• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Oleh : NURDIATI NURDIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Oleh : NURDIATI NURDIN"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MURID PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DENGAN MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOLABORASI PADA MURID KELAS V SD NEGERI ALLUKA KECAMATAN BONTONOMPO SELATAN

KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh GelarSarjana Pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh :

NURDIATI NURDIN 10540 9631 15

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (S1)

2019

(2)
(3)
(4)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)866132, Fax. (0411)866132

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurdiati Nurdin

NIM : 10540 9631 15

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Murid Kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciplakan atau dibuatkan oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Desember 2019

Yang Membuat Pernyataan

NURDIATI NURDIN

NIM. 10540 9631 15

(5)

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTASKEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor : Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)866132, Fax. (0411)866132

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nurdiati Nurdin NIM : 10540 9631 15

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar S1

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Murid Kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut :

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya dan tidak dibuatkan oleh siapapun.

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi ini.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti butir 1, 2, dan 3, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Desember 2019 Yang Membuat Perjanjian

NURDIATI NURDIN NIM. 10540963115

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

bahwa tiada yang orang dapatkan, kecuali yang ia usahakan, dan bahwa usahanya akan kelihatan nantinya. (Q.S. An Najm ayat 39-40).

Jangan terlalu memikirkan masa lalu karena telah pergi dan selesai, dan jangan terlalu memikirkan masa depan hingga dia datang sendiri. Karena jika melakukan yang terbaik dihari ini maka hari esok akan lebih baik.

Persembahan

Setiap goresan tinta ini adalah wujud dari keagungan dan kasih sayang yang diberikan Allah SWT kepada umatnya.

Setiap detik waktu menyelesaikan karya tulis ini merupakan hasil getaran doa kedua orang tua, suami, saudara, dan orang-orang terkasih yang mengalir tiada henti.

(7)

ABSTRAK

NURDIATI NURDIN, 2019. “Meningkatkan Hasil Belajar Murid Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kolaborasi Pada Murid Kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing: Hj. Syahribulan K. dan Syarifuddin Cn. Sida.

Pendekatan pembelajaran sangat mempengaruhi tinggi rendahnya hasil belajar murid. Di kelas V SD Negeri Alluka, mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS yang terlihat pada hasil belajar yang diperoleh murid. Disamping itu dalam proses pembelajaran, motivasi murid dalam belajar juga belum baik.

Maka perlu penggunaan suatu model pembelajaran yang dapat membantu murid dalam meningkatkan hasil belajar yang salah satunya adalah dengan penggunaan model pembelajaran kolaborasi dalam proses pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar murid dan membantu murid kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, yang terdiri atas tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Data yang diperoleh dalam penelitian ini meliputi hasil belajar murid yang diambil dari pemberian soal tes pada akhir siklus, kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran yang diambil dari lembar observasi kegiatan guru, aktivitas murid yang diambil dari lembar observasi kegiatan murid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar murid dari 58,1 (nilai rata-rata hasil belajar sebelum penelitian) menjadi 76,2 (siklus I) dan 89,46 (siklus II). Begitupun dengan ketuntasan klasikal meningkat dari ketuntasan 66,6% pada siklus I menjadi 94,4% pada siklus II. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar murid dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaborasi dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

Kata Kunci: Hasil belajar murid, Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Model pembelajaran Kolaborasi.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil „Alamin puji dan syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan rahmat dan segala nikmat yang selalu tercurahkan kepada penulis, salam dan salawat kepada junjungan Nabi Muhammmad Saw, keluarga, sahabat dan seluruh ummat muslim yang tetap istiqomah pada ajarannya.

Penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mengalami hambatan, akan tetapi atas berkat pertolongan sang Khalik Allah Swt penulis dapat mengatasinya dengan baik. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya baik berupa moril maupun materil dalam penyelesaian skripsi ini mulai dari awal sampai selesai. Ucapan terima kasih yang tak terhingga dan teristimewa untuk kedua orang tua yang penulis cintai dan mencintai penulis dengan sepenuh hati Ibunda Sahrah, S.Pd dan Ayahanda Almarhum Nurdin atas pengorbanannya yang tak akan pernah bisa penulis balas walaupun sampai titik peluh, Ibu Dra. Hj. Syahribulan K, M.Pd., selaku Pembimbing I dan Bapak Dr. Syarifuddin Cn. Sida, M.Pd., selaku Pembimbing 2 yang tengah kesibukannya masih dapat meluangkan waktunya.

Demikian juga terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak: Prof. Dr. H. Abd.

Rahman Rahim, SE.,MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd. Ph.D., Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak Aliem Bahri, S.Pd., M. Pd., dan Ibu Ernawati, S.Pd, M.Pd., Ketua prodi dan Sekretaris prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Bapak

(9)

dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal dan ilmu pengetahuan selama mengikuti pendidikan.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada Ibu Hj.

Fatmawati, S.Pd., selaku Kepala Sekolah dan Ibu Salmiah, S.Pd., selaku Wali Kelas V Di sekolah tersebut yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Suamiku Zaenal yang penuh dengan kesabaran, serta terima kasih untuk saudaraku “Adi, Anas, Bamba, Ne‟ne dan Unggu” yang tersayang yang selalu setia membantu dan memberi motivasi, serta seluruh rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Revability Angkatan 2015 lebih khusus kelas C.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang baik untuk berbagai pihak.

Makassar, September 2019

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

KARTU KONTROL BIMBINGAN ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... viii

ABSTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7

A. Kajian Teori ... 7

1. Pengertian Belajar ... 7

2. Pengertian Hasil Belajar... 8

(11)

3. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ... 9

4. Pengertian Model Kolaborasi ... 11

5. Peran Guru Dalam Model Pembelajaran Kolaborasi ... 14

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kolaborasi ... 16

7. Karakteristik Model Pembelajaran Kolaborasi ... 17

8. Kelebihan dan Kelemahan Model Kolaborasi ... 17

B. Kerangka Pikir ... 18

C. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Jenis Penelitian ... 21

B. Lokasi, waktu dan subjek Penelitian ... 23

C. Prosedur Penelitian ... 24

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

E. Teknik Analisis Data ... 37

F. Indikator Keberhasilan ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

A. Hasil Penelitian ... 40

B. Pembahasan ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68

1. Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 68

(12)

2. Lampiran 2 Soal Pretest dan Posttest Siklus I dan II ... 76

3. Lampiran 3 Dokumentasi ... 81

4. Lampiran 4 Persuratan ... 85

RIWAYAT HIDUP ... 89

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Kegiatan Siklus I dan Siklus II...25

4.1 Hasil Observasi Guru Pratindakan dalam kegiatan Belajar Mengajar di Kelas ... ...41

4.2 Observasi Materi Pembelajaran Pratindakan...42

4.3 Hasil Tes Awal Pratindakan Murid Kelas V SD Negeri Alluka...44

4.4 Analisis Penilaian Pratindakan...45

4.5 Hasil Observasi Aktivitas Murid Siklus I...48

4.6 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I...50

4.7 Analisis Tes Tindakan Siklus I...51

4.8 Analisis Penilaian Siklus I...52

4.9 Hasil Observasi Aktivitas Murid Siklus II...55

4.10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus II...58

4.11 Analisis Tes Tindakan Siklus II...59

4.12 Analisis Penilaian Siklus II...60

(14)

DAFTAR GAMBAR

Tabel halaman 2.1 Bagan Kerangka Pikir...19 3.1 Rancangan Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart...24

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan sebagai proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Suatu usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan pengajaran, dan atau latihan bagi perannya dimasa yang akan datang. Sejarah pendidikan tak dapat dipisahkan dari sejarah kemajuan manusia, dari sejarah tentang revolusi pikiran dan penemuan- penemuan baru yang meliputi segi kehidupan manusia. Pendidikan berkembang sejalan dengan kemajuan pemikiran umat manusia, Mattone (2017:63-65).

Salah satu masalah utama bagi bangsa Indonesia adalah pendidikan, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa menuju terwujudnya masyarakat adil makmur. Buchari dalam Mattone (2017:68) mengatakan ilmu pendidikan di Indonesia mengalami krisis identitas, karena sarjana-sarjana pendidikan di indonesia kurang benar merumuskan kembali apa sebenarnya daerah kajian ilmu pendidikan itu. Buchari menyimpulkan pendapatnya bahwa ilmu pendidikan tidak akan mati di negeri kita yang tercinta. Yang akan mati adalah suatu genre ilmu pendidikan tertentu, yaitu suatu jenis ilmu pendidikan yang akan membiarkan dirinya menjadi tidak relevan dengan persoalan-persoalan pokok yang ada dalam masyarakat. Tetapi saya percaya, bahwa kematian genre ini akan disusul oleh kelahiran suatu genre baru, yaitu ilmu pendidikan yang tahu diri, yang tanggap terhadap dinamika sosio

(16)

kultural yang sedang terjadi dalam masyarakat. Jadi, ilmu pendidikan yang mampu memperbaharui diri secara terus menerus.

Kemudian yang dikatakan Suryadi dan Tilaar dalam Mattone (2017:70) bahwa tantangan masa depan bagi sistem pendidikan di indonesia tidak semata- mata menyangkut bagaimana meningkatkan mutu dan efisiensi pendidikan secara internal. Tetapi juga menyangkut bagaimana meningkatkan kesesuaian pendidikan dengan bidang-bidang lain.

Oleh karena itu secara tidak langsung berhasil tidaknya proses pendidikan dipengaruhi oleh mutu proses belajar mengajar yang terjadi di ruang lingkup sekolah dan hasil yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan di sekolah. Arikunto (2015:26) mengatakan bahwa jika biasanya kita mengajar dengan metode ceramah atau tanya jawab, kita tahu bahwa suasana kelas sepi, siswa kurang bergairah. Mungkin siswa-siswa yang duduk di belakang mengantuk. Lalu kita teriak-teriak supaya siswa tidak mengantuk. Mereka terbangun, tetapi tetap siswa kita tidak mau aktif. Mengapa? Karena kita tidak memberikan rangsangan agar mereka aktif. Untuk itu, kita mengubah strategi untuk mengatasi masalah. Kusnadi (2018:1) mengatakan bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas, atau suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas, dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran.

Berdasarkan teori baru, model pembelajaran yang tepat adalah model pembelajaran yang menyenangkan, baik bagi siswa maupun bagi guru. Bukan

(17)

rahasia lagi, model yang menyenagkan tersebut dikenal dengan nama PAIKEM, yaitu Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efisien, dan Menyenangkan.

Langkah untuk memperoleh model yang tepat adalah menentukan model yang nyaman bagi siswa maupun guru. Dalam proses pembelajaran, subjek yang sedang belajar adalah siswa. Menurut teori pembelajaran, ketika pembelajaran berlangsung, siswa harus terlibat langsung dalam proses, mereka harus aktif dan memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Siswa tidak boleh hanya pasif, apalagi mengantuk ketika pembelajaran berlangsung. Jadi, persyaratan pertama untuk pembelajaran, siswanya harus aktif dan memiliki motivasi tinggi untuk belajar. Motivasi yang rendah, akan menyebabkan hasil belajar yang tidak maksimal. Sebaliknya, jika motivasi siswa rendah, bermalas-malasan dalam belajar, tentu hasilnya akan rendah juga, Arikunto (2015:27-28).

Nurhadi (2004:5) mengemukakan bahwa “Model kolaboratif adalah teori interaksional yang memandang belajar sebagai suatu proses membangun makna melalui interaksi social”. Model pembelajaran kolaboratif merupakan pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran serta mendorong murid untuk berinteraksi satu sama lain juga dengan gurunya. Hal inilah yang berkaitan erat dengan mata pelajaran IPS, sebab mata pelajaran IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang mempelajari tentang interaksi sosial yang sejalan dengan model pembelajaran kolaborasi yang menekankan pada adanya interaksi guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa serta mata pelajaran ini juga diajarakan dalam setiap jenjang pendidikan. Pendidik memegang peranan penting dalam merencanakan,

(18)

melaksanaan dan mengevaluasi pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efisien dan menyenangkan. Model pembelajaran kolaborasi merupakan salah satu kunci untuk mencapai hal tersebut.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal Senin, 05 Agustus 2019 yang terjadi pada murid kelas V SD NEGERI ALLUKA, masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang terlihat pada hasil belajar Murid di kelas dengan perolehan rata-rata nilai 66,68 sedangkan KKM yang ditetapkan disekolah yaitu 70, untuk ketuntasan belajar murid secara klasikal dari 18 orang murid hanya 9 orang murid yang tuntas atau 50%. Hal itu bisa terjadi karena guru dalam mengajar kurang menggunakan berbagai media, metode yang bervariasi, strategi atau alat ukur yang digunakan kurang sesuai pula. Hal itulah yang mendorong penulis untuk mengadakan penelitian model PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah:

1. Hasil belajar murid pada mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang masih dibawah KKM.

2. Penggunaan Model Pembelajaran Kolaborasi yang belum diterapkan.

(19)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang serta identifikasi masalah, maka peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut: Apakah melalui Penerapan Model Pembelajaran Kolaborasi dapat meningkatkan hasil belajar Murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa?.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan peneliti, maka tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa melalui Model Pembelajaran Kolaborasi.

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka manfaat penelitian yang diharapkan adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini yaitu untuk menumbuhkan rasa kerjasama antar murid dalam kelompoknya, serta membangun pengetahuan murid melalui dialog, saling membagi informasi sesama murid dan guru.

2. Manfaat Praktis

Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah bermanfaat bagi murid, guru, dan peneliti lainnya.

(20)

a. Bagi Murid; membantu murid untuk berpikir dan memahami materi yang diajarkan sehingga hasil belajar mereka dapat meningkat.

b. Bagi Guru; sebagai bahan evaluasi dalam memperbaiki proses pembelajaran di kelas.

c. Bagi Peneliti; sebagai sumbangsih positif guna meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dan menjadi bahan kajian dalam mengembangkan kompetensi diri.

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Belajar

Skinner dalam Walgito (2009:166) memberikan definisi belajar

“Learning is a process of progressive behavior adaptation”. Dari definisi tersebut dapat dikemukakan bahwa belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progersif. Ini berarti bahwa sebagai akibat dari belajar adanya sifat progresivitas, adanya tendensi ke arah yang lebih sempurna atau lebih baik dari keadaan sebelumnya. Sementara Mc Geoch dalam Walgito (2009:167) memberikan definisi mengenai belajar “Learning is a change in performance as a result of practice”. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, dan perubahan itu sebagai akibat dari latihan (practice). Pengertian latihan atau practice mengandung arti bahwa adanya usaha dari individu yang belajar.

Adapun pendapat Suyono & Hariyanto dalam Setiawan (2017:2) mengatakan bahwa “Belajar merujuk kepada suatu proses perubahan perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan dan sumber-sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya”.

Berdasarkan berbagai pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses

(22)

untuk memperoleh perubahan perilaku sebagai hasil dari latihan atau pengalaman dari seseorang.

2. Pengertian Hasil Belajar

Berbicara mengenai hasil belajar, tidak terlepas dari pengertian belajar itu sendiri. Terkadang seseorang sering menyuruh untuk belajar padahal dia tidak tahu arti dari belajar itu sendiri. Dalam keseluruhan pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Proses belajar bukan hanya dikelas, tetapi terjadi dimana saja berlangsung secara terus menerus.

Hasil dapat berarti suatu jawaban dari sesuatu yang dilakukan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1992:13) hasil adalah sesuatu yang menjadi akibat dari usaha. Jadi hasil adalah hal-hal yang timbul atau muncul sebagai perolehan akibat dari sebuah usaha. sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil adalah sesuatu yang diraih atau diperoleh individu setelah melakukan usaha.

Dimyati dan Mudjiono (2009:99) menjelaskan bahwa “hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif,

(23)

afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sedangkan Hamalik (2009:87) mengatakan "hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti". Ali (1996:26) mengemukakan “hasil belajar adalah penilaian keberhasilan siswa dalam mencapai perilaku yang berasa di dalam dirinya yang tergantung pada tingkahlaku yang dapat diterima atau dicapai oleh siswa secara sempurna”.

Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh atau diraih setelah melakukan kegiatan yang berdampak pada perubahan diri seseorang menjadi lebih baik dibandingkan sebelumnya.

3. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

Djodjo Suradisastra, dkk (1991:4) mengatakan bahwa: “pada dasarnya IPS merupakan kajian tentang manusia dan dunia sekelilingnya”. Adapun dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dijelaskan bahwa:

IPS merupakan bahan kajian yang wajib dimuat dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang antara lain mencakup ilmu bumi/geografi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan lain sebagainya yang dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

(24)

Sadiharjo (2007:5) mengatakan “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial”. Sedangkan Abu Ahmadi (2007:7) mengemukakan bahwa “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara individu atau lebih dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau mempengaruhi kelakuan individu lain atau sebaliknya”. Sedangkan Puskur dalam Kasim (2008:4) mengatakan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu bahan kajian yang terpadu yang merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi dan modifikasi yang diorganisasikan dari konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi.

Kemudian Kosasih Djahiri dalam Yaba (2006:5) menyatakan bahwa:

IPS adalah merupakan ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang ilmu sosial dan ilmu lainnya serta kemudian diolah berdasarkan prinsip-prinsip pendidikan untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat sekolah.

Nursid Sumaatmadja dalam Supriatna (2008:1) mengemukakan bahwa: "Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya”. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat yang dimana terintegrasi dari beberapa cabang ilmu seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, dan antropologi yang mempelajari masalah-masalah sosial.

(25)

4. Pengertian Model Kolaborasi

Model pembelajaran memiliki makna yang lebih luas daripada strategi pembelajaran, metode atau prosedur pembelajaran karena model pembelajaran merupakan bingkai dari pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media pembelajaran, teknik dan taktik pembelajaran. Joyce dalam Trianto (2011:5) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lainnya.

Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas model pembelajaran merupakan suatu perencanaan yang digunakan dalam mengatur pembelajaran di kelas, mencakup tujuan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, serta proses pengelolaan kelas.

Elizabert E. Barkley dalam bukunya Collaborative Learning Techniques (2014:4) mengatakan berkolaborasi berarti bekerja bersama-sama dengan orang lain. Praktek pembelajaran Kolaboratif berarti bekerja secara berpasangan atau dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuan pembelajaran bersama. Pembelajaran kolaboratif berarti belajar melalui kerja kelompok, bukan belajar dalam kesendirian.

(26)

Yufiarti dalam Sulhan (2006:69) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kolaboratif (Colaborative Learning) merupakan model pembelajaran yang menerapkan paradigma baru dalam teori-teori belajar”. Pendekatan ini dapat digambarkan sebagai suatu model pembelajaran dengan menumbuhkan para siswa untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencapai tujuan yang sama.

Pembelajaran kolaboratif lebih menekankan pada pembangunan makna oleh siswa dari proses sosial yang bertumpu pada konteks belajar.

Model kolaboratif ini lebih jauh dan mendalam dibandingkan hanya sekedar kooperatif. Model pembelajaran kolaboratif dapat menyediakan peluang untuk menuju pada kesuksesan praktek-praktek pembelajaran, sebagai teknologi untuk pembelajaran dan melibatkan partisipasi aktif para siswa dan meminimalisasi perbedaan-perbedaan antar individu. Pembelajaran kolaboratif telah menambah momentum pendidikan formal dan informal dari dua kekuatan yang bertemu yaitu:

1) Realisasi praktek, bahwa hidup di luar kelas memerlukan aktivitas kolaboratif dalam kehidupan di dunia nyata.

2) Menumbuhkan kesadaran berinteraksi sosial dalam upaya mewujudkan pembelajaran bermakna.

Barkley, Cross dan Major (2014:8) menjelaskan bahwa:

Di dalam pembelajaran Kolaboratif, diterapkan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok belajar yang setiap anggota kelompok tersebut harus bekerja sama secara aktif untuk meraih tujuan yang telah ditentukan dalam sebuah kegiatan dalam struktur tertentu sehingga terjadi proses pembelajaran yang penuh makna.

(27)

Barkley (2014:9) mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran kolaborasi adalah membangun pribadi yang otonom dan pandai mengaktualisasikan pemikirannya. Sedangkan Sukasmo mengatakan bahwa:

kolaborasi bertujuan agar siswa dapat membangun pengetahuannya melalui dialog, saling membagi informasi sesama siswa dan guru sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan mental pada tingkat tinggi. Model ini digunakan pada setiap mata pelajaran terutama yang mungkin berkembang sharing of information di antara siswa.

Adapun tujuan dari pembelajaran Kolaborasi yang dikemukakan oleh Kurniawan Budi Raharjo (2013:29) adalah sebagai berikut:

a. Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.

b. Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.

c. Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dari proses belajar.

d. Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.

e. Mengembangkan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah.

f. Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam sudut pandang.

g. Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.

(28)

h. Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai diantara para siswa, dan diantara siswa dan guru.

i. Membangun semangat belajar sepanjang hayat.

5. Peran Guru dalam model pembelajaran kolaborasi

Peran guru dalam model pembelajaran kolaborasi adalah sebagai mediator. Guru menghubungkan informasi baru terhadap pengalaman siswa dengan proses belajar di bidang lain, membantu siswa menentukan apa yang harus dilakukan jika siswa mengalami kesulitan, dan membantu mereka belajar tentang bagaimana caranya belajar. Lebih dari itu, guru sebagai mediator menyesuaikan tingkat informasi siswa dan mendorong agar siswa memaksimalkan kemampuannya untuk bertanggung jawab atas proses belajar mengajar selanjutnya.

Peran sebagai model dapat diwujudkan dengan cara membagi pikiran tentang suatu hal (thinking aloud) atau menunjukkan pada siswa tentang bagaimana melakukan sesuatu secara bertahap (demonstrasi), ,Sulhan (2006:70-71). Di samping itu, menunjukkan pada siswa bagaimana cara berpikir sewaktu melalui situasi kelompok yang sulit dan melalui masalah komunikasi adalah sama pentingnya dengan mencontohkan bagaimana cara membuat perencanaan, memonitor penyelesaian tugas, dan mengukur apa yang sudah dipelajari.

Salah satu ciri penting dari kelas yang menerapkan model pembelajaran kolaboratif adalah siswa tidak dikotak-kotakan berdasarkan kemampuannya, minatnya, ataupun karakteristik lainnya. Pengkotakan

(29)

tersebut dinilai menghambat munculnya kolaborasi dan mengurangi kesempatan siswa untuk belajar bersama siswa lain. Dengan demikian, semua siswa dapat belajar dari siswa lain dan tidak ada siswa yang tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan masukan dan menghargai masukan yang diberikan orang lain.

Sulhan (2006:72) mengatakan bahwa tujuan dari pembelajaran kolaboratif adalah sebagai berikut:

1) Memaksimalkan proses kerjasama yang berlangsung secara alamiah di antara para siswa.

2) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang berpusat pada siswa, kontekstual, terintegrasi, dan bersuasana kerjasama.

3) Menghargai pentingnya keaslian, kontribusi, dan pengalaman siswa dalam kaitannya dengan bahan pelajaran dan proses belajar.

4) Memberi kesempatan kepada siswa menjadi partisipan aktif dalam proses belajar.

5) Mengembangkan berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah.

6) Mendorong eksplorasi bahan pelajaran yang melibatkan bermacam-macam sudut pandang.

7) Menghargai pentingnya konteks sosial bagi proses belajar.

8) Menumbuhkan hubungan yang saling mendukung dan saling menghargai di antara para siswa, dan di antara siswa dan guru.

9) Membangun semangat belajar sepanjang hayat.

(30)

6. Langkah-langkah Pembelajaran Kolaborasi

Berikut ini langkah-langkah pembelajaran kolaborasi yang dikemukakan Sulhan (2006:73):

1. Para siswa dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.

2. Semua siswa dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.

3. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi, mendemontrasikan, meneliti, menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKS atau masalah yang ditemukan sendiri.

4. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing siswa menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

5. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, siswa pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20- 30 menit.

6. Masing-masing siswa dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.

7. Laporan masing-masing siswa terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

(31)

8. Laporan siswa dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

7. Karakteristik Model Pembelajaran Kolaborasi

Adapun karakteristik model pembelajaran kolaborasi yang dikemukakan oleh Sulhan (2006:75) adalah:

1. Siswa belajar dalam satu kelompok dan memiliki rasa ketergantungan dalam proses belajar, penyelesaian tugas kelompok mengharuskan semua anggota bekerja bersama.

2. Interaksi intensif secara tatap muka antar anggota kelompok.

3. Masing-masing siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang telah disepakati.

4. Siswa harus belajar dan memiliki keterampilan komunikasi interpersonal.

5. Peran guru sebagai mediator.

6. Adanya sharing pengetahuan dan interaksi antara guru dan siswa, atau siswa dan siswa.

7. Pengelompokkan secara heterogen.

8. Kelebihan dan Kelemahan model Kolaborasi

Kelebihan dan kelemahan model kolaborasi yang dipaparkan oleh Sulhan (2006:76) yaitu:

Kelebihan:

1. Siswa belajar bermusyawarah

(32)

2. Siswa belajar menghargai pendapat orang lain

3. Dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan rasional 4. Dapat memupuk rasa kerja sama

5. Adanya persaingan yang sehat Kelemahan:

1. Pertanyaan siswa dapat menyimpang dari pokok persoalan.

2. Membutuhkan waktu cukup banyak.

3. Adanya sifat-sifat pribadi yang ingin menonjolkan diri atau sebaliknya yang lemah merasa rendah diri dan selalu tergantung pada orang lain.

4. Kebulatan atau kesimpulan bahan kadang sukar dicapai.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dengan model Pembelajaran Kolaborasi dapat merangsang kreatiatifitas murid, mengembangkan sikap, memperluas wawasan murid, menanamkan kerjasama dan toleransi terhadap pendapat orang lain.

B. Kerangka Pikir

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa collaborative learning merupakan salah satu strategi pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar. Dalam strategi tersebut lebih memfokuskan bagaimana memaksimalkan partisipasi dan keaktifan dalam pembelajaran serta bagaimana murid dapat mengkonstruksi sendiri ilmu pengetahuan untuk menjadi miliknya. Dalam strategi ini, peran guru cenderung menjadi fasilitator, motivator, dan membimbing menemukan alternatif pemecahan bila terjadi murid yang mengalami kesulitan belajar.

(33)

Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir Kondisi

awal

Tindakan

Tindakan

Kondisi akhir

Guru tidak menggunakan model collaboratif learning pada saat mengajarkan mata pelajaran IPS

Guru menggunakan model collaboratif learning pada saat mengajar mata pelajaran IPS

Guru menggunakan model collaboratif learning pada saat mengajar mata pelajaran IPS

Hasil belajar rendah (rata-rata di bawah KKM, dengan KKM 70).

Siklus I

Hasil belajar siswa belum meningkat secara signifikan.

Siklus II

Hasil belajar siswa meningkat secara signifikan (rata-rata di atas KKM, dengan KKM 70.

Hasil akhir, diharapkan terjadi peningkatan signifikan pada hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

(34)

C. Hipotesis

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dapat dikemukakan hipotesis penelitian ini adalah Jika menerapkan Model Pembelajaran Kolaborasi maka dapat meningkatkan hasil belajar murid Kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar murid dari 58,1 (nilai rata-rata hasil belajar sebelum penelitian) menjadi 76,2 (siklus I) dan 89,46 (siklus II). Begitupun dengan ketuntasan klasikal meningkat dari ketuntasan 66,6% pada siklus I menjadi 94,4% pada siklus II. Berdasarkan nilai rata-rata hasil belajar murid dan ketuntasan belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka dapat disimpulkan bahwa perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kolaborasi dapat meningkatkan hasil belajar murid pada mata pelajaran IPS di kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research. PTK adalah kajian sistematis dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil dari tindakan-tindakan tersebut.

Suharsimi Arikunto (2015:1) menyatakan bahwa:

penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang memaparkan terjadinya sebab-akibat dari perlakuan, sekaligus memaparkan apa saja yang terjadi ketika perlakuan diberikan, dan memaparkan seluruh proses sejak awal pemberian perlakuan sampai dengan dampak dari perlakuan tersebut.

Dijelaskan oleh McNiff dalam Arikunto (2008:102) memandang bahwa PTK sebagai bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh pendidik terhadap kurikulum pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar, dan sebagainya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah jenis penelitian yang memaparkan baik proses maupun hasil, yang melakukan PTK di kelasnya untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya.

Maka Tujuan PTK yang dijelaskan oleh zainal arifin (2012:101) antara lain sebagai berikut:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi dan kualitas pembelajaran di kelas.

(36)

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran di kelas.

3. Memberikan kesempatan kepada guru untuk melakukan tindakan dalam pembelajaran yang direncanakan di kelas.

4. Melakukan kesempatan kepada guru untuk melakukan pengkajian terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

Penelitian Tindakan Kelas memiliki beberapa karakteristik, Susilo (2007:17) yaitu:

1. Ditinjau dari segi permasalahan, karakteristik PTK adalah masalah yang diangkat berangkat dari persoalan praktik dan proses pembelajaran sehari-hari di kelas yang benar-benar dirasakan langsung oleh guru.

2. Penelitian Tindakan Kelas selalu berangkat dari kesadaran kritis guru terhadap persoalan yang terjadi ketika praktik pembelajaran berlangsung, dan guru menyadari pentingnya untuk mencari pemecahan masalah melalui tindakan atau aksi yang direncanakan dan dilakukan secermat mungkin dengan cara-cara ilmiah dan sistematis.

3. Adanya rencana tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki praktik dan proses pembelajaran di kelas.

4. Adanya upaya kolaborasi antara guru dengan teman sejawat (para guru atau peneliti) lainnya dalam rangka membantu untuk mengobservasi dan merumuskan persoalan mendasar yang perlu diatasi.

(37)

B. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di kelas V SD Negeri Alluka yang beralamat di Soreang Alluka, Desa Jipang, Kecamatan Bontonompo Selatan, Kabupaten Gowa.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 minggu pada semester Ganjil tahun ajaran 2019/2020 tepatnya bulan November.

3. Subjek Penelitian

Subjek yang akan diteliti dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah murid kelas V SD Negeri Alluka yang berjumlah 18 orang murid.

Peneliti memilih kelas ini untuk dijadikan subjek penelitian karena pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa, belum pernah menerapkan model pembelajaran kolaborasi, kemudian peserta didik kelas V dalam proses pembelajaran masih bersifat pasif serta nilai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) hasil belajar murid masih relatif rendah, yaitu masih dibawah KKM. Diharapkan dengan penggunaan model pembelajaran kolaborasi, murid dapat lebih aktif dalam megikuti proses belajar mengajar.

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau cara yang harus dilakukan secara teratur dan sistematis oleh peneliti untuk mencapai tujuan-

(38)

tujuan penelitiannya. Prosedur penelitian akan dilakukan 2 siklus dan tiap siklus akan dilakukan 4 pertemuan. Kegiatan satu siklus belum mampu mengubah tingkah laku, sikap, pola pikir, dan pola belajar murid.

Model penelitian ini mengacu pada modifikasi spiral yang dicantumkan Kemmis dan McTaggart (Dahlia, 2012:29). Tiap siklus dilakukan beberapa tahap, yaitu 1) Perencanaan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Pengamatan, dan 4) Refleksi.

Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart

Perencanaan adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat rencana yang akan dijadikan acuan dalam melakukan tindakan. Pelaksanaan tindakan

PELAKSANAAN

PENGAMATAN PERENCANAAN

REFLEKSI SIKLUS I

PELAKSANAAN

REFLEKSI

PENGAMATAN

PERENCANAAN SIKLUS II

(39)

adalah aktifitas yang dilakukan oleh guru berdasarkan pada rancangan atau rencana yang telah disusun. Pengamatan adalah tindakan yang dilakukan guru untuk mengamati dan mencatat hal-hal yang diperlukan dan terjadi dalam proses pelaksanaan tindakan berlangsung. Refleksi adalah proses untuk melihat kembali atau mengulas kembali tentang perubahan yang terjadi pada proses tindakan yang telah dilakukan.

Siklus I

Perencanaan Merencanakan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan.

Kegiatan

a. Menyusun RPP.

b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam pembelajaran seperti sumber belajar dan lembar soal sebagai latihan siswa.

c. Menyiapkan lembar observasi kegiatan.

d. pengamatan aktivitas murid dalam pembelajaran.

e. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi untuk murid.

Pelaksanaan Penerapan dari perencanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Kegiatan

a. Para murid dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas

sendiri-sendiri.

b. Semua murid dalam kelompok membaca,

(40)

belajar

menggunakan model

pembelajaran Kolaborasi.

berdiskusi, dan menulis.

c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,

mendemontrasikan, meneliti,

menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKM atau masalah yang ditemukan sendiri.

d. Setelah kelompok kolaboratif

menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing murid menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

e. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, murid pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.

Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.

f. Masing-masing murid dalam kelompok

(41)

kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan

dikumpulkan.

g. Laporan masing-masing murid terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

h. Laporan murid dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

Pengamatan Pengamatan yang dilakukan secara langsung pada murid dan guru untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan

1. Pengamatan Murid

a. Para murid dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.

b. Semua murid dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.

c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,

mendemontrasikan, meneliti,

menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah

(42)

dalam LKM atau masalah yang ditemukan sendiri.

d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing murid menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

e. untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, murid pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20- 30 menit.

f. Masing-masing murid dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.

g. Laporan masing-masing murid terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok

(43)

kolaboratif.

2. Pengamatan Guru

a. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan).

b. Laporan murid dikoreksi,

dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

Refleksi

Mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan.

Kegiatan

Melakukan evaluasi dan analisis data

dengan cara melihat prestasi atau nilai murid kemudian hasil analisis pada siklus I

digunakan sebagai perbaikan dikegiatan siklus II.

Siklus II

Perencanaan Merencanakan apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut

Kegiatan

a. Mengidentifikasi masalah atas

kelemahan dan kekurangan pada siklus I.

b. Dari refleksi hasil kegiatan siklus I, sebagai dasar untuk menyusun

(44)

akan dilakukan. perencanaan siklus II.

c. Merencanakan dan penetapan alternatif pemecahan masalah.

d. Menyusun RPP.

e. Mempersiapkan fasilitas dan sarana yang diperlukan dalam pembelajaran seperti sumber belajar dan lembar soal sebagai latihan murid.

f. Menyiapkan lembar observasi kegiatan pengamatan aktivitas murid dalam pembelajaran.

g. Peneliti menyiapkan lembar evaluasi untuk murid.

h. Pengembangan dan memperbaiki kesalahan atau kelemahan pada siklus I.

i. Menyusun kegiatan program tindakan siklus II akibat kelemahan pada siklus I.

Pelaksanaan Penerapan dari perencanaan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil

Kegiatan

a. Para murid dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas

sendiri-sendiri.

b. Semua murid dalam kelompok membaca,

(45)

belajar

menggunakan model

pembelajaran Kolaborasi.

berdiskusi, dan menulis.

c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,

mendemontrasikan, meneliti,

menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah dalam LKM atau masalah yang ditemukan sendiri.

d. Setelah kelompok kolaboratif

menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing murid menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

e. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan) untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, murid pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi.

Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20-30 menit.

f. Masing-masing murid dalam kelompok

(46)

kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan

dikumpulkan.

g. Laporan masing-masing murid terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok kolaboratif.

h. Laporan murid dikoreksi, dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

Pengamatan Pengamatan yang dilakukan secara langsung pada murid dan guru untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan.

Kegiatan

1. Pengamatan Murid

a. Para murid dalam kelompok menetapkan tujuan belajar dan membagi tugas sendiri-sendiri.

b. Semua murid dalam kelompok membaca, berdiskusi, dan menulis.

c. Kelompok kolaboratif bekerja secara bersinergi mengidentifikasi,

mendemontrasikan, meneliti,

menganalisis, dan memformulasikan jawaban-jawaban tugas atau masalah

(47)

dalam LKM atau masalah yang ditemukan sendiri.

d. Setelah kelompok kolaboratif menyepakati hasil pemecahan masalah, masing-masing murid menulis laporan sendiri-sendiri secara lengkap.

e. untuk melakukan presentasi hasil diskusi kelompok kolaboratifnya di depan kelas, murid pada kelompok lain mengamati, mencermati, membandingkan hasil presentasi tersebut, dan menanggapi. Kegiatan ini dilakukan selama lebih kurang 20- 30 menit.

f. Masing-masing murid dalam kelompok kolaboratif melakukan elaborasi, inferensi, dan revisi (bila diperlukan) terhadap laporan yang akan dikumpulkan.

g. Laporan masing-masing murid terhadap tugas-tugas yang telah dikumpulkan, disusun perkelompok

(48)

kolaboratif.

2. Pengamatan Guru

a. Guru menunjuk salah satu kelompok secara acak (selanjutnya diupayakan agar semua kelompok dapat giliran ke depan).

b. Laporan murid dikoreksi,

dikomentari, dinilai, dikembalikan pada pertemuan berikutnya, dan didiskusikan.

Refleksi

Mengkaji secara menyeluruh

tindakan yang telah dilakukan

Kegiatan

Melakukan evaluasi dan analisis data dengan cara melihat prestasi atau nilai siswa kemudian hasil analisis pada siklus II digunakan sebagai kesimpulan dari penelitian

Tabel 3.1. Kegiatan Siklus I dan Siklus II

D. Teknik Pengumpulan Data 1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan bertujuan untuk memperoleh data tentang proses berlangsungnya belajar mengajar yang meliputi aktivitas murid, suasana atau situasi belajar murid.

(49)

2. Wawancara

Wawancara atau interview adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.

Pertanyaan hanya diajukan oleh subjek evaluasi.

Wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang orang lain. Wawancara merupakan teknik penelitian dimana peneliti saling berhadapan muka secara langsung dengan subjek yang diteliti. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi tingkat kemampuan siswa. Untuk memperoleh informasi dalam wawancara biasanya diajukan seperangkat pertanyaan atau yang tersusun dalam suatu daftar. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru dan siswa kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

3. Tes

Tes dapat diartikan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, intelligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang bersifat resmi karena penuh dengan batasan-batasan, tes itu disusun secara sistematis dan obyektif, tes itu berbentuk tugas yang terdiri dari pertanyaan/perintah, tes itu diberikan

(50)

kepada individu atau kelompok, bahwa dengan tes itu dengan waktu yang singkat kita bisa memperoleh keterangan-keterangan yang kita perlukan, Mulyasa (2005:100). Tes ini digunakan untuk melihat peningkatan, pemahaman, dan pencapaian hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini tes yang diberikan ada 2 macam yang dikemukakan Purwanto (2004:112) sebagai berikut:

a. Pre test (tes awal)

Tes yang diberikan sebelum tindakan bertujuan untuk mengetahui pemahaman Murid terhadap materi yang akan diajarkan. Pre test memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi proses pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh karena itu pre test memegang peranan yang penting dalam proses pembelajaran.

b. Post test (tes akhir)

Tes yang diberikan setiap akhir tindakan untuk mengetahui pemahaman siswa dan ketuntasan belajar siswa pada masing- masing pokok bahasan. Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah tes tulis dan non test (unjuk karya), pada post test dengan bentuk uraian.

Pengambilan data hasil post test dilaksanakan setiap akhir siklus.

4. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan daftar murid kelas V, jumlah murid kelas V, baik laki-laki maupun perempuan, dan daftar nilai murid kelas V.

(51)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data hasil penelitian menggunakan teknik analisis data kuantitatif. Data kuantitatif yaitu berupa kemampuan murid menyelesaikan soal tentang materi pelajaran IPS yang diajarkan yang terdiri dari hasil tugas murid, hasil tes awal dan tes akhir.

Teknik analisis data yang digunakan perlu dikemukakan secara jelas dan rinci sesuai dengan jenis data yang dikumpulkan pada saat dilakukannya kegiatan observasi.

1. Data hasil belajar murid

Data mengenai hasil belajar diambil dari kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. Analisis data hasil belajar dilakukan dengan cara menghitung rata-rata nilai dan ketuntasan belajar murid secara klasikal.

a. Menghitung nilai hasil tes

Untuk menghitung hasil tes, baik pre test maupun post test pada proses pembelajaran dengan model pembelajaran Kolaborasi digunakan rumus percentages correction sebagai berikut:

Keterangan:

S : Nilai yang dicari atau yang diharapkan

R : Jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar N : Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan 100 : Bilangan tetap.

(52)

b. Menghitung nilai rata-rata

Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata yaitu:

c. Menghitung ketuntasan belajar

Data yang diperoleh dari hasil belajar murid dapat ditentukan dari ketuntasan belajarnya. Ketuntasan belajar klasikal dihitung dengan menggunakan analisis deskriptif persentase, yaitu :

Persentase (%) =

2. keaktifan murid

Analisis keaktifan murid dilakukan dengan memperhatikan setiap faktor yang diteliti dengan rumus :

Persentase (%) = Keterangan :

n = skor yang diperoleh murid N = jumlah skor maksimal

% = tingkat persentase

(53)

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini sebagai berikut: Kemampuan murid dalam menyelesaikan masalah dengan nilai rata-rata kelas ≥ 70, ketuntasan belajar individu mencapai ≥ 70% dan ketuntasan belajar klasikal mencapai ≥ 70% dan Keaktifan murid dalam mengikuti pembelajaran meningkat dengan kriteria tinggi dan mencapai persentase ≥ 75%.

(54)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sebelum melakukan proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran Kolaborasi terlebih dahulu peneliti membentuk kelompok kecil siswa sesuai kriteria pembentukan kelompok pembelajaran Kolaborasi.

Pembentukan kelompok kecil ini dilakukan agar tujuan pembelajaran kolaborasi dapat terlaksana.

1. Pratindakan

Pratindakan dilaksanakan sebelum kegiatan penelitian dilakukan.

Tujuannya untuk dapat menetapkan langkah-langkah pembelajaran pada saat pelaksanaan penelitian melalui proses belajar mengajar. Hal-hal yang dilakukan adalah mengadakan observasi kegiatan pembelajaran, observasi materi pembelajaran, dan mengadakan tes pratindakan. Kegiatan tersebut dilaksanakan setelah peneliti menemui kepala Sekolah SD Negeri Alluka.

Pada pertemuan tersebut, peneliti menyampaikan perihal pelaksanan penelitian mengenai metode kolaborasi. Selesai menemui kepala sekolah langsung mengadakan observasi awal terhadap proses pembelajaran.

(55)

a. Observasi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran di dalam Kelas

Observasi adalah pengamatan secara langsung terhadap hal yang diamati.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas belajar mengajar tentang Pembelajaran di dalam kelas dengan mengamati beberapa aspek melalui kriteria penilaian baik, cukup, dan kurang. Ketiga kriteria penilaian observasi guru tersebut dibuat dalam bentuk tabel 1, seperti di bawah ini.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Guru Pratindakan dalam Kegiatan Belajar Mengajar di Kelas.

No. Aspek yang diamati

Hasil Pengamatan

Ket.

Baik Cukup Kurang

1 Membuka Pelajaran - -

2 Tujuan pembelajaran yang

akan dicapai jelas - -

3 Kesesuaian pokok bahasan

dengan kurikulum - -

4 Penguasaan materi pelajaran - -

5 Pengelolaan kelas - -

6 Motivasi murid menerima

pelajaran - -

7 Sikap murid dalam

memperhatikan pelajaran - -

8 Keberanian murid bertanya - -

9 Mengorganisasikan kegiatan mengarah pada pencapaian tujuan

- -

10 Penggunaan media - -

(56)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diperoleh gambaran bahwa dari 10 aspek yang diamati, ada 5 aspek yang nilai baik, 3 aspek yang nilai cukup, dan 2 aspek yang nilai kurang. Perolehan penilaian tersebut dapat pula dihitung persentasenya. Terdapat 5 aspek yang mendapat kategori baik dengan persentase 50 %, yang mendapat kategori cukup terdapat 3 aspek dengan persentase 30 %, dan 2 aspek yang mendapat kategori kurang dengan persentase 20 %. Dari kenyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar di kelas berlangsung dengan cukup baik.

b. Observasi Materi Pembelajaran

Observasi materi pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui secara langsung apa yang menjadi tujuan penelitian. Teknik penilaian yang diterapkan yaitu menggunakan kriteria baik, cukup, dan kurang. Ketiga kriteria penilaian tersebut dibuat dalam bentuk tabel sebagai berikut.

Tabel 4.2 Observasi Materi Pembelajaran Pratindakan

No. Aspek yang diamati Hasil Pengamatan

Ket.

Baik Cukup Kurang

1 2 3 4 5 6

1 Materi sesuai dengan tingkat

kemampuan murid - -

2 Menarik minat murid - -

(57)

3 Bermakna bagi murid - - 4 Penggunaan metode sesuai

dengan materi - -

5 Memungkinkan murid untuk

Mengembangkan pembelajaran - -

6 Kesesuaian dengan kurikulum - -

Berdasarkan hasil observasi materi pembelajaran pada tabel 4.2 di atas yang terdiri dari 6 aspek, dapat dikatakan bahwa terdapat 3 aspek yang mendapat kategori baik, dan 3 aspek yang mendapat kategori cukup.

Perolehan penilaian tersebut dapat pula dihitung berdasarkan persentase dengan menggunakan rumus item perolehan per item keseluruhan kali seratus persen. Dengan demikian dapat diketahui persentasenya yaitu; 3 aspek memperoleh kategori baik dengan persentase 50 %, dan 3 aspek memperoleh kategori cukup dengan persentase 50 %.

c. Tes Awal pada Pratindakan

Tes awal pada pratindakan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa sebelum menggunakan metode kolaborasi. Tes awal dilaksanakan pada 12 November 2019. Peneliti melaksanakan tes awal didampingi guru kelas V atau teman sejawat untuk mengetahui kemampuan siswa. Hasil tes awal seperti terlihat pada tabel berikut ini.

(58)

Tabel 4.3 Hasil Tes Awal Pra Tindakan Murid Kelas V SD Negeri Alluka Kecamatan Bontonompo Selatan Kabupaten Gowa.

No. Nama

Soal Skor Maksi mal

Jumlah Skor

Nilai Perole han

Ketuntasan 1 2 3 4

4 4 5 5

1 A 2 4 5 2 18 13 72,2 Tuntas

2 B 2 3 3 2 18 10 56,6 Tidak Tuntas

3 C 2 4 5 3 18 14 77,7 Tuntas

4 D 1 4 5 2 18 12 66,6 Tidak Tuntas

5 E 2 2 3 3 18 10 56,6 Tidak Tuntas

6 F 1 2 2 1 18 6 33,3 Tidak Tuntas

7 G 3 4 5 3 18 15 83,3 Tuntas

8 H 1 3 3 1 18 8 44,4 Tidak Tuntas

9 I 2 4 5 2 18 13 72,2 Tuntas

10 J 1 4 2 1 18 8 44,4 Tidak Tuntas

11 K 3 4 5 2 18 14 77,7 Tuntas

12 L 2 4 5 1 18 12 66,6 Tidak Tuntas

13 M 1 4 2 2 18 9 50 Tidak Tuntas

14 N 1 2 2 1 18 6 33,3 Tidak Tuntas

15 O 1 1 2 1 18 5 27,7 Tidak Tuntas

16 P 2 2 2 2 18 8 44,4 Tidak Tuntas

17 Q 3 3 5 2 18 13 72,2 Tuntas

18 R 2 4 5 1 18 12 66,6 Tidak Tuntas

Jumlah 324 188 1.045,8 12 Murid

Belum Tuntas

Rata-rata 58,1

(59)

Keterangan:

4 = Sangat Baik 3 = Baik

2 = Cukup Baik 1 = Kurang Baik

Tabel 4.4 Analisis Penilaian Pratindakan

No. Aspek Perolehan Hasil

1 Skor tertinggi 83,3

2 Skor terendah 27,7

3 Jumlah murid 18

4 Banyak murid yang tuntas 6

5 Persentase tuntas klasikal 33,3%

6 Rata-rata hasil belajar 58,1

Berdasarkan tabel di atas menunjukan presentase tuntas klasikal yang diperoleh sebesar 33,3% atau 6 murid yang tuntas, hal ini belum mencapai presentase ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 70%.

2. Siklus I

Tindakan siklus I ini dilaksanakan 4 kali pertemuan di kelas, 3 kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar dan satu kali pertemuan untuk tes tindakan siklus I.

Gambar

Tabel                                                                                                           halaman  2.1   Bagan Kerangka Pikir...................................................................................19  3.1   Rancangan Peneli
Gambar 2.1. Bagan kerangka pikir Kondisi awal Tindakan  Tindakan  Kondisi akhir
Gambar 3.1. Rancangan Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart
Tabel 3.1. Kegiatan Siklus I dan Siklus II
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian pada siklus II, menunjukkan pengamat melihat rata-rata aktivitas siswa masuk dalam kriteria penilaian sangat baik dan aktivitas kegiatan pembelajaran

1) Aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini dilihat dari lembar observasi yang dilakukan dalam kriteria sangat baik. 2) Pengenalan tahap-tahap pertumbuhan pada tumbuhan dalam

Bagi sampel kajian ini (n=285), tahap nomofobia antara kelima-lima tempoh penggunaan telefon pintar tidak menunjukkan perbezaan yang signifikan antara tahap nomofobia

Hasil penelitian pada siklus II, menunjukkan pengamat melihat rata-rata aktivitas siswa masuk dalam kriteria penilaian sangat baik dan aktivitas kegiatan pembelajaran

1) Aktivitas siswa semakin meningkat, hal ini dilihat dari lembar observasi yang dilakukan dalam kriteria sangat baik. 2) Pengenalan tahap-tahap pertumbuhan pada tumbuhan dalam

Semua indikator ahli desain pada RPS pada tahap kedua masuk pada kriteria interpretasi Riduwan dan Akdon (2013) menunjukkan tingkat sangat baik, kriteria ini berarti RPS

Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Skor yang didapat Rata-rata skor Kriteria Pengamat I Pengamat II 33 34 33,5 Baik Dari tabel di atas dapat dilihat aktivitas

Sesuai dengan kriteria aktivitas murid yang telah ditentukan peneliti yaitu murid dikatakan aktif dalam proses pembelajaran jika jumlah murid yang aktif ≥ 70% baik aktivitas murid