• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelengaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan. Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan Indonesia. UU No.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Penyelengaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan. Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan Indonesia. UU No."

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Ketetapan MPR yaitu Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang berkeadilan Indonesia. UU No.

22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah sebagai dasar penyelenggaraan otonomi daerah.

Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi daerah. Untuk itu, pemerintah daerah perlu memiliki sistem akuntansi dan standar akuntansi keuangan pemerintah daerah yang memadai. Selain itu, pemerintah daerah juga perlu melakuakan perbaikan mekanisme audit terhadap instansi pemerintah daerah. Pengembangan sistem akuntansi pemerintah daerah merupakan suatu tantangan karena lingkungan sektor publik yang sangat kompleks membutuhkan kompetensi tersendiri untuk mendesain sistem akuntansi yang akan diterapkan.1

Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

1 Mardiasmo. Akuntansi sektor publik (Yogyakarta: C.V Andi Offset, 2009), hlm 24

(2)

Sumber daya yang dimiliki sessuai dengan kepentingan, prioritas, dan potensi daerah itu sendiri. Sehingga daerah dapat menjalankan dan melaksanakan otonomi daerah yang baik.2

Pemerintah daerah akan mempertanggung jawabkan pengelolaan keuangannya kepada masyarakat atau akuntabilitas publik dengan menyampaikan pengelola keuangan daerah, dan untuk menyampaikan pertanggungjawaban tersebut maka diperlukan sistem akuntansi yang baik, karena sistem akuntansi merupakan pendukung terciptanya pengelola keuangan daerah yang accountable, dalam rangka mengelola sistem desntralisasi secara transparan, efisien, efektif, dan dapat di pertanggungjawabkan.

Dalam melaksanakan pemerintah, pemerintah daerah berkewajiban melakukan dua jenis pertanggung jawaban. Pertama, pertanggung jawaban vertikal kepada pusat yaitu pertanggung jawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi. Kedua, pertanggung jawaban horizontal yaitu pertanggung jawaban kepada masyarakat luas. Kedua jenis pertanggung jawaban pemerintah daerah tersebut merupakan elemen penting dalam proses akuntabilitas.3

Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas kinerja dan kinerja keuangan pemerintah

2 Agnestasia Laura Lumenta dkk. pengaruh sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instasni pemerintah. Jurnal Emba.Vol 4 No. 2 juni 2016. Hal. 768-777

3 Adi Susanto. Skripsi. pengaruh kejelasan sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah terhadap akuntabilitas pengelola keuangan daerah. (Makassar : Universitas Hasanuddin 2018), hlm 2.

(3)

kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan informasi dan pengungkapan tersebut, baik pemerintah pusat maupun daerah harus mau dan mampu memberikan informasi atas aktivitas kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, tepat waktu, konsisten, dan dapat dipercaya. Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja keuangan adalah dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat, yaitu hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk diperhatikan aspirasi dan pendapatannya, hak diberi penjelasan, dan hak menuntut pertanggung jawaban. Adapun ayat tentang akuntabilitas yang dijelaskan dalam alqu’an surah annisa ayat 58 yang berbunyi :

َأ ِساَّىلا َهْيَب ْمُتْمَكَح اذِإ َو اهِلْهَأ ىلِإ ِتاوامَ ْلْا اوُّدَؤُت ْنَأ ْمُك ُرُمْأَي َ َّاللَّ َّنِإ نِإ ِلْدَعْلاِب اىُمُكْحَت ْن

َس َناك َ َّاللَّ َّنِإ ِهِب ْمُكُظِعَي اَّمِعِو َ َّاللَّ

ًاري ِصَب ًاعيِم

Sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya allah maha mendenganr lagi maha melihat (Q.S An-nisa 4:58)

Kandungan ayat teresebut menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kepada orang mukmin, agar mereka senantiasa menjaga amanah yang telah diamanahkan kepada mereka berupa sifat taqwa dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi segala larangnnya yang dapat menimbulkan keburukan terlebih jika mereka mengetahui bahwa amanah

(4)

tersebut harus segera dilaksanakan. Dalam hal ini pengelolaan keuangan publik, implementasi ayat tersebut berupa sikap pertanggungjawaban (akuntabilitas) dan keterbukaan (transparansi) kepada publik.4

Rendahnya kualitas informasi laporan keuangan dapat disebabkan oleh sistem akuntansi yang belum diterapkan secara maksimal dan pengawasan yang masih lemah. Sehingga perlu adanya peningkatan dalam pengaplikasian sistem akuntansi daerah serta pengawasan dalam pengelola keuangan daerah. Penerapan sistem akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah akan menghasilkan laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah yang baik. Penerapan sistem akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan instansi pemerintah daerah diharapkan akan bisa memperbaiki akuntabilitas kinerja pemerintah sehingga penyelenggaraan urusaan- urusan pemerintah daerah dapat optimal. Perbaikan akuntabilitas kineja instansi pemerintah daerah diharapkan dapat mencegah terjadinya korupsi sehingga diharapkan good governance dapat diwujudkan oleh pemerintah Indonesia baik ditingkat pusat maupun daerah. Terselenggaranya good governace merupakan persyaratan untuk dapat mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-citanya, ini sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP).

4 Harmawati. Skripsi. pengaruh sistem akuntansi pemerintahan dan pemanfaatan tegnologi informasi terhadap akuntabilitas keuangan daerah. (Makassar : Universitas Islam Negeri 2016), hlm 4

(5)

Penulis tertarik untuk meneliti hal ini, karna terdapat banyak penyimpangan yang berkaitan dengan anggaran dan sistem akuntansi dan kurangnya ketaatan perundangan pada instansi pemerintah daerah. Hal ini disebabkan karena penyalahgunaan wewenang dalam mengelola anggaran daerah dan sistem akuntansi yang kurang efektif kerap terjadi dan muncul sehingga masyarakat sering mempertanyakan kinerja pemerintah daerah pada kantor BKD Lubuk Sikaing. Permasalah yang ada pada pemerintah daerah tersebut dapat mengacu pada kompetensi masing-masing individu agar dalam penyusunan laporan keuangan dapat mempengaruhi akuntabilitas kinerja pemerintah tersebut. Kualitas dari laporan keuangan pemerintah daerah dapat ditentukan oleh seberapa besar tanggung jawab (akuntabilitas) yang dimiliki pegawai pemerintah daerah dalam mengerjakan laporan keuangan. Dengan adanya sistem akuntansi pemerintah daerah dapat memberikan keyakinan yang memadai bahkan kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan tolak ukur yang ditetapkan secara efektif dan efisien. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan juga dapat memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan pada suatu intansi pemerintah dapat mencapai tujuannya.

Penelitian ini memiliki persamaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, hanya saja tempat penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya. Penulis mengambil lokasi penelitian pada kantor BKD Lubuk Sikaping menggunakan variabel dependen yaitu akuntabilitas kinerja.

(6)

Penelitian ini menggunakan data skunder dimana dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan kantor BKD Lubuk sikaping, variabel SAPD diukur dengan pertanyaan yang sebelumnya digunakan dengan 3 indikator yaitu pencatatan, penggolongan, dan pelaporan. Variabel ini diukur dengan skala likert yang dengan 5 (lima) poin yang berkaitan dengan lima pilihan.

Melihat perkembangan pada BKD Lubuk Sikaping bahwa tidak dapat kita pungkiri pengelolaan akuntabiltas kinerjanya juga semakin baik.

Karena dengan jumlah karyawan yang semakin meningkat disetiap tahunnya. Berikut data jumlah karyawan/pegawai menurut tingkat pendidikannya pada BKD Lubuk Sikaping.

Tabel 1.1

Jumlah pegawai menurut tingkat pendidikannya pada Kantor BKD Lubuk Sikaping Tahun 2014-2018

Tingkat pendidikan

yang ditammatk

an

Tahun 2014

(%)

Tahun 2015

(%)

Tahun 2016

(%)

Tahun 2017

(%)

Tahun 2018

(%)

SMA 30,9 20,6 15,5 % 12,5 10,9

Diploma / DIII

42,5 18,5 52,3 52,3 46,7

SI 50,7 40,5 60,9 60,9 54,5

Sumber : BKD Lubuk Sikaping

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan yang diluluskan pada kantor BKD Lubuk Sikaping dari tahun 2014- 2018, yang mana pada tahun 2014 tingkat pendidikan lulusan SMA

(7)

sebanyak 30,9%, tingkat pendidikan lulusan DIII sebanyak 42,5% dan tingkat pendidikan lulusan S1 sebanyak 50,7%. Data tersebut menunjukkan tingkat pendidikan lulusan S1 menunjukkan lebih tinggi dari pada tinggat pendidikan lulusan SMA dan DIII. Pada tahun 2015 tinggat pendidikan lulusan SMA mengalami penurunan sebanyak 10.3%

dimana pada tahun 2014 sebanyak 30,9% dan pada tahun 2015 sebanyak 20,6%. Dan tinggkat pendidikan lulusan DIII juga mengalami penurunan dimana tahun 2014 sebanyak 42,5% dan tahun 2015 sebanyak 18,5%, dan tingkat pendidikan lulusan S1 pada tahun 2015 juga mengalami penurunan dimana tahun 2014 sebanyak 50,7% dan pada tahun 2015 sebanyak 40,5%.

Pada tahun 2016-2018 tingkat pendidikan lulusan SMA juga mengalami penurunan dimana tahun 2016 sebanyak 15,5%, tahun 2017 sebanyak 12,5%, dan pada tahun 2018 sebanyak 10,9%. Karna dimana disetiap tahunnya kebijakan pemerintah semakin meningkat sehinnga lulusan SMA yang bekerja di kantor BKD lubuk sikaping semakin berkurang. Dan tingkat pendidikan tammatan DIII pada tahun 2016 – 2017 mengalami kenaikan dan kesamaan pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sebanyak 52,3% dan pada tahun 2018 mengalami penurunan sebanyak 5,6% dimana tahun 2015 dan 2016 sebanyak 52,3% dan pada tahun 2018 sebanyak 46,7%. Sedangkan tingkat pendidikan lulusan S1 pada tahun 2015 dan 2016 juga mengalami kenaikan dan kesamaan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 60,9% dan pada tahun 2018

(8)

mengalami penurunan sebanyak 6,4% dimana pada tahun 2015 dan 2016 sebanyak 60,9% dan tahun 2018 sebanyak 54,5%. Penurunan tingkat pendidikan ditahun 2018 dikarnakan disetiap tahunnya semakin banyak berbagai berbagai macam lulusan dari berbagai lulusan sehingga dalam kantor tersebut memilih untuk memperkerjakan karyawan yang dapat lebih memahami tentang sistem akuntansi pemerintah daerah untuk dapat menciptakan akuntabilitas kinerja yang lebih bagus pada kantor BKD Lubuk Sikaping.

Berdasarkan data diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi dan ketaatan pada petaruran perundangan pada kantor BKD Lubuk Sikaping masih kurang baik dan masih kurang diterapkan oleh pegawai kantor setiap tahunnya maka agar terciptanya akuntabilitas kinerja yang lebih baik maka sistem akuntansi perlu lebih ditingkatkan dan ketaatan pada peraturan perundangan lebih diterapkan atau lebih diperketat dalam melaksanakan tugasnya pada kantor BKD Lubuk Sikping.

Berdasarkan hasil urain latar belakang permasalahan di atas dan dari kondisis pelaporan kinerja tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan kepercayaan publik kepada Pemda Lubuk Sikaping maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah (SAPD), dan Ketaatan pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja pada BKD Kota Lubuk Sikaping”.

(9)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang masalah diatas, dapat di identifikasi berapa masalah yang muncul sebegai berikut :

1. Kurangnya pemahaman sistem akuntansi pemerintah daerah dalam kantor BKD Lubuk Sikaping

2. Kurangnya ketaatan pada Peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja pada BKD Lubuk Sikaiping

3. Belum diketahui seberapa besar pengaruh sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja pada BKD Lubuk Sikaping.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang dikemukakan diatas, maka dalam pembahasan tidak meluas penulis membatasi masalah pada : Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja (Studi Kasus : BKD Kota Lubuk Sikaping)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Sejauhmana pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terhadap Akuntabilitas Kinerja Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Lubuk Sikaping?

(10)

2. Sejauhmana pengaruh Ketaatan pada Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kineja Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Lubuk Sikaping?

3. Sejauhmana Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), dan ketaatan pada Peraturan Perundangan secara simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Lubuk Sikaping?.

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terhadap Akuntabilitas Kinerja pada Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Lubuk Sikaping.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Ketaatan pada Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Badan Keuangan (BKD) Daerah Kota Lubuk Sikaping.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD), dan Ketaatan pada Peraturan Perundangan secara simultan terhadap Akuntabilitas Kinerja Badan Keuangan Daerah (BKD) Kota Lubuk Sikaping.

(11)

F. Kegunaan penelitian 1. Bagi perusahaan

Dapat memberikan manfaat bagi perusahaan dalam menyelesaikan permasalahan mengenai manajemen laba, agar dapat memperbaiki dan mempertahankan kelangsungan perusahaannya.

2. Bagi pihak luar

Sebagai pedoman dan bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya jika ingin melekukan penelitian yang sama.

3. Bagi penulis

a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam.

b. Untuk pendalaman pengetahuan tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Peraturan Perundangan dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

G. Penjelasan Judul Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah:

Serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah.

(12)

Ketaatan peraturan

perundangan : Hukum bersifat mengatur, memaksa, mengikat, memutuskan, menetapkan, mengendalikan, memberi sanksi, mengontrol, dan menentramkan. Akuntansi pemerintah pun tidak dapat dilepaskan dari hukum yang mengatur pengelolaannya. Oleh karena itu setiap lembaga pemerintah harus menaati ketentuan hukum, pereturan, dan pembatasan-pembatasan yang mepengaruhi akuntansi dan keuangan lembaga pemerintah.

Apabila terjadi perbedaan prinsip akuntansi yang digunakan, prinsip yamg dipakai adalah aturan pemerintah. Menurut Kustandi Arinta, hal tersebut diatur oleh dua prinsip pertama NCGA yaitu :

a. Ketentuan hukum dan pelaporan keuangan, artinya sistem akuntansi suatu lembaga pemerintah harus menunjukkan semua ketentuan hukum dan perundang-undangan yang

(13)

berlaku serta menentukan secara wajar dan mengungkapkan dengan selengkap-lengkapnya posisi keuangan dan operasi dana.

b. Apabila terjadi pertentangan antara prinsip akuntansi dengan ketentuan hukum maka yang dipakai adalah ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku.5 Akuntabiltas kinerja

instansi pemerintah :

Perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabakan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah diterapkan melalui sistem pertanggung jawaban secara periodik.6

5Dedi Ismatullah, Akuntansi Pemerintahan, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010), hlm 102

6Toman Sony Tambunan, Glosarium Istilah Pemerintahan, (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016) hlm 10.

(14)

H. Sistematika Penulisan

Untuk lebih jelas dan memudahkan pemahaman pembaca dan lebih terahnya penulisan skripsi ini, maka dapat dilihat pada sistematika penulisannya dibagi lima bab pada tiap-tiap bab dapat dirinci beberapa sub bab yaitu:

BAB I Pendahuluan

Latar Belakang, Rumusan Masalah dan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penjelasan Judul, dan Sistematika Penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka

Membahas tentang Kajian T

erdahulu dan dasar-dasar teori yang terkait dengan konsep yang diangkat, yaitu mengenai landasan teori.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang jenis penelitian, lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, defenisi operasional variable, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian

Bab ini menyajikan data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian di analisa dengan berbagai metode untuk dapat membuktikan kebenaran hipotesis yang telah dibuat agar dapat menarik kesimpulan.

(15)

BAB V Penutup

Berisi kesimpulan dari serangkaian pembahasan skripsi berdasarkan analisis yang telah dilakukan, serta saran-saran untuk disampaikan kepada obyek penelitian atau bagi penulis selanjutnya.

(16)

15 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Dalam pasal 1 ayat (11) peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2020 menyebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah adalah rangkaian sistematik dari prosedur, penyelenggaraan, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi pemerintah. Dalam peraturan pemerintah No.71 Tahun 2010 dijelaskan bahwa sistem akuntansi pemerintah pada pemerintah pusat diatur dengan peraturan mentri keuanagan yang mengacu pada pedoman umum sistem akuntansi pemerintah. Sedangkan sistem akuntansi pemerintah daerah diatur dengan peraturan gubernur/bupati/walikota mengacu pada pedoman umum sistem akuntansi pemerintah.7

Sistem akuntasi pemerintah daerah dilaksanakan oleh satuan kerja pengelola keuangan daerah (SKPKD) sebagai entitas dan satuan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) sebagai entitas akuntansi.

Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran,

7 Harmawati. Pengaruh penerapan sistem akuntansi pemerintahan dan pemanfaatan tegnologi inormasi trhadap ahuntabilitas keuangan daerah.skripsi. 2016.

(17)

sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBN yang dapat dilakukan secara manual atau melalui aplikasi komputer. Proses tersebut didokumentasikan dalam bentuk buku jurnal dan buku besar, dan apabila diperlukan ditambah dengan buku besar pembantu, sistem akuntansi pemerintah daerah sekarang kurangnya meliputi:

1) Prosedur akuntansi penerimaan kas 2) Prosedur akuntansi pengeluaran kas

3) Prosedur akuntansi aset tetap/barang milik daerah, dan 4) Prosedur akuntansi selain kas

Sistem akuntansi pemerintah daerah disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian internal sesuai dengan peraturan pemerintah yang mengatur tentang pengendalian internal dan peraturan pemerintah tentang standar akuntansi pemerintah.

sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPKD.

Dalam rangka pertanggung jawaban pelaksanaan APBD entitas pelaporan penyusunan laporan keuangan yaitu:

a) laporan realisasi anggaran b) Neraca

c) Laporan arus kas

d) Catatan atas laporan keuangan.8

8Moh Husaini, keungan Daerah, (malang : UB Press, 2018), hlm 120-121

(18)

Dalam proses penyiapan laporan keuangan pemerintah daerah diperlukan dukungan pengetahuan akuntansi yang memadai atas sumber atas standar yang mengatur laporan keuangan instansi pemerintah. Sistem pertanggung jawaban keuangan suatu instansi dapat berjalan dengan baik, bila terdapat mekanisme pengelola yang baik pula. Pemahaman sistem akuntansi merupakan faktor yang perlu untuk dicermati, karena untuk dapat menyajikan informasi keuangan yang memadai dalam bentuk pelaporan keuangan yang dapat dipahami oleh pengguna, maka harus dilakukan oleh personel yang memiliki kompetensi dibidang pengelola laporan keuangan.

Sistem akuntansi menjadi suatu tuntutan dan sekaligus kebutuhan bagi tiap pemda. Pada peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelola keuangan daerah. Pemerintah daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintah menurut asas otonomi dan asas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip negara kesatuan RI.

SAPD memiliki karakteristik yang sama dengan sistem akuntansi pemerintah pusat (SAPP), yaitu :

1. Basis kas

SAPD menggunakan basis kas untuk laporan realisasi anggaran (LRA) dan basis akrual untuk neraca. Dengan

(19)

basis kas, pendapatan diakui dan dicatat pada saat kas diterima oleh rekening kas daerah serta belanja diakui dan dicatat pada saat kas dikeluarkan dari rekening kas daerah. Aset, kewajiban dan ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada keuangan pemerintah.

2. Sistem pembukuan berpasangan

Sistem pembukuan berpasangan (double entry system) didasrkan atas persamaan akuntansi yaitu asset = utang + ekuitas dana. Setiap transaksi dibukukan deng mendebit suatu perkiraan dan mengkredit perkiraan yang lain.

SAPD terdiri dari 2 subsistem, yaitu : a) Sistem akuntansi pemerintah daerah

Sistem akuntansi pemerintah daerah dialksanakan oleh Pejabat Penatausaha Keuangan Daerah (PPKD), yang akan mencatat transaksi-transaksi yang dilakukan oleh level pemerintah daerah, seperti pendapatan dana perimbangan, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, dan lain-lainnya.

(20)

b) Sistem akuntansi satuan peramgkat daerah Sistem akuntansi satuan peramgkat daerah dilaksakan oleh pejabat penatausahaan keuangan daerah (SKPD). Transaksi-transaksi yang terjadi dilingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan oleh PPK SKPD. Dalam struktur pemerintahan daerah, satuan kerja merupakan entitas akuntansi yang wajib melakukan pencatatan atas transaksi-transaksi yang terjadi dilingkungan kerja. Kegiatan akuntansi pada satuan kerja meliputi atas pencatatan pendapatan, belanja, asset, selain kas.9

Selain penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah, ketaatan pada peraturan perundangan juga merupakan elemen penting yang secara langsung berkaitan dengan kinerja instansi pemerintah.

dengan adanya hal ini diharaapkan laporan akuntabilitas yang dihasilkan akan tepat dan sesuai dalam rangka pemenuhan kewajiban terhadap pemerintah pusat dan kebutuhan informasi publik.10

9Janny Rahmi hasibuan,Skripsi, Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi dan Ketaatan Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah. 2018

10Moh Abdul Syukur. pengaruh penerapan sistem akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.( Kediri : Universitas Nusantara PGRI, 2018), hlm 2

(21)

2. Ketaatan Pada Peraturan Perundangan

Peraturan perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk dalam lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mempunyai kekuatan yang mengikat. Tujuan undang-undang dan peraturan negara adalah untuk mengatur dan menerbitkan setiap kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi lebih tertip.

Ketaatan pada peraturan perundangan adalah kepatuhan seseorang dalam mentaati peraturan yang telah dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang yang mempunyai kekuatan mengikat agar dapat mengatur dan menerbitkan setiap kehidupan berbangsa dan bernegara. Sistem hukum yang dianut Indonesia dalam akuntansi sektor publik adalah sistem civil law, dimana setiap aturan yang berhubungan dengan akuntansi sektor publik yang dimuat dalam bentuk peraturan perundangan.11

Dalam hal pemebentukan akuntabilitas pemerintah sesuai dengan karakteristik dan bertujuan untuk memenuhi akuntabilitas keuangan negara memadai, maka PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengeluarkan suatu pedoman untuk akuntansi pemerintah yaitu dapat memenuhi persyaratan perundangan-undangan. Secara logis, penyusunan teori akuntansi merupakan proses perurutan kerangka kerja konseptual atau konstitusi untuk digunakan sebagai petunjuk tekhnik akuntansi. Konstitusi ini harus memperoleh penerimaan

11Chaira Astami Putri Br.Butar-butar. Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pengendalian Akuntansi, Peraturan Perundangan dan Sistem Pelaporan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instaansi Pemerintah (AKIP). JOM FEB. Volume 1, edisi (Januari-Juni 2018).

(22)

umum, menunjukkan prilaku kolektif dan melindungi kepentingan publik dalam area yang dipengaruhi oleh pelaporan keuangan.

Keuangan negara yang dikelola dalam pemerintahan, harus dipertanggung jawabkan sesuai dengan amanat konstitusi.

Pelaksanaan fungsi ini di Indonesia diatur dalam UUD 1945 pasal 23 ayat 5 dan Undang-undang APBN. Pemerintah diharuskan membuat pertanggungjawaban keuangan negara tersebut merupakan bagian dari akuntabilitas publik yang harus disampaikan atas penggunaan keuangan negara yang diperoleh dari keuangan rakyat untuk tujuan kesejahteraan rakyat.12 Peraturan perundangan merupakan “setiap keputusan tertulis yang dikeluarkan oleh pejabat atau lingkungan jabatan yang berwenang yang berisikan aturan tingkah laku yang bersifat atau mengikatkan secara umum”. Ketaatan terhadap peraturan perundangan menjadi salah satu pertimbangan atas keberhasilan kinerja akuntabilitas instansi pemerintah. Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin taat pada peraturan perundangan maka semakin bagus tingkat keberhasilan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah daerah.13 Seperti dalam Al-Qur’an surah An-nisa ayat 58

12Riska Fahrul Razi Pengaruh Ketaatan Peratuan Perundangan, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengendalian Akuntansi Dan Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Jom fekom. Vol. 4 No. 1 (Februari) 2017.

13 Handayani. Skripsi. Pengaruh Kompetensi Aparatur, Komitmen Organisasi Dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntablitas Keuangan Desa. (Makassar : Institut Agana Islam Negeri, 2019),Hlm 23.

(23)

ْمُك ُرُمْأَي َ َّاللَّ َّنِإ ۚ ِلْدَعْلاِب اىُمُكْحَت ْنَأ ِساَّىلا َهْيَب ْمُتْمَكَح اَذِإ َو اَهِلْهَأ ٰىَلِإ ِتاَواَمَ ْلْا اوُّدَؤُت ْنَأ

ا ًري ِصَب اًعيِمَس َناَك َ َّاللَّ َّنِإ ۗ ِهِب ْمُكُظِعَي اَّمِعِو َ َّاللَّ َّنِإ

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik- baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah maha mendengan laggi maha melihat”.

Dalam ayat diatas, mencerminkan peran pemerintah dalam menetapkan sebuah peraturan harus dilakukan secara adil dan dalam mengemban amanah negara harus dilakukan dengan bijak sebagai wujud pelaksanaan tugas untuk melayani masyarakat dengan baik khususnya dalam mengelola keuangan pemerintah daerah.14

3. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah

Akuntabilitas adalah perwujudan kewajiban untuk mempertanggung jawabkan pengelolaan/pelaksanaan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran yang telah diterapkan. Sedangkan Akuntabilitas kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik.

14 Mustika Sari, Skripsi, perlakuan akuntansi pendapatan –Lo dan beban pada pemerintah kabupaten kediri berdasarkan standar akuntansi pemerintah (SAP) peraturan pemerintah .2018. hlm 31

(24)

Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah diatur berdasarkan PP nomor 7 tahun 1999. Akuntabilitas kinerja juga dapat diartikan sebagai Perwujudan suatu Instansi Pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan atau kegagalan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan melalui alat pertanggung jawaban secara periodik. Tujuan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi pemerintah sebagai salah satu syarat terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya. Sasaran akuntabilitas kinerja instansi pemerintah adalah menjadikan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat di lingkungannya.

Terwujudnya transparansi instansi pemerintah, terwujudnya transparansi instansi pemerintah, terwujudnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan pembangunan nasional, terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.15

Sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dilaksanakan atas semua kegiatan utama instansi pemerintah yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi dan misi instansi pemerintah. Kegiatan yang menjadi perhatian utama yang mencakup tugas pokok dan instansi pemerintah, program kerja yang menjadi isu nasional, aktivitas yang dominan dan vital bagi pencapaian visi dan misi instansi

15 Toman Sony Tambunan, Glosarium Istilah Pemerintahan (Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri, 2016) hlm 10.

(25)

pemerintah. Sumber daya dalam hal ini merupakan sarana pendukung yang diberikan kepada seseorang atau unit organisasi dalam memperlancar pelaksanaan tugas yang telah dibebankan kepadanya.

Wujud dari sumber daya tersebut pada umumnya berupa sumber daya manusia, dana, sarana prasarana, dan metode kerja. Sedangkan pengertian sumber daya dalam konteks negara berupa aparatur pemerintah, sumber daya alam, peralatan, uang dan kekuasaan hukum politik keputusan LAN No. 239/IX/6/8/ 2003 tentang Pedoman Penyusutan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, menjelaskan bahwa Akuntabilitas instansi pemerintah adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksana misi organisasi akan mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui melalui sistem pertanggung jawaban secara periodik.16

Uraian di atas, dapat dikatakan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan perwujudan kewajiban seseorang atau unit organisasi untuk mempertanggung jawabkan pengelola dan pengendalian sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercaya kepadanya dalam rangka mencapai sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dalam dokumentasi perencanaan melalui media pertanggungjawaban secara periodik.

16Reyhan Hady Fauzan, pengaruh kejelasan sasaran anggaran, pengendalian akuntansi, sistem pelaporan dan penerapan akuntabilitas keuangan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP), Jom Fekom. Vol 4 No. 1 (Februari) 2017.

(26)

Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemrintah yang diterapakan oleh Kepala Lembaga Administrasi Negara, dalam modul Akuntabilitas Instansi Pemerintah, BPKP, 2007 menyatakan bahwa pelaksanaan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah harus berdasarkan prinsip tersebut :

a) Adanya komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi yang bersangkutan

b) Berdasarkan suatu sitem yang dapat menjamin penggunaan dan sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan perundangan yang berlaku

c) Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan

d) Berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan manfaat yang diperoleh

e) Jujur, objektif, transparan dan akurat

f) Menyajikan keberhasilan/kegagalan dalam mencapaia sasaran dan tujuan yang telah diterapkan

g) Adanya pengawasan penilaian terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Dengan demikian governance identik dengan pengelolaan dan pengurusan dengan makna spesifik atau pengurusan negara.17 Rencana kinerja ini mengungkapkan seluruh target kinerja yang ingin dicapai

17Elvia Puspa Dewi, Good Governance dan Transparansi Rencana Strategik Terwujudnya Akuntabilitas Kinerja Pemerinta, jurnal lentera bisnis Vol.7 No. 2, November 2018

(27)

(output atau outcome) dari seluruh sasaran strategik dalam tahun yang bersangkutan serta strategik untuk mencapainya.

Rencana kinerja ini merupakan tolak ukur yang akan digunakan dalam penilaian kinerja penyelenggaraan pemerintah untuk suatu periode tertentu. Setelah rencana kinerja ditetapkan, tahapan sealnjutnya adalah pengukuran kinerja. Dalam melaksanakan kegiatan, dilakukan pengumpulan dan pencatatan data kinerja. Data kinerja tersebut merupakan pencapaian kinerja yang dinyatakan dalam satuan indikator kinerja. Dengan diperlukannya data kinerja yang digunakan untuk pengukuran kinerja, maka instansi pemerintah perlu mengembangkan sistem pengumpulan data kinerja, yaitu tatanan, instrumen, dan metode pengumpulan data kinerja.

Pada akhir suatu periode, capaian kinerja tersebut dilaporkan kepada pihak yang berkepentingan atau yang meminta dalam bentuk Lapotran Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Tahap terakhir, informasi yang termuat dalam LAKIP tersebut dimanfaatkan bagi perbaikan kinerja instansi secara berkesinambungan. Dalam konteks organisasi pemerintahan, akuntabilitas publik dapat dikatakan sebagai suatu bentuk pemberian informasi dan disclosure atas aktivitas dan kinerja finensial pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap informasi tersebut. Menjelaskan akuntabilitas publik adalah sebagai kewajiban pemegang pihak amanah (agent) untuk memberikan pertanggung jawaban, menyajikan, melaporkan,

(28)

dan mengungkakan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah yang memiliki hak untuk meminta pertanggungjawaban tersebut.

Dalam pengertian yang sempit, akuntabilitas dapat dipahami sebagai bentuk pertanggungjawaban. Dalam pengertian luas, menjelaskan bahwa akuntabilitas dapat dipahami sebagai pihak kewajiban pengang amanah (agent) untuk memberi pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan menjadi tanggungjawab kepada pihak pemeberi amanah (principal) yang memiliki hak dan wewenang untuk meminta pertanggungjawaban tersebut. Makna akuntabilitas ini merupakan konsep filosofi inti dalam manajemen sektor publik.

Amanah pada kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan karena merupakan aspek muamalah yang sangat penting yang terkait dengan kewajiban. Dalam alqur’an dijelaskan betapa beratnya sebuah amanah, Allah berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 72 :

اَهْىِم َهْقَفْشَا َو اَهَىْلِمْحَّي ْنَا َهْيَبَاَف ِلاَب ِجْلا َو ِض ْرَ ْلْا َو ِت ٰى ٰمَّسلا ىَلَع َةَواَمَ ْلْا اَىْض َرَع اَّو ِِا اًم ْىُلَظ َناَك ٗهَّوِا ۗ ُناَسْوِ ْلْا اَهَلَمَح َو

: بازحلْا﴿ ۙ ًلْ ْىُهَج ۲۷

“Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakan (berat), lalu

(29)

dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguh manusia itu sangat zhalim dan sangat bodoh”. (QS. Al-Ahzab:72).

Allah memberikan amanah kepada langit tapi langit tidak mampu mengembannya kemudian diberikan kepada bumi dan gunung ternyata semuanya tidak mampu memikul amanah tersebu. Namun, hanya manusia yang berani menerima amanat itu “Amanah” adalah sesuatu yang dipercayakan kepada orang lain untuk digunakan sebagaimana mestinya sesuai dengan keinginan pengusaha (pemilikan) mutlak atas apa yang diamanahkan. Ia memiliki kewajiban untuk memelihara amanah tersebut dengan baik dan memanfaatkannya sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemberi amanah.

Tiga dimensi penting dalam akuntabilitas adalah Allah SWT sebagai pemberi amanah dan amanah itu sendiri. Hal ini dapat diartikan sebagai hubungan antara manusia dengan Allah SWT, manusia dengan manusia serta manusia dengan alam dimana akuntansi itu dipraktekkan.

(30)

Gambar. 2.1 tiga dimensi konsep amanah

Gambar 2.1 dipahami bahwa konsep akuntabilitas yang hakiki tidak pernah lepas dari realitas antara dunia dan akhirat. Dan konsep akuntabilitas ini harus didasarnya pada agama. Permasalah yang terkait dengan kualitas laporan keuangan dan laporan kinerja biasanya disebabkan oleh kurangnya pemahaman dari pelaku peruhahaan itu sendiri. Fakta yang terjadi saat ini adalah kurangnya pemahan dari perusahaan terkait dengan pertanggungjawaban yang hakiki. Hal inilah yang harus digali dan diperbaiki, kesalahan yang menganggap bahwa pertanggungjawaban laporan keuangan dan laporan kinerja hanya semata-mata ditujukan kepada atasan dan bukan kepada Allah SWT. sehingga nilai-nilai kejujuran dalam penyajian laporan keuangan dan laporan kinerjapun diragukan kebenarannya. Oleh karena itu bagi kita yang memounyai agama dan percaya tentang adanya tuhan diharapkan dapat membangun nilai-nilai etika yang didasarkan pada ajaran agama masing-masing sehingga dalam

Allah

Manusia Alam

(31)

menjalankan tugas perusahaan akan selalu diselimuti oleh nilai etika yang kuat.18

B. Kajian Terdahulu

Banyak penelitian yang terkait dengan kejelasan sasaran anggaran, sistem pelaporan, ketaatan peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja telah dilakukan, beberapa diantaranya ialah:

Berdasarkan Artikel Skripsi Mohammad Abdul Syukur (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi Dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada Badan Pendapatan Daerah Kabupaten Ngajuk hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah, pemahaman akuntansi, dan ketaatan pada peraturan perundangan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Pada jurnal Janny Rahmi Hasibuan (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah , Pemahaman Akuntansi, Dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Pada SKPD Padang Lawas hasil penelitian membuktikan bahwa Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi, Dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

18 Nur lazimatul Hilma Sholehah, Analisis Akuntabilitas Kinerja Anggaran Dengan Perspektif Amanah Dalam Mencegah Fraud , Jurnal Ilmu Ekonomi Vol. 2 No. 1 Januari 2019.

(32)

Pada Jurnal Chaira Astami Putri Butar-butar (2018) melakukan penelitiaan tentang Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pengendalian Akuntansi, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan Dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Pada OPD Kabupaten Rokan Hilir hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah, pemgendalian akuntansi, ketaatan pada peraturan perundangan, dan sistem pelaporan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu

Pada Jurnal Silvi Oktaviani dkk (2017) melakukan penelitian tentang Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, Dan Motivasi Kerja Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah Pada Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Kuantan Singingi hasil Penelitian menunjukkan bahwa Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah, Pemahaman Akuntansi, Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, Dan Motivasi Kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah

Pada Skripsi Adit Susanto (2018) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran Dan Penyajian Laporan Keuangan Daerah Terhadap Akuntabilitas Pengelola Keuangan Daerah SKPD Kabupaten Luwu Timur hasil penelitian menunjukkan bahwa kejelasan

(33)

sasaran anggaran dan penyajian laporan keuangan daerah memiliki pengaruh positif terhadap akuntabilitas pengelola keuangan daerah.

Pada Skripsi Fajar Bayu Putri Perwirasari (2016) melakukan penelitian tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) menunjukkan bahwa Faktor-faktor yang Mempengaruhi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) adalah Pemahaman Prinsip Good Governance, Pengendalian Intern (SPI), dan ketaatan pada peraturan perundangan berpengaruh positif signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Pada Jurnal Rayhan Hadi Fauzan (2017) melakukan penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi, Sistem Pelaporan dan penerapan Akuntabilitas Keuangan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instasni Pemenrintah (AKIP) SKPD Kabupaten Lima Puluh Kota Sumatera Barat hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejelasan sasaran anggaran, penegendalian akuntansi, sistem pelaporan dan penerapan akuntabilitas keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

Pada Jurnal Riska Fahrul Razi (2017) melakukan penelitian tentang Pengaruh Ketaatan Pada Peratuan Perundangan, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengendalian Akuntansi dan Kompetensi Aparatur Daerah Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) pada SKPD Kabupaten Indragiri Hulu menunjukkan bahwa Pengaruh Ketaatan Pada Peratuan Perundangan, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Pengendalian

(34)

Akuntansi dan Kompetensi Aparatur Daerah berpengaruh terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Pada Jurnal Agnetasia Laura Lumenta, dkk (2016) melakukan penelitian tentang Pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Peraturan Perundangan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Minahasa Selatan. Menunjukkan bahwa Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan Ketaatan Peraturan Perundangan secara persial berpengaruh signifikan terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah.

Dari beberapa skripsi dan jurnal penelitian tersebut yang membedakan pembahasannya adalah “pengaruh sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja” yang terdapat pada beberapa daerah. Bagaimana perkantoran di berbagai daerah menunjukkan bahwa sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan peraturan perundangannya diterapkan dengan baik agar akuntabilitas kinerjanya juga bisa menjadi lebih baik.

Jika sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan peraturan perundangan baik maka akuntabilitas kinerjanya juga akan semakin baik.

C. Kerangka Pemikiran

Dari penelitian terdahulu yang telah disebutkan diatas, maka penulis menetapkan variabel independen pada penelitian ini adalah Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan, sedangkan variabel dependen pada penelitian ini adalah

(35)

Akuntabilitas Kinerja, yang mana hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dalam penelitian ini sebagai berikut :

1) Berdasarkan PP No 71 tahun 2010 disebutkan bahwa sistem akuntansi pemerintah merupakan rangkain sistematik dari prosedur, penyelenggaraan, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan organisasi pemerintah.

laporan keuangan itu pada akhirnya dapat menjadi suatu informasi untuk mengukur dan menilai kinerja pemerintah daerah.

Akuntabilitas publik merupakan pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan informasi dan pengungkapan tersebut, baik pemerintah pusat maupun daerah harus mau dan mampu menjadi subyek pemberi informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat, relevan, dan tepat waktu, konsisten dan dapat dipercaya.

Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja ini adalah dalam rangka memnuhi hak-hak masyarakat. yaitu hak untuk mendapatkan informasi dan hak menuntut pertanggungjawaban.

2) Penggunaan sistem akuntansi dalam menyusun laporan keuangan bertujuan agar suatu instansi tertib administrasi terhadap pengelolaan keuangan daerah. Kepala daerah menetapkan peraturan kepada daerah tentang kebijakan akuntansi pemerintah

(36)

daerah dengan berpedoman pada standar akuntansi pemerintah sehingga nanti dari penyusunan laopran keuangan yang sesuai dengan standar tersebut dapat menghasilkan suatu data keuangan yang akan dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan. Dengan adanya standarisasi tersebut memungkinkan akan adanya perlakuan akuntansi yang seragam dan konsisten sehingga mempermudah dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi ditingkat daerah maupun tingkat pusat.

Hasil penelitian yang mendukung tentang pengaruh sistem akuntansi terhadap akuntabilitas kinerja dilakukan oleh Zulharman (2015) dan Fatmala (2014) yang berhasil membuktukan bahwa sistem akuntansi berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja.

3) Sistem hukum yang dianut dalam sistem akuntansi sektor publik adalah sistem civil law, dimana setiap aturan berhubungan dengan akuntansi sektor publik dimuat dalam bentuk peraturan perundangan. Aparat publik diwajibkan untuk mentaati peraturan perundangan yang berlaku. Ketaatan peratuturan perundangan akan mendorong kelancaran program sehingga tercapainya sassaran atau tujuan yang dikehendaki yang akan mewujudkan akuntabilitas kinerja.19

19Janny Rahmi Hasibuan. Skripsi. Pengaruh Penerapan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ,Pemahaman Akuntansi, dan Ketaatan Peraturan Perundang Terhadap Akuntabilitas Kinerja. (Medan: Universitas Sumatera Utara, 2018)

(37)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang sedang diteliti. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Adanya pengaruh yang signifikan antara sistem akuntansi pemerintah daearah (X1) terhadap akuntabilitas kinerja (Y) instansi pemerintah Kota Lubuk Sikaping.

H0 : 1 = 0 Ha :

2. Adanya pengaruh yang signifikan antara ketaatan peraturan perundangan (X2) terhadap akuntabilitas kinerja (Y) instansi pemerintah Kota Lubuk Sikaping.

Sistem akuntansi pemerintah daerah (X1)

Ketaatan pada peraturan perundangan (X2)

Akuntabiitas Kinerja (Y)

(38)

H0 : Ha :

3. Adanya pengaruh secara simultan antara (X1) sistem akuntansi pemerintah daerah, (X2) ketaatan peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja (Y) instansi pemerintah Kota Lubuk Sikaping H0 :

Ha :

(39)

38 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Dalam penelitian ini yang akan dilakukan oleh penulis, merupakan jenis penelitian kuantitatif karena dalam penelitian ini akan mengumpulkan data yang digunakan untuk menguji hipotesis atau jawaban pertanyaan yang telah dirumuskan, dalam hal ini data yang diperoleh akan dijadikan landasan dalam mengambil kesimpulan. Peneliti disini akan melihat dan menguji serta menentukan seberapa besar pengaruh sistem akuntansi pemerintah daerah dan ketaatan peraturan perundangan terhadap akuntabilitas kinerja pada BKD Lubuk Sikaping.

B. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data dalam permasalah yang dikaji dalam pelaksanaan penelitian ini nantinya akan dilakukan pada karyawan BKD Lubuk Sikaping kabupaten pasaman. Alasan melakukan penelitian ini hanya ingin melihat dan mengetahui seberapa besar pengaruh Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah dan ketaatan pada peraturan perundangan terhadap akuntabiltas kinerja pada BKD Lubuk Sikaping.

C. Jenis dan Sumber Data 1) Jenis Data

Jenis data yang digunakan oleh penelitian ini adalah data skunder.

Data skunder merupakan data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara Data diperoleh langsung dari

(40)

organisasi perangkat daerah Kabupaten Pasaman dengan menggunakan daftar pertanyaan dalam bentuk kuesioner guna mengumpulkan responden atas pertanyaan yang berhubungan dengan sistem akuntansi pemerintah daerah, ketaatan peraturan perundangan dan akuntabilitas kinerja.

2) Sumber Data

Sumber data dalam penelitan ini yang diperoleh dari jawaban yang responden melalui kuesioner pada kantor BKD Lubuk Sikaping dan melakukan wawancara pada pihak-pihak yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan pusat perhatian di dalam penelitian kuantitatif.

Variabel dapat di defenisikan sebagai konsep yang memiliki variasi atau memiliki lebih dari satu nilai. Penelitian ini menggunakan variabel sebagai berikut:

1) Variabel bebas (Independent Variabel)

Variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi variabel lain atau menghasilakan akibat pada variabel yang lain, yang pada umumnya berada dalam urutan tata waktu yang terjadi lebih dahulu. Variabel ini biasanya disimbolkan dalam variabel

“X”. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini yaitu Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (X1), dan Ketaatan Pada Peraturan Perundangan (X2).

(41)

2) Variabel terikat (Dependent Variabel)

Variabel terikat merupakan variabel yang diakibatkan atau dipengaruhi variabel bebas. variabel ini biasanya disimbolkan dalam variabel “Y”. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Akuntanbilitas Kinerja (Y).20

E. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Popolasi dapat juga didefenisikan sebagai keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang akan diteliti.

Dalam penelitian ini populasinya adalah pegawai kantor BKD Lubuk Sikaping. Dengan jumlah populasi 73 pegawai kantor.

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri atau keadaan tertentu yang akan diteliti. Atau sampel dapat didefinisikan sebagai anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi.21 Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah pegawai yang ada dinas di kantor BKD Lubuk Sikaping. Dengan jumlah sampel sebanyak 50 pegawai kantor.

20Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

2010) hlm 61.

21 Nanang Martono. Metode Penelitian Kuantitatif... hlm 76-77.

(42)

F. Instrumen Penelitian

Istilah instrumen dalam penelitian tidak terlepas dari metode pengumpulan data. Artinya instrumen berkaitan dengan metode pengumpulan data. Metode pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data penelitian, seperti wawancara, kuesioner, observasi, analisi data. Sedangakan instrumen penelitian adalah alat yang digunakan peneliti agar pekerjaan lebih mudah dan hasilnya lebih baik. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah daftar pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan informasi yang mendasar dari laporan tentang diri sendiri (self resport) atau pada pengetahuan atau keyakinan pribadi subyek atau informasi yang diteiliti. Kuesioner ini dimaksudkan untuk memperoleh data tersebut. Sedangkan penyusunan skala pengukuran digunakan metode skala likert summated ratings (LSR). Dengan alternatif pilihan 1 sampai 5 jawaban pertanyaan dengan ketentuan sebagai berikut :

Nilai 5 : untuk jawaban sangat baik Nilai 4 : untuk jawaban baik

Nilai 3 : untuk jawaban kurang baik Nilai 2 : untuk jawaban tidak baik Nilai 1 : untuk jawaban sangat tidak baik

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang dipakai adalah angket (kuesioner). Angket ditujukan kepada pegawai kantor BKD Kota Lubuk Sikaping.

(43)

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian No Variabel Defenis

Operasional

Indikator Skala 1. Sistem

Akuntansi Pemerintah Daerah (X1)

Serangkaian mulai dari proses

pengumpulan data,

pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka mempertanggu ng jawabkan pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara manual atau melalui aplikasi komputer.

- Pencatatan - Penggolong

an

- Pelaporan

Likert

2. Ketaatan pada peraturan perundangan (X2)

Mengacu dalam penyusunan laporan keuangan, pemerintah harus memenuhi persyaratan minimum yang ditentukan dalam standar akuntansi pemerintah

- Terstruktur - Prosedur

Likert

3. Akuntabilitas kinerja (Y)

Perwujudan pertanggung jawaban seseorang atau unit

organisassi

- penetapan penerapan strategik - pengukuran

kinerja - pelaporan

Likert

(44)

dalam mengelola sumber daya yang telah diberikan dan dikuasai dalam rangka

pencapaian tujuan.

kinerja dan pemanfaata n informasi

kinerja.

G. Tekhnik Pengumpulan data 1. Kuesioner (angket)

Dalam menumpulkan data yang dibutuhkan penulis menggunakan kuesioner (angket). Kuesioner merupakan alat pengumpulan data dalm bentul pertanyaan atau pertanyaan tertulis dengan menyeberkan daftar pertanyaan kepada setiap responden. Dalam hal ini, penulis menyebarkan pertanyaan kepada pegawai kantor BKD Lubuk Sikaping.

2. Observasi

Observasi adalah alat pengumpulan data yang mempunyai ciri yang lebih spesifik bila dibandingkan dengan tekhnik yang lain.

Observasi langsung membaerikan sumbangan yang sangat penting dalam penelitian deskriptif. Jenis-jenis informasi tertentu dapat diperoleh melalui pengamatan langsung oleh peneliti. Yaitu pengumpulan data secara langsung terhadap objek penelitian melalui pengamatan fenomena yang terjadi, dicatat, diredukasi kemudian disajikan secara sistematis untuk menggambarkan objek yang diteliti.

Hasil observasi ini berguna untuk menguatkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner.

(45)

3. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara peneliti mengajukan pertanyaan secara lisan dengan sesorang atau pegawai kantor BKD Lubuk Sikaping.22

H. Tekhnik Analisis data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih di interprestasikan. Data yang dihimpun dari hasil penelitian lapangan, akan peneliti bandingkan dengan data kepustakaan, kemudian dilakukan analisis untuk menarik kesimpulan. Analisis dalam penelitian ini dilakukan secara kuantitatif.

I. Pengujian Model a. Uji Instrumen

1) Uji Validitas

Uji Validitas merupakan uji homoganitas item pertanyaan per variabel untuk menunjukkan sejauh mana kecepatan dan kecermatan suatu alat ukur untuk melakukan fungsinya. Semakin tinggi validitas alat ukur maka semakin kecil varian kesalahannya.

Uji Validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaannya pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi, validitas ingin mengukur apakah

22 Nanang Martono. 2010. Metode penelitian kuantitatif...hlm.85

(46)

pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak diukur.

Pengambilan keputusan bahwa setiap indikator valid apabila nilai r hitung lebih besar atau sama dengan r tabel atau nilai r hitung berada dibawah 0,05. Untuk mentukan nilai r hitung, dibantu dengan propram SPSS yang dinyatakan dengan nilai correted item total correlation. Dapat pula digunakan rumus tekhnik korelasi product moment.

(∑ ) (∑ ) (∑ ) [ ∑ (∑ ) }( ∑ (∑ )

Keterangan :

r = koefisien kolerasi y = skor item total x = skor pertanyaan

n = jumlah observasi/responden

Dengan kriteria jika diperoleh butir pertanyaan tersebut valid tetapi jika maka butir pertanyaan tidak valid.

2) Uji Reabilitas

Reabilitas dapat menunjukkan bahwa sesuatu instrumen penelitian cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data apabila instrumen tersebut sudah baik. Tinggi

(47)

rendahnya reabilitas tes tercermin oleh nilai chronbach alpha di atas 0,60. Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik didapatkan nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,760 lebih besar dari 0,60 sehingga reliabel.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Auto Korelasi

Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linear berganda ada kolerasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan landasan teori pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi maka dinamakan terdapat problem auto korelasi.

Autokolerasi timbul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dalam model regresi dapat menggunakan model statistik dari Durbin-Weston (D-W). 23

Tabel 3.2

Tabel Durbin-Weston (D-W)

Nilai d Keterangan

˂1,10 Terjadi kolerasi

1,10 – 1,54 Tidak terjadi kolerasi 1,55 – 2,46 Tidak terjadi kolerasi 2,47 – 2,90 Tidak terjadi kolerasi

˃2,91 Terjadi kolerasi

23 Ayuwardani, pengaruh informasi keuangan dan non keuangan terhadap underpricing terhadap harga saham pada perusahaan yang melakukan initial public offering. Jurnal Nominal Volume VII No 1 thn 2018

(48)

2) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah variabel dependen dan indenpeden dalam model regresi tersebut terdisrtibusi secara normal. Cara untuk menedeteksi apakah residual terdistribusi secara normal atau tidak adalah dengan menggunakan analisis grafik dan uji statistik non-parametik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Pada uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari resedualnya.normalitas dipenuhi apabila titik data terkumpul disekitar garis lurus. Dasar pengambilan keputusan uji statistik dengan uji kolmogorov-Smirnov adalah sebagai berikut :

a) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05 maka H0 diterima. Berarti data terdistribusi tidak normal.

b) Apabila nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih dari 0,05 maka H0 diterima. Berarti data terdistribusi normal.

3) Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.

Jika terjadi, maka terdapat multikolinearitas. Regresi yang baik harusnya tidak terjadi kolerasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilihat dari hasil SPSS dengan pedoman nilai VIF. masing-masing variabel tidak melebihi 10.

(49)

Pada umumnya, jika VIF lebih besar dari 10, maka variabel bebas mempunyai multikolinearitas pada varibel bebas lainnya.

c. Analisis Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggambarkan suatu hubungan dimana satu variabel atau lebih variabel (variabel independen) mempengaruhi variabel lainnya (variabel dependen). Oleh karena itu peneliti menggunakan analisis linier berganda untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini. Dalam analisis linier berganda, selain mengukur kekuatan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen juga menunjukkan araha pengaruh tersebut.

Pengujian tersebut didasarkan pada persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Keterangan :

Y : Akuntabilitas Kinerja

X : Konstanta

: siope regresi atau koefisien regresi dari x1

X1 : siope regresi atau koefisien regresi dari x2 : Sistem Akuntansi Pemerintah daerah

X2 : Peraturan Perundangan

e : kesalahan residual (error tum).

(50)

d. Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model regresi dalam menerangkan variansi variabel dependen. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variansi dependen amat terbatas. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relatif rendah mendekati nol karena adanya variansi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasanya mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi yaitu mendekati satu.

Kelemahan mendasar pengguna koefisien determinasi adalah biasa terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan kedalam model.

Persamaan koefisian determinasi ( ) adalah sebagai berikut :

Keterangan :

R = Koefisien Determinasi

X1 = Sistem Akununtansi Pemerintah Daerah X2 = Ketaatan Peraturan Perundang

Y = Akuntabilitas Kinerja.

e. Uji Hipotesis 1) Uji (t)

Pengukuran tes dimaksudkan untuk mengetahui apakah secara individu (persial) ada pengaruh antara variabel bebas debgan variabel terikat. Pengujian secara persial untuk setiap koefisien regresi di uji

(51)

untuk mengetahui pengaruh secara persial antara variabel bebas dengan variabel terikat. Pengujian setiap koefisien regresi dikatakan signifikan bila nilai probabilitas signifikan lebih kecil dari 0,05 (tingkat kepercayaan yang dipilih) maka hipotesis nol (Ho) ditolak dan hipotesis alternative (Ha) diterima, sebaliknya dikatakan signifikan apabila nilai probabilitas signifikan lebih besar dari 0,05 maka hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis alternative (Ha) ditolak.

2) Uji (f)

Uji F digunakan untuk mengtahui apakah variabel independen secara silmultan berpengaruh terhadap variabel dependen. Derajat signifikan yang digunakan adalah 5% (0,05). Jika nilai probabilitas <

0,05 maka dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Namun, jika nilai probabilitas

> 0,05 maka dapat dikatakan tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.

Referensi

Dokumen terkait

Pengelola, pimpinan dan/atau penanggungjawab gedung adalah orang dan/atau badan yang karena jabatannya memimpin dan/atau bertanggung jawab atas kegiatan dan/atau usaha di tempat

Penelitian ini berjudul Kajian Kelayakan Operasi Pecah Beban Penyulang Beta SJ-2 untuk Kehandalan Sistem Kelistrikan Kota Bitung, kajian ini dilakukan untuk

Kata Kunci: terapi masase frirage,

Hasil penelitian ini memberikan bukti bahwa factor persepsi pribadi seperti kepercayaan kepada toko online, persepsi kenyamanan dalam berbelanja secara online,

Keberhasilan peningkatan sains dan teknologi Iran pasca embargo AS didukung adanya kebijakan Mahmoud Ahmadinejad yaitu pertama, dengan adanya kebijakan ekspor

Suatu aktifitas kognitif yang menghasilkan suatu pandangan yang baru mengenai suatu bentuk permasalahan dan tidak dibatasi pada hasil yang pragmatis (selalu dipandang

Cara kerja alat ini adalah mendeteksi cuaca disekitar melalui sensor air hujan dan sensor cahaya atau LDR, ketika sensor tidak menerima cahaya maka alat akan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar pada kompetensi pengetahuan, kompetensi sikap dan kompetensi keterampilan pada