• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti yang dikatakan oleh David K. Berlon melalui bukunya The Proses Of

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti yang dikatakan oleh David K. Berlon melalui bukunya The Proses Of"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Antar Budaya

Komunkasi antar budaya adalah bagian dari pada bentuk yang selalu di lakukan oleh satiap individu atau lebih dengan gaya atau perilaku bawaan dari daerah asalnya. Hakikat perbedaan dari komunikasi antar budaya yaitu dari proses atau cara seseorang dalam berinteraksi maupun cara dia bertindak, seperti yang dikatakan oleh David K. Berlon melalui bukunya “The Proses Of Communication (An Introduction to theory and praktice) pada tahun 1960.

Dalam tulisannya Berlo memberikan suatu tawaran model dalam berkomunikasi. Menurut dia, suatu komunikasi yang di bangun akan sukses apabila seseorang orang memperhatikan hal-hal MSCR, yaitu: Souces, message, channel, receive. Hal-hal yang dapat menentukan (source) dan

penerima (receiver) ialah kemampuan dalam berinteraksi, tindakan, pengetahuan, sistem sosial, dan kebudayaan. Sedangkan pada pesan (message) perlu diperhatikan isi, perlakuan pesan dan juga perlambngan, sedangkan pada saluran (channel) faktor utama yang perlu di perhatikan ialah tergantung dari pemilihan saluran yang tepat dengan sasaran contohnya seperti mata yang fungsinya untuk melihat, telinga yang fungsinya untuk mendengar, hidung yang fungsinya untuk mencium, mulut yang fungsinya untuk berbicara dan lain sebagainya.

(2)

7 Apapun yang ada kaitannya dengan yang komunikasi hal itu tidak terlepas dari yang namanya kebudayaan, Berlo berpendapat bahwasanya sebua budaya akan selalu mendidik kepada para pengikutnya agar selalu mengerjakan hal- hal yang berkaitan dengan konsep kebudayaan. Dari faktor-faktor di atas kita tau bahwasanya latar belakang sangatlah berpengaruh terhadap perilku komunikasi seseorang, termasuk dalam memahami atau memaknai makna dari para komunikator dalam berkomunikasi, dimana komunikasi ini bersumber dari suatu kebudayaan yang berlawanan arah atau berbeda. Kalau dilihat dari karya Berlo di atas dapat kita temuai bahwasanya karya-karyanya telah membawa dampak besar terhadap para pakar sosiolog, antropolog, dan juga psikolog untuk bagaimana mempelajari lebih dalam lagi terkait komunakasi antar budaya.

Komunikasi antar budaya atau biasa juga disebut proses perpindahan atau pertukaran konsep dalam berfikir dan pemaknaan diantara para perilaku komunikasi yang berbeda latar belakang budaya atau gaya hidup. Komunikasi antar budaya pada hakikatnya menkaji mengenai peran budaya terhadap aktifitas komunikasi; apa arti atau makna dari pesan verbal dan non-verbal menurut budaya-budaya yang tersebar luas di daerah-daerah bersangkutan?

Apa yang pantas atau layak untuk dikomonikasikan? Bagaimana langkah- langkah dalam mengkominukasikannya secara verbal dan non-verbal.

Kebudayaan juga dapat dimaknai sebagai simbol-simbol, pemkanan, perwujudan atau gambaran, nilai-nilai, struktur aturan, pola hidup atau kebiasaan, suatu proses informasi dan peralihan bentuk-bentuk konvensi dalam mengemukakan pendapat, ucapapan secara lisan maupun tindakan atau

(3)

8 perbuatann yang di pertontongkan diberbagai sudut pandang anggota kelompok maupun di kalangan masyarakat luas pada umumnya. Komunikasi antara budaya juga bisa didefenisikann sebagai pola dalam berkomunikasi yang bisa saja terjadi antar para perilaku komunikasi yang mempunyai latar budaya yang berbeda-beda, tapi pada intinya tidak ada orang yang memiliki kesamaan yang mutlak atau persis, tiap-tiap orang mempunyai idntitas yang tidak sama termasuk cara mereka melihat dan berfikir terhadap sesuatu hal. Ketika ada seseorang yang memiliki pemikiran terkait perbedaan yang besar terhadaap latar belakang budayanya, maka kendala yang akan timbul dipermukaan terkait kendala dalam berkomunikasi juga akan semakin tak terbendung.

B. Bentuk-Bentuk Komunikasi Atar Budaya

Dikutip dari pendapat De Vitto (1997). Mengenai wujud komunikasi antar budaya, memiliki beberapa poin di antara yaitu: (Muzairi: 2002)

a. Komunikasi antar kelompok Agamais yang betolak belakang. Contohnya:

antara orang islam dengan orang kristen, orang konghucu dengan orang hindu dan seterusnya.

b. Komunikasi antar subbkultur dan kultur yang memiliki perbedaan.

Contohnya: anatara seorang engginer kelistrikan degan seorang perdana mentri, atau juga anatara tunanetra dengan tunawicara

c. Komunikasi antar subkultur dengan kultur yang dominan. Contohnya:

antara tua dengan kaum milenials atau juga kaum yang menyukai sesama jenis dan kaum yang hiper seks terhadap lawan jenisnya.

(4)

9 d. Komunikasi antar jenis kelamin yang berbeda. Contoh laki-laki dan

perempuan.

Setiap komunikasi antar budaya dapat dipahami atau dilakukan apabila pesan yang dikirim adalah anggota dari suatu budayaa dan pesan yang diterima merupakan anggota budaya yang lain. Dalam keadaan tersebut, baik pengirim pesan maupun yang menerima pesan akan di hadapkan dengan berbagai masalah dalam penyedian pesan.

C. Perilaku Komunikasi

Komunikasi akan mengikat penerima dan pembuat pesan bahkan akan mengubahnya menjadi suatu informasi yang dapat di manfaatkan ialah melewati proses pembuatan dan mentafsirkan pesan yang menyebabkan kita bisa berkomunikasi antara satu individu dengan individu yang lainnya. Sebuah pesan merupakan salah satu symbol/kumpulan symbol yang memiliki makna dan kegunaan. Setiap pesan mungkin akan melibatkan sebuah aturan bahasa yang bersifat verbal dalam bentuk lisan ataupun tulisan, atau bisa juga memiliki aturan bahasa yang bersifat non-verbal misalnya pertunjukan yang melibatkan pergerakan dari tubuh maupun sentuhan ataupun yang lainnya.

Kita yang terlibat dalam penciptaan pesan melalui perilaku verbal dan nonverbal sebagai contoh, kita menciptakan pesan ketika kita memperkenalkan diri kepada seseorang. Saat itulah kita menyusun pesan yang penuh arti setidaknya, pesan yang berarti bagi kita sendiri. Dan, tentu saja orang yang ikut dalam pertemuan dengan kita terlibat dalam interpretasi pesan ketika ia

(5)

10 memerhatikan, memberinya arti, dan menggunakan informasi perkenalan yang kita sampaikan kepadanya.

Dalam situasi tatap muka, pesan disampaikan dari orang ke orang atau dari tempat ke tempat baik verbal maupun nonverbal. Dalam situasi lain, teknologi komunikasi atau media memainkan peran penting dengan menambah kemampuan “alamiah” kita untuk berkomunikasi dalam kondisi demikian, komunikasi antar individu, kelompok, organisasi, atau masyarakat bersifat dibantu oleh media.

D. Adaptasi Budaya

Beradaptasi dengan budaya merupakan suatu persoalan sosialisasi dan juga persuasi. Hal ini dapat mengikat suatu pembelajaran yang pas sasaran terhadap representasi individu, konsep, peraturan dan hubungan antara oraganisasi dan juga kelompok masyarakat, dimana kita terlibat dalam keanggotaan.

Saat ingin mengkaji lebih dalam lagi terkait adaptasi budaya maka kita akan mengacu terhadap pendapat para toko yang telah mendefenisikan terkait adaptasi budaya, adaptasi budaya sendiri dibangun atas dua kata yaitu adaptasi dan budaya, yang dimana setiap katanya memiliki arti yang berbeda. Adaptasi memiliki arti yaitu suatu kelebihan yang di miliki oleh makhluk hidup agar dapat beradaptasi di lingkungan barunya dan bisa melangsungkan hidupnya dengan baik. Sedangkan budaya adalah sesuatu kegiatan manusia atau kelompok manusia untuk merubah alam. Selain pengertian di atas ada juga pengertian menurut seorang antropologi E. B. Tylor (1871). Menurut beliau

(6)

11 budaya atau kebudayaan merupakan suatu wadah yang meliputi pengetahuan, keyakinan, moralitas, seni, hukum, adat istiadat serta kebiasan yang telah terjadi dalam suatu kelompok masyarakat yang sudah dibawa dalam kehidupan mereka secara turun temurun.

Adaptasi budaya juga melibatkan persuasi seperti halnya pendidikan yang sudah dilakukan oleh sebuah keluarga bahkan sekolah, dimana semua ini bertujuan untuk memberikan hal-hal baru dan juga pengetahuan baru terhadap nilai dan norma dalam kehidupan orang lain yang di anggapnya sangatlah penting.

Budaya hadir bersamaan dengan tatacara manusia hidup, menusia bertindak, berfikir, merasa, mungusahakan dan bahkan mempercayai apa yang harus dipercayai menurut kebudayaan. Pertemanan, persahabatan, kebiasaan saat mengkonsumsi makanan, bertindak secara sosial, praktek komunikasi, kegiatan – kegiatan ekonomi dan berpolitik itu semua berlandaskan atas asas budaya.

E. Culture Shock

Culture shock (kejutan budaya) merupakan suatu rasa terkejut dan rasa

ketidak nyamanan ketika seseorang memasuki atau berada dan dihadapakan dengan budaya yang berbeda dengan budaya yang di anutnya sejak dia berada di daerah asalnya. Budaya yang sudah dianut oleh seseorang ketika seseorang tersebut berada atau dihadapkan dengan budaya baru maka akan terjadi kerenggangan karena masing – masing budaya memiliki karakter ristik tersendiri.

(7)

12 Mulyana mengartikan Culture Shock sebagai suatu kegelisahan yang menetap dan muncul dari ketiadaan tanda – tanda dan lambang – lambang yang bersifat universal dalam hubungan sosial. Tanda – tanda atau petunjuk seperti itu mencakup berbagai macam cara yang dapat dilakukan dalam mengontrol diri seorang individu dalam mnghadapi keadaan sehari – hari (Mulyana dan Rackhmat. 2005:174). Biasanya orang akan melewati 4 fase culture shock yang bisa digambarkan dalam bentuk kurva U diantaranya yaitu:

 Pertama adalah fase optimistik berisi kegembiraan memasuki budaya baru.

 Kedua, fase masalah kultural dimana masalah dengan ligkungan baru mulai berkembang.

 Ketiga, fase kesembuhan dimana individu mulai mengerti mengenai budaya barunya.

 Keempat, fase penyesuaian dimana individu telah mengerti kunci dari budaya barunya.

Karena kita cenderung begitu cepat dan terobsesi untuk berbaur terhadap budaya kita sendiri, jadinya sering menjadi bumerang untuk menyesuaikan diri dengan budaya lain. Misalnya saja orang yang baru pension, baru bercerai, atau baru menjadi janda, sering kesulitan menghadapi masalah penyesuaian terhadap situasi baru. Penyesuaian kepada sub-budaya dari sebuah penjara misalnya sering pula memperlihatkan masalah kesulitan yang sama; dan, setelah terjadi penyesuaian terhadap budaya penjara, penyesuian ulang terhadap budaya “dunia luar” setelah bebas bahkan akan menjadi lebih sulit lagi. Setelah melakukan penyesuaian seperti di atas maka akan melahirkan

(8)

13 sebuah dampak, dimana dampak ini disebut sebagai “culture shock” (kejutan budaya), yaitu sebuah rasa akan tanpa sebuah pertolongan, terpojokkan, menyalahkan individu lain, bimbang dan ingin sesegera mungkin balik ke kediaman.

Referensi

Dokumen terkait

Meyer & Allen (1997) merumuskan suatu definisi mengenai komitmen dalam berorganisasi sebagai suatu konstruk psikologis yang merupakan karakteristik hubungan anggota

Apabila diperhatikan bentuk grafik data 1 menit untuk dua data terakhir di setiap interval waktu (10 menit, 30 menit, 60 menit), maka bentuk grafik 1 menit pada dua

Edukasi Kreatif yang ditawarkan dari komik kesatria bela negara merancang pembaca webtoon untuk lebih dekat dengan cerita dan karakter karena lebih manusiawi,

(1) Menugaskan Kepada Kepala Dinas atau Satuan Kerja Perangkat Daerah yang diberi kewenangan sesuai dengan tugas pokok fungsinya untuk melaksanakan Peraturan

Berdasarkan Tabel 1 dan Gambar 2 diatas, terlihat bahwa losses terbesar terjadi pada titik sebar di piringan kelapa sawit. Perhitungan ini didapat dari perhitungan

Rahmadhanty dengan judul “Pengaruh Digital Marketing terhadap Minat Beli Album Musik Korean Pop, Studi pada Penggemar Musik Pop” yang lebih menitik beratkan pada minal

Bagi sebagian informan mengatakan bahwa kehidupan malam sangat mengasikkan, karena mereka yang biasanya di rumah apalagi yang berasal dari pedesaan di waktu malam

pendugaan umur simpan cookies kaya serat yang diperoleh dengan metode ASLT model pendekatan kadar air kritis untuk kemasan polietilen, metalizing, dan alumunium foil