Andrieo Cahyo Pratomo
Contact
+6287811088789
[email protected]
rioandrieo
BASIC SKILL
MC OFFICE
PHOTOSHOP
AUTOCAD
ADOBE PREMIERE
PROFIL
PENDIDIKAN
PENGALAMAN ORGANISASI
Tempat tanggal lahir : Muara Wahau, 06-09-1995 Kebangsaan : Indonesai
Status : Mahasiswa Tinggi, Berat badan : 165 cm, 59 kg
Agama : Islam
Alamat Asal : Jl. Yos Sudarso I GG. Sahara IB Sangatta Kalimantan timur
Alamat Sekarang : Jl. Kembang Kertas no. 28 A
2001-2002
TK Darussalam Sangatta Utara
2002-2008SD 008 Sangatta utara
2008-2011SMP 1 Sangatta Utara
2011-2014SMK Muhammadiya Sangatta Utara
Menjabat sebagai ketua divisi seni sastra dan budaya di LSO teater Cremona UMM.
Menjadi kepala setting teater Cremona pada perlombaan Rektor Cup.
Anggota Futsal teknik mesin UMM (diluar LSO).
Anggota komunitas SoundCloud Malang.
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 1
Karakteristik Biopelet Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan Ampas Kopi
Andrieo Cahyo Pratomoa, Ali Mokhtarb,Murjitoc
a,b,cJurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Tlogomas, No. 246 , Malang 65144 Phone, (0341) 464318-128 Fax. (0341) 460782
e-mail: [email protected]
Abstrak
Biopelet merupakan bahan bakar alternatif pengganti batu bara, minyak, dan gas yang berbentuk silinder padat. Penelitian ini bertujuan untuk menguji karakteristik biopelet serbuk kayu sengon dan ampas kopi dengan komposisi campuran 20% : 80%, 40% : 60%, 60% : 40%, 80% : 20%, dan 100% serbuk kayu sengon. Pengujian biopelet yang dilakukan meliputi: kerapatan, nilai kalor, kadar abu, laju pembakaran, dan kadar air. Hasil penelitian terbaik terdapat pada campuran 200gr serbuk kayu sengon dan 800gr ampas kopi, dimana hasil dari nilai kalor, kadar abu, dan kadar air telah memenuhi standar mutu tetapi pada nilai kerapatan hanya memenuhi standar mutu Swedia (SS 18 71 20) dan Amerika (PFI).
Kata Kunci : biopelet, wood pellet, kayu sengon, ampas kopi
1. P
ENDAHULUANBiopelet adalah bahan bakar biomassa berbentuk pellet yang memiliki keseragaman ukuran, bentuk, kelembapan, densitas, dan kandungan energi (Abelloneleanergy 2009).
Pada proses pembuatan biopelet, biomassa diumpamakan ke dalam pellet mail yang memiliki dies dengan ukuran diameter 6-8 mm dan panjang 10-12 mm (Main et al. 2006).
Fantozzi dan Buratti (2009) menyatakan bahwa terdapat 6 tahapan proses pembuatan biopelet, yaitu: perlakuan pendahuluan bahan baku (pretreatment), pengeringan (drying), pengecilan ukuran (size reduction), pencetakan biopelet (pelletization), pendinginan (cooling), dan silage. Residu hutan, sisa penggergajian, sisa tanaman pertanian, dan energy crops dapat didensifikasi menjadi pellet. Proses peletisasi dapat meningkatkan kerapatan spesifik biomassa lebih dari 1000 kg/m3 (Lehitakangas 2001 dan Mani et al.
2004). Penggunaan biopelet telah dikenal luas oleh masyarakat di negara-negara Eropa dan Amerika. Pada umumnya biopelet digunakan sebagai bahan bakar boiler pada industry dan pemanas ruangan di musim dingin.
2. M
ETODEP
ENELITIANPembuatan biopelet ini dilakukan di Institut Teknologi Nasional Malang pada bulan Agustus 2019 dan penelitian dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya pada bulan Agustus sampai September 2019.
2.1 Alat dan Bahan
Bahan utama dari penelitian ini yaitu serbuk gergaji kayu sengon, ampas kopi, dan tepung kanji sebagai perekat. Alat yang digunakan terdiri dari timbangan elektrik, alat penyaring, stopwatch, thermocouple, mesin pencetak biopelet, bomb calorimeter, dan moisture analyzer.
JEMMME, 2020 ISSN 2541-6332 e-ISSN 2548-4281
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 2 2.2 Prosedur Penelitian
Jumlah satuan percobaan yang dipergunakan untuk keperluan analisa data adalah 15 (perlakuan ada 5 dengan 3 x pengulangan) dengan komposisi serbuk kayu sengon dan amaps kopi sebagai berikut: A1 = 200gr serbuk gergaji kayu sengon + 800gr serbuk ampas kopi, A2 = 400gr serbuk gergaji kayu sengon + 600gr serbuk ampas kopi, A3 = 600gr serbuk gergaji kayu sengon + 400gr serbuk ampas kopi, A4 = 800gr serbuk gergaji kayu sengon + 200gr serbuk ampas kopi, A5 = 100% serbuk gergaji kayu sengon. Tiap perlakuan menggunakan 300gr tepung kanji sebagai perekat. Sebelum memasuki proses pencetakan biopelet kedua bahan baku terlebih dahulu di karbonisasi dengan suhu 230°c dengan waktu 60 menit untuk serbuk kayu sengan dan 190°c dengan waktu 50 menit dengan tujuan mengurangi kadar air dan meningkatkan nilai kalor. Penelitian ini menggunakan alat uji bomb calorimeter dan moisture analyzer.
2.3 Pengujian Biopelet
Pengujian ini menggunakan alat uji bomb calorimeter dan moisture analyzer. Bomb calorimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori) yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa, bahan makanan, bahan bakar. Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap kalor (kalirometer), dan sampel akan terbakar oleh api listrik dari kawat logam terpasang dalam tabung. Sejumlah sampel dalam suatu ruang bernama “BOMB” dan dinyalakan atau dibakar dengan sistem penyalaan elektrik sehingga sampel tersebut terbakar habis dan menghasilkan panas.
Pengukuran calorimeter bomb dilakukan pada kondisi volume konstan tanpa aliran atau dengan kata lain reaksi pembakaran dilakukan tanpa menggunakan nyala api melainkan menggunakan gas oksigen sebagai pembakaran dengan volume konstan atau tekanan tinggi. Karena reaksi yang berlangsung dalam kalorimeter bom ini merupakan reaksi yang berlangsung pada volume tetap (∆V), perubahan kalor yang terjadi didalam sistem akan sama dengan perubahan energi dalamnya. kalorimeter terdiri dari sebuah bom (wadah tempat berlangsungnya reaksi pembakaran, biasanya terbuat dari bahan stainless steel, dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah kedap panas.
Rumus :
((𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 − 𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑎𝑤𝑎𝑙)x 𝑆𝑡𝑟𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝐵𝑒𝑛𝑧𝑜𝑖𝑐) − ((𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡 − 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑖𝑠𝑎 𝑘𝑎𝑤𝑎𝑡) x 2.3) − 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑜𝑟 𝑎𝑏𝑢 𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑢𝑗𝑖
Nilai kalor abu = 10 cal/gr
Moisture analyzer adalah alat yang dirancang untuk penentuan kadar lembab yang terkandung dalam suatau sampel cair, serbuk, maupun granul. Alat ini menggabungkan prinsip penimbangan dan pemanasan sampel. Prinsip kerjanya yaitu, sampel dipanaskan pada suhu tertentu sehingga kandungan lembab yang ada di dalamnya akan menguap.
Penguapan tersebut akan menyebabkan massa sampel berkurang sampai proses penguapan selesai yang ditandai dengan tidak adanya perubahan massa. Sumber panas yang dihasilkan oleh alat ini berasal dari lampu halogen, sehingga proses pemanasan pun dapat berlangsung dalam waktu yang relatif singkat.
3. H
ASIL DANP
EMBAHASANDari penelitian yang dilakukan di Laboratorium Motor Bakar Universitas Brawijaya, maka di dapatakan hail sebagai berikut :
3.1 Kerapatan
Nilai rata-rata kerapatan biopelet dari masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 1.
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 3 Gambar 1. Grafik nilai kerapatan rata-rata
Dari hasil pengukuran dan perhitungan di atas, didapatkan hasil kerapatan tertinggi pada perlakuan A1 yaitu 20% kayu sengon + 80% ampas kopi dengan nilai 0.67 gr/cm3. Sedangkan hasil kerapatan terendah terdapat pada perlakuan A3 yaitu 60% kayu sengon + 40% ampas kopi dengan nilai 0.37 gr/cm3. Sedangkan perlakuan A5 yaitu 100% kayu sengon menghasilkan nilai kerapatan 0.64 gr/cm3 dan perlakuan A2 yaitu 40% kayu sengon + 60% ampas kopi menghasilkan nilai 0.59 gr/cm3 dan perlakuan A4 yaitu 60%
kayu sengon + 40% ampas kopi menghasilkan nilai kerapatan 0.5 gr/cm3.
Kerapatan merupakan salah satu sifat fisik yang menunjukkan perbandingan antara massa benda terhadap volumenya (banyak zat persatuan volume) (Massijaya 1999).
Demirbas (1999) menyatakan bahwa kerapatan dipengaruhi oleh proses densifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai kerapatan wood pellet dari campuran serbuk gergaji kayu sengon dan ampas kopi adalah 0.37-0.67 g/cm3. Kerapatan wood pellet dipengaruhi oleh kerapatan dan berat jenis bahan baku (Wardani 2013). Kerapatan yang terlalu tinggi menyebabkan bahan bakar wood pellet sulit terbakar akan tetapi nilai kalor akan meningkat (Hendra 2012). Nilai kerapatan yang dihasilkan dari perlakuan A1 dan A5 sudah termasuk kedalam standar mutu kerapatan dari Swedia (SS 18 71 20), Amerika (PFI). Pemberian suhu dan tekanan yang tinggi pada saat pengempaan wood pellet juga akan meningkatkan kerapatan wood pellet.
3.2 Nilai Kalor
Nilai kalor rata-rata biopelet dari pengujian masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Grafik nilai kalor rata-rata 0,67 0,59
0,37
0,5
0,64
0 0,2 0,4 0,6 0,8
A1 A2 A3 A4 A5
(gr/cm3)
Perlakuan
Kerapatan
5495,2612
4606,826 4692,4353 4371,6102 4875,4092
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
A1 A2 A3 A4 A5
(cal/gram)
Perlakuan
Nila Kalor
JEMMME, 2020 ISSN 2541-6332 e-ISSN 2548-4281
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 4 Dari hasil tabel diatas menunjukan bahwa nilai kalor tertinggi terdapat pada perlakuan A1 yaitu 20% kayu sengon + 80% ampas kopi dengan nilai 5495.2612 cal/gram, sedangkan nilai kalor terendah terdapat padaperlakuan A4 yaitu 80% kayu sengon + 20% ampas kopi dengan nilai 4371.6102 cal/gram, sedangkan perlakuan A5 yaitu 100% kayu sengon menghasilkan nilai kalor 4875.4092 cal/gram, untuk perlakuan A3 yaitu 60% kayu sengon + 40% ampas kopi menghasilkan nilai kalor 4692.4353 cal/gram dan untuk perlakuan A2 yaitu 40% kayu sengon + 60% ampas kopi menghasilkan nilai kalor 4606.8260 cal/gram.
Faktor utama penentu kualitas wood pellet adalah nilai kalor. Nilai kalor menunjukkan nilai panas yang dihasilkan oleh wood pellet sewaktu proses pembakaran.
Nilai kalor yang dihasilkan oleh campuran serbuk kayu sengon dan ampas kopi adalah 4371.6102-5495.2612 kal/g. Nilai kadar air yang tinggi dapat mempengaruhi nilai kalor, semakin tinggi kadar air yang dimiliki wood pellet maka semakin rendah nilai kalor yang dimiliki wood pellet dikarenakan sebagian panas digunakan menguapkan air pada saat awal penyalaan api. Berdasarkan standar mutu dari negara lain wood pellet ini telah memenuhi persyaratan standar wood pellet dari negara Austria (ONORM M 7135), Swedia (SS 18 71 20), Jerman (DIN 51371), dan Prancis (ITEBE).
3.3 Kadar Abu
Hasil pengujian kadar abu rata-rata biopelet pada masing-masing perlakuan dapat dilihar pada gambar 3.
Gambar 3. Grafik nilai kadar abu rata-rata
Dari hasil tabel diatas nilai kadar abu terendah terdapat pada perlakuan A3 yaitu 60% kayu sengon + 40% ampas kopi dengan nilai 0 gram, sedangkan kadar abu tertinggi terdapat pada perlakuan A4 yaitu 80% kayu sengon + 20% ampas kopi dengan nilai 0.0667 gram, sedangkan perlakuan A2 yaitu 40% kayu sengon + 60% ampas kopi menghasilkan kadar abu 0.0466 gram, untuk perlakuan A5 yaitu 100% kayu sengon menghasilkan kadar abu 0.0166 gram, sedangkan perlakuan A1 yaitu 20% kayu sengon + 80% ampas kopi menghasilkan kadar abu 0.01 gram.
Kadar abu adalah bahan sisa proses pembakaran yang tidak memiliki nilai kalor dan sudah tidak memiliki unsur karbon (Nugrahaeni 2008). Jumlah abu yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan biomassa yang digunakan. Salah satu penyusun abu adalah silika. Semakin tinggi kadar silika pada suatu bahan biomassa, maka abu yang dihasilkan dari proses pembakaran akan semakin tinggi (Rahman 2011). Hasil penelitian wood pellet dari campuran serbuk kayu sengon dan ampas kopi adalah 0-0.0667 gram.
Hasil ini telah memenuhi persyaratan standar mutu wood pellet dari negara Austria (ONORM M 7135), Swedia (SS 18 71 20), Jerman (DIN 51371), dan Prancis (ITEBE).
0,01
0,04667
0
0,0667
0,01666
0 0,02 0,04 0,06 0,08
A1 A2 A3 A4 A5
(gram)
Perlakuan
Kadar Abu
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 5 3.4 Laju Pembakaran
Hasil pengujian laju pembakaran biopelet pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Grafik nilai rata-rata laju pembakaran
Dari hasil tabel diatas pembakaran terlama terdapat pada perlakuan A3 yaitu 60%
kayu sengon + 40% ampas kopi dengan lama waktu pembakaran 282 detik, sedangkan pembakaran tersingkat terdapat pada perlakuan A1 yaitu 20% kayu sengon + 80%
ampas kopi dengan lama waktu 187 detik, untuk perlakuan A2 yaitu 40% kayu sengon + 60% ampas kopi menghasilkan lama pembakaran 247 detik, sedangkan perlakuan A4 yaitu 80% kayu sengon + 20% ampas kopi menghasilkan lama pembakaran 202 detik dan untuk perlakuan A5 yaitu 100% kayu sengon menghasilkan lama pembakaran 254 detik.
Pengujian laju pembakaran dilakukan secara manual dimana lama nyala api dari tiap campuran atau perlakuan wood pellet dinilai mana yang lebih tahan lama untuk nyalanya. Sebelum melakukan pengujian massa setiap sampel ditimbang. Kemudian tiap sampel atau perlakuan dibakar sampai menjadi abu, waktu pembakaran tersebut dihitung menggunakan stopwatch. Pengujian laju pembakaran ini dimaksudkan untuk mengetahui kadar efisiensi bahan bakar wood pellet ini. Hal ini untuk mengetahui sejauh mana kelayakan dari bahan bakar yang diuji sehingga dalam aplikasikan dengan efektif.
3.5 Kadar air
Hasil pengujian kadar air biopelet pada masing-masing perlakuan dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Grafik nilai kadar air 187
247 282
202
254
0 100 200 300
A1 A2 A3 A4 A5
Detik
Perlakuan
Lama Pembakaran
7,84
8,68 8,98
7,98
8,53
7 7,5 8 8,5 9 9,5
A1 A2 A3 A4 A5
(%)
Perlakuan
Kadar Air
JEMMME, 2020 ISSN 2541-6332 e-ISSN 2548-4281
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 6 Dari hasil tabel diatas kadar air terendah terdapat pada perlakuan A1 yaitu 20%
kayu sengon + 80% ampas kopi dengan persentase kadar air 7.84% sedangkan kadar air tertinggi terdapat pada perlakuan A3 yaitu 60% kayu sengon + 40% ampas kopi dengan persentase kadar air 8.98%, untuk perlakuan A4 dengan campuran 80% kayu sengon + 20% ampas kopi memiliki kadar air sebanyak 7.98%, sedangkan perlakuan A5 dengan 100% kayu sengon memiliki persentase kadar air 8.53%, dan untuk perlakuan A2 yaitu 40% kayu sengon + 60% ampas kopi memiliki persentase kada air 8.68%.
Kadar air wood pellet berpengaruh terhadap kemudahan menyala, nilai kalor, dan jumlah asap yang dihasilkan. Kadar air merupakan salah satu parameter dalam penentuan kualitas wood pellet yang berpengaruh pada nilai kalor pembakaran, kemudahan menyala, daya pembakaran, dan jumlah asap yang dihasilkan selama pembakaran (Rahman 2011). Tinggi dan rendahnya nilai kadar air mempengaruhi nilai kalor. Semakin rendah nilai kadar air maka akan meningkatkan nilai kalor. Nilai kadar air dipengaruhi oleh tekanan yang diberikan saat pencetakan biopelet. Tinggi tekanan saat pencetakan wood pellet menyebabkan wood pellet semakin padat, kerapatan tinggi, halus dan seragam, sehingga partikel biomassa dapat saling mengisi pori-pori yang kosong serta menurunkan molekul air yang dapat menempati pori-pori tersebut (Rahman 2011). Nilai kadar air wood pellet dari penelitian campuran serbuk kayu sengon dan ampas kopi adalah 7.84-8.98%. Hasil ini telah memenuhi standar mutu dari negara Austria (ONORM M 7131), Swedia (SS 18 71 20), Jerman (DIN 51371), dan Prancis (ITEBE).
4. K
ESIMPULANDari hasil penelitian dan analisa yang dilakukan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil dari pengujian wood pellet dengan campuran serbuk kayu sengon dan ampas kopi menghasilkan karakteristik seperti kerapatan, nilai kalor, kadar abu, laju pembakaran, dan kadar air secara berturut-turut memiliki rata-rata nilai 0.37- 0.67g/cm3, 4371.6102kal/g, 0-0.0667g, 187-282 detik, 7.84-8.98%.
2. Hasil terbaik dari wood pellet dengan campuran serbuk kayu sengon dan ampas kopi ini terdapat pada perlakuan A1 dengan campuran 200gr serbuk kayu sengon, 800gr serbuk ampas kopi, 300gr tepung kanji dimana hasil dari nilai kalo, kadar abu, dan kadar air telah memenuhi standar mutu tetapi pada nilai kerapatan hanya memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh negara Swedia (SS 18 71 20) dan Amerika (PFI) saja.
D
AFTARP
USTAKA[1] Winta, A. 2013. Karakteristik Biopelet Dari Campuran Serbuk Kayu Sengon Dengan Arang Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. Skripsi Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[2] Nasir, A. 2015. Karakteristik Wood Pellet Campuran Cangkang Sawit dan Kayu Bakau. Skirpsi Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[3] Adrian, A. 2014. Karakteristik Wood Pellet Dari Limbah Kayu Karet Sebagai Alternatif Sumber Energi Terbarukan. Skripsi Departemen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pekanbaru.
[4] Fatriani. 2018. Kadar Air, Kerapatan, dan Kadar Abu Wood Pellet Serbuk Gergaji Kayu Galam dan Kayu Akasi. Skripsi Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
[5] Arsad, E. 2014. Sifat Fisik dan Kimia Wood Pellet Dari Limbah Industri Perkayuan Sebagai Sumber Energi Alternatif. Balai Riset dan Standardisasi Industri Banjarbaru.
[6] Sanusi, dkk. 2010. Karakteristik Pellet Kayu Sengon. Laporan Penelitan Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Makasar.
JEMMME | Journal of Energy, Mechanical, Material, and Manufacturing Engineering 7 [7] Kementrian Kehutanan Republik Indonesia. 2010. Wood Pellet Sumber Energi Dari
Limbah Kayu. Siaran Pers Nomor: S.108/PIK-1/2010. Kepala Pusat Informasi Kehutanan http://www.dephut.go.id/index.php
[8] Sunyata A. 2004. Pengaruh Kerapatan dan Suhu Pirolisa Terhadap Kualitas Briket Arang Serbuk Kayu Sengon. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian (INTAN).
Yogyakarta.
[9] Aprilia NT. 2011. Studi Pustaka Hama Sengon (Paraserianthes Falcataria (L) Nielsen). Fahutan. IPB. Bogor.
[10] Nurwigha R. 2012. Pembauatan Biopelet Dari Cangkang Kelapa Sawit Dengan Penambahan Arang Cangkang Sawit dan Serbuk Sawit Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. Fateta. IPB. Bogor.
[11] Rahman. 2011. Uji Keragamaan Biopelet Dari Biomassa Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan. Fateta. IPB. Bogor.
Karkteristik Biopelet Campuran Serbuk Gergaji Kayu Sengon dan
Ampas Kopi
Andrieo Cahyo Pratomo (201410120311075)
Biopelet atau Wood pellet
Biopelet atau wood pellet merupakan bahan bakar padat berbasis biomassa yang berbentuk tabung padat atau pellet. Proses yang digunakan adalah pengempaan dengan suhu dan tekanan tinggi, sehingga membentuk produk yang seragam (Yang et al.
2005). Biopelet memiliki keseragaman ukuran, bentuk, kelembapan, densitas, dan kandungan energi. Bahan bakar ini memiliki ukuran diameter berkisar antar 6-8 mm dan panjang 10-12mm (Mani et al.
2006). Biopelet memiliki beberapa keuntungan dikarenakan
densitasnya yang tinggi, biopelet mudah dalam penyimpanan dan
penanganan. Bahan bakar ini cukup efisien, bersih, dan bisa
diandalkan dibandingkan dengan bahan bakar padat lainnya.
Kayu Sengon
• Spesifikasi kayu sengon.
• Pohon segon banyak ditanam di Pulau Jawa.
• Potensi kayu sengon.
• Limbah kayu sengon.
Ampas Kopi
• Kebutuhan orang indonesia akan kopi.
• Potensi ampas kopi.
• Kurangnya pemanfaatan limbah ampas kopi.
Tahapan Pembuatan Biopelet
Mesin Pencacah.
• Mencacah kayu sengon menjadi ukuran yang lebih kecil dan
seragam.
• Merubah serbuk kayu sengon dan ampas kopi menjadi arang.
Alat Pencetak Biopelet
• Mencetak kedua bahan utama menjadi biopelet atau wood pellet
yang seragam.
Nilai Kerapatan (Densitas)
0,67
0,59
0,37
0,5
0,64
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8
A1 A2 A3 A4 A5
(gr/cm3)
Perlakuan
Kerapatan
wood pellet dari campuran serbuk gergaji kayu sengon dan ampas kopi adalah 0.37-0.67 g/cm 3 . Kerapatan wood pellet dipengaruhi oleh kerapatan dan berat jenis bahan baku (Wardani 2013). Kerapatan yang terlalu tinggi menyebabkan bahan bakar wood pellet sulit terbakar akan tetapi nilai kalor akan meningkat (Hendra 2012). Nilai kerapatan yang dihasilkan dari perlakuan A1 dan A5 sudah termasuk kedalam standar mutu kerapatan dari Swedia (SS 18 71 20), Amerika (PFI).
Pemberian suhu dan tekanan yang tinggi pada saat
pengempaan wood pellet juga akan meningkatkan
kerapatan wood pellet.
Nilai Kalor
5495,2612
4606,826 4692,4353
4371,6102
4875,4092
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000
A1 A2 A3 A4 A5
(cal/gram)
Perlakuan
Nila Kalor
nilai kalor. Nilai kalor menunjukkan nilai panas yang
dihasilkan oleh wood pellet sewaktu proses
pembakaran. Nilai kalor yang dihasilkan oleh campuran
serbuk kayu sengon dan ampas kopi adalah 4371.6102-
5495.2612 kal/g. Nilai kadar air yang tinggi dapat
mempengaruhi nilai kalor, semakin tinggi kadar air yang
dimiliki wood pellet maka semakin rendah nilai kalor
yang dimiliki wood pellet dikarenakan sebagian panas
digunakan menguapkan air pada saat awal penyalaan
api. Berdasarkan standar mutu dari negara lain wood
pellet ini telah memenuhi persyaratan standar wood
pellet dari negara Austria (ONORM M 7135), Swedia (SS
18 71 20), Jerman (DIN 51371), dan Prancis (ITEBE).
Kadar Abu
0,01
0,04667
0
0,0667
0,01666
0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 0,06 0,07 0,08
A1 A2 A3 A4 A5
(gram)
Perlakuan
Kadar Abu
yang tidak memiliki nilai kalor dan sudah tidak memiliki unsur karbon (Nugrahaeni 2008). Jumlah abu yang dihasilkan dipengaruhi oleh jenis bahan biomassa yang digunakan. Salah satu penyusun abu adalah silika.
Semakin tinggi kadar silika pada suatu bahan biomassa,
maka abu yang dihasilkan dari proses pembakaran akan
semakin tinggi (Rahman 2011). Hasil penelitian wood
pellet dari campuran serbuk kayu sengon dan ampas
kopi adalah 0-0.0667 gram. Hasil ini telah memenuhi
persyaratan standar mutu wood pellet dari negara
Austria (ONORM M 7135), Swedia (SS 18 71 20),
Jerman (DIN 51371), dan Prancis (ITEBE).
Laju Pembakaran
187
247
282
202
254
0 50 100 150 200 250 300
A1 A2 A3 A4 A5
Detik
Perlakuan
Lama Pembakaran
Kadar Air
7,84
8,68
8,98
7,98
8,53
7,2 7,4 7,6 7,8 8 8,2 8,4 8,6 8,8 9 9,2
A1 A2 A3 A4 A5
(%)
Perlakuan