• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Perkembangan Teknologi Informasi (TI) dan Sistem Informasi (SI) telah berkembang secara pesat dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu bidang yang terkena akan perubahan tersebut adalah penerapan smart city dalam tata kelola manajemen pemerintahan di Indonesia, untuk dapat menuju sebuah sistem pemerintahan yang terintegrasi dengan baik. Ini berarti bahwa pemerintah berupaya untuk memungkinkan publik, pengusaha, dan program pemerintah mereka sendiri untuk lebih memanfaatkan kekayaan data negara yang dapat dimasukan ke dalam aplikasi dan layanan dengan memastikan bahwa data dapat diakses dan dapat dibaca oleh sistem secara otomatis (Pereira et al., 2019). Tata kelola sistem pemerintahan termasuk ke dalam salah satu aspek yang ada dalam

smart city, yaitu smart government atau biasa disebut E-government. Saat ini,

berbagai administrasi kota di seluruh dunia sedang bereksperimen dengan teknologi yang berkembang, seperti Internet of Things (IoT), komputasi awan, jaringan sensor, dan kecerdasan buatan (AI) (Guenduez et al., 2018). Untuk beberapa pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi yang tepat, terutama Internet, menurut pemerintah itu merupakan sebuah potensi untuk meningkatkan kepuasan warga negara terhadap pemerintah. Demikian pula, layanan yang lebih baik dan lebih nyaman, informasi yang lebih dapat diakses dan lengkap, dan saluran komunikasi yang baru dan lebih baik dapat mengurangi kesenjangan informasi dan meningkatkan kepercayaan warga terhadap pemerintah (Welch, 2004).

Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan berbasis elektronik, pemerintah Indonesia memiliki tantangan dalam proses melakukan integrasi layanan perencanaan, layanan penganggaran, layanan pengadaan, dan layanan manajemen kinerja yang. Evaluasi SPBE merupakan upaya yang harus dicapai pemerintah indonesia dalam rangka meningkatkan kinerja penerapan smart governance di indonesia, melalui surat keputusan presiden nomor 5 tahun 2018 mengenai pedoman evaluasi sistem pemerintahan berbasis elektronik, pemerintah bertujuan untuk meningkatkan indeks capaian pemeringkatan nasional setiap daerah di

(2)

indonesia, instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur kemajuan pelaksanaan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik pada Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, perlu diperhatikan pada Tabel I.1 mengenai indeks predikat SPBE.

Tabel I-1 Indeks Predikat SPBE NO Nilai Indeks Predikat

1 4,2 – 5,0 Memuaskan

2 3,5 – < 4,2 Sangat Baik

3 2,6 – < 3,5 Baik

4 1,8 – < 2,6 Cukup

5 < 1,8 Kurang

Berdasarkan peraturan menteri PANRB nomor 5 tahun 2020 tentang manajemen risiko sistem pemerintah berbasis elektronik, berbagai penerapan SPBE telah dihasilkan oleh Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah dan memberi kontribusi dalam hal efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan. Namun demikian, hasil pengembangan SPBE menunjukan tingkat maturitas nya yang relatif rendah dan kesenjangan yang tinggi antara Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah. Hasil evaluasi SPBE tahun 2018 pada 616 Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, indeks SPBE Nasional mencapai nilai 1,98 dengan predikat Cukup dari target indeks SPBE sebesar 2,6 dari 5 (lima) level dengan predikat Baik. Sedangkan dalam tinjauan yang dilihat dari capaian Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, rata-rata indeks SPBE Instansi Pusat sebesar 2,6 dengan predikat Baik, sementara rata-rata indeks SPBE Pemerintah Daerah sebesar 1,87 dengan predikat Cukup. Melalui sebaran capaian target, 13,3% Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah telah mencapai atau melebihi target indeks SPBE 2,6, sedangkan 86,7% belum mencapai target indeks SPBE 2,6. Hal ini mengindikasikan adanya permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan SPBE secara nasional, seperti belum adanya tata kelola pemerintahan berbasis elektronik yang terpadu secara nasional, kemudian permasalahan kedua yaitu belum diterapkan pada penyelenggaraan administrasi pemerintahan dan pelayanan publik secara menyeluruh dan optimal.

(3)

Permasalahan pertama terdapat pada belum adanya sistem tata kelola SPBE yang terpadu pada tingkat nasional dalam instansi pemerintah pusat dan pemerintah daerah, dalam kajian Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional tahun 2016, ditemukan bahwa 65% dari belanja perangkat lunak (aplikasi) digunakan untuk membangun aplikasi sejenis antar instansi pemerintah, sehingga terjadi penganggaran dana yang tidak efisien. Selain itu berdasarkan survei infrastruktur Pusat Data termasuk ruang server oleh kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2018, rata-rata utilisasi pusat data dan ruang server nasional hanya mencapai 30% kapasitas dengan data rata-rata terdapat 4 (empat) pusat data dan ruang server pada instansi pusat dan daerah. Hal ini dapat disimpulkan bahwa masih adanya ego sektoral dan minim koordinasi antar instansi. Permasalahan kedua adalah belum optimal nya penerapan layanan SPBE yang terpadu, dalam kondisi sistem aplikasi yang masih berdiri sendiri dan belum terintegrasi pada layanan kepegawaian, kearsipan, dan pelayanan publik lainnya. Permasalahan layanan SPBE yang belum terpadu dapat mengakibatkan kualitas pelaksanaan kegiatan pemerintah menjadi kurang efektif dan kurang efisien. Permasalahan ketiga adalah terbatasnya jumlah pegawai ASN yang memiliki kompetensi TIK untuk mendukung penerapan SPBE, Peningkatan kapasitas pegawai ASN melalui pelatihan di bidang TIK belum dapat dipenuhi dikarenakan terbatasnya anggaran. Dalam hal lain, adanya permasalahan penerapan SPBE dan tren revolusi TIK 4.0 melahirkan sejumlah risiko yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian, penerapan SPBE dapat berkontribusi pada risiko negatif yang dapat menghambat pencapaian tujuan SPBE, sementara tren revolusi TIK 4.0 dapat berkontribusi pada risiko positif yang dapat meningkatkan peluang keberhasilan pencapaian tujuan SPBE.

Melalui pedoman evaluasi sistem pemerintahan berbasis elektronik, dapat dilakukan analisa terhadap tingkat kematangan penerapan SPBE dalam suatu daerah, penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan struktur domain arsitektur SPBE, aspek penilaian spesifik dari domain kebijakan internal SPBE, domain tata kelola SPBE, serta domain layanan SPBE. Dalam website resmi SPBE.go.id, terdapat seluruh institusi yang terdapat di indonesia dengan terlampir nilai hasil evaluasi SPBE. Salah satu daerah yang difokuskan dalam penelitian ini yaitu

(4)

pemerintahan kabupaten sukabumi, dalam indeks hasil evaluasi yang telah dilakukan setelah penerapan SPBE pada daerah pemkab sukabumi, hasil dari evaluasi penyelenggaraan SPBE tidak bersedia ditampilkan oleh pemerintah setempat. Dengan begitu peninjauan terhadap dokumen rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) telah dilakukan dan mendapa kendala yang dialami oleh pemerintah kabupaten Sukabumi ini melibatkan beberapa faktor, seperti kurangnya integrasi data antar institusi yang belum dengan baik, masih belum tersedianya rancangan pemetaan atas permasalahan yang terjadi serta usulan solusi atas hasil penilaian evaluasi SPBE tersebut, maka diperlukan sebuah penggambaran arsitektur enterprise yang dapat membantu melihat kondisi penyelenggaraan SPBE pada pemkab. Bentuk pemetaan tersebut terkandung alam ruang lingkup Tata Kelola SPBE berdasarkan peraturan presiden no 95 tahun 2018 tentang SPBE, salah satu fokus pada penelitian ini akan mencari tahu kondisi arsitektur pada domain data serta manajemen data. Kemudian mengutip dari prinsip yang terdapat pada dokumen perpres nomor 39 tahun 2019 mengenai satu data Indonesia, pedoman pada perpres tersebut menjadikan seluruh data pemerintahan yang ada di indonesia memiliki standar data yang baik yang dapat diakses secara nasional melalui laman website data.go.id.

Acuan dalam pelaksanaan SPBE ini termuat dalam peraturan presiden nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Menurut perpres nomor 95 tahun 2018, SPBE berfokus untuk membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis, dan terpercaya dan salah satu sub agenda prioritasnya adalah membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintahan. Sasaran sub agenda prioritas tersebut adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, yang ditandai dengan salah satunya makin efektifnya penerapan e-government (SPBE) untuk mendukung manajemen birokrasi secara modern. SPBE juga melakukan berkesinambungan dalam pembangunan aparatur negara mencapai keterpaduan SPBE baik di dalam dan antar Instansi Pusat dan Pemerintah Daerah, serta menghasilkan birokrasi pemerintahan dan pelayanan publik yang berkinerja tinggi. Proses integrasi antar entitas tersebut dibutuhkan sebuah arsitektur data dan informasi yang berkualitas, Berbagi data antar entitas

(5)

adalah masalah kompleks yang terkait dengan berbagai persyaratan, yang perlu dibentuk menjadi kebijakan. Rancangan kebijakan penggunaan data yang dirumuskan dengan baik sangat penting untuk kerjasama yang menguntungkan dalam ekosistem bisnis. Misalnya, tidak hanya menentukan siapa yang dapat mengakses data tertentu, tetapi juga perlu untuk menentukan berapa lama pihak ketiga dapat mengakses dan menggunakan data tersebut. Manajemen privasi mengidentifikasi cara dimana organisasi dan individu dapat mengontrol pengumpulan, penggunaan, dan berbagi data pribadi, termasuk informasi sensitif (Pearson, 2011). Proses tersebut diatur dalam sebuah peraturan presiden nomor 39 tahun 2019 tentang Satu Data Indonesia, Satu Data Indonesia adalah kebijakan tata kelola Data pemerintah untuk menghasilkan Data yang akurat, mutakhir, terpadu, dan dapat dipertanggungjawabkan, serta mudah diakses dan dibagi pakaikan antar Instansi Pusat dan Instansi Daerah melalui pemenuhan Standar Data, Metadata, Interoperabilitas Data, dan menggunakan Kode Referensi dan Data Induk. Dalam rangka merespon aspirasi masyarakat terhadap performa pemerintahan dalam menyajikan sebuah layanan dan komunikasi yang baik, pemerintah di seluruh dunia semakin mengadopsi media sosial untuk menjangkau dan melibatkan warga (Hubert et al. ,2018). Untuk dapat mengetahui hasil kepuasan pelayanan yang telah dilakukan oleh pemerintah, perlu adanya penyampaian aspirasi oleh masyarakat sebagai umpan balik terhadap kinerja pemerintahan kabupaten sukabumi, aspirasi tersebut dapat dimuat sebagai analisis sentimen yang digunakan sebagai metadata dalam proses labelling komentar baik dan buruk pelayanan pemerintah, yang kemudian dapat mendukung pada proses perancangan domain arsitektur data dengan melakukan proses crawling data berdasarkan media sosial yaitu twitter.

Kemudian dalam rangka pemenuhan amanah berdasarkan Peraturan Menteri Bappenas No 16 Tahun 2020 tentang Manajemen Data SPBE, dibutuhkan sebuah perancangan tata kelola manajemen data yang mampu menjamin terwujudnya Data yang akurat, mutakhir, terintegrasi, dan dapat diakses sebagai dasar perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan pengendalian pembangunan nasional, yang dilaksanakan dalam serangkaian proses pengolahan Arsitektur data, Data Induk dan Data Referensi, Basis Data, dan Kualitas Data maka diperlukan suatu

(6)

manajemen. Proses terakhir dari rangkaian penyelenggaraan Satu Data Indonesia adalah penyebarluasan data, data yang akan disebarluaskan harus Portal Satu Data Indonesia. Portal tersebut dapat disusun berdasarkan amanah Peraturan Menteri Bappenas No 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan Portal SDI, diperlukan sebuah kerangka kerja yang dapat mengakomodir kebutuhan prinsip data yang terkandung dalam Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia.

Berdasarkan latar belakang pada penulisan diatas, maka kajian ini berfokus untuk merancang domain arsitektur data pada sistem pemerintahan berbasis elektronik pada kabupaten Sukabumi dan melakukan analisis sentimen kepuasan masyarakat pemkab Sukabumi dengan tujuan untuk validasi kesesuaian perancangan data dengan dampak pada pelayanan yang disediakan dalam bentuk ketersediaan akses data yang baik. Dengan mempertimbangkan peraturan perpres nomor 95 tahun 2018 tentang SPBE dan perpres nomor 39 tahun 2019 tentang satu data indonesia sebagai acuan utama perancangan arsitektur data domain, dalam mewujudkan integrasi antar lembaga dan instansi pemerintah pusat dan daerah. Sehingga data yang dipakai dapat optimal dan berkorelasi dengan kebutuhan, dengan menggunakan referensi kerangka kerja SPBE dalam proses perancangan arsitektur enterprise kabupaten Sukabumi.

I.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah berikut dibuat untuk mengkaji permasalahan berdasarkan latar belakang diatas, yaitu membahas mengenai bagaimana bentuk rancangan integrasi model domain arsitektur data pada kerangka kerja sistem pemerintahan berbasis elektronik yang dapat sesuai dengan amanah Peraturan Presiden No 95 Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik pada pemerintahan kabupaten Sukabumi. Rancangan yang akan dibuat akan menggambarkan solusi mengenai bagaimana bentuk rancangan dari Enterprise Architecture yang akan membantu memenuhi kebutuhan integrasi arsitektur data yang sesuai dengan Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia, Peraturan Menteri Bappenas No 16 tahun 2020 Tentang Manajemen Data SPBE, Peraturan Menteri Bappenas No 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan Portal SDI, serta

(7)

dokumen Permen Bappenas 18 tahun 2020 tentang Tata Kerja Penyelenggaraan Satu Data Indonesia Tingkat Pusat.

Sehingga rancangan desain arsitektur domain data pada pemkab Sukabumi dapat terpetakan dan tersusun dengan baik untuk membantu menunjang data yang akurat, mutakhir, terpadu, dapat dipertanggungjawabkan, mudah diakses, dan dibagi pakaikan, serta dikelola secara seksama, terintegrasi, dan berkelanjutan, beserta usulan rancangan tata kelola manajemen data, Perancangan Portal Satu Data Indonesia, dan rekomendasi dari sentimen analisis media sosial yang dapat dipergunakan sebagai sebuah rujukan baku yang terstandarisasi dengan amanah peraturan perundang undangan.

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah merancang dan menghasilkan model

blueprint Arsitektur Data yang sesuai dengan amanah Peraturan Presiden No 95

Tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik, Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia, Peraturan Menteri Bappenas No 16 tahun 2020 Tentang Manajemen Data SPBE, Peraturan Menteri Bappenas No 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan Portal SDI, serta dokumen Permen Bappenas 18 tahun 2020 tentang Tata Kerja Penyelenggaraan Satu Data Indonesia Tingkat Pusat, sehingga dapat mencapai perancangan acuan Arsitektur Enterprise Data SPBE pada pemerintah daerah kabupaten Sukabumi yang sesuai dengan prinsip SPBE. Perancangan yang dilakukan akan mendukung analisis kebutuhan perancangan SPBE secara penuh berdasarkan kelengkapan domain SPBE serta dapat mengidentifikasi Peta Proses Bisnis Kabupaten Sukabumi.

Dari hasil penelitian yang memiliki tujuan seperti diatas, diharapkan nantinya dapat memberikan beberapa manfaat bagi pihak pemerintah kabupaten sukabumi yang digunakan sebagai standar acuan pengembangan enterprise arsitektur yang mendukung SPBE dalam pemerintah daerah kabupaten sukabumi, khususnya pada domain arsitektur data.

(8)

I.4 Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan manfaat berupa usulan Enterprise Architecture terhadap domain arsitektur data sebagai target untuk mengoptimalkan fungsi penelitian dan pengembangan agar sesuai dengan visi dan tujuan implementasi SPBE pemkab Sukabumi. Dengan begitu perancangan SPBE yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sukabumi dapat memiliki standar acuan.

Kemudian penelitian ini juga membantu merancang rancangan model blueprint SPBE yang terintegrasi sesuai dengan amanah Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia, Peraturan Menteri Bappenas No 16 tahun 2020 Tentang Manajemen Data SPBE, Peraturan Menteri Bappenas No 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan Portal SDI, serta dokumen Permen Bappenas 18 tahun 2020 tentang Tata Kerja Penyelenggaraan Satu Data Indonesia Tingkat Pusat pada fungsi penelitian dan implementasi pengembangan sistem SPBE pada pemerintah daerah kabupaten Sukabumi, yang dibutuhkan sebagai informasi dan data pendukung dalam melakukan perancangan arsitektur pada domain lain SPBE.

I.5 Batasan Masalah

Batasan dari penelitian ini dibatasi pada fungsi penelitian dan pengembangan SPBE pada domain arsitektur data, pada tingkat instansi Pemerintah Kabupaten Sukabumi dengan berfokus pada Proyek Prioritas Dokumen RPJMD Kabupaten Sukabumi tahun 2021-2026. Tahap perancangan yang akan dibahas, berfokus kepada pendekatan kerangka kerja SPBE yang merujuk kepada dokumen Peraturan Presiden No 39 tahun 2019 mengenai Satu Data Indonesia, Peraturan Menteri Bappenas No 16 tahun 2020 Tentang Manajemen Data SPBE, Peraturan Menteri Bappenas No 17 tahun 2020 tentang Pengelolaan Portal SDI, serta dokumen Permen Bappenas 18 tahun 2020 tentang Tata Kerja Penyelenggaraan Satu Data Indonesia Tingkat Pusat. Kemudian Terkait Pengelolaan Manajemen Data pada Permen Bappenas 16 tahun 2020 Tentang Manajemen Data SPBE, Penulis menggunakan pendekatan kerangka kerja DMBOK V2.

(9)

Dengan menggunakan konsep enterprise architecture menggunakan pendekatan kerangka kerja TOGAF sebagai best practice penyusunan artefak yang akan dibuat dalam usulan perancangan SPBE.

Gambar

Tabel I-1 Indeks Predikat SPBE  NO  Nilai Indeks  Predikat

Referensi

Dokumen terkait

Suatu sistem yang diatur sejak tanggal 13 Juli 2018 dengan Peraturan Presiden Nomor 95 tahun 2018 tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (Perpres 95/2018),

- PMDN 18 tahun 2020 tentang Peraturan Pelaksanaan PP No. 13 tahun 2019 tentang Laporan dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah - PMDN 07 tahun 2018 tentang Pembuatan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 Tentang Persyaratan Dan Tata Cara Pendaftaran

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata cara

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 95 Tahun 2018 Tentang Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik menyebutkan bahwa “Arsitektur SPBE adalah kerangka dasar

Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;4. Peraturan Menteri

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 108 Tahun 2019 tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2018 tentang Persyaratan dan Tata Cara