Community Health
VOLUME X No X Juli 20XX Halaman XX - XX
Analisis Potensi Sisa Sampah Pasar menjadi Pupuk Kompos di Pasar Sayur Baturiti
Ni Luh Putu Silvy Vidaliani *1, I Gede Herry Purnama1
Alamat: PS Kesehatan Masyarakat Fak. Kedokteran Universitas Udayana Email: silvy.vida@yahoo.co.id
*Penulis untuk berkorespondensi Artikel Penelitian
ABSTRAK
Pasar merupakan salah satu tempat penyumbang sampah organik terbanyak, yang sering kali belum dilakukan pengelolaan sampah dengan baik. Pasar Sayur Baturiti merupakan salah satu pasar yang menjadi pusat pendistribusian sayur di Bali. Penelitian ini bertujuan untuk dapat melakukan pemanfaatan sisa sampah sayur menjadi kompos dan untuk dapat mengetahui kualitas dari pupuk kompos yang dihasilkan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimental. Sisa sampah pasar dimanfaatkan menjadi kompos dengan pemberian starter yang berbeda-beda (EM4, Gula, Kompos Jadi dan Nasi) dan satu kontrol dengan menggunakan metode pengomposan keranjang takakura dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Kadar C/N rasio pada kompos dengan penambahan starter maupun tanpa starter berada pada rentangan nilai ambang batas yaitu pada rentangan (10-25). Kadar P tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar P tersedia terbaik pada kompos dengan starter EM4 sebesar 991,27 sedangkan yang terendah pada kompos tanpa starter (kontrol) sebesar 84,86. Kadar K tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar K tersedia terbaik pada kompos dengan starter Nasi sebesar 4053,02 sedangkan yang terendah pada kompos tanpa starter (kontrol) sebesar 206,73. Kadar pH dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar pH dari masing-masing kompos dengan penambahan starter maupun tanpa starter memiliki pH netral.
Keywords: Sampah sayur, Komposting, Starter PENDAHULUAN
Penumpukan sampah yang disebabkan oleh bertambahnya populasi manusia semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan. Limbah atau sampah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah berakhirnya suatu proses atau kegiatan (Wardana, 2007).
Untuk mengatasi permasalahan sampah tersebut perlu dilakukannya penelitian yang
dapat merubah sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Salah satu tempat yang banyak menghasilkan sampah khususnya sampah organik adalah pasar, dan salah satu pasar penyumbang sampah organik yang juga berada di daerah pertanian sayur-sayuran adalah pasar sayur Baturiti yang terletak di desa Baturiti, kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan.
Dari hasil wawancara yang dilakukan kepada sekretariat Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) Kabupaten Tabanan, diperkirakan volume sampah yang dihasilkan oleh pasar sayur Baturiti ini selama sebulan mencapai 30m3.
Permasalahan mengenai banyaknya produksi sampah yang dihasilkan di Pasar Sayur Baturiti dan juga jarak dengan TPA yang sangat jauh menjadi permasalahan yang perlu dipertimbangkan. Adanya pengolahan sampah sayur di Pasar Sayur Baturiti untuk dijadikan pupuk kompos menjadi solusi yang dapat digunakan untuk dapat mengatasi permasalahan mengenai penumpukan sampah yang ada di Pasar Sayur Baturiti dan juga dapat mengurangi umur pemakaian TPA karena volume sampah yang dibuang ke TPA dapat dikurangi.
Dengan volume sampah yang dihasilkan oleh pasar sayur Baturiti yang lumayan banyak dan 95% dari sampah yang dihasilkan adalah sampah organik akan sangat memungkinkan untuk di lakukan pengelolaan sampah tersebut untuk dapat di jadikan pupuk kompos sekaligus dapat membantu petani sayur di daerah tersebut didalam pemenuhan kebutuhan pupuk untuk tanaman mereka.
METODE
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif eksperimental. Sisa sampah pasar dimanfaatkan menjadi
kompos dengan pemberian starter yang berbeda-beda (EM4, Gula, Kompos Jadi dan Nasi) dan satu kontrol dengan menggunakan metode pengomposan keranjang takakura dan dilakukan pengulangan sebanyak tiga kali.
Penelitian ini dilakukan di dua tempat yang berbeda, untuk pembuatan pupuk kompos dilakukan di desa Candikuning, kecamatan Baturiti, Tabanan sedangkan untuk uji laboratorium dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana. Penelitian ini dilakukan sejak bulan April sampai dengan bulan Juni 2016.
Dalam pengujian kualitas kompos ada empat parameter yang diuji yaitu :
1. Reaksi pupuk (pH) H2O (pH Meter) 2. C/N rasio (metode Walkley & Black ,
metode Kjeldhall)
3. P tersedia (metode Bray-1) 4. K tersedia (metode Bray-1) HASIL
Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter EM4
Tabel 1 Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter EM4
C/N rasio P
tersedia K
tersedia pH EM4
I 27,69 708,880 7963,430 6,7 EM4
II 21,45 1028,570 1250,680 7,0 EM4
III 23,39 1236,360 1295,500 7,1 Sumber: Hasil Penelitian
Berdasarkan uji laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana terhadap sisa sampah sayur yang dimanfaatkan sebagai pupuk kompos menggunakan starter EM4 diketahui rata- rata C/N rasio adalah (24,18) , rata-rata P tersedia adalah (991,27) , rata-rata K tersedia adalah (3503,20) , dan rata-rata pH adalah (6,9).
Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Gula
Tabel 2 Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Gula
C/N rasio P
tersedia K
tersedia pH Gula
I 22,23 822,900 9382,570 7,4 Gula
II 21,69 984,890 1289,400 7,1 Gula
III 21,53 961,390 1161,230 7,1 Sumber: Hasil Penelitian
Bila dilihat dari Tabel diatas maka dapat diketahui bahwa sisa sampah sayur yang dimanfaatkan sebagai pupuk kompos menggunakan starter gula memiliki rata- rata C/N rasio adalah (21,82) , rata-rata P tersedia adalah (923,06) , rata-rata K tersedia adalah (3944,4) , dan rata-rata pH adalah (7,2).
Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Kompos Jadi
Tabel 3 Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Kompos Jadi
C/N rasi o
P tersedi a
K tersedi a
p H Kompo
s I 37,3
5 842,440 9729,70
0 7,
6 Kompo
s II 26,3
2 995,060 1249,61
0 7,
0 Kompo
s III 24,5
5 911,480 1153,24
0 6,
9 Sumber: Hasil Penelitian
Hasil uji laboratorium pada Tabel diatas menunjukan bahwa dengan menggunakan starter Kompos Jadi nilai uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sisa sampah sayur yang dimanfaatkan sebagai pupuk kompos diketahui memiliki rata-rata C/N rasio adalah (29,41) , rata-rata P tersedia adalah (916,33) , rata-rata K tersedia adalah (4044,18) , dan rata-rata pH adalah (7,2).
Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Nasi
Tabel 4 Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH dengan starter Nasi
C/N rasio P
tersedia K
tersedia pH Nasi
I
25 858,330 9711,230 7,5 Nasi
II 17,94 1010,320 1290,470 7,1 Nasi
III 20,77 949,700 1157,350 7,2 Sumber: Hasil Penelitian
Bila menggunakan starter Nasi maka diketahui rata-rata C/N rasio adalah (21,24) , rata-rata P tersedia adalah (939,45) , rata-rata K tersedia adalah (4053,02) , dan rata-rata pH adalah (7,3).
Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH tanpa starter (kontrol)
Tabel 5 Kadar C/N rasio, P tersedia, K tersedia dan pH tanpa starter (kontrol)
C/N rasi o
P tersedi a
K tersedi a
pH
Kontro
l I 19,7
5 95,620 223,600 7, 1 Kontro
l II 19,6
5 82,240 194,840 7 Kontro
l III 20,4
7 76,730 201,740 7, 1 Sumber: Hasil Penelitian
Sampah sayur yang dimanfaatkan sebagai pupuk kompos yang tidak diberi starter (kontrol) menunjukan rata-rata C/N rasio adalah (19,96) , rata-rata P tersedia adalah (84,86) , rata-rata K tersedia adalah (206,73) , dan rata-rata pH adalah (7,1).
DISKUSI
Kadar C/N rasio dari sisa sampah sayur menjadi kompos dengan starter EM4, Gula, Kompos Jadi, Nasi dan Kontrol
Dari hasil laboratorium yang telah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana pupuk kompos yang dibuat dari sisa sampah sayur menunjukan bahwa kadar C/N rasio dari pupuk kompos dengan starter EM4, starter gula, starter kompos jadi, starter nasi dan juga tanpa penambahan starter (kontrol) memiliki kadar C/N rasio yang normal, dikarenakan kadar C/N rasio dari kompos tersebut berada dalam rentangan standar kualitas pupuk organik menurut Permentan
No.70 tahun 2011 dan juga standar SNI 19- 7030-2004. Kandungan C/N rasio terbaik ada pada semua kompos dengan penambahan starter maupun tanpa penambahan starter.
Nilai C/N rasio meningkat semakin tinggi dikarenakan tingginya kandungan selulose dan lignin bahan dasar kompos yang dipakai, sehingga semakin tinggi kadar C/N rasio maka semakin sulit didekomposisi (Jutono dalam Supadma dan Arthagama, 2008). Sebaliknya semakin rendah kandungan selulose dan lignin maka semakin mudah didekomposisi, sehingga proses dekomposisi akan semakin cepat berlangsung.
Kadar P tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos dengan starter EM4, Gula, Kompos Jadi, Nasi dan Kontrol
Kandungan P tersedia terbaik adalah pada pupuk kompos dengan penambahan starter EM4, kadar phosfhor yang semakin tinggi menunjukan bahwa kualitas dari pupuk kompos semakin baik untuk dipergunakan oleh tanaman dikarenakan tanaman memerlukan banyaknya unsur P (fosfor).
Adanya peningkatan kandungan fosfor dikarenakan oleh tingginya kandungan nitrogen, semakin tinggi nitrogen yang terkandung maka multiaplikasi mikroorganisme yang merombak fosfor akan meningkat sehingga kandungan fosfor akan meningkat (Yuli et al, 2011).
Unsur P sangat diperlukan oleh mikroorganisme didalam membangun selnya seperti protoplasma dan inti sel . Kadar K tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos dengan starter EM4, Gula, Kompos Jadi, Nasi dan Kontrol
Dari hasil uji kualitas K tersedia terhadap sisa sampah sayur yang di manfaatkan sebagai pupuk kompos dengan penambahan starter EM4, starter Gula, Starter Kompos Jadi, starter Nasi dan juga kontrol menunjukkan hasil dari kadar K tersedia berada diatas nilai standar kualitas pupuk kompos yaitu minimal 0,20%
menurut SNI 19-7030-2004 dan minimal 4% menurut Permentan No.70 tahun 2011.
Kandungan Kalium terbaik adalah pada pupuk kompos dengan penambahan starter nasi, peningkatan kadar kalium disebabkan oleh terbentuknya asam organic selama proses penguraian pada pupuk dengan penambahan starter nasi lebih banyak dan menyebabkan daya larut unsur-unsur hara seperti Ca, P dan K menjadi lebih tinggi, sehingga lebih banyak kalium bagi tanaman (Donahue dalam Cesaria dkk, 2014).Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Kurniawan.H.N.A dkk bahwa kemungkinan kadar K meningkat diakibatkan karena pendekomposisian kompos yang berjalan dengan baik.
Peningkatan Kalium dalam kompos disebabkan oleh bakteri pelarut seperti Bacillus mucilaginous (Christie dalam
Kurniawan.H.N.A dkk, 2014). Hal ini juga didukung dengan pernyataan yang menyatakan bahwa kalium merupakan senyawa yang dihasilkan oleh metabolism mikroba, dimana mikroba ini menggunakan ion-ion K+ bebas yang ada pada bahan baku pupuk untuk keperluan metabolisme (Agustina dalam Kurniawan.H.N.A dkk, 2014)
Kadar pH dari sisa sampah sayur menjadi kompos dengan starter EM4, Gula, Kompos Jadi, Nasi dan Kontrol
Dari hasil uji laboratorium yang telah dilakukan terhadap sisa sampah sayur yang dimanfaatkan menjadi kompos dengan penambahan starter EM4 , starter Gula , starter Kompos jadi , starter Nasi dan juga tanpa starter (kontrol) menunjukkan bahwa kadar Ph yang dikandung menunjukkan kadar pH yang netral, yang artinya kadar pH nya berada dalam rentangan standar SNI 19-7030-2004.
Kadar pH pada pupuk kompos yang bersifat netral menurut SNI 19-7030-2004 adalah (6,8-7,49). Sejauh proses pengomposan yang dilakukan dapat mempertahankan pH pada kisaran netral maka tidak akan menimbulkan masalah (Utomo, 2010).
Karena pH yang netral aktivitas mikroorganisme dalam pupuk organik berjalan sempurna, sehingga unsur hara yang terlepas dari pupuk organik juga semakin baik.
SIMPULAN
1. Kadar C/N rasio dari masing-masing kompos dengan penambahan starter dan juga kontrol memiliki kadar C/N rasio yang berada pada rentangan nilai ambang batas yaitu pada rentangan (10-25), sehingga kompos yang dibuat telah matang dan siap untuk dipakai.
2. Kadar P tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar P tersedia terbaik pada kompos dengan starter EM4 sebesar 991,27 sedangkan yang terendah pada kompos tanpa starter (kontrol) sebesar 84,86. Unsur P sangat diperlukan oleh mikroorganisme didalam membangun selnya seperti protoplasma dan inti sel. Fosfor didalam tanaman mempunyai fungsi sangat penting yaitu dalam proses fotosintesis, respirasi, transfer dan penyimpanan energi, pembelahan dan pembesaran sel serta proses- proses di dalam tanaman lainnya.
3. Kadar K tersedia dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar K tersedia terbaik pada kompos dengan starter Nasi sebesar 4053,02 sedangkan yang terendah pada kompos tanpa starter (kontrol) sebesar 206,73. Kadar K meningkat
diakibatkan karena
pendekomposisian kompos yang berjalan dengan baik. Peningkatan
Kalium dalam kompos disebabkan oleh bakteri pelarut seperti Bacillus mucilaginous.
4. Kadar pH dari sisa sampah sayur menjadi kompos menunjukkan bahwa kadar pH dari masing-masing kompos dengan penambahan starter maupun tanpa starter memiliki pH netral. Namun kadar pH tertinggi pada kompos dengan starter Nasi sebesar 7,3 sedangkan yang terendah pada kompos dengan starter EM4 sebesar 6,9.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Agustina. (2004). Dasar Nutrisi Tanaman. Rineka Cipta. Jakarta. Hal.
82. Dalam: Kurniawan.H.N.A dkk.
(2014). Pengaruh Penambahan Konsentrasi Microbacter Alfaafa-11 (MA-11) dan Penambahan Urea terhadap Kualitas Pupuk Kompos dari Kombinasi Kulit dan Jerami Nangka dengan Kotoran Kelinci. Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
2. Badan Standarisasi Nasional (BSN).
(2004). Spesifikasi Kompos dari
Sampah Organik Domestik. SNI 19- 7030-2004.
3. Christie, P. 2006. Decomposition of Silicate Minerals by Bacillus Mucilaginous In Liquid Cultures.
Environ Geochem and Health Journal
(28): 133-140. Dalam:
Kurniawan.H.N.A dkk. (2014).
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Microbacter Alfaafa-11 (MA-11) dan Penambahan Urea terhadap Kualitas Pupuk Kompos dari Kombinasi Kulit dan Jerami Nangka dengan Kotoran Kelinci.
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
4. Jutono. (1993). Perombakan Bahan Organik Tanah. Program Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Dalam: Supadma dan Arthagama.
(2008). Uji Formulasi Kualitas Pupuk Kompos yang Bersumber dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Ternak Ayam, Sapi, Babi dan Tanaman Pahitan. Jurnal Bumi Lestari. Vol. 8, No.
2
5. Kurniawan.H.N.A dkk. (2014).
Pengaruh Penambahan Konsentrasi Microbacter Alfaafa-11 (MA-11) dan Penambahan Urea terhadap Kualitas Pupuk Kompos dari Kombinasi Kulit dan Jerami Nangka dengan Kotoran Kelinci.
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. Malang.
6. Utomo, B. (2010). Pemanfaatan Beberapa Bioaktivator terhadap Peningkatan Laju Dekomposisi Tanah Gambut dan Pertumbuhan Gmelina arborea Roxb. Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. Vol. 7, No.1.
7. Wardana, W. (2007). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta : Andi.
8. Yuli A. Hidayati.et al. (2011). Kualitas pupuk cair hasil pengolahan Feses Sapi Potong Menggunakan Saccharomyces cereviceae. Jurnal Ilmu Ternak. Vol.11, No.2.