• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI PERILAKU BIROKRASI DALAM PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE HENRIAWAN SAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI PERILAKU BIROKRASI DALAM PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BONE HENRIAWAN SAH"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU BIROKRASI DALAM PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

KABUPATEN BONE

HENRIAWAN SAH NomorStambuk: 10561 3292 09

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

i

PENGAJUAN SKRIPSI

PERILAKU BIROKRASI DALAM PELAYANAN AKTA KELAHIRAN DI KANTOR DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL

KABUPATEN BONE

Skripsi

Sebagai Salah SatuSyaratUntukMemperolehGelar SarjanaIlmuAdministrasi Negara

DisusundanDiajukanOleh HENRIAWAN SAH NomorStambuk: 10561 3293 09

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)

ii

PERSETUJUAN

Judul Proposal Penelitian : Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Akta Kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

Nama Mahasiswa : HENRIAWA SAH Nomor Stambuk : 10561 3293 09

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP,M.Si. Samsir Rahim, S.Sos,M.Si

Mengetahui :

Dekan Ketua Jurusan

Fisipol Unismuh Makassar Ilmu Administrasi Negara

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Dr. Burhanuddin, S.Sos,M.Si.

(4)

iii

PENERIMAAN TIM

Telah diterima oleh TIM Penguji Skripsi Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, berdasarkan Surat Keputusan/Undangan mneguji ujian skripsi Dekan Fisipol Universitas Muhammadiyah Makassar, Nomor:

0492/FST/A.1-VIII/II/37/2016 sebagai Salah syarat untuk memperoleh gelar sarjana (S1) dalam program studi Ilmu Administrasi Negara di Makassar pada tanggal 23 Februari 2016.

TIM PENILAI,

Ketua Sekretaris

Dr. H. Muhlis Madani, M.Si Drs. H. Muhammad Idris, M.Si

Penguji :

1. Dr. H. Muhammadiah, MM (Ketua) : (………)

2. Dr. Hj Budi Setiawati, M.Si : (………)

3. Dr. Andi Rosdianti Razak, M.si : (………)

4. Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si : (………)

(5)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawahini:

NamaMahasiswa : Henriawan Sah NomorStambuk : 10561 3293 09

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpabantuan dari pihak lain atau telah ditulis/dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Maret 2015 Yang Menyatakan,

Henriawan Sah

(6)

v ABSTRAK

HENRIAWAN SAH. Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Akta Kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone (dibimbing oleh Nuryanti Mustari dan Samsir Rahim).

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sebagai service provider (Penyedia Jasa) bagi masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Namun Masalah yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih amat dipengaruhi oleh hubungan pertemanan, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini tetap marak walaupun telah diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan pelayanan, bukannya diskriminasi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan analisa data yang digunakan adalah Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), Conclusion Drawing/Verification(Kesimpulan dan Verifikasi). Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah observasi, wawancara dan dokumen. Sementara informan yang ditentukan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas, Sekretaris, Staff Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, serta masyarakat penerima layanan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Perilaku Birokrasi dalam Pelayanan Akta Kelahiran belum mengacu pada Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik. a) Bersikap adil, pegawai dalam pelayanan akta kelahiran belum terpenuhi, karena masih adanya pegawai yang melakukan perbedaan perlakuan dan menerima suap dalam pelayanan akta kelahiran, b)Profesional, belum terpenuhi karena masih terlihat adanya masyarakat yang membutuhkan pelayanan dengan meminta kejelasan proses, prosedur, dan biaya pelayanan tapi terkadang tidak dipedulikan, c)Mempergunakan fasilitas pelayanan dengan baik belum terpenuhi karena fasilitas dalam pelayanan yang kurang lengkap dan rusak, d) Perilaku mempergunakan wewenang/Jabatan dengan tepat belum terpenuhi karena karena terlihat adanya keluhan dari masyarakat tentang tugas dan tanggung jawab pegawai yang tidak jelas dan faktor ketidakdisiplinan pegawai yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat penerima layanan. e) Sesuai dengan standar operasional prosedurbelum terpenuhi, terlihat adanya keluhan masyarakat tentang waktu penyelesaian akta kelahiran yang sering terlambat. Adapun faktor pendukungnya yaitu kesadaran pegawai,lingkungan kerja yang kondusif, SDM yang memadai, sedangkan faktor penghambatnya yaitu kurangnya sosialisasitentang mekanisme pengurusan akta kelahiran, b) Kesadaran masyarakat yang masih rendah.

Keyword: Perilaku Birokrasi, Pelayanan Akta Kelahiran

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perilaku Birokrasi dalam Pelayanan Akta Kelahiran di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.”

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M.Pd selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Dr. H. Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar, yang telah mengelola fakultas dengan sebaik-baiknya.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos.,M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

vii

4. Ibu Dr. Nuryanti Mustari, S.IP, M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Samsir Rahim, S.Sos.,M.Si selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta senantiasa memberikan motivasi, arahan dan bimbingannya sehingga selesainya penyusunan skripsi ini.

5 Segenap Dosen Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi ilmunya kepada penulis selama ini.

6. Bapak Drs. Andi Darmawan selaku Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yang telah memberi ijin untuk meneliti beserta seluruh jajarannya yang telah memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis selama proses penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

7. Kedua orang tua tercinta Ayahanda H. Tajang dan Ibunda Hj.Hamatang yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mengarahkan, dan senantiasa mendo’akan serta memberikan bantuan yang tiada ternilai baik moral maupun materi, nasehat serta pengorbanan yang tak terhingga dalam melalui hari demi hari dalam kehidupan ini.

8. Buat saudara-saudaraku tercinta Susianti, Hendra, Hardita, Ikbal dan Sulfiani, yang senantiasa memberikan bantuan yang tiada ternilai baik moral maupun materi kepada penulis.

10. Buat kakak-kakak senior jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas arahan dan bimbingannya selama ini.

11. Buat teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Administrasi Negara angkatan 09, Akhsrullah, S.Sos, St. Marawiyah,S.Sos, Masmal, S.Sos,

(9)

viii

Dzulfikar, S.Sos, Muh. Syahrul Jaya, S.Sos dan segenap teman-teman yang tidak sempat disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaan dan pengertiannya selama ini.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, Maret 2015

Henriawan Sah

(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Penerimaan TIM ... iii

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku Birokrasi ... 7

B. Konsep Pelayanan Publik ... 15

C. Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Publik ... 25

D. Kerangka Pikir ... 26

E. Fokus Penelitian... 28

F. Deskripsi Fokus Penelitian... 28

BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 30

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 30

C. Sumber Data ... 30

D. Informan Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 32

G. Keabsahan Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Obyek Penelitian ... 36

B. Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Akta Kelahiran ... 43

C. Faktor pendukung dan faktor penghambat ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 79

B. Saran ... 81

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(11)

x Daftar Tabel

Tabel 1 Daftar Sarana dan Prasarana di Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bone... ... 56 Tabel 2 Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 72

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan sebagai akibat dari kemajuan yang telah dicapai dalam proses pembangunan sebelumnya dan kemajuan yang pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan yang dapat dirasakan sekarang ini adalah terjadinya perubahan pola pikir masyarakat ke arah yang semakin kritis. Hal itu dimungkinkan, karena semakin hari warga masyarakat semakin cerdas dan semakin memahami hak dan kewajibannya sebagai warga. Kondisi masyarakat yang demikian menuntut hadirnya pemerintah yang mampu memenuhi berbagai tuntutan kebutuhan dalam segala aspek kehidupan mereka, terutama dalam mendapatkan pelayanan yang sebaik-baiknya dari pemerintah. Namun kecenderungan yang terjadi, pelayanan yang seharusnya ditujukan pada masyarakat umum kadang dibalik menjadi pelayanan masyarakat terhadap negara, meskipun negara berdiri sesungguhnya adalah untuk kepentingan masyarakat yang mendirikannya.

Pemerintah sebagai service provider (Penyedia Jasa) bagi masyarakat dituntut untuk memberikan pelayanan yang berkualitas. Apalagi pada era otonomi daerah, kualitas dari pelayanan aparatur pemerintah akan semakin ditantang untuk optimal dan mampu menjawab tuntutan yang semakin tinggi dari masyarakat, baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas pelayanan. Di negara-negara berkembang dapat kita lihat mutu pelayanan publik merupakan masalah yang sering muncul, karena pada negara berkembang umumnya permintaan akan

1

(13)

pelayanan jauh melebihi kemampuan pemerintah untuk memenuhinya sehingga pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat kurang terpenuhi baik dilihat dari segi kualitas maupun kuantitas.

Pelayanan merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi 4 (empat) aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dan diperjelas lagi dalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2003 yang menguraikan pedoman umum penyelenggaraan pelayanan publik.

Pelayanan sebagai proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain secara langsung, merupakan konsep yang senantiasa aktual dalam berbagai aspek kelembagaan. Bukan hanya pada organisasi bisnis, tetapi telah berkembang lebih luas pada tatanan organisasi pemerintah.

Aparat pemerintah belum sepenuhnya memberikan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat, apa yang dilakukan hanyalah bentuk pelayanan yang didasari oleh kewajiban sebagai pekerja pemerintah bukan sebagai abdi masyarakat. Adanya prilaku demikian menyebabkan timbulnya tudingan-tudingan negatif yang dilontarkan oleh berbagai kalangan terhadap aparatur pemerintah, seperti aparat dianggap kurang profesional, berbelit-belit (tidak efisien), disiplin kerja rendah, korupsi, lalai dalam melakukan pengawasan dalam kegiatan bisnis

(14)

besar dalam melibatkan uang negara maupun masyarakat dan lain sebaginya.

Semua itu merupakan bukti atas masih rendahnya kualitas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Semakin kritis masyarakat terhadap tuntutan layanan menunjukkan karakter masyarakat kita dewasa ini yang telah memiliki sikap kemandirian, sikap keterbukaan serta kemampuan masyarakat untuk berdemokrasi, dalam kondisi masyarakat seperti digambarkan di atas, birokrasi harus memberikan pelayanan publik yang lebih profesional, efisien dan efektif dengan menyediakan pegawai negeri yang dimiliki dedikasi dan disiplin tinggi serta loyalitas pengabdian yang penuh pada tugas yang menjadi tanggung jawabnya, dan berorientasi pada pelayanan kepada masyarakat. Bila di mata masyarakat kesan yang muncul tidak demikian, berarti layanan yang diterima selama ini bukanlah produk layanan yang penuh hati atau hanya sekedar melepas kewajiban saja sebagai abdi negara. Hal ini pada akhirnya menimbulkan kontroversi dan keluhan masyarakat, di satu sisi masyarakat berharap banyak pada aparatur pemerintah dengan pelayanannya yang memuaskan, namun di sisi lain kadar pelayanan yang diberikan belum pada porsi tugas yang sebenarnya. Hal ini dapat dilihat di berbagai media massa maupun sudah lazim kita dengar adanya keluhan dan kekecewaan masyarakat atas segala bentuk pelayanan yang disediakan birokrasi pemerintah baik dalam pengurusan listrik, PAM, telepon, KTP, IMB, surat hak milik tanah, Akta Kelahiran dan lain sebagainya.

Selama ini masyarakat beranggapan bahwa pelayanan yang diberikan aparatur pemerintah kepada masyarakat cenderung kurang dan tidak berkualitas.

(15)

Keterbatasan kemampuan birokrasi dalam fungsi pelayanan semakin memperburuk persepsi masyarakat tentang keberadaan pemerintah. Hal ini dapat dilihat banyaknya pengaduan yang diajukan kepada oknum aparatur pemerintah yang memberikan layanan kepada masyarakat.

Keluhan yang sering terdengar dari masyarakat yang berhubungan dengan aparatur pemerintah, diantaranya adalah pelayanan yang berbelit-belit, sering dijumpai pungli dalam pengurusan administrasi, perbedaan pelayanan terhadap golongan. Sangat jauh berbeda dengan pelayanan yang ditawarkan oleh pihak swasta, yaitu swasta tidak membedakan golongan dalam pelayan, pelayanan yang cepat, dan tidak berbelit-belit.

Terkait dengan lokasi penelitian di Kantor Catatan Sipil Kabupaten Bone, dimana salah satu tugas organisasi ini adalah menerbitkan Akta Kelahiran bagi masyarakat Kabupaten Bone. Akta kelahiran adalah akta catatan sipil hasil pencatatan terhadap peristiwa kelahiran seseorang. Akta Kelahiran merupakan hak identitas seseorang sebagai perwujudan Konvensi Hak Anak (KHA) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Akta Kelahiran merupakan simbol pengakuan negara dan orang tua terhadap keberadaan seorang anak, sehingga dengan memiliki akta kelahiran seorang anak akan terjamin hak-haknya, baik terhadap negara maupun orang tuanya. Masalah yang banyak terjadi di lapangan dalam penyelenggaraan pelayanan publik, salah satunya adalah besarnya diskriminasi pelayanan. Penyelenggaraan pelayanan masih amat dipengaruhi oleh hubungan pertemanan, kesamaan afiliasi politik, etnis, dan agama. Fenomena semacam ini tetap marak walaupun telah

(16)

diberlakukan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN yang secara tegas menyatakan keharusan adanya kesamaan pelayanan, bukannya diskriminasi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis sebagai peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Akta Kelahiran Di Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.”

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan, masalah penelitian dapat diidentifikasikan sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku birokrasi dalam pelayanan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone?

2. Faktor-faktor apa yang menjadi pendukung dan penghambat perilaku birokrasi dalam pelayanan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian adalah:

1. Untuk Mengetahui Bagaimana Perilaku Birokrasi dalam Pelayanan Publik di Dinas Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bone

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan penghambat perilaku birokrasi dalam pelayanan publik di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone?

(17)

D. Kegunaan penelitian 1. Kegunaan akademis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu administrasi negara sebagai ilmu terapan

2. Kegunaan praktis

Untuk dapat dijadikan bahan informasi dan dapat menambah wawasan yang lebih luas bagi penulis terutama dalam hal pelayanan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti lain sebagai bahan referensi.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Perilaku Birokrasi 1. Pengertian Perilaku Birokrasi

Perilaku manusia adalah suatu dimensi dalam organisasi yang amat penting yang juga sekaligus merupakan faktor pendukung organisasi. Setiap usaha untuk mengetahui mengapa orang berperilaku seperti yang dilakukan dalam organisasi, memerlukan pemahaman tentang perbedaan individu, pekerjaan, tugas dan penilaian.

Setiap pegawai mempunyai perbedaan dalam banyak hal, seorang pemimpin harus mengetahui bagaimana perbedaan tersebut mempengaruhi perilaku dan prestasi bawahannya. Meskipun terdapat perbedaan seperti yang dikemukakan, di lain pihak lingkungan adalah kunci pemahaman perilaku, sebab perbedaan individu dan lingkungan saling terkait seperti pekerjaan, lingkungan keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan masyarakat.

Individu membawa ke dalam tatanan organisasi kemampuan, kepercayaan pribadi, pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini semua adalah karakteristik yang dimiliki individu, dan karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala ia akan memasuki suatu lingkungan yang baru, yakni organisasi atau lainnya. Organisasi yang juga merupakan suatu lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik pula. Adapun karakteristik yang dimiliki organisasi antaranya keteraturan yang diwujudkan dalam suatu hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem penggajian (reward system),

7

(19)

sistem pengendalian dan sebagainya. Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan terwujudlah perilaku individu dalam organisasi.

Berdasarkan etimologi-nya, kata birokrasi berasal dari kata bureau yang berarti kantor atau meja, krasi yang berasal dari kata kratia yang berarti kekuasaan, jadi maksudnya kekuasaan yang berada pada orang orang yang dibelakang meja. Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia (2008) kata birokrasi artinya sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintahan karena telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan, cara bekerja atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta menurut tata aturan yang banyak liku- likunya. Berdasarkan kehidupan sehari-hari, kita sering mendengar istilah birokrasi. Pada umumnya orang akan memberikan pemahaman bahwa birokrasi dihubungkan dengan kemacetan-kemacetan administrasi atau adanya inefisiensi, pelayanan yang berbelit-belit, dari meja satu ke meja lainnya, yang ujung- ujungnya adalah biaya yang serba mahal (Highcost) pendapat demikian tidak dapat disalahkan sepenuhnya.

Sebenarnya birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang harus dilakukan oleh banyak orang. Birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi yang dimaksudkan untuk mencapai tugas-tugas administrasi yang besar dengan cara mengkoordinir secara sistematis (teratur) pekerjaan dari banyak orang. Dalam suatu rumusan lain dikemukakan bahwa birokrasi adalah

“Tipe organisasi yang di pergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan

(20)

tugas-tugasnya yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah”.

Guna memahami birokrasi lebih jauh lagi, kita bisa memahami birokrasi secara bahasa. Istilah birokrasi yang dalam bahasa Inggris, bureaucracy, berasal dari kata bureau (berarti meja) dan cratein (berarti kekuasaan), artinya kekuasaan berada pada orang-orang yang dibelakang meja.

Sementara itu pendapat Marx dan Tjokroamidjojo dalam Anggara, (2012:392) mengemukakan bahwa birokrasi adalah tipe organisasi yang dipergunakan pemerintahan modern untuk pelaksanaan berbagai tugas yang bersifat spesialisasi, dilaksanakan dalam sistem administrasi yang khususnya oleh aparatur pemerintah. Selanjutnya Mouzelis dan Ismani dalam Anggara, (2012:392) mengemukakan bahwa dalam birokrasi terdapat aturan-aturan yang rasional, struktur organisasi dan proses berdasarkan pengetahuan teknis dan dengan efisiensi dan setinggi-tingginya. Dari pandangan demikian, tidak sedikitpun alasan untuk menganggap birokrasi itu jelek dan tidak efisien.

Osborn dan Plastrik dalam Sinambela, (2010:4), mencirikan pemerintahan (birokrat) sebagaimana diharapkan diatas adalah pemerintahan milik masyarakat, yakni pemerintahan (birokrat) yang mengalihkan wewenang kontrol yang dimilikinya kepada masyarakat. Masyarakat diberdayakan sehingga mampu mengontrol pelayanan yang diberikan birokrasi. Dengan adanya kontrol dari masyarakat pelayanan publik akan lebih baik karena mereka memiliki komitmen, sehingga pelayanan yang diberikan oleh birokrat ditafsirkan sebagai kewajiban bukan hak karena mereka diangkat untuk melayani masyarakat. Oleh karena itu

(21)

harus dibangun komitmen yang kuat untuk memberikan pelayanan yang lebih responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

Sejak awal konsep birokrasi modern yang disampaikan Weber dalam Suhendra, (2006:34) yang dikenal sebagai bapak birokrasi, Weber optimis bahwa birokrasi mengandung hal-hal positif yang dikenal sebagai birokrasi ideal yaitu : 1) Distribusi kegiatan / pembagian tugas melalui cara yang telah ditentukan, ahli

khusus dengan jabatan khusus (spesialisasi)

2) Prinsip birokrasi dalam pengorganisasian kantor setiap jenjang melaksanakan tugas sesuai dengan kewenangan dan dikontrol dengan atasannya.

3) Peraturan perundangan yang jelas konsisten dilaksanakan untuk memberikan kejelasan tanggung jawab dan prosedur kerja.

4) Sine area et studio( formal dan tidak bersifat pribadi, like or dislike).

5) Pembinaan karier yang didasarkan atas senioritas atau prestasi atau gabungan serta memunculkan semangat corps (esprit de corps)

6) Pengalaman mendapat penghargaan disamping prestasi dan jasa.

Perilaku birokrasi adalah pada hakekatnya merupakan hasil interaksi birokrasi sebagai kumpulan individu dengan lingkungannya (Thoha, 2005:138).

Perilaku birokrasi yang menyimpang lebih tepat dipandang sebagai patologi birokrasi atau gejala penyimpangan birokrasi (dysfunction of bureaucracy).

Dalam kaitannya dengan fenomena perilaku birokrasi maka kedudukan, peran dan fungsinya tidak dapat dipisahkan dari individu selaku aparat (pegawai) yang mempunyai persepsi, nilai, motivasi dan pengetahuan dalam rangka melaksanakan fungsi, tugas dan tanggung jawab sosial. Perilaku manusia dalam organisasi

(22)

sangat menentukan pencapaian hasil yang maksimal dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi. Thoha (2005:29) menjelaskan bahwa perilaku manusia adalah fungsi dari interaksi antara individu dengan lingkungannya.

Perilaku seorang individu terbentuk melalui proses interaksi antara individu itu sendiri dengan lingkungannya.

Setiap individu mempunyai karakteristik tersendiri, dan karakteristik tersebut akan dibawanya ketika ia memasuki lingkungan tertentu. Karakteristik ini berupa kemampuan, kepercayaan pribadi, kebutuhan, pengalaman dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan organisasi sebagai lingkungan bagi individu mempunyai karakteristik tertentu, yaitu keteraturan yang diwujudkan dalam susunan hierarki, pekerjaan, tugas, wewenang dan tanggung jawab, sistem imbalan dan sistem pengendalian. Jika karakteristik individu (aparat) dan karakteristik organisasi (birokrasi) berinteraksi, maka terbentuklah perilaku individu (aparat) dalam organisasi (birokrasi).

Menurut Thoha (2002) bahwa karakteristik individual meliputi kemampuan, kebutuhan, kepercayaan, pengalaman, dan pengharapan. Perbedaan karakteristik individu tersebut menyebabkan perbedaan perilaku mereka. Perilaku birokrasi timbul sebagai akibat interaksi antara karakteristik individu dengan karakteristik birokrasi. Karakteristik individual mencakup persepsi, pengambilan keputusan pribadi, pembelajaran dan motivasi (Robbins, 2003:31)..

Perilaku birokrasi di Indonesia berkaitan dengan praktek birokrasi yang dibangun dari proses kesejarahan yang amat panjang, dari warisan kerajaan- kerajaan yang ada sampai pada lamanya masa kolonialisme. Sejarah perjalanan

(23)

birokrasi di Indonesia tidak pernah terlepas dari pengaruh sistem politik yang berlangsung. Apapun sistem politik yang diterapkan selama kurun waktu sejarah pemerintahan di Indonesia, birokrasi tetap memegang peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Baik dalam sistem politik yang sentralistik maupun sistem politik yang demokratis sekalipun, seperti yang diterapkan di Negara-negara maju, keberadaan birokrasi sulit dijauhkan dari aktivitas-aktivitas dan kepentingan-kepentingan politik pemerintah (Dwiyanto, 2008:9). Dengan demikian perilaku birokrasi di Indonesia mereflesikan percampuran atau perpaduan antara karakteristik birokrasi modern yang legal rasional, dengan karakteristik birokrasi yang berakar dalam sejarah. Jadi konsep neo- patrimonialisme memiliki atribut yang bersifat modern dan rasional dalam bentuk institusi birokrasi, tetap juga memperlihatkan atribut yang patrimonial tertanam dalam bentuk pola perilaku.

Faktor kultural dalam masyarakat Indonesia pada umumnya cenderung kondusif untuk mendorong terjadinya perilaku negatif seperti korupsi, dengan adanya nilai atau tradisi pemberian hadiah kepada pejabat. Akar kultural pada masyarakat Indonesia yang nepotis juga memberikan dorongan bagi terjadinya tindak korupsi. Secara struktural, perilaku negatif juga dapat diakibatkan oleh adanya faktor dominanya posisi birokrasi pemerintah dalam penguasaan sebagian besar informasi kebijakan dan pengaturan kegiatan ekonomi (Mas’oed, 2008:30).

Substansi dari persoalan perilaku birokrasi yang korup pada dasarnya merupakan bagian dari bentuk feodalisme yang terus dipelihara oleh sistem birokrasi. Hal ini menciptakan kehidupan birokrasi yang kental dengan upaya

(24)

kooptasi penguasa negara terhadap institusi birokrasi. Apalagi dominasi negara mengerdilkan kekuatan lain dalam masyarakat, yang kemudian menjadikan birokrasi menguasai sebagian besar informasi kebijakan untuk mempengaruhi opini publik.

Pendapat Mas’oed (2008:119) tersebut dalam teori Crouch disebut sebagai bentuk bureaucratic polity, yang ciri-cirinya sebagai berikut: Pertama, lembaga politik yang dominan adalah birokrasi. Kedua, lembaga-lembaga politik lainnya seperti parlemen, partai politik, dan kelompok-kelompok kepentingan berada dalam keadaan lemah, sehingga tidak mampu mengimbangi atau mengontrol kekuatan birokrasi. Ketiga massa diluar birokrasi secara politik dan ekonomis adalah pasif, yang sebagian adalah merupakan kelemahan partai politik dan secara timbal balik menguatkan birokrasi. Analisis ini menjelaskan, bahwa kepentingan penguasa negara yang diwakilkan lewat institusi birokrasi mengalami penguatan bukan hanya karena ketidakberdayaan masyarakat dalam mengontrol birokrasi, tetapi juga karena ketidakmampuan birokrasi sendiri melepaskan diri dari cengkeraman penguasa negara.

Osborne dan Gaebler (2000:19), menyatakan bahwa kegagalan birokrasi pemerintahan dalam kinerja pelayanan yang efektif, responsif dan akuntabel sebenarnya dapat dilihat melalui kegagalan birokrasi dalam mengembangkan sistem pelayanan yang secara tepat.

Hasil analisis dari berbagai literatur yang membahas tentang perilaku birokrasi dalam memberikan pelayanan, menunjukkan bahwa secara umum birokrasi pemerintah masih menggunakan gaya kekerabatan dalam memberikan

(25)

pelayanan kepada masyarakat. Pelayanan birokrasi belum dapat memberikan yang pelayanan memuaskan.(Pasolong, Harbani, 2011).

2. Karakteristik Birokrasi

Karakteristik birokrasi yang umum diacu adalah yang diajukan oleh Max Weber. Menurut Weber, paling tidak terdapat 8 karakteristik birokrasi, yaitu:

1) Organisasi yang disusun secara hirarkis

2) Setiap bagian memiliki wilayah kerja khusus.

3) Pelayanan publik (Civil Servants) terdiri atas orang-orang yang diangkat, bukan dipilih, di mana pengangkatan tersebut didasarkan kepada kualifikasi kemampuan, jenjang pendidikan, atau pengujian (Examination).

4) Seorang pelayan publik menerima gaji pokok berdasarkan posisi.

5) Pekerjaan sekaligus merupakan jenjang karir.

6) Para pejabat/pekerja tidak memiliki sendiri kantor mereka.

7) Setiap pekerja dikontrol dan harus disiplin.

8) Promosi yang ada didasarkan atas penilaiaj atasan (superior's judgments).

Ditinjau secara politik, karakteristik birokrasi menurut Weber hanya menyebut hal-hal yang ideal. Artinya, terkadang pola pengangkatan pegawai di dalam birokrasi yang seharusnya didasarkan atas jenjang pendidikan atau hasil ujian, kerap tidak terlaksana. Ini diakibatkan masih berlangsungnya pola pengangkatan pegawai berdasarkan kepentingan pemerintah.

(26)

B. Konsep Pelayanan Publik

Layanan dapat diartikan sebagai produk dan dapat juga diartikan sebagai cara atau alat yang digunakan oleh provider (penyedia layanan) dalam memasarkan atau mendistribusikan produknya. Jika barang dan jasa dianggap sebagai produk (komoditi), maka perdagangannya dapat disertai dengan layanan sebagai cara atau alat. Yang dimaksud dengan layanan dalam pengertian di atas adalah layanan sebagai produk. Taliziduhu (2000:59)

Kemudian, definisi yang sangat simpel tentang pelayanan antara lain diberikan oleh Ivancevich, Lorenzi, Skinner, dan Crosby dalam Musa (2000 : 448), yaitu pelayanan adalah produk-produk yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan uisaha-usaha manusia dan menggunakan peralatan.

Sedangkan menurut Gronroos dalam Maskur (2001 : 27), pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas

Taliziduhu (2000:65) menegaskan bahwa di Indonesia, pelayanan birokrasi atau pelayanan publik itu yang paling lemah dan terkesan sebagai sarang KKN, dan lebih dari pada itu berperan sebagai pasar politik. Birokrasi memasang

”jebakan” melalui peraturan, lalu menetapkan ”tarif” yang tinggi, sementara warga masyarakat tidak mempunyai bargaining position (posisi tawar menawar) terhadap birokrasi.

Pelayanan publik terdiri dari dua kata, yaitu pelayanan dan publik. Secara sederhana, pelayanan dapat diartikan sebagai usaha melayani kebutuhan orang, sedangkan publik adalah usaha melayani kebutuhan masyarakat atau rakyat.

(27)

Dalam pemerintahan istilah pelayanan publik dikenal dengan istilah pelayanan umum.

Pemerintah pada hakekatnya diperlukan untuk melindungi kepentingan masyarakat dan menyediakan pelayanan publik berupa barang dan jasa publik.

“pemerintah dibentuk bukan untuk melayani dirinya sendiri, tetapi untuk melayani masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreatifitasnya demi mencapai tujuan bersama”. Karenanya birokrasi publik atau aparatur pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan secara baik dan profesional.

Pelayanan publik menurut Sinambela (2008:5) diartikan sebagai berikut setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Lebih lanjut Kurniawan (2005:4) mengartikan pelayanan publik sebagai pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.

Berdasarkan defenisi di atas, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di Pusat, di Daerah. Dan dilingkungan

(28)

badan usaha milik daerah dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan perundang-undangan.

Guna memberikan pelayanan kepada masyarakat, maka pemerintah mengeluarkan suatu ketetapan yang tertuang dalam peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor Per/20/M.PAN/04/2006 tentang pedoman penyusunan standar pelayan publik, yang harus memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip standar pelayanan sebagai acuan dan ukuran yang harus ditaati oleh penyelenggara dan penerima pelayanan meliputi:

1) Konsensus; artinya standar pelayanan yang ditetapkan merupakan komitmen dan hasil kesepakatan bersama antara pimpinan dan staf unit pelayanan dengan memperhatikan sungguh-sungguh kepentingan pihak yang berkepentingan serta mengacu kepada norma atau aturan yang telah ada.

2) Sederhana; artinya standar pelayanan yang ditetapkan memuat aturan-aturan yang bersifat pokok sehingga mudah dipahami dan dilaksanakan, baik oleh petugas pemberi layanan maupun oleh masyarakat.

3) Konkrit; artinya standar pelayanan yang ditetapkan bersifat nyata dan jelas untuk dilaksanakan.

4) Mudah diukur; artinya standar pelayanan yang ditetapkan dapat diukur implementasinya, baik yang bersifat teknis maupun non teknis.

5) Terbuka; artinya standar pelayanan yang ditetapkan bersifat terbuka untuk mendapat saran dan masukan untuk penyempurnaan.

(29)

6) Terjangkau; artinya standar pelayanan dapat dilaksanakan secara baik dan benar, baik oleh petugas pemberi layanan maupun oleh masyarakat yang menerima layanan.

7) Dapat dipertanggungjawabkan; artinya hal-hal yang diatur dalam standar pelayanan dapat dipertanggungjawabkan secara nyata kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

8) Mempunyai batas waktu pencapaian; artinya standar pelayanan dapat memberikan ketetapan waktu bagi pencapaian hal-hal yang telah diatur dalam standar pelayanan.

Menurut Moenir (2008:12), bahwa timbulnya pelayanan dari orang lain kepada seseorang, yang orang lain itu tidak ada kepentingan langsung atas sesuatu yang dilakukannya, merupakan suatu hal yang perlu dikaji sendiri dari segi kemanusiaan. Jika di renungkan lebih dalam akan terlihat bahwa pelayanan timbul karena ada faktor penyebab yang bersifat ideal mendasar dan yang bersifat material. Faktor yang bersifat ideal mendasar ada 3 jenis yaitu : a). adanya rasa cinta dan kasih sayang, b). adanya keyakinan untuk saling tolong menolong sesamanya dan, c). adanya keyakinan bahwa berbuat baik kepada orang lain adalah salah satu bentuk amal saleh. Selanjutnya faktor material adalah organisasi yang menimbulkan hak dan kewajiban, baik kedalam maupun diluar.

Pemberian pelayanan publik oleh aparatur pemerintah kepada masyarakat sebenarnya merupakan implikasi dari fungsi aparat negara sebagai pelayanan masyarakat. Karena itu, kedudukan aparatur pemerintah dalam pelayanan umum (public services) sangat strategis karena akan sangat menentukan sejauhmana

(30)

pemerintah mampu memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat, dengan demikian akan menentukan sejauh mana negara telah menjalankan perannya dengan baik sesuai dengan tujuan pendiriannya.

Sementara itu Moenir (2008:88) menyatakan bahwa dalam pelayanan umum terdapat beberapa faktor pendukung yang penting diantaranya faktor kesadaran para pejabat serta petugas yang berkecimpung dalam pelayanan umum, faktor aturan yang menjadi landasan kerja pelayanan, faktor organisasi yang merupakan alat serta sistem yang memungkinkan berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan, faktor pendapatan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup minimum, faktor keterampilan petugas dan faktor sarana dalam pelaksanaan tugas pelayanan. Keenam faktor itu masing-masing mempunyai peranan berbeda tetapi saling berpengaruh dan secara bersama-sama akan mewujudkan pelaksanaan pelayanan secara baik dan memuaskan.

Menurut Hodges dalam Sutarto, (2002:123) secara etimologis, kata pelayanan berasal dari kata melayani, berarti orang yang pekerjaannya melayani kepentingan dan kemauan orang lain. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik, menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Boediono(2003:59), yang dimaksud dengan pelayanan publik adalah pelayanan yang dilakukan oleh birokrasi atau lembaga lain yang tidak termasuk

(31)

badan usaha swasta, yang tidak berorientasi pada laba (profit). Pelayanan publik dapat diartikan pula sebagai pemenuh keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara Negara. Kurniawan (2009:4) pelayanan publik diartikan, pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Indikator pelayanan publik menurut Sampara (2000) yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Reliability yang ditandai pemberian pelayanan yang tepat dan benar.

2. Tangibles yang ditandai dengan penyediaan yang memadai sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.

3. Responsiveness yang ditandai dengan keinginan melayani konsumen dengan cepat.

4. Assurance yang ditandai tingkat perhatian terhadap etika dan moral dalam memberikan pelayanan.

5. Empaty yang ditandai tingkat kemauan untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan konsumen.

Pelayanan yang sesungguhnya merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang dimaksud untuk memberikan bantuan langsung atau tidak langsung kepada seseorang agar mereka dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.

Oleh sebab itulah pelayanan oleh aparat /pegawai instansi pemerintah terutama yang bergerak di bidang jasa dan berorientasi pada pelayanan publik, wajib melaksanakan pelaksanaan yang baik. Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik

(32)

Nomor 25 Tahun 2009 dalam Pasal 34 menetapkan bahwa pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku sebagai berikut:

1) Adil dan tidak diskriminatif 2) Cermat

3) Santun dan ramah

4) Tegas, andal dan tidak memberikan putusan yang berlarut-larut 5) Profesional

6) Tidak mempersulit

7) Patuh pada perintah atasan yang sah dan wajar

8) Menjunjung tinggi nilai-nilai akuntabilitas dan integritas institusi penyelenggara

9) Tidak membocorkan informasi atau dokumen yang wajib dirahasiakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

10) Terbuka dan mengambil langkah yang tepat untuk menghindari benturan kepentingan

11) Tidak menyalahgunakan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik 12) Tidak memberikan informasi yang salah atau menyesatkan dalam

menanggapi permintaan informasi serta proaktif dalam memenuhi kepentingan masyarakat

13) Tidak menyalahgunakan informasi, jabatan, dan/atau kewenangan yang dimiliki

14) Sesuai dengan kepantasan 15) Tidak menyimpang dari prosedur

(33)

Pelayanan publik yang profesional, artinya pelayanan publik yang dicirikan oleh adanya akuntabilitas dan responsibilitas dari pemberi layanan (aparatur pemerintah). Dengan ciri sebagai berikut:

a. Efektif, lebih mengutamakan pada pencapaian apa yang menjadi tujuan dan sasaran

b. Sederhana, mengandung arti prosedur/tata cara pelayanan diselenggarakan secara mudah, cepat, tepat, tidak berbelit-belit mudah dipahami dan mudah dilaksanakan oleh masyarakat yang meminta pelayanan

c. Kejelasan dan kepastian (transparan), mengandung akan arti adanya kejelasan dan kepastian mengenai :

1) Prosedur tata cara pelayanan

2) Persyaratan pelayanan, baik persyaratan teknis maupun persyaratan administratif

3) Unit kerja dan atau pejabat yang berwewenang dan tanggung jawab dalam memberikan pelayanan

4) Rincian biaya/tarif pelayanan dan tata cara pembayaran 5) Jadwal waktu penyelesaian pelayanan

d. Keterbukaan, mengandung arti prosedur/tata cara persyaratan, satuan kerja/pejabat penanggung jawab pemberi pelayanan, waktu penyelesaian, rincian waktu/tarif seta hal-hal yang berkaitan dengan proses pelayanan wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta

e. Efisiensi mengandung arti:

(34)

1) Persyaratan pelayanan hanya dibatasi pada hal-hal berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan yang berkaitan.

2) Dicegah adanya pengulangan pemenuhan persyaratan, dalam hal proses pelayanan masyarakat yang bersangkutan mempersyaratkan adanya kelengkapan persyaratan dari satuan kerja/instansi pemerintah lain yang terkait.

3) Ketetapan waktu, kriteria ini mengandung arti pelaksanaan pelayanan masyarakat dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan 4) Responsif, lebih mengarah pada daya tanggap dan cepat menanggapi apa

yang menjadi masalah, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang dilayani.

5) Adaptif, cepat menyesuaikan terhadap apa yang menjadi tuntutan, keinginan dan aspirasi masyarakat yang dilayani yang senantiasa mengalami tumbuh kembang.

Selain itu, dalam kondisi masyarakat yang semakin kritis diatas, birokrasi publik dituntut harus dapat mengubah posisi dan peran (revitalisasi) dalam memberikan pelayanan publik. Dari yang suka mengatur memerintah berubah menjadi suka melayani, dari yang suka menggunakan pendekatan kekuasaan, berubah menjadi suka menolong menuju kearah yang fleksibel kolaboratis dan dialogis dan dari cara-cara yang sloganis menuju cara-cara kerja yang realistik pragmatis. Dengan revitalitas birokrasi publik (terutama aparatur pemerintah) ini, pelayanan publik yang lebih baik dan profesional dalam menjalankan apa yang menjadi tugas dan kewenangan yang diberikan kepadanya dapat terwujud.

(35)

Sehubungan dalam hal ini yang menjadi tujuan pelayanan publik pada umumnya adalah bagaimana mempersiapkan pelayanan publik tersebut yang dikehendaki atau dibutuhkan oleh publik, dan bagaimana menyatakan dengan tepat kepada publik mengenai pilihannya dan cara mengaksesnya yang direncanakan dan disediakan oleh pemerintah.

Kemudian, untuk tujuan tersebut diperinci sebagai berikut:

1) Menentukan pelayanan publik yang disediakan, apa saja macamnya 2) Memperlakukan pengguna pelayanan, sebagai customers

3) Berusaha memuaskan pengguna pelayanan, sesuai dengan yang diinginkan mereka

4) Mencari cara penyampaian pelayanan yang paling baik dan berkualitas 5) Menyediakan cara-cara, bila pengguna pelayanan tidak ada pilihan lain.

Berangkat dari persoalan pertanyaan kepuasan masyarakat terhadap apa yang diberikan oleh pelayan dalam hal ini yaitu administrasi publik adalah pemerintah itu sendiri dengan apa yang mereka inginkan, maksudnya yaitu sejauhmana publik berharap apa yang akhirnya diterima mereka. Dengan demikian dilakukan penilaian tentang sama tidaknya antara harapan dengan kenyataan, apabila tidak sama maka pemerintah diharapkan dapat mengoreksi keadaan agar lebih teliti untuk peningkatan kualitas pelayanan publik.

Selanjutnya dipertanyakan apakah terhadap kehendak masyarakat, seperti ketentuan biaya yang tepat, waktu yang diperhitungkan dan mutu yang dituntut masyarakat lebih dapat dipenuhi. Andaikata tidak dipenuhi, pemerintah diharapkan mengoreksi keadaan, sedangkan apabila dipenuhi dilanjutkan pada

(36)

pertanyaan berikutnya, tentang bagaimana informasi yang diterima masyarakat berkenaan dengan situasi dan kondisi, serta aturan yang melengkapinya.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa instansi pemerintah yang berorientasi kepada pelayanan umum harus memberikan pelayan prima kepada yang dilayani. Artinya, pelayanan yang berkualitas adalah suatu tanggung jawab (kewajiban) pihak pemberi pelayanan dan merupakan hak dari pihak penerima pelayanan. Obyek yang dilayani adalah masyarakat yang terdiri dari individu, golongan dan organisasi (kelompok orang anggota organisasi).

C. Konsep Perilaku Birokrasi Dalam Pelayanan Publik

Berdasarkan pengertian dan pandangan oleh beberapa ahli, bahwa aparat adalah merupakan individu-individu sebagai pegawai negeri yang bekerja dan mengabdi pada suatu unit organisasi yang berfungsi sebagai pelayanan masyarakat. Maka individu-individu sebagai pelaku-pelaku didalam birokrasi kiranya memiliki perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan pola atau karakteristik yang dimiliki organisasi birokrasi untuk mencapai suatu tujuan.

Birokrasi yang dimaksudkan disini adalah birokrasi pemerintah, sehingga yang akan difokuskan dalam pembahasan ini adalah perilaku birokrasi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. yaitu bentuk perilaku yang diperlihatkan individu-individu yang bersangkutan dalam menjalankan birokrasi dalam hal ini yakni aparat pemerintah, yang ditentukan oleh sejauh mana interaksi antara aparat pemerintah dengan organisasi tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh

(37)

Miftah Thoha bahwa “perilaku aparat adalah suatu fungsi dari interaksi antara seorang individu dengan lingkungannya.

Guna memahami perilaku aparat sebaiknya diketahui lebih dahulu individu-individu sebagai pendukung organisasi tersebut. Kita menyadari bahwa aparat itu adalah individu-individu sebagai aparat pemerintah, abdi negara dan abdi masyarakat. Seorang administrator adalah seorang abdi (servant) bukan sebagai seorang tuan (master). Ada kecenderungan bahwa abdi masyarakat dibalikkan menjadi masyarakat menjadi abdi negara.

Jika memahami peranan birokrasi maka tugas-tugas yang dibebankan kepada aparat akan lebih tertib, sehingga tidak akan terjadi penyimpangan atau penyelewengan. Dalam pemerintahan di Indonesia, aparat birokrasi diharapkan mampu bersikap netral dan objektif dalam dan melaksanakan tugas-tugas sebagai instrumen (aparatur) birokrasi dapat bersifat apolitis dan sepenuhnya menjadi kepentingan umum (public interest) yang bersifat langsung dan secara eksplisit ditetapkan konstitusi

D. Kerangka Pikir

Berdasarkan Kepmenpan Nomor 63 tahun 2004 tentang standar pelayanan, terdapat 6 (enam) indikator dalam menilai standar pelayanan, yaitu prosedur pelayanan, waktu penyelesaian, biaya pelayanan, produk pelayanan, sarana dan prasarana serta kompetisi petugas. Pelayanan yang sesungguhnya merupakan suatu tindakan atau kegiatan yang dimaksud untuk memberikan bantuan langsung atau tidak langsung kepada seseorang agar mereka dapat lebih mudah memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Oleh sebab itulah pelayanan oleh aparat /pegawai

(38)

instansi pemerintah terutama yang bergerak di bidang jasa dan berorientasi pada pelayanan publik, wajib melaksanakan pelaksanaan yang baik.

Menurut Undang-Undang Pelayanan Publik Nomor 25 Tahun 2009 dalam Pasal 34 menetapkan bahwa pelaksana dalam menyelenggarakan pelayanan publik harus berperilaku Adil, Profesional, Menggunakan fasilitas pelayanan dengan baik, Menggunakan jabatan atau kewenangan dengan tepat, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur

Bagan Kerangka Pikir

Perilaku Birokrasi dalam

pelayanan Akta Kelahiran

1. Bersikap Adil 2. Profesional

3. Menggunakan Fasilitas Pelayanan dengan baik 4. Menggunakan

jabatan/kewenangan dengan tepat

5. Sesuai dengan SOP

Faktor Penghambat:

1. Kurangnya Sosialisasi 2. Kesadaran masyarakat

yang rendah

Kepuasan Masyarakat

kepada pelayanan Akta

Kelahiran Faktor Pendukung:

1. Kesadaran Pegawai

2. Lingkungan Kerja yang Kondusif 3. SDM yang memadai

(39)

E. Fokus Penelitian

Pembatasan fokus penelitian sangat penting dan berkaitan erat dengan masalah maupun data yang dikumpulkan, dimana fokus merupakan pecahan dari masalah. Agar penelitian ini lebih terarah dan mudah dalam pencarian data, maka fokus penelitiannya adalah perilaku birokrasi dalam pelayanan publik.

F. Deskripsi Fokus

1. Perilaku birokrasi dalam pelayanan Akta kelahiran yaitu kepribadian, sikap maupun persepsi aparat pemerintah dalam memberikan pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

2. Bersikap adil yaitu perilaku atau sikap dari aparat yang memberikan perlakuan yang sama kepada masyarakat tanpa membedakan suku, agama, etnis, pangkat, jabatan, dan serta menhgindari terjadinya suap dalam pemberian pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

3. Bersikap Profesional yaitu sikap transparan, konkrit, sederhana, transparan, terampil dan ahli, menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, dan memberikan pelayanan tanpa diskriminasi oleh aparat dalam pemberian pelayanan Akta Kelahiran kepada masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone

4. Menggunakan fasilitas pelayanan publik dengan baik yaitu dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, kenyamanan fasilitas pelayanan maka sikap aparat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone tidak

(40)

menyalahgunakan fasilitas pelayanan akta kelahiran untuk kepentingan pribadi,

5. Menggunakan jabatan/kewenangan dengan tepat yaitu adanya kejelasan tugas dan tanggung jawab pegawai, kedisiplinan pegawai Dinas Kependudukan dan Sipil Kabupaten Bone sehingga tidak menyalahgunakan jabatan/kewenangan untuk kepentingan pribadi.

6. Sesuai dengan Standar Operasional Prosedur yaitu kesederhanaan prosedur pelayanan, kejelasan prosedur pelayanan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yang selalu mengikuti prosedur dalam memberikan pelayanan akta kelahiran kepada masyarakat.

7. Faktor-Faktor yang mempengaruhi merupakan faktor-faktor yang dapat memberi kemudahan atau menjadi pendukung dalam pelayanan akta kelahiran di kantor Dinas Kependudukan dan Catatan sipil yaitu faktor kesadaran pegawai akan tanggung jawab, lingkungan kerja yang kondusif,dan sumber daya manusia yang memadai, sedangkan yang menjadi kendala atau penghambat dalam pelaksanaan pelayanan akta kelahiran di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yaitu faktor kurangnya sosialisasi terkait mekanisme pengurusan akta kelahiran dan kesadaran masyarakat yang rendah.

(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini adalah kurang lebih 2 (Dua) bulan dan bertempat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena banyaknya keluhan dari masyarakat Kabupaten Bone tentang sikap aparat yang kurang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Data kualitatif adalah data yang berhubungan dengan kategorisasi, karakteristik berwujud pernyataan atau berupa kata-kata.

2. Tipe penelitian adalah deskriptif yang berupa menggambarkan secara umum tentang fakta yang berhubungan dengan budaya organisasi dalam pelayanan publik. Hal tersebut dilakukan dengan memahami gejala-gejala yang diteliti serta menganalisa apa yang didengar, mempelajari proses penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari proses tersebut berdasarkan konteks ruang dan waktu serta situasi secara alami.

C. SumberData

Sumber data berasal dari dua data primer dan data sekunder:

30

(42)

1. Data primer diperoleh secara langsung melalui kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh pegawai selama waktu kerja dan hasil kegiatan wawancara.

2. Data sekunder diperoleh dari data kepegawaian berupa tugas pokok dan fungsi, rincian tugas dan rincian kegiatan dari Dinas Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bone, juga dokumen-dokumen tertulis lainnya.

D. InformanPenelitian

Adapun teknik penentuan informan yang akan diwawancarai yaitu sebanyak 7 orang :

1. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sebanyak 1 orang

2. Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sebanyak 1 orang

3. Kepala Bidang Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sebanyak 1 orang

4. Kepala Sub Bagian Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone sebanyak 1 orang

5. Masyarakat penerima layanan di Kabupaten Bone sebanyak 3 orang E. Teknikpengumpulandata

1. Observasi

Dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh melalui wawancara dan pengisian formulir, artinya pengamatan langsung dilakukan untuk

(43)

mengetahui kepastian antara data yang diperoleh melalui wawancara dan formulir isian dengan fakta pelaksanaan di lapangan.

2. Wawancara

Peneliti melakukan interview atau tanya jawab kepada informan mengenai hal-hal yang akan diteliti. Pada penelitian ini wawancara akan menggunakan pedoman wawancara tanpa menentukan urutan pertanyaan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen atau catatan-catatan resmi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data yang dikumpulkan dengan teknik ini merupakan data sekunder, baik berupa laporan maupun berupa gambar.

F. TeknikAnalisaData

Proses analisa data dilakukan pada waktu bersamaan dengan proses pengumpulan data berlangsung. Analisa data dilakukan melalui tiga alur, yakni:

a) Reduksi Data

Pada tahap ini dilakukan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, pengabstraksian data dari catatan lapangan (Field note). Proses ini berlangsung sepanjang penelitian yang dilakukan sekitar sebulan, dimulai dengan membuat singkatan, kategorisasi, memusatkan tema, menentukan batas-batas permasalahan dan menulis memo. Proses reduksi ini berlangsung terus sampai laporan akhir penelitian ini selesai ditulis. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat

(44)

fokus, membuang hal yang tidak penting dan mengatur sedemikian rupa sampai kesimpulan akhir didapatkan.

b) Sajian Data

Sajian data adalah suatu susunan informasi yang memungkinkan kesimpulan peneliti dapat dilakukan. Dengan melihat sajian data, penulis mencoba lebih memahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan untuk mengerjakan sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

Sajian data yang baik dan jelas sistematikanya tentunya akan banyak membantu. Sajian data meliputi deskripsi, matriks, gambar/skema, dan tabel yang diperoleh dari berbagai instansi dimana penelitian ini berlangsung.

Kesemuanya itu dirancang guna merakit informasi secara teratur supaya mudah dilihat dan dimengerti dalam bentuk yang kompak.

c) Penarikan Kesimpulan

Dari awal pengumpulan data, peneliti sudah mencoba memahami apa arti dari berbagai hal yang ditemui dengan mulai melakukan pencatatan pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebab-akibat dan berbagai proposisi. Hal itu diverifikasi dengan temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan kesimpulan akhir.

G. KeabsahanData

Menurut Sugiyono (2009:366), teknik pengumpulan data triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Menurut Sugiyono (2009:368) ada tiga macam triangulasi yaitu :

(45)

1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti membandingkan dengan cara mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda. Misalnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara, membandingkan antara apa yang dikatakan umum dengan yang dikatakan secara pribadi, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang ada.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangannya berbeda- beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpul dengan teknik wawancara di pagi hari pada saat Narasumber masih segar, belum banyak masalah akan memberikan data yang lebih valid sehingga lebih kredibel. Untuk itu, dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji

(46)

menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga ditemukan kepastian datanya. Triangulasi dapat juga dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

(47)

BAB 1V

PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Obyek Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kabupaten Bone sebagai salah satu daerah yang berada dipesisir Timur Sulawesi Selatan memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di Kawasan Timur Indonesia, yang secara administratif terdiri dari 27 Kecamatan, 333 Desa dan 39 Kelurahan, yang letaknya 174 km kearah timur Kota Makassar, berada pada posisi 4° 13’- 506’ Lintang Selatan dan antara 119° 42’-120° 30’

Bujur Timur dan Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km2. Sedangkan Jumlah penduduknya sebanyak 655.091 jiwa terdiri dari : pria 308.433 jiwa dan wanita 346.658 jiwa dengan kepadatan rata-rata 140 jiwa/km2.

2. Batas Wilayah

a. Sebelah Utara Kabupaten Bone dan Kabupaten Soppeng b. Sebelah Selatan berbatasan Kabupaten Sinjai dan Gowa c. Sebelah Timur berbatasan Teluk Bone.

d. Sebelah Barat berbatasan Kabupaten Maros, Pangkep, dan Bone.

3. Visi dan Misi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone Visi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone yaitu: “ TERBENTUKNYA PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN YANG PRIMA”.Visi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dapat diuraikan secara ringkas seperti berikut ini, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2008 tentang Administrasi Kependudukan, pengertian dari:

36

(48)

a. Pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan pihak yang dilayani (pelanggan).

b. Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan pendataan dan penertiban dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi dan administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

c. Pelayanan prima adalah pelayanan yang sangat baik dan atau pelayanan yang terbaik yang sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku yang mampu atau dapat memuaskan pihak yang dilayani (pelanggan) yang dilaksanakan oleh instansi yang memberikan pelayanan.

Misi guna visi tersebut, terdapat misi yang harus dilaksanakan yaitu:

a. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya kepemilikan dokumen penduduk menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006.

b. Meningkatkan pelayanan administrasi kependudukan yang prima kepada masyarakat.

c. Meningkatkan kemampuan/keahlian sumber daya aparatur.

Guna mewujudkan visi dan misi tersebut, terdapat tujuan misi yang harus dicapai yaitu, “Terwujudnya kepuasan masyarakat dalam pengurusan dan pembuatan dokumen penduduk”, dengan Motto: “Kami melayani bukan dilayani”.Berdasarkan tujuan misi dan motto tersebut di atas maka Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone berusaha seoptimal mungkin untuk memberikan kulitas pelayanan kepada masyarakat dengan menetapkan

(49)

Surat Keputusan Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone nomor 474-026/DKC/I/2001 Tahun 2001 tentang standar pelayanan publik Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

4. Susunan Organisasi

Untuk pelaksanaan tugas dan fungsinya, susunan organisasi Dinas Kependudukan dan dan Catatan Sipil terdiri dari :

a. Kepala Dinas b. Sekretariat:

1) Sub bagian Umum

2) Sub bagian keuangan dan perlengkapan 3) Sub bagian kepegawaian

c. Bidang Administrasi Kependudukan terdiri dari : 1) Seksi Pendaftaran Administrasi Penduduk 2) Seksi Mutasi Administrasi Penduduk;

3) Seksi Pelaporan Penduduk;

d. Bidang Pencatatan Sipil terdiri dari : 1) Seksi Kelahiran dan Kematian 2) Seksi Perkawinan dan Perceraian

3) Seksi Pengangkatan anak, Pengesahan Anak dan Pengakuan Anak;

e. Bidang Bina Program terdiri dari 1) Seksi Perencanaan

2) Seksi Penyuluhan

3) Seksi Pengawasan, Pengendalian dan Evaluasi Data;

(50)

f. Bidang Data dan Informasi terdiri dari : 1) Seksi Penyimpanan dan Perubahan 2) Seksi Informasi Data

3) Seksi Pendataan Penduduk

5. Tugas Pokok Dan Fungsi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bone.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Bone Nomor 3 Pasal 13 Tahun 2008 tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Bone mempunyai tugas yaitu untuk Melaksanakan kewenangan otonomi daerah di bidang kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bone.

Adapun fungsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone adalah:

a. Kepala Dinas 1) Tugas Pokok

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Dinas, mempunyai tugas memimpin Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bone dalam hal melaksanakan urusan kependudukan, pencatatan sipil dan penyelenggaraan pelayanan sesuai bidang tugasnya.

2) Fungsi

Dalam menyelenggarakan tugas, Kepala Dinas mempunyai fungsi : 1) Perumusan kebijakan Dinas

2) Penyusunan rencana strategik dinas

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan dinas

(51)

b. Sekretariat a. Tugas Pokok

Sekretariat dimpimpin oleh seorang Sekretaris, mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi ketatalaksanaan, surat menyurat, meliputi Sub Bagian Penyusunan Program, Sub bagian Keuangan dan Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

b. Fungsi Sekretaris Dinas :

1) Penyusunan kebijakan teknis administrasi, penyusunan program administrasi keuangan, administrasi umum dan kepegawaian;

2) Penyelenggaraan kebijakan administrasi penyusunan program, administrasi keuangan, administrasi umum dan kepegawaian.

3) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian, pengawasan program dan kegiatan sub-sub bagian.

4) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan sub-sub bagian.

c. Bidang Pendaftaran Penduduk 1) Tugas Pokok

Bidang Pendaftaran Penduduk dipimpin oleh Kepala Bidang, mempunyai tugas merencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/mengecek, dan membuat laporan tugas Bidang Pendaftaran Penduduk

2) Fungsi Kepala Bidang

a) Penyusunan program dan kegiatan bidang,

(52)

b) Pelaksanaan evaluasi program dan kegiatan staf dalm lingkup Bidang Pendaftaran Penduduk.

d. Bidang Catatan Sipil 1) Tugas Pokok

Bidang Catatan Sipil dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan pencatatan Sipil, menyusun rencana kegiatan, program-program di bidang pencatatan sipil sesuai skala prioritas untuk dijadikan acuan pelaksanaan tugas dalam meningkatkan pola maksimal.

2) Fungsi Kepala Bidang

a) Penyusunan kebijakan teknis Bidang Pencatatan Sipil

b) Penyelenggaraan program dan kegiatan bidang pencatatan Sipil c) Pembinaan, pengkoordinasian, pengendalian dan pengawasan

program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat non stuktural dalam lingkup bidang pencatatan sipil.

d) Penyelenggaraan evaluasi program dan kegiatan kepala seksi dan pejabat non stuktural dalam lingkup Bidang Pencatatan Sipil.

e. Bidang Penyuluhan, Pengawasan, Pengusutan dan Dokumen 1) Tugas Pokok

Bidang Penyuluhan, Pengawasan, Pengusutan dan Dokumen dipimpin oleh seorang Kepala Bidang, mempunyai tugas merencanakan kegiatan, memberi petunjuk, memberi tugas, membimbing, memeriksa/mengecek,

Gambar

Tabel  1  Daftar  Sarana dan Prasarana di Dinas Kependudukan
Tabel 1 Daftar Sarana Prasarana Kantor Dinas Kependudukan dan  Catatan Sipil Kabupaten Bone
Tabel  2  Keadaan Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan fenomena bahwa masih ada masyarakat yang belum memiliki akta kelahiran dan membludaknya jumlah pemohon di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya.

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN..

Wawancara di atas menunjukkan bahwa fasilitas fisik yang tersedia di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pontianak sudah cukup baik karena telah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan penerbitan Akta Kelahiran di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Samarinda, yaitu dari Prosedur Pelayanan berdasarkan

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan, maka dapat disimpulkan bahwa seluruh pegawai di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Luwu bertanggungjawab

Dari data di atas menunjukkan bahwa kualitas pelayanan pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Makassar khususnya dalam pelayanan Akta Kelahiran sudah berjalan

Pada penelitian kali ini, peneliti ingin mengetahui kualitas pelayanan administrasi akta perkawinan di Kantor Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Pemerintah Kota Surabaya

Dari berbagai pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil tersebut salah satunya adalah pelayanan terhadap kelahiran yaitu pembuatan akta kelahiran yang mana