan dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini.

Tabel 4 Perubahan Penduduk

Tahun Kelahiran Kematian

Laki-laki Perempuan Jumlah Laki -laki

Perempu an

Juml ah

2004 114 102 216 78 49 127

2005 110 131 241 57 41 98

2006 222 181 403 88 58 146

Sumber : Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 30).

Tabel 4 di atas menunjukan perubahan jumlah penduduk dari tahun 2004 sampai tahun 2006 sesuai angkai kelahiran dan kematian, pada tahun 2004 angka kelahiran mencapai 216 jiwa sedangkan angka kematian mencapai 127 jiwa. Pada tahun 2005 kelahiran 241 jiwa dan kematian 98 jiwa, sedangkan pada tahun 2006 jumlah kelahiran 403 jiwa dan kematian 146 jiwa yang memperlihatkan bahwa faktor kelahiran lebih banyak dari pada faktor kematian, sehingga dapat disimpulkan bahwa penduduk Kecamatan Paguyangan mengalami penambahan jumlah penduduk yang sangat signifikan.

(10)

3) Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Di Kecamatan Paguyangan memiliki mata pencaharian yang beragam, seperti sebagai petani, pedagang, peternak, wiraswasta, dan lainnya. Untuk mengetahui lebih rinci struktur penduduk Kecamatan Paguyangan menurut mata pencaharian maka dapat dilihat dari Tabel 5 berikut ini.

Tabel 5

Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Paguyangan

No Mata Pencaharian 2004 2005 2006

1 Petani/Peternak 12.212 12.097 12.054

2 Buruh Tani 20.514 20.371 20.634

3 Nelayan 74 74 74

4 Pengusaha 424 411 411

5 Buruh Industri 1.447 1.443 1.387

6 Buruh Bangunan 2.778 2.743 2.761

7 Pedagang 2.375 2.351 2.360

8 Supir/Kernet Angkutan 436 428 428

9 PNS/TNI/POLISI 796 791 787

10 Pensiunan 229 227 227

11 Lain-lain 312 311 361

Jumlah 41.597 41.247 41.484

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 27).

Tabel 5 di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Paguyangan paling banyak bermata pencaharian sebagai buruh tani, kemudian mata pencaharian paling sedikit masyarakat Kecamatan Paguyangan adalah nelayan. Hal ini di karenakan mata pencaharian sebagai nelayan hanya di desa atau Kelurahan Winduaji saja yang memanfaatkan Waduk Penjalin karena letak geografis Waduk Penjalin berada di Desa Winduaji maka banyak dari warga sekitar berprofesi sebagai nelayan. Pekerja

(11)

sebagai buruh bangunan di Kecamatan Paguyangan cukup banyak, kebanyakan dari mereka adalah tukang bangunan atau pekerja bangunan.

Untuk yang berprofesi sebagai pedagang mereka justru berdagang di Pasar Bumiayu atau Ajibarang mengingat pasar di Patuguran dan Kretek dinilai kurang begitu ramai jika dibandingkan dengan Pasar Induk Bumiayu, namun tidak sedikit orang dari Kecamatan Paguyangan yang berjualan di Pasar Patuguran. Petani atau peternak di Kecamatan Paguyangan cukup banyak, untuk peternak paling banyak sebagai peternak ayam atau unggas yang paling banyak berada di Desa Pakujati dan Kretek (Djuremi Emy, wawancara 4 Mei 2012).

4) Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan ujung tombak dalam memperbaiki kondisi masyarakat untuk dapat lebih maju. Pendidikan yang lebih tinggi menjadikan kecerdasan seseorang untuk menciptakan hal yang baru lebih besar. Selain itu, dengan pendidikan yang tinggi masyarakat dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pada dengan pendidikan yang lebih rendah. Tinggi rendahnya tingkat pendidikan sangat dipengaruhi oleh pendapatan tiap-tiap keluarga. Pendidikan menjadi sangat penting karena tidak sebatas pada masalah penghasilan, namun secara kehidupan sosial tingkat pendidikan berpengaruh juga pada status sosial dalam suatu masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat Kecamatan Paguyangan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawah ini.

(12)

Tabel 6

Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Paguyangan

No Tingkat Pendidikan 2004 2005 2006

1 Tidak/ belum tamat SD/Tidak punya ijasah SD

26.937 29.507 28.775

2 Tamat SD 26.876 25.883 27.699

3 Tamat SMP 8.825 8.997 8.671

4 Tamat SMA/SMK 4.872 5.152 4.457

5 Tamat Diploma/Sarjana 814 908 946

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 29).

Tabel 6 di atas menunjukan bahwa penduduk Kecamatan Paguyangan memiliki tingkat pendidikan rata-rata masih sangat rendah, masih cukup banyak masyarakat yang tidak tamat SD atau tamat namun tidak memiliki ijasah SD. Tingkat pendidikan paling sedikit adalah lulusan Diploma atau sarjana. Seiring berjalannya waktu sektor pendidikan mulai mengalami perkembangan dengan meningkatnya lulusan SMA atau SMK yang pada tahun 2004 berjumlah 4.872 lulusan, pada tahun 2005 berjumlah 5.152 lulusan dan pada tahun 2006 mengalami penurunan namun dapat dikatakan masih normal yang berjumlah 4.457 lulusan.

5) Struktur Penduduk Menurut Agama

Dalam hidupnya manusia haruslah memiliki hubungan yang seimbang, yaitu hubungan dengan sesama manusia, hubungan dengan alam, dan hubungan dengan Sang Pencipta. Hubungan dengan sesama manusia dapat dijalin dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, sedangkan hubungan manusia dengan alam dapat dijalin dengan tetap menjaga

(13)

kelestarian alam, dan hubungan manusia dengan Sang Pencipta dapat dilakukan dengan cara memeluk suatu keyakinan (agama). Memiliki suatu agama di Indonesia merupakan suatu yang telah diatur dalam Undang- Undang Dasar 1945.

Di Indonesia terdapat agama yang diakui oleh pemerintah, antara lain Islam, Kristen, Katholik, Hindu, Budha dan konghucu. Masyarakat dapat memilih agama sesuai dengan kepercayaannya masing-masing. Untuk mengetahui struktur masyarakat Kecamatan Paguyangan menurut agamanya dapat dilihat dari Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7

Struktur Penduduk Menurut Agama di Kecamatan Paguyangan

No Agama 2004 2005 2006

1 Islam 91.760 91.786 91.876

2 Kristen 69 67 45

3 Katholik 15 97 101

4 Hindu 0 0 0

5 Budha 0 0 0

6 Konghucu 0 0 0

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 26).

Tabel 7 di atas menunjukan bahwa penduduk Kecamatan Paguyangan mayoritas memeluk Agama Islam. Agama Kristen dan Katholik menyusul berikutnya, sedangkan untuk Agama Hindu, Budha dan Konghucu tidak ada pemeluknya. Agama Islam setiap tahunnya mengalami peningkatan jumlah pemeluknya, sama hal dengan Agama Katholik yang mengalami peningkatan namun hal yang sebaliknya terjadi pada Agama Kristen yang mengalami

(14)

penurunan. Hal ini wajar terjadi mengingat banyak faktor yang mempengaruhinya seperti mutasi atau pindah rumah atau tempat tinggal, dan lain sebagainya.

6) Struktur Penduduk Menurut Usia

Kecamatan Paguyangan merupakan kecamatan di Kabupaten Brebes yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Hal ini mengharuskan dalam penyusunan program pembangunan diperlukan ketepatan mengenai banyaknya kelompok usia yang ada. Berikut ini merupakan data mengenai struktur penduduk Kecamatan Paguyangan menurut kelompok usia.

Tabel 8

Struktur Penduduk Menurut Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan Paguyangan

No Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah

1 0 – 4 Tahun 5.231 4.958 10.189

2 5 – 9 Tahun 5.794 5.491 11.285

3 10 – 14 Tahun 5.495 5.104 10.599

4 15 – 19 Tahun 5.001 4.196 9.197

5 20 – 24 Tahun 3.611 3.800 7.411

6 25 – 29 Tahun 3.583 3.968 7.551

7 30 – 34 Tahun 3.094 3.340 6.434

8 35 – 39 Tahun 2.786 3.088 5.874

9 40 – 44 Tahun 2.517 2.582 5.099

10 45 – 49 Tahun 2.194 2.312 4.506

11 50 – 54 Tahun 2.007 1.987 3.994

12 55 – 59 Tahun 1.436 1.442 2.878

13 60 – 64 Tahun 1.385 1.524 2.909

14 65 Tahun keatas 1.886 2.210 4.096

Tahun 2004 45.975 45.868 91.843

Tahun 2005 45.969 45.921 91.890

Tahun 2006 46.020 46.002 92.022

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 21).

(15)

Tabel 8 di atas menunjukan bahwa jumlah penduduk Kecamatan Paguyangan menurut kelompok usia dan jenis kelamin paling banyak pada kelompok umur 5 sampai 9 tahun dengan jumlah laki-laki 5.794 jiwa dan perempuan 5.491 jiwa sehingga berjumlah 11.285 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk rata-rata dari semua usia dan jenis kelamin pada tahun 2004 berjumlah 91.843 jiwa. Pada tahun 2005 berjumlah 91.890 dan pada tahun 2006 berjumlah 92.022 jiwa.

b. Keadaan Sosial Ekonomi Kecamatan Paguyangan

Dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia yang sudah mulai mengikuti gaya hidup modern, namun masih sangat kental dengan kehidupan gotong-royong yang dilakukan di setiap desa. Hal ini juga terjadi pada masyarakat masyarakat Kecamatan Paguyangan yang masih menjunjung tinggi gotong-royong bila ada suatu acara dalam masyarakat.

1) Sarana Peribadatan

Penduduk Kecamatan Paguyangan yang mayoritas beragama Islam tidak terlepas dari kegiatan kerohanian dalam hal ini beribadah kepada Sang Pencipta yaitu dengan melaksanakan sholat. Selain itu, dengan mendirikan Sholat manusia dapat lebih mendekatkan diri pada Tuhan-Nya. Untuk melihat sarana peribadatan yang ada pada masyarakat Kecamatan Paguyangan dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini.

(16)

Tabel 9

Tempat ibadah dan Prasarana Agama di Kecamatan Paguyangan No Tempat ibadah dan

prasarana Agama

Tahun 2004

Tahun 2005

Tahun 2006

1 Masjid 123 123 125

2 Mushola 380 380 385

3 Pondok Pesantren 4 4 4

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 37).

Tabel 9 di atas memperlihatkan jumlah masjid dan mushola yang pada tahun 2006 mengalami peningkatan, sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat Kecamatan Paguyangan mayoritas beragama Islam dan merupakan muslim yang taat dalam menjalankan ibadahnya.

2) Sarana Pendidikan

Untuk mencerdaskan masyarakat salah satunya dapat ditempuh melalui sektor pendidikan. Pendidikan dapat berupa pendidikan formal, seperti Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan (SMA/SMK), dan lainnya. Pendidikan nonformal dapat diperoleh dari keluarga, masyarakat, teman, dan lainnya. Sedangkan untuk pendidikan informal dapat ditempuh melalui tempat kursus atau bimbingan latihan, dan lain sebagainya. Untuk mengetahui sarana pendidikan yang ada di Kecamatan Paguyangan dapat dilihat dari Tabel 10 berikut ini.

(17)

Tabel 10

Sarana Pendidikan Menurut Jenis Sekolah di Kecamatan Paguyangan

No Sarana Pendidikan 2004 2005 2006

1 TK 56 56 56

2 SD/MI 63 64 65

3 SMP/MTs 11 11 11

4 SMU/MA 2 2 3

5 SMK 2 3 4

6 Kursus-Kursus 2 2 5

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 33).

Tabel 10 di atas menunjukan SD/MI dan SMK setiap tahunnya mengalami penambahan maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan saat ini menjadi sektor penting dalam kehidupan masyarakat di Kecamatan Paguyangan. Tidak sebatas jumlah gedung sekolah baru yang bertambah, melainkan jumlah siswanya mulai bertambah oleh karenanya banyak pelajar asal Kecamatan Paguyangan yang harus bersekolah di luar Kecamatan Paguyangan seperti ke Kecamatan Bumiayu, dan sekitarya. Hal ini menujukan bahwa sektor pendidikan di Kecamatan Paguyangan setiap tahunnya selalu meningkat yang berarti kesadaran masyarakat akan arti penting pendidikan mulai maju.

3) Sarana Perekonomian

Dalam aktivitas perekonomian diperlukan sarana-sarana pendukung, hal tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mengetahui sarana perekonomian yang ada di Kecamatan Paguyangan, dapat dilihat dari Tabel 11 berikut.

(18)

Tabel 11 Sarana Perekonomian

No Jenis Sarana 2004 2005 2006

1 Pasar Umum 3 3 3

2 Toko/Kios/Warung 977 930 1021

3 KUD/BUUD 1 1 1

4 Koperasi Simpan Pinjam 6 8 8

5 Badan Perkreditan 2 3 3

6 Lumbung Desa 1 1 1

Sumber: Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 61).

Tabel 11 di atas menunjukan bahwa sarana perekonomian di Kecamatan Paguyangan masih sangat kurang menunjang mengingat untuk jumlah pasar umum yang masih sangat sedikit, namun hal ini dikarenakan kebanyakan masyarakat Paguyangan lebih memilih berbelanja kebutuhan ataupun berdagang di Kecamatan Bumiayu yang dianggapnya sudah ramai mengingat jarak antara Kecamatan Paguyangan dengan Kecamatan Bumiayu sangat dekat dan dilalui angkutan Pedesaan dari Patuguran (Kecamatan Paguyangan) ke Bumiayu, dan sebaliknya. Dari 12 desa atau kelurahan di Kecamatan Paguyangan pasar umum berada di wilayah Desa Winduaji, Taraban dan Cilibur.

4) Sarana Transportasi

Sekarang merupakan zaman yang cukup modern, sarana transportasi merupakan kebutuhan yang pokok dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sarana transportasi memberikan kelancaran dalam mobilitas penduduk termasuk dalam hal ini aktivitas perekonomian masyarakat Kecamatan

(19)

Paguyangan. Adapun sarana transportasi di Kecamatan Paguyangan dapat dilihat dari Tabel 12 di bawah ini.

Tabel 12

Jumlah sarana Transportasi di Kecamatan Paguyangan

No Jenis Trasportasi 2004 2005 2006

1 Perahu Sampan 26 77 77

2 Bus/Mini Bus 3 5 31

3 Truk/Pick Up 193 132 180

4 Mobil Pribadi 99 170 294

5 Sepeda Motor 1924 3470 3778

6 Sepeda Ontel 2000 2101 2371

7 Andong/Dokar/Delm an

4 5 7

8 Becak 40 46 48

Sumber :Laporan Kecamatan Paguyangan dalam Angka (2006: 55).

Tabel 12 di atas memperlihatkan sarana transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat Kecamatan Paguyangan adalah sepeda motor, hal ini mengingat kebutuhan akan transportasi yang meningkat dipermudah dengan sistem pembelian dengan sistem kredit hal ini memudahkan masyarakat memiliki sepeda motor sehingga hampir setiap rumah memiliki minimal 1 (satu) unit sepeda motor. Untuk Perahu sampan hanya dimiliki oleh masyarakat Winduaji, hal ini sangat wajar karena masyarakat Winduaji banyak memanfaatkan Waduk Penjalin, sehingga banyak yang memiliki perahu sampan. Kebutuhan transportasi tersebut sangat bermanfaat untuk pengangkutan hasil produksi baik pertanian maupun hasil produksi di sektor lainnya.

(20)

B. Pembangunan Waduk Penjalin

1. Latar Belakang Pembangunan Waduk Penjalin.

Latar belakang pembangunan Waduk Penjalin yaitu ketika jaman pendudukan Belanda di Indonesia, pemerintah Belanda sangat aktif memproduksi gula pasir secara besar-besaran. Langkah yang ditempuh Pemerintah Belanda yaitu dengan membuka perkebunan-perkebunan tebu di berbagai daerah di Jawa, termasuk di daerah Brebes. Perkebunan tebu milik pemerintah Belanda tersebar di seluruh wilayah Brebes termasuk di wilayah Paguyangan, untuk wilayah Paguyangan saja perkebunan tebu pemerintah Belanda ada di Desa Winduaji, Soka dan Kedung Agung. Permasalahan yang dihadapi pemerintah Belanda untuk perkebunan tebu yang ada di wilayah Paguyangan adalah upaya pengangkutan hasil tebu tersebut karena secara geografis wilayah tersebut kurang mendukung untuk dibangun rel kereta api atau jalan raya (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Pemilihan tempat membangun waduk di Desa Winduaji karena Winduaji sebagai bagian wilayah dari Kecamatan Paguyangan yang dikenal sebagai daerah dengan curah hujan cukup tinggi. Tingginya curah hujan di daerah Paguyangan sangat menunjang untuk dibangunnya suatu waduk dengan ketersediaan air sangat mencukupi sebagai waduk tadah hujan (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Maka dari itu pemerintah Belanda membutuhkan sarana untuk mengangkut hasil tebu, maka dibangunlah Waduk Penjalin untuk

(21)

mempermudah pengangkutan hasil tebumelalui jalur air sekaligus menghemat waktu. Dari Waduk Penjalin kemudian tebu dibawa ke Stasiun Patuguran- Winduaji yang tidak jauh dari Waduk Penjalin untuk selanjutnya dibawa ke pabrik pengolahan tebu di daerah Jatibarang dengan kereta api. Selain untuk sarana pengangkutan hasil tebu, Waduk Penjalin juga dibuat untuk pengairan perkebunan tebu yang berada di sekitar Waduk dan mengairi perkebunan lain di sepanjang aliran Sungai Pemali sekaligus untuk pengolahan tebu menjadi gula pasir yang berada di daerah Jatibarang (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Faktor yang paling utama dari dibangunnya Waduk Penjalin adalah untuk sarana transportasi air untuk mengangkut hasil tebu dari perkebunan menuju stasiun kereta api Patuguran-Winduaji yang keberadaannya tidak jauh dari Waduk Penjalin, selain itu juga sebagai penyuplai kebutuhan air bagi perkebunan tebu dan pabrik gula di daerah Brebes (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Waduk Penjalin dibangun oleh Pemerintah Belanda memakan waktu pengerjaan selama 4 tahun, pengerjaan terhitung mulai Maret 1930 dan selesai Mei 1934. Dikerjakan dengan kerja rodi yang diterapkan oleh Pemerintah Belanda terhadap para pekerja yang berasal dari pribumi dan penduduk sekitar Kecamatan Paguyangan. Waduk Penjalin didesain oleh pihak Belanda yang mendatangkan tim teknis langsung dari Belanda, namun untuk perancang dan pencetus dibuatnya Waduk Penjalin sampai saat ini tidak diketahui sedangkan

(22)

para pekerja adalah penduduk pribumi dan penduduk sekitar Paguyangan dengan sistem kerja rodi sehingga untuk upah atau bayaran para pekerjapun tidak dapat diketahui secara pasti (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Waduk Penjalin dikerjakan oleh banyak tenaga kerja dengan sistem kerja rodi, sehingga jumlah pekerja tidak dapat diketahui secara pasti.Namun jika kita melihat bahwa Waduk Penjalin adalah bangunan yang mengandalkan masalah urugan tanah atau tanah urug dan pada saat itu tahun 1930 belum ada alat berat dan canggih seperti sekarang ini. Sedangkan untuk tanggul Waduk Penjalin memiliki ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan memiliki panjang ± 850 meter yang harus dikerjakan oleh manusia tanpa alat berat. Untuk bangunan diatas tanah urug tepatnya dilereng bagian hulu (atas) dipasang batu TAP atau Riprap atau batu Candi yang bertujuan untuk melindungi kestabilan tanah tersebut karena selalu bersinggungan atau berbenturan dengan air waduk.

Sehingga untuk membangun waduk perlu tenaga kerja manusia yang sangat banyak (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Luas lahan atau areal yang dipakai dalam pembangunan Waduk Penjalin adalah 137.774,5 ha (± 138 ha), terdiri dari luas tanah genangan atau waduk 122.212,5 ha, luas tanah bekas genangan 10.375,0 ha, dan luas tanah atau tanggul dan bangunan 5.187,0 ha. Keliling Waduk Penjalin dikitari pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan Karangnangka. Disebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah Dukuh Keser Tengah.

(23)

Untuk lahan yang digunakan sebagai waduk adalah lahan pembebasan Belanda memang menjajah Indonesia, namun Belanda tidak merampas tanah warga secara paksa melainkan melalui proses negosiasi yang disebut pembebasan lahan dengan langsung dibayar oleh pihak Belanda. Untuk besarnya bayaran tidak diketahui secara pasti, mengingat terbatasnya sumber dan tidak adanya pelaku atau saksi sejarah yang masih hidup. Tanah-tanah tersebut di bayar sesuai kesepakan warga dengan pihak Belanda dengan cara mengumpulkan para pemilik tanah. Tiap pemilik tanah mendapatkan bayaran sesuai luas tanah milik mereka, dalam hal ini berarti pihak Belanda tidak merebut tanah warga secara paksa melainkan melalui proses negosiasi dengan membayar tanah sesuai luasnya masing-masing (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Sumber air Waduk Penjalin yang utama adalah mengandalkan air hujan karena Waduk Penjalin merupakan waduk tadah hujan, sehingga sumber air yang utama adalah dari air hujan. Saat musim penghujan, Waduk Penjalin berfungsi sebagai penampung air dan menjadi persediaan saat musim kemarau tiba. Sungai yang mengalir ke Waduk Penjalin yaitu Sungai Penjalin namun hanya avur atau sungai kecil dengan bentangan ± 2 meter. Jika musim kemarau, maka avur yang mengalir ke Waduk Penjalin airnya sangat sedikit sehingga tidak dimungkinkan mengandalkan avur atau sungai kecil untuk mengisi Waduk Penjalin. Saat musim kemarau di Waduk Penjalin mengalami penyusutan debit air. Waduk Penjalin termasuk waduk tadah hujan, namun

(24)

masih mampu atau mencukupi untuk mensuplai air untuk daerah Brebes walau terjadi penyusutan yang sangat signifikan (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

2. Letak Geografis Waduk Penjalin

Waduk Penjalin terletak di Desa Winduaji, Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes. Keliling waduk dikitari Pedukuhan Mungguhan, Keser Kulon, Kali Garung, Kedung Agung, Soka, Karangsempu, Pecikalan, dan Karangnangka. Disebelah timur yang merupakan tanggul dan pintu gerbang waduk adalah Dukuh Keser Tengah.

Waduk Penjalin terletak di perbatasan Brebes dan Banyumas yang dapat ditempuh melalui jalur darat, karena Kecamatan Paguyangan dihubungkan oleh jalur jalan di antara Brebes dan Tegal-Purwokerto atau sebaliknya. Waduk ini berada ± 2,4 km arah selatan ibu kota Kecamatan Paguyangan dan 12 kilometer dari Kecamatan Bumiayu yang sangat tepat dijadikan sarana berlibur murah (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

3. Fungsi Waduk Penjalin 1) Pengairan atau Irigasi

Indonesia sebagai negara yang sebagian besar penduduknya mengandalkan sektor pertanian sebagai mata pencaharian maka sangatlah memerlukan air sebagai penunjang pada saat produksi. Namun ketersediaan air kadang menjadi sangatlah sulit dibeberapa wilayah di Indonesia dikarenakan tidak adanya sumber mata air yang mencukupi untuk mengairi

(25)

seluruh lahan pesawahan yang ada terutama didaerah yang jauh dari aliran sungai.

Kecamatan Paguyangan didukung oleh kondisi geografis dan iklim yang mendukung serta dengan di bangunnya Waduk Penjalin yang memiliki luas 1,25 dan isi 9,5 juta maka dapat memberi sumber mata air sebagai pengairan sawah dengan sistem bergiliran sehingga semua lahan pesawahan yang ada dapat dialiri air secara merata. Untuk saluran irigasi yang mengalir dari Waduk Penjalin mengalir persawahan untuk dua desa di Kecamatan Paguyangan yaitu Desa Pakujati dan Desa Kedung Oleng. Aliran air Waduk Penjalin mengalir melewati bendung-bendung yang ada di hilir waduk melalui sungai Pemali, termasuk melewati : Bendung Sidomulyo (terletak di Pakujati-Paguyangan), Bendung Payan (terletak di Pakujati- Paguyangan), Bendung Kedung Alang (terletak di Kedung Oleng- Paguyangan), Bendung Nutug (terletak di Pruatan-Bumiayu), Bendung Kedung Dinding (terletak di Pruatan-Bumiayu), Bendung Jebat (terletak di Pruatan-Bumiayu), Bendung Notog (terletak di Songgom-Brebes). Namun untuk Pemanfaatan air dari Waduk Penjalin di Kecamatan Paguyangan paling terasa di dua desa yaitu Pakujati dan Kedung Oleng yang memang dialiri Sungai Pemali yang merupakan saluran air dari Waduk Penjalin. Setelah itu air dari Waduk Penjalin di alirkan ke daerah Brebes, seperti pada Bulan Juni,

(26)

Juli, Agustus, September (saat kemarau) di Brebes sedang kekurangan air maka di suplai dari Waduk Penjalin (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Biasanya efektivitas saluran irigasi adalah pada saat musim kemarau panjang datang, karena kebanyakan saluran air tidak dapat berfungsi secara optimal. Oleh karena itu, pada saat musim hujan tiba waduk haruslah dapat menampung air hujan sebanyak-banyaknya guna persediaan untuk musim kemarau. Terlebih Waduk Penjalin merupakan waduk tadah hujan. Selain sebagai pengatur irigasi, pada musim hujan ini waduk dapat berfungsi sebagai pengendali banjir yang akan membanjiri daerah hilir sungai.

2) Sarana Transportasi Air

Salah satu fungsi waduk adalah sebagai sarana transportasi air, tidak terkecuali untuk masyarakat di sekitar Waduk Penjalin. Walaupun hampir semua orang sudah memiliki kendaraan bermotor seperti sepeda motor, namun di Desa Winduaji masih banyak yang memanfaatkan perahu sampan dan Waduk Penjalin sebagai sarana transportasi air. Hal ini dilakukan untuk menyeberang dari dusun satu ke dusun lain seperti dari Dukuh Mungguan ke Dukuh Keser atau dari Dukuh Soka ke Dukuh Karang Nangka dan sebagainya. Penyeberangan ini dilakukan karena menggunakan kendaraan atau sepeda motor maka harus memutar terlebih dahulu dengan memutari waduk sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama dengan biaya yang lumayan mahal jika ditempuh menggunakan ojek.

(27)

Aktivitas penyeberangan semacam ini sudah terjadi sejak dahulu dimana keberadaan Waduk Penjalin dan perahu sampan sebagai alat transportasi sekaligus untuk penyeberangan, namun keberadaan perahu sampan sekarang mulai di tinggalakan mengingat semakin banyaknya orang yang memiliki sepeda motor sendiri sehingga perahu sampan sekarang lebih banyak digunakan sebagai sarana untuk berwisata air atau penyewaan jika ingin memancing (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

3) Obyek Pariwisata

Sektor wisata sebagai bagian dari kegiatan perekonomian telah menjadi andalan potensial dan pengembangan bagi sejumlah negara, terlebih bagi negara seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas dengan daya tarik wisata besar karena keindahan alamnya, wisata budayanya, dan kehidupan masyarakatnya yang beraneka ragam. Meskipun demikian banyak upaya pengembangangan yang terkait dengan kepariwisataan belum mencapai sasaran yang cukup memadai, baik karena pengembangan unsur pengadaan yang berlebihan sehingga banyak menimbulkan kemubaziran, perencanaan tata ruang yang kurang memperhitungkan unsur-unsur pengembangan (termasuk faktor-faktor lokasional), dan lain-lain.

Paguyangan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Indonesia. Kecamatan Paguyangan berada di ujung selatan wilayah Kabupaten Brebes. Paguyangan terkenal dengan curah hujannya yang cukup

(28)

tinggi, memiliki potensi wisata alam dan budaya yang sangat menarik dan unik untuk dinikmati. Obyek wisata unggulan yang dapat dinikmati di Kecamatan Paguyangan adalah Telaga Ranjeng, Agrowisata Kaligua, Tuk Sirah Pemali (Mata Air Sungai Pemali), Tirta Husada Kedungoleng, Pemandian Air Panas Pakujati, Wadas Kemlasah Winduaji, dan Waduk Penjalin.

Waduk Penjalin merupakan salah obyek wisata air yang ada di Kecamatan Paguyangan yang merupakan perpaduan antara wisata alam dan sejarah peninggalan Kolonial Belanda berupa waduk yang sampai saat ini kokoh berdiri. Selain itu, keindahan alam dan panoramanya masih sangat alami. Waduk Penjalin sebagai obyek wisata memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan desa, mengingat Waduk Penjalin belum dikelola secara langsung oleh Dinas Pariwisata melainkan dikelola oleh perwakilan atau Satker BPSDA Comal, Korlak Waduk Penjalin, sedangkan petugas operasional dan pemeliharaan waduk dikerjakan bersama PPA.

Pengelolaan wisata dikelola oleh desa yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata melalui MOU atau kesepakatan kerjasama yang dilakukan saat perayaan hari besar Idul Fitri selama 2 minggu sedangkan pada hari-hari biasa tidak ada pungutan apapun.

Untuk hari-hari biasa untuk masuk kawasan Waduk Penjalin sekedar menikmati keindahan alamnya tidak di pungut biaya masuk, hanya saja dikenakan biaya parkir dengan tarif Rp.1000,- untuk sepeda motor,

(29)

Rp.2000,- untuk Mobil. Namun ketika hari besar, seperti Idul Fitri maka untuk masuk kawasan wisata Waduk Penjalin dikenakan biaya masuk untuk dewasa Rp.3000,- dan Rp.2000,- untuk anak-anak.

Saat libur hari raya Idul Fitri biasanya akan sangat ramai sekali pengunjungnya dari berbagai daerah, selain pengunjung di lokasi di ramaikan juga oleh oleh pedagang dan bermacam hiburan dari jasa naik perahu, lomba balap perahu, panggung hiburan, dan arena bermain anak-anak seperti undar- undar (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

4) Tempat Pertunjukan atau perlombaan

Waduk Penjalin menjadi tempat dilaksanakannya berbagai perlombaan dan pertunjukan, di antaranya: lomba balap perahu atau dayung, atau pertunjukan kesenian tradisonal seperti calung kesenian ini merupakan salah satu cara untuk menarik perhatian wisatawan. Pada waktu-waktu tertentu di halaman parkir tepatnya di bawah waduk sering ada pertunjukan seperti pagelaran musik dangdut atau pertunjukan band yang sering diadakan oleh ikatan pemuda sekitar. Namun di kawasan Waduk Penjalin belum ada tempat pertunjukan atau panggung hiburan yang permanen sehingga hanya menggunakan panggung bongkar pasang hal ini di karenakan Waduk Penjalin hanya ramai dikunjungi saat libur panjang Idul Fitri dan belum di kelola langsung oleh Dinas Pariwisata sehingga belum di bangun panggung hiburan

(30)

yang permanen. Hiburan-hiburan tersebut merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

5) Rekreasi Memancing

Kegiatan memancing yang berkunjung ke Waduk Penjalin berasal dari berbagai daerah. Hampir setiap hari banyak yang memancing di pinggiran Waduk Penjalin ataupun menyewa perahu untuk memancing di tengah waduk atau tempat yang mereka kehendaki. Biasanya mereka sudah berjejer di pinggir waduk sambil memegang alat pancingnya masing-masing. Waduk penjalin menjadi favorit pemancing selain sambil menikmati indahnya sekitar waduk juga pada hari biasa untuk masuk kawasan Waduk Penjalin tidak dipungut biaya masuk atau gratis sehingga setiap harinya banyak yang memancing dari pagi sampai sore.

Jenis ikan yang dipancing kebanyakan ikan golongan mujaer, tawes, melem, atau ikan air tawar lainnya. Ketika air waduk sedang penuh para pemancing biasanya saling berlomba-lomba untuk mendapatkan ikan sebanyak mungkin. Pemancing tidak hanya datang dari Kecamatan Paguyangan melainkan dari berbagai daerah sekitar Kecamatan Paguyangan, seperti dari Kecamatan Bumiayu, dan dari berbagai wilayah lainnya (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

6) Fotografi

Waduk Penjalin dengan keindahan alamnya sangat bagus untuk melakukan foto-foto bagi pengunjung. Wisatawan yang berkunjung ke Waduk

(31)

Penjalin biasa membawa kamera sendiri. Di Waduk Penjalin sering ditemui kegiatan pemotretan untuk moment pernikahan atau foto pra weddingatau sekedar untuk foto-foto sebagai dokumentasi pribadi (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

7) Mandi dan Mencuci

Keberadaan Waduk Penjalin bagi penduduk sekitar terutama untuk Dukuh Keseran, Dukuh Karang Nangka dan lain sebagainya yang berada di tepi Waduk Penjalin banyak yang memanfaatkan air Waduk Penjalin untuk mencuci bahkan untuk mandi sehari-hari. Bagi sebagian penduduk keberadaan Waduk Penjalin memang sering dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci, oleh karenanya tidak sedikit dijumpai penduduk yang sedang mencuci ataupun sedang mandi di Waduk Penjalin dari anak-anak sampai orang tua (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

4. Kondisi Waduk Penjalin

Berdasarkan data Pusat Litbang Sumber Daya Air, tipe bendungan Waduk Penjalin adalah berupa urukan tanah dan batu dengan luas 1,25 dan isi 9,5 juta . Luas lahan atau areal yang dipakai dalam pembangunan Waduk Penjalin adalah 137.774,5 ha. (± 138 ha), terdiri dari luas tanah genangan atau waduk 122.212,5 ha, luas tanah bekas genangan 10.375,0 ha, luas tanah atau tanggul dan bangunan 5.187,0 ha, tanggul memiliki ketinggian 16 m, lebar 4 m, dan panjang 850 m. Untuk mengatasi

(32)

permasalahan Waduk Penjalin maka waduk ini di kelola oleh Pemerintah melalui BPSDA (Balai Pengelolaan Sumber Daya Air).

Sedangkan petugas pengelola yang ada dikantor yang bertempat di Waduk Penjalin antara lain:

1) Perwakilan atau Satker BPSDA Comal.

Tugasnya membawahi pengelolaan waduk, embung, bendung, maupun irigasi, yang bertugas di Waduk Penjalin ada 1 orang.

2) Korlak Waduk Penjalin.

Tugasnya selaku koordinator Pelaksana yang merupakan pimpinan waduk, yang bertugas di Waduk Penjalin 1 orang.

3) Petugas PPA (Penjaga Pintu Air).

Tugasnya secara rutin untuk operasional dan pemeliharaan Waduk Penjalin, berjumlah 6 orang.Jadi semua petugas yang mengelola Waduk Penjalin berjumlah 8 orang.

Kondisi bendungan masih sangat baik, sejak selesai di bangun yang selesai pada tahun 1934 sampai sekarang masih sangat baik, walaupun dulu ada proyek diagfragma wall untuk masalah penguatan tanggul bendung dengan diberi tulangan yang fleksibel dibagian tanggul. Pemasangan ini dilakakukan dari tahun 2005, 2006, 2008. Hal ini dilakukan karena tanggul berhadapan dengan air terus menerus sehingga pernah terjadi rembasan air walau tidak banyak, namun untuk mencegah sesuatu yang tidak diinginkan

(33)

maka pemerintah segera melakukan perbaikan tanggul (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Pengaturan tentang buka tutup air dilakukan oleh Petugas PPA (Penjaga Pintu Air). Selama musim hujan, pintu pengatur air di Waduk Penjalin sering dilakukan penutupan dengan tujuan agar saat musim kemarau, air yang tertampung di waduk itu bisa dialirkan guna memenuhi kebutuhan air areal persawahan, perkebunan tebu dan petani bawang di Kabupaten Brebes dan sekitarnya (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Persediaan air di Waduk Penjalin sampai saat ini masih sangat mencukupi untuk masalah pertanian atau irigasi untuk bendung-bendung yang dilalui aliran air dari Waduk Penjalin karena Waduk Penjalin didukung dengan iklim yang bagus dengan curah hujan yang cukup tinggi, terlebih untuk beberapa tahun terakhir ini dengan intensitas hujan yang tinggi maka Waduk Penjalin tidak mengalami kekurangan air atau penyusutan (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Waduk Penjalin berada di daerah pegunungan dengan daerah yang berbukit yang berada di kaki Gunung Slamet, serta beriklim tropis namun curah hujannya cukup tinggi. Wilayah sekitar waduk memiliki sabuk hijau dari dulu sampai sekarang masih sangat baik karena disekitar waduk masih sangat asri, baik dan hijau, karena kalau sabuk hijaunya tidak baik maka dapat terjadi erosi. Sehingga dengan sumber daya alam yang sangat baik ini

(34)

sangat mendukung Waduk Penjalin untuk menjaga kebutuhan air (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Keadaan alam disekitar Waduk Penjalin banyak sekali ditanami pepohonan, hal ini dilakukan untuk menjaga sumber air yang ada supaya kestabilan air tetap terjaga walau pada musim kemarau. Dari tahun ke tahun air yang berada di Waduk Penjalin selalu stabil karena lingkungan di sekitarnya cukup terjaga dengan baik. Waduk Penjalin merupakan waduk yang berada di tengah-tengah desa, sehingga dibutuhkan pelestarian atau penjagaan yang rutin. Oleh karenanya sejak tahun 2000an dibentuk Paguyuban Penjalin Lestari Indah yang saat ini di ketuai oleh Bapak Nur Salim dengan 25 anggotanya. Paguyuban ini dengan rutin melakukan agenda seperti sosialisasi tentang pelestarian lingkungan waduk dan kegiatan langsung seperti melakukan pembersihan waduk dari sampah-sampah para pengunjung, dan lain sebagainya (Purwanto, wawancara 17 April 2012).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui apakah ada pengaruh gaya hidup (pola makan, aktivitas fisik, istirahat dan riwayat merokok) terhadap

Upaya yang dilakukan oleh Lembaga Pemasyarakatan Narkotika Klas IIA Jakarta yaitu dengan memaksimalkan fasilitas yang ada, para pelaksana rehabilitasi yang belum cakap dalam

Hasil analisis data diperoleh Zh adalah 2,04 lebih besar dari nilai kritis Zα 5% yaitu 1,96 sehingga dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan pembelajaran puisi terhadap

Perbandingan pati-alginat optimum yang berpotensi untuk dapat digunakan sebagai bahan pengkapsul probiotik adalah pada perbandingan pati- alginat 1:3 (1% pati : 3%

Interaksi pustakawan merupakan kemampuan pustakawan dalam melakukan tindakan pustakawan dalam berhubungan dengan orang lain baik hubungan antar individu maupun

(1) Apabila mana-mana orang yang bukan seorang pesalah muda telah disabitkan di hadapan mana- mana Mahkamah atas apa-apa kesalahan yang boleh dihukum dengan hukuman

Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita yang terdahul sudah kita jelaskan/kita sampaikan, titik tujuan pelajaran dan ilmu tasawuf adalah menuju jalan

Dengan komunikasi yang baik maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan lancar, oleh karena itu seorang guru dituntut mempunyai kemampuan berkomunikasi dalam