• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum dapat disebut sebagai kumpulan dari pedoman dan norma yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Hukum dapat disebut sebagai kumpulan dari pedoman dan norma yang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Hukum dapat disebut sebagai kumpulan dari pedoman dan norma yang berlaku dalam masyarakat, sebagaimana dijelaskan oleh Marcus Tullius Cicero yang merupakan ahli hukum dan ahli politik berasal dari Roma yang menjelaskan salah satu asas yaitu Ubi Societa, Ibi Ius asas tersebut mengandung arti bahwasanya dimana ada masyarakat, di situ ada hukum.1 Berkaca dari keiinginan yang diinginkan dari ilmu filsafat yang dijelaskan oleh beberapa pendiri dari kenegaraan yang mana dijelaskan dalam konsep

“Indonesia adalah negara hukum”, hal tersebut dapat diartikan bahwasanya hubungan kekuasaan dan hukum yang di jabarkan bahwa kekuasaan haruslah tunduk pada hukum agar tercapai kestabilan politik didalam masyarakat.

Sesuai dengan negara hukum itu sendiri yang dijelaskan bahwa hukum adalah tiang utama dalam menggerakkan poin pokok dalam kehidupan bermasyarakat yang berbangsa serta bernegara.

Dari beberapa bentuk ciri utama dari suatu negara hukum terlihat pada kecenderungan untuk memproses kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat atas dasar peraturan hukum yang berlaku. Pembahasan tentang hukum tentunya pasti berhubungan mengenai problematika penegakan hukum (law enforcement) dalam bentuk pengertian dasar yang juga dijelaskan sebagai

1 http://www.academia.edu/2479524/Ubi_Societas_Ibi_Ius, Eka Sjarief, Ubi Societa Ibi Ius, hlm.1, Diakses Pada tanggal 5 september 2014

(2)

penegakan keadilan. Jika disederhanakan, maka akan terarah pada aparat penegak hukum itu sendiri, dimana mereka tentunya sangat berperan dalam proses penerapan dan penegakan hukum dan keadilan. Secara sederhana, aparat penegak hukum merupakan personel yang terlibat dalam aktualisasi penegakan hukum di negara hukum itu sendiri.

Dalam karya tulis ini, penulis memfokuskan membahas aparat penegak hukum POLRI. Sebagaimana telah diketahui bahwasanya POLRI mengemban tugas yang luas, kompleks dan rumit. Sebagai penegak hukum mereka mempunyai posisi yang penting. POLRI adalah komandan dalam melaksanakan amanat undang-undang menegakkan ketertiban, dan keamanan masyarakat. Sebagai pelaksana undang-undang, polisi mempunyai fungsi yang unik dan rumit karena dalam menjalankan tugas di tengah masyarakat, maka dari itu aparat penegak hukum khususnya polri harus benar benar mandiri dan melakukan tugas dan fungsinya secara benar khususnya penyelidikan dan penyidikan.

Secara dasar tugas Polri dapat dikategorikan menjadi dua, yang pertama adalah penegakan hukum itu sendiri, dan yang kedua adalah menstabilkan memelihara ketertiban di Indonesia. Dalam menjalankan peran tersebut mengandung pengertian represif atau serikali dijabarkan sebagai tugas yang dibatasi oleh Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Sedangkan tugas mengayomi tersebut dapat diartikan bahwa tugas yang luas tanpa batas. Dalam artian polisi dapat menjalankan tugasnya secara bebas namun dengan mempertimbangkan keamanan dan tidak melanggar hukum. Dengan

(3)

pertimbangan bahwasanya Indonesia adalah negara kesatuan dengan perkembangan semakin meningkat, maka dari itu hal tersebut berorientasi kepada masyarakat yang diayominya.

Dalam hal ini penulis mengutip pendapat Djisman Samosir yang menjelaskan bahwasanya proses penyidikan meruapakan tindakan penegakan hukum yang disertai dengan pembatasan. Sehingga menurut beliau, proses penegakan hak masyarakat tersebut dimaksudkan untuk mengembalikan problematika keseimbangan baik secara individu maupun kepentingan umum itu sendiri. Hal tersebut dilakukan agar ketertiban dan keamanan yang dicita- citakan dapat tercapai dan terpelihara. Dalam hal ini, proses penyidikan tindak pidana dapat juga diartikan dari suatu bagian dari penegakan hukum pidana itu sendiri. Maka dari hal itu, proses penegakan tersebut harus dilakukan dengan berpacuan dengan undang-undang yang berlaku.2

Sejalan daripada itu, dalam buku Hukum Acara Pidana Indonesia karangan Andi Hamzah diartikan bahwa dalam proses penyelesaian tindak pidana tersebut harus diselidiki dan di selesaikan dengan detail sesuai dengan sistem peradilan pidana itu sendiri. Proses penyelesaian tindak pidana tersebut tak terlepas dari proses penyidikan yang merupakan langkah pertama dalam penyelesaian tindak pidana. Maka dari hal itu, proses penyidikan harus benar-

2 Mahrizal Afriado,2016.Pelaksanaan Penyelidikan dan Penyidikan Perkara Pidana Oleh Kepolisian Terhadap Laporan Masyarakat Di Polisi Sektor Lima Puluh.Vol.III. No.2.JOM Fakultas Hukum.

(4)

benar dilakukan seteliti mungkin agar tercapai proses penyelesaian pidana yang objektif tanpa adanya kelalaian.3

Kompolnas adalah lembaga kepolisian nasional di Indonesia yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 17 tahun 2011. Tugasnya membantu Presiden dalam menetapkan arah kebijakan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan memberikan pertimbangan kepada Presiden dalam pengangkatan dan pemberhentian Kapolri. Kompolnas mengusulkan pencabutan tugas polsek itu sendiri sebagai penyelidikan dan penyidikan.

Tugas utama polsek kemudian adalah membangun keamanan dan ketertiban masyarakat. Jika terjadi persoalan, misalnya, pendekatan kekeluargaan dan perdamaian mesti dikedepankan. Adapun kasus pidana akan ditangani jajaran yang lebih tinggi di kepolisian, yaitu kepolisian resor. Maka dari itu seharusnya polsek lebih mengedepankan restorative justice dalam penyelesaian perkara ringan di tiap kecamatan. Hal tersebut bertujuan untuk menangani tindak pidana ringan yang berada di teritorial polsek. Dengan diterapkannnya restorative justice dapat mendukung tercapainya asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Menkopolhukam Mahfud MD juga memberikan usul untuk mencabut tugas polsek dalam proses penyidikan, usulan tersebut di aminkan oleh

3 Mukhils R.2010.Pergeseran Kedudukan Dan Tugas Penyidik Polri Dengan Pekembangan Delik- Delik Diluar KUHP.Pekanbaru.Jurnal Ilmu Hukum.Vol.III No.1.

(5)

beberapa pihak yang terkait dengan beberapa catatan dalam usulan tersebut.

Dalam pendapatanya tersebut menyatakan bahwa polsek dikatakan seringkali mencari-cari perkara, karena polsek cenderung menggunakan sistem target dalam perkara tersebut.4

Proses pidana dalam polsek perlu ditinjau, karena pada dasarnya tugas polsek adalah menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pemberian perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, serta tugas Polri dalam daerah hukumnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. Hal tersebut telah dijelaskan dalam PERKAPOLRI Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor.5

Pada prakteknya menurut Menkopolhukam Mahfud MD, polsek dalam mengerjakan kinerjanya selalu dilihat dari banyaknya kasus/perkara yang berhasil dituntaskan, hal itulah yang dapat menyebabkan polsek cenderung selalu mencari kasus yang ada dimasyarakat untuk tujuan dipidanakan.

Realitnya secara dasar tidak seharusnya keseluruhan permasalahan hukum harus diatasi dengan jalur litigasi pidana, namun semestinya bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Sehingga tugas polsek yang dijelaskan dalam perkapolri tersebut tidak sesuai dengan realitanya. Permasalahan tersebut dapat

4 Adi Briantika, Apa Pentingnya Usul Mahfud Menghapus Penyidikan di Tingkat Polsek, Diakses dari https://tirto.id/apa-pentingnya-usul-mahfud-menghapus-penyidikan-di-tingkat-polsek-eAel, Pada tanggal 11 Desember 2020

5 PERKAPOLRI, Nomor 23 Tahun 2010, Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort Dan Kepolisian Sektor

(6)

membutuhkan waktu yang lama, pembekakan anggaran dan biaya dalam kepolisian. Tentunya hal tersebut akan bertentangan dengan asas hukum acara pidana yaitu asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan menurut KUHAP.6

Sejalan dari permasalahan diatas, menurut pendapat Hans Kelsen yang penulis kutip, apabila membahas mengenai efektifitas hukum tersebut, haruslah juga dibahas mengenai Validitas hukum. Karena pada dasarnya validitas hukum diartikan sebagai norma-norma hukum tersebut mengikat, dalam hal ini orang haruslah menerapkan dan mentaati norma hukum yang berlaku, selanjutnya bahwasanya orang harusla menerapkan dan mentaati norma hukum yang berlaku.7 Namun terkait pembahasan yang penulis angkat yaitu terkait penyelidikan dan penyidikan maka seharusnya mengedepankan efektifitas prosedur, sehingga bentuk administrasi dan lain sebagainya bisa berjalan se-efektif mungkin. Dan untuk mencapai efektifitas prosedur tersebut, Polri harus memerhatikan bentuk daripada asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan agar perkara yang sedang ditangani tidak terbelit-belit dan lama sehingga menyebabkan pembengkakan anggaran.

Dalam hal ini yaitu KUHAP apabila dikaitkan dengan proses peradilan yang termasuk interpretasi di dalam Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman yaitu adalah UU No. 48 Tahun 2009 Pasal 2 ayat (4) tentang Kekuasaan Kehakiman menyebutkan bahwasanya dalam peradilan itu sendiri harus

6 Rakhmat Nur Hakim, Mahfud Minta Polsek Tonjolkan Restorative Justice, Tak Usah Cari-cari Perkara, Diakses dari https://kompolnas.go.id/mahfud-minta-polsek-tonjolkan-restorative-justice- tak-usah-cari-cari-perkara, Pada tanggal 19 Februari 2020

7 Sabian Usman, Dasar-Dasar Sosiologi (Yogyakarta:Pustaka Belajar, 2009), hlm 12.

(7)

dilakukan dengan metode yang cepat, sederhana, dan biaya ringan. Selain itu, dalam asas tersebut haruslah menghendaki agar proses pelaksanaan penegakan hukum di Indonesia berpacuan pada Asas Peradilan Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan untuk memberikan perlindungan serta kepastian hukum bagi para pencari keadilan yang menjalani proses peradilan di Indonesia.8 Maka dari itu, seharusnya Polri dapat memerhatikan keberadaan daripada asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan tersebut dalam melakukan penyelidikan dan penyidikan.

Dalam Asas tersebut bertujuan agar dalam proses penyelesaian perkara dapat diatasi dalam waktu yang singkat, sehingga tidak perlu memakan waktu yang lama, tidak bertele-tele, artinya proses peradilan tidak banyak ditunda atau diundur sehingga diharapkan mengurangi kemungkinan perkara yang belum ada kepastian dalam penanganannya. Peradilan sederhana tersebut merupakan proses pemeriksaan dan penyelesaian dari perkara yang dilakukan dengan cara efektif dan efisien, sehingga asas ini menjelaskan bahwa sederhana yang dimaksudkan tidak rumit, tidak berbelit-belit dan tidak dipersulit. Selanjutnya biaya ringan yang dimaksud adalah biaya dari perkara yang ditangani adalah biaya yang dapat dijangkau oleh masyarakat, sehingga dalam hal ini proses penyelesaian perkara haruslah dilakukan dengan teliti agar proses pencarian keadilan, sehingga asas ini dapat diartikan menjelaskan

8 Andi Hamzah. 2014. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. Hlm 10

(8)

bahwa proses peradilan harulah tidak mahal yang dapat membebani orang yang melakukan proses peradilan.9

Sesuai yang telah dipaparkan penulis diatas, maka dalam proses penyelidikan dan penyidikan harus lebih memerhatikan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Sebagaimana diketahui bahwa proses penyelidikan merupakan langkah penegakan dalam pidana yang diawali dengan penyidikan di Polri yang merupakan sosial unsur dari kebijakan aplikatif dan hukum pidana atau yang disebut kriminal. Dalam hal ini politik kriminal yang dimaksud meruapakan unsur penal dalam penegakan hukum pidana yang tergolong didalam sistem pidana itu sendiri. Selain itu yang dimaksud dengan adalah jaringan peradilan yang digunakan dalam hukum pidana yang mana sarana intinya, baik secara materil maupun secara formil.

Sedangkan dalam hal ini lembaga tersebut haruslah dapat dijadikan kerangka maupun pedoman dalam rana sosial masyarakat.10

Maka dari itu, pengklasifikasian tindak pidana harus dilakukan secara masif dalam proses penyelidikan dan penyidikan. Contohnya seperti tindak pidana ringan seharusnya ada pemangkasan prosedur untuk mencapai efektifitas prosedur. Dalam hal itu dapat mendukung terciptanya asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Dalam tindak pidana ringan polri dapat mengedepankan restorative justice dalam penyelesaian perkara, hal itu dapat dilakukan karena tindak pidana biasa bermotif ringan dapat ditempuh dengan

9 Penjelasan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

10 Muladi, Kapita Selekta Sistem Peradilan Pidana, UNDIP, Semarang, 1995, hlm. 4

(9)

mediasi penal, dimana mempertimbangkan pada adanya partisipasi langsung pelaku, korban dan masyarakat dengan memaknai tindak pidana. Keadilan restoratif harus diperhatikan dalam proses penyelidikan dan penyidikan dalam polri.

Sesuai dari penjelasan diatas, menurut penulis terdapat fakta hukum yang tidak sesuai dalam proses penyidikan. Khususnya dalam kondisi factual saat ini penyidikan dalam polri tidak sesuai dengan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan. Hal itu dapat berdampak pada banyaknya pihak-pihak yang dirugikan, baik tersangka, maupun negara dalam hal anggaran dan SDM (Sumber Daya Manusia). Hal itulah yang perlu dianalisa dan dikaji agar proses penyidikan dapat berjalan se-efektif mungkin serta mendukung terciptanya keadilan yang dicita-citakan.

Dalam penelitian ini sangatlah berhubungan dengan proses untuk menengahi atau menghubungkan dalam ketidaksinkronan dari teori yang ada dengan kejadian dilapangan yang terjadi dalam langkah penegakan hukum itu sendiri khusunya proses penyelidikan dan penyidikan dalam Polri. Sehingga apabila penelitian terkait dengan permasalahan inilah tidak dapat diproses karena akan menyebabkan dampak yang cenderung buruk seperti terjadinya ketimpangan teori dan praktek untuk proses kedepannya. Dan jelas itu akan menimbulkan kerugian bagi masyarakat yang berjuang untuk mencari keadilan.

Berangkat daripada rumusahan masalah tersebut penulis tertarik untuk menganalisa wewenang polri dalam penyelidikan dan penyidikan yang

(10)

bertujuan untuk menegakkan hukum dikaitkan dengan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

Dengan latar belakang inilah penulis tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah (skipsi) dengan judul “KAJIAN YURIDIS PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN DALAM PROSES PENYIDIKAN POLRI”

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan yang telah penulis jelaskan diatas, dalam penelitian ini memfokuskan penentuan masalah kedalam 2 (dua) pembahasan rumusan masalah.

Hal tersebut dilakukan agar mencegah meluasnya penelitian yang penulis lakukan, rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam proses penyidikan di tingkat kepolisian ?

2. Bagaimana implikasi yuridis tidak diterapkannya asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam proses penyidikan di tingkat kepolisian ?

C. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang yang telah penulis jelaskan diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam proses penyidikan di tingkat kepolisian.

2. Untuk mengetahui implikasi yuridis tidak diterapkannya asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam proses penyidikan di tingkat kepolisian.

(11)

D. Manfaat

Selanjutnya yaitu dari dua tujuan yang telah penulis jabarkan, maka penulis mengharapkan bahwa dalam penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pihak- pihak terkait. Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Penulis :

Dalam penelitian ini, penulis sangat mengharapkan dalam penelitian ini dapat menjadi bermanfaat baik secara pribadi penulis khususnya materi acara pidana sekaligus menambah khazanah keilmuan terkait permasalahan yang telah penulis bahas yaitu tentang pentingnya penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan dalam proses penyidikan di tingkat kepolisian. Dalam hal ini, penelitian ini juga diperuntukkan untuk penyelesaian tugas akhir (skripsi) S1 Hukum di Universitam Muhammadiyah Malang. Maka dari itu, penulis sangat berharap bahwasanya skripsi ini dapat dijadikan sumber/referensi untuk penelitian yang dilakukan setelahnya yang sealur atau pembahasan yang sama.11

2. Secara Teoritis

Penelitian ini dimaksudkan untuk dapat dijadikan masukan maupun pertimbangan untuk penelitian yang dilakukan setelahnya, selain daripada itu skripsi ini dapat dijadikan sumber/referensi penelitian yang sama untuk proses yang akan datang tentang penyidikan dan penyelidikan dalam Polri.

11 Muslan Abdulrahman, Sosiologi dan Metode Penelitin Hukum, UMM Press, Malang : 2009, hlm.

102

(12)

3. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan pengembangan penelitian lebih lanjut, sehingga dalam hal ini dapat dijadikan sumber yang berkontribusi dalam pemikiran praktisi hukum yaitu praktisi pidana khususnya yang mempunyai wewenang sebagai penyidik, dan bagi para praktisi penegak hukum yaitu kepolisian, serta juga bagi masyarakat umumnya.

4. Bagi Civitas Akademika dan Masyarakat Pada Umumnya :

Dalam penelitian ini, penulis sangat berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi salah satu sumber/referensi yang dapat mendukung pengetahuan dalam praktisi hukum pidana, sehingga para civitas akademik dan masyarakat umum haruslah dapat memahami tentang proses penyelidikan dan penyidikan dalam polsek. Selain itu, Penelitian ini bermanfaat sebagai salah satu syarat tugas akhir dalam menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah Malang.

E. Kegunaan Penelitian

Sejalan daripada tujuan yang telah penulis jelaskan diatas maka dalam hal ini penulis berharap dalam penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut :

1. Memperdalam bahkan memperluas pemahaman hukum khususnya hukum pidana. Penelitian hukum yang dapat berwawasan ilmiah. Selain itu diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi

(13)

almamater kami, yaitu Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Sebagai masukan bagi masyarakat umum dan bagi aparat penegak hukum padakhususnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada pembaca maupun pencari keadilan yang beracara didalam mendapatkan keadialan yang diharapkan dengan memerhatikan hukum positif/peraturan yang berlaku di Indonesia. juga dibuat oleh penulis untuk memenuhi tugas akhir dan mendapatkan gelar sarjana.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan bentuk penelitian yang diterapkan atau diberlakukan khusus pada ilmu hukum itu sendiri.12 Suatu rencana dari penelitian adalah pedoman dalam mengumpulkan data, mengolahnya, untuk kemudian dianalisa dan dikontruksikan.13 Dalam proses melakukan penelitian hukum harus ada pendekatan yang digunakan. Dari pendekatan tersebutlah peneliti akan mendapatkan informasi yang berasal dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabanya.14 Metode penelitian berpengaruh dalam analisa permasalahan yang nantinya dijawab secara ilmiah oleh penulis.

1) Metode Pendekatan

12 F. Sugeng Sanyoso, Penelitian Hukum, CV. Ganda, Yogyakarta : 2007, hlm. 29

13 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press Cet. 3, Jakarta : 1986, hlm. 164

14 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana , Jakarta : 2010, hlm. 93

(14)

Pendekatan adalah proses untuk menangani masalahmaupun problematikan hukum yang dihadapi oleh tujuan dalam menyelesaikan penelitian ini. Selanjutkan sesuai dengan masalah yang telah dijelaskan maka dalam pengkajian ini penulis mengkaji dengan cara holistik dan komprehensif, dimana penulis menggunakan penelitian yang yuridis normatif.15 Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif atau pendekatan perundang-undangan (Statue Approach). Hal ini dengan pertimbangan karena titik tolak dalam

penelitian ini adalah analisis terhadap peraturan perundang-undangan Indonesia tentang kepolisian, serta konsep pemikiran yang berhubungan dengan proses penyelidikan dan penyidikan dalam hukum pidana yang ini merupakan bagian dari Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Dan penulis akan memberika konklusi terkait bentuk proses penyelidikan dan penyidikan yang semestinya.

Pengertian dari penelitian yuridis adalah penelitian yang menggunakan konsep legal positif, yaitu bahwa hukum identik dengan norma-norma tertulis yang dibuat dan diundang-undangkan oleh lembaga atau pejabat Negara yang berwenang.16 Dengan pendekatan perundangundangan diharapkan produk hukum tidak sekadar dibangun untuk ruang yang kosong. Sebaliknya, ia ikut tampil menyelesaikan

15Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar metode penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta : 2006, hlm. 118.

16 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 96

(15)

persoalan sebagai produk legislasi dalam sebuah perundang- undangan.17

Adapun yuridisnya ialah mengkaji peraturan perundang- undangan seperti Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana, Peraturan Kepala Kepolisian (Perkapolri) Nomor 23 Tahun 2010 yang menjelaskan tugas dan fungsi polsek, maupun Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menjelaskan keberadaan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan.

2) Jenis Bahan Hukum

Bahan Hukum Primer merupakan bahan yang sifatnya autroritatif maksudnya adalah bahan yang bersifat otoritas yang sifatnya mengikat.

Bahan hukum yang mengikat tersebut adalah :

a) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Kitab Undang-undang Hukum Pidana c) Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

d) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

17Abu Yasid, Aspek-aspek Penelitian Hukum; Hukum Islam – Hukum Barat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 87

(16)

e) Peraturan Kepala Kepolisian (Perkapolri) Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Resort dan Kepolisian Sektor

f) Peraturan Kepala Kepolisian (Perkapolri) Nomor 6 Tahun 2019 Tentang Penyidikan Tindak Pidana

g) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman

Bahan Hukum Sekunder adalah buku yang ditulis oleh beberapa ahli hukum, kamus hukum, tesis, maupun jurnal, atau beberapa referensi yang berkaitan dengan tugas kepolisian dalam penyelidikan dan penyidikan, serta beberapa referinsi mengenai pembahasan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.18

Bahan Hukum Tersier merupakan bahan yang memberi arah dalam penjelasan pada hukum primer maupun sekunder.19 Bahan Hukum Tersier yang digunakan adalah :

a) Kamus Hukum b) Website Resmi

c) Kamus Besar Bahasa Indonesia 3) Metode Pengumpulan Bahan Hukum

Metode dalam mengumpulkan bahan hukum yang dilakukan merupakan model studi kepustakaan, yaitu pengkajian informasi cetak

18 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2011. Hal 144

19 Soerjon Soekamto. Sri Mudji. Penelitian Hukum Normatif :Suatu Tujuan SInkat. Rajawali Pers.

Jakarta 2004. Ha 13

(17)

maupun online dari berbagai sumber yang dibutuhkan dalam penelitian normatif ini, penelitian yang didasari pada perundang undangan yang dijadikan sebagai obyek yang dilauakan oleh penulis dengan cara kompherensif dan holistik yang kemudian disusun sebaik mungkin untuk menyelesaikan penulisan ini. Data tersebutlan yang akan disusun dengan sistematis dan dalam hingga didapatkan gagasan yang mendekati kebenaran20

4) Metode Analisis

Metode analisi yang digunakan penulis adalah normative menggunakan analisis kualitatif. Analisa yang akan dilakukan pembahasan yaitu proses penyelidikan dan penyidikan dalam polsek. Metode kualitatif menurut Miles and Huberman dilakukan secara interaktif melalui proses data reduction, data display dan verification.21

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian hukum ini terdiri dari 4 (empat) bab, yang diuraikan sebagaimana berikut :

BAB I : Pendahuluan.

Bab satu (1) adalah penjelasan terhadap latar belakang, yang berisi landasan yang bersifat ideal das sollen dan kenyataan das sein yang melatar belakangi suatu masalah yang hendak dikaji lebih mendalam. Rumusan masalah yang hendak diturunkan dari latar belakang memuat suatu masalah yang akan

20 Lexi Moeloeng, Metode penelitian Kualitatif, Rosda Karya, Bandung : 2000, hlm. 2.

21 Prof. Dr. Sugiyono, Metode Penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D, Alfabeta. Bandung, 2016

(18)

diangkat dan dibahas. Adapun tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan, metode dan sistematika penelitian untuk mempermudah penyusunan penelitian hukum ini.

BAB II : Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini penulis akan menjabarkan landasan konsep, teori, maupun kajian dari teori yang berkaitan dengan masalah yang penulis teliti yaitu pembahasan yang berkaitan tentang proses penyelidikan dan penyidikan dalam polri, dan asas peradilan sederhana, cepat, dan biaya ringan.

BAB III : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab tiga (3) merupakan pemaparan yang menjadi pokok bahasan sebagai objek kajian dalam penulisan. Fokus pembahasan dalam bab ini meliputi, pertama, terkait dengan proses penyidikan dan penyelidikan dalam polsek yang sesuai dengan aturan yang ada, dan yang kedua, terkait dengan bentuk penerapan proses penyelidikan dan penyidikan dalam polri untuk mencapai asas sederhana, cepat, dan biaya ringan.

BAB IV : Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah dalam pembangunan jalan di Nagari Pasir Talang Selatan Kabupaten Solok Selatan tersebut menerapkan

Berdasarkan hasil olah data dalam beberapa skenario yang telah diuji, ukuran kinerja Win Trades/Loss Trades indikator MACDCSO tidak terbukti lebih baik dari indikator

Pada proses pemanasan, pelat baja dipanaskan hingga temperatur austenit dengan tujuan antara lain untuk melarutkan berbagai paduan yang terdapat dalam baja, dan untuk

Terdapat pengaruh signifikan variabel disiplin keja, lingkungan kerja dan semangat kerja terhadap prestasi kerja Guru dan Pegawai SMP Perintis Kecamatan

245 TK MARDIRINI 1 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 246 TK MARDIRINI 2 WONOSALAM KECAMATAN WONOSALAM 247 TK MARDISIWI MRANGGEN KECAMATAN MRANGGEN 248 TK MARGO UTOMO

KERJASAMA KABAG KERJASAMA KASUBBAG DALAM NEGERI STAF PELAKSANA ARSIPARIS Fakultas/ unit kerja Surat permohonan dan berkas kelengkapan Mendata surat masuk disposisi

Peraturan Menteri Agama Nomor 68 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Rektor dan Ketua pada Perguruan Tinggi Keagamaan yang diselenggarakan oleh Pemerintah (Berita

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari dan Sudjarni, 2015 yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap