• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja Putri 2.1.1 Definisi

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, psikologis, dan sosial.

World Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara 12 – 24 tahun. Salah satu tanda seorang perempuan telah memasuki usia pubertas adalah terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah pengeluaran cairan secara berkala dari vagina selama usia reproduksi. Menstruasi biasanya terjadi pada usia 11 tahun dan berlangsung hingga menopause (pada usia 45 – 55 tahun). Gangguan ginekologi pada masa remaja yang sangat sering terjadi adalah gangguan yang berhubungan dengan siklus menstruasi, pendarahan uterus disfungsi, yang termasuk di dalamnya adalah dismenore, pre menstrual syndrome, dan hirsutisme. Gangguan yang paling sering terjadi adalah dismenore. (Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Salemba Medika : Jakarta)

Masa remaja adalah usia antara masa anak-anak dan dewasa, yang secara biologis antara 10 sampai 19 tahun. perubahan terpenting yang terjadi pada gadis remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur 10 sampai 16 tahun. Di daerah, menarche dianggap sebagai tanda kedewasaan, dan gadis yang mengalami menarche dianggap sudah masanya melakukan tugas-tugas sebagai seorang wanita,hasil dari

(2)

riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010 bahwa rata-rata usia menarche di Indonesia 13 tahun, dan hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Gumanga (2012) di Ghana bahwa usia menarche 12,5 tahun; panjang siklus menstruasi 27,9 hari, lama menstruasi 5 hari. Beberapa responden memiliki menstruasi yang tidak teratur selama enam bulan setelah menarche dan prevalensi dismenorea sebanyak 27,4%.

Masa remaja diawali oleh masa pubertas yaitu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik meliputi penampilan fisik seperti tubuh dan proporsi tubuh dan fungsi fisiologi (kematangan organ-organ seksual).

Pada remaja putri ditandai dengan pembesaran buah dada dan pinggul.

Pada masa remaja ini, remaja mengalami perubahan diantaranya perubahan fisik, menyangkut pertumbuhan dan kematangan organ reproduksi, perubahan intelektual, perubahan bersosialisasi, dan perubahan kematangan kepribadian termasuk emosi. Pada perempuan diawali dengan datangnya menstruasi yang pertama kali yang biasa disebut menarche(Kusmiran, 2011)

Menurut Batubara, (2012) salah satu tanda pubertas pada remaja putri yaitu terjadinya menstruasi. Pada saat menstruasi, masalah yang dialami oleh hampir sebagian besar wanita adalah rasa tidak nyaman atau rasa nyeri yang hebat. Hal ini biasa disebut dengan nyeri haid (dismenore). Remaja putri yang mengalami nyeri haid (dismenore) pada saat menstruasi akan merasa terbatas dalam melakukan aktivitas khususnya aktivitas belajar disekolah. Sedangkan menurut Rohmat, (2013) aktivitas belajar adalah keterlibatan seseorang dalam bentuk sikap, pikiran dan perhatian dalam

(3)

kegiatan belajar sebagai penunjang keberhasilan proses belajar mengajar sehingga diperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Remaja putri yang sedang mengalami nyeri haid (dismenore) sekaligus mengikuti kegiatan pembelajaran, dapat menyebabkan aktivitas pembelajaran menjadi terganggu, tidak bersemangat, konsentrasi menjadi menurun bahkan sulit berkonsentrasi sehingga materi yang disampaikan selama pembelajaran tidak dapat diterima dengan baik bahkan sampai ada yang tidak masuk sekolah.

Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan kesehatan selama menstruasi. Remaja putri akan mengalami kesulitan dalam menghadapi menstruasi yang pertama kali terjadi jika sebelumnya ia belum pernah mengetahui atau membicarakan baik dengan teman sebaya atau dengan ibu mereka. Pada umumnya gadis remaja belajar tentang haid dari ibunya. Hal ini seperti yang di hasilkan dari penelitian Gumanga (2012) sebanyak 80,2% remaja putri mendapatkan konseling dan pendidikan cara perawatan genetalia saat menstruasi dari orangtua mereka. Sejalan dengan hasil penelitian Suryati (2012) bahwa perilaku kebersihan saat menstruasi remaja dipengaruhi oleh dukungan orangtua.

(4)

2.2 Dismenore

2.2.1 Definisi Dismenore

Pada sebagian wanita yang mengalami menstruasi akan timbul nyeri saat menstruasi yang biasanya disebut dismenore. Dysmenorrhea berasal dari bahasa Yunani: dys yang berarti sulit, nyeri, abnormal, meno berarti bulan, dan rrhea berarti aliran. Dysmenorrhea atau dismenore dalam bahasa indonesia berarti nyeri pada saat menstruasi. Hampir semua wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi. Namun, istilah dismenore hanya dipakai bila nyeri begitu hebat sehingga mengganggu aktivitas dan memerlukan obat-obatan (Sukarni dan Margareth, 2013)

2.2.2. Klasifikasi Dismenore

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri dan ada tidaknyakelainan yang dapat di amati. Berdasarkan jenis nyeri, nyeri haid dapat dibagi menjadi, disminore spasmodik dan dismenore kongestif (Calis, 2011).

1) Nyeri Spasmodik

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut dan berawal seblum masa haid atau segera setelah masa hadi mulai. Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apapun. Ada diantara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun dijumpai pula pada

(5)

kalangan yang berusia 40 tahun ke atas. Dismenore spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak mengalami hal seperti itu.

2). Nyeri Kongestif

Penderita dismenore kongestif yang biasanya akan tahu sejak berhari-hari sebelumnya bahwa masa haidnya akan segera tiba. Mereka mungkin akan mengalami pegal, sakit pada buah dada, perut kembung tidak menentu, sakit kepala, sakit punggung, pegal pada paha, merasa lelah atau sulit dipahami, mudah tersinggung, kehilangan keseimbangan, menjadi ceroboh, terganggu tidur, atau muncul memar di paha dan lengan atas. Semua itu merupakan simptom pegal menyiksa yang berlangsung antara 2 atau 3 hari sampai kurang dari 2 minggu. Proses mentruasi mungkin tidak terlalu menimbulkan nyeri jika sudah berlangsung. Bahkan setelah hari pertama masa haid, orang yang menderita dismenore kongestif akan merasa lebih baik, Sedangkan berdasarkan ada tidaknya kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat di amati, nyeri haid dapat dibagi menjadi, dismenore primer dan dismenore sekunder.

a. Dismenore Primer

Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore primer terjadi beberapa waktu setelah menarche biasanya setelah 12 bulan atau lebih, oleh karena siklus-siklus haid pada bulan-bulan pertama setelah

(6)

menarche umumnya berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam, walaupun pada beberapa kasus dapat berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri adalah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha. Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas dan sebagainya. Gadis dan perempuan muda dapat diserang nyeri haid primer. Dinamakan dismenore primer karena rasa nyeri timbul tanpa ada sebab yang dapat dikenali. Nyeri haid primer hampir selalu hilang sesudah perempuan itu melahirkan anak pertama, sehingga dahulu diperkirakan bahwa rahim yang agak kecil dari perempuan yang belum pernah melahirkan menjadi penyebabnya, tetapi belum pernah ada bukti dari teori itu (Hermawan, 2012)

b. Dismenore Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis genitalis, tanda-tanda klinik dari dismenore sekunder adalah endometriosis, radang pelvis, fibroid, adenomiosis, kista ovarium dan kongesti pelvis. Umumnya dismenore sekunder tidak terbatas pada haid, kurang berhubungan dengan hari pertma haid, terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th) dan dapat disertai dengan gejala yang lain (dispareunia, kemandulan dan perdarahan yang abnormal) (Hermawan, 2012).

(7)

Dismenore adalah nyeri saat haid yang terasa di perut bagian bawah dan muncul sebelum, selama atau setelah menstruasi. Nyeri dapat bersifat kolik atau terus menerus (Badziad, 2003).

Wanita yang mengalami dismenore memproduksi prostaglandin 10 kali lebih banyak dari wanita yang tidak dismenore. Prostaglandin menyebabkan meningkatnya kontraksi uterus, dan pada kadar yang berlebih akan mengaktivasi usus besar. Dismenore terjadi karena peningkatan prostaglandin (PG) F2-alfa yang merupakan suatu sikloogsigenase(C0X-2) yang mengakibatkan hipertonus dan vasokontriksi pada miometrium sehingga terjadi iskemia dan nyeri haid

Setiap perempuan usia reproduksi memiliki proses reguler yang dialami hampir setiap bulannya, proses alami ini disebut menstruasi.

Siklus menstruasi ini biasanya diawali pada usia remaja 9-12 tahun.

Menstruasi memiliki siklus dengan beberapa tahapan yang dikendalikan oleh interaksi hormon yang akan membuat peluruhanpada dinding uterus yang nantinya dikeluarkan melalui vagina.Saat menstruasi seringkali menjadi saat-saat yang menyiksa dan menegangkan. Meskipun datang secara rutin, tidak sedikit dari perempuan usia reproduksi tersebut mengalami ketidaknyamanan setiap mengalami menstruasi. Kurangnya pengetahuan remaja mengenai gangguan

menstruasi menyebabkan ketidaksiapan saat mengalami ketidaknyamanan menstruasi. Ketidaknyamanan tersebut dapat berupa gangguan emosional atau gangguan rasa nyeri sehingga seringkali dapat mengganggu produktivitas kerja. Rasa nyeri saat menstruasi atau yang

(8)

biasa disebut dismenorea, merupakan nyeri yang terjadi tanpa tanda- tanda infeksi atau penyakit panggul. Dismenorea biasanya terjadi akibat pelepasan prostaglandin dari sel-sel endometrium.Prostaglandin merupakan hormon perangsang kontraksi otot polos miometrium dan kontriksi pembuluh darah uterus. Hal inilah yang menyebabkan hipoksia uterus yang biasa terjadi saat menstruasi semakin parah, sehingga timbul rasa nyeri yang berlebihan. (Prawiroharjo, 2009).

Intensitas nyeri yang dirasakan setiap perempuan berbeda-beda.

Nyeri dismenorea dapat berupa nyeri ringan, sedang atau bahkan nyeri yang berat sehingga penderita tidak dapat melakukan aktifitas fisik.

Perbedaan rasa nyeri ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kadar prostaglandin, kelainan letak rahim, faktor psikologis, penyakit menahun dan anemia. (Prawirohardjo, 2009).

Secara patofisiologi, kondisi dismenore terjadi karena peningkatan sekresi prostaglandin F2a pada fase luteal siklus menstruasi. Sekresi F2 alfa prostaglandin yang meningkat menyebabkan peningkatan frekuensi kontraksi uterus sehingga menyebabkan terjadinya vasospasme dan iskemia pada pembuluh darah arteri uterus. Hal ini dapat menyebabkan perempuan penderita mengalami kram pada perut. Respons iskemik yang terjadi pada kondisi dismenore menyebabkan sakit pada daerah pinggang (backache), kelemahan, edema, diaporesis, anoreksia, mual, muntah, diare, sakit kepala, penurunan konsentrasi, emosi labil dan gejala lainnya.

Etiologi dismenore belum diketahui secara pasti, namun, secara teoritis dapat disebabkan adanya defisiensi progesteron,

(9)

peningkatan prolaktin dan prostglandin, diet tidak adekuat, dan masalah psikososial.

2.2.3 Gejala Dismenore

Dismenore menyebabkan nyeri pada perut bagian bawah, yang bisa menjalar ke punggung bagian bawah dan tungkai. Nyeri dirasakan sebagai kram yang hilang timbul atau sebagai nyeri tumpul yang terus menerus ada. Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi, mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenore juga sering disertai oleh sakit kepala mual, sembelit atau diare dan sering berkemih, kadang sampai terjadi muntah.

Sedangkan menurut Taber (1994, dikutip dalam Suparyanto, 2011) mengatakan bahwa gejala dismenore dapat diperoleh dari data subjektif atau gejala pada saat ini dan data objektif.

a. Data Subjektif

Nyeri abdomen dapat mulai beberapa jam sampai 1 hari mendahului keluarnya darah haid. Nyeri biasanya paling kuat sekitar 12 jam setelah mulai timbul keluarnya darah, saat pelepasan endometrium maksimal. Nyeri cenderung bersifat tajam dan kolik biasanya dirasakan di daerah suprapubis.

Biasanya nyeri hanya menetap sepanjang hari pertama tetapi nyeri dapat menetap sepanjang siklus haid. Nyeri dapat demikian hebat sehingga pasien memerlukan pengobatan darurat. Gejala-gejala haid, haid biasanya teratur.

Jumlah dan lamanya perdarahan bervariasi. Banyak pasien menghubungkan nyeri dengan pasase bekuan darah atau campakkan endometrium. Gejala-

(10)

gejala lain seperti nausea, vomitus dan diare mungkin dihubungkan dengan haid yang nyeri. Gejala-gejala seperti ini dapat disebabkan oleh peningkatan prostaglandin yang beredar yang merangsang hiperaktivitas otot polos usus.

b. Data Objektif

Pemeriksaan fisik abdomen biasanya lunak tanpa adanya rangsangan peritonium atau suatu keadaan patologik yang terlokalisir dan bising usus normal. Sedangkan pada pemeriksaan pelvis adalah normal dan pada dismenore sekunder pemeriksaan pelvis dapat menyingkap keadaan patologis dasarnya sebagai contoh, nodul-nodul endometriotik dalam kavum dauglasi atau penyakit tubaovarium atau leiomiomata. Sedangkan untuk tes laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah lengkap yang normal dan urinalisis normal.

2.2.4 Faktor Penyebab dan Faktor Resiko yang dapat mempengaruhi Dismenore antara lain:

1. Faktor Kejiwaan

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis. Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan perumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti dismenore.

(11)

2. Faktor Konstitusi

Faktor konstitusi berhubugan dengan faktor kejiwaan sebagai penyebab timbulnya dismenore primer yang dapat menurunkan ketahanan seseorang terhadap nyeri. Faktor ini antara lain :

a). Anemia

Sebagian besar penyebab anemia adalah kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan hemoglobin, sehingga disebut anemia kekurangan zat besi. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan baik sel tubuh maupun sel otak.

b). Penyakit Menahun

Penyakit menahun yang diderita seorang perempuan akan menyebabkan tubuh kehilangan terhadap suatu penyakit atau terhadap rasa nyeri. Penyakit yang termasuk penyakit menahun dalam hal ini adalah asma dan migrain.

3. Faktor Obstruksi Kanalis Servikalis

Teori tertua menyatakan bahwa dismenore primer disebabkan oleh stenosis kanalis servikalis. Pada perempuan dengan uterus dalam hiperantifleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalais servikalis, akan

tetapi hal ini sekarang tidak di anggap sebagai faktor yang penting sebagai penyebab dismenore. Banyak perempuan yang menderita dismenore tanpa stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantifleksi. Sebaliknya

(12)

terdapat perempuan tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis servikalis dan uterus terletak dalam hiperantifleksi atau hiperretofleksi.

4. Faktor Endokrin

Kejang pada dismenore primer disebabkan oleh kontraksi yang berlebihan. Hal ini disebabkan karena endometrium dalam fase sekresi memproduksi prostaglandin F2 yang menyebabkan kontraksi otot-otot polos. Jika jumlah prostaglandin F2 berlebih akan dilepaskan dalam peredaran darah, maka selain dismenore, dijumpai pula efek umum seperti diare, nausea dan muntah.

5. Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah adanya asosiasi antara dismenore primer dengan urtikaria, migrain atau asma bronkial. Smith menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid. Menurut Bare & Smeltzer dikutip dalam Hermawan 2012 faktor resiko terjadinya dismenore primer adalah :

a. Menarche pada usia lebih awal

Menarche pada usia lebih awal menyebabkan alat-alat reproduksi

belum berfungsi secara optimal dan belum siap mengalami perubahan- perubahan sehingga timbul nyeri ketika menstruasi.

b. Belum pernah hamil dan melahirkan

Perempuan yang hamil biasanya terjadi alergi yang berhungan dengan saraf yang menyebabkan adrenalin mengalami penurunan, serta

(13)

menyebabkan leher rahim melebar sehingga sensasi nyeri haid berkurang bahkan hilang.

c. Lama menstruasi lebih dari normal (7 hari )

Lama menstruasi dari normal (7 hari ), menstruasi menimbulkan adanya kontraksi uterus, terjadi lebih lama mengakibatkan uterus lebih sering berkontraksi dan lebih banyak dan semakin banyak prostaglandin yang dikeluarkan. Produksi prostaglandin yang berlebihan menimbulkan rasa nyeri, sedangkan kontraksi uterus yang terus menerus menyebabkan suplai darah ke uterus terhenti dan terjadi dismenore.

d. Umur

Perempuan semakin tua lebih sering mengalami menstruasi maka leher rahim bertambah lebar, sehingga pada usia tua kejadian dismenore jarang ditemukan. Wanita yang mempunyai resiko menderita dismenore primer adalah :

a. Konsumsi Alkohol

Alkohol merupakan racun bagi tubuh. Hati bertanggung jawab terhadap penghancur estrogen untuk disekresi tubuh. Adanya alkohol dalam tubuh secara terus menerus dapat mengganggu fungsi hati sehingga estrogen tidak dapat disekresi tubuh sehingga estrogen yang menumpuk dalam tubuh dapat merusak pelvis.

(14)

b. Perokok

Merokok dapat meningkatkan lamanya menstruasi dan meningkatkan lamanya dismenore.

c. Tidak pernah berolahraga

Kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya aktivitas selama menstruasi dan kurangnya olah raga, hal ini dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun. Dampak pada uterus adalah aliran darah dan sirkulasi oksigen pun berkurang dan menyebabkan nyeri.

d. Stress

Sress menimbulkan penekanan sensasi saraf-saraf pinggul dan otot- otot punggung bawah sehingga menyebabkan dismenore.

2.2.5 Diagnosis Dismenore

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.

Diagnosa dismenore didasari atas ketidaknyamanan saat menstruasi.

Perubahan apapun pada kesehatan reproduksi, termasuk hubunganbadan yang sakit dan perubahan pada jumlah dan lama menstruasi, membutuhkan pemeriksaan ginekologis, perubahan-perubahan seperti itu dapat menandakan sebab dari dismenore sekunder

(15)

2.2.6 Upaya mengatasi dismenore

a. Secara Farmakologis

Upaya farmakologis yang dapat dilakukan dengan memberikan obat analgesik sebagai penghilang rasa sakit.. Menurut Bare & Smeltzer 2002 dalam Hermawan 2012, penangan nyeri yang dialami oleh individu dapat melalui intervensi farmakologis, dilakukan kolaborasi dengan dokter atau pemberi perawatan utama lainnya pada pasien. Obat-obatan ini dapat menurunkan nyeri dan menghambat produksi prostaglandin dari jaringan- jaringan yang mengalami trauma dan inflamasi yang menghambat reseptor nyeri untuk menjadi sensitive terhadap stimulus menyakitkan sebelumnya, contoh obat anti inflamasi nonsteroid adalah aspirin, ibuprofen.

Penanganan dismenore primer adalah (Calis,2011)

1). Penanganan dan nasehat

2). Pemberian obat analgesik

Obat analgesik yang sering diberikan adalah preprat kombinasi aspirin, fansetin, dan kafein. Obat-obatanpaten yang beredar dipasaran antara lain novalgin, ponstan, acetaminophen dan sebagainya.

3). Terapi Hormonal

Tujuan terapi hormonal ialah menekan ovulasi, bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar dismenore primer.

(16)

Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.

4). Terapi dengan obat non steroid anti prostaglandin

Endometasin, ibuprofen, dan naproksen, kurang lebih 70%

penderita dapat disembuhkan atau mengalami banyak perbaikan.

Pengobatan dapat diberikan sebelum haid mulai satu sampai 3 hari sebelum haid dan dapat hari pertma haid.

5). Dilatasi kanalis servikalis

Dilatasi kanalis servikalis dapat memberikan keringanan karena dapat memudahkan pengeluaran darah dengan haid dan prostaglandin didalamnya. Neuroktomi prasakral (pemotongan urat saraf sensorik antara uterus dan susunan saraf pusat) ditambah dengan neurektomi ovarial (pemotongan urat saraf sensorik pada diligamentum infundibulum) merupakan tindakan terakhir, apabila usaha-usaha lainnya gagal.

b. Secara non farmakologis

Menurut Bare & Smeltzer (2002 dalam Hermawan 2012) penanganan nyeri non farmakologis terdiri dari :

1). Stimulasi dan Masase kutaneus

Masase adalah stimulus kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena masase membuat relaksasi otot.

(17)

2). Terapi es dan panas

Terapi es dapat menurunkan prostglandin yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah kesuatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

3). Distraksi

Distraksi adalah pengalihan perhatian dari hal yang menyebabkan nyeri, contoh : menyanyi, berdoa, menceritakan gambar atau foto dengan kertas, mendengar musik dan bermain satu permainan.

4). Relaksasi

Relaksasi merupakan teknik pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama (teknik relaksasi nafas dalam, contoh:

bernafas dalam-dalam dan pelan).

(18)

2.3 Sikap

2.3.1 Definisi Sikap

Sikap merupakan suatu respon yang tertutup dari seseorang terhadap stimulasi atau objek yang belum berupa tindakan, tetapi baru ditafsirkan (Stiawati & Darmawan 2008). Sikap bukan merupakan suatu reaksi atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2007). Sikap adalah respon yang masih tertutup terhadap suatu stimulasi (Maulana, 2009). Menurut Allport dalam Setiawati & Dermawan (2008), sikap memiliki tiga komponen yaitu kepercayaan, emosional dan kecenderungan dalam bertindak.

2.3.2 Jenis Sikap

Menurut Lukaningsih (2010), sikap dibedakan menjadi dua :

1). Sikap positif

Suatu sikap dari perwujudan nyata dari intensitas perasaan dari hal-hal yang positif seperti kegembiraan. Sikap positif mencerminkan seorang memiliki kepercayaan dalam dirinya

2). Sikap negatif

Sikap negatif lebih mengarah pada kesulitan, kegagalan atau kekecewaan sikap negatif dapat dicerminkan dengan raut wajah yang sedih, muram atau tingkah yang berontak.

(19)

2.3.3 Tingkatan sikap

Menurut Notoatmodjo (2007), sikap dibagi menjadi empat tingkatan :

1). Menerima (receiving)

Menerima berarti seseorang atau objek mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan.

2). Merespon (responding)

Seseorang memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakandan menyelesaikan tugas yang diberikan, ini merupakan suatu indikasi dari sikap.

3). Menghargai (valuing)

Seseorang mengajak orang lain atau mendiskusikan suatu masalah dengan baik.

4). Bertanggung jawab (responsible)

Seseorang mau bertanggung jawab atas segala sesutau yang sudah dipilih dengan segala resiko yang sudah dipikirkan.

(20)

2.3.4 Faktor pembentukan sikap

Menurut Azwar (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap antara lain:

1). Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2). Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3). Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karna kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

(21)

4). Media massa

Media massa merupakan suatu sumber informasi yang mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya media massa dan informasi yang diberikan memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya yang cukup kuat.

5). Faktor emosional

Terkadang sikap merupakan suatu pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyalur frustasi atau suatu mekanisme pertahanan ego.

6). Lembaga pendidikan

Lembaga pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap, karena lembaga pendidikan meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu tentang pemahaman yang baik atau buruk.

(22)

2.3.5 Pengukuran sikap dapat dilihat dari pengungkapan, berikut metode pengukuran atau pengungkapan :

1). Observasi perilaku

Sikap seseorang dapat ditafsirkan dari perilaku yang tampak, misal seseorang melakukan perilaku yang berulang dapat dipastikan orang itu menyukai pekerjaan yang dilakukan.

2). Pengungkapan langsung

Pengungkapan langsung secara tertulis yang dapat dilakukan dengan item tunggal atau ganda.

3). Penanyaan langsung

Suatu asumsi yang mendasari metode pertanyaan langsung ialah bahwa individu tahu tentang dirinya sendiri dan individu akan mengungkapan apa yang dirasakan. Hal ini dapat membuat seseorang beranggapan bahwa sikap dapat diketahui dengan menanyakan langsung. Dengan kata lain seseorang mampu menilai sikap diri sendiri.

4). Pengukuran terselubung

Covert measures atau pengungkuran terselubung sebenarnya berorientasi ke metode observasi perilaku yang terjadi dari reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi diluar kendali seseorang.

(23)

2.4 Pendidikan kesehatan 2.4.1 Definisi

Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain, sehingga pada akhirnya tercapailah perilaku kesehatan (health behavior). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowladge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan atau dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari (practice), Hal ini berarti bahwa tujuan akhir dari pendidikan kesehatan adalah agar masyarakat dapat mempraktikan hidup sehat bagi dirinya sendiri dan bagi masyarakat atau masyarakat dapat berperilaku hidup sehat (healthy life style) (Notoatmodjo, 2010).

2.4.2 Media

Menurut Efendi & Makhfuldhi 2009 (halaman 107) ada beberapa media yang dapat digunakan untuk pendidikan kesehatan antara lain:

1). Leaflet dan panfleat

Merupakan selembar kertas yang berisi tulisan dan kadang berseling dengan gambar yang dicetak dan berisi tentang suatu masalah khusus untuk sasaran yang dapat membaca. Leaflet biasanya diberikan

(24)

selesai berdiskusi atau ceramah agar dapat digunakan sebagai pengingat pesan.

2). Flyer

Hampir seperti leaflet tetapi tidak berlipat dan biasanya disebarkan melalui pesawat udara.

3). Billboard

Billboard berbentuk papan sebesar 2x2 m yang berisi tulisan atau gambar dari keduanya, biasanya ditempatkan dipinggir jalan besar.

4). Poster

Merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar yang berukuran 50x60 cm. Poster bertujuan untuk mengarahkan pembaca ketindakan tertentu.

5). Flannelgraph

Gantungan gambar atau tulisan yang ditempel pada papan berlapis kain flannel. Keuntungan flannelgraph yaitu peserta dapat mendekat dan memilih sendiri gambar atau tulisan yang diinginkan.

6). Bulletin boar

Berupa papan yang berukuran 90x120 cm yang dipasang pada dinding fasilitas umum seperti pelayanan kesehatan dan kecamatan yang bertujuan untuk menempelkan lefleat, poster dan media yang lain.

(25)

7). Lembar balik

Flipchar atau lembar balik memiliki dua ukuran yang besar 50x75 cm dan kecil 38x50 cm. Lembar balik biasanya digunakan untuk pertemuan kelompok dengan jumlah maksimal 30 orang.

8). Flashcard

Sejumlah kartu bergambar berukuran 25x30 cm yang digunakan untuk sasaran kelompok kurang dari 30 orang.

2.4.3 Sasaran pendidikan kesehatan

Menurut Machfoedz & Suryani 2006, sasaran pendidikan kesehatan dibagi jadi tiga, yaitu :

1). Primer

Menjadi sasaran langsung atau utama untuk upaya melakukan pendidikan kesehatan.

2). Sekunder

Sasaran sekunder yaitu pada suatu kelompok dari tokoh agama, adat dan masyarakat yang dapat mempercepat penerimaan informasi kesehatan.

3). Tersier.

Sasaran tersier yaitu para pembuat keputusan dan pengambil kebijakan seperti pejabat, pemerintah atau pengusaha.

(26)

2.4.5 Tujuan pendidikan kesehatan

Keberhasilan dari pendidikan kesehatan ditentukan oleh perencanaan yang sudah dibuat sebelumnya. Pendidikan kesehatan merupakan bagian integral dari program kesehatan (Lilivery 2007). Sedangkan menurut WHO tujuan pendidikan kesehatan yaitu “meningkatkan kemampuan masyarakat baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial, pendidikan kesehatan di semua program kesehatan baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat maupun program kesehatan lain”.

2.4.6 Pengaruh pendidikan kesehatan

Pendidikan kesehatan pada dasarnya adalah kegiatan atau usaha dalam menyampaikan pesan kepada kelompok atau individu. Adanya pendidikan kesehatan diharapkan kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan maupun informasi kesehatan yang lebih baik. Dengan adanya peningkatan pengetahuan pada kelompok maupun individu diharapkan dapat mempengaruhi perilaku kelompok maupun individu tersebut. Dengan kata lain adanya pendidikan kesehatan dapat membawa perubahan baik dari segi kognitif (pengetahuan), sikap dan perilaku kelompok maupun individu.

(Notoatmodjo, 2007)

Referensi

Dokumen terkait

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa hasil uji data pelatihan image 1 dengan ketiga data pengenalan yang dilakukan, nilai hasil identifikasi masing masing uji hanya 2

Partai GERINDRA mempunyai 26 orang anggotanya yang duduk di kursi DPR RI, dimana setiap bulannya menyetor iuran kepada Partai dengan dipotong langsung dari gaji

Santri (sufisme) Gambaran di atas dapat di lihat dari beberapa tahapan perkembangan kehidupan manusia. Seiring dengan kegiatan belajar mereka. Tugas belajar muncul dalam

Dari uraian di atas terutama yang menyangkut pentingnya penyampaian materi serta dengan pertimbangan supaya pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan, maka

Penggunaan teknologi AR ini nantinya akan diterapkan pada bagian pembuatan patung Karwar sehingga visualisasi patung tersebut nampak lebih nyata. Hal ini khu-

Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar ( Bulk Power Source ) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi

Kemudian melakukakan tahap perencanaan penelitian, kemudian tahap selanjutnya ialah pelaksanaan penelitian dan pengambilan data dari sampel dengan melakukan tes dan