• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN E-COURT DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR SELAMA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMANFAATAN E-COURT DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR SELAMA PANDEMI COVID-19"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN E-COURT DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR SELAMA PANDEMI COVID-19

Zuraida Balweel

Program Studi Hukum Perdata Universitas Pancasila Email: zuraida.balweel17@gmail.com

ABSTRAK

Penggunaan e-Court sebagai salah satu bentuk implementasi sistem pemerintahan berbasis elektronik ditujukan untuk menyederhanakan proses peradilan di Indonesia. Suatu teknologi yang khususnya dalam masa pandemi COVID-19 ini diharapkan dapat mendukung kinerja Badan Peradilan guna memastikan penegakkan hukum acara telah sesuai dengan asas kepastian hukum dalam kondisi apapun. Dalam rancangannya, pemanfaatan E-Court diharapkan tidak hanya sebatas pada pendaftaran perkara, pembayaran biaya perkara, dan panggilan terhadap para pihak, namun juga dapat melakukan persidangan secara Online atau yang disebut dengan E-Litigation. Hal mana menyebabkan persidangan dapat dilaksanakan dimanapun dan kapanpun sehingga tercapai peradilan yang sederhana, cepat, biaya ringan dan sesuai dengan protokol Kesehatan yang dianjurkan oleh Pemerintah Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodi yuridis-empiris yakni dengan melakukan penelitian lapangan di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Dalam penelitian ini ditemukan fakta bahwa dengan adanya e-Court , walaupun terdapat wabah pandemic Covid-19, tetap tidak menghambat jalannya persidangan. Penggunaan E-Court juga mendorong Majelis Hakim di Pengadilan Negeri Jakarta Timur untuk mengeluarkan putusan dengan sistem One Day Minute (ODM). Selain itu, adanya E-Court juga mendorong pemerintah agar terus berinovasi dan kreatif dalam menjalankan pemerintahan.

Kata Kunci: E-Court , Pengadilan, Kemanfaatan, Pandemi Covid-19.

ABSTRACT

The use of e-Court as a form of implementing an electronic-based government system is intended to simplify the judicial process in Indonesia. This technology, especially during the COVID-19 pandemic, is expected to be able to support the performance of the judiciary to

(2)

ensure the civil law enforcement is in accordance with the principle of legal certainty under any circumstances. e-Court is used not only used to simplify the case registration, the payment of court fees, and to summon the parties, but also to conduct online trials (e-Litigation). Such process enable the trial to be held anywhere and anytime so that a simple, fast, low cost trial is achieved and is in accordance with the Health protocol recommended by the Government of Indonesia. This research was conducted using a juridical-empirical method, namely by conducting field research at the East Jakarta District Court. In this study, it was found that the existence of E-Court and E-Litigation, even though there was a Covid-19 pandemic outbreak, still did not hinder the proceedings. The use of E-Court also encourages the Panel of Judges at the East Jakarta District Court to issue decisions using the One Day Minute (ODM) system.

In addition, the existence of E-Court also encourages the government to continue to innovate and be creative in running the government

Keywords: E-Court , Court, Covid-19 Pandemic.

A. PENDAHULUAN

e-Court atau peradilan eletronik telah diluncurkan sejak 2018 oleh Mahkamah Agung di Indonesia dengan payung hukum yaitu Peraturan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2018 yang diubah dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2019. Namun, penggunaan e-Court baru mulai disampaikan secara aktif oleh pengadilan sebagai pengganti penggunaan PTSP bagi advokat sejak Desember 2019 lalu.

Penggunaan e-Court menjadi aturan yang wajib dilakukan pada saat pandemi Covid- 19 sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2020. Dimana tujuan utamanya untuk menunjang Badan Peradilan tetap dapat menjalankan tugasnya demi kepastian hukum dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan seperti social distancing.

B. METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis-empiris, yaitu penelitian yang berobyekan penelitian di lapangan yang mengkaji ketentuan hukum yang berlaku serta apa yang terjadi dalam kenyataannya di masyarakat. Menggunakan pendekatan yuridis empiris oleh karena sasaran penelitian ini adalah peristiwa hukum tertentu yang terjadi di masyarakat, yakni pemanfaatan program e-Court untuk membantu jalannya persidangan demi kepastian

(3)

hukum di Pengadilan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer berupa ungkapan verbal atau wawancara yang didapat dari narasumber yaitu Internal Pengadilan Negeri Jakarta Timur sebagai fasilitator utama e-Court. Data sekunder berupa bahan pustaka seperti Jurnal, buku-buku serta peraturan pemerintah. Tipologi penelitian ini adalah Deskriptif-Analitis. Merupakan penelitian yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti dengan melakukan analisis dan memberi kesimpulan secara umum.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Penggunaan e-Court dan Regulasinya

Guna meningkatkan efisiensi administrasi berperkara di Pengadilan, Mahkamah Agung Republik Indonesia mencanangkan suatu inovasi dengan penggunaan teknologi yang disebut dengan e-Court atau Pengadilan Elektronik. Suatu sistem yang diatur sejak tanggal 13 Juli 2018 dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (Perpres 95/2018), Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik (PERMA 1/2019), dan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 77/DJU/SK/HM02.3/2/2018 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri yang diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3239/DJU/SK/HM02.3/11/2019 Tentang Perubahan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 77/DJU/SK/HM02.3/2/2018 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

e-Court yang merupakan salah satu bentuk Sistem Pemerintah Berbasis Elektronik1 adalah penyelenggaraan oleh pemerintah dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Teknologi e-Court ini dapat digunakan melalui suatu website yang dapat diakses oleh advokat dan non-advokat dengan bantuan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Namun, belum banyak yang mengetahui mengenai sistem tersebut, hingga pertengahan tahun 2019 dimana informasi mengenai penggunaan e-

1Hukum Online, “Pelaksanaan e-Court dan manfaatnya”, https://www.hukumonline.com/klinik/de tail/ulasa n/lt5e2577a68ea0d/pelaksanaan-i-e-Court -i-dan-manfaatnya/ diakses pada tanggal 22 November 2020.

(4)

Court mulai disebarluaskan pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi. Selanjutnya sebagaimana diatur dalam aturan pemerintah, pojok e-Court dibentuk didalam PTSP dengan berisikan poster, selebaran dan komputer layar sentuh yang dapat langsung digunakan di seluruh pengadilan di Indonesia.2

Sebagai sistem yang bersifat inovatif terdapat berbagai tanggapan dari masyarakat luas.

Ada yang menerima dengan senang hati, ada juga yang tidak menyukai adanya inovasi dengan sarana teknologi yang membuat penggunaan sistem tersebut berjalan dengan lambat dan kurang efisien. Namun, munculnya pandemi Covid-19 memaksa penggunaan sistem teknologi agar Pengadilan dapat memastikan kepastian hukum tanpa harus ditunda walaupun dihadapkan dengan krisis.

Berdasarkan penelitian lapangan yang dilakukan pada salah satu pengadilan Negeri, yakni Pengadilan Negeri Jakarta Timur dengan mewawancarai Hakim Alex Adam Faisal, S.H..

Didapatkan informasi bahwa hingga kini e-Court telah menjadi salah satu sistem administrasi utama di Pengadilan. Dengan jumlah pendaftaran sebanyak yang terus meningkat menjadi 1432 pendaftaran sejak pertengahan tahun 2020 hingga 15 Januari 2020 yang dilakukan oleh Advokat dan Non-Advokat dengan angka kenaikan pendaftaran perkara yang cukup signifikan.

Selain itu, penggunaan e-Court pada Pengadilan ini juga telah mempermudah kegiatan berusaha dan perekonomian di Indonesia yang mana sejalan dengan Konsep Ease of Doing Business yang dicanangkan oleh Presiden Republik Indonesia yakni Bapak Joko Widodo guna memajukan iklim usaha di Indonesia.3

Selain itu, dilansir dari website e-Court Mahkamah Agung, terdapat 3 (tiga) Pengadilan Negeri yang mendapatkan nomor perkara terbanyak di Indonesia melalui penggunaan e-Court.

Ketiga Pengadilan Negeri tersebut diantaranya Pengadilan Negeri Surabaya dengan 5045 Perkara, Pengadilan Negeri Tangerang dengan 3267 Perkara, dan Pengadilan Negeri Denpasar dengan 2679 Perkara. 4 tidak hanya mempersingkat proses administrasi, namun juga mempermudah penetapan informasi mengenai tahap persidangan. Karena e-Court dapat digunakan untuk menyampaikan gugatan, permohonan/keberatan/bantahan/

2 Pemerintah Indonesia, Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3239/DJU/SK/HM02.3/11/2019 Tentang Perubahan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 77/DJU/SK/HM02.3/2/2018 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

3Mahkamah Agung, Kemudahan Berusaha & Peran Mahkamah Agung, https://www.mahkamahagung.

go.id/media/7371, diakses pada tanggal 20 November 2020.

4 Ibid., Map e-Court Pengadilan Umum, https://ecourt.mahkamahagung.go.id/mapecourt_umum. diakses pada tanggal 20 November 2020

(5)

perlawanan/intervensi serta pembayaran biaya panjar perkara, penyampaian panggilan kepada para pihak yang berperkara, penyampaian pemberitahuan, jawaban, replik, duplik serta kesimpulan.5 Maka, para pihak yang berperkara tidak perlu lagi contohnya membuat banyak Salinan gugatan dalam bentuk kertas, namun dapat langsung mengunggah dokumen-dokumen sidang tersebut ke cloud yang sudah disediakan. Selanjutnya seluruh pihak yang berperkara dan pengadilan akan segera menerima notifikasi di akun mereka bahwa dokumen-dokumen tersebut telah diunggah dan dapat dibaca. Dengan kata lain seluruh proses persidangan dapat dilakukan secara elektronik, kecuali untuk pemeriksaan bukti yang mana tetap mengharuskan adanya kehadiran para pihak yang berperkara. Sebagaimana majelis hakim wajib memeriksa secara langsung bukti-bukti dari para pihak yang berperkara. Jelas dari hal ini saja dapat diketahui bahwa penggunaan e-Court sangat bermanfaat, terutama saat pandemi Covid-19 ini.

2. e-Court menurut Asas Hukum Acara Perdata

Penegakan Hukum Perdata melalui Hukum Acara Perdata harus dilaksanakan dengan memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku. Diantaranya harus sesuai dengan asas-asas yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata. Beberapa asas tersebut yang bersinggungan dengan penggunaan e-Court diantaranya adalah Asas peradilan yang terbuka, asas mendengar kedua belah pihak, dan asas sederhana, cepat dan biaya ringan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.6

Berdasarkan pemanfaatan dan tujuan penggunaannya, jelas bahwa asas-asas Hukum Acara Tersebut telah terpenuhi dengan penggunaan e-Court yang menjamin bahwa pengadilan dapat tetap berjalan tanpa harus ada penundaan karena sebab apapun termasuk sebab adanya pandemi Covid-19 demi terwujudnya keadilan. Pertama, Asas Peradilan yang terbuka yang menekankan pada keberlangsungan persidangan yang terbuka dan dapat dihadiri dan didengarkan oleh masyarakat secara umum.7 Hal mana demi terwujudnya pengadilan yang adil dan tidak memihak. Sehubungan dengan asas peradilan yang terbuka ini, sebagaimana sistem

5 Pemerintah Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan secara Elektronik, Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2019, BN No. 894, Pasal 3 ayat (1)

& (2).

6 Jamaludin, A. Nururrochman, Et al., “Belajar dari Covid -19: Perspektif Sosiologi, Budaya, Hukum, Kebijakan, dan Pendidikan”, (Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020), hlm. 49

7 Bambang Sugeng, dan Sujayadi, “Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi Perkara Perdata”, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), hlm.5.

(6)

e-Court terintegrasi dengan Sistem Informasi Penelusuran Perkara atau SIPP jelas hal ini telah terpenuhi8. Adanya integrasi ini menyebabkan data dalam sistem SIPP lebih cepat terbaharui dan dapat memberikan informasi yang lengkap serta nyata kepada para pihak secara khusus dan masyarakat umum hanya dengan memasukkan nomor perkara dalam sistem Pengadilan Negeri yang dituju. Hal ini menyebabkan proses persidangan dapat dilihat oleh masyarakat umum beserta dengan dokumen-dokumen persidangan untuk memastikan bahwa majelis hakim yang memeriksa perkara memutus perkara dengan adil dan tidak memihak kepada siapapun.

Kedua, Asas sederhana, cepat dan biaya ringan yang merupakan salah satu asas paling dasar dalam Hukum Acara Perdata.9 Bahwa asas ini menghendaki adanya pemeriksaan perkara yang cepat dan tidak berbelit-beli serta tidak memerlukan biaya besar sehingga keadilan dapat dicapai oleh seluruh lapisan masyarakat.10 Hal ini tercermin dengan adanya pembatasan jangka waktu pemeriksaan di Pengadilan hingga dicapainya putusan pengadilan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat pertama dan Tingkat Banding yaitu 5 (lima) bulan di Pengadilan Tingkat Pertama dan 3 (tiga) bulan di Pengadilan Tingkat Banding kecuali ditentukan lain berdasarkan undang-undang.11 Penggunaan e-Court jelas memenuhi asas ini sebagaimana para pencari keadilan tidak perlu mengantri di PTSP pengadilan untuk dapat mendaftarkan perkaranya.

Namun, dapat langsung membuka website e-Court dari berbagai macam gawai yang mempercepat proses pendaftaran dan proses persidangan. Contohnya penyampaian panggilan pengadilan tidak harus dengan bantuan jurusita yang datang ke domisili salah satu pihak berperkara. Juru sita dengan bantuan e-Court dapat dengan mudah mengirimkan relaas pangilan ke akun atau domisili elektronik pihak yang berperkara tersebut. Belum lagi, semenjak adanya e-Court ditambah dengan keadaan Pandemi Covid-19 ini, Mahkamah Agung menggalakkan program ‘One Day Minute’ yang mengharuskan adanya percepatan pembuatan putusan pengadilan yang harus dikeluarkan oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara

8 SIPP, Prospek SIPP di Pengadilan Agama https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar-ditjen- badilag/seputar-ditjen-badilag/prospek-sipp-di-peradilanagama1#:~:text=Ribuan%20hakim%20dan%20 pegawai%20di,dihadapkan%20pada %20dilema%20yang%20sama., diakses pada tanggal 1 Januari 2021.

9 Pemerintah Indonesia, Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Pasal 2 ayat (4).

10 Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, (Jakarta: Sinar Grafika, 2005), hlm. 46.

11 Pemerintah Indonesia, Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2014 tentang Penyelesaian Perkara di Pengadilan Tingkat pertama dan Tingkat Banding

(7)

dalam 1x24 jam yang jelas semakin mendukung Asas sederhana, cepat dan biaya ringan dalam Hukum Acara Perdata.

Sehubungan dengan para pengguna e-Court, keefektifan dan keefisienan penggunaan e-Court dapat semakin dilakukan dengan adanya kewajiban bagi seluruh pihak yang berperkara untuk memiliki akun pada sistem atau portal e-Court. Selain itu, biaya yang dikeluarkan jelas lebih murah karena para pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya akomodasi ke Pengadilan yang dituju. Biaya pun menjadi transparan sebagaimana para pihak hanya dapat melakukan pembayaran melalui Virtual Account pada bank rekanan pengadilan dimana perkara didaftarkan.12

3. e-Court di Indonesia vs Persidangan Elektronik di New South Wales, Australia

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan sistem e-Court di Indonesia telah diatur dengan payung hukum Perpres No. 95 Tahun 2018 dan mulai secara aktif digunakan pada pertengahan tahun 2019. Selanjutnya sistem ini menjadi semakin berharga ketika pandemi Covid-19 melanda dunia. Demi kepastian hukum yang harus terus berjalan, maka ditambahkanlah beberapa fitur baru dalam e-Court agar menjadi lebih mudah digunakan dan semakin efektif. Contoh penggunaannya misal bagi pengguna advokat, dapat langsung membuka portal website e-Court dan mendaftarkan perkaranya dengan memasukkan nomor kartu anggota advokatnya. Walaupun hingga kini bagi pengguna non-advokat harus hadir ke pengadilan dan menuju meja e-Court yang telah dibentuk pada PTSP. Kemudian membuat akun yang hanya dapat digunakan untuk persidangan di Pengadilan dimana akun dibuat dengan dibantu oleh staf pengadilan.

Pengembangan sistem e-Court ini juga dibuat mengikuti perkembangan di dunia yang disebut dengan Era Revolusi Industri 4.013. Sehingga tidak hanya Indonesia saja yang memiliki Virtual Courts atau Pengadilan Elektronik. Salah satu negara yang memiliki sistem yang mirip dengan Indonesia adalah Negara bagian New South Wales di Australia. Dalam sub-bab ini dilakukan perbandingan antara pengadilan elektronik di Indonesia dan negara tersebut.

12 Mahkamah Agung, “e-Court FAQ”, https://ecourt.mahkamahagung.go.id/faq diakses pada tanggal 20 November 2020.

13 Anggita Doramia, “Perkembangan Regulasi dan Pelaksanaan Persidangan Online di Indonesia dan Amerika Serikat selama Pandemi Covid-19.” Jurnal Crepido, Vol. 02, No. 01, Juli 2020. Hlm. 46.

(8)

Sehubungan dengan Negara bagian New South Wales di Australia, pengadilan elektronik sudah dilaksanakan sejak 31 Oktober 2018 dengan menggunakan prosedur dalam jaringan (daring) untuk mendaftarkan perkara di District Court of New South Wales.14 Sistem pengadilan online yang dimiliki Negara bagian tersebut jelas memiliki persamaan dengan pengadilan elektronik Indonesia. sebagaimana tidak hanya untuk pendaftaran saja, namun juga dapat dilakukan penunggahan dokumen-dokumen persidangan dan bahkan permintaan untuk dilaksanakan suatu mediasi atau arbitrase District Court of New South Wales secara online melalui sistem yang terintegrasi tersebut. Selanjutnya, sama seperti e-Court Indonesia, District Court of New South Wales juga menawarkan bantuan secara online maupun melalui telepon hotline sehubungan dengan cara menggunakan e-Court yang jelas merupakan bentuk aksi nyata Pemerintah Indonesia agar penggunaan e-Court dapat berjalan dengan sebaik-baiknya.

Perbedaannya hanyalah bahwa Virtual Court Room pada District Court of New South Wales dapat digunakan untuk persidangan yang membutuhkan kehadiran para pihak yang berperkara seperti mediasi dan konsiliasi kecuali persidangan dengan agenda pembuktian.15 Persidangan tersebut dapat dihadiri sesuai jadwal yang ditentukan baik melalui Konferensi Video maupun dengan Konferensi Telepon dengan menggunakan gawai seperti laptop maupun telepon genggam dengan kamera. Hal mana belum dapat dilaksanakan di Pengadilan Indonesia, dimana mediasi dan konsiliasi harus dilaksanakan dengan tatap muka dan hadir di Pengadilan yang dituju.

4. Kendala Penggunaan e-Court

Sistem penegakan hukum melalui e-Court dibuat oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia dengan harapan sebagai penyelesai dan penyederhana proses peradilan di Indonesia yang rumit. Akan tetapi, sebagai sistem yang baru dibentuk, e-Court tidak langsung dapat menjadi penyelamat begitu saja. Sistem e-Court dalam perkembangannya ternyata tidak hanya memiliki kemanfaatan namun juga ditemui berbagai kendala dalam pelaksanaannya. Kendala baik yang muncul dari sistem dan kendala yang muncul akibat sumber daya manusianya atau dengan kata lain pengguna target sistem e-Court.

14 District Court of New South Wales, “Help and Support”, https://www.districtcourt.nsw.gov.au/district- court/help-and-support/technology-in-courts.html diakses pada tanggal 8 desember 2020.

15 Supreme Court of New South Wales Australia, Virtual Courtroom Practitioner’s Fact Sheet, https://

www.supremecourt.justice.nsw.gov.au/Documents/Home%20Page/Announcements/Fact%20Sheet.1.1%20-%2 0Practitioners.pdf diunduh pada tanggal 2 Januari 2021.

(9)

Diantaranya kendala tersebut yang pertama adalah sistem teknologi yang belum mumpuni. Sebagaimana sering terjadi pemberhentian sistem secara tiba-tiba akibat kurang luasnya cloud sebagai tempat penyimpanan data.16 Selain itu, kecacatan lainnya yakni tidak adanya sistem quick save yang menyebabkan terkadang pada saat para pihak yang berperkara mendaftarkan perkaranya mengalami internet down untuk beberapa detik, seluruh data yang telah diketik hilang begitu saja dan tidak tersimpan sehingga harus diketik kembali. Hal ini juga diamini oleh Narasumber Hakim Alex Adam Faisal, S.H. yang menyampaikan bahwa sistem e-Court diharapkan dapat menjadi lebih baik seiring berjalannya waktu.

Kendala kedua adalah permasalahan yang muncul dari sumber daya manusianya atau target pengguna sistem e-Court. Bahwa khususnya para advokat banyak yang gagap teknologi atau tidak mengerti penggunaan sistem ini, sehingga menolak untuk menggunakannya.

Walaupun Mahkamah Agung memberikan kemudahan berupa meja atau pojok informasi e- Court di Pengadilan serta juga nomor telepon hotline yang siap membantu pada websitenya, namun tetap saja ditemui adanya oknum-oknum yang menolak pembaharuan karena tidak ingin mengikuti dan mempelajari teknologi baru yang telah disediakan.

D. SIMPULAN

Sistem e-Court di Indonesia pada prinsipnya digunakan demi berjalan sejalan dengan perkembangan dunia, khusunya di Era Revolusi Industri 4.0. sehingga kemudian dibentuklah suatu regulasi pada tahun 2018 yang mensahkan keberadaan e-Court dengan tujuan dapat dimanfaatkan seefisien dan seefektif mungkin demi berjalannya sistem peradilan Indonesia yang baik dan mendukung kemudahan berusaha di bidang ekonomi. Hal ini semakin menjadi penting pada masa Pandemi Covid-19 yang mengharuskan seluruh sistem peradilan tetap berjalan dengan baik meskipun banyak pembatasan yang dilakukan pemerintah.

Berdasarkan fakta yang ditemukan baik melalui data primer maupun sekunder dapat disimpulkan bahwa penggunaan e-Court telah sejalan dengan Asas-Asas Hukum Acara Perdata khususnya Asas peradilan yang terbuka, Asas mendengar kedua belah pihak, dan Asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Selain itu keberadaannya memudahkan Pengadilan dalam mendaftarkan dan menyelesaikan perkara. Terlebih dengan adanya sistem one day minute yang mengutamakan pada kecepatan pembuatan putusan hakim demi kepentingan para pihak yang

16Harian Momentum, “Implementasi E-Court dan Tumpukan Masalahnya”, https://harianmomentum.

com/read/ 21132/implementasi-e-court-dan-tumpukan-masalahnya, diakses pada tanggal 07 Desember 2020.

(10)

berperkara serta agar dapat dengan mudah mengunggahnya agar dapat diunduh oleh khalayak umum dengan segera demi terpenuhinya Asas Pengadilan Terbuka. Terutama, hingga saat ini telah membantu jalannya persidangan tanpa hambatan walaupun dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19 dengan berbagai keterbatasan seperti pengaturan social-distancing dan work from home. Hal ini dapat dibuktikan melalui rekaman data di Pengadilan Negeri Jakarta Timur dengan adanya 1283 kasus yang telah didaftarkan melalui E-Court baik oleh Advokat maupun non-advokat dengan bantuan PTSP sejak awal tahun 2020.

Namun dalam penggunaannya, sebagai suatu sistem yang baru digunakan dan masih terus berkembang, e-Court belum dapat sepenuhnya berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan Pemerintah Indonesia. Hal ini disebabkan adanya hambatan seperti sistem cloud yang belum berjalan dengan maksimal dan terus masih harus dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi penggunaan dalam jumlah banyak dan serentak bagi seluruh Rakyat Indonesia. serta dibandingkan dengan sistem pengadilan virtual di New South Wales, Australia, Indonesia belum dapat mengakomodasi dilakukannya mediasi dan konsiliasi melalui dalam jaringan tanpa tatap muka secara langsung. Selain itu sehubungan dengan hambatan lainnya hingga saat ini yakni kurangnya partisipasi masyarakat umum terutama advokat untuk pemanfaatan sistem tersebut. Akan tetapi, sebagaimana semua masalah pasti memiliki penyelesaian, dengan digalakkannya penggunaan e-Court bagi masyarakat non-advokat dan advokat jelas akan membuat partisipasi bertambah. Serta, melihat perkembangan sistem e- Court sejak tahun 2018 hingga sekarang, dapat dipastikan bahwa e-Court akan menjadi semakin sempurna dan menjadi sistem peradilan utama di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Bambang Sugeng, dan Sujayadi. Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi Perkara Perdata. Jakarta: Prenadamedia Group, 2012.

Harahap, Yahya. Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan Pengadilan. Jakarta: Sinar Grafika, 2005.

Jamaludin, A. Nururrochman, Et al., Belajar dari Covid -19: Perspektif Sosiologi, Budaya, Hukum, Kebijakan, dan Pendidikan. Medan: Yayasan Kita Menulis, 2020.

(11)

Peraturan

Mahkamah Agung. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 77/DJU/SK/HM02.3/2/2018 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

_______. Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Republik Indonesia Nomor 3239/DJU/SK/HM02.3/11/2019 Tentang Perubahan Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor 77/DJU/SK/HM02.3/2/2018 Tentang Pedoman Standar Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri.

_______. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2019 tentang Administrasi Perkara dan Persidangan di Pengadilan Secara Elektronik, Berita Negara Indonesia Tahun 2019 Nomor 894.

_______. Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 122/KMA/SK/VII/2018 tentang Pedoman Tata Kelola Pengguna Terdaftar Sistem Informasi Pengadilan.

_______. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Lingkungan Mahkamah Agung Dan Badan Peradilan Yang Berada Di Bawahnya.

_______. Surat Edaran Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan Kedua atas Surat Edaran Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2020 Tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Selama Masa Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) Di Lingkungan.

Jurnal

Anggraeni, RR. Dewi. “Wabah Pandemi Covid-19, Urgensi Pelaksanaan Sidang Secara Elektronik”. ADALAH: Buletin Hukum dan Keadilan (Vol. 4, No. 1, 2020).

(12)

Lumbanraja, Anggia. “Perkembangan Regulasi dan Pelaksanaan Persidangan Online di Indonesia dan Amerika Serikat Selama Pandemi Covid-19”. Jurnal Crepido (Vol. 02, Nomor 01, Juli 2020).

Berita

Harian Momentum. Implementasi E-Court dan Tumpukan Masalahnya, https://harianmomentum.com/read/21132/implementasi-e-court-dan-tumpukan-

masalahnya. diakses pada tanggal 07 Desember 2020.

Internet

____,____. “pelaksanaan e-Court dan manfaatnya.” https://www.hukumonline.com/k linik/detail/ulasan/lt5e2577a68ea0d/pelaksanaan-i-e-Court-i-dan-manfaatnya/. diakses pada tanggal 22 November 2020.

___,____. “Implementasi E-Court dan Tumpukan Masalahnya, https://harianmomentu m.com/read/21132/implementasi-e-court-dan-tumpukan-masalahnya. Diakses pada tanggal 07 Desember 2020.

District Court of New South Wales. https://www.districtcourt.nsw.gov.au/district-court/help- and-support/technology-in-courts.html. diakses pada tanggal 8 desember 2020.

Mahkamah Agung. “e-Court FAQ”. https://ecourt.mahkamahagung.go.id/faq. Diakses pada tanggal 20 November 2020.

SIPP. “Prospek SIPP di Pengadilan Agama”. https://badilag.mahkamahagung.go.id/seputar- ditjen-badilag/seputar-ditjen-badilag/prospek-sipp-di-peradilanagama1#:~:text=Ri buan%20hakim%20dan%20pegawai%20di,dihadapkan%20pada %20dilema%20yang

%20sama. Diakses pada tanggal 1 Januari 2021.

(13)

BIODATA SINGKAT PENULIS

Zuraida Balweel, S.H., M.KN., berprofesi sebagai Notaris/PPAT, dan Dosen Tetap Mata Kuliah Hukum Acara Perdata di Universitas Pancasila. Dilahirkan di Jakarta pada tanggal 5 Mei 1963 dari pasangan bernama Mujnah dan Muhammad. Pendidikan: menyelesaikan S1- Hukum di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dan S-2 di Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Karya ilmiah yang pernah ditulis yaitu: Penerapan prinsip Ultra Vires Berdasarkan Undang Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Persoan Terbatas dan Perlindungan Hukum Terhadap Anak Angkat yang keduanya diunggah pada Jurnal Nasional Terakreditasi di Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

3) Berdasarkan Perma No. 3 tahun 2018 tentang Administrasi Perkara di Pengadilan secara Elektronik sejak tanggal 29 Maret 2018, Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah

Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia, Peraturan Menteri Bappenas No 16 tahun 2020

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2019 Tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan presiden Nomor 96 tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata cara

Dengan menerapkan e- government dapat meningkatkan efektivitas dan efiiensi dalam pelayanan public melalui layanan yang tepat waktu, cepat, dan pelayanan yang merata

95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik atau e-government, yang penerapannya berupa aplikasi SiPERLU dapat meningkatkan disiplin kerja pegawai,

Halaman 14 dari 95 halaman Putusan Nomor 13/G/2019/PTUN.DPS saat rekonsiliasi yang akan diselenggarakan tanggal 19 s/d 21 Desember 2018 di BKN Pusat Jakarta; --- Dalam hal

Berdasarkan Perpres No 95 Tahun 2018 [7] tentang SPBE Aplikasi Umum yang terdiri dari Aplikasi Umum Layanan Publik dan Administrasi Pemerintahan pada Kabupaten Kuningan,

a) Meningkatkan efektifitas, efisiensi dan menekan biaya. Dengan penerapan E-government dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan publik melalui pelayanan