• Tidak ada hasil yang ditemukan

The 9 th University Research Colloqium 2019 Universitas Muhammadiyah Purworejo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "The 9 th University Research Colloqium 2019 Universitas Muhammadiyah Purworejo"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SITOLOGI EKTOSERVIKS BERDASARKAN STATUS MENOPAUSE, PARITAS DAN JENIS KONTRASEPSI

ECTOCERVICAL CYTOLOGY BASED ON MENOPAUSAL STATUS, PARITY AND TYPE OF CONTRACEPTION

1)Yuni Prastyo Kurniati, 2)Muhammad dwiki Tafwidhi, 3)Annisa Maulidya Laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl Ahmad Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta

ypk134@ums.ac.id

ABSTRAK

Sitologi papsmear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel lepas atau deskuamasi dari sistem reproduksi wanita. Program deteksi dini kanker serviks dengan papsmear telah dilakukan di banyak negara maju dan berhasil menurunkan jumlah insiden kanker serviks, Namun, di negara berkembang program deteksi dini ini tidak berjalan rutin. Hanya sekitar 5% dari 131.000.000 wanita yang melakukan program ini.

Kanker serviks sendiri merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker payudara. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh status menopause, jumlah paritas dan jenis kontrasepsi dengan lesi seluler sitologi ektoserviks papsmear. Metode penelitian menggunakan desain observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Besar sampelnya 68 responden. Teknik menggunakan Two Stage Cluster random sampling. Analisa data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menyatakan terdapat hubungan antara status menopause dengan lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear dengan nilai p- value sebesar 0.010 ( < α = 0.05), Sementara tidak ada hubungan antara jenis kontrasepsi dan jumlah paritas terhadap lesi seluler sitologi ektoserviks dengan nilai p-value sebesar 0.373 dan sebesar 1.000.

Kesimpulannya adalah ada hubungan antara status menopause dengan lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear. Tidak terdapat hubungan antara jenis kontrasepsi dan jumlah paritas dengan lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear.

Kata Kunci :, ektoserviks, kontrasepsi, menopause, papsmear, paritas ABSTRACT

Papsmear cytology is the study of loose cells or desquamation of the female reproductive system.

Papsmear with early detection of cervical cancer programs has been carried out in many developed countries and has succeeded in reducing the number of incidents of cervical cancer, however, in developing countries this early detection program is not routine. Only about 5% of 131,000,000 women do this program. Cervical cancer itself is the second leading cause of death after breast cancer. The aim of the study was to determine the effect of menopausal status, parity number and type of contraception with papsmear ectocervic cytology cellular lesions. The research method used analytic observational design with cross sectional approach. The sample size was 68 respondents. The technique uses Two Stage Cluster random sampling. Data analysis using the chi square test. The results stated that there was a relationship between menopausal status and ectocervicl papsmear cellular cytological lesions with a p- value of 0.010 (<α = 0.05), while there was no relationship between the type of contraception, parity number and the ectocervic cellular cytology lesion with a p-value of 0.373 and 1,000. The conclusion is there is a relationship between menopausal status and papsmear ectocervic cytology cellular lesions.

There was no relationship between the type of contraception and the number of parity with papsmear ectocervic cytology cellular lesions.

Keywords:, ectocervix, contraception, menopause, papsmear, parity

(2)

PENDAHULUAN

Sitologi pap smear adalah ilmu yang mempelajari sel-sel lepas atau deskuamasi dari sistem reproduksi wanita (Kustiyati, 2007). Bahan pemeriksaan dapat diambil dari sekret vagina, sekret servikal (ektoserviks), sekret endoserviks, sekret endometrial dan sekret forniks posterior.

Apabila bahan diambil dari ektoserviks dapat berguna untuk menentukan penyebab infeksi serviks pada wanita yang mengalami keputihan dan dapat mendiagnosis serta deteksi dini lesi prakanker (displasia) atau kanker serviks (Lestadi, 2009). Program deteksi dini kanker serviks dengan pap smear telah dilakukan di banyak negara maju dan berhasil menurunkan jumlah insiden kanker serviks. Namun di negara berkembang program deteksi dini ini tidak berjalan rutin atau bahkan tidak dilakukan, hanya sekitar 5% dari 131.000.000 jumlah populasi wanita yang melakukan program skrining pap smear. Pemeriksaan pap smear dilakukan untuk mendapatkan data kelainan sitologi serviks yang meliputi Negative Intraepithelial Lesion or Malignancy (NILM), proses peradangan, low grade intraepithelial lesion (LSIL), high grade intraepithelial lesion (HSIL), carcinoma insitu, dan carcinoma invasive (Mastutik, 2015). Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang berlebihan dan tidak terkontrol di sekitar seviks, daerah leher rahim atau mulut rahim (Sari, 2014).

Global Cancer Statistics (2018) menyebutkan bahwa kejadian kanker serviks di dunia pada tahun 2018 mencapai 570.000 (3,2%) kasus baru dan 311.000 (3,3%) kasus meninggal. Kanker serviks menempati urutan ke empat penyakit yang sering di diagnosis dan merupakan penyebab kematian ke dua setelah kanker payudara. Jumlah penderita kanker serviks di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat hingga tujuh kali lipat pada tahun 2030 (Kusumawati, 2016). Data Riset Kesehatan Dasar (2013), penyakit kanker serviks dan payudara merupakan penyakit kanker dengan prevalensi tertinggi di Indonesia, yaitu kanker serviks sebesar 0,8% dan kanker

payudara sebesar 0,5%. Kejadian kanker serviks di Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,01 % dengan Kabupaten/Kota yang mencapai persentase tertinggi yaitu Kabupaten Grobogan 27,27% dan Kabupaten Sukoharjo menempati urutan ke empat 19,35% (Dinas Kesehatan Jawa Tengah, 2016).

Wanita selama menopause atau paskamenstruasi, masih berisiko mengembangkan sel-sel serviks abnormal yang pada akhirnya dapat menyebabkan kanker serviks (Mahadik, 2017). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kontrasepsi jenis oral menyebabkan wanita sensitif terhadap HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat menyebabkan infeksi sehingga beresiko adanya keabnormalitasan sel-sel pada serviks (Meihartati, 2017). Kasus kanker serviks sering ditemukan pada wanita usia muda sampai usia lebih dari 50 tahun dan jarang pada usia di bawah 20 tahun (Herlana, 2017). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Edwin Lasut (2015) menunjukkan distribusi usia yang didiagnosis kanker serviks > 35 tahun sebanyak 60% dari total kasus. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Missaoul yang menunjukkan gambaran usia rata-rata terdiagnosis kanker serviks adalah paling banyak pada usia di atas 40 tahun (Herlana, 2017). Wanita yang menopause atau postmenopause masih memiliki resiko terjadinya perkembangan sel abnormal yang dapat menyebabkan terjadinya kanker serviks (Mahadik, 2017). Setelah menopause, terjadi penurunan kadar estrogen yang menyebabkan perubahan morfologi epitel. Penurunan kadar estrogen ini dapat mencegah maturasi sel epitel skuamosa di sel parabasal atau sel lower intermediate dan menginduksi epitelium yang tipis. Hal ini mengakibatkan sel epitel menjadi tipis sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Tabrizi, 2018). Banyaknya anak yang dilahirkan berpengaruh dalam timbulnya penyakit kanker serviks. Paritas merupakan salah satu faktor resiko terjadinya kanker serviks. Berdasarkan

(3)

hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dkk (2014) menyatakan bahwa orang yang memiliki jumlah paritas lebih dari tiga lebih banyak terkena kanker serviks yaitu sebanyak (63,4%) atau berisiko 4,55 kali terkena kanker serviks daripada orang yang memiliki

jumlah paritas kurang dari atau sama dengan tiga. Hal tersebut berhubungan dengan peningkatan resiko transformasi sel serta trauma pada serviks sehingga memudahkan terjadi infeksi HPV (Hidayat, 2014).

METODE

Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Data yang digunakan adalah data priomer yaitu data yang diperoleh dari hasil pemeriksaan papsmear. Penelitian ini dilakukan di Posyandu Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah pada bulan November 2018. Populasi dalam penelitian

ini yaitu seluruh wanita dan memiliki riwayat paritas pervaginam. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh wanita dan memiliki riwayat paritas pervaginam yang bertempat tinggal di Kecamatan Kartasura.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu dengan teknik Two Stage Cluster random sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Chi-Square.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(4)

Analisa Bivariat

Tabel 2 Hasil Analisis Chi- Square Variabel Bebas Terhadap Lesi seluler sitologi

ektoserviks pap smear

Variabel Hasil Pap smear p-

Rendah % Tinggi % Total value

Menopause Belum 30 75 10 25 40 0.010

Sudah 12 41.4 17 58.6 29

Jenis KB Non Hormonal 11 73.3 4 26.7 15 0.373

Hormonal 31 57.4 23 42.6 54

Total 42 60.9 27 39.1 69 (Data Primer,2018)

Dari hasil analisis bivariat diatas, variabel status menopause terhadap lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear didapatkan hasil nilai p-value 0,010 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan. Sedangkan variabel jenis kontrasepsi terhadap lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear didapatkan hasil p- value 0,373 sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan. Hasil analisis bivariat

berdasarkan jumlah paritas, dapat dilihat bahwa terdapat 41 responden (60.3%) yang hasil pap smearnya rendah. Dari 41 responden tersebut terdapat 31 responden (60.8%) responden yang mempunyai anak kurang atau sama dengan 3 (paritas ≤ 3) dan 10 responden (58.8%) mempunyai anak lebih dari 3 (paritas > 3). Responden yang hasil pap smearnya tinggi sebanyak 27 responden. Dari 27 responden tersebut terdapat 20 responden (39.2%) yang

(5)

mempunyai anak kurang atau sama dengan 3 (paritas ≤ 3) dan 7 responden (41.1%) yang mempunyai anak lebih dari 3 (paritas

> 3). Hasil chi Square didapatkan hasil bahwa nilai p-value sebesar 1.000 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan hasil pap smear.

Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan jenis kontrasepsi dengan kategori kontrasepsi hormonal dan non hormonal terhadap lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear memiliki nilai p-value 0,373 (p- value > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kontrasepsi terhadap lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear. Hormon estrogen dapat melindungi sistem kekebalan mukosa terhadap infeksi HPV, sementara viskositas atau kekentalan lendir akibat dari penggunaan kontrasepsi hormonal dapat memengaruhi penetrasi benda asing yang masuk sehingga dapat menghindari perubahan sel serviks yang abnormal.

Penggunaan kontrasepsi barrier (kondom) akan menurunkan resiko perubahan sel serviks karena adanya perlindungan serviks dari kontak langsung bahan karsinogen dari cairan semen (Chih et al,2014). Setelah menopause, penurunan kadar estrogen menyebabkan perubahan morfologi epitel. Penurunan kadar estrogen dapat mencegah maturasi sel epitel skuamosa pada sel parabasal atau sel lower intermediate dan menginduksi epitelium yang tipis. Hal ini mengakibatkan sel epitel menjadi tipis sehingga memudahkan terjadinya infeksi (Tabrizi, 2018).Hormon estrogen dan progesteron dapat

meningkatkan imunitas pada wanita melalui ekspresi Toll-Like Receptor (TLR)-2 dan -4 pada epitel serviks sehingga dapat mencegah terjadinya proses inflamasi yang memicu remodeling serviks. Selain itu responden pada penelitian ini sekitar 73% memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, semakin tinggi pendidikan yang dimiliki seeorang wanita, dapat menggambarkan penerimaan informasi yang lebih banyak dan lebih luas sehingga seorang wanita berpotensi untuk melakukan perilaku menuju sehat seperti menjaga kesehatan organ reproduksi dan menyadari pentingnya screening pap smear secara rutin yang berguna untuk mendeteksi adanya kelainan di daerah reproduksi (Hakimah, 2016). Usia saat menikah juga menjadi faktor resiko terjadinya lesi pra kanker, wanita yang menikah kurang dari 20 tahun merupakan usia yang cukup muda untuk melakukan hubungan seksual dan juga memiliki resiko mengalami perubahan sel pada organ reproduksi dikarenakan pada usia tersebut organ reproduksi belum matang (Chasanah, 2017). Namun pada penelitian ini 69,5% responden menikah pada usia lebih dari 20 tahun, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang tidak signifikan.

Hasil chi Square didapatkan hasil bahwa nilai p-value sebesar 1.000 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan hasil pap smear. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Isma Yuniar dkk (2009) bahwa secara statistik tidak ada hubungan jumlah paritas dengan hasil pap smear dengan nilai p- value sebesar 0,317 > 0,05.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Terdapat hubungan antara status menopause dengan lesi seluler sitologi ektoserviks pap smear (p=0,010). Tidak terdapat hubungan antara jenis kontrasepsi dengan gambaran sitologi ektoserviks pap smear (p=0,373) juga tidak terdapat hubungan jumlah paritas terhadap gambaran sitologi ektoserviks pap smear dengan nilai p sebesar 1.000.

Penelitian selanjutnya perlu mengeksplore sudah berapa lama penggunaan kontrasepsi dan pergantian metode kontrasepsi, jarak antar kelahiran dan diharapkan dapat menanyakan

(6)

data pohon keluarga untuk mengetahui kemungkinan mutasi genetik pada responden, serta melibatkan faktor-faktor lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Chih, H. J., Lee, A.H., Colville, L. 2014. Condom and Oral Contraceptive Use and Risk of Cervical Intraepithelial Neoplasia in Australia Women. JGO. 25

Dinas Kesehatan Sukoharjo. 2016. Profil Kesehatan Kabupaten Sukoharjo.

Globocan (Global Burden of Cancer Study)., 2018. Cancer Incidence and Mortality Worldwide. http://globocan.iarc.fr

Herlana, F., Nur, I. M., Purbaningsih, W. 2017. Karakteristik Pasien Kanker Serviks berdasar atas Usia, Paritas, dan Gambaran Histopatologis di RSUD Al- Ihsan Bandung.

Bandung Meeting on Global Medicine & Health (BaMGMH), 1: 138-142Hidayat, E., Hasibuan, D.H.S., Fitryati, Y. 2014. Hubungan Kejadian Kanker Serviks dengan Jumlah Paritas di RSUD Dr. Moewardi Tahun 2013." JKKI, 6: 128-135.

Infodatin. 2015. Situasi Penyakit Kanker. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Lestadi, J. 2009.

Sitologi Pap Smear. 1st. Edited by Monica Ester. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Kusumawati, Y., Wiyasa R., Rahmawati, E. N. 2013. Pengetahuan, Deteksi Dini dan Vaksinasi HPV Sebagai Faktor Pencegah Kanker Serviks di Kabupaten Sukoharjo. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 11.

Mahadik, J. D., Patel, S., Gupta, S., Patel, A.S., Ramani, P.R. 2017. Epithelial abnormalities on Pap smear in Postmenopausal Women: A two-year hospital-based study.

International Journal of Medical Science and Public Health, 6: 365-371.

Mastutik, G., Alia, R., Rahniayu, A., Kurniasari, N. 2015. Skrining Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Tanah Kali Kedinding Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto. Majalah Obstetri & Ginekologi, 23: 54-60.

Meihartati, T., 2017. Hubungan Faktor Predisposisi Ibu Terhadap Kanker Serviks. Jurnal Darul Azhar.4.

Ramachandran, M., Kannan, A., Kiyam, W., Priavadhana. 2016. Pap smear findings in

Premenopausal and Post-menopausal Women. Research Journal of Medical and Allied Sciences, 1: 14-20.

Sari, A.P., Syahrul, F., 2014. Faktor yang Berhubungan dengan Tindakan Vaksinasi HPV pada Wanita Usia Dewasa. Jurnal Berkala Epidemiologi. 2.

Tabrizi, A. D. 2018. Atrophic Pap Smear, Differential Diagnosis and Pitfalls: A Review.

International Journal of women's Health and Reproduction Sciences, 6: 2-5.

Tabrizi, A. D. 2018. Atrophic Pap Smear, Differential Diagnosis and Pitfalls: A Review.

International Journal of women's Health and Reproduction Sciences, 6: 2-5.

(7)

(8)

(9)

Gambar

Tabel 2 Hasil Analisis Chi- Square Variabel Bebas Terhadap Lesi seluler  sitologi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sari jahe yang dicampurkan ke dalam air minum berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap kadar kolesterol pada darah, daging dan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui adanya efek sitotoksik ekstrak etanol daun kenikir, fraksi polar, semi polar dan nonpolarnya terhadap sel kanker

Desa- desa pada Kecamatan Cilongok dipilih karena Kecamatan Cilongok merupakan wilayah dari Kabupaten Banyumas yang menerima dana desa yang bersumber dari Anggaran

Hal ini dapat dengan mudah dilakukan menggunakan fasilitas Data Filter yang tersedia dalam Calc.Sebagai contoh, kita ingin memfilter data yang ada berdasarkan kota dari

Dari Tabel 3 dapat dilihat hasil uji FTIR asam oksalat sintesis dari sampel yang berbeda- beda dan disimpulkan bahwa gugus fungsi setiap sampel asam oksalat sintesis yang

Perbankan dalam kehidupan suatu negara merupakan salah satu agen pembangunan. Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari perbankan sebagai lembaga intermediasi,

Tubuh membutuhkan energi untuk melakukan segala aktivitas, energi diperoleh dari kandungan makanan dan minuman yang dikonsumsi, diantarannya karbohidrat, protein,

Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Đurišić &amp; Bunijevac (2017) melaporkan bahwa keterlibatan orang tua memberikan peluang bagi sekolah untuk terus berinovasi