• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENENTUAN KADAR MgSO 4 PADA PUPUK KIESERITE SECARA UJI KUALITATIF DAN UJI KUANTITATIF DI BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG TIPE B MEDAN-BELAWAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENENTUAN KADAR MgSO 4 PADA PUPUK KIESERITE SECARA UJI KUALITATIF DAN UJI KUANTITATIF DI BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG TIPE B MEDAN-BELAWAN"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

MEDAN-BELAWAN

KARYA ILMIAH

NOVIA FADILLAH 132401053

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

PENENTUAN KADAR MgSO4 PADA PUPUK KIESERITE SECARA UJI KUALITATIF DAN UJI KUANTITATIF DI BALAI PENGUJIAN DAN

IDENTIFIKASI BARANG TIPE B MEDAN-BELAWAN

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya

Novia Fadillah 132401053

PROGRAM STUDI D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(3)
(4)

ii

PERNYATAAN ORISINILITAS

PENENTUAN KADAR MgSO4 PADA PUPUK KIESERITE SECARA UJI KUALITATIF DAN UJI KUANTITATIF DI BALAI PENGUJIAN DAN

IDENTIFIKASI BARANG TIPE B MEDAN-BELAWAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2016

Novia Fadillah 132401053

(5)

PENENTUAN KADAR MgSO4 PADA PUPUK KIESERITE SECARA UJI KUALITATIF DAN UJI KUANTITATIF

DI BALAI PENGUJIAN DAN IDENTIFIKASI BARANG TIPE B MEDAN BELAWAN

ABSTRAK

Penentuan kadar MgSO4 pada pupuk kieserite secara kualitatif dan kuantitatif telah dilakukan dari sampel pupuk kieserite alam, kieserite olahan, esta kieserite, dan kieserite murni. Analisa kualitatif dengan uji kelarutan, uji CO3, uji Cl- dan uji FTIR. Hasil uji kelarutan dengan pelarut air hanya sampel kieserite murni yang larut dengan sempurna sedangkan dengan pelarut kloroform tidak ada sampel yang larut. Uji CO3 hanya kieserite alam dan kieserite olahan yang mengandung CO3 , uji Cl- hanya kieserite alam dan estakieserite yang mengandungCl- . Pada analisa FTIR semua sampel positif mengandung Mg. Analisa kuantitatif dilakukan dengan menguji kadar air dan kadar NaCl. Analisa kuantitatif kadar air pada kieserite alam terdapat 14,6570%; kieserite olahan 0,8500% ; esta kieserite 0,0165% ; kieserite murni 35,7630%. Uji kadar NaCl pada kieserite alam terdapat 13,5611% ; kieserite olahan 20,6368% ; esta kieserite 7,3998% ; sedangkan pada kieserite murni tidak mengandung NaCl. Dari uraian data hasil analisis diatas didapatkan kadar air pada kieserite olahan dan esta kieserite masih belum melebihi syarat mutu garam konsumsi beryodium yang sesuai dengan SNI 3556:2010 dimana persyaratan kadar air maksimal 7 sedangkan kadar air pada kieserite alam dan kieserite murni melebihi syarat mutu garam konsumsi beryodium yang sesuai dengan SNI 3556:2010.

Kata kunci : Kieserite, SNI, Uji Kualitatif, Uji Kuantitatif

(6)

iv

DETERMINING THE LEVEL OF KIESERITE BOTH QUALITATIVELY AND QUANTITATIVELY IN CUSTOMS LABORATORY TYPE B MEDAN

ABSTRACT

The determination of MgSO4 levels in kieserite fertilizer qualitatively and quantitatively has been done from natural kieserite fertilizer, kieserite preparation, esta kieserite, and pure kieserite. Qualitative analysis with solubility test, CO3 test, Cl- test and FTIR test. The results of solubility test with water solvent are only the pure sample of kieserite can dissolve perfectly whereas with chloroform solvent there is no sample can be dissolved. CO3 test only natural kieserite and processed kieserite containing CO3, Cl- test only natural kieserite and esta kieserite containing Cl-. In FTIR analysis all positive samples containing Mg. Quantitative analysis done by testing the water content and NaCl content.

Quantitative analysis of water content in natural kieserite is 14.6570%; processed kieserite 0.8500%; esta kieserite 0,0165%; pure kieserite 35,7630%. Test of NaCl content in natural kieserite was 13,5611%; processed kieserite 20,6368%; esta kieserite 7,3998%; whereas pure kieserite does not contain NaCl. From the result of data analysis description analysis above obtained, the water content of the processed kieserite and esta kieserite still not exceed the quality requirement of iodized consumption salt in accordance with SNI 3556: 2010 where the maximum water content requirement is 7 while the water content in the natural kieserite and pure kieserite exceed the quality requirements of iodine salt consumption in accordance with SNI 3556: 2010.

Keyword: Kieserite, SNI, Qualitative Test, Quantitative Test.

(7)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah, Puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini dengan judul "Penentuan Kadar MgSO4 Pada Pupuk Kieserite Secara Uji Kualitatif Dan Uji Kuantitatif Di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe B Medan-Belawan".

Karya Ilmiah ini disusun sebagai persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi D-3 Kimia, Departemen Kimia, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak menemukan kendala, namun berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi berbagai kendala tersebut dengan baik.

Pada masa penyelesaian karya ilmiah ini, Penulis telah banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan juga dorongan dari berbagai pihak-pihak yang terlibat. Oleh karena itu, dengan rasa keikhlasan dan kerendahan hati penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan teristimewa kepada Kedua orang tua penulis Ayahanda Abdul Rahman dan Ibunda Rismalely yang telah membesarkan dan melimpahkan banyak kasih sayang kepada penulis beserta saudara penulis dan Keluarga besar penulis yang selalu memberikan kasih sayang dan mendo’akan yang terbaik untuk penulis serta bantuan berupa dukungan moril, spiritual dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tanpa mereka penulis bukanlah apa-apa.

Selain itu Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak - pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung antara lain:

1. Ibu Dr.Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku Ketua Departemen Kimia FMIPA USU.

2. Bapak Dr.Minto Supeno, M.S selaku Ketua Program D-3 Kimia.

3. Ibu Dr. Andriayani, S.Pd, M.Si, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar membimbing dan meluangkan waktunya dalam penyusunan Karya Ilmiah ini

4. Seluruh staf pengajar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Khususnya jurusan Kimia yang telah mendidik penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini

(8)

vi

5. Bapak Luki Kurniawan S.Si selaku kepala Laboraturium di BPIB tipe B Medan Belawan yang telah bersedia memberikan fasilitas dan ilmu yang berharga bagi penulis.

6. Seluruh pihak BPIB tipe B Medan Belawan yang telah banyak membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan karya ilmiah ini.

7. Teman-teman penulis Dwi Ajeng Permoni, Nurul Hidayah, dan Muhammad Ginanjar yang banyak mengeluarkan pikiran untuk membuat karya ilmiah ini serta memberi dorongan yang terus-menerus.

8. Dan rekan – rekan ikatan mahasiswa D3 Kimia yang telah membantu dan memberikan dukungan dari belakang.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa isi dan cara penulisan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempuranaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk tambahan pengetahuan dan kesempurnaan karya ilmiah ini. Segala bentuk masukan yang diberikan akan penulis terima dengan senang hati dan penulis ucapkan teria kasih.

Harapan penulis, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Medan, Juli 2016 Penulis

Novia Fadillah

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN i

PERNYATAAN ii

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

PENGHARGAAN v

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Permasalahan 3

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk 4

2.2 Kalsium dan Magnesium 5

2.2.1 Kalsium 5

2.2.2 Magnesium 6

2.2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan

ion Magnesium 8

2.3 Kapur Dolomit 9

2.4 Uji Kualitatif dan Uji Kuantitatif 10

2.4.1 Uji Kualitatif 10

2.4.1.1 Kelarutan 12

2.4.1.2 Spektroskopi FTIR 13

2.4.2 Uji Kuantitatif 14

2.4.2.1 Kadar Air 15

2.4.2.2 Pengertian Garam 17

(10)

viii

BAB 3. METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat 18

3.2 Bahan 19

3.3 Prosedur Analisa 19

3.3.1 Prosedur Pengoperasian FTIR 19

3.3.1.1 Proses Background 19

3.3.1.2 Preparasi Sampel 20

3.3.1.3 Proses Analisa 20

3.3.1.4 Memulai Compare 20

3.3.1.5 Memulai Search 21

3.3.1.6 Mematikan Alat 21

3.3.2 Penentuan Kadar Natrium 21

3.3.2.1 Pereaksi 21

3.3.2.2 Penetapan Kadar Air 21

3.3.2.3 Pembakuan AgNO3 22

3.3.2.4 Penentuan Natrium Klorida 22

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Dan Hasil Percobaan 23

4.2 Perhitungan 24

4.2.1 Perhitungan Kadar Air 24

4.2.2 Perhitungan Normalitas AgNO3 24

4.2.3 Perhitungan Kadar NaCl 25

4.2.4 Reaksi 26

4.3 Pembahasan 27

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 28

5.2 Saran 28

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL HALAMAN

Tabel 2.1 Kandungan Ca Berbagai Pupuk 6

Tabel 2.2 Kandungan Mg berbagai Pupuk 8

Tabel 2.3 Istilah Perkiraan Kelarutan 13

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Pebedaan Kieserite 24

(12)

x

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL HALAMAN

Gambar 2.2 Spektroskopi FTIR 14

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pupuk adalah semua bahan organik atau anorganik yang mengandung satu atau lebih unsur hara yang diperlukan tanaman. Pupuk dapat diklasifikasi berdasarkan kandungan unsur hara, kadar kandungan hara, reaksi kimia, proses pembentukan/asalnya, kelarutan, senyawa dan fasenya.

Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk dibedakan menjadi pupuk tunggal dan majemuk. Pupuk tunggal ialah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara, contohnya pupuk urea (N), KCl (K), dan TSP (P). Pupuk majemuk ialah pupuk yang mengandung lebih dari unsur hara.

Pupuk kiserit merupakan pupuk yang dibuat atau berasal dari mineral-mineral alami yang terdapat pada batuan yang menyusun lapisan kulit bumi. Pupuk kiserit tersusun oleh beberapa unsur mineral yaitu unsur magnesium (Mg) dan Sulfur (S). Mineral/unsur ini secara umum banyak terdapat pada batuan atau mineral yang terdapat pada dolomit dan serpentin. Dari bahan alami inilah nantinya diolah secara mekanik untuk memperoleh pupuk (Adiningsih, 1993)

Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologi.

Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan komposisi kimia tetapi juga struktur mineral. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui

(14)

2

(senyawa organik biasanya tidak termasuk). Ilmu yang mempelajari mineral disebut mineralogi. Dolomit termasuk dalam kelompok mineral karbonat, mineral dolomit murni secara teoritis mengandung sekitar 45,6% MgCO3 atau 21,9%

MgO dan 54,3% CaCO3 atau 30,4% CaO. Rumus kimia mineral dolomit dapat ditulis meliputi CaCO3. MgCO3, CaMg(CO3)atau CaxMg1-xCO3, dengan nilai x lebih kecil dari satu. Dolomit di alam jarang yang murni, karena umumnya mineral ini selalu terdapat bersama-sama dengan batugamping, kwarsa, rijang, pirit dan lempung. Dalam mineral dolomit terdapat juga pengotor, terutama ion besi (Siti, 2003)

Untuk pertanian biasanya dolomit dijadikan salah satu bahan baku untuk pembuatan pupuk kiserit, pupuk ini secara umum sering digunakan untuk menetralisir pH tanah, Adanya pengapuran dengan pemberian kiserit bertujuan untuk memperbaiki pH tanah mencapai kisaran pH optimal dan pengapuran pula fiksasi (serapan) zat Al, Fe dan Mn bisa terurai atau terlepas sehingga tanaman dapat menyerap zat Fosfat (P) serta memperlancar peredaran Fosfat (P) dalam tubuh tanaman. Pengapuran juga dapat memberikan memantapkan struktur tanah, meningkatkan porositas dan aerasi udara dalam tanah, meningkatkan perkembangan mikroorganisme, tanah menjadi lebih subur dan gembur, sirkulasi udara dalam tanah lebih lancar, akar semai lebih kuat menyerap zat-zat hara dari dalam tanah, sehingga pupuk yang telah diberikan diserap maksimal oleh tanaman. Kalsium dan Magnesium juga sangat berperan dalam mendorong perkembangan akar, memperkuat kekokohan batang, mengurangi serapan zat yang meracuni tanaman, bagian esensial klorofil sehingga tercipta hijau daun mengkilap dan bercahaya, mengatur serapan dan peredaran zat Fosfat (P) pada

(15)

tanaman, pembentuk lemak, minyak dan pati serta mendorong produksi biji- bijian tanaman. pupuk kiserit ini sering digunakan untuk palawija, tanaman perkebunan (kakao, kelapa sawit,dll) (Atangsaputra, 2000).

1.2 Permasalahan

Yang menjadi permasalahan pada studi ini adalah:

a. Apakah pupuk kieserite murni, kieserite alam, estakieserite, dan kieserite olahan larut dalam air dan kloroform ?

b. Bagaimana cara proses uji kuantitatif pada pupuk kieserite ? 1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui apakah pupuk kieserite murni, kieserite alam, estakieserite, dan kieserite olahan larut dalam air dan kloroform ?

b. Untuk mengetahui bagaimana cara proses uji kuantitatif pada pupuk kieserite ?

1.4 Manfaat Penulisan

a. Dapat memberikan informasi apakah pupuk kieserite murni, kieserite alam, estakieserite, dan kieserite olahan larut dalam air dan kloroform b. Dapat mengetahui bagaimana cara proses uji kuantitatif pada pupuk

kieserite

(16)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pupuk

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Dalam pengertian yang khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman. Pupuk adalah mutlak untuk memacu tingkat produksi tanaman yang diharapkan.

Menurut hasil penelitian setiap tanaman memerlukan paling sedikit 16 unsur (ada yang menyebutnya zat) agar pertumbuhannya normal. Dari ke 16 unsur tersebut, tiga unsur (Carbon, Hidrogen, Oksigen) diperoleh dari udara, sedangkan 13 unsur lagi tersedia oleh tanah adalah Nitrogen (N), Pospor (P), Kalium (K), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Sulfur atau Belerang (S), Klor (Cl), Ferum atau Besi (Fe), Mangan (Mn), Cuprum atau Tembaga (Cu), Zink atau Seng (Zn), Boron (B), dan Molibdenum (Mo). Tanah dikatakan subur dan sempurna jika mengandung lengkap unsur-unsur tersebut diatas.

Ke-13 unsur tersebut sangat terbatas jumlahnya di dalam tanah.

Terkadang tanah pun tidak mengandung unsur-unsur tersebut secara lengkap.

Hal ini dapat diakibatkan karena sudah habis tersedot oleh tanaman saat kita tidak henti-hentinya bercocok tanam tanpa diimbangi dengan pemupukan.

Kalau dilihat dari jumlah yang disedot tanaman, dari ke-13 unsur tersebut hanya 6 unsur saja yang diambil tanaman adalah jumlah yang banyak.

(17)

Unsur yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak tersebut disebut unsur makro. Ke-6 jenis unsur makro tersebut adalah N, P, K, S, Ca, dan Mg (Siti, 2003)

2.2 Kalsium dan Magnesium

2.2.1 Kalsium

Kalsium adalah logam putih perak yang melebur pada 845º C. Kalsium dapat bereaksi dengan oksigen amfoter dan udara lembab; pada reaksi ini terbentuk kalsium oksida ataupun hidroksida. Kalsium menguraikan air dengan membentuk kalsium hidroksida. Kalsium membentuk kation (II), Ca2+, dalam larutan-larutan air. Garam-garamnya biasanya berupa bubuk putih dan membentuk larutan yang tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna.

(Vogel, 1957).

Unsur kalsium yang diperlukan oleh tanaman tingkat tinggi dalam jumlah relatif banyak dan diserap dalam bentuk ion Ca2+. Kalsium termasuk unsur hara yang essensial, unsur ini diserap dalam bentuk Ca2+. Sebagian besar terdapat dalam daun dalam bentuk kalsium pektat yaitu dalam lamella pada dinding sel. Selain itu terdapat juga dalam batang, berpengaruh baik pada pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar. Dalam hal ini apabila zat tidak diperhatikan atau ditiadakan, maka pertumbuhan ujung dan bulu-bulu akar akan terhenti sedangkan bagian-bagian yang telah terbentuk akan mati dan berwarna coklat kemerah-merahan.

Sumber-sumber Ca2+ terutama terdapat pada batu-batu kapur dan sisa-sisa tanaman. Ternyata bahwa banyak tanah yang menderita kekurangan

(18)

6

Ca2+ sehingga pada penanaman tanam-tanaman tertentu perlu mendapatkan pengapuran terlebih dahulu, kalsium berhubungan rata dengan pembentukan protein dan bagian tanaman yang aktif juga untuk membentuk dinding sel sehingga berpengaruh pada kesegaran tanaman. Kalsium ini dapat menetralkan asam dalam tanah. Sumber kalsium yang paling umum adalah batu kapur, meskipun sisa-sisa tanaman juga mengandung kalsium.

Semakin lama tanah ditanam maka semakin asam sehingga tetap diperlukan ion Ca untuk mengganti yang diserap tanaman (Isnaini, 2006).

Tabel 2.1 Kandungan Ca Berbagai Pupuk

Nama Pupuk Kadar Ca (%)

Kalsium Nitrat

Amonium Nitrat campur kapur Kalsium Sianida

Gips (gipsum) Batuan

Fosfat Super Fosfat (enkle) Superfosfat

19,4 8,2 38,5 22,3

33,1 19,6 36,0

(Rosmarkam,2002) 2.2.2 Magnesium

Magnesium adalah logam putih yang melebur pada 650º C. Logam ini mudah terbakar dalam udara atau oksigen dengan mengeluarkan cahaya putih yang cemerlang, membentuk oksida MgO dan beberapa nitride Mg3N2. Logam ini perlahan-lahan terurai oleh air pada suhu biasa, tetapi pada titik didih air reaksi berlangsung dengan cepat. Magnesium Hidroksida, jika tak ada garam ammonium, praktis tak larut. Magnesium larut dengan mudah dalam asam. Magnesium membentuk kation ekivalen Mg2+. Oksida,

(19)

hidroksida, karbonat dan fosfatnya tidak larut sedangkan garam-garam lainnya larut (Vogel, 1957).

Magnesium diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Mg2+ yang merupakan usnur penting dalam tanaman sebagai penyusun klorofil. Magnesium juga mempunyai peranan penting terhadap metabolisme nitrogen. Makin tinggi tanaman menyerap Mg, maka makin tinggi juga kadar protein dalam akar ataupun bagian atas tanaman. Kekurangan Mg menyebabkan kadar protein turun dan non-protein naik. Unsur Mg yang dahulu hanya sebagai pelengkap pupuk lain kini telah menjadi unsur utama pada pupuk-pupuk tertentu. Hal ini disebabkan fungsi atau peranan Mg pada pertumbuhan tanaman semakin diperhitungkan. Pada awalnya yang disebut sebagai pupuk tunggal hanya ada tiga jenis, yaitu pupuk N, pupuk K, dan pupuk P. Namun, sejalan dengan perkembangan ilmu pertanian pupuk Mg juga dapat dimasukkan kedalam kelompok pupuk tunggal.

Salah satu jenis pupuk Mg yang mudah dapat ditemukan di toko-toko pertanian adalah magnesium sulfat (MgSO4.H2O). Di pasaran pupuk ini dikenal dengan nama kieserite. Bahan utama penyusun pupuk Mg ini adalah brucit atau Mg(OH) dan magnesit atau MgCO3 (Siti, 2003).

(20)

8

Tabel 2.2 Kandungan Mg berbagai Pupuk

Jenis Pupuk Mg Mg(%) Unsur lain

Basic slag 3,4 -

Amonium nitrat campur kapur 4,4 -

Dolomit (MgCO3.Ca CO3) 5-20 20%-45% CaO

Epsom salt (MgSO4).7.H2O 9,6 13% S

Kieserit (MgSO4.H2O). 18,3 22% S

Garam (manure salt) 3,5 Na, Cl

Kalium magnesium sulfat 11,5 22-30% K2O

Magnesia 55,0 -

Magnesium klorida (MgCl2.6H2O) 20,0 -

Magnesiumsulfat anhydrous 33,0 26,5% S

Magnesite 45,0 -

Nitro magnesia 7,0 -

(Rosmarkam, 2002) Pupuk magnesium sulfat berbentuk hablur dan berwarna putih keabu-abuan. Sifat kimianya sukar larut dalam air dan bereaksi asam.

Oleh sebab itu, apabila digunakan secara terus-menerus dapat menyebabkan turunnya pH tanah atau tanah menjadi masam (Siti, 2003).

2.2.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan ion Magnesium

a. Umum

Kondisi yang dapat mengakibatkan perkembangan defisiensi Mg pada tanaman adalah tanah asam dan berpasir. Tanah asam dengan Mg2+

(21)

tersedia rendah ditingkatkan dengan kapur kalsit takaran tinggi, dan pemberian pupuk-pupuk konsep takaran tinggi.

b. pH tanah

Serapan Mg2+ oleh tanaman dari larutan hara dipengaruhi oleh konsentrasi ion H+. Serapan Mg2+ oleh tanaman meningkat dengan meningkatnya pH yang mencapai pH optimum yaitu pada pH sekitar 5,5.

Defisiensi pada tanaman secara umum berasosiasi dengan nilai pH tanah

<5. Jika tanah bereaksi asam dan ketersediaan Mg2+ rendah, penggunaan kapur dolomit merupakan pendekatan terbaik dalam mengoreksi defisiensi Mg2+.

c. Kejenuhan Magnesium

Kejenuhan Mg2+ merupakan suatu ukuran yang lebih baik dari ketersediaan Mg2+ dari pada jumlah Mg2+ dapat dipertukarkan sebenarnya (Engelstad, 1997).

2.3 Kapur Dolomit

Berbentuk bubuk berwarna putih kekuningan. Dikenal sebagai bahan untuk menaikkan pH. Dolomit adalah sumber Ca (30%) dan Mg (19%) yang cukup baik. Kelarutannya agak rendah dan kualitasnya sangat ditentukan oleh ukuran butiran. Semakin halus butirannya akan semakin baik kualitasnya.

(22)

10

2.4 Uji Kualitatif dan Uji Kuantitatif

2.4.1 Uji Kualitatif

Analisa kualitatif mempunyai arti mendeteksi keberadaan suatu unsur kimia dalam cuplikan yang tidak diketahui. Analisa kulaitatif merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk mempelajari kimi dan unsur-unsur serta ion-ionnya dalam larutan. Dalam metode analisis kualitatif kita menggunakan beberapa pereaksi golongan dan pereaksi spesifik, kedua pereaksi ini dilakukan untuk mengetahui jenis anion suatu larutan.

Metode yang tersedia untuk mendeteksi anion tidaklah sistematik seperti metode untuk kation. Memisahkan anion-anion kedalam golongan-golongan utama, bergantung pada kelarutan garam peraknya, garam kalsium atau bariumnya, dan garam zinknya. Namun, ini hanya boleh dianggap berguna untuk memberi indikasi dari keterbatasan- keterbatasan metode ini, dan untuk memastikan hasil-hasil yang diperoleh dengan prosedur-prosedur yang lebih sederhana.

Pada hakekatnya, proses-proses yang dipakai dapat dibagi ke dalam (A) proses yang melibatkan identifikasi produk-produk yang mudah menguap, yang diperoleh pada pengolahan dengan asam-asam, dan (B) proses yang tergantung pada reaksi-reaksi dalam larutan. Kelas (A) dibagi lagi kedalam sub-kelas (i) gas-gas yang dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam sulfat encer, dan (ii) gas atau uap dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Kelas (B) dibagi lagi kedalam sub-kelas (i) rekasi pengendapan, dan (ii) oksidasi dan reduksi dalam larutan. Kelas A, (i) gas dilepaskan dengan asam klorida encer atau asam

(23)

sulfat encer: karbonat, hidrogen karbonat (bikarbonat), sulfit, tiosulfat, sulfida, nitrit, hipoklorit, sianida, dan sianat. (ii) Gas atau uap asam dilepaskan dengan asam sulfat pekat. Ini meliputi zat-zat dari (i) plus zat yang berikut:

fluorida, heksafluorsilikat, klorida, bromida, iodida, nitrat, klorat (bahaya), perklorat, permanganat (bahaya), bromat, borat, heksasianoferat(II), heksasianoferat(III), tiosianat, format, asetat, oksalat, tartrat, dan sitrat.

Kelas B, (i) reaksi pengendapan: Sulfat, peroksodisulaft, fosfat, fosfit, hipofosfit, arsenat, arsenit, kromat, dikromat, silikat, heksafluorosilikat, salisilat, benzoat, dan suksinat. (ii) Oksidasi dan reduksi dalam larutan:

manganat, permanganat, kromat, dan dikromat.

Karbonat CO32- kelarutan : semua karbonat normal, dengan kekecualian karbonat dari logam-logam alkali serta amonium, tak larut dalam air.

Hidrogen karbonat atau bikarbonat dari kalsium, strontium, barium, magnesium, dan mungkin dari besi ada dalam larutan air; mereka terbentuk karena aksi oleh asam karbonat yang berlebihan terhadap karbonat-karbonat normal, entah dalam larutan air atau suspensi dan akan terurai pada pendidihan larutan.

CaCO3+ H2O + CO2 Ca

2+

+ 2HCO3-

Hidrogen karbonat dari logam-logam alkali larut dalam air, tetapi kurang larut dibanding karbonat normal padanannya. Untuk mempelajari reaksi ini dapat dipakai larutan natrium karbonat, Na2CO3.10H2O, 0,5M.

Klorida, Cl- kebanyakan klorida larut dalam air. Merkurium(I) klorida, Hg2Cl2, perak klorida, AgCl, timbel klorida, PbCl2 (yang ini larut

(24)

12

sangat sedikit dalam air dingin, tetapi mudah larut dalam air mendidih), tembaga(I) klorida, CuCl, bismut oksiklorida, BiOCl, stibium oksiklorida, SbOCl, dan merkurium(II) oksiklorida, Hg2OCl2, tak larut dalam air. Untuk mempelajari reaksi-reaksi ini, dipakai larutan natrium klorida, NaCl 0,1 M (Vogel, 1957).

2.4.1.1 Kelarutan

Menurut farmakope Indonesia pernyataan kelarutan adalah zat dalam bagian tertentu pelarut, kecuali dinyatakan lain menunjukkan bahwa 1 bagian bobot zat padat atau 1 bagian volume zat cair larut dalam bagian volume tertentu pelarut.

Kelarutan juga didefinisikan dalam besaran kuantitatif sebagai konsentrasi zat terlarut dalam larutan jenuh pada temperatur tertentu. Kelarutan suatu senyawa tergantung pada sifat fisika kimia zat pelarut dan zat terlarut, temperatur, pH larutan, tekanan untuk jumlah yang lebih kecil tergantung pada hal terbaginya zat terlarut. Bila suatu pelarut pada temperatur tertentu melarutkan semua zat terlarut sampai batas daya melarutkannya larutan ini disebut larutan jenuh (Syarif, 1993).

(25)

Tabel 2.3 Istilah Perkiraan Kelarutan

Istilah Bagian Pelarut yang dibutuhkan untuk 1 Bagian Zat Terlarut

Sangat mudah larut kurang dari 1 bagian

Mudah larut 1 sampai 10 bagian

Larut 10 sampai 30 bagian

Agak sukar larut 30 sampai 100 bagian

Sukar larut 100 sampai 1.000 bagian

Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 bagian Praktis tidak larut Lebih dari 10.000 bagian

(Syarif dan Halid, 1993) 2.4.1.2 Spektroskopi FTIR

Spektroskopi inframerah adalah metode untuk mempelajari interaksi molekul (materi) dengan radiasi inframerah. Salah satu tipe spektroskopi yang umum dipakai adalah Fourier Transform Infra Red Spectroscopy (FTIR). Alat ini cukup sensitif untuk mendeteksi keberadaan gugus fungsi dalam sampel (Smith, 1998). Spektroskopi ini bekerja ketika ikatan molekul dalam materi menyerap energi inframerah. Namun, tidak semua ikatan dalam molekul dapat menyerap energi inframerah, meskipun frekuensi radiasi tetap sesuai dengan gerakan ikatan.

Hanya ikatan yang mempunyai momen dipol yang dapat menyerap radiasi inframerah (Sastrohamidjojo, 2007)

Ketika molekul menyerap energi inframerah, ikatan molekul akan bervibrasi. Ikatan dapat mengalami regangan, penyusutan, dan tekukan (Smith, 1998). Analisis dengan instrument FTIR A dan B mempunyai kemiripan spectra IR. Merujuk pada literatur, spectra IR demikian adalah spectra senyawaan Magnesium Sulfat (MgSO4). Spectra IR reagen secara garis besar mempunyai

(26)

14

kemiripan dengan spectra Magnesium Sulfat (MgSO4) tetapi peak pada = 883- 896 nm tidak ada. Spectra IR 438 mempunyai kemiripan dengan spectra Magnesium Sulfat (MgSO4) dengan FTIR dapat disimpulkan A, B dan 438 adalah Magnesium Sulfat (MgSO4). Setiap tipe ikatan memiliki frekuensi dengan vibrasi yang berbeda. Walaupun mempunyai ikatan yang sama namun kondisi lingkunganya berbeda, akan memberikan frekuensi vibrasi yang berbeda. Oleh karena itu tidak ada dua molekul yang berbeda strukturnya akan mempunyai serapan inframerah yang tepat sama (Wu, 2014).

Gambar 2.1 Spektroskopi FTIR

2.4.2 Uji Kuantitatif

Analisis kuantitatif merupakan penentuan berapa zat tertentu ada di dalam suatu sampel. Zat yang ditentukan, sering ditunjukkan sebagai zat yang diinginkan atau analit, dapat terdiri dari sebagian kecil atau besar sampel yang dianalisis. Dalam analisis kimia kuantitatif, banyak sekali dilakukan analisis dengan menggunakan metode analisis kimia (Underwood, 1980). Analisis kimia sangat menekankan ketelitian dan keakuratan hasil-hasil analisis yang diperoleh dengan menggunakan metode-metode standar. Untuk itu, penting

(27)

untuk menyatakan kualitas hasil-hasil pengukuran yang diperoleh sehingga dapat dilihat kesesuaiannya dengan cara mencantumkan tingkat kepercayaan pengukuran. Salah satu pengukuran yang bermanfaat diantaranya adalah ketidakpastian pengukuran (measurement uncertainty).

Ketidakpastian pengukuran mulai dipublikasikan pada tahun 1993 oleh ISO (International Organisation for Standardisation) yang bekerja sama dengan BIPM (International Bureau of Weights and Measures), IEC (International Electrotechnical Commission), IFCC (International Federation of Clinical Chemistry), IUPAC (International Union of Pure and Applied Physics) dan OIML(International Organization on Legal Metrology) dalam

“Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement” (GUM) yang menulis tentang peraturan umum dalam menghitung da mengekspresikan ketidakpastian pengukuran dalam laporan-laporan analisis akan menjadi hal biasa di masa yang akan datang (Smith, 1998).

2.4.2.1 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu sifat fisik dari bahan yang menunjukan banyaknya air yang terkandung di dalam bahan. Kadar air biasanya dinyatakan dengan persentase berat air terhadap bahan basah atau dalam gram air untuk setiap 100 gram bahan yang disebut dengan kadar air basis basah (bb). Berat bahan kering atau padatan adalah berat bahan setelah mengalami pemanasan beberapa waktu tertentu sehingga beratnya tetap (konstan).

Konsep sederhana tentang kadar air bahan pangan menyatakan bahwa bahan pangan terdiri dari bahan kering ditambah sejumlah air. Air dalam bahan

(28)

16

pangan bisa terdapat di antara sel-sel maupun terdapat di dalam sel. Air bebas terdapat di dalam jaringan, sedangkan air terikat biasanya di dalam sel. Ada banyak konsep tentang macam-macam kandungan air yang terdapat di dalam bahan pangan. Secara konvensional air dibagi tiga jenis yaitu air terikat secara kimia, air terikat secara fisik dan air bebas (Apriyantono, 1989).

Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air persatuan bobot bahan. Dalam hal ini terdapat dua metode untuk menentukan kadar aair bahan tersebut yaitu berdasarkan bobot kering (dry basis) dan berdasarkan bobot basah (wet basis). Dalam penentuan kadar air bahan hasil pertanian biasanya dilakukan berdasarkan obot basah. Dalam perhitungan ini berlaku rumus sebagai berikut:

KA = (Wa / Wb) x 100%.

Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100 persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen (Syarif, 1993).

Penentuan kadar air untuk berbagai bahan berbeda-beda metodenya tergantng pada sifat bahan. Misalnya :

1. Untuk bahan yang tidak tahan panas, berkadar gula tinggi, berminyak dan lain-lain penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan oven vakum dengan suhu rendah.

2. Untuk bahan yang mempunyai kadar air tinggi dan mengandung senyawa volatile (mudah menguap) penentuan kadar air dilakukan dengan cara

(29)

destilasi dengan pelarut tertentu yang berat jenisnya lebih rendah dari pada berat jenis air. Untuk bahan cair yang berkadar gula tinggi, penentuan kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan reflaktometer (Winarno, 1997).

2.4.2.2 Pengertian Garam

Secara fisik, garam adalah benda padatan bewarna putih berbentuk kristal yang merupakan kumpulan senyawa dengan bagian terbesar Natrium Klorida (>80%) serta senyawa lainnya seperti magnesium klorida, magnesium sulfat, kalsium klorida, dan lai-lain. Garam mempunyai sifat / karakteristik higroskopis yang berarti yang mudah menyerap air, bulk density (tingkat kepadatan) sebesar 0,8-0,9 dan titik lebur pada tingkat suhu 801º C.

Garam Natrium Klorida untuk keperluan masak dan biasanya diperkaya dengan unsur iodin (dengan menambahkan 5 g Nal per kg NaCl) padatan kristal bewarna putih , berasa asin, tidak higroskopis, bila mengandung MgCl2 menjadi berasa pahit dan higroskopis . Digunakan sebagai bumbu penting untuk makanan, bahan baku pembuatan logam Na dan NaOH (bahan untuk pembuatan keramik, kaca, dan pupuk), sebagai zat pengawet (Burhanuddin, 2001).

(30)

18

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe B Medan-Belawan adalah :

- Erlenmeyer 250 ml Pyrex

- Beaker glass 50 ml Pyrex

- Cawan gores 50 ml - Spatula

- Pipet tetes

- Neraca Analitik Precisa

- FTIR

- Pipet volume 1 ml Pyrex

- Tabung reaksi Pyrex

- Buret 25 ml Pyrex

- Labu ukur - Oven - Desikator - Mortal dan Alu - HATR

- Hand Press Manual - KBR Pellet Press - Demountable FTIR - Liquid Cells

500 ml Pyrex

(31)

3.2. Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian di Balai Pengujian dan Identifikasi Barang Tipe B Medan-Belawan adalah :

- NaCl

- AgNO3 0,1 N

- K2CrO4 5 %

- NaHCO3

- Asam Nitrat - Aseton - Nujol - KBr bubuk - Aquadest - Kloroform

1 : 1

3.3 Prosedur Analisa

3.3.1 Prosedur Pengoperasian FTIR 3.3.1.1 Proses Background

Proses background (background dilakukan pada saat pertama kali instrumen dan komputer dinyalakan atau pada saat penggantian media sampel). Menyalakan instrumen, komputer dan printer, diklik icon BPIB, lalu masukkan password, lalu enter. Diklik 2x pada icon spectrum, setelah muncul login klik ok. Lalu klik background pada background collection. Diklik ok ketika muncul kata ready for sampel scan. Kemudian klik menu instrumen, lalu pilih scan. Pada halaman sampel, masukkan nama background pada nama dari spectrum yang akan

(32)

20

disimpan. Lalu pada halaman scan, pilih background pada scan type. Diklik apply, kemudian klik scan untuk memulai background.

3.3.1.2 Preparasi Sampel

Dimasukkan sampel ± 0,005 gr digerus dengan KBr bubuk ± 0,15 gr pada mortal, lalu dipress dengan hand press, hasil press di letakkan pada holder , lalu dimasukkan kealat instrument untuk di scan.

3.3.1.3 Proses Analisa

Memulai scan, diklik menu new ,lalu klik menu instrumen, lalu pilih scan. Pada halaman sampel, masukkan nama pada nama dari spectrum yang akan disimpan.

Dan pada halaman scan, pilih sampel scan type. Kemudian klik apply, lalu klik scan untuk memulai analisa.

3.3.1.4 Memulai Compare

Tentukan spectrum sample yang akan dibandingkan. Diklik icon set up pada window spectrum software. Kemudian pada halaman type, tentukan pembanding spectra sample, apakah dengan directory atau berasal dari standard. Lalu jika dengan directory, tentukan directory apa yang akan digunakan untuk membandingkan sampel, lalu klik ok. Diklik menu proses, lalu pilih compare, maka akan muncul spectra-spectra yang memiliiki kemiripan gugus fungsi dari sampel yang pernah discan. Kemudian cetak hasil scaning dan hasil pembandingan spectra sample dengan spectra data yang pernah discan.

(33)

3.3.1.5 Memulai Search

Tentukan spectrum yang ingin diketahui gugus fungsinya. Diklik menu proses, lalu pilih ir search, maka akan muncul spectra-spectra yang memiliki kemiripan gugus fungsi. Lalu dicetak hasil scaning dan hasil pembandingan spectra sample dengan spectra data base.

3.3.1.6 Mematikan Alat

Tutup semua jendela aplikasi, lalu matikan pc, monitor dan printer sementara alat ftir tidak dimatikan.

3.3.2 Penentuan Kadar Natrium 3.3.2.1 Pereaksi

Natrium klorida standar bersertifikat, lalu larutan perak nitrat, AgNO3 0,1 N.

Contoh pembuatan yaitu dibuat dengan melarutkan 17 gram AgNO3 dalam 1000 ml air suling. Kemudian indikator kalium kromat, K2CrO4 5%. Contoh pembuatan yaitu dibuat dengan melarutkan 5 gram K2CrO4 dalam 100 mL air suling. Lalu magnesium oksida (MgO) atau natrium bikarbonat (NaHCO3).

Setelah itu asam nitrat (1:1), dibuat dengan melarutkan satu bagian asam nitrat pekat ke dalam satu bagian air suling.

3.3.2.2 Penetapan Kadar Air

Ditimbang dengan seksama contoh uji dalam wadah yang telah ditera. Lalu dikeringkan dengan oven pada suhu 105ºC selama 3 jam, dinginkan dan timbang, catat jumlah penimbang. Lanjutkan pengeringan pada suhu yang sama selama 1 jam, dikeringkan dan ditimbang lakukan pada jarak pengeringan 1 jam sampai berat konstan.

(34)

22

3.3.2.3 Pembakuan AgNO3

Ditimbang dengan teliti 200 mg NaCl standar ke dalam erlenmeyer 250 ml, dilarutkan dengan air suling sampai 100 ml. Lalu ditambahkan 1 ml larutan (K2CrO4 5%). Kemudian titar dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai bewarna merah bata. Lalu dicatat volume penitar.

3.3.2.4 Penentuan Natrium Klorida

Ditimbang dengan teliti 200 mg contoh uji ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 100 ml air suling dan aduk sampai larut. Disaring larutan melalui kertas saring dan cuci dengan air suling sampai air suling bebas klorida. Lalu tampung air saringan dan air cucian ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian asamkan dengan beberapa tetes asam nitrat (1:1), sampai larutan bereaksi asam terhadap indikator Metil Merah (MO). Dinetralkan dengan MgO stsu NaHCO3.

Lalu ditambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5%. Kemudian titar dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai berwarna merah bata. Dicatat volume penitar.

(35)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data dan Hasil Percobaan

Data dan hasil penentuan kieserite alam, kieserite olahan, estakieserite, dan kieserite murni pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2016 yang diperoleh sebagai berikut :

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Perbedaan Kieserite Nama

Sampel

Pemerian Uji Kelarutan Uji CO3

Uji Cl-

Kadar Air

Kadar NaCl

FTIR Air Kloroform

Kieserite alam/std

Bongkaha n / padatan putih krem

Tida k larut

Tidak larut (+) (+) 14,6570 13,5611 +

Kieserite olahan

Bubuk halus bewarna krem

Tidak larut

Tidak larut (+) (-) 0,8500 20,6368 +

Esta kieserite

Kristal bewarna abu-abu

Tidak larut

Tidak larut (-) (+) 0,0165 7,3998 +

Kieserite murni

Kristal bewarna putih

Larut Tidak larut (-) (-) 35,7630 - +

Keterangan :

+ = Ada

- = Tidak Ada

(36)

24

4.2 Perhitungan

4.2.1 Perhitungan Kadar Air

= 14,6570

= 0,8500

= 0,0165

= 35,7630

4.2.2 Perhitungan Normalitas AgNO3

(37)

Keterangan :

W NaCl std = Bobot NaCl std V = volume NaCl

4.2.3 Perhitungan Kadar NaCl

Keterangan :

V = Volume AgNO N = Normalitas AgNO Fp = Pengenceran W = Bobot sampel

Adbb = atas dasar bahan basah Adbk = atas dasar bahan kering

Kadar NaCl (kieserite alam)

= 12, 6053 %

= 13,5611

(38)

26

Kadar NaCl (kieserite olahan)

= 9,6715 %

= 20,6368

Kadar Nacl (esta kieserite)

= 27,4229 %

=7,3998

4.2.4 Reaksi Percobaan

Reaksi uji kualitatif CO3

AgNO3 + CO3 AgNO3 + NO3 Endapan putih Reaksi uji kualitatif Cl-

AgNO3 + Cl- AgCl + NO3-

Dadih putih

(39)

4.3 Pembahasan

Berdasarkan data dan hasil penentuan kieserite alam, kieserite olahan, estakieserite, kieserite murni pada tanggal 25 Januari s/d 25 Februari 2016 Tabel 4.1, analisa kualitatif dilakukan dengan uji kelarutan, uji CO3, uji Cl- dan uji FTIR. Sedangkan analisa kuantitatif dilakukan dengan menguji kadar air dan kadar NaCl. Pada uji kelarutan menggunakan pelarut air dan kloroform. Hasil uji kelarutan dengan pelarut air hanya sampel kieserite murni yang larut dengan sempurna, sedangkan sampel yang tidak larut adalah kieserite olahan, estakiserite, dan kieserite alam.

Pada uji kelarutan dengan menggunakan pelarut kloroform tidak ada sampel yang larut. . Dan uji CO3 hanya kieserite alam dan kieserite olahan yang mengandung CO3. Sedangkan pada uji Cl- hanya kieserite alam dan estakieserite yang mengandung Cl-. Dan pada uji FTIR semua sampel positif mengandung Mg.

Selanjutnya uji kuantitatif kadar air pada kieserite alam terdapat 14,6570%; kieserite olahan 0,8500% ; esta kieserite 0,0165% ; kieserite murni 35,7630%. Uji kadar NaCl pada kieserite alam terdapat 13,5611% ; kieserite olahan 20,6368% ; esta kieserite 7,3998% ; sedangkan pada kieserite murni tidak mengandung NaCl.

Persyaratan kadar air SNI 3556:2010 maksimal 7 dan kadar air pada kieserite alam dan kieserite murni melebihi syarat mutu garam konsumsi beryodium sesuai SNI 3556:2010 hal ini dikarenakan kieserite murni berasal dari alam tanpa campuran unsur lain.

Kadar NaCl tidak sesuai dengan syarat mutu garam konsumsi beryodium sesuai SNI 3556:2010 dimana persyaratannya kadar NaCl minimal 94. Hal ini dikarenakan beberapa faktor sampel tersebut sudah terlalu lama pada masa penyimpanan dan terkomtaminasi oleh zat-zat lain sehingga mengakibatkan penurunan mutu dan keakuratan pada saat penimbangan massa, dikarenakan proses kalibrasi pada alat tidak dilakukan dengan sempurna.

(40)

28

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil data dan pembahasan analisis pupuk kieserite secara uji kualitatif dan uji kuantitatif diperoleh kesimpulan bahwa :

1. Pada uji kelarutan dengan air hanya kieserite murni yang larut sementara dan kelarutan dengan klorofrom tidak ada yang larut.

2. Pada proses uji kuantitatif dari sampel pupuk kieserite yaitu uji kadar NaCl pada pupuk kieserite adalah Ditimbang dengan teliti 200 mg contoh uji ke dalam erlenmeyer 250 ml, ditambahkan 100 ml air suling dan aduk sampai larut. Disaring larutan melalui kertas saring dan cuci dengan air suling sampai air suling bebas klorida. Lalu tampung air saringan dan air cucian ke dalam erlenmeyer 250 ml. Kemudian asamkan dengan beberapa tetes asam nitrat (1:1), sampai larutan bereaksi asam terhadap indicator Metil Merah (MO). Dinetralkan dengan MgO atau NaHCO3. Lalu ditambahkan 1 ml larutan K2CrO4 5%. Kemudian titar dengan larutan AgNO3 0,1 N sampai berwarna merah bata. Dicatat volume penitar.

5.2 Saran

Diharapkan untuk percobaan selanjutnya untuk mengaplikasikan pupuk kieserite pada tumbuhan, dan cara olahan yang baik dan benar untuk menggunakan pupuk kieserit pada tumbuhan.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih,J.S., Sudarsono,Hardjono dan joesoef,S.,1993, Evaluasi Pupuk Magnesium sulfat untuk tanaman Perkebunan, Bogor: APPI.

Apriyantono, 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusbangtepa IPB.

Atangsaputra, K. 2000. Penelitian Pembuatan Pupuk Kiserit dari Serpentinit Jampang Kulon, Sukabumi Selatan, Bandung: Laporan Penelitian pusat penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.

Burhanuddin, 2001. Strategi Pengembangan Industri Garam di Indonesia.

Yogyakarta: Kanisius.

Engelstad, O.P. 1997. Teknologi Dan Penggunaan Pupuk. Edisi Ke tiga.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Isnaini, M. 2006. Pertanian Organik. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Kreasi Wacana.

Rosmarkam, E. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sastrohamidjojo, H. 2007. Spektroskopi. Yogyakarta: Liberty.

Siti Rochini,2003,Pembuatan Pupuk Kiserit dari Terak Ferronikel. Bandung:

Laporan Penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara.

Smith, B. C. 1998. Infrared Spectral Interpretation: A Systematic Approach.

Florida: CRC Press LLC.

Syarif, R. dan H. Halid, 1993. Kadar Air Basis Basah dan Basis Kering. Jakarta:

Arcan.

Underwood, Day R.A. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga Vogel, A.I.,1957, A Textbook of Macro and Semimicro Qualitative

Inorganic Analysis, 5th ed. London: Longman, Green and Co.

Winarno, 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia.

Wu, J., Ling, L., Xie, J., and Wang, B. 2014. Surface Modification of Silica with 3-mercaptopropyltrimethoxysilane : Experimental and theoretical study on the surface interaction. Chemical Physic Letters

Gambar

Gambar 2.1 Spektroskopi FTIR

Referensi

Dokumen terkait

Teori mereka didasarkan pada suatu pandangan bahwa pemerintah senantiasa berusaha memperbesar pengeluaran, sedangkan masyarakat tidak suka membayar pajak yang semakin besar

Dalam upaya pengembangan kapasitas diklat dilakukan peningkatan kualitas.. modernisasi dan optimalisasi sarana dan prasarana diklat. Perbaikan dan/atau pembangunan prasarana

Penelitian ini menemukan bahwa dengan pendekatan VRS terdapat 13 data perbankan syariah dan 12 data perbankan konvensional yang mencapai tingkat efisiensi 100%, sedangkan

[r]

PENGARUH MUSEUM EXPERIENCE TERHADAP BEHAVIORAL INTENTION WISATAWAN DI MUSEUM KONPERENSI ASIA AFRIKA.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Efisiensi kultur antera yang terkait dengan produksi tanaman hijau dinyatakan dalam rasio tanaman hijau (TH) terhadap jumlah kalus menghasilkan tanaman (KMT) dan

Dari surat kabar yang hampir gulung tikar, Dahlan Iskan menjadikan Jawa Pos menjadi surat kabar yang spektakuler dan Jawa Pos di bawah kepemimpinan Dahlan berhasil

Dari uraian-uraian tersebut di atas dapatlah dikemukakan hubungan Dari uraian-uraian tersebut di atas dapatlah dikemukakan hubungan antara administrasi, organisasi,